LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
TAHUN 2020
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN SUMEDANG
KERJASAMA
SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN SUMEDANG
DENGAN
LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
KATA EPENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
berkat limpahan rahmat dan karunia nya , kami dapat menyelesaikan
laporan “ Kajian Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Sumedang Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa
Pandemi Tahun Anggaran 2020, kegiatan ini merupakan kerjasama
antara Sekertariat DPRD Kabupaten Sumedang dengan Lembaga
Penelitian Universitas Pasundan Bandung.
Kajian Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
Sumedang Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
Tahun Anggaran 2020, dimaksudkan sebagai bahan masukan bagi
Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam upaya menekan penyebaran
penyakit menular khusus Covid 19 dan juga rancangan peraturan daerah
tersebut di maksudkan untuk memberikan pemahaman kepada seluruh
stakeholder untuk senen tiasa disiplin dan mengatur pola hidup sehat
sehingga penyebaran virus tersebut dapat ditekan.
Pengaturan peraturan tentang protokol kesehatan sangat penting
dibuat agar kita senantiasa selalu menerapkan protokol kesehatan
dimana pun kita berada, dan tentunya kedepannya penegakan protokol
kesehata merupakan rambu rambu bagi kita dalam melakukan aktifitas.
Hasil kajian ini bukan merupakan penentu dalam pengambilan
kebijakan oleh pemerintah Kabupaten Sumedang , tetapi kajian ini
merupakan hasil analisa secara akademis , untuk itu kami menyadari
bahwa didalam penyusunan kajian ini tentunya masih banyak
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan masukan , agar kajian ini
bisa sesuai dengan harapan .
Page i of i
Atas perhatian dan kerjsamanya kami ucapkan terima kasih.
Wa'alaikumussalam Wr.Wb
KETUA,
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
Page ii of i
Daftar isi
Kata Pengantar ......................................................................................... i
Page i of iii
Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten
dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2851) ............................. 31
3.2.4. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063 ) .................................................................................. 31
3.2.5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679) ........................................................ 33
3.2.6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6236) ........................................................................ 34
3.3. Peraturan Pemerintah ................................................................... 36
3.3.1. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanganan
Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3447) ........................................................ 36
3.3.2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan
Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6205) ........................................................................ 38
3.4. Peraturan Presiden ...........................................................................
3.4.1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2006 tentang Komite Nasional
Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza) dan Kesiapsiagaan
Menghadapi Pandemi Influenza ........................................... 39
3.4.2. Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pengendalian
Zoonosis .............................................................................. 40
3.4.3. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 tentang Komite Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Pemulihan Ekonomi
Nasional ........................................................................................ 41
Page ii of iii
3.5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020
tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas
Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) .............................................................. 41
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1992 tentang Kesehatan
1
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
Sebagai suatu keadaan atau kondisi yang sangat vital bagi manusia,
dan menjalani pekerjaan yang layak, tidak bisa menikmati haknya untuk
Human Rights :
menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
2
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
antara lain virus, bakteri, jamur, dan parasit.3 Penyakit menular ini
2
Pasal ini adalah hasil amandemen kedua UUD 1945 sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Tahun 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000.
3
Pasal 1 Angka 1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular
4
Armaidi Darmawan, Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular, Jambi Medical
Journal, Volume 4, Nomor 2, November 2016, hlm. 195-196
3
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
pada satu sisi dan penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan
sebagai penumpunya.5
Ambon tahun 15646; tahun 1668 dalam bulan April sampai Juli
Sumatera penyakit yang dibawa air seperti typhus dan colera banyak
5
Widoyono, Penyakit Tropis; Epidemiologi, Penularan, Pencegah an & Pemberantasannya, Edisi kedua,
Jakarta, Erlangga, 2011, hlm.3
6
Widjajo Nitisastro. Population Trends in Indonesia, London, Cornell University Press, 1970, hlm. 58
7
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 : Dari emporium sampai imperium,
Jakarta, PT. Gramedia, 1987, hlm. 102, 107
8
J.C. Breman, Jawa Pertumbuhan Penduduk dan Struktur Demografis,Jakarta, Bhratara, 1971, hlm. 36-37
4
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
menyerang penduduk.9
berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan
9
Anthony Reid, "Inside Out The Colonial Displacement of Sumatra's Population" dalam Peter Boomgaard
et al., eds. Paper Landschapes, Exploration in the Environmental History of Indonesia, Leiden, KITLV
Press, 1997, hlm. 79-80.
10
Ririn Noviyanti Putri, Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19, Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 20(2), Juli 2020, hlm. 705
5
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
ada di Provinsi Jawa Baratm tidak luput dari terpaan Covid19. Data
Covid-19.
dampak yang dapat dutumbulkan dari Kejadian Luar Biasa (KLB), wabah
6
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
masyarakat pengguna.
menular ?
7
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
penyakit menular.
8
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
9
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
terlihat dari luar saja, tetapi juga suatu keadaan terganggu dari
dan fungsi tubuh sehingga berada didalam keadaan yang tidak normal.
berikut :11
Dictionary).
11
Irwan, Epidemiologi Penyakit Menular, Cetakan I, Absolute Media, Yogyakarta, 2017, hlm. 3
10
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
Amsterdam).
ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik
lain/susceptable host.14
12
Dalam Irwan, Ibid.
13
Dalam Irwan, Ibid.
14
Natoadmodjo dalam Irwan, Ibid., hlm. 3
11
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
dan Environtment), individu dalam kondisi ini dapat disebut sehat yang
virus influenza sehingga muncul jenis yang baru seperti flu burung
Host Peka Terhadap Agent pada kondisi ini Interaksi ketiga host lebih
12
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
kelainan paru.15
Gambar 1
Segitiga Epidemiologi
15
Ibid., hlm. 3-4
13
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang
lain ditentukan oleh tiga faktor tersebut diatas, yakni faktor Agen atau
penyakit dapat dilihat dari potensi infeksi yang ditularkan. Infeksi yang
16
Ibid., hlm. 7
17
Ibid., hlm. 7-8
14
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
berlangsung jinak (mild) atau dapat pula dengan gejala sisa yang
jelas dan nyata dalam bentuk gejala klinis yang jelas sehingga
lain.
3) Sumber Penularan
15
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
umum, kekebalan, status gizi, keturunan, cara Keluar dan cara masuk
tidak bisa langsung bereaksi akan tetapi didalam tubuh sendiri terjadi
yang jelas serta Virulensi Adalah nilai proporsi penderita dengan gejala
klinis yang jelas terhadap seluruh penderita dengan gejala klinis jelas,
imunitas.
16
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
terhambur dari manusia yang sakit seperti ludah, bersin pada penyakit
Perantara tersebut bisa dari golongan bakteri, serangga, serta bisa dari
18
Ibid., hlm. 9-10
17
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
penyakit tertentu.
penyakit berlangsung.
18
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
sebagai berikut :
19
Ibid., hlm. 63
20
Ibid., hlm. 65-67
19
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
masyarakat.
20
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
penyakit tertentu.
21
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
cukup tinggi.
21
Ibid., hlm. 70-71
22
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
23
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
masyarakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada 2 hal yang dapat
24
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
25
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
Disease 2019 ;
Kebiasaan Baru ;
lebih kuat karena masih ditemukan beberapa masalah yang tidak dapat
yang saat ini diatur melalui Peraturan Bupati Nomor 74 Tahun 2020
hak serta
26
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
Kabupaten Sumedang.
27
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT
3.2. Undang-Undang
3.2.1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 3723)
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
wabah meliputi :
a. penyelidikan epidemiologis;
28
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
29
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
a. kemanusiaan;
b. keadilan;
f. kebersamaan;
b. prioritas;
f. kemitraan;
g. pemberdayaan;
h. nondiskriminatif;
30
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
dan/atau masyarakat.
wajib :
31
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
tingginya;
32
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
pemeliharaan kesehatan.
33
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
perundang-undangan
34
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
barang di sekitarnya.
35
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
kontaminasi.
sehari-hari lainnya.
36
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
kejadian luar biasa dari suatu penyakit wabah yang dapat menjurus
hubungan langsung atau karena jenis dan sifat dari kuman penyebab
penyakit wabah itu sendiri. Fakta lain yang dapat menimbulkan wabah
lingkungan yang kurang baik atau gizi masyarakat yang belum baik.
37
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
penanggulangan wabah.
38
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
39
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
kerugian material yang semakin besar dan telah berimplikasi pada aspek
40
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
41
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
42
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
43
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
44
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
kehidupan bangsa, terlihat dari Pasal 28 H UUD NRI Tahun 1945, yang
menyatakan bahwa:
45
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
yang layak.”
46
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN PERATURAN DAERAH
5.1. Jangkauan
Hal yang ingin diwujudkan dalam Rancangan Perda Penegakan
47
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
berikut :
6. Pengenaan Sanksi
7. Partisipasi Masyarakat
48
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
8. Pembiayaan
1. Ketentuan Umum.
Pandemi
2. Materi Muatan.
menular.
49
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
50
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
51
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
f. Pengenaan Sanksi
maupun pidana
g. Partisipasi Masyarakat
h. Pembiayaan
52
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
3. Ketentuan Penutup
53
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Penyusunan Raperda tentang Penegakan Protokol Kesehatan di
menerus
6.2. Saran
Mengingat urgensi peraturan daerah ini, serta melibatkan semua
disarankan memperhatikan :
54
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
penahanan;
55
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
DAFTAR PUSTAKA
2016
Yogyakarta, 2017
56
Kajian
Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang
Tentang Penegakan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi
57
SALINAN
TENTANG
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah Provinsi adalah Daerah Provinsi Jawa Barat.
2. Daerah Kabupaten/Kota adalah Daerah Kabupaten/Kota
di Daerah Provinsi Jawa Barat.
3. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Wali
Kota di Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah Kabupaten/Kota.
4. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.
5. Bupati/Wali Kota adalah Bupati/Wali Kota di Daerah
Provinsi Jawa Barat.
6. Satuan Polisi Pamong Praja adalah Satuan Polisi Pamong
Praja Daerah Kabupaten/Kota di Daerah Provinsi Jawa
Barat dan/atau Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi
Jawa Barat.
7. Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Coronavirus
Disease (Covid-19) Provinsi Jawa Barat yang selanjutnya
disebut Gugus Tugas Provinsi adalah tim yang dibentuk
oleh Gubernur Jawa Barat, mempunyai tugas
mempercepat penanggulangan Covid-19 melalui
sinergitas antar pemerintah, badan usaha, akademisi,
masyarakat, dan media.
8. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Coronavirus
Disease (Covid-19) Kabupaten/Kota di Daerah Provinsi
Jawa Barat yang selanjutnya disebut Gugus Tugas
Kabupaten/Kota adalah Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Coronavirus Disease (Covid-19) yang
dibentuk oleh Bupati/Wali Kota di Daerah Provinsi Jawa
Barat.
5
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1) Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai dasar,
pedoman, dan rujukan dalam pengenaan sanksi
administratif terhadap pelanggaran tertib kesehatan
dalam pelaksanaan PSBB dan AKB dalam rangka
percepatan penanganan dan pemulihan dari pandemi
Covid-19 di Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota.
(2) Pencapaian maksud pengaturan pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
didasarkan pada kriteria:
a. dampak yang ditimbulkan pada pencegahan
penyebaran dan penularan Covid-19;
b. ancaman bahaya terhadap kesehatan masyarakat;
c. tingkat kepatuhan terhadap kewajiban dan perintah
sesuai dengan protokol kesehatan dalam pencegahan
penyebaran Covid-19;
d. ketersediaan sarana dan prasarana pencegahan dan
penanggulangan dampak Covid-19; dan
e. itikad baik, kesadaran dan disiplin masyarakat dan
penanggung jawab, pemilik dan/atau pengelola usaha
dan/atau kegiatan.
Pasal 3
Pengenaan sanksi administratif bertujuan untuk:
a. memberikan perlindungan bagi masyarakat dari
penyebaran dan penularan Covid-19;
b. meningkatkan kepatuhan masyarakat dan penanggung
jawab, pemilik dan/atau pengelola usaha dan/atau
kegiatan terhadap ketentuan mengenai penerapan
protokol kesehatan dalam pencegahan penyebaran
Covid-19; dan
c. memberi beban hukum dan efek jera bagi masyarakat
yang melanggar penerapan protokol kesehatan dalam
pencegahan penyebaran Covid-19.
7
BAB II
JENIS PELANGGARAN
Bagian Kesatu
Orang Perorangan
Pasal 4
Jenis pelanggaran orang perorangan selama PSBB dan AKB,
meliputi:
a. tidak mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
atau pencuci tangan berbasis alkohol;
b. tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat;
c. tidak menggunakan masker secara benar di ruang publik;
d. tidak menjaga jarak secara fisik antar orang minimal 1
(satu) meter ketika berada ruang publik;
e. pengemudi dan/atau penumpang kendaraan pribadi atau
dinas yang tidak menggunakan masker;
f. pengemudi dan/atau penumpang sepeda motor yang tidak
menggunakan masker;
g. tidak memenuhi ketentuan mengenai jumlah penumpang
di dalam kendaraan agar sesuai ketentuan menjaga jarak
secara fisik maksimal setengah dari kapasitas kendaraan
atau mengikuti ketentuan lain yang ditetapkan oleh
pemerintah; dan
h. pelanggaran lainnya yang berpotensi akan mengganggu,
menghambat, menggagalkan upaya pemerintah dan
masyarakat untuk mencegah dan menangani penyebaran
dan penularan Covid-19.
Bagian Kedua
Pemilik, Pengelola dan/atau Penanggung Jawab
Kegiatan/Usaha
Pasal 5
Jenis pelanggaran pemilik, pengelola dan/atau penanggung
jawab kegiatan/usaha selama PSBB dan AKB, meliputi:
a. tidak menyediakan sarana untuk mencuci tangan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir atau pencuci
tangan berbasis alkohol;
b. mengijinkan orang yang tidak menggunakan masker
masuk ke tempat kegiatan/usahanya;
c. tidak mewajibkan pegawai/karyawan menggunakan
masker di tempat kegiatan/usahanya;
d. tidak menyediakan alat pengukur suhu tubuh
(thermo gun);
e. tidak menerapkan aturan jaga jarak secara fisik antar
orang minimal 1 (satu) meter ketika berada di tempat
kegiatan/usahanya;
8
BAB III
JENIS SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 6
Jenis sanksi administratif terhadap pelanggaran PSBB/AKB,
meliputi:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. jaminan kartu identitas
d. kerja sosial;
e. denda administratif;
f. mengumumkan secara terbuka;
g. penghentian sementara kegiatan;
h. penghentian tetap kegiatan;
i. pembekuan izin usaha atau rekomendasi pembekuan izin
usaha;
j. pencabutan sementara izin usaha atau rekomendasi
pencabutan sementara izin usaha;
k. pencabutan izin usaha atau rekomendasi pencabutan
izin usaha; dan
l. sanksi administratif lainnya yang ditetapkan Bupati/Wali
Kota sesuai kewenangan.
9
BAB IV
MEKANISME PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 7
(1) Penerapan sanksi administratif diselenggarakan dengan
memerhatikan:
a. perlindungan kesehatan masyarakat;
b. sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
asas-asas umum pemerintahan yang baik;
c. nondiskriminatif;
d. kesepadanan antara jenis pelanggaran dengan jenis
sanksi yang diterapkan; dan
e. ditujukan bagi kepentingan pencegahan penyebaran
dan penularan Covid-19.
(2) Penerapan sanksi administratif dilakukan dengan cara:
a. bertahap, yaitu
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; dan
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan kartu identitas;
2. kerja sosial; dan
3. pengumuman secara terbuka.
c. sanksi berat, terdiri atas:
1. denda administratif;
2. penghentian sementara kegiatan;
3. penghentian tetap kegiatan;
4. pembekuan izin usaha atau rekomendasi
pembekuan izin usaha;
5. pencabutan sementara izin usaha atau
rekomendasi pencabutan sementara izin
usaha; dan
6. pencabutan izin usaha atau rekomendasi
pencabutan izin usaha.
b. tahapan penerapan sanksi didahului dengan sanksi
ringan;
c. dalam hal sanksi ringan tidak ditaati, maka
ditingkatkan penerapan sanksi sedang; dan
d. dalam hal sanksi sedang tidak ditaati, maka
diterapkan sanksi berikutnya yang lebih berat.
(3) Penerapan sanksi administratif dilakukan oleh pejabat
yang berwenang menerapkan sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
10
BAB V
KEWENANGAN DAN PENDELEGASIAN PEMBERIAN
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 8
Gubernur dan Bupati/Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya menerapkan sanksi administratif terhadap
setiap pelanggaran.
Pasal 9
Dalam melaksanakan kewenangan penerapan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Gubernur mendelegasikan sebagian kewenangannya
kepada:
a. Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi, untuk pelaksanaan
pengenaan Sanksi Administratif terhadap pelanggaran
PSBB dan AKB;
b. Dinas Pendidikan Provinsi, untuk penerapan protokol
kesehatan di sekolah dan/atau institusi pendidikan dan
pendidikan lainnya;
c. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi,
untuk penerapan protokol kesehatan di daya tarik
wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata,
jasa akomodasi (hotel/motel/penginapan/guest
house/resort), jasa makanan dan minuman
(restoran/kafe/rumah makan/usaha sejenis),
penyelenggaraan kegiatan hiburan, penyelenggaraan
pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, pameran,
pramuwisata, wisata tirta dan spa;
d. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi, untuk
penerapan protokol kesehatan di pabrik/industri; dan
11
Pasal 10
Dalam melaksanakan kewenangan penerapan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bupati/Wali Kota dapat mendelegasikan sebagian
kewenangannya kepada Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten/Kota atau Perangkat Daerah Kabupaten/Kota
terkait sesuai dengan kewenangan.
Pasal 11
(1) Sanksi administratif ditetapkan dalam bentuk keputusan
pejabat yang berwenang.
(2) Keputusan pejabat yang berwenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengacu pada format keputusan
sanksi administratif.
BAB VI
SANKSI PELANGGARAN PSBB DAN AKB
Bagian Kesatu
Kegiatan di Ruang Publik
Pasal 12
(1) Setiap orang yang tidak menggunakan masker dan/atau
menjaga jarak di ruang publik selama pemberlakukan
pelaksanaan PSBB/AKB dikenakan sanksi administratif,
dalam bentuk:
a. sanksi ringan, berupa:
1. teguran lisan; dan/atau
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan kartu identitas;
2. kerja sosial; atau
3. pengumuman secara terbuka.
c. sanksi berat, dalam bentuk denda administratif paling
besar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
(2) Ruang publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. sekolah dan/atau institusi pendidikan dan pendidikan
lainnya;
12
Bagian Kedua
Kegiatan di Sekolah dan/atau Institusi Pendidikan
dan Pendidikan Lainnya
Pasal 13
(1) Pemilik, pengelola dan/atau penanggung jawab sekolah
dan/atau institusi pendidikan dan pendidikan yang
melanggar penghentian sementara kegiatan di sekolah
dan/atau institusi pendidikan dan pendidikan lainnya
selama pemberlakuan pelaksanaan PSBB/AKB,
dikenakan sanksi administratif berupa:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; dan
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan kartu identitas pemilik/pengelola/
penanggung jawab; atau
2. kerja sosial.
13
Bagian Ketiga
Kegiatan Usaha
Pasal 14
Kegiatan usaha meliputi:
a. tempat kerja/kantor;
b. daya tarik wisata/kawasan wisata/wisata tirta/spa;
c. hotel/motel/penginapan/guest house/resort;
d. restoran/kafe/rumah makan/usaha sejenis;
e. tempat penyelenggaraan kegiatan hiburan/
penyelenggaraan pertemuan/perjalanan insentif/
konferensi/pameran;
f. pabrik/industri;
g. mall/pasar modern/supermarket/minimarket/
pertokoan/usaha sejenis;
h. pasar tradisional;
i. pekerjaan konstruksi; dan/atau
j. usaha lainnya.
Pasal 15
(1) Dalam hal pemilik, pengelola dan/atau penanggung
jawab kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 tidak melaksanakan protokol kesehatan dalam
pencegahan penyebaran Covid-19, dikenakan sanksi
administratif.
(2) Sanksi administratif terhadap pemilik, pengelola
dan/atau penanggung jawab kegiatan usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; dan
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan kartu identitas pemilik/pengelola/
penanggung jawab kegiatan usaha;
14
Pasal 16
(1) Dalam hal pemilik, pengelola, dan/atau penanggung
jawab usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan kegiatan yang tidak dikecualikan atau
melanggar penghentian sementara selama pemberlakuan
pelaksanaan PSBB/AKB, dikenakan sanksi administratif
berupa:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; dan
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan kartu identitas pemilik/pengelola/
penanggung jawab kegiatan usaha;
2. kerja sosial; atau
3. pengumuman secara terbuka.
c. sanksi berat, terdiri atas:
1. denda administratif, paling besar Rp400.000,00
(empat ratus ribu rupiah);
2. penghentian sementara kegiatan;
3. penghentian tetap kegiatan;
4. pembekuan izin usaha atau rekomendasi
pembekuan izin usaha;
5. pencabutan sementara izin usaha atau
rekomendasi pencabutan sementara izin usaha;
dan/atau
15
Pasal 17
(1) Dalam hal pemilik, pengelola, dan/atau penanggung
jawab kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 melakukan kegiatan yang tidak dikecualikan
dari penghentian sementara selama pemberlakuan
pelaksanaan PSBB/AKB, tidak melaksanakan kewajiban
pembatasan kegiatan yang diatur oleh Pemerintah Daerah
Provinsi atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai
kewenangan serta penerapan protokol kesehatan dalam
pencegahan penyebaran Covid-19, dikenakan sanksi
administrasi berupa:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; dan
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan kartu identitas pemilik/pengelola/
penanggung jawab kegiatan usaha;
2. kerja sosial; atau
3. pengumuman secara terbuka.
c. sanksi berat, terdiri atas:
1. denda administratif, paling besar Rp500.000,00
(lima ratus ribu rupiah);
2. penghentian sementara kegiatan;
3. penghentian tetap kegiatan;
4. pembekuan izin usaha atau rekomendasi
pembekuan izin usaha;
5. pencabutan sementara izin usaha atau
rekomendasi pencabutan sementara izin usaha;
dan/atau
6. pencabutan izin usaha atau rekomendasi
pencabutan izin usaha.
(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), berakhir setelah pelanggar memenuhi
ketentuan protokol kesehatan yang dilanggar.
16
Bagian Keempat
Kegiatan Keagamaan di Rumah/Tempat Ibadah
Pasal 18
Setiap orang yang melanggar larangan melakukan kegiatan
keagamaan di rumah/tempat ibadah dan/atau di tempat
tertentu selama pemberlakuan pelaksanaan PSBB/AKB yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, dikenakan sanksi administratif
berupa:
a. teguran lisan; dan
b. teguran tertulis.
Bagian Kelima
Kegiatan Sosial dan Budaya
Pasal 19
(1) Setiap Orang yang melaksanakan kegiatan sosial
dan/atau budaya yang menyebabkan kerumunan di
ruangan/tempat usaha/kegiatan yang melebihi
kapasitas sesuai Level Kewaspadaan Daerah, dikenakan
sanksi administratif berupa:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; dan
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan kartu identitas pemilik/pengelola/
penanggung jawab kegiatan usaha;
2. kerja sosial; atau
3. pengumuman secara terbuka.
c. sanksi berat, terdiri atas:
1. denda administratif, paling besar Rp500.000,00
(lima ratus ribu rupiah);
2. penghentian sementara kegiatan;
3. penghentian tetap kegiatan;
4. pembekuan izin usaha atau rekomendasi
pembekuan izin usaha;
5. pencabutan sementara izin usaha atau
rekomendasi pencabutan sementara izin usaha;
dan/atau
6. pencabutan izin usaha atau rekomendasi
pencabutan izin usaha.
(2) Pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
17
Bagian Keenam
Pergerakan Orang dengan Moda Transportasi
Paragraf 1
Moda Transportasi Umum
Pasal 20
(1) Setiap pengemudi moda transportasi umum yang
melanggar pembatasan jumlah maksimal orang pada
sarana moda transportasi sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak
diperbolehkan melanjutkan perjalanan dan dikenakan
sanksi dalam bentuk:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; dan
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan kartu identitas; atau
2. kerja sosial.
c. sanksi berat, dalam bentuk denda administratif,
paling besar Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu
rupiah).
(2) Setiap pengemudi dan/atau penumpang moda
transportasi umum yang tidak menggunakan masker,
baik pada saat perjalanan maupun saat berada di simpul
transportasi, tidak diperkenankan untuk melanjutkan
perjalanan, dan dikenakan sanksi dalam bentuk:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; dan
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan kartu identitas; atau
2. kerja sosial.
c. sanksi berat, dalam bentuk denda administratif, paling
besar Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah).
(3) Pengelola simpul transportasi yang menjadi asal tujuan
perjalanan moda transportasi umum yang melanggar
ketentuan pelaksanaan PSBB/AKB, dikenakan sanksi
administratif dalam bentuk:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; dan
2. teguran tertulis.
18
Paragraf 2
Mobil Pribadi/Dinas
Pasal 21
(1) Setiap pengemudi mobil pribadi/dinas yang melanggar
pembatasan jumlah maksimal orang tidak diperbolehkan
melanjutkan perjalanan dan dikenakan sanksi dalam
bentuk:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; dan
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. penjaminan kartu identitas; atau
2. kerja sosial.
c. sanksi berat, dalam bentuk denda administratif, paling
besar Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah).
(2) Setiap pengemudi dan/atau penumpang mobil
pribadi/dinas yang tidak menggunakan masker, tidak
diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanan dan
dikenakan sanksi dalam bentuk:
19
Paragraf 3
Sepeda Motor
Pasal 22
(1) Setiap pengemudi sepeda motor yang melanggar
ketentuan pelaksanaan PSBB/AKB tidak diperbolehkan
melanjutkan perjalanan dan dikenakan sanksi dalam
bentuk:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; dan
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan kartu identitas; atau
2. kerja sosial.
c. sanksi berat, dalam bentuk denda administratif,
paling besar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
(2) Setiap pengemudi dan/atau penumpang sepeda motor
yang tidak menggunakan masker, tidak diperbolehkan
untuk melanjutkan perjalanan, dan dikenakan sanksi:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; dan
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan kartu identitas; atau
2. kerja sosial.
c. sanksi berat, dalam bentuk denda administratif, paling
besar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
20
Bagian Ketujuh
Denda Administratif
Pasal 23
(1) Denda administratif wajib disetorkan ke Kas Daerah
Provinsi atau Kas Daerah Kabupaten/Kota sesuai
kewenangan.
(2) Pembayaran denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan secara tunai atau nontunai.
(3) Proses penerapan denda administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan melalui
sistem elektronik, yang berlaku sebagai SKDA-
PSBB/AKB.
Pasal 24
(1) Uang denda administratif wajib disetorkan ke Kas Daerah
Provinsi atau Kas Daerah Kabupaten/Kota sesuai
kewenangan.
(2) Terhadap denda administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diterbitkan SKDA-PSBB/AKB berdasarkan
bukti pelanggaran dan diberikan kepada pelanggar
PSBB/AKB.
BAB VII
PARTISIPASI MASYARAKAT
Pasal 25
(1) Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota melibatkan tokoh masyarakat, tokoh
agama, kelompok masyarakat, dan/atau relawan untuk
mensosialisasikan penerapan protokol kesehatan di
ruang publik termasuk pengenaan sanksi administratif.
(2) Masyarakat dapat berpartisipasi dalam penerapan
protokol kesehatan di ruang publik dalam bentuk:
a. penyediaan dan pembagian Masker secara gratis
kepada masyarakat;
b. penyediaan sarana cuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air mengalir atau pencuci tangan berbasis
alkohol atau masker;
c. penyediaan media sosialisasi protokol kesehatan dan
pengenaan sanksi administratif dalam bentuk brosur,
pamflet, booklet, spanduk, baligo, poster dan media
sosialisasi lainnya;
21
BAB VIII
Bagian Kedua
Evaluasi
Pasal 27
(1) Gubenur dan Bupati/Wali Kota atau pejabat yang
ditunjuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
penerapan sanksi administratif yang diatur dalam
Peraturan Gubernur ini.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilaksanakan secara:
b. spesifik;
c. objektif;
d. berkesinambungan;
e. terukur;
f. dapat diperbandingkan; dan
g. dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
yaitu evaluasi harus dilakukan pada sasaran secara
jelas.
(4) Objektif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
yaitu evaluasi terhadap kinerja harus disajikan terlepas
dari kepentingan pribadi atau golongan sehingga
mencapai sasaran penyampaian informasi yang dituju.
(5) Berkesinambungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c, yaitu evaluasi kinerja dapat digunakan secara
berkelanjutan untuk memberikan hasil kinerja yang
memenuhi standar evaluasi yang telah ditetapkan.
22
Bagian Ketiga
Pelaporan
Pasal 28
(1) Masyarakat dapat melaporkan terjadinya pelanggaran
kepada instansi atau pejabat yang berwenang.
(2) Penerimaan laporan masyarakat wajib ditindaklanjuti
untuk menguatkan laporan masyarakat paling lambat
1 x 24 jam (satu kali dua puluh empat jam).
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mencantumkan:
a. nama dan alamat pelapor;
b. waktu dan tempat kejadian perkara;
c. nama dan alamat pelanggar;
d. nama dan alamat saksi-saksi; dan
e. uraian kejadian.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dilakukan melalui:
a. surat;
b. e-mail;
c. layanan pesan singkat (SMS);
d. layanan pesan multimedia (MMS);
e. whatsapps;
f. faksimili;
g. telepon;
h. handy talkie (HT);
i. kunjungan pribadi; atau
j. sarana lain untuk menyampaikan laporan.
(5) Instansi atau pejabat yang menerima laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) segera melakukan
klarifikasi terhadap laporan yang diterima.
23
Pasal 29
Dalam pelaksanaan penerapan sanksi, pejabat yang
berwenang menerapkan sanksi wajib melaporkan kepada
Gubernur atau Bupati/Wali Kota sesuai dengan
kewenangan.
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 30
Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
pengenaan Sanksi Administratif terhadap pelanggaran
pelaksanaan PSBB dan AKB dalam penanggulangan
Covid-19 dilaksanakan oleh Gubernur dan Bupati/Wali
Kota.
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 31
Bupati/Wali Kota dapat menindaklanjuti Peraturan
Gubernur ini dengan Peraturan Bupati/Wali Kota sesuai
kebutuhan, kemampuan, dan tingkat kewaspadaan daerah
terkait pengenaan sanksi administratif terhadap pelanggaran
PSBB dan AKB dalam penanggulangan Covid-19 di Daerah
Kabupaten/Kota.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Pada saat Peraturan Gubernur ini ditetapkan, maka:
a. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 40 Tahun 2020
tentang Pedoman Pengenaan Sanksi terhadap
Pelanggaran Pelaksanaan Pembatasan Sosial
Berskala Besar dalam Penanggulangan Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Kabupaten Bogor,
Daerah Kota Bogor, Daerah Kota Depok, Daerah
Kabupaten Bekasi, dan Daerah Kota Bekasi (Berita
Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 Nomor 40);
dan
24
Pasal 33
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Barat.
Ditetapkan di Bandung
pada tanggal 27 Juli 202011
Juli 2020
GUBERNUR JAWA BARAT,
ttd
Diundangkan di Bandung
pada tanggal 27 Juli 202011 Juli 2020
ttd
SETIAWAN WANGSAATMAJA
BUPATI SUMEDANG
PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI SUMEDANG,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGENAAN SANKSI
ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN TERTIB
KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN ADAPTASI KEBIASAAN
BARU DALAM PENANGGULANGAN CORONA VIRUS DISEASE
2019.
3
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah Kabupaten adalah Daerah Kabupaten Sumedang.
2. Bupati adalah Bupati Sumedang.
3. Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Bupati sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah Kabupaten.
4. Satuan Polisi Pamong Praja adalah Satuan Polisi Pamong
Praja Daerah Kabupaten.
5. Adaptasi Kebiasaan Baru yang selanjutnya disingkat AKB
adalah upaya percepatan penanganan Corona Virus
Disease 2019 yang mendukung keberhasilan
perekonomian masyarakat yang mensinergikan aspek
kesehatan, sosial dan ekonomi;
6. Corona Virus Disease 2019 yang selanjutnya disebut
Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
jenis corona virus yang baru ditemukan, yang merupakan
virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak dikenal
sebelum terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok bulan
Desember 2019.
7. Tertib Kesehatan adalah melakukan semua ketentuan
yang ditetapkan untuk mewujudkan keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
8. Sanksi Administratif adalah sanksi yang dikenakan
terhadap pelanggaran administrasi atau ketentuan
peraturan yang bersifat administratif.
9. Moda Transportasi adalah jenis atau bentuk angkutan
yang digunakan untuk memindahkan orang dan/atau
barang dari satu tempat ke tempat lain.
10. Masker adalah kain penutup mulut dan hidung yang
menutup mulutnya bertali ke telinga.
11. Kartu Identitas adalah dokumen berupa kartu yang
dikeluarkan oleh Pemerintah sebagai tanda pengenal,
antara lain kartu tanda penduduk dan surat izin
mengemudi.
12. Kerja Sosial adalah kegiatan melakukan sesuatu untuk
kepentingan masyarakat, antara lain membersihkan
sarana fasilitas umum, memberikan sumbangan kepada
masyarakat yang kurang mampu, dan kegiatan lainnya
yang bermanfaat untuk masyarakat.
13. Pengumuman Secara Terbuka adalah kegiatan
mengumumkan data pelanggar Tertib Kesehatan dalam
pelaksanaan AKB melalui media cetak, elektronik
dan/atau media lainnya.
4
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1) Peraturan Bupati ini dimaksudkan sebagai dasar,
pedoman, dan rujukan dalam pengenaan Sanksi
Administratif terhadap pelanggaran Tertib Kesehatan
dalam pelaksanaan AKB dalam rangka percepatan
penanganan dan pemulihan dari pandemi Covid-19 di
Daerah Kabupaten.
(2) Pencapaian maksud pengaturan pengenaan Sanksi
Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
didasarkan pada kriteria:
a. dampak yang ditimbulkan pada pencegahan
penyebaran dan penularan Covid-19;
b. ancaman bahaya terhadap kesehatan masyarakat;
c. tingkat kepatuhan terhadap kewajiban dan perintah
sesuai dengan protokol kesehatan dalam pencegahan
penyebaran Covid-19;
d. ketersediaan sarana dan prasarana pencegahan dan
penanggulangan dampak Covid-19; dan
e. itikad baik, kesadaran dan disiplin masyarakat dan
penanggung jawab, pemilik dan/atau pengelola usaha
dan/atau kegiatan.
Pasal 3
Pengenaan Sanksi Administratif bertujuan untuk:
a. memberikan perlindungan bagi masyarakat dari
penyebaran dan penularan Covid-19;
b. meningkatkan kepatuhan masyarakat dan penanggung
jawab, pemilik dan/atau pengelola usaha dan/atau
kegiatan terhadap ketentuan mengenai penerapan protokol
kesehatan dalam pencegahan penyebaran Covid-19; dan
c. memberi beban hukum dan efek jera bagi masyarakat yang
melanggar penerapan protokol kesehatan dalam
pencegahan penyebaran Covid-19.
5
BAB II
JENIS PELANGGARAN
Bagian Kesatu
Orang Perorangan
Pasal 4
Jenis pelanggaran orang perorangan selama AKB,
meliputi:
a. tidak mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
atau pencuci tangan berbasis alkohol;
b. tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat;
c. tidak menggunakan Masker secara benar di ruang
publik;
d. tidak menjaga jarak secara fisik antarorang minimal 1
(satu) meter ketika berada di ruang publik;
e. pengemudi dan/atau penumpang kendaraan pribadi
atau dinas yang tidak menggunakan Masker;
f. pengemudi dan/atau penumpang sepeda motor yang
tidak menggunakan Masker;
g. tidak memenuhi ketentuan jumlah penumpang di
dalam kendaraan agar sesuai dengan ketentuan
menjaga jarak secara fisik maksimal setengah dari
kapasitas kendaraan atau mengikuti ketentuan lain
yang ditetapkan oleh pemerintah; dan
h. pelanggaran lainnya yang berpotensi akan
mengganggu, menghambat, menggagalkan upaya
pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan
menangani penyebaran dan penularan Covid 19.
Bagian Kedua
Pemilik, Pengelola dan/atau Penanggung Jawab
Kegiatan/Usaha
Pasal 5
Jenis pelanggaran pemilik, pengelola dan/atau
penanggung jawab kegiatan/usaha selama AKB, meliputi:
a. tidak menyediakan sarana untuk mencuci tangan
dengan menggunakan sabun dan air mengalir atau
pencuci tangan berbasis alkohol;
b. mengizinkan orang yang tidak menggunakan Masker
masuk ke tempat kegiatan/usahanya;
c. tidak mewajibkan pegawai/karyawan menggunakan
Masker di tempat kegiatan/usahanya;
d. tidak menyediakan alat pengukur suhu tubuh (thermo
gun);
e. tidak menerapkan aturan jaga jarak secara fisik
antarorang minimal 1 (satu) meter ketika berada di
tempat kegiatan/usahanya;
f. melaksanakan kegiatan yang menyebabkan
kerumunan di ruangan/tempat usaha/kegiatan yang
melebihi kapasitas sesuai level kewaspadaan Daerah;
g. melebihi batasan maksimal jumlah orang dalam
sarana Moda Transportasi sesuai level kewaspadaan
Daerah;
6
BAB III
JENIS SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 6
Jenis Sanksi Administratif terhadap pelanggaran AKB,
meliputi:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. jaminan Kartu Identitas;
d. Kerja Sosial;
e. Pengumuman Secara Terbuka;
f. denda administratif;
g. penghentian sementara kegiatan;
h. penghentian tetap kegiatan;
i. pembekuan izin usaha atau rekomendasi pembekuan
izin usaha;
j. pencabutan sementara izin usaha atau rekomendasi
pencabutan sementara izin usaha; dan
k. pencabutan izin usaha atau rekomendasi pencabutan
izin usaha.
BAB IV
MEKANISME PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 7
(1) Penerapan sanksi administratif diselenggarakan
dengan memerhatikan:
a. perlindungan kesehatan masyarakat;
b. sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan asas-asas umum pemerintahan
yang baik;
c. nondiskriminatif;
d. kesepadanan antara jenis pelanggaran dengan
jenis sanksi yang diterapkan; dan
e. ditujukan bagi kepentingan pencegahan
penyebaran dan penularan Covid-19.
(2) Penerapan Sanksi Administratif dilakukan dengan
cara:
a. bertahap, yaitu:
1. sanksi ringan, terdiri atas:
a) teguran lisan; dan
b) teguran tertulis.
2. sanksi sedang, terdiri atas:
a) jaminan Kartu Identitas;
7
BAB V
KEWENANGAN DAN PENDELEGASIAN PEMBERIAN
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 8
(1) Bupati sesuai dengan kewenangannya menerapkan
Sanksi Administratif terhadap setiap pelanggaran.
(2) Dalam melaksanakan kewenangan penerapan Sanksi
Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bupati mendelegasikan sebagian kewenangannya
kepada:
a. Satuan Polisi Pamong Praja, untuk pelaksanaan
pengenaan Sanksi Administratif terhadap
pelanggaran AKB;
b. Asisten Sekretaris Daerah Bidang Pembangunan,
untuk penerapan protokol kesehatan di
perkantoran, perbankan, dan tempat ibadah
(masjid, gereja, wihara, pura dan kelenteng);
c. Dinas Kesehatan, untuk penerapan protokol
kesehatan di rumah sakit, fasilitas kesehatan
tingkat pertama dan klinik;
d. Dinas Pendidikan, untuk penerapan protokol
kesehatan di sekolah dan/atau institusi
pendidikan dan pendidikan lainnya;
8
Pasal 9
(1) Sanksi Administratif ditetapkan dalam bentuk surat
pengenaan Sanksi Administratif yang ditandatangani
oleh pejabat/petugas yang berwenang.
(2) Format surat pengenaan Sanksi Administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB VI
SANKSI PELANGGARAN AKB
Bagian Kesatu
Kegiatan di Ruang Publik
Pasal 10
(1) Setiap orang yang tidak menggunakan Masker dan/atau
menjaga jarak di ruang publik selama
pemberlakukan pelaksanaan AKB dikenai Sanksi
Administratif, dalam bentuk:
9
Bagian Kedua
Kegiatan di Sekolah dan/atau Institusi Pendidikan dan
Pendidikan Lainnya
Pasal 11
(1) Pemilik, pengelola dan/atau penanggung jawab sekolah
dan/atau institusi pendidikan dan pendidikan lainnya
yang melanggar penghentian sementara kegiatan di
sekolah dan/atau institusi pendidikan dan
pendidikan lainnya selama pemberlakukan
pelaksanaan AKB, dikenai Sanksi Administratif
berupa:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; atau
2. teguran tertulis.
10
Bagian Keempat
Kegiatan Keagamaan di Rumah/Tempat Ibadah
Pasal 16
Setiap orang yang melanggar larangan melakukan
kegiatan keagamaan di rumah/tempat ibadah dan/atau
di tempat tertentu selama pemberlakuan pelaksanaan
AKB yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten, dikenakan Sanksi Administratif berupa:
a. teguran lisan; atau
b. teguran tertulis.
Bagian Kelima
Kegiatan Sosial dan Budaya
Pasal 17
(1) Setiap Orang yang melaksanakan kegiatan sosial
dan/atau budaya yang menyebabkan kerumunan di
ruangan/tempat usaha/kegiatan yang melebihi level
kewaspadaan daerah, dikenai Sanksi Administratif.
(2) Sanksi Administratif terhadap setiap Orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; atau
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan Kartu Identitas pemilik, pengelola
dan/atau penanggung jawab kegiatan usaha;
13
Bagian Keenam
Pergerakan Orang dengan Moda Transportasi
Paragraf 1
Moda Transportasi Umum
Pasal 18
(1) Setiap pengemudi Moda Transportasi umum yang
melanggar pembatasan jumlah maksimal orang pada
sarana Moda Transportasi sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak
diperbolehkan melanjutkan perjalanan dan dikenai
Sanksi Administratif berupa:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; atau
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan Kartu Identitas; atau
2. Kerja Sosial.
c. sanksi berat, dalam bentuk denda administratif,
paling besar Rp150.000,00 (seratus lima puluh
ribu rupiah);
(2) Setiap pengemudi dan/atau penumpang Moda
Transportasi yang tidak menggunakan Masker, baik
pada saat perjalanan maupun saat berada di simpul
transportasi, tidak diperkenankan untuk
melanjutkan perjalanan, dan dikenai Sanksi
Administratif berupa:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; atau
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan Kartu Identitas; atau
2. Kerja Sosial.
14
Paragraf 2
Mobil Pribadi/Dinas
Pasal 19
(1) Setiap pengemudi mobil pribadi/dinas yang
melanggar pembatasan jumlah maksimal orang tidak
diperbolehkan melanjutkan perjalanan dan dikenai
Sanksi Administratif berupa:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; dan
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan Kartu Identitas; atau
2. Kerja Sosial.
c. sanksi berat, dalam bentuk denda administratif,
paling besar Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu
rupiah);
(2) Setiap pengemudi dan/atau penumpang mobil
pribadi/dinas yang tidak menggunakan Masker,
tidak diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanan,
dan dikenai Sanksi Administratif berupa:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; atau
2. teguran tertulis.
15
Paragraf 3
Sepeda Motor
Pasal 20
(1) Setiap pengemudi sepeda motor yang melanggar
ketentuan pelaksanaan AKB tidak diperbolehkan
melanjutkan perjalanan dan dikenai Sanksi
Administratif berupa:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; atau
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan Kartu Identitas; atau
2. Kerja Sosial.
c. sanksi berat, dalam bentuk denda administratif,
paling besar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah);
(2) Setiap pengemudi dan/atau penumpang sepeda
motor yang tidak menggunakan Masker, tidak
diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanan, dan
dikenai Sanksi Administratif berupa:
a. sanksi ringan, terdiri atas:
1. teguran lisan; atau
2. teguran tertulis.
b. sanksi sedang, terdiri atas:
1. jaminan Kartu Identitas; atau
2. Kerja Sosial.
c. sanksi berat, dalam bentuk denda administratif,
paling besar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah);
(5) Pengenaan Sanksi Administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), berakhir setelah pelanggar
memenuhi ketentuan protokol kesehatan yang
dilanggar.
Bagian Ketujuh
Denda Administratif
Pasal 21
(1) Denda administratif wajib disetorkan ke Kas Daerah
Kabupaten sesuai kewenangan.
(2) Surat pengenaan Sanksi Administratif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9, berlaku sebagai SKDA-AKB.
(3) Pembayaran denda administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara nontunai.
(4) Proses penerapan denda administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan melalui
sistem elektronik, yang berlaku sebagai SKDA-AKB.
16
BAB VII
PARTISIPASI MASYARAKAT
Pasal 22
(1) Pemerintah Daerah Kabupaten melibatkan tokoh
masyarakat, tokoh agama, kelompok masyarakat,
dan/atau relawan untuk mensosialisasikan
penerapan protokol kesehatan di ruang publik
termasuk pengenaan Sanksi Administratif.
(2) Masyarakat dapat berpartisipasi dalam penerapan
protokol kesehatan di ruang publik berupa:
a. penyediaan dan pembagian Masker secara gratis
kepada masyarakat;
b. penyediaan sarana cuci tangan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir atau
pencuci tangan berbasis alkohol atau Masker;
c. penyediaan media sosialisasi protokol kesehatan
dan pengenaan Sanksi Administratif dalam bentuk
brosur, pamflet, booklet, spanduk, baligo, poster
dan media sosial lainnya;
d. sosialisasi protokol kesehatan dan pengenaan
Sanksi Administratif di tempat/rumah ibadah,
sekolah dan ruang publik lainnya serta melalui
media massa.
BAB VIII
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu
Pemantauan
Pasal 23
(1) Bupati melakukan pemantauan pelaksanaan
Peraturan Bupati ini.
(2) Dalam pelaksanaan pemantauan Bupati dapat
menugaskan kepada Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 sesuai kewenangannya.
Bagian Kedua
Evaluasi
Pasal 24
(1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan penerapan Sanksi
Administratif yang diatur dalam Peraturan Bupati ini.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaksanakan secara:
a. spesifik;
b. objektif;
c. berkesinambungan;
d. terukur;
e. dapat diperbandingkan; dan
f. dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a, yaitu evaluasi harus dilakukan pada sasaran
secara jelas.
17