239
1. PENDAHULUAN
Infiltrasi merupakan peristiwa atau proses masuknya air ke dalam
tanah, umumnya (tetapi tidak mesti) melalui permukaan tanah dan secara
vertikal. Pada beberapa kasus, air dapat masuk melalui jalur atau rekahan
tanah, atau gerakan horizontal dari samping, dan lain sebagainya.
Dalam bidang konservasi tanah, infiltrasi merupakan komponen
yang sangat penting karena masalah konservasi tanah pada azasnya
adalah pengaturan hubungan antara intensitas hujan dan kapasitas
infiltrasi, serta pengaturan aliran permukaan. Aliran permukaan hanya
dapat diatur dengan memperbesar kemampuan tanah menyimpan air,
utamanya dapat ditempuh melalui perbaikan atau peningkatan kapasitas
infiltrasi. Kapasitas infiltrasi merupakan laju maksimum air yang dapat
masuk ke dalam tanah pada suatu saat.
Infiltrasi merupakan interaksi kompleks antara intensitas hujan,
karakteristik dan kondisi permukaan tanah. Intensitas hujan berpengaruh
terhadap kesempatan air untuk masuk ke dalam tanah. Bila intensitas
hujan lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas infiltrasi, maka semua air
mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam tanah. Sebaliknya, bila
intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan dengan kapasitas infiltrasi,
maka sebagian dari air yang jatuh di permukaan tanah tidak mempunyai
kesempatan untuk masuk ke dalam tanah, dan bagian ini akan mengalir
sebagai aliran permukaan. Penutupan dan kondisi permukaan tanah
sangat menentukan tingkat atau kapasitas air untuk menembus
permukaan tanah, sedangkan karakteristik tanah, khususnya struktur
internalnya berpengaruh terhadap laju air saat melewati masa tanah.
Unsur sruktur tanah yang terpenting adalah ukuran pori dan kemantapan
pori.
Laju infiltrasi dapat diukur di lapangan dengan mengukur curah
hujan, aliran permukaan, dan menduga faktor-faktor lain dari siklus air,
atau menghitung laju infiltrasi dengan analisis hidrograf. Mengingat cara
tersebut memerlukan biaya yang relatif mahal, maka penetapan infiltrasi
sering dilakukan pada luasan yang sangat kecil dengan menggunakan
suatu alat yang dinamai infiltrometer.
240
Pengukuran Infiltrasi
241
Gambar 1. Laju infiltrasi sebagai fungsi dari waktu untuk dua tanah
dengan perbedaan kandungan air pada awal infiltrasi
(Sumber: Arsyad, 2000)
Pada pengukuran laju infiltrasi dengan menggunakan ring
infiltrometer, istilah steady state seringkali diganti dengan quasi-steady
state/kesetimbangan semu. Istilah ini digunakan karena dalam beberapa
kasus truesteady-state (kesetimbangan yang sesungguhnya) dapat
menjadi sangat lambat untuk menuju ke asymptote. Young (1987)
menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai laju infiltrasi
dalam kondisi kesetimbangan (quasi-steady-state infiltration rate) semakin
berkurang dengan semakin kecilnya ukuran/diameter ring yang digunakan.
Namun demikian, penggunaan ring yang terlalu kecil juga menyebabkan
semakin tingginya tingkat kesalahan (error) pengukuran (Tricker, 1978).
Keragaman alami yang tinggi dari tanah di lapangan juga dapat
menyebabkan terjadinya perubahan laju infiltrasi secara tidak menentu
dengan berjalannya waktu, sehingga identifikasi dari true steady state
menjadi sulit dilakukan. Beberapa praktisi telah mencoba untuk
melakukan estimasi true steady state dengan memplot laju infiltrasi, q, (y-1
axis) terhadap inverse waktu, t , (x-axis). Selanjutnya mengekstrapolasi
intersep dari y-axis untuk mendapatkan laju infiltrasi pada waktu yang tak
terbatas/ infinite time (Reynold et al., 2002).
Infiltrasi pada quasy-steady state melalui ring infiltrometer dapat
digambarkan dengan menggunakan persamaan Reynolds dan Elrick
(1990), yakni:
(1)
242
-1
q s / K fs Q /(a 2 Kfs ) 1 /( * C 3 a 1
(2)
Pengukuran Infiltrasi
Tabel 1.
243
*
-1
cm
0,01
0,04
0,12
0,36
3. METODE
3.1. Alat
a. Ring infiltrometer: single-ring infiltrometer umumnya berukuran
diameter 10-50 cm dan panjang atau tinggi 10-20 cm. Ukuran doublering infiltrometer adalah ring pengukur/ring bagian dalam umumnya
berdiameter 10-20 cm, sedangkan ring bagian luar (ring
penyangga/buffer ring) berdiameter 50 cm. Panjang ring pengukur
maupun ring penyangga sama dengan panjang single-ring
infiltrometer yaitu 10-20 cm. Untuk tujuan tertentu sering digunakan
ukuran ring yang lebih besar atau lebih kecil. Namun demikian,
penggunaan ring yang terlalu kecil menghasilkan kesalahan
pengukuran yang besar (Tricker, 1978), sedangkan penggunaan
ukuran ring yang terlalu besar juga menjadi tidak efisien karena
membutuhkan air dalam jumlah banyak, sulit untuk dipasang, relatif
lebih mahal, serta membutuhkan waktu lama untuk mencapai
kesetimbangan. Ring umumnya terbuat dari logam dengan ketebalan
1-5 mm, bagian bawah dibuat tajam, untuk meminimumkan gangguan
terhadap tanah.
b. Balok kayu dan palu untuk membenamkan ring ke dalam tanah atau
dapat digunakan penumbur hidrolik (hydraulik rum), stop watch (alat
pengukur waktu lainnya), spon kasar. Bila penambahan air dilakukan
244
Pengukuran Infiltrasi
245
Kedalaman
ring (d)
ring luar
(penyangga)
a
Wetting front
dari ring
penyangga
wetting front
dari ring pengukur
246
Tensiometer
(optional)
Marriote
reservoir
H
d
3.3. Analisis
Cara yang paling mudah untuk menganalisis konduktivitas hidrolik
tanah dalam keadaan jenuh di lapangan (laju infiltrasi) adalah dengan
mengabaikan dua term pertama dari persamaan (1) sebelah kanan
dengan asumsi:
Kfs = qs
(3)
-1
K fs
qs
H / C1d C 2 a) 1 / * (C1d C 2 a 1
(4)
Pengukuran Infiltrasi
Tabel 2.
247
infiltrasi
dan
Nilai
30 cm
5 cm
10 cm
-1
0,12 cm
1,82 x 10
3
-1
cm det
0,9927
0,5781
0,7854
Nilai
Persamaan (2): K
fs
qs
-3
1 /(
* C 3 a 1
1,3 x 10 cm
-1
det
-3
1,8 x 10 cm
-1
det
Persamaan (4):
fs
qs
/ C 1 d C 2 a ) 1 / * ( C 1 d C 2 a 1
-3
1,2 x 10 cm
-1
det
3.4. Catatan
a. Penggunaan double-ring infiltrometer ditujukan untuk mengurangi
penyimpangan aliran atau aliran lateral. Namun demikian, hasil
pengujian di laboratorium, lapangan, dan simulasi numerik
menunjukkan bahwa fungsi ring penyangga (buffer cylinder) sering
tidak efektif, yang mana laju infiltrasi pada ring pengukur dalam
kondisi quasy-steady state masih dipengaruhi oleh aliran yang
menyimpang (flow divergence). Akibatnya, penggunaan double ring
infilrometer tidak dapat meningkatkan keakuratan persamaan (3).
b. Keakuratan persamaan (3) dalam penetapan Kfs meningkat dengan
bertambahnya
radius
ring
(a),
berkurangnya
kedalaman
penggenangan (H), dan bertambahnya kedalaman pembenaman ring.
Namun demikian, penggunaan ring yang terlalu besar menyebabkan
lebih lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
kesetimbangan (konstan) dan peluang untuk terjadinya gangguan
248
Pressure
flow
Capillaryty
flow
Gravity
flow
qs/Kfs2
(cm-1) 1
cm
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
10
20
40
60
0,12
0,12
0,12
0,12
0,12
0,637
0,465
0,303
0,178
0,126
0,061
0,776
0,504
0,207
0,210
1
1
1
1
1
2,698
2,241
1,807
1,475
1,336
5
5
5
5
3
5
10
20
30
30
30
30
0,12
0,12
0,12
0,12
0,246
0,224
0,183
0,134
0,410
0,374
0,306
0,225
1
1
1
1
1,656
1,598
1,489
1,358
10
20
40
5
5
5
30
30
30
0,12
0,12
0,12
0,448
0,897
1,793
0,374
0,374
0,374
1
1
1
1,822
2,270
3,167
5
5
5
5
5
5
30
30
30
0,36
0,04
0,01
0,224
0,224
0,224
0,125
0,121
4,483
1
1
1
1,349
2,345
5,707
Pengukuran Infiltrasi
249
Penanggulangan
Mengurangi kedalaman
pembenaman ring, menipiskan
dinding ring dengan bagian bawah
yang ditajamkan.
1
St
2
1 / 2
Ks
(5)
(6)
250
5. DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu-Ilmu
Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bower, H. 1986. Intake rate: Cylinder Infiltrometer. p. 825-844 In Methods
of Soil Analysis Part I. Physical and Mineralogical Methods.
Second Edition (Ed. A. Klute).
Clothier, B. 2001. Infiltration. p. 237-277. In Soil and Environmental
Analyses: Physical methods. In Smith et al. (Eds.). Marcel Dekker,
Inc. United States of America.
Clothier, B., and D. Scotter. 2002. Unsaturated water transmission
parameters obtained from infiltration. p. 879-898. In Method of
Soil Analysis Part 4-Physical Method. In Dane and Topp (Eds.).
Soil Sccience Society of America, Inc. Madison, Wisconsin, USA.
Reynold, W. D., D. E. Elrick. 1990. Ponded infiltration from single ring. I.
Analysis of steadyflone. Soil. Sci. Soc. Am. J. 54: 1.233-1.241.
Reynold, W. D., D. E. Elrick, dan E. G. Young. 2002. Ring or cylinder
infiltrometer (Vadose Zone). p. 804-808. In Method of Soil
Analysis Part 4-Physical Method. (Eds. Dane and Topp). Soil
Sccience Society of America, Inc. Madison, Wisconsin, USA.
Sharma, M. L., G. A. Gander, dan C. G. Hunt. 1980. Spatial variabilty of
infiltration in watershed. Journal of Hydrology. 45: 101-122.
Elsevier Scientific Publishing Company. Amsterdam.
Tricker, A. S. 1978. The infiltration cylinder: Some comments on its use.
Journal of Hydrology. 36: 383-391. Esevier Scicientific Publishing
Company, Amsterdam.
Young, E. G. 1987. Estimating hydraulic conductivity values from ring
infiltrometer easurement. J. Sci. 38: 623-632.