Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Sunarti, S.T., M.T.
Prof. Dr. Ir. Nany Yuliastuti, M.S.P.
Dr.-Ing. Asnawi, S.T.
Landung Esariti, S.T., M.P.S.
i
4.2. Analisis Permasalahan Utama ........................................................................................... 20
4.2.1. Analisis Kondisi Fisik Bangunan Rumah..................................................................... 20
4.2.2. Analisis Kondisi Prasarana ......................................................................................... 21
4.3. Analisis Stakeholder .......................................................................................................... 21
4.3.1. Identifikasi Stakeholder............................................................................................. 21
4.3.2. Klasifikasi Stakeholder menurut Power-Interest ....................................................... 22
4.3.3. Evaluasi Kekuatan dan Pengaruh Stakeholder .......................................................... 24
4.3.4. Tingkat Keterlibatan Stakeholder.............................................................................. 26
4.3.5. Tahapan Keterlibatan Stakeholder ............................................................................ 27
4.4. Sumber Pembiayaan ......................................................................................................... 28
5. BAB V ARAHAN PENANGANAN PERUMAHAN SWADAYA ........................................................ 30
6. BAB VI PENUTUP ....................................................................................................................... 35
5.1. Kesimpulan ....................................................................................................................... 36
5.2. Rekomendasi .................................................................................................................... 36
7. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 37
8. LAMPIRAN................................................................................................................................. 39
Lampiran 1: Tabel Hasil Observasi Lapangan ................................................................................ 39
Lampiran 2: Hasil Wawancara ...................................................................................................... 40
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Deliniasi Lokasi Amatan Perumahan Swadaya BSPS ....................................................... 3
Gambar 4.1 Lokasi Amatan RT. 15 dan 16, RW. 6, Kelurahan Pegulon, Kabupaten Kendal .............. 11
Gambar 4.2 Kondisi Fisik Rumah Permanen di Lokasi Amatan ......................................................... 12
Gambar 4.3 Kondisi Fisik Rumah Semi-Permanen di Lokasi Amatan ................................................ 12
Gambar 4.4 Kondisi Fisik Rumah Non-Permanen di Lokasi Amatan ................................................. 13
Gambar 4.5 Peta Sarana RT 15 & 16 Kelurahan Pegulon .................................................................. 13
Gambar 4.6 Kondisi Prasarana Jalan di RT 15 & 16 Kelurahan Pegulon ............................................ 14
Gambar 4.7 Kondisi Drainase Primer di Lokasi Amatan .................................................................... 15
Gambar 4.8 Persentase Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2017 ................................. 16
Gambar 5.1 Lokasi Amatan RT. 15 dan 16, RW. 6, Kelurahan Pegulon, Kabupaten Kendal .............. 19
Gambar 6.1 Peta Pentahapan Program Perbaikan Kualitas Hunian dan Prasarana di Lokasi Amatan
.......................................................................................................................................................... 34
DAFTAR TABEL
Tabel IV. 1 Stakeholder menurut Ukuran .......................................................................................... 22
Tabel IV. 2 Stakeholder menurut Tingkat Pengaruh dan Fokus ........................................................ 22
Tabel IV. 3 Evaluasi Stakeholder menurut Tingkat Pengaruh terhadap Kegiatan ............................. 24
Tabel IV. 4 Stakeholder menurut Tipe Partisipasi Kegiatan ............................................................... 26
Tabel IV. 5 Keterlibatan Stakeholder Menurut Tahapan dan Tipe Partisipasi ................................... 27
iii
1
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1. Tujuan
Tujuan akhir dalam penulisan laporan ini adalah arahan penanganan permasalahan di
perumahan swadaya dengan BSPS di RT 15 dan RT 16, Kelurahan Pegulon, Kecamatan Kendal,
Kabupaten Kendal untuk lima (5) tahun ke depan.
2
1.2.2. Sasaran
Sasaran yang diperlukan dalam mewujudkan arahan penanganan permasalahan
perumahan dengan BSPS di RT 15 dan RT 16, Kelurahan Pegulon, sebagai berikut:
a) Menganalisis karakteristik perumahan swadaya dengan BSPS di lokasi amatan, yang
disimpulkan dari profil fisik dan nonfisik;
b) Menemukenali masalah utama di perumahan swadaya dengan BSPS di lokasi amatan; dan
c) Menyusun arahan penanganan dan indikasi program untuk lima tahun ke depan, disertai
dengan sumber pembiayaan dan identifikasi stakeholder yang terlibat.
3
Kedalaman substansi yang dijabarkan dalam laporan ini terdiri atas aspek fisik dan nonfisik. Aspek
fisik mencakup kondisi fisik bangunan rumah, prasarana, dan sarana. Sedangkan aspek nonfisik
terdiri atas aspek kependudukan, kelembagaan, budaya, dan kebijakan pemerintah. Substansi
dalam laporan ini akan bermuara pada arahan penanganan perumahan swadaya BSPS di Kelurahan
Pegulon.
4
5
1.
2. BAB II
KAJIAN LITERATUR TENTANG PERUMAHAN SWADAYA DAN BSPS
6
pemberdayaan masyarakat, transparan, dapat ditanggungjawabkan, dan pengembangan mandiri
pascakegiatan (Kementerian PUPR, 2015).
Program BSPS mengharapkan masyarakat setempat agar bergotong-royong dalam
merenovasi tempat tinggal para MBR, dengan stimulasi yang diberikan oleh pihak pemerintah.
Program ini menargetkan rumah tangga dengan pendapatan rendah, baik di perkotaan maupun
pedesaan, sebagai objek yang dibantu dalam penyediaan rumah tinggal. Bentuk bantuan yang
diberikan dalam program BSPS dapat berupa uang tunai atau material bangunan. Ketentuan dalam
pemberian BSPS adalah penerima harus berkewarganegaraan Indonesia, telah menikah, hidup di
bawah garis kemiskinan, memiliki lahan, dan memiliki rekening bank (Heripoerwanto, 2012).
7
seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Sosial. Program-program bantuan tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kualitas rumah masyarakat menjadi rumah yang layak huni karena sebagian
besar program tersebut memberi bantuan perbaikan rumah. Berkaitan dengan pembangunan
perumahan swadaya, terdapat beberapa tahap dalam melakukan pembangunan perumahan
swadaya di negara Peru (Bredenoord, 2011) sebagai berikut:
a) Tahap pertama, pemberian fasilitas rumah sederhana.
b) Tahap stabilisasi, pemberian kredit dari pemerintah dan/atau LSM.
c) Tahap konsolidasi, rumah siap tinggal.
Pembangunan perumahan swadaya pada proses pelaksanaannya tentu mengalami
beberapa kendala, seperti desain rumah yang tidak kreatif, ketentuan DED (Detail Engineering
Design) yang menyulitkan karena tidak ada kebebasan memilih bahan bangunan, serta
pembangunan yang tidak tepat sasaran (Hendra, et. al., 2012). Berbagai permasalahan tersebut
berdampak langsung pada efektivitas pelaksanaan pembangunan perumahan swadaya sehingga
pengadaan perumahan tidak sesuai dengan tujuan awal. Hal tersebut diperparah dengan
infrastruktur (prasarana, sarana, utilitas) dengan kualitas layanan di bawah standar, sehingga
tujuan pembangunan rumah layak huni tidak tercapai. Oleh karena itu, dalam pembangunan
perumahan swadaya perlu memerhatikan beberapa hal penting sebagaimana BSPS di Kecamatan
Parigi Selatan, sebagai berikut (Zulkarnain, 2016).
a) Kelompok sasaran (target group).
Kelompok sasaran merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam implementasi
program pembangunan perumahan swadaya. Oleh karena itu, klasifikasi dan segmentasi
masyarakat menjadi faktor utama keberhasilan program ini, terutama segmentasi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) selaku kelompok sasaran.
b) Kebutuhan perumahan masyarakat.
Dalam hal ini, kebutuhan perumahan layak huni harus diperhatikan sebelum pelaksanaan
pembangunan perumahan swadaya. Kebutuhan yang dimaksud yaitu status kelayakan rumah (dari
kelompok sasaran) yang dapat diverifikasi secara langsung melalui tinjauan lapangan. Selain itu,
perlu adanya kriteria yang jelas mengenai perumahan layak huni.
c) Keterjangkauan.
Keterjangkauan dalam hal ini yaitu berupa biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat
untuk membangun secara swadaya. Sebagian besar program pengadaan rumah oleh pemerintah
masih belum dapat dijangkau oleh sebagian MBR, termasuk program pengadaan melalui subsidi
silang. Oleh karena itu, dengan melakukan analisis keterjangkauan diharapkan pengadaan
perumahan swadaya dapat menjangkau semua MBR.
d) Kemampuan dan pemberdayaan masyarakat.
Salah satu hal yang seringkali tidak diperhatikan dalam pembangunan swadaya yaitu
kemampuan dari masyarakat itu sendiri untuk melakukan pembangunan dan pengelolaan secara
swadaya. Hal tersebut kemudian akan berdampak pada pembangunan yang tidak dapat
berkelanjutan serta pengelolaan yang kurang optimal.
8
tahun 2014 di lokasi amatan, mendorong budaya keswadayaan berupa gotong royong dalam
memperbaiki kualitas rumah bagi penduduk berpenghasilan rendah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Setiawan (2013) dan Hawiyah (2016). Penerima BSPS di lokasi amatan memiliki kriteria
berkewarganegaraan Indonesia, telah menikah, hidup di bawah garis kemiskinan, memiliki lahan,
dan memiliki rekening bank, sesuai kriteria yang dijelaskan oleh Heripoerwanto (2012). Penyediaan
perumahan swadaya di lokasi amatan sebaiknya memerhatikan kelompok sasaran, kebutuhan
perumahan masyarakat, keterjangkauan, kemampuan dan pemberdayaan masyarakat (Zulkarnain,
2016).
9
3.
10
BAB III
PROFIL PERUMAHAN SWADAYA
LOKASI AMATAN
11
Sumber: Dokumentasi Kelompok 1B, 2019.
Gambar 3.2 Kondisi Fisik Rumah Permanen di Lokasi Amatan
Rumah semipermanen adalah rumah dengan karakteristik kondisi fisik berupa dinding
“setengah semen dan setengah kayu”, serta atap bermaterial campuran antara genteng dan seng.
Kayu dan seng digunakan sebagai material penyusun bangunan rumah, karena memiliki harga yang
jauh lebih murah daripada semen dan genteng. Pemilihan material tersebut berkaitan erat dengan
tingkat ekonomi rendah para MBR. Rumah dengan kondisi fisik semi-permanen didapati sebanyak 5
unit di lokasi amatan. Sampel rumah dengan kondisi semipermanen di lokasi amatan
didokumentasikan pada Gambar 3.2.
Rumah nonpermanen adalah rumah dengan kondisi fisik bercirikan dinding berbahan kayu
atau gedek, lantai masih berupa tanah, serta atap rumahnya dari seng maupun asbes. Lokasi
amatan memiliki 3 unit rumah yang terkategorikan sebagai nonpermanen. Rumah nonpermanen
memiliki sifat yang rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi dan angin kencang. Rumah
dengan kondisi fisik ini dicontohkan di lokasi amatan sebagaimana Gambar 3.4.
12
Sumber: Dokumentasi Kelompok 1B, 2019.
Gambar 3.4 Kondisi Fisik Rumah Non-Permanen di Lokasi Amatan
Sembilan puluh persen (90%) lahan dan bangunan di lokasi amatan bersertifikat hak milik
(Hasil wawancara, 2019). Lahan dan bangunan di lokasi amatan ditunjukkan legalitasnya dengan
surat akta tanah dan bangunan, sehingga telah sah secara hukum dan administrasi untuk
dimanfaatkan secara pribadi. Hal ini menjadi salah satu karakteristik perumahan yang dibangun
secara swadaya.
3.2.2. Sarana
Sarana perbankan dan sarana peribadatan adalah jenis sarana yang termasuk dalam
deliniasi lokasi amatan. Kedua jenis sarana tersebut melayani masyarakat setingkat Kelurahan
Pegulon, dan berlokasi dekat dengan jalan arteri yang menjadi batas deliniasi lokasi amatan di
sebelah selatan, sebagaimana pada Gambar 3.5.
13
3.2.2. Prasarana
Bagian ini mendeskripsikan kondisi eksisting lokasi amatan terkait prasarana jalan dan
drainase, sebagai jenis prasarana yang paling tampak di lokasi amatan. Kondisi kedua jenis
prasarana ini dipetakan pada Gambar 3.6 dan Gambar 3.7.
Gambar 3.6 menampilkan kondisi dua kelas jalan yang dimiliki lokasi amatan, yaitu kelas
jalan arteri dan jalan lingkungan. Jalan arteri bernama Jalan Pemuda, menjadi batas deliniasi lokasi
amatan di sebelah selatan. Sedangkan, jalan lingkungan bernama Jl. Gang Flamboyan, sebagai
batas deliniasi lokasi amatan di sebelah timur. Jalan Gang Flamboyan adalah jalan akses utama
masuk dan keluar perumahan swadaya di lokasi amatan serta perumahan di sekitarnya.
Prasarana yang dibahas berikutnya adalah kondisi prasarana drainase di lokasi amatan.
Hierarki drainase di lokasi tersebut terdiri atas drainase primer, sekunder, dan tersier. Drainase
primer di lokasi amatan bernama Kali Kendal, dengan hulu aliran air dari Kali Bodri, dan menjadi
batas deliniasi lokasi amatan di sebelah timur. Kondisi drainase primer disajikan pada Gambar 3.7.
Sedangkan drainase sekunder didapati di bagian selatan lokasi amatan, di sepanjang jalan arteri.
Drainase di sekitar perumahan swadaya berfungsi sebagai drainase tersier.
14
Sumber: Dokumentasi Kelompok 1B, 2019.
Gambar 3.7 Kondisi Drainase Primer di Lokasi Amatan
3.3.1. Kependudukan
Penduduk di lokasi amatan berjumlah 235 jiwa, dengan kepala keluarga berjumlah 47 KK.
Data tersebut berasal dari perhitungan jumlah rumah melalui gambar foto udara dan diasumsikan
bahwa setiap rumah dihuni oleh 1 KK. Setiap kepala keluarga memiliki 5 anggota keluarga sehingga
munculah asumsi jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga tersebut.
Penduduk di lokasi amatan didominasi oleh penduduk lulusan SMA/sederajat. Berdasarkan
data BPS Kecamatan Kota Kendal tahun 2018, sebanyak 34% penduduk merupakan tamatan SMA
dan hanya 15% penduduk yang tidak atau belum tamat SD. Kondisi tersebut kemudian akan
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia dan mata pencaharian penduduk di lokasi
amatan sesuai dengan tingkat pendidikan terakhir.
15
Sumber: Kecamatan Kota Kendal Dalam Angka, 2018
Gambar 3.8 Persentase Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2017
3.3.2. Kelembagaan
Lokasi amatan merupakan wilayah yang terletak di pusat Kabupaten Kendal. Sebagai salah
satu wilayah pusat pemerintahan di Kabupaten Kendal, terdapat beberapa kelembagaan formal
yang ada di lokasi amatan. Kelembagaan formal tersebut di antaranya yaitu LKMD (Lembaga
Keamanan Masyarakat Desa) yang berperan sebagai lembaga keamanan di lokasi amatan. Selain
itu, juga terdapat lembaga-lembaga formal dalam masyarakat di lokasi amatan seperti yaitu BKM
dan PKK.
Selain kelembagaan formal juga terdapat kelembagaan informal masyarakat di lokasi
amatan. Salah satu kelembagaan informal yang berkaitan dengan perumahan swadaya yaitu
adanya Kelompok Penerima Bantuan (KPB) dari program BSPS. Kelompok tersebut merupakan
kelompok yang dibentuk dengan tujuan untuk memudahkan pemerintah dalam melakukan
penyaluran bantuan maupun pengawasan pelaksanaan program BSPS. Selain itu, KPB juga
berfungsi sebagai wadah bagi masyarakat penerima bantuan untuk bergotong royong dan saling
membantu dalam pembangunan rumah swadaya.
3.3.3. Budaya
Aspek budaya yang menonjol pada lokasi amatan yaitu budaya gotong royong masyarakat.
Budaya gotong royong tersebut salah satunya diwujudkan dalam pelaksanaan program
pembangunan perumahan swadaya melalui BSPS. Program BSPS yang diberikan pada MBR di lokasi
amatan disalurkan melalui BKM untuk kemudian digunakan dalam peningkatan kualitas rumah
yang mengalami kerusakan. Dalam perbaikan rumah tersebut, masyarakat yang tergabung dalam
16
Kelompok Penerima Bantuan (KPB) saling bahu-membahu dalam membangun rumah penerima
bantuan.
Selain dalam pembangunan rumah, budaya gotong royong juga dilakukan dalam
pemasangan paving pada jalan perumahan sebelum jalan dibeton oleh Pemkab Kendal. Masyarakat
di lokasi amatan, pada khususnya, bergotong royong untuk memperbaiki jalan dengan memasang
paving. Pemasangan paving tersebut dilakukan secara swadaya dan swadana oleh masyarakat
setempat. Disimpulkan bahwa budaya gotong-royong masyarakat di lokasi amatan masih bertahan
hingga saat ini.
17
18
4. BAB IV
ANALISIS PERUMAHAN SWADAYA
LOKASI AMATAN
Gambar 4.1 adalah lokasi prioritas penerapan program BSPS mulai tahun 2014. Program
tersebut mempertimbangkan kondisi fisik bangunan rumah di lokasi amatan yang tidak sesuai
dengan syarat keselamatan bangunan, standar minimal luas bangunan, dan aspek kesehatan
penghuninya. Syarat keselamatan bangunan ditentukan atas dasar tingkat kerusakan material, dari
ringan hingga berat. Luas bangunan rumah minimal adalah 9 m2 perjiwa, namun tidak semua unit
rumah di lokasi amatan memenuhi ketentuan luas tersebut pada tahun 2014. Sedangkan aspek
kesehatan penghuni rumah ditentukan melalui desain fisik rumah, terkait ketersediaan jendela,
pintu, ventilasi, dan tempat MCK. Rumah tidak layak huni di lokasi amatan tidak memenuhi ketiga
ketentuan tersebut sebelum menerima program BSPS.
Program BSPS sudah diimplementasikan dalam kurun dua tahun terakhir untuk 20 unit
rumah tidak layak huni di lokasi amatan. Rincian jumlah unit rumah dan nilai bantuan stimulan yang
diberikan oleh pemerintah dalam dua tahun terakhir sebagai berikut:
a) Tahun 2018: 9 unit rumah diberi bantuan BSPS melalui BKM (@15 juta rupiah/rumah)
b) Tahun 2019: 11 unit rumah diberi bantuan BSPS melalui BKM (@17,5 juta rupiah/rumah)
Pemberian BSPS pada tahun 2019 di lokasi amatan bukan merupakan bentuk bantuan
peningkatan kualitas rumah yang terakhir kalinya. Hal ini dikarenakan masih terdapat 8 unit rumah
calon penerima BSPS, dengan rincian 3 unit rumah nonpermanen dan 5 unit rumah semipermanen
pada tahun 2019. Diharapkan pemberian BSPS masih terus berjalan untuk peningkatan kualitas
pada 8 unit rumah tersebut pada lima tahun berikutnya. Selain BSPS untuk peningkatan kualitas
rumah, diperlukan BSPS untuk peningkatan prasarana yang merupakan bagian dari bantuan sarana,
19
prasarana dan utilitas umum. Peningkatan prasarana ini mengacu kepada permasalahan prasarana
yang akan dibahas pada subbab berikutnya.
20
4.2.2. Analisis Kondisi Prasarana
Masalah dalam aspek prasarana bermuara dari ketidakmampuan finansial Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) di lokasi amatan dalam membangun prasarana, di samping adanya
pengeluaran untuk rumah dan kebutuhan sehari-hari. Masyarakat di lokasi amatan cenderung
hanya mampu mengeluarkan biaya hanya untuk pembangunan rumah secara tahap demi tahap
(inkremental), dan memiliki keterbatasan dana dalam memperbaiki prasarana lingkungan
rumahnya. Masalah terkait prasarana yang paling menonjol di lokasi amatan adalah pendangkalan
sungai, drainase tersier terbuka yang membahayakan anak-anak, dan kesulitan akses jalan bagi
mobil pemadam kebakaran.
Pendangkalan sungai di lokasi amatan mengakibatkan banjir sebanyak 1-2 kali dalam
setahun, pada saat curah hujan tinggi dan bertepatan dengan adanya limpasan air hujan kiriman
dari arah hulu. Banjir tersebut merugikan masyarakat di lokasi amatan dari aspek materi. Alternatif
kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah sosialisasi tentang kebersihan
lingkungan, pengerukan sedimen di drainase primer, penanaman tanaman sepanjang 121 meter di
tepi drainase primer, dan penanaman vegetasi peneduh di sepanjang jalan lingkungan sebanyak 20
buah.
Masalah drainase tersier terbuka yang membahayakan anak-anak dapat diatasi melalui
kegiatan penutupan drainase tersier terbuka menjadi semitertutup (menggunakan kayu),
pemberian penandaan pada tepian jalan lingkungan 231 meter, dan kegiatan hias jalan lingkungan
231 meter. Sedangkan masalah kesulitan akses jalan bagi mobil pemadam kebakaran dapat diatasi
melalui penyediaan motor pemadam kebakaran sebanyak 1 unit dan penyediaan tandon air
proteksi kebakaran sebanyak 1 unit di lokasi amatan.
21
Tabel IV. 1 Stakeholder menurut Ukuran
Organisasi Komunitas Individu
- Kementerian PUPR - Badan Keswadayaan - Masyarakat
- Direktorat Jenderal Masyarakat (BKM) Berpenghasilan
Penyediaan - Pemberdayaan Rendah
Perumahan Kesejahteraan Keluarga - Masyarakat RW 6 (RT
- Direktorat Jenderal (PKK) 15 dan 16)
Pembiayaan - Perangkat RT/RW - Individu penerima
Perumahan - Press media bantuan
- Pemerintah Kabupaten - Grup online - Akademisi
Kendal (Facebook/WhatsApp) - Tokoh masyarakat
- Dinas PUPR
- Pemerintah
Kecamatan
- Pemerintah Kelurahan
- Dinas Sosial
- Dinas Perumahan dan
Permukiman
Sumber: Analisis Kelompok 1B, 2019.
Berdasarkan Tabel IV. 2, diketahui bahwa sebagian besar stakeholder yang terlibat dalam
pembangunan perumahan swadaya memiliki pengaruh yang kuat serta ketertarikan atau fokus
yang tinggi. Stakeholder tersebut sebagian besar merupakan para pemangku kepentingan di sektor
pemerintahan yang meliputi berbagai instansi pemerintahan/kedinasan dan akademisi selaku pihak
yang mengkaji mengenai perumahan swadaya. Berdasarkan tabel tersebut, juga dapat diketahui
22
pihak dengan pengaruh yang lemah namun memiliki fokus yang tinggi terhadap pembangunan
perumahan swadaya yang didominasi oleh masyarakat setempat dan masyarakat penerima
bantuan.
23
4.3.3. Evaluasi Kekuatan dan Pengaruh Stakeholder
Evaluasi kekuatan dan pengaruh stakeholder merupakan analisis lebih lanjut dari identifikasi stakeholder berdasarkan kekuatan dan fokus. Evaluasi
kekuatan dan pengaruh stakeholder (kepentingan dalam kegiatan) dirinci pada Tabel IV. 3.
Tabel IV. 3 Evaluasi Stakeholder menurut Tingkat Pengaruh terhadap Kegiatan
Stakeholder Kepentingan Pengaruh Stakeholder
Kementerian PUPR - Identifikasi dan penilaian tentang kebutuhan proyek perumahan swadaya. +++
- Berpartisipasi pada perencanaan proyek perumahan swadaya
- Monitoring dan evaluasi proyek perumahan swadaya.
Direktorat Jenderal - Identifikasi dan penilaian tentang kebutuhan proyek perumahan swadaya. ++
Penyediaan Perumahan - Berpartisipasi pada perencanaan proyek perumahan swadaya
- Monitoring dan evaluasi proyek perumahan swadaya.
Pemerintah Kabupaten - Monitoring dan evaluasi proyek perumahan swadaya. +++
Kendal - Berpartisipasi pada penerapan proyek perumahan swadaya
Dinas PUPR - Berpartisipasi pada perencanaan proyek perumahan swadaya
- Identifikasi dan penilaian tentang kebutuhan proyek perumahan swadaya.
Pemerintah Kecamatan - Berpartisipasi pada penerapan proyek perumahan swadaya +++
- Monitoring dan evaluasi proyek perumahan swadaya.
- Berpartisipasi pada perencanaan proyek perumahan swadaya
Pemerintah Kelurahan - Berpartisipasi pada penerapan proyek perumahan swadaya +++
- Monitoring dan evaluasi proyek perumahan swadaya.
- Berpartisipasi pada perencanaan proyek perumahan swadaya
Dinas Sosial - Berpartisipasi pada penerapan proyek perumahan swadaya +++
- Monitoring dan evaluasi proyek perumahan swadaya.
- Berpartisipasi pada perencanaan proyek perumahan swadaya
Disperkim - Monitoring dan evaluasi proyek perumahan swadaya. +++
- Berpartisipasi pada penerapan proyek perumahan swadaya
- Berpartisipasi pada perencanaan proyek perumahan swadaya
- Identifikasi dan penilaian tentang kebutuhan proyek perumahan swadaya.
Badan Keswadayaan - Berpartisipasi pada perencanaan proyek perumahan swadaya +++
Masyarakat (BKM) - Berpartisipasi dalam pengelolaan proyek perumahan swadaya
Pemberdayaan - Identifikasi dan penilaian tentang penerima bantuan perumahan swadaya ++
Kesejahteraan Keluarga
(PKK)
Perangkat RT/RW - Identifikasi dan penilaian tentang penerima bantuan perumahan swadaya +++
- Berpartisipasi pada implementasi proyek perumahan swadaya sebagai jembatan antara
pemerintah dengan penerima bantuan
- Monitoring dan evaluasi proyek perumahan swadaya.
Press media - Publikasi dan menyediakan informasi tentang proyek terkait perumahan swadaya. ++
Group Online - Menyediakan informasi atau diberi informasi tentang proyek terkait perumahan swadaya. ++
26
Masyarakat (BKM)
- Perangkat RT/RW
Sumber: Analisis Kelompok 1B, 2019.
27
dan Evaluasi - Perangkat - BKM - Group Pembiayaan
RT/RW - Akademisi online Perumahan
- BKM - Kementerian
- Pemerintah PUPR
Kelurahan - Pemkab Kendal
- Pemerintah - Dinas PUPR
Kecamatan - Pemerintah
- Pemkab Kecamatan
Kendal - Pemerintah
Kelurahan
- Disperkim
Sumber: Analisis Kelompok 1B, 2019.
Tahapan keterlibatan stakeholder dapat diketahui melalui tingkat keterlibatan dan tahapan
kegiatan. Berdasarkan analisis tersebut, diketahui bahwa masing-masing stakeholder dengan tipe
keterlibatan khusus bertanggung jawab dan terlibat dalam suatu tahapan pada pembangunan
perumahan swadaya. Tahapan kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan hingga monitoring dan
evaluasi masing-masing melibatkan stakeholder yang terkait dan sesuai dengan bidang dan tanggung
jawabnya, sehingga pembangunan perumahan swadaya dapat berjalan secara efisien dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
28
29
5. BAB V
ARAHAN PENANGANAN PERUMAHAN SWADAYA
Bab ini berisi rumusan program utama dan indikasi program, sebagai arahan penanganan perumahan swadaya dengan BSPS di RT 15 dan RT 16,
Kelurahan Pegulon. Program utama yang dirinci pada Tabel V. 1 berkaitan erat dengan peningkatan kualitas hunian dan kualitas prasarana di lokasi amatan.
Tabel V. 1 Arahan Penanganan dan Indikasi Program
No Program Utama Indikasi Program Waktu Pelaksanaan Sumber Biaya Pelaksana
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2024 Dana (Dalam
2020 2021 2022 2023 Rupiah)
SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 Peningkatan Program Kementerian 15.000.000 Tenaga
Kualitas Rumah pendampingan PUPR – Fasilitator
Tidak Layak Huni penerima BSPS melalui BSPS 20.000.000 Lapangan (TFL),
Sebanyak 8 yaitu sebanyak 8 dalam hal ini
Rumah yaitu 3 penerima BSPS yaitu Badan
Rumah Non dalam rangka Keswadayaan
Permanen dan 5 pemberdayaan Masyarakat
Rumah Semi untuk Tingkat
Permanen meningkatkan Kelurahan
Melalui Program kemandirian
BSPS masyarakat
Program Kementerian 15.000.000 PPK
pemberian PUPR untuk Penyelenggaran
bantuan bahan melalui BSPS komponen BSPS, yang
material bahan dibantu oleh
bangunan untuk bangunan / Tenaga
rumah non unit rumah Fasilitator
permanen Lapangan
sebanyak 3 unit
rumah, meliputi
pondasi, dinding,
penutup atap dan
No Program Utama Indikasi Program Waktu Pelaksanaan Sumber Biaya Pelaksana
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2024 Dana (Dalam
2020 2021 2022 2023 Rupiah)
SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
lantai.
Program Kementerian 2.500.000 Penerima
pelaksanaan PUPR untuk upah Bantuan dan
pekerjaan melalui BSPS kerja Swadaya
konstruksi Masyarakat
perbaikan rumah
non permanen
sebanyak 3 unit
Program Kementerian 15.000.000 PPK
pemberian PUPR untuk Penyelenggaran
bantuan bahan melalui BSPS komponen BSPS, yang
material bahan dibantu oleh
bangunan untuk bangunan / Tenaga
rumah semi unit rumah Fasilitator
permanen Lapangan
sebanyak 5 unit
rumah, meliputi
dinding pengisi,
penutup atap dan
kusen.
Program Kementerian 2.500.000 Penerima
pelaksanaan PUPR untuk upah Bantuan dan
pekerjaan melalui BSPS kerja Swadaya
konstruksi Masyarakat
perbaikan rumah
semi permanen
sebanyak 5 unit
Peningkatan Survei lapangan Dana BSPS 1.000.000 KOTAKU
2 kualitas Sosialisasi APBD 4.000.000 Pemda
prasarana pentingnya Kabupaten Kabupaten
No Program Utama Indikasi Program Waktu Pelaksanaan Sumber Biaya Pelaksana
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2024 Dana (Dalam
2020 2021 2022 2023 Rupiah)
SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
drainase di menjaga Kendal Kendal, KOTAKU,
Perumahan kebersihan PKK, dan BKM
Swadaya RT 15 & drainase
RT 16 APBD 222.000.000 Pemda
Pengerukkan
Kabupaten Kabupaten
sedimen di
Kendal Kendal, Dinas
drainase primer
PUPR
Penutupan Dana BSPS 30.000.000 Pemda
drainase tersier Kabupaten
terbuka menjadi Kendal, KOTAKU,
semi tertutup Dinas PUPR
(menggunakan
kayu)
Penanaman Dana BSPS 60.000.000 Pemda
tanaman Kabupaten
sepanjang 121 Kendal, KOTAKU,
meter di Dinas PUPR,
sepanjang Dinas Tata Ruang
drainase primer
Pemberian Dana BSPS 4.000.000 KOTAKU, Pemda
Signage pada Kabupaten
tepian jalan Kendal, Dinas
Peningkatan
lingkungan 231,4 PUPR, Karang
fungsi prasarana
meter Taruna, BKM
jalan lingkungan
3 Dana BSPS 8.000.000 KOTAKU, Pemda
Perumahan
Program hias jalan Kabupaten
Swadaya di RT 15
lingkungan 231,4 Kendal, Dinas
& RT 16
meter PUPR, Karang
Taruna, BKM
Penanaman Dana BSPS 60.000.000 KOTAKU, Pemda
No Program Utama Indikasi Program Waktu Pelaksanaan Sumber Biaya Pelaksana
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2024 Dana (Dalam
2020 2021 2022 2023 Rupiah)
SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT SMT
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
vegetasi peneduh Kabupaten
(pule) di Kendal, Dinas
sepanjang jalan PUPR, Karang
lingkungan Taruna, BKM,
sebanyak 20 buah Dinas Tata Ruang
Dana BSPS 23.000.000 KOTAKU, Pemda
Penyediaan motor
Kabupaten
pemadam
Kendal, Dinas
kebakaran 1 unit
PUPR
Dana BSPS 8.250.000 KOTAKU, Pemda
Penyedian tandon
Kabupaten
air proteksi
Kendal, Dinas
kebakaran 1 unit
PUPR
Sumber: Analisis Kelompok 1B, 2019.
Tahapan pelaksanaan program terkait dengan peningkatan kualitas hunian dan kualitas prasarana di lokasi amatan dipetakan melalui Gambar 5.1.
35
BAB VI
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Perumahan swadaya di RT 15 dan 16, RW 6, Kelurahan Pegulon, merupakan perumahan
yang dibangun oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) secara swadaya dan swadana.
Program BSPS di lokasi amatan dilakukan dalam bentuk Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya
(PKRS) dengan pemberian bantuan senilai Rp15.000.000 perunit, yang disesuaikan dengan tingkat
kerusakan rumah. Program BSPS diharapkan dapat terus berjalan hingga lima tahun berikutnya,
untuk meningkatkan kualitas 3 unit rumah nonpermanen dan 5 unit rumah semipermanen di lokasi
amatan. Pemerintah bekerja sama dengan berbagai stakeholder agar program BSPS dapat berjalan
efektif dan tepat sasaran, salah satunya melalui Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam
lingkup satuan kelurahan.
Program BSPS untuk peningkatan kualitas prasarana juga diperlukan untuk mengatasi
masalah pendangkalan sungai, drainase tersier terbuka yang membahayakan anak-anak, dan
kesulitan akses jalan bagi mobil pemadam kebakaran di lokasi amatan. Masalah prasarana di lokasi
amatan akan diselesaikan melalui a) sosialisasi tentang kebersihan lingkungan; b) pengerukan
sedimen di drainase primer; c) penanaman tanaman sepanjang 121 meter di tepi drainase primer;
d) penanaman vegetasi peneduh di sepanjang jalan lingkungan sebanyak 20 buah; e) penutupan
drainase tersier terbuka menjadi semitertutup (menggunakan kayu); f) pemberian penandaan pada
tepian jalan lingkungan 231 meter; g) kegiatan hias jalan lingkungan 231 meter; h) penyediaan
motor pemadam kebakaran sebanyak 1 unit; dan i) penyediaan tandon air proteksi kebakaran
sebanyak 1 unit di lokasi amatan.
5.2. Rekomendasi
Peningkatan kualitas hunian dan prasarana di lingkungan perumahan swadaya dilakukan
melalui program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Selam tahap perencanaan hingga
implementasi program BSPS, terdapat beberapa hal sebaiknya diperhatikan sebagai berikut:
a) Perbaikan kualitas bangunan fisik rumah swadaya dilakukan dengan mempertimbangkan
kebutuhan dari penghuni/pemilik rumah sehingga upaya peningkatan kualitas perumahan
swadaya dapat menunjang aktivitas penghuninya.
b) Perbaikan prasarana lingkungan perumahan swadaya juga penting untuk dilakukan untuk
menunjang kegiatan dan memenuhi kebutuhan penghuni rumah.
c) Kerja sama dan partisipasi masyarakat dengan stakeholder terkait dalam perencanaan dan
implementasi program BSPS sangat penting untuk dilakukan terutama dalam tahap
identifikasi dan perencanaan. Hal tersebut penting untuk dilakukan agar program
peningkatan kualitas perumahan swadaya dapat tepat sasaran.
36
7.
37
DAFTAR PUSTAKA
Aminin, Trisa, dan Ma’ruf, Muhammad Farid. 2019. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Dana Alokasi
Khusus (DAK) Sub Bidang Perumahan dalam Program Bantunan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS) di Desa Campurejo Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro.
Publika, 7 (2).
Biderman, C., Smolka, M., & Sant’Anna, A. (2008). Urban housing informality: Does building and
land use regulation matter? Land Lines, 20 (3), 14–19.
Bredenoord, Jan. The people‟s Struggle for Affordable Living Space. The Role of (assisted) Self-Help
Housing From 1950 – 2010 and Beyond. The Housing Research Group, 2011.
Hawiyah, Siti. 2016. Evaluasi Kebijakan Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni Masyarakat
Kelurahan Sijantung Kecamatan Galang Kota Batam Tahun 2014. Tanjung Pinang:
Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang.
H., Hendra., B. Balukia., Olivia, Fatati. R., A., Trananda P. 2012. Pembangunan Perumahan Swadaya
Bertumbu pada Kelompok. https://www.scribd.com/doc/116643383/Pembangunan-
Perumahan-Swadaya-Bertumpu-Pada-Kelompok diakses pada 16 Mei 2019.
Heripoerwanto, E. D. 2012. Perencanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.
www.academia.edu/5441998/Perencanaan_Bantuan_Stimulan_Perumahan_Swadaya_BSPS
diakses pada 15 Mei 2019.
Minnery, J., Argo, T., Winarso, H. H. W., Hau, D., Veneracion, C., & Forbes, D. (2013). Slum
upgrading and urban governance: Case studies in three Southeast Asian cities. Habitat
International, 39, 162–169.
Peraturan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
47/PRT/M/2015 tentang Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur.
Peraturan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
22/PERMEN/M/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Perumahan Rakyat
Daerah Provinsi dan Kab./Kota.
Peraturan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
07/PRT/M/2018 tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya.
Setiawan, Alfurkon. 2013. Rumah Swadaya untuk Warga Miskin. https://setkab.go.id/rumah-
swadaya-untuk-warga-miskin/ diakses pada 16 Mei 2019.
Tunas, D& Peresthu, A. (2010). The self-help housing in Indonesia: The only option for the poor?
Habitat International, 34, 315–322.
Zulkarnain. 2016. Implementasi kebijakan bantuan stimulan perumahan swadaya di kecamatan
parigi selatan. Jurnal Katalogis, 4, 52–63.
38
8. LAMPIRAN
39
Lampiran 2: Hasil Wawancara
1. Profil
a. Bagaimana profil Kelurahan Pegulon?
- Kelurahan Pegulon terdiri atas 8 RW. RT 15 pernah menjadi RT di Kelurahan Pegulon yang
pertama kali mendapat SK Kumuh tahun 2014.
b. Apakah mayoritas penduduk Kelurahan Pegulon merupakan penduduk asli?
- Mayoritas penduduk adalah orang asli Kelurahan Pegulon.
c. Apakah Kelurahan Pegulon mendapatkan dana desa dari Pemerintah?
- Kelurahan Pegulon bukan desa, sehingga tidak mendapat dana desa.
d. Apakah terdapat rumah nonpermanen di Kelurahan Pegulon? Bagaimana dengan KDB
eksistingnya?
- Terdapat 3 ruman non permanen dan 5 rumah semi permanen. KDB eksisting sebesar 80-
100%.
e. Bagaimana tingkat ekonomi di Kelurahan Pegulon?
- Ekonomi penduduk didominasi tingkat menengah ke bawah
2. Infrastruktur
a. Apakah setiap rumah sudah menggunakan PDAM?
- Hampir setiap rumah menggunakan PDAM. Beberapa rumah menggunakan PDAM
sekaligus air artesis.
b. Bagaimana dengan sanitasi di setiap rumah? Apakah sudah tersedia?
- Sudah tersedia septictank di tiap unit rumah.
c. Bagaimana cara warga mengelola sampah?
- Sampah dikelola secara swadaya dengan iuran Rp10.000/KK/bulan.
d. Bagaimana dengan fasilitas publik? Apakah sudah memadai?
- Fasilitas sudah memadai untuk layanan kesehatan, pendidikan, dan perdagangan-jasa.
3. Sosial dan Kelembagaan
a. Apakah terdapat konflik sosial di Kelurahan Pegulon ini?
- Tidak ada konflik sosial. Konlflik sosial hanya ada di desa lain (Desa Bandengan dan
Karangsari).
b. Bagaimana dengan tingkat kriminalitas di Kelurahan Pegulon?
- Sangat jarang terdapat kasus pencurian.
c. Apa saja lembaga yang memberikan bantuan perumahan di Kelurahan Pegulon?
- Lembaga formal yang ada berupa BKM, LKMD, dan PKK.
4. Program Setempat
a. Pemerintah
Program BKM, berupa renovasi atap/dinding rumah warga pra-sejahtera yang tidak
layak (warga disurvei lebih dulu), dan berupa perkerasan jalan perumahan (cor beton).
b. Swadaya
Pemasangan paving block untuk jalan perumahan (pada tahun 1980/1990). Kini tidak
ada lagi program swadaya.
40