Anda di halaman 1dari 29

ARSITEKTUR KOTA DAN PEMUKIMAN 2

PENATAAN RUANG PUBLIK DI BANTARAN SUNGAI


BENGAWAN SOLO DESA PUCANG SAWIT

Dosen Pembimbing :

Dr. Ir. Wiwik Setyaningsih M.T

Disusun Oleh :

Gregorius Adama D. (I0215034)

Nirwan B. Shubhan (I0215062)

Nur’aini Ika K. (I0215064)

Rizki Indah M. (I0215076)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan observasi “Penatan Ruang Publik di Bantaran
Sungai Bengawan Solo Desa Pucang Sawit” sebagai tugas mata kuliah Arsitektur Kota dan
Permukiman 2 Prodi Arsitektur Fakultas Teknik UNS.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan YME atas karunia dan rahmat-Nya;

2. Dr. Ir. Wiwik Setyaningsih, M.T selaku dosen pembimbing mata kuliah Arsitektur
Kota dan Permukiman 2;

3. Serta semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan dari pembaca sehingga penulis
bisa lebih mengeksplorasi suatu objek dan mengembangkan pengetahuan penulis. Penulis
juga berharap semoga penyusunan tugas ini bisa memberi manfaat bagi penulis sendiri dan
bagi masyarakat.

Surakarta, 2018

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I .............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang................................................................................................................................... 4
B. Permasalahan.................................................................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 6
D. Sasaran .............................................................................................................................................. 6
E. Batasan.............................................................................................................................................. 6
BAB II ............................................................................................................................................................. 8
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................................... 8
BAB III .......................................................................................................................................................... 18
TINJAUAN LOKASI ....................................................................................................................................... 18
LOKASI ..................................................................................................................................................... 18
BAB IV.......................................................................................................................................................... 21
ANALISIS ...................................................................................................................................................... 21
ANALISIS SWOT ....................................................................................................................................... 21
TEORI SWOT ............................................................................................................................................ 24
BAB V........................................................................................................................................................... 25
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................................................... 25
BAB VI.......................................................................................................................................................... 26
REKOMENDASI DESAIN ............................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 29
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, banyak sekali kegunaan penting taman sebagai ruang terbuka hijau. Adanya
ruang terbuka hijau di dalam suatu daerah permukiman atau perkotaan menambah daya tarik
warga dalam berrekreasi ringan atau tujuan lainnya.

Sama dengan pengadaannya, fasilitas yang terjamin dalam suatu kawasan ruang terbuka
hijau tidak kalah pentingnya. Adanya fasilitas umum, sanitasi yang memadai, akses dan
sirkulasi jelas, dan lain-lain menambah daya tarik masyarakat untuk mengunjungi taman dan
ruang terbuka hijau sebagai destinasi rekreasi harian.

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang


penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam. Undang Undang (UU) Nomor 26 Tahun 2007 tentang
penataan ruang mensyaratkan ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen
dari luas wilayah kota, ini membawa konsekuensi setiap lahan yang kita tempati, idealnya
minimal 70 persen digunakan untuk bangunan dan 30 persen untuk lahan hijau.

Hal ini juga berlaku di Surakarta. Kota Surakarta setidaknya memiliki satu ruang terbuka
hijau di tiap kecamatannya. Salah satunya adalah Taman Urban Forest Bengawan Solo, yang
terletak di Pucangsawit, Kecamatan Jebres.

Selain luas dan dekat dengan permukiman warga, Taman Urban Forest Bengawan Solo juga
menawarkan konsep yang sedikit berbeda dengan ruang terbuka hijau pada umumnya. Taman
ini berada di bantaran Sungai Bengawan Solo, persis bersebelahan dengan alirannya. Taman ini
juga berada di desa Pucangsawit dan dekat dengan destinasi wisata atau rekreasi lainnya,
seperti Pasar Pucangsawit, Wihara Dhamma Sundhara, dan lain-lain.

Namun, sama dengan ruang terbuka hijau pada tempat lain di Indonesia, Taman Urban
Forest Bengawan Solo memiliki beberapa permasalahan penting, seperti minimnya fasilitas,
kurangnya perawatan, tidak jelasnya akses dan sirkulasi, tidak tersedianya pengolahan sampah
dan limbah, kebersihan dan sanitasi yang tidak terjamin, dan penataan yang terkesan tidak
diperhitungkan.

Dalam studi kasus belakangan ini pada lokasi Taman Urban Forest Bengawan Solo, kami
menemukan bahwa sebenarnya permasalahan yang muncul pada lokasi tidak lepas dari
permasalahan yang juga muncul pada desa Pucangsawit itu sendiri. Keterkaitan erat ini sangat
dipengaruhi oleh peran pemerintah daerah setempat – dalam hal ini pemerintah desa
Pucangsawit dan Kecamatan Jebrs – yang masih kurang maksimal dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada, dan terkesan menciptakan ruang publik yang “asal ada” tanpa
memperhitungkan potensi yang dimilikinya.

Oleh karena itu, dengan potensi-potensi yang ada, Taman Urban Forest Bengawan Solo
memiliki pengunjung yang tidak terlalu banyak, dan hanya didominasi oleh warga yang
memang bertempat tinggal tepat di permukiman sebelahnya. Potensi-potensi yang ada seakan
tidak lagi menarik karena saking banyaknya permasalahan yang muncul pada ruang terbuka
hijau tersebut.

Dalam hal ini, peranan seorang arsitek di Kota Surakarta sangatlah penting guna meninjau
ulang permasalahn yang ada pada Taman Urban Forest Bengawan Solo untuk berkembang dan
dapat diterima dengan lebih baik di masyarakat. Permasalahan-permasalahan tersebut sudah
selayaknya ditinjau dan diperbaiki guna menciptakan ruang terbuka hijau di wilayah Surakarta
pada umumnya dan Pucangsawit pada umumnya yang layak, estetik, dan memiliki daya tarik
tinggi.

B. Permasalahan

 Apa sajakah permasalahan yang muncul pada Taman Urban Forest Bengawan Solo?
 Apa yang menjadi penyebab munculnya permasalahan yang ada pada Taman Urban
Forest Bengawan Solo?
 Bagaimana solusi atas permasalahan yang ada pada Taman Urban Forest Bengawan
Solo?
 Bagaimanakah solusi desain yang tepat untuk mengaplikasikan pemecahan masalah yang
ada pada Taman Urban Forest Bengawan Solo?
C. Tujuan

Mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada Taman Urban Forest Bengawan Solo,
Desa Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Surakarta sekaligus menemukan sebab dan akibat atas
permasalahan yang ada, sehingga dapat menemukan penyelesaian atas permasalahan yang
timbul guna menciptakan solusi desain yang tepat dengan mempertimbangkan potensi fisik
dan nonfisik, sumber daya, serta batasan-batasan pada Taman Urban Forest Bengawan Solo.

D. Sasaran

Adapun sasaran dalam perencanaan dan perancangan desain Taman Urban Forest
Bengawan Solo di Pucangsawit adalah sebagai berikut:

 Konsep perencanaan tata ruang terbuka hijau yang dapat tetap memenuhi kebutuhan
awal dan kebutuhan baru yang ingin dicapai dengan menghilangkan permasalahan
yang timbul dan dapat mengondisikan sumber daya yang ada tanpa menghilangkan
konsep yang sudah teraplikasikan pada Taman Urban Forest Bengawan Solo.
 Konsep perancangan fisik ruang terbuka hijau yang mencakup elemen tata ruang,
untuk dapat menstimulasi konsep perencanaan yang direncanakan, dengan mengacu
pada penyelesaian permasalahan pada dan kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka
hijau berupa Taman Urban Forest Bengawan Solo.
 Perencanaan dan perancangan gubahan massa, tatanan massa, pola sirkulasi, susunan
ruang, dan tata letak fasilitas dan bangunan penunjang di dalam Taman Urban Forest
Bengawan Solo, sesuai dengan pemecahan permasalahan yang teridentifikasi dan
tetap mempertimbangkan karakteristik dan kriteria ruang terbuka hijau yang ideal,
serta pedoman desain khusus ruang terbuka hijau.

E. Batasan

Adapun sasaran solusi desain yang akan kami rancang pada Taman Urban Forest
Bengawan Solo hanya berkutat pada Taman Urban Forest Bengawan Solo itu sendiri,
dengan batasan-batasan:

 Taman Urban Forest Bengawan Solo yang dimaksud hanya mencakup area riil ruang
terbuka hijau tersebut, dengan mengikutsertakan ketercapaian fungsi maksimal akses
dan sirkulasi yang bersinggungan, fasilitas umum dan bangunan penunjang yang ada
di sekitar lokasi, dan potensi-potensi pada lokasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kota
Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan
rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
mendukung kehidupan warganya secara mandiri.

Kota dipandang dari arsitektur


 Kota adalah arsitektur, yaitu obyek hasil karya fisik dan hasil karya artistik manusia
Sebagai produk manusia, kota adalah hasil cipta kultural dan hasil cipta sosial.
 Sebagai hasil cipta cultural kota merupakan realitas hasil transformasi alam dan cerminan
cara manusia menghadapi realitas itu menghadapi realitas itu.
 Sebagai hasil cipta social kota adalah tempat bagi segala dimensi kehidupan manusia.

Aldo Rossi, 1982 dalam bukunya “The architecture of the city”,


 Menurutnya kota dipandang sebagai obyek buatan manusia dalam skala besar (urban
artifact), dan sebuah arsitektur yaitu berupa konsentrasi elemen‐elemen fisik spasial yang
selalu tumbuh dan berkembang.
 Elemen‐elemen fisik tersebut terbentuk karena adanya fungsi‐fungsi kegiatan yang
berlangsung dalam suatu kota, yang terbentuk dan terakumulasi dari waktu ke waktu.
 Menurutnya kota dihipotesakan sebagai total architecture, berlandas pada proposisi:
pertama, bahwa dimensi perkembangan kota bersifat temporal. Kedua, bahwa kota
(bagian tertentu dalam kota) dianggap sebagai artifak yang homogeny sehingga tercipta
kontinuitas‐spasial.Ketiga, bahwa dalam urban‐structure ada elemen primer yang
dominan dan mempengaruhi proses perkembangannya.
Kevin Lynch, 1960 dalam bukunya “The Image of City”.
Kevin Lynch menyebutkan bahwa image suatu kota dibentuk oleh 5 elemen pembentuk wajah
kota, yaitu:
 Paths (Jalur)
Umumnya jalur atau lorong berbentuk pedestrian dan jalan raya
Jalur merupakan penghubung dan jalur sirkulasi manusia serta kendaraan dari sebuah ruang
ke ruang lain di dalam kota. Secara fisil paths adalah merupakan salah satu unsur pembentuk
kota. Path sangat beranaka ragam sesuai dengan tingkat perkembangan kota, lokasi
geografisnya, aksesibilitasnya dengan wilayah lain dan sebagainya. Berdasarkan elemen
pendukungnya , paths dikota meliputi jaringan jalan sebagai prasarana pergerakan dan
angkutan darat, sungai, laut, udara, terminal/pelabuhan, sebagai sarana perangkutan. Jaringan
perangkutan ini cukup penting khususnya sebagai alat peningkatan perkembangan daerah
pedesaan dan jalur penghubung baik produksi maupun komunikasi lainnya.
Berdasarkan frekuensi, kecepatan dan kepentingannya jaringan penghubung di kota
dikelompokan:
– Jalan Primer
– Jalan Sekunder
– Jalan Kolektor Primer
– Jalan Kolektor Sekunder
– Jalan Utama Lingkungan
– Jalan Lingkungan
Paths ini akan terdiri dari eksternal akses dan internal akses, yaitu jalan-jalan penghubung
antar kota dengan wilayah lain yang lebih luas. Jaringan jalan adalah pengikat dalam suatu
kota, yang merupakan suatu tindakan dimana kita menyatukan semua aktivitas dan
menghasilkan bentuk fisik suatu kota.

 Node (Simpul)
Simpul merupakan pertemuan antara beberapa jalan/lorong yang ada di kota, sehingga
membentuk suatu ruang tersendiri. Masing-masing simpul memiliki ciri yang berbeda, baik
bentukan ruangnya maupun pola aktivitas umum yang terjadi.
Biasanya bangunan yang berada pada simpul tersebut sering dirancang secara khusus untuk
memberikan citra tertentu atau identitas ruang. Node merupakan suatu pusat kegiatan
fungsional dimana disini terjadi suatu pusat inti / core region dimana penduduk dalam
memenuhi kebutuhan hidup semuanya bertumpu di node. Node ini juga juga melayani
penduduk di sekitar wilayahnya atau daerah hiterlandnya.

 District (Kawasan)
Suatu daerah yang memiliki ciri-ciri yang hampir sama dan memberikan citra yang sama.
Distrik yang ada dipusat kota berupa daerah komersial yang didominasi oleh kegiatan
ekonomi. Daerah pusat kegiatan yang dinamis, hidup tetapi gejala spesialisasinya semakin
ketara. Daerah ini masih merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan-hiburan dan
lapangan pekerjaan. Hal ini ditunjang oleh adanya sentralisasi sistem transportasi dan
sebagian penduduk kota masih tingal pada bagian dalam kota-kotanya (innersections). Proses
perubahan yang cepat terjadi pada daerah ini sangat sering sekali mengancam keberadaan
bangunan-bangunan tua yang bernilai historis tinggi. Pada daerah-daerah yang berbatasan
dengan distrik masih banyak tempat yang agak longgar dan banyak digunakan untuk kegiatan
ekonomi antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi rendah
dan sebagian lain digunakan untuk tempat tinggal.

 Landmark (Tengaran)
Landmark merupakan salah satu unsur yang turut memperkaya ruang kota.
Bangunan yang memberikan citra tertentu, sehingga mudah dikenal dan diingat dan dapat
juga memberikan orientasi bagi orang dan kendaraan untuk bersirkulasi.
Landmarks merupakan ciri khas terhadap suatu wilayah sehingga mudah dalam mengenal
orientasi daerah tersebut oleh pengunjung. Landmarks merupakan citra suatu kota dimana
memberikan suatu kesan terhadap kota tersebut.

 Edge (Tepian)
Bentukan massa-massa bangunan yang membentuk dan membatasi suatu ruang di dalam
kota. Ruang yang terbentuk tergantung kepada kepejalan dan ketinggian massa. Daerah
perbatasan biasanya terdiri dari lahan tidak terbangun. Kalau dilihat dari fisik kota semakin
jauh dari kota maka ketinggian bangunan semakin rendah dan semakin rendah sewa tanah
karena nilai lahannya rendah (derajat aksesibilitas lebih rendah), mempunyai kepadatan yang
lebih rendah, namun biaya transpotasinya lebih mahal.

Citra Kota
Citra Kota adalah gambaran mental yang terbentuk dari ritme biologis tempat dan ruang tertentu
yang menceriminkan waktu (sense of time), yang ditumbuhkan dari dalam secara mengakar oleh
aktiviras sosial-ekonomi budaya masyarakat kota itu sendiri ( Lynch, 1960)
Dari gambaran tersebut diperoleh tiga komponen yang sangat mempengaruhi gambaran mental
orang terhadap suatu kawasan yaitu :
a. Identitas sebagai potensi yang dibacakan artinya orang dapat memahami gambaran perkotaan
(identifikasi objek-objek, perbedaan antar objek, perhal yang baru dapat diketahui)
b. Struktur sebagai potensi yang disusun artinya orang dapat melihat pola perkotaan (arti objek-
objek, arti subjek-objek, rasa yang dapat dialami)
c. Makna sebagai potensi yang dibayangkan artinya orang daapt memahami perkotaan (arti
objek-objek, arti subjek-objek, rasa yang dapat dialami)

Pemukiman
1. Pengertian Pemukiman
Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1992 Pasal 3, Permukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Satuan lingkungan permukiman
adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang,
prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur (pasal 1 ayat 3).
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 menyebutkan bahwa penataan perumahan
dan permukiman berlandaskan asas manfaat, adil dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan,
kepercayaan pada diri sendiri, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup.
Kata urban seringkali juga dimengerti sebagai kota, untuk membedakannya dengan rural
(pedesaan), pengertian urban sendiri lebih kepada permukiman, dimana kawasan terbangun lebih
mendominasi, sedangkan rural didominasi oleh kawasan tidak terbangun, atau ruang terbuka.
2. Persyaratan Pemukiman
Dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu kriteria atau persyaratan
untuk menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi permukiman. Kriteria tersebut antara lain:
a. Tersedianya lahan yang cukup bagi pembangunan lingkungan dan dilengkapi dengan
prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial.
b. Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang berasal dari sumber
daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun, dsb).
c. Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan individu
dan masyarakat penghuni.
d. Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15 %, sehingga dapat dibuat
sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya dukung yang
memungkinkan untuk dibangun perumahan.
e. Adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan diatasnya
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :
 Lokasinya harus strategis dan tidak terganggu oleh kegiatan lainnya.
 Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan kesehatan,
perdagangan, dan pendidikan.
 Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak
sampai menimbulkan genangan air.
 Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk
disalurkan ke masing-masing rumah.
 Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor, yang dapat dibuat dengan sistem
individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik komunal.
 Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar
lingkungan permukiman tetap nyaman.
 Dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti taman bermain untuk anak, lapangan atau
taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya
permukiman tersebut.
 Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.
(Joseph De Chiara; Lee E. Koppelman. Standar Perencanaan Tapak. 1994.)
Ruang Publik

Menurut D.A. Tisnaadmidjaja, yang dimaksud dengan ruang adalah “wujud fisik wilayah
dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan wadah bagi manusia dalam
melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu kualitas kehidupan yang layak”.

Publik adalah mengenai orang atau masyarakat, dimiliki masyarakat, serta berhubungan
dengan, atau memengaruhi suatu bangsa, negara, atau komunitas. Publik biasanya dilawankan
dengan swasta atau pribadi, seperti pada perusahaan publik, atau suatu jalan. Publik juga kadang
didefinisikan sebagai masyarakat suatu bangsa yang tidak berafiliasi dengan pemerintahan
bangsa tersebut. (Wikipedia)

Menurut Project for Public Spaces in New York (1984), Ruang publik secara umum pada
sebuah kota adalah bentuk ruang yang digunakan manusia secara bersama-sama berupa jalan,
pedestrian, taman-taman, plaza, fasilitas transportasi umum (halte) dan museum.

Pada umumnya ruang publik adalah ruang terbuka yang mampu menampung kebutuhan
akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Ruang ini memungkinkan
terjadinya pertemuan antar manusia untuk saling berinteraksi. Karena pada ruang ini seringkali
timbul berbagai kegiatan bersama, maka ruang-ruang terbuka ini dikategorikan sebagai ruang
umum.

Ruang publik yang efektif, menurut Carr et al. (1992) setidaknya meliputi tiga hal yaitu
responsif, demokratis dan bermakna.

1. Meaningful (bermakna), di mana ruang publik harus memungkinkan manusia sebagai


pengguna ruang untuk membuat hubungan (koneksi) yang kuat antara ruang dengan
kehidupan mereka dan dunia yang lebih luas, dengan kata lain, ada sistem pemaknaan
dalam ruang publik.
2. Democratic (demokratis), di mana ruang publik harus dapat diakses oleh siapa saja dan
menjamin kebebabsan dalam beraktivitas. Carmon, et al (2008) menguraikan bahwa
aksesibilitas antara lain mencakup kemudahan akses ke lokasi dan kemudahan
pergerakan di dalam ruang.
3. Responsive (responsif), di mana ruang publik harus tanggap atau mampu memenuhi
kebutuhan warga yang terwujud dalam desain fisik dan pengelolaannya.

Sedangkan menurut Roger Scurton (1984) setiap ruang publik memiliki makna sebagai
berikut: sebuah lokasi yang didesain seminimal apapun, memiliki akses yang besar terhadap
lingkungan sekitar, tempat bertemunya manusia/pengguna ruang publik dan perilaku masyarakat
pengguna ruang publik satu sama lain mengikuti norma-norma yang berlaku setempat.

Sedangkan menurut Jurgen Habermas, ruang publik merupakan media untuk


mengomunikasikan informasi dan juga pandangan.

Meskipun sebagian ahli mengatakan umumnya ruang publik adalah ruang terbuka, Rustam
Hakim (1987) mengatakan bahwa, ruang umum pada dasarnya merupakan suatau wadah yang dapat
menampung aktivitas tertentu dari masyarakatnya, baik secara individu maupun secara kelompok, dimana
bentuk ruang publik ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan.

Ruang publik adalah bagian penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Tempat dimana masyarakat dapat bertemu dan bekumpul melakukan berbagai kegiatan. Jalan
raya, alun-alun, taman serta pantai adalah beberapa tipikal ruang publik. Namun, hingga batas
tertentu gedung pemerintahan pun dapat disebut sebagai ruang publik. Pusat pembelajaran dan
perpustakaan umum pun termasuk dalam golongan ruang publik, Berbagai jenis ruang publik
dan tempat bertemu serta berkumpul dengan masyarakat pun diciptakan di berbagai belahan kota
sebagai sarana penting dalam bersosialisasi.

Menurut sifatnya, ruang publik terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Ruang publik tertutup: adalah ruang publik yang terdapat di dalam suatu bangunan.
2. Ruang publik terbuka: yaitu ruang publik yang berada di luar bangunan yang sering juga
disebut ruang terbuka (open space).
Menurut Zoer’aini (1997) tujuan umum pembangunan suatu kota adalah untuk pertahanan
hidup manusia yang terdiri atas dua aspek yaitu tetap hidup dan mempertinggi nilai hidup.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa pembangunan kota mempunyai fungsi dan tujuan
sebagai berikut:

1. Kehadiran sebuah kota memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduknya agar
dapat bertahan dan melanjutkan hidup, serta meningkatkan kualitas kehidupan.
2. Komponen-komponen kota adalah penduduk, pemerintah, pembangunan fisik,
sumberdaya alam dan fungsi.
3. Penduduk kota meliputi jumlah (dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian, migrasi),
dan kecenderungan penyebaran (umur, jenis kelamin, etnik, sosial ekonomi, agama dan
lainnya.
4. Pentingnya kehadiran flora dan fauna.
5. Pembangunan fisik yang meliputi tipe bentuk (konfigurasi), kepadatan (densiti),
differensiasi dan konektiviti.
6. Sumberdaya terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia.
7. Kota berfungsi terutama sebagai pusat pemukiman dan pelayanan kerja, rekreasi dan
transportasi.
8. Pada umumnya kota menghadapi masalah ekonomi, masalah tata ruang dan masalah
linhgkungan hidup.

Menurut Eko Budihardjo (1998) ruang terbuka adalah bagian dari ruang yang memeiliki
definisi sebagai wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak
mempunyai penutup dalam bentuk fisik.

Ruang publik memiliki beberapa fungsi psikologis antara lain: pertama, ruang publik
berfungsi untuk memberikan rasa nyaman kepada individu. Kenyamanan adalah merupakan
kebutuhan dasar sehingga sebuah ruang publik semestinya menyediakan berbagai fasilitas seperti
food court atau tempat berteduh sehingga individu merasa nyaman ketika berada di dalamnya.
Fungsi kedua, adalah relaksasi. Suatu ruang publik harus menjadi tempat bagi individu untuk
dapat beristirahat melepas lelah sehingga individu dapat menenangkan badan dan pikirannya dari
berbagai persoalan hidup. Selain itu dalam ruang publlik, individu dapat meluangkan waktu baik
secara pasif atau aktif. Ada sebagian individu yang puas hanya dengan mengamati kegiatan dan
perilaku orang lain di ruang publik tapi ada juga yang lebih senang secara aktif terlibat seperti
mengobrol, beraktivitas, dsb. Ruang publik juga berfungsi sebagai tempat dimana individu dapat
menjumpai berbagai pengalaman baru. Hal itu berhubungan dengan adanya kebutuhan eksplorasi
dalam diri manusia. Dengan melakukan eksplorasi, individu akan menemukan berbagai hal baru
sehingga dapat membantu perkembangan dirinya. (Hendro Prabowo, dkk, Dominasi Private
Domain terhadap Public Domain)

Berikut adalah beberapa Peranan Ruang Publik. (Carmona, et al, 2008)

Ekonomi:

 Memberi nilai yang positif pada nilai properti


 Mendorong performa ekonomi regional
 Dapat menjadi bisnis yang baik

Kesehatan:

 Mendorong masyarakat untuk aktif melakukan gerakan fisik


 Menyediakan ruang informasi dan formal bagi kegiatan olahraga
 Mengurangi stres

Sosial:

 Menyediakan ruang bagi interaksi dan pembelajaran sosial pada segala usia
 Mengurangi resiko terjadinya kejahatan dan sikap anti-sosial
 Mengurangi dominasi kendaraan bermotor sehingga angka kecelakaan berkurang
 Mendorong dan meningkatkan kehidupan berkomunitas
 Mendorong terjadinya interaksi antarbudaya

Lingkungan:

 Mendorong terwujudya transportasi berkelanjutan


 Meningkatkan kualitas udara, mengurangi efek populasi
 Menciptakan kesempatan untuk berkembangnya keanekaragaman hayati.
BAB III

TINJAUAN LOKASI

LOKASI

Lokasi yang menjadi obyek amatan dalam observasi ini adalah wilayah bantaran sungai
Bengawan Solo desa Pucang Sawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia.

Letak Provinsi Jawa Tengah di wilayah Indonesia

Sumber gambar: www.google.com

Letak kota Surakarta terhadap provinsi Jawa Tengah


Sumber gambar: www.google.com

Letak kecamatan Jebres terhadap kota Surakarta

Sumber gambar: www.google.com

Letak Desa Pucang Sawit

Sumber gambar: www.google.com


Letak urban forest Desa Pucang Sawit

Sumber gambar: www.google.com

Batas-batas site :

Utara : Jalan Waringin (tanggul)


Selatan : Aliran Sungai Bengawan Solo
Timur : Lahan Kosong
Barat : Lahan Kosong dan Aliran Sungai Bengawan Solo
BAB IV

ANALISIS

A. ANALISIS SWOT

SWOT Analisis Gambar


Streghts - Lokasi strategis, berdekatan
dengan pemukiman warga
- Masih tersedianya lahan terbuka
hijau yang dapat dimanfaatkan
- Pemandangan indah dari bantaran
sungai
- Terdapat banyak pepohonan
sehingga udara menjadi sejuk
- Adanya Sungai Bengawan Solo
yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber air
- Adanya tanggul yang memisahkan
antara area bantaran dengan
pemukiman warga

Weakness - Sampah yang menumpuk dan


mengendap
- Pemandangan menjadi buruk
karena sampah
- Adanya masalah dalam tata
guna lahan
- Rendahnya kesadaran
masyarakat tentang sanitasi
sehingga masih banyak yang
menggunakan sungai sebagai
tempat buang air
- Akses yang cukup sulit untuk
mencapai lokasi, dan lokasi
juga cukup terpencil
- Kondisi jalan yang sudah rusak
- Fasilitas yang ada kondisinya
kurang terawatt dan banyak
yang rusak.
- Kurangnya fasilitas umum yang
disediakan seperti toilet umum,
mushola, atau tempat ibadah
lain
- Taman menjadi kurang aman
untuk digunakan bermain
karena berada tepat di pinggir
sungai namun tidak terdapat
pagar pembatas
Oportunity Fisik
- Penambahan tempat duduk di area
taman pada bantaran sungai sebagai
tempat istirahat bagi pengunjung.
- Penambahan pagar pada area taman
yang berada di bagian tepi sungai
agar lebih aman sebagai tempat
bermain.
- Penyelenggaraan wisata air dengan
memanfaatkan aliran sungai
Bengawan Solo.
- Penyediaan area bagi pedagang
untuk berjualan.
- Penyediaan arena bermain anak.
- Penambahan fasilitas pelengkap
seperti toilet umum maupun
mushola.
- Warga di sekitar site memiliki
agama yang beragam dan hidup
berdampingan. Di sekitar site pun
banyak terdapat masjid, gereja, dan
wihara.
Non Fisik
- Kedekatannya dengan pemukiman
warga membuat site potensial untuk
dijadikan lahan pencaharian. Selain
dapat berwirausaha, warga yang
tidak bekerja dan ibu rumah tangga
dapat dijadikan tenaga kerja.
Threats - Peluang terjadinya banjir
- Hujan deras dan cuaca ekstrem
- Aliran air hujan yang menuju
sungai dapat mempengaruhi
kualitas jalan dan fasilitas lain di
sekitar taman
- Ancaman dari wisata daerah
setempat lainnya
- Lokasi yang semakin jauh dari
pusat kota
- Pemukiman yang semakin padat
- Proyek pembangunan yang ada di
sekitar sungai mempengaruhi
pemandangan dari taman
- Kurangnya kesadaran masyarakat
tentang sampah
- Adanya kegiatan pelatihan anjing
rutin yang dapat merusak taman
- Pengguna didomisili oleh preman
dan orang-orang mabuk

B. TEORI SWOT
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Taman Urban Forest Bengawan Solo memiliki berbagai potensi sebagai ruang public
khususnya untuk warga di sekitar permukiman apabila dimanfaatkan secara baik. Tetapi di
dalam taman Urban Forest masih terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kurangnya daya
tarik taman untuk dikunjungi. Masalah yang utama adalah buruknya akses sirkulasi untuk masuk
kedalam taman, dikarenakan kondisi jalan yang rusak dan retak, serta berbahaya untuk dilalui
karena tidak adanya pagar pembatas di pinggir jalan sebagai pengaman dan kurangnya lampu
sebagai penerangan jalan di malam hari. Masalah lain yang terdapat di dalam taman antara lain,
kurangnya fasilitas pendukung dan beberapa fasilitas yang sudah tersedia dalam kondisi yang
rusak seperti jalan setapak didalam taman yang retak, kondisi vegetasi yang kurang baik untuk
dilihat, kondisi taman yang kotor akibat kurangnya tempat sampah, dan tidak adanya toilet serta
musholla. Selain itu belum tedapat pagar pembatas dan tanggul diantara taman dan sungai
Bengawan Solo sehingga keamanan didalam taman belum terjamin.

Maka dari itu diperlukan penanganan lanjut agar dapat membuat taman Urban Forest agar
nyaman dan layak untuk dikunjungi. Penanganan yang utama adalah dengan memperbaiki
fasilitas di luar dan di dalam taman yang rusak dengan memperbaiki sirkulasi jalan dan menata
vegetasi agar terlihat indah. Kemudian menambahkan beberapa fasilitas yang belum disediakan
seperti lampu untuk penerangan, pagar pembatas, tanggul di pinggir taman, tempat sampah,
toilet, dan musholla.
BAB VI

REKOMENDASI DESAIN

Rekomendasi Desain

Taman Urban Forest Bengawan Solo menjadi sebuah area yang dapat dimanfaatkan
warga sebagai sebuah ruang publik. Taman Urban Forest memiliki potensi dari view yang
ditampilkan berupa pemandangan sungai bengawan Solo, yang juga dapat dimanfaatkan sebagai
bentuk dari penghijauan dan ruang untuk beragam aktivitas diantara pemukiman Pucang Sawit
disekitar taman. Namun potensi tersebut tidak diimbangi dengan penataan yang baik pada bagian
taman yang menyebabkan taman kurang menarik minat pengunjung.
Dari permasalahan yang ditimbulkan akibat penataan yang kurang baik, terdapat
beberapa rekomendasi desain yang dapat diterapkan, antara lain :

Di Luar Tapak Taman


 Memperbaiki sirkulasi jalan sebagai akses masuk taman yang rusak dan retak
 Memperjelas sirkulasi jalan dan pintu masuk utama kedalam taman dengan memberikan
gapura yang menarik
 Memberikan lampu penerangan di sepanjang jalan akses masuk taman
 Memberikan dinding atau pagar pembatas di bantaran sungai maupun di pinggir jalan
akses masuk taman

Di Dalam Tapak Taman


1. Sirkulasi
 Memperbaiki sirkulasi jalan setapak yang rusak di dalam taman dan mengganti dengan
jalan setapak yang baru
 Menata sirkulasi taman agar pengunjung dapat menjangkau seluruh bagian taman dengan
menerapkan sirkulasi yang melingkar
2. Vegetasi
 Menata kembali tumbuhan berupa pepohonan yang ada di taman supaya terlihat lebih
rapi dan indah
 Menambahkan kuantitas pohon yang ada di dalam taman sebagai wujud penghijauan
 Mengganti tumbuhan yang berduri maupun berbahaya bagi pengunjung dengan
tumbuhan yang lebih menarik untuk dilihat
 Membersihkan taman dari rumput liar maupun gulma yang ada di dalam taman agar tidak
merusak pepohonan yang ada di taman

3. Fasilitas
 Memberikan penerangan lampu taman
 Memberikan tempat sampah di setiap sudut taman
 Membangun toilet umum di dalam taman
 Membangun musholla di dalam taman
 Memberikan fasilitas seperti panggung hiburan di dalam taman
 Menyediakan fasilitas untuk berolahraga agar taman dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
yang positif
 Menyediakan taman bermain anak
DAFTAR PUSTAKA

https://library.binus.ac.id

http://digilib.unila.ac.id

id.wikipedia.org

http://masanung.staff.uns.ac.id

http://elib.unikom.ac.id

http://odexyundo.blogspot.co.id

http://www.penataanruang.com/ruang-terbuka-hijau.html

http://www.medcofoundation.org/mengenal-ruang-terbuka-hijau/

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman


Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Anda mungkin juga menyukai