Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

MORFOLOGI KOTA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Morfologi Kota

Disusun Oleh :

Nama : Brilliant Jozuna Kurniawan


NIM : 211910501041
Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Kelas :A

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2022
ASAL-USUL DAN SEJARAH

Pada tahun 1745, cikal bakal masyarakat Bogor semula berasal dari 9 kelompok
pemukiman dengan 3 gabungan kelompok besar antara lain Bogor (wilayah tengah),
Jonggol (wilayah timur dan utara) dan Leuwiliang (wilayah barat) yang digabungkan oleh
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Baron van Inhof menjadi inti kesatuan masyarakat
Kabupaten Bogor.
Pada waktu itu, Bupati Demang Wartawangsa berupaya meningkatkan kualitas lingkungan
hidup dan kesejahteraan rakyat yang berbasis pertanian dengan menggali terusan dari
Sungai Ciliwung ke Cimahpar dan dari Nanggewer sampai ke Kalimulya. Penggalian untuk
membuat terusan kali dilanjutkan di sekitar pusat pemerintahan, namun pada tahun 1754
pusat pemerintahannya terletak di Tanah Baru kemudian dipindahkan ke Sukahati
(sekarang Kampung Empang).
Masa Kerajaan
Dari sisi sejarah, Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat
kerajaan tertua di Indonesia yaitu Kerajaan Tarumanagara. masa yang sama juga, beberapa
kerajaan berdiri di sekitar wilayah Bogor karena lokasinya dinilai baik untuk menghindari
serangan. Selain itu, kawasan Bogor pada saat itu juga subur dan memiliki akses
perdagangan yang mudah. Oleh sebab itu, banyak penduduk yang bermukim di kawasan
ini. Catatan Dinasti Sung di Cina dan prasasti yang ditemukan di Tempuran sungai
Ciaruteun dengan sungai Cisadane, memperlihatkan bahwa setidaknya pada paruh awal
abad ke 5 M di wilayah ini telah ada sebuah bentuk pemerintahan. Sejarah lama Dinasti
Sung mencatat tahun 430, 433, 434, 437, dan 452 Kerajaan Holotan mengirimkan
utusannya ke Cina. Sejarawan Prof. Dr Slamet Muljana dalam bukunya Dari Holotan ke
Jayakarta menyimpulkan Holotan adalah transliterasi Cina dari kata Aruteun, dan kerajaan
Aruteun adalah salah satu kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa. Prasasti Ciaruteun
merupakan bukti sejarah perpindahan kekuasaan dari kerajaan Aruteun ke kerajaan
Tarumanagara dibawah Raja Purnawarman, sekitar paruh akhir abad ke-5.
Prasasti-prasasti lainnya peninggalan Purnawarman adalah prasasti Kebon Kopi di
Kecamatan Cibungbulang, Prasasti Jambu di Bukit Koleangkak (Pasir Gintung, Kecamatan
Leuwiliang), dan prasasti Lebak (di tengah sungai Cidanghiyang, Propinsi Banten). Pada
abad ke 6 dan ke 7 Kerajaan Tarumanagara merupakan penguasa tunggal di wilayah Jawa
Barat. Setelah Tarumanagara, pada abad-abad selanjutnya kerajaan terkenal yang pernah
muncul di Tanah Pasundan (Jawa Barat) adalah Sunda, Pajajaran, Galuh, dan Kawali.
Semuanya tak terlepas dari keberadaan wilayah Bogor dan sekitarnya.
Lalu menurut beberapa sumber ditemukan prasasti di wilayah Bogor yang dipercaya
merupakan asal-usul Bogor. Prasasti ini dipercaya sebagai peninggalan Kerajaan Sunda
pada tahun 1533 yang menceritakan tentang kekuasaan Prabu Surawisesa. Kerajaan Sunda
ini memiliki Ibukota bernama Pajajaran yang sekarang diyakini sebagai daerah Bogor.
Kemudian, Ibukota Pajajaran atau yang pada saat itu dikenal juga dengan nama Pakuan
adalah pusat pemerintahan Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja Ratu Haji I Pakuan
Pajajaran) yang dinobatkan pada 3 Juni 1482. Tanggal tersebutlah yang menjadi hari jadi
Bogor yang diperingati setiap tahunnya sampai sekarang.
Masa Penjajahan
Kemudian pada tahun 1745, Gubernur Jendral Hindia Belanda pada waktu itu bernama
Baron van Inhoff membangun Istana Bogor, seiring dengan pembangunan jalan Raya
Daenless yang menghubungkan Batavia dengan Bogor, sehingga keadaan Bogor mulai
berkembang. Lalu, pada masa kependudukan Inggris dengan Thomas Rafless sebagai
Gubernur Jenderal, Rafless cukup berjasa dalam mengembangkan Kota Bogor, dimana
Istana Bogor direnovasi dan sebagian tanahnya dijadikan Kebun Raya (Botanikal Garden),
Rafless juga memperkerjakan seorang Planner yang bernama Carsens yang menata Bogor
sebagai tempat peristirahatan yang dikenal dengan Buitenzoorg.
Setelah Pemerintahan kembali kepada Hindia Belanda pada tahun 1903, terbit Undang-
Undang Desentralisasi yang
bertujuan menghapus sistem
pemerintahan tradisional diganti
dengan sistem administrasi
pemerintahan modern sebagai
realisasinya dibentuk
Staadsgemeente. Pada tahun 1922
sebagai akibat dari ketidakpuasan
terhadap peran desentralisasi yang
ada maka terbentuklah
Bestuursher Voorings Ordonantie
atau Undang-Undang Perubahan
Tata Pemerintahan Negeri Hindia
Belanda (Staatsblad 1922 No.
216), sehingga pada tahun 1992
terbentuklah Regentschaps
Ordonantie (Ordonantie
Kabupaten) yang membuat
ketentuan-ketentuan daerah
Otonomi Kabupaten (Staatsblad
1925 No. 79). Provinsi Jawa Barat
dibentuk pada tahun 1925
(Staatsblad 1924 No. 378 bij
Propince West Java) yang terdiri
dari 5 keresidenan, 18 Kabupaten
(Regentscape) dan Kotapraja
(Staads Gemeente), dimana Buitenzoorg (Bogor) salah satu Staads Gemeente di Provinsi
Jawa Barat di bentuk berdasarkan (Staatsblad 1905 No. 208 jo. Staatsblad 1926 No. 368),
dengan prinsip Desentralisasi Modern, dimana kedudukan Bugermeester menjadi jelas.
Pada masa kependudukan Jepang kedudukan pemerintahan di Bogor menjadi lemah karena
pemerintahan dipusatkan pada tingkat keresidenan yang berkedudukan di Bogor, pada
masa ini nama-nama lembaga pemerintahan berubah namanya yaitu: Keresidenan menjadi
Syoeoe, Kabupaten/Regenschaps menjadi Ken, Kota/Staads Gemeente menjadi Si,
Kewedanaan menjadi/Distrik menjadi Gun, Kecamatan/Under Districk menjadi Soe dan
desa menjadi Koe.
Masa Pasca Kemerdekaan
Pada tahun 1975, Pemerintah Pusat(dalam hal ini Menteri Dalam Negeri) menginstruksikan
bahwa Kabupaten Bogor harus memiliki Pusat Pemerintahan di wilayah Kabupaten sendiri
dan pindah dari Pusat Pemerintahan Kota madya Bogor. Atas dasar tersebut, pemerintah
daerah Tingkat II Bogor mengadakan penelitian di beberapa wilayah Kabupaten Daerah
Tingkat II Bogor untuk dijadikan calon ibu kota sekaligus berperan sebagai pusat
pemerintahan. Alternatif lokasi yang akan dipilih diantaranya adalah wilayah Kecamatan
Ciawi (Rancamaya), Leuwiliang, Parung dan Kecamatan Cibinong (Desa Tengah). Hasil
penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa yang diajukan ke pemerintah Pusat untuk
mendapat persetujuan sebagai calon ibu kota adalah Rancamaya wilayah Kecamatan
Ciawi. Akan tetapi pemerintah Pusat menilai bahwa Rancamaya masih relatif dekat
letaknya dengan pusat pemerintahan Kota madya Bogor dan dikhawatirkan akan masuk ke
dalam rencana perluasan dan pengembangan wilayah Kotamadya Bogor.
Oleh karena itu atas petunjuk pemerintah Pusat agar pemerintah daerah Tingkat II Bogor
mengambil salah satu alternatif wilayah dari hasil penelitian lainnya. Dalam sidang Pleno
DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor tahun 1980, ditetapkan bahwa calon ibu kota
Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor terletak di Desa Tengah Kecamatan Cibinong. Jadi,
Pemerintahan Bogor semula masih berada di wilayah Kota Bogor yaitu tepatnya di
Panaragan, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982, Ibu Kota
Kabupaten Bogor dipindahkan dan ditetapkan di Cibinong. Sejak tahun 1990 pusat
kegiatan pemerintahan menempati Kantor Pemerintahan di Cibinong.

KEPALA DAERAH
1. Ipik Gandamana (1948-1949)
2. R.E. Abdoellah (1550-1958)
3. Raden Kahfi (1958-1961)
4. Karta Dikaria (1961-1967)
5. Wisatya Sasmita (1967-1973)
6. Raden Mochamad Muchlis (1973-1976)
7. H. Ayip Rughby (1975-1982)
8. Soedrajat Nataatmaja (1982-1988)
9. H. Eddie Yoso Martadipura (1988-1998)
10. Kol. H. Agus Utara Effendi (1998-2008)
11. Drs. H. Rahmat Yasin (2008-2014)
12. Hj. Nurhayanti (2014-2019)
13. Hj. Ade Munawaroh Yasin (2019-sekarang)

KOMODITAS
Komoditi unggulan utama di Kabupaten Bogor adalah di sektor pertanian. Dengan
komoditas unggulan utama pada tanaman pangan dan hortikultura, antara lain: talas bogor,
nanas gati, pisang rajabulu dan manggis raya. Keempat komoditi tersebut adalah unggulan
khas Kabupaten Bogor. Selain itu, komoditi lain yang potensial untuk dikembangkan
adalah padi sawah dan padi gogo, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, pepaya, jambu
biji, tanaman obat, melati, sedap malam, krisan, gladiol dan mawar.

Anda mungkin juga menyukai