TUGAS
Disusun Oleh:
AAS ANITA CMR0190001
ALMALIDA SINTA M CMR0190072
FIARUS FILHAQ S CMR0190026
PADIYA AINUR H CMR0190059
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian
ini sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan Pemukiman,
perkotaan dan pedesaan. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan tugas ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak. Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekuranan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam tugas ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki tugas ini. Kami berharap semoga tugas yang kami susun ini
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengukuran PSN
a. Selalu (SL), jika responden sangat setuju dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
b. Sering (SR), jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner
dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
c. Jarang (JR), jika responden ragu-ragu dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
d. Tidak pernah (TP), jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1
2. Penilaian PSN
a. Baik ≥ mean/median
b. Kurang baik ≤ mean/median
Angka Bebas
Jentik (ABJ)
Praktik Keberadaan
Keberadaan
Pemberantasan Jentik Aedes vektor Nyamuk
Sarang Nyamuk Aeyepti Aedes Aegypti
(PSN)
Kejadian DBD
Kejaian DBD
Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN)
Variabel Pengganggu
1. Lingkungan
2. Perilaku
: Diteliti
: Tidak Teliti
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat
diamati dan benar-benar dilakukan oleh peneliti sesuai dengan variabel yang
terlibat dalam penelitian (Badriah, 2019).
Definisi
Cara
No Uraian Operasiona Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
l
Tabel Independen
Keberadaan Ada 1. Gayung Observasi 1. Ada
1 jentik tidaknya 2. Senter jentik Nominal
nyamuk jentik 3. Lembar 2. Tidak ada
nyamuk observa jentik
pada tempat si
penampunga (Puryandini,
n air di 2016)
rumah
responden
yang dilihat
secara
visual.
Pemberantas Kegiatan Kuesioner Wawancar 1. Baik ≥ 22
2 an sarang untuk a mean Ordinal
nyamuk mencegah 2. Kurang
(PSN) penyakit baik < 22
DBD seperti mean
menguras,
menutup, (Jaya, 2013)
dan mendaur
ulang barang
bekas (3M)
Variabel Dependen
Kejadian Penduduk Kuesioner Wawancar 1. Ya,
1 DBD kelurahan a mengala Nominal
Cijoho yang mi DBD
menderita 2. Tidak
DBD dan mengala
tercatat di mi DBD
Puskesmas
Kuningan
Kab
Kuningan (Utomo,
Tahun 2022. 2016)
METODE PENELITIAN
FI = NI/N
NI = fl x n
Keterangan:
RW 1 = 305 305 11 KK
𝑋 107 = 10,9
2.968
RW 2 = 593 593 21 KK
𝑋 107 = 21,4
2.968
RW 3 = 1.108 1.108 40 KK
𝑋 107 = 39,9
2.968
RW 4 = 360 360 13 KK
𝑋 107 = 12,9
2.968
RW 5 = 602 602 22 KK
𝑋 107 = 21,7
2.968
5.2 Pembahasan
5.2.1 Gambaran Keberadaan Jentik Nyamuk di Kelurahan Cijoho
Kabupaten Kuningan Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 107 responden
di kelurahan Cijoho Kabupaten Kuningan Tahun 2022, sebagian besar
responden yang tidak ada jentik dalam rumah sebanyak 99 responden
(82,5%). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa banyaknya responden
yang sudah menguras bak mandi atau tempat penampungan air secara
rutin.
Penelitian ini didukung dengan hasil wawancara dan observasi kepada
responden bahwasannya sebagian besar responden selalu menguras
bak mandi dan tempat penampungan air seperti ember minimal
seminggu sekali dan menutupnya karena masyarakat mengetahui
bahwa tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti adalah pada
air bersih sehingga perkembangbiakannya tersebut bisa terjadi pada
bak mandi dan TPA lainnya yang ada di dalam rumah. Ember adalah
salah satu jenis TPA yang digunakan paling banyak oleh masyarakat
di Kelurahan Cijoho. Masyarakat menggunakan TPA tersebut untuk
keperluan sehari-hari seperti mandi dan menampung air untuk
keperluan memasak. Hal ini sesuai dengan penelitian Prasetyawati
(2014) yang menunjukkan bahwa jenis TPA yang paling banyak
ditemukan adalah ember, terutama ember penampungan untuk mandi.
Hal ini dikarenakan ember lebih mudah didapat, praktis digunakan,
dan mudah dibersihkan.
Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Putri
(2017) bahwa tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan
sehari-hari seperti ember, drum, dan bak mandi/WC tutuplah rapat-
rapat TPA yang ada di dalam rumah. Selain itu, menguras bak mandi
dan TPA lainnya harus dilakukan secara teratur dan rutin setiap
seminggu sekali agar tidak ada jentik nyamuk pada TPA yang
merupakan tempat potensial sebagai tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Elsinga dkk (2018) yang
berjudul Knowladge, attitudes and preventive practices regarding
dengue in Maracay, Venezuela bahwa 80% responden telah
melakukan pencegahan dengan baik terhadap gigitan nyamuk.
Hampir 60% responden memiliki TPA yang berpotensi menjadi
tempat perkembangbiakan nyamu Aedes Aegeyti dengan sebagian
besar diantara meeke terdapat jentik nyamuk Aedes Aegypyi pada
TPA tersebut.
5.2.2 Gambaran Pemberantasan Sarang Nyamuk di Kelurahan
Cijoho Kabupaten Kuningan Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 107 responden
di Kelurahan Cijoho Kabupaten Kuningan tahun 2020, sebagian
responden dengan pemberantasan sarang nyamuk berkategori baik
sebanyak 91 responden (85,0%). Peneliti berpendapat bahwa hal
tersebut didukung oleh latar pendidikan yang tinggi yaitu SLTA/SMA
sederajat, karena ketika seseorang dengan pendidikan menengah atas
cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang baik sehingga dapat
meningkatkan kesadaran dalam upaya pencegahan kejadian DBD
dengan menerapkan PSN secara rutin.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden yang anggota
keluarganya pernah mengalami DBD di Kelurahan Cijoho mengaku
bahwa mereka melakukan upaya pencegahan DBD dengan
menerapkan PSN secara rutin setelah salah satu anggota keluarganya
sudah ada yang terkena DBD, sehingga mereka menerapkan upaya
pencegahan itu untuk meminimalisir tingkat penularan agar anggota
keluarga lainnya tidak ikut terkena DBD juga.
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan
seseorang, maka wawasan yang dimilikinya akan semakin luas
sehingga pengetahuan juga akan meningkat, begitupun sebaliknya.
Hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2014) yang menyatakan
bahwa seseorang yang berpendidikan tinggi ketika menemukan suatu
masalah akan berusaha dipikirkan sebaik mungkin dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Seseorang yang berpendidikan
tinggi cenderung akan lebih berorientasi pada tindakan preventif
(pencegahan), mengetahui lebih banyak mengenai masalah kesehatan
dan memiliki status kesehatan yang lebih baik.
Peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi
responden untuk berperilaku secara baik dalam melakukan
pencegahan kejadian DBD dengan cara menerapkan kegiatan
kegiatan 3M secara rutin. Penelitian ini sejalan dengan teori
Notoatmodjo (2014) yang menyatakan bahwa ada tiga faktor yang
mempengaruhi perilaku yaitu faktor predisposisi (predisposing
factors) yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan dan
pendidikan, faktor pendukung (enabling factors) yaitu sarana dan
prasarana kesehatan, dan faktor pendukung (reinforcing factors) yaitu
petugas kesehatan dan tokoh masyarakat.
Upaya pencegahan DBD yang dilakukan oleh masyarakat di
Kelurahan Cijoho yaitu dengan menerapkan PSN secara rutin seperti
menguras bak mandi dan tempat penampungan air berupa ember.
Masyarakat mengakui bahwa kegiatan tersebut untuk mencegah
keberadaan jentik nyamuk yang dapat menyebabkan DBD. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puryandini (2016)
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku menguras
tempat penampungan air dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes
aegypti. Sejalan dengan penelitian tersebut, hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ramlawati dkk (2014) menyimpulkan bahwa
pelaksanaan menguras tempat penampungan air berhubungan dengan
keberadaan larva Aedes aegypti.
Masyarakat juga mengakui bahwa selain menguras bak mandi dan
tempat penampungan air lainnya, masyarakat menerapkan perilaku
menutup rapat tempat penampungan air. Masyarakat berasumsi
bahwa hal tersebut bertujuan untuk mencegah nyamuk Aedes aegypti
masuk ke dalam tempat penampungan air untuk menetaskan telurnya.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Puryandini (2016) bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku menutup tempat
penampungan air dengan tingkat densitas telur nyamuk Aedes aegypti
pada evitrap. Penelitian tersebut didukung oleh Jaya (2013) yang
menyatakan bahwa perilaku menutup tempat penampungan air
berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti.
Pada upaya memanfaatkan kembali mendaur ulang barang bekas
sebagian besar responden tidak melakukannya karena harus bekerja.
Berdasarkan status pekerjaan di Kelurahan Cijoho sebagian besar
responden bekerja sebagai buruh. Hal yang membuat responden tidak
sempat untuk menyingkirkan/ mendaur ulang barang bekas. Selain
itu, masyarakat beranggapan bahwa barang bekas tersebut tidak
terlalu berpengaruh dengan keberadaan jentik nyamuk, sehingga
barang bekas tersebut hanya dikumpulkan dan langsung dibuang
diangkut oleh petugas sampah, adapun responden yang menjualnya
kepada pengepul. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Ramlawati dkk (2014) bahwa tindakan memanfaatkan kembali
mendaur ulang barang bekas tidak dapat dihubungkan dengan
densitas larva Aedes aegypti.
5.2.3 Gambaran Angka Kejadian DBD di Kelurahan Cijoho
Kabupaten Kuningan Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat yang pernah mengalami
DBD di Kelurahan Cijoho selama tahun 2019 yang tercatat di
Puskesmas Kuningan bahwa berjumlah 46 orang (43,0%), sebagian
besar masyarakat yang terkena DBD berusia 5-15 tahun sebanyak 14
orang (30,4%) dan sebagian besar masyarakat yang terkena DBD
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (52,2%). Hal ini sejalan
dengan teori yang dikemukakan oleh Widoyono (2011) bahwa
kejadian demam berdarah dengue (DBD) dapat menginfeksi semua
kelompok usia, dapat terjadi pada perempuan maupun laki-laki,
semua orang dapat terinfeksi DBD bahkan bayi baru lahir pun dapat
terinfeksi penyakit DBD.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Widia (2012) yang berjudul
faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah
dengue (DBD) di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan tahun 2011
bahwa umur atau usia adalah faktor mempengaruhi kepekaan
terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terkena
virus dengue, meskipun baru beberapa hari setelah lahir. Di Indonesia,
Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi penyakit DBD yang
disebabkan oleh virus dengue tersebut terutama pada anak-anak
berumur antara 5-9 tahun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Priesley (2018) yang berjudul hubungan perilaku pemberantasan
sarang nyamuk (PSN 3M Plus) terhadap kejadian demam berdarah
dengue (DBD) di Kelurahan Andalas tahun 2018 yang menyatakan
bahwa kejadian DBD banyak terjadi pada usia 5-15 tahun pada
masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki. Menurut teori Sucipto
(2011) sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap
serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di
Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan
DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun ditemukan angka
kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan
angka tersebut tidak signifikan. Berbeda dengan Singapura bahwa
insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak
perempuan.
5.2.4 Hubungan Keberadaan Jentik Nyamuk dengan Kejadian DBD
di Kelurahan Cijoho Kabupaten Kuningan Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.11 bahwa rumah responden
yang tidak terdapat jentik nyamuk sebagian besar tidak mengalami
DBD yakni sebanyak 60,6% dan hasil uji statistik Chi-square pada
tabel 5.11 didapatkan nilai p value = 0,008 (<0,05) yang artinya hasil
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keberadaan
jentik nyamuk dengan kejadian DBD di Kelurahan Cijoho Kabupaten
Kuningan Tahun 2020. Adapun nilai OR yang diperoleh sebesar
10,769 (95% CI = 1,275-90,959) yang artinya responden yang
terdapat jentik dalam rumah memiliki risiko 10,769 kali lebih besar
terkena DBD dibandingkan dengan responden yang tidak terdapat
jentik dalam rumah, dan hasil estimasi CI dapat disimpulkan bahwa
95% diyakini rata-rata keberadaan jentik nyamuk dalam rumah
diantara 1,275 sampai dengan 90,959.
Adanya hubungan antara keberadaan jentik nyamuk dengan kejadian
DBD di Kelurahan Cijoho Tahun 2020 dikarenakan masyarakat
menyadari akan pentingnya upaya pencegahan penyakit DBD.
Berdasarkan wawancara bahwa masyarakat selalu menguras bak
mandi dan tempat penampungan air lainnya seperti ember secara
rutin. Terdapat pula kader jumantik setiap 1 minggu sekali selalu
melakukan kunjungan kepada masyarakat untuk melihat keberadaan
jentik nyamuk pada tempat penampungan air. Hal tersebut secara
tidak langsung dapat memotivasi kepada masyarakat untuk membuat
bak mandi dan tempat penampungan air harus dalam keadaan bersih.
Sehingga masyarakat terbiasa untuk selalu menguras bak mandi dan
tempat penampungan air lainnya dengan rutin. Masyarakat mengakui
bahwa hal tersebut untuk mencegah keberadaan jentik nyamuk yang
dapat menyebabkan DBD.
Keberadaan larva jentik nyamuk dapat menandakan munculnya calon
vektor baru penyebab DBD. Jika di suatu tempat terdapat jentik
nyamuk maka ada peluang untuk berkembangnya vektor penyebab
DBD. Hal ini sesuai dengan teori berdasarkan Kemenkes RI (2013)
yang menyatakan bahwa siklus hidup nyamuk Aedes aegypti setelah
muncul dari kepompong akan mencari pasangan untuk mengadakan
perkawinan. Setelah kawin, nyamuk siap mencari darah untuk
perkembangan telur demi keturunannya. Nyamuk jantan setelah
kawin akan istirahat, dia tidak menghisap darah tetapi cairan
tumbuhan sedangkan nyamuk betina menggigit dan menghisap darah
manusia. Hal tersebut yang menjadi penyebab terjadinya DBD.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Siregar (2017) yang berjudul hubungan keberadaan jentik Aedes
aegypti pada tempat penampungan air dengan kejadian demam
berdarah dengue di Kecamatan Medan Sunggal yang menyatakan
bahwa ada hubungan antara hubungan keberadaan jentik Aedes
aegypti pada tempat penampungan air dengan kejadian demam
berdarah dengue dengan nilai p value 0,018. Didukung juga oleh
penelitian yang dilakukan oleh Parida (2013) yang berjudul hubungan
keberadaan jentik Aedes apti dan pelaksanaan 3M Plus dengan
kejadian penyakit DBD di Lingkungan XVIII Kelurahan Binjai Kota
Medan tahun 2012 yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti dengan kejadian
DBD dengan nilai p value 0,002, dan terdapat hubungan antara
pelaksanaan 3M Plus dengan kejadian DBD dengan nilai p value
0,047.
Berdasarkan hasil perhitungan ABJ diperoleh nilai ABJ di Kelurahan
Cijoho sebesar 92,52%, yang berati di Kelurahan Cijoho nilai ABJ
tersebut masih rendah. Angka bebas jentik (ABJ) merupakan salah
satu indikator yang digunakan untuk upaya pengendalian penyakit
DBD. Berdasarkan syarat Kemenkes RI (2019) jika ABJ sebesar ≥
95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Akan
tetapi, peneliti berpendapat bahwa ABJ di Kelurahan Cijoho tidak
berpengaruh secara langsung terhadap Kejadian DBD. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Saripudin (2019) yang
berjudul hubungan angka bebas jentik dan beberapa faktor lingkungan
dengan kejadian demam berdarah dengue di Puskesmas Purwosari
Semarang bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara angka
bebas jentik dan keberadaan jentik nyamuk dengan kejadian DBD
dengan nilai p value 0,126.
5.2.5 Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Kejadian
DBD di Kelurahan Cijoho Kabupaten Kuningan Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.12 bahwa responden yang
melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan baik sebagian
besar tidak mengalami DBD yakni sebanyak 65,9% dan hasil uji
statistik Chi-square pada tabel 5.12 didapatkan nilai p value = 0,000
(< 0,05) yang artinya hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pemberantasanı sarang nyamuk
dengan kejadian DBD di Kelurahan Cijoho Kabupaten Kuningan
Tahun 2020. Adapun nilai OR yang diperoleh sebesar 29,032 (95%
CI = 3,663 - 230,109) yang artinya responden dengan pemberantasan
sarang nyamuk kurang baik memiliki risiko 29,032 kali lebih besar
terkena DBD dari responden dengan pemberantasan sarang nyamuk
baik, dan hasil estimasi CI dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
rata-rata pemberantasan sarang nyamuk kurang baik diantara 3,663
sampai dengan 230,109.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sumantri (2013), yang menyatakan bahwa terdapatnya hubungan
antara PSN dengan kejadian DBD (p=0,000). PSN adalah suatu
tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk memberantas telur,
jentik, dan kepompong nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan yang
dilakukan sebagai langkah pencegahan terhadap penyakit DBD yaitu
dengan cara menguras tempat penampungan air minimal satu minggu
sekali, menutup rapat tempat penampungan air, dan menyingkirkan
atau mendaur ulang barang bekas. Hal ini sejalan dengan teori
pengendalian DBD yang disarankan oleh Kemenkes RI (2019) dalam
pemberantasan jentik nyamuk, yaitu kegiatan 3M. Menguras bak
mandi dilakukan seminggu sekali karena waktu yang dibutuhkan dari
telur untuk tumbuh menjadi dewasa adalah kira-kira 9 hari. Seekor
nyamuk dapat menghasilkan rata-rata 100 butir telur tiap kali bertelur.
Pada waktu menguras, dinding bak mandi harus disikat untuk
membersihkan telur nyamuk yang menempel pada dinding bak mandi
karena nyamuk betina meletakkan telurnya pada dinding tempat
perindukan. Telur nyamuk ini dapat bertahan di tempat kering (tanpa
air) sampai 6 bulan dan telur akan menetas menjadi jentik dalam
waktu kurang dari 2 hari setelah terendam air. Dengan menyikat
dinding bak mandi, diharapkan telur nyamuk yang menempel tersebut
akan rusak dan tidak menetas. Dengan membersihkan bak mandi,
diharapkan populasi nyamuk akan berkurang pada wilayah tersebut
dan dapat menurunkan angka kejadian DBD. Teori tersebut didukung
oleh penelitian yang dilakukan Priesley (2018) bahwa hubungan
antara menguras tempat penampungan air dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue di Kelurahan Andalas dengan nilai p 0,000.
Berdasarkan hasil wawancara, selain menguras bak mandi dan tempat
penampungan air lainnya yang dilakukan secara rutin, masyarakat di
Kelurahan Cijoho mengakui dengan menutup tempat penampuang air
karena tempat tersebut merupakan tempat yang potensial sebagai
tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dapat
menyebabkan DBD. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Utomo
(2016) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara menutup
tempat penampungan air (TPA) dengan kejadian DBD di Desa
Sojomerto, Reban, Batang (p=0,004).
Didukung oleh teori dari Kemenkes RI (2019) dalam pengendalian
DBD bahwa menutup TPA harus selalu dilakukan setelah TPA
tersebut digunakan dan harus ditutup dengan rapat. Nyamuk Aedes
aegypti mempunyai habitat perkembangbiakan di TPA seperti
tempayan, drum, atau ember yang berada di pemukiman dengan air
yang tenang/tergenang dan relatif jernih dan bukan pada genangan air
yang langsung di tanah. Dengan mengetahui habitat
perkembangbiakan nyamuk tersebut, maka TPA haruslah selalu
tertutup rapat agar nyamuk tidak dapat masuk dan menjadi tempat
perkembangbiakan. Diharapkan dengan adanya upaya menutup TPA
ini populasi nyamuk dapat berkurang dan dapat menurunkan angka
kejadian DBD.
Pada upaya memanfaatkan kembali mendaur ulang barang bekas
berdasarkan wawancara bahwa sebagian besar responden tidak
menerapkan upaya tersebut. Masyarakat beranggapan bahwa barang
bekas tersebut tidak terlalu berpengaruh dengan keberadaan jentik
nyamuk, sehingga barang bekas tersebut hanya dikumpulkan dan
langsung dibuang/diangkut oleh petugas sampah, adapun responden
yang menjualnya kepada pengepul. Peneliti berasumsi bahwa
kurangnya motivasi masyarakat dalam upaya memanfaatkan kembali
mendaur ulang barang bekas yang menjadi penyebab DBD di
Kelurahan Cijoho.
Hal ini sejalan dengan teori dalam penelitian Utomo (2016) bahwa
perilaku yang buruk dalam menyingkirkan/mendaur ulang barang
bekas dapat meningkatkan resiko terjangkitnya penyakit DBD.
Keberadaan barang bekas baik yang terdapat dalam rumah maupun
luar rumah dapat menjadi tempat penampungan air yang berpotensi
menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegypti. Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Desniawati (2014) yang menyatakan bahwa pelaksanaan
memanfaatkan kembali mendaur ulang barang bekas berhubungan
dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Didukung dengan penelitian
yang dilakukan oleh Utomo (2016) yang berjudul menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara memanfaatkan kembali mendaur ulang
barang bekas dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di Desa
Sojomerto, Reban, Batang dengan nilai p value 0,000. Oleh karena
itu, diharapkan agar masyarakat Kelurahan Cijoho menerapkan upaya
memanfaatkan kembali mendaur ulang barang bekas untuk mencegah
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti yang dapat menjadi
penyebab terjadinya DBD.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sarifah (2014) yang berjudul hubungan PSN dengan kejadian DBD
pada keluarga di Pedukuhan Karang Tengah Nogotirto Gamping
Sleman Yogyakarta tahun 2014 yang menyatakan bahwa ada
hubungan PSN dengan kejadian DBD pada keluarga di Pedukuhan
Karang Tengah Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta tahun 2014.
Didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Lee (2014) yang
berjudul hubungan perilaku pencegahan terhadap kejadian demam
berdarah dengue (DBD) pada masyarakat Kelurahan Sungai Jawi
Dalam tahun 2013 yang menyimpulkan ada hubungan perilaku
pencegahan terhadap kejadian demam berdarah dengue DBD pada
masyarakat Kelurahan Sungai Jawi Dalam tahun 2013. Berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2017)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku PSN 3M Plus
dengan kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat
Kota Bengkulu.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian yang dirasakan oleh peneliti yaitu :
1. Dalam penelitian ini desain studi cross sectional asas dasar
pertimbangan dana, waktu, tenaga dan sarana yang tersedian. Kemudian
pelaksaanaan penelitian penelitian ini harus menyesuaikan dengan
kondisi yang saat ini dalam masa pandemi sehingga peneliti
membutuhkan waktu untuk mengumpulkan data.
2. Target pengambilan data penelitian tidak sesuai dengan waktu yang
sudah direncanakan karna pada jadual yang seharusnya terhambat oleh
adanya pandemi covid-19 sehingga tida memungkinkan untuk
dilaksanakan turun lapangan, sehingga penelitian harus mengatur
kembali jadual.
3. Ketika proses penelitian, peneliti mengalami hambatan dalam hal
berkomunikasi dengan responden terkadang responden menolak untuk
di wawancarai dan cemas sebelum diberikan penjelasan mengenai
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, kemudian banyak pula
responden yang meminta kuesionernya dibacakan dan jawabannya
dituliskan oleh peneliti.
BAB VI
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan oleh
peneliti, dapat dibuat simpulan sebagai berikut:
1. Gambaran keberadaan jentik nyamuk di kelurahaan cijoho kabupaten
kuningan tahun 2020, sebagian besar tidak terdapat jentik dalam rumah
sebanyak 92,5%.
2. Gambaran pemberantasan sarang nyamuk di kelurahan cijoho kabupaten
kuningan tahun 2020, sebagian besar dengan pemberantasan sarang
nyamuk baik sebanyak85,0%.
3. Gambaran angka kejadian DBD di kelurahan cijoho kabupaten kuningan
tahun 2020, sebagian besar tidak pernah mengalami DBD sebanyak
57,0%.
4. Terdapat hubungan antara keberadaan jenti nyamuk dengan kejadian
DBD di kelurahan cijoho kabupaten kuningan tahun 2020, berdasarkan
uji chisquare di peroleh nilai p value 0,008 atau < 0,05, dan nilai OR
sebesar 10,769 (95%CI = 1,275 – 90,959).
5. Terdapat hubungan antara pemberantasan sarang nyamuk dengan
kejadian DBD di kelurahan cijoho kabupaten kuningan tahun 2020,
berdasarkan uji chi square di peroleh nilai p value 0,000 atau < 0,05 dan
nilai OR sebesar 29,032 ( 95% CI = 3,663 - 230,109).
6.2 Saran
1. Bagi masyarakat kelurahan cijoho
Masyarakat kelurahan cijoho disarankan untuk membuat dan
membiasakan diri dalam menggunakan/memanfaatkan kembali barang
bekas seperti botol plastik, kaleng, ban bekas dan lainnya yang berpotensi
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.
2. Bagi kelurahan cijoho
Kelurahan cijoho disarankan untuk membuat dan melaksanakan program-
program dalam upaya pengendalian DBD terkait kegiatan PSN dengan
cara pembentukan kelompok masyarakat kreatif dalam memanfaatkan
kembali barang bekas seperti botol plastik, kaleng, ban bekas dan lainnya.
3. Bagi puskesmas kuningan
Puskesmas kuningan disarankan untuk meningkatkan kembali program
penyuluhan sebagai upaya promotif terutama pada program pengendalian
demam berdarah dengue, sehingga dengan adanya penyuluhan di setiap
kelurahan sehingga pihak desa/kelurahan dapat berkontribusi dan
menciptakan program-progrm baru yang sesuai dengan pencegahan dan
pengendalian DBD.
DAFTAR PUSTAKA
Rajawali Pers.
Alghazali, K. A., dkk. 2019 Dengue fover among febrile patients in Taiz City,
Yemen during the 2016 war: Clinical manifestations, risk factors, and
Health, 100119.
Arvaprema, V. S. & Xue, R-D. 2019. Breteau Index as a promising early warning
signal for dengue fever outbreaks in the Colombo District Sri Lanka. Acta
Universitas Hasanuddin.
Multazam.
Chandra, E. 2019. Pengaruh Faktor Iklim, Kepadatan Penduduk Dan Angka Bebas
Dinkes Jabar. 2019. Data Tren Kasus DBD Tahun 2017 s.d. Juni 2019 di Jawa
Dinkes Kuningan. 2019. Data Kasus DBD per Puskesmas di Kabupaten Kuningan
Elsinga, J., dkk. 2018. Knowledge, Attitudes, and Preventive Practices Regarding
Aditama
Jaya, D. М., dkk 2013 Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD
UNHAS.
Kemenkes RI: 2013. Peryaki Menular Non Neglected: Kalian Program dan
Kesehatan RI.
Maksimalkan PSN.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19020600004/kasus-dbd-terus-
bertambah-anung-imbau-masyarakat-maksimalkan-psn.html [diakses
Jawa Barat.
Rineka Cipta.
Parida, S., Dharma, S. & Hasan, W. 2013. Hubungan Keberadaan Jentik Aedes
FlashBooks.
Patamawati 2012. Poran Juru Pantau Jentik dalam Sistem Kevaspadaan Dini.
sarang nyamuk dengan menutup, menguras dan mendaur ulang plus (PSN
3M Plus) terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kelurahan
Puspita, S. 2012. Hubungan Kepadatan Jentik Aedes SP dan Praktik PSN dengan
Sarifah. 2014. Hubungan PSN dengan Kejadian DBD pada Keluarga di Pedukuhan
Sumatera Utara.
Publishing.
Alfabeta
Tanjungpura, 1.
https://www.who.int/news-room/detail/14-11-2019-strong-country-
capacity-improved-tools-and-community-engagement-critical-to-
2019].
Widia, E., W., Dwi, A. & Sri, D. 2012. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan
22-34.
Wilder-Smith, A., dkk. 2019. Dengue. The Lancet 393 (10169): 350-363.
TAHUN 2020
A. Identitas responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin : 1. Laki-laki
2 . perempuan
4. Pendidikan terakhir : 1. tidak sekolah
2. tidak tamat SD
3. tamat SD
4. tamat SLTP/SMP
5. tamat SLTA/SMA
2. pegawai suasta
3. wiraswasta/pedagang/jasa
4. petani
5. buruh
6. lainnya
B. Keberadaan jentik nyamuk
no Tempat penampungan air Ada jentik Tdak ada jentik
1 Bak mandi
2 Ember
3 Drum
Crosstabs
Notes
Output Created 06-JAN-2023 23:49:21
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 107
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are
based on all the cases with
valid data in the specified
range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Keberadaanjentikn
yamuk
Pemberantasansarangnyamu
k BY Kejadian_DBD
/FORMAT=AVALUE
TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC
PHI LAMBDA UC RISK
CMH(1)
/CELLS=COUNT
EXPECTED TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00,03
Elapsed Time 00:00:00,08
Dimensions Requested 2
Cells Available 524245
[DataSet0]
Keberadaanjentiknyamuk * Kejadian_DBD
Crosstab
Kejadian_DBD
Ya, Tidak
Mengalami Mengalami
DBD DBD
Keberadaanjentiknyamuk Tidak ada jentik Count 46 53
Expected Count 42,6 56,4
% of Total 43,0% 49,5%
Ada jentik Count 0 8
Expected Count 3,4 4,6
% of Total 0,0% 7,5%
Total Count 46 61
Expected Count 46,0 61,0
% of Total 43,0% 57,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6,520a 1 ,011
Continuity Correctionb 4,762 1 ,029
Likelihood Ratio 9,476 1 ,002
Fisher's Exact Test ,010 ,009
Linear-by-Linear Association 6,459 1 ,011
N of Valid Cases 107
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Directional Measures
Value
Nominal by Lambda Symmetric ,000
Nominal Keberadaanjentik ,000
nyamuk
Dependent
Kejadian_DBD ,000
Dependent
Goodman and Keberadaanjentik ,061
Kruskal tau nyamuk
Dependent
Kejadian_DBD ,061
Dependent
Uncertainty Symmetric ,093
Coefficient Keberadaanjentik ,167
nyamuk
Dependent
Kejadian_DBD ,065
Dependent
Symmetric Measures
Approximate
Value Significance
Nominal by Nominal Phi ,247 ,011
Cramer's V ,247 ,011
Contingency Coefficient ,240 ,011
N of Valid Cases 107
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort Kejadian_DBD = ,535 ,446 ,643
Tidak Mengalami DBD
N of Valid Cases 107
Pemberantasansarangnyamuk * Kejadian_DBD
Crosstab
Kejadian_DBD
Ya, Tidak
Mengalami Mengalami
DBD DBD
Pemberantasansarangny Baik Count 46 45
amuk Expected Count 39,1 51,9
% of Total 43,0% 42,1%
Kurang Baik Count 0 16
Expected Count 6,9 9,1
% of Total 0,0% 15,0%
Total Count 46 61
Expected Count 46,0 61,0
% of Total 43,0% 57,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 14,187a 1 ,000
Continuity Correctionb 12,199 1 ,000
Likelihood Ratio 20,082 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 14,054 1 ,000
N of Valid Cases 107
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,88.
b. Computed only for a 2x2 table
Directional Measures
Value
Nominal by Lambda Symmetric ,016
Nominal Pemberantasans ,000
arangnyamuk
Dependent
Kejadian_DBD ,022
Dependent
Goodman and Pemberantasans ,133
Kruskal tau arangnyamuk
Dependent
Kejadian_DBD ,133
Dependent
Uncertainty Symmetric ,170
Coefficient Pemberantasans ,222
arangnyamuk
Dependent
Kejadian_DBD ,137
Dependent
Symmetric Measures
Approximate
Value Significance
Nominal by Nominal Phi ,364 ,000
Cramer's V ,364 ,000
Contingency Coefficient ,342 ,000
N of Valid Cases 107
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort Kejadian_DBD = ,495 ,402 ,609
Tidak Mengalami DBD
N of Valid Cases 107
JK_Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki -Laki 88 82,2 82,2 82,2
Perempuan 19 17,8 17,8 100,0
Total 107 100,0 100,0
Tingkat_Pendidikan_Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Tamat SD 17 15,9 15,9 15,9
Tamat SD 30 28,0 28,0 43,9
Tamat SLTP/SMP 15 14,0 14,0 57,9
Tamat SLTA/SMA 39 36,4 36,4 94,4
Tamat Perguruan 6 5,6 5,6 100,0
Tinggi/Universitas
Total 107 100,0 100,0
Pekerjaan_Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TNI/PNS/POLRI/BUMN/D 8 7,5 7,5 7,5
Pegawai Swasta 14 13,1 13,1 20,6
Wiraswasta/Pedagang/Jasa 25 23,4 23,4 43,9
Petani 4 3,7 3,7 47,7
Buruh 34 31,8 31,8 79,4
Lainya 22 20,6 20,6 100,0
Total 107 100,0 100,0
Keberadaanjentiknyamuk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada jentik 99 92,5 92,5 92,5
Ada jentik 8 7,5 7,5 100,0
Total 107 100,0 100,0
Pemberantasansarangnyamuk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 91 85,0 85,0 85,0
Kurang Baik 16 15,0 15,0 100,0
Total 107 100,0 100,0
Kejadian_DBD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya, Mengalami DBD 46 43,0 43,0 43,0
Tidak Mengalami DBD 61 57,0 57,0 100,0
Total 107 100,0 100,0
RentangusiayangpernahmengalamiDBD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 5-15 Tahun 14 30,4 30,4 30,4
16-25 Tahun 7 15,2 15,2 45,7
26-35 Tahun 8 17,4 17,4 63,0
36 - 45 Tahun 10 21,7 21,7 84,8
>45 Tahun 7 15,2 15,2 100,0
Total 46 100,0 100,0
JeniskelaminanggotakeluargayangpernahDBD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki - Laki 24 52,2 52,2 52,2
Perempuan 22 47,8 47,8 100,0
Total 46 100,0 100,0
2. Analisis Bivariat
Crosstab
Kejadian_DBD
Ya, Mengalami Tidak
DBD Mengalami DBD Total
Keberadaanjentiknyamuk Tidak ada jentik Count 46 53 99
Expected Count 42,6 56,4 99,0
% of Total 43,0% 49,5% 92,5%
Ada jentik Count 0 8 8
Expected Count 3,4 4,6 8,0
% of Total 0,0% 7,5% 7,5%
Total Count 46 61 107
Expected Count 46,0 61,0 107,0
% of Total 43,0% 57,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6,520a 1 ,011
Continuity Correctionb 4,762 1 ,029
Likelihood Ratio 9,476 1 ,002
Fisher's Exact Test ,010 ,009
Linear-by-Linear Association 6,459 1 ,011
N of Valid Cases 107
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort Kejadian_DBD = ,535 ,446 ,643
Tidak Mengalami DBD
N of Valid Cases 107
Crosstab
Kejadian_DBD
Ya, Mengalami Tidak
DBD Mengalami DBD Total
Pemberantasansarangnyam Baik Count 46 45 91
uk Expected Count 39,1 51,9 91,0
% of Total 43,0% 42,1% 85,0%
Kurang Baik Count 0 16 16
Expected Count 6,9 9,1 16,0
% of Total 0,0% 15,0% 15,0%
Total Count 46 61 107
Expected Count 46,0 61,0 107,0
% of Total 43,0% 57,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 14,187a 1 ,000
Continuity Correctionb 12,199 1 ,000
Likelihood Ratio 20,082 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 14,054 1 ,000
N of Valid Cases 107
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,88.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort Kejadian_DBD = ,495 ,402 ,609
Tidak Mengalami DBD
N of Valid Cases 107