....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...........................................................................................................................
Dosen Pengampu: Dr. Bastianon, S.H., M.H.
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum
Oleh.
KELOMPOK II
i
Di susun Oleh Kelompok II:
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan nikmat atas Karunia dan Rahmat-Nya. Sholawat serta salam selalu
dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhamad SAW, para sahabatnya, Pengikutnya
dan mudah-mudahan kita mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir nanti.
Penulis menyaadari bahwa tulisan makalah ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dan dorongan dari rekan-rekan kelompok I dan pihak yang membantu
dalam penyelesaian tulisan tugas kelompok ini. Dan Penulis menyadari dalam
penyusunan ini tentu memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Namun demikian, penulis berharap saran dan kritik demi kesempurnaan dan
perbaikan sehingga makalah Tugas Kelompok ini bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 4
A. Kerangka Teori................................................................................... 4
B. Lahirnya Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentang Pengawasan
Obat Dan Makanan Sebagai Payung Hukum Badan Pengawas Obat Dan
Makanan (BPOM) Dalam Aspek Pengubah Hukum Ditinjau Dari Segi
Politik.................................................................................................. 8
1. Hukum Dan Politik Kekuasaan.............................................. 8
2. Pengaruh Partai Politik.......................................................... 14
3. Penarikan Kembali Produk Obat di Industri Farmasi............ 17
C. Peran Masyarakat dalam ikut serta memberikan Pengaruh dan
Pengawasan Kebijakan Politik Pemerintah terkait Pengubah Hukum.. 19
1. PENGARUH LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT... 19
4. Kelompok Penekan (Presure Group)..................................... 22
BAB III PENUTUP........................................................................................... 25
A. Kesimpulan........................................................................................... 25
B. Saran..................................................................................................... 25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
Pengawasan Obat dan Makanan yang saat ini masuk dalam Program
Legislasi Nasional (Prolegnas) DPR RI.
2
Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Jakarta, PT. Kharisma Putra Utama,
2013, hlm. 101
2
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerangka Teori
Politik berasal dari bahasa Arab disebut siyasah, yang selanjutnya kata
ini diterjemahkan menjadi siasat. Dalam Bahasa Inggris disebut politic yang
berarti cerdik dan bijaksana, dalam pembicaraan sehari-hari kata tersebut
diartikan sebagai suatu cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan. Para
ahli ilmu politik mengakui bahwa sangat sulit untuk memberi definisi
politik secara tepat, sebab objeknya adalah negara dalam keadaan bergerak,
sehingga dalam memberi definisi banyak sudut pandang yang harus dilihat.3
Agar kegiatan politik hukum suatu negara dapat berjalan dengan baik
maka sangatlah diperlukan kegiatan-kegiatan untuk menentukan cara
kerjanya fungsi-fungsi masukan (input function) dan fungsi-fungsi keluaran
(output function) dalam melaksanakan kebijakan sistem politik.
4
2. Rekrutmen politik, yaitu proses seleksi warga masyarakat untuk
menduduki jabatan politik dan administrasi;
4
Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Qur’an.
Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan (LSIK), Jakarta, 1994, hlm. 41-44 dalam Abdul
Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Jakarta, PT. Kharisma Putra Utama, 2013, , hlm.
103.
5
melalui pengertian tersebut maka terdapat lima agenda yang ditekankan
dalam politik hukum nasional, yaitu:
3. Materi hukum yang meliputi hukum yang akan, sedang, dan telah
berlaku;
6
serta belum memadainya sarana dan prasarana untuk mendukung
pelaksanaan pemerintahan umum dan pembangunan.
7
4. program peningkatan kerja sama bilateral, regional, dan
global/multilateral.
8
Sehingga kemudian dapat diketahui bahwa dalam setiap sistem
politik, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
9
Austin5 mengemukakan bahwa hukum itu adalah perintah dari
penguasa negara, dan hakikat hukum itu terletak pada unsur perintah
itu. Hukum itu merupakan satu sistem yang tetap, logis, dan tertutup,
oleh karena itu hukum dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
10
Masalah kekuasaan (authority) merupakan unsur penting dalam
kehidupan manusia, bahkan sering dijadikan ajang konflik untuk
mendapatkannya. Dalam kaitan ini Mochtar Kusumaatmadja6
mengatakan bahwa, "hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan,
kekuasaan tanpa hukum adalah kezaliman." Lili Rasjidi7 menjelaskan
bahwa hukum dalam pelaksanaannya memerlukan kekuasaan untuk
mendukungnya. Kekuasaan itu diperlukan karena hukum itu bersifat
memaksa, tanpa adanya kekuasaan, pelaksanaan hukum akan menjadi
terhambat.
6
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam
Pembangunan Nasional, Bina Cipta, Bandung, 1976, hlm. 3
7
Lili Rasyidi, Dasar-dasar Filsafat Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990,
hlm. 55-56
8
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1976, hlm.
68
11
buruk yaitu selalu merangsang pemegangnya untuk ingin memiliki
kekuasaan yang melebihi apa yang dimilikinya.
12
keenam: ada reduksi perubahan sosial terhadap perubahan komposisi
kelas penguasa.
13
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia sambil memperluas daya
upaya di luar negeri, berarti menyelenggarakan politik bebas aktif
yang diabdikan pada kepentingan nasional. Tujuan politik nasional ini
tidak dapat dipisahkan dari eksistensi bangsa dan negara Indonesia.
14
sebab partai politik itu sangat diperlukan kehadirannya bagi negara
yang berdaulat. Bagi negara yang berdaulat, eksistensi partai politik
merupakan prasyarat baik sebagai sarana penyalur aspirasi rakyat,
juga merupakan penentu dalam proses penyelenggaraan negara
melalui wakil-wakilnya yang duduk dalam badan perwakilan rakyat.
11
Bakti Ritonga, Pengaruh Politik dalam Perubahan Hukum, makalah dalam
mata kuliah Aspek-aspek Pengubah Hukum, PPS-UMSU, Medan, tahun 2004, hlm. 7-
8
15
yang menyatakan bahwa Presiden memegang kekuasaan membentuk
undang-undang bersama Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini sejalan
dengan ketentuan Pasal 20 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang
berbunyi "Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat". Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui
bahwa peran Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dan
Dewan Perwakilan Rakyat sebagai pemegang kekuasaan legislatif
mempunyai peran seimbang dalam membuat dan mengadakan
perubahan undang-undang. Berdasarkan ketentuan itu pula ditentukan
bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat adalah orang-orang yang
mewakili atau diusulkan oleh partai politik yang ada.
16
yang berkaitan dengan hal-hal yang terjadi dalam negeri maupun hal-
hal yang terjadi di luar negeri. Selain dari itu, di luar Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), anggota partai politik juga berperan dalam
mengubah hukum dengan memberikan masukan (kalau perlu dengan
tekanan) kepada Dewan Perwakilan Rakyat terhadap sesuatu hal yang
merugikan rakyat.
17
yang berpotensi menyebabkan kematian, seperti di antaranya telah
memiliki izin edar yang tidak memenuhi persyaratan keamanan,
terkontaminasi mikroba atau kimia berbahaya, dan labelnya tidak
sesuai dengan kandungan dan/atau kekuatan zat aktif.
Sedangkan kelas II adalah penarikan terhadap obat yang apabila
digunakan dapat menyebabkan penyakit atau pengobatan keliru yang
efeknya bersifat sementara terhadap kesehatan dan dapat pulih
kembali. Kriteria yang masuk dalam penarikan kelas II seperti misal
labelnya tidak lengkap atau salah cetak, terkontaminasi mikroba pada
sediaan obat non steril, atau kedaluwarsa.
Kelas III merupakan penarikan terhadap obat yang tidak
menimbulkan bahaya signifikan terhadap kesehatan tetapi karena
alasan lain dan tidak termasuk Dalam Penarikan Kelas I dan Kelas II.
Untuk penarikan kelas III, kriteria yang ada misalnya tidak
mencantumkan nomor bets dan/atau tanggal kedaluwarsa, penutup
kemasan rusak dan/atau obat tidak memenuhi standar.
Pada peraturan yang sama pula, tercantum sanksi ketika pemilik
izin edar yang melanggar ketentuan seperti diatur dalam peraturan
selain diberikan perintah penarikan, juga dapat dikenai sanksi
administratif berupa peringatan, peringatan keras, penghentian
sementara kegiatan (PSK), pembekuan izin edar, dan/atau pembatalan
izin edar.
18
1. PENGARUH LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT
19
Menurut Syaiful Hakim 12 yang dimaksud dengan Lembaga
Swadaya Masyarakat adalah organisasi nonpemerintah yang didirikan
oleh masyarakat untuk tujuan tertentu, terutama untuk ikut
memberikan andil dalam pembangunan. Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) yang didirikan itu mempunyai perhatian dan fokus
garapan yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan kepentingan
masyarakat yang menghendaki lahirnya Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) itu. Adapun bentuk Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) berbagai spesifikasi, misalnya ada yang mengkhususkan diri
dalam bidang lingkungan hidup, dan pelestarian alam, ada yang
bergerak dalam bidang perlindungan anak-anak, ada yang berkaitan
dengan penegakan hukum dan keadilan ada yang memerhatikan
tentang kekayaan pejabat dan mantan pejabat negara, ada yang
memerhatikan tentang kemandirian peradilan, ada yang memerhatikan
tentang dugaan korupsi dan pemberantasan KKN, ada lembaga yang
memerhatikan tentang hak-hak asasi manusia dan kesetaraan gender
dan lembaga yang memerhatikan pelaksanaan demokrasi dan
supremasi hukum.
12
Syaiful Hakim, Mencari Penegak Hukum Idaman, dalam majalah Forum No. 5
Tanggal 8 Januari 2003, hlm. 31
20
Dari hasil penelitian ini, mereka mengadakan kajian lebih lanjut
dengan mengadakan seminar-seminar guna mendapatkan solusi
terbaik terhadap persoalan yang dihadapinya. Hasil dari penelitian dan
kajian yang telah diseminarkan itu diserahkan kepada pembuat
kebijakan, baik pihak eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang pada
gilirannya kalau hasil kajian itu bermanfaat untuk kepentingan
masyarakat, maka akan ditindak lanjuti dengan membuat kebijakan
baru dalam bidang hukum.
21
pemerintah terlebih dahulu diminta masukan-masukan dari berbagai
pihak, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam bidang
masing-masing. Dari hal yang telah dikemukakan ini, tampak bahwa
peranan pengaruh dari Lembaga Swadaya Masyarakat dalam
mengubah suatu hukum yang akan diberlakukan kepada masyarakat
cukup dominan.
22
bantuan dari negara super power, atau negara kaya, sehingga mereka
dengan mudah mencampur urusan dalam negeri negara yang meminta
bantuan tersebut.
Hal ini dapat dilihat dari campur tangannya urusan dalam negeri
Indonesia dari lembaga organisasi Internasional Monetary Fund
23
(IMF) sampai pada batas-batas yang sangat mengkhawatirkan yaitu
cair tidaknya pinjaman baru sangat ditentukan oleh tekanan-tekanan
dari organisasi tersebut untuk melaksanakan kebijakan dalam negeri
yang menerima donor. Begitu juga halnya dalam menentukan
berbagai kebijakan dalam negeri sering kali dikaitkan dengan isu
berbagai kebijakan dalam negeri yang sering kali dikaitkan dengan
isu-isu politik Internasional seperti terorisme, HAM dan sebagainya.
24
BAB III
PENUTUP
A. Saran
B. Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
Febriyan, Breaking News, Ini 91 Daftar Obat Sirup yang Dikonsumsi Korban
Gagal Ginjal Akut, Tempo.co, Jumat, 21 Oktober 2022, dikutip dari
https://nasional.tempo.co/read/1647975/breaking-news-ini-91-daftar-obat-
sirup-yang-dikonsumsi-korban-gagal-ginjal-akut , (pada hari Selasa, 01
November 2022, Pk.11:03)
Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Jakarta, PT. Kharisma Putra
Utama, 2013.
Abdul Manan, Dinamika Politik Hukum di Indonesia, Jakarta, Kencana, Cetakan
ke-1, 2018.
Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Qur’an.
Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan (LSIK), Jakarta, 1994, dalam
Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Jakarta, PT. Kharisma
Putra Utama, 2013.
Shidarta Darji Darmodihardjo, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2002.
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam
Pembangunan Nasional, Bina Cipta, Bandung, 1976.
Lili Rasyidi, Dasar-dasar Filsafat Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990.
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1976.
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 1999.
Moh. Mahfud MD., Politik Hukum di Indonesia, Pustaka LP3ES, Jakarta, 1998.
Bakti Ritonga, Pengaruh Politik dalam Perubahan Hukum, makalah dalam mata
kuliah Aspek-aspek Pengubah Hukum, PPS-UMSU, Medan, tahun 2004.
Syaiful Hakim, Mencari Penegak Hukum Idaman, dalam majalah Forum No. 5
Tanggal 8 Januari 2003.