Dengan :
Q = Debit (cm3)
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
A = Luas Penampang (cm2)
i = Koefisien Hidrolik = h/L
t = Waktu (detik)
2) Variable/Falling Head Permeameter
Uji ini digunakan untuk tanah yang memiliki butiran halus dan memiliki koefisien permeabilitas
yang rendah.
Rumus :
k = 2,303.(a.L / A.L).log (h1/h2)
Dengan :
k = Koefisien Permeabilitas (cm/detik)
a = Luas Penampang Pipa (cm2)
L = Panjang/Tinggi Sampel (cm)
A = Luas Penampang Sampel Tanah (cm2)
t = Waktu Pengamatan (detik)
h1 = Tinggi Head Mula-mula (cm)
h2 = Tinggi Head Akhir (cm)
Hukum Darcy menunjukkan bahwa permeabilitas tanah ditentukan oleh koefisien
permeabilitasnya. Koefisein permeabilitas tanah bergantung pada berbagai faktor. Setidaknya,
ada enam faktor utama yang memengaruhi permeabilitas tanah, yaitu:
1) Viskositas Cairan, yaitu semakin tinggi viskositasnya, koefisien permeabilitas tanahnya akan
semakin kecil.
2) Distribusi Ukuran Pori, yaitu semakin merata distribusi ukuran porinya, koefesien
permeabilitasnya cenderung semakin kecil.
3) Distibusi Ukuran Butiran, yaitu semakin merata distribusi ukuran butirannya, koefesien
permeabilitasnya cenderung semakin kecil.
4) Rasio Kekosongan (Void Ratio) , yaitu semakin besar rasio kekosongannya, koefisien
permeabilitas tanahnya akan semakin besar.
5) Kekasaran Partikel Mineral, yaitu semakin kasar partikel mineralnya, koefisien
permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi.
6) Derajat Kejenuhan Tanah, yaitu semakin jenuh tanahnya, koefisien permeabilitas tanahnya
akan semakin tinggi.
Permeabilitas adalah kecepatan masuknya air pada tanah dalam keadaan jenuh.
Penetapan permeabilitas dalam tanah baik vertial makupun horizontal sangat penting
peranannya dalam pengelolaan tanah dan air. Tanah-tanah yang mempunyai kecepatan
permeabilitas lambat, diinginkan untuk persawahan yang membutuhkan banyak air.
Perkiraan kebutuhan air bagi tanaman memerlukan pertimbangan-pertimbangan
kehilangana air dari tanah melalui rembesan ke bawah dan ke samping. Selain itu bagi
daerah berdrainase buruk atau tergenang memerlukan data kecepatan permeabilitas tanah
agar perencanaan fasilitas drainase dapat dibuat untuk dapat menyediakan jumlah air dan
udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman. ( Santun dkk, 1980 )
Permeabilitas berhubungan erat dengan drainase. Mudah tidaknya air hilang dari
tanah menentukan kelas drainase tanah tersebut. Air dapat hilang dari permukaan tanah
maupun melalui presepan tanah. Berdasarkan atas kelas drainasenya, tanah dibedakan
menjadi kelas drainase terhambat sampai sangat cepat. Keadaan drainase tanah
menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh. Sebagai contoh, padi dapat hidup
1. Permeabilitas (KHJ) adalah suatu sifat khas media sarang dan sifat geometri tanah itu sendiri
yang menunjukkan kemampuan tanah didalam menghantarkan zat tertentu melalui pori- porinya
2. Permeabilitas tanah, merupakan pengaruh pada lapisan yang kedap, serta mempengaruhi
ketebalan dan nisbah bentotit, itu semua yang sangat menentukan permeabilitas tanah.
Gaya gravitasi berpengaruh pada kemampuan tanah untuk mengikat air. Semakin kuat gaya
gravitasinya, maka semakin tinggi permeabilitanya.
6. BI dan BJ
Jika BI tinggi, maka kepadatan tanah juga tinggi, sehingga permeabilitasnya lambat atau rendah.
Hukum Darcy adalah suatu hukum phenomenologic (empirik) dari debit aliran air yang
diformulasikan oleh Henry Darcy berdasarkan hasil eksperimental yang dilakukannya pada paruh
pertama abad ke 19.
Henry Darcy
Memahami Hukum Darcy merupakan langkah besar dalam memahami bagaimana proses
rembesan (seepage) terjadi didalam tanah.
Persamaan ini tidak mudah dipahami :roll: bila kita tidak mengetahui dasar-dasar mekanika
kontinum, sehingga seringkali kita terpaksa menghafalkan formulasi Hukum Darcy ini tanpa
memahami bagaimana dan mengapa persamaan tersebut dapat diperoleh.
Meskipun tadi telah saya katakan bahwa pada awalnya Hukum Darcy diformulasikan
secaraphenomenologic, namun persamaan ini sesungguhnya dapat diturunkan dari persamaan
Newton.
Tulisan kali ini akan membahas formulasi Hukum Darcy dan bagaimana ia dapat diturunkan dari
Hukum Gerak Newton.
Hukum Konstitutif
Hukum konstitutif atau persamaan konstitutif adalah persamaan yang menghubungkan dua besaran
fisika.
Contoh paling sederhana dari hukum konstitutif adalah Hukum Hooke yang menyatakan bahwa
pada kondisi elastis, hubungan tegangan dan regangan satu dimensi dapat diformulasikan sbb:
Dimana dua besaran yang dihubungkan dalam hukum Hooke diatas adalah tegangan dan
regangan. Hukum konstitutif sangat beragam, dan beberapa hukum konstitutif sangat sering kita
gunakan dalam dunia teknik secara umum.
Bila kita sering menggunakan berbagai program elemen hingga, secara otomatis kita telah
menggunakan berbagai persamaan konstitutif yang tentunya sangat beragam. Tergantung dari
material yang akan digunakan, perilaku material yang ingin dimodelkan (elastis, plastis, dsb), jenis
beban yang diberikan (statik, dinamik), dan lain sebagainya.
Pada banyak kasus, penggunaan hukum konstitutif yang tepat sangat instrumental dalam usaha
mendapatkan prediksi perilaku struktur/material yang representatif.
Saya sengaja menyinggung hukum konstitutif secara singkat, karena ini berkaitan dengan proses
penurunan di bagian selanjutnya.
Persamaan Navier-Stokes
Persamaan ini dinamai dari dua orang insinyur dan matematikawan, yang masing-masing
bernama Claude Louis Navier dari Prancis dan George Gabriel Stokes dari Inggris.
Memahami persamaan ini akan membuka pintu dalam memahami berbagai formulasi dalam
mekanika benda padat (solid mechanics), maupun mekanika fluida (fluid mechanics).
Bila mencermati tulisan saya yang sebelum ini mengenai persamaan Bernoulli. Sesungguhnya saya
telah menurunkan persamaan Navier-Stokes secara umum.
Dimana persamaan Navier-Stokesnya? :mrgreen:
Saya akan kembali mengulas posting sebelumnya, pertama-tama tentunya dimulai dari hukum
gerak Newton
Untuk lebih memahami persamaan ini, silakan membaca ulasan saya mengenai hukum gerak
Newton.
Menggunakan teori Gauss/Green/Ostogradsky, kita dapat tuliskan persamaan diatas menjadi:
Karena kita tahu bahwa tensor tegangan Cauchy terdiri dari bagian spherical dan deviatoriknya:
Inilah salah satu bentuk paling umum dari persamaan Navier-Stokes. Saya katakan umum karena
biasanya di turunan persamaan Navier-Stokes kita juga memasukkan hukum konstitutif dari material
yang terkait.
Persamaan Stokes
Kalau persamaan diatas sudah dipahami, sekarang untuk kasus aliran air yang laminer, alias yang
memiliki angka Reynolds rendah, maka kita menyederhanakan persamaan Navier-Stokes diatas
menjadi persamaan Stokes. Cat: Angka Reynolds merupakan angka tak berdimensi yang
menggambarkan perilaku fluida yang laminer/turbulen.
Pada kasus rembesan (seepage), kecepatan aliran air sangat lambat, oleh karena itu aliran
fluidanya laminer, oleh karena itu kita dapat mengabaikan efek inertia dari hukum gerak Newton.
Sehingga hanya kesetimbangan gaya saja yang tersisa, ini analog dengan kasus statik pada
problem struktur. Oleh karena itu persamaan Navier-Stokes diatas dapat ditulis dalampersamaan
Stokes berikut:
Fluida Newtonien
Sekarang bayangkan suatu fluida mengalir di suatu permukaan tertentu. Coba imajinasikan bahwa
yang mengalir adalah sup. Sup adalah fluida yang memiliki viskositas yang terlihat dengan jelas.
Fluida dengan viskositas yang tidak dapat diabaikan :mrgreen: (Coconut Curry Butternut Squash Soup)
Apa yang terjadi? Tentu saja kecepatan fluida tersebut didalam pipa tidak akan seragam (uniform).
Ketidakseragaman kecepatan aliran fluida ini menghasilkan tegangan deviatorik (geser), yang mana
untuk fluida dengan tipe Newtonien (fluida yang memiliki hubungan linear antara tegangan geser
dan kecepatan deformasi) dapat diformulasikan dengan persamaan konstitutif berikut:
Persamaan diatas terlihat rumit, namun sebenarnya hanya menjelaskan bahwa untuk fluida
Newtonien, tegangan deviatorik di fluida
memiliki hubungan linear dengan konstanta
bersangkutan.
Karena pada aliran fluida diatas, hanya kecepatan pada arah paralel permukaan yang bervariasi
pada arah vertikal penampang, maka hanya salah satu arah dari
sehingga persamaan konstitutifnya seringkali ditulis menjadi
Dengan
Untuk kasus yang lebih umum, bila kita injeksikan hukum konstitutif diatas ke persamaan Stokes,
maka kita peroleh:
menyatakan kecepatan fluida. Dengan tidak melupakan bahwa terms ini adalah
kecepatan aliran fluida didalam tanah pada suatu penampang tertentu, maka anggap ada sebuah
koefisien permeabilitas intrinsik
adalah kecepatan aliran air didalam tanah pada suatu penampang tertentu.
Dengan
sehingga
Dengan:
Apa yang ingin disampaikan persamaan ini? Persamaan ini mengatakan bahwa kecepatan aliran air
untuk suatu penampang tertentu
dikalikan
didefinisikan sbb:
adalah koefisien permeabilitas intrinsik. Sehingga persamaan Darcy klasik diatas dapat
Bandingkan dengan persamaan Darcy yang diperoleh dari penurunan kontinum atau sering kali
dikenal sebagai Generalized Darcys Law
Satu-satunya perbedaan adalah pada term
Terms ini tidak ada pada persamaan Darcy klasik dan hanya akan berpengaruh bila didalam
kerangka solid mengalir dua jenis fluida yang berbeda kerapatan. Misalnya di daerah pantai yang
mengalami pertemuan antara air asin dan tawar, keduanya tentu saja akan memiliki kerapatan fluida
yang berbeda, sehingga pada kasus demikian kita harus memperhitungkan perbedaan kerapatan
tersebut.
Namun melihat bagaimana kedua persamaan tersebut sangat dekat meskipun persamaan Darcy
klasik diperoleh dari hasil eksperimental menunjukkan bagaimana luar biasanya persamaan Darcy
klasik.
Catatan lainnya adalah soal tekanan , dimana seluruh simbol
menyatakan total pressure, bukan tinggi pressure