php/ruang/
Ruang
P-ISSN 1858-3881
Volume X Nomor X, Tahun, pp-pp E-ISSN 2356-0088
Abstrak
Pertumbuhan penduduk perkotaan saat ini hampir terjadi di seluruh wilayah perkotaan yang ada di
Indonesia, khususnya di Kota Jakarta Pusat. Penyebab yang mendorong peningkatan pertumbuhan
penduduk di perkotaan karena tingginya angka urbanisasi. Urbanisasi yang terjadi di kota besar menjadi
salah satu faktor munculnya permukiman kumuh yang tidak layak huni. Salah satu daerah yang memiliki
pengaruh dari adanya urbanisasi dan memunculkan persoalan terkait permukiman kumuh adalah
Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru yang diidentifikasi dari kondisi sosial, ekonomi, dan fisik yang
terdiri dari 6 variabel yaitu kepadatan bangunan, konstruksi bangunan, persampahan, keadaan drainase,
keadaan jalan, dan tata letak bangunan. Pendekatan dalam kajian ini yaitu pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif untuk menjelaskan secara lebih mendalam kondisi dan penyebab permukiman kumuh
di Kelurahan Tanah Tinggi. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk menangani permukiman kumuh di
Kelurahan Tanah Tinggi dengan konsep layak huni dari hasil identifikasi penyebab permukiman kumuh.
Penanganan strategi yang dilakukan untuk mengatasi penyebab permukiman kumuh yaitu dengan melalui
konsolidasi lahan, pengelolaan sampah berbasis masyarakat, dan pemberian bantuan modal dana usaha.
Kata kunci: Kumuh; Perkotaan; Urbanisasi.
Abstract
Urban population growth is currently almost occurring in all urban areas in Indonesia, especially in the
city of Central Jakarta. The cause that drives the increase in urban population growth is due to the high
rate of urbanization. Urbanization in big cities is one of the factors in the emergence of uninhabitable
slums. One of the areas that has the influence of urbanization and raises problems related to slums in
Tanah Tinggi, Johar Baru which is identified from social, economic, and physical conditions consisting
of 6 variables, there are building density, building construction, waste, drainage conditions, road
conditions, and building layout. The approach in this study is qualitative approach that is descriptive to
explain in more depth the condition and cause of slums in Tanah Tinggi. Therefore, this study aims to
deal with slums in Tanah Tinggi with the concept of habitable from the identification of the causes of
slums. Handling strategies carried out to overcome the causes of slums is through land consolidation,
community-based waste management, provide financial assistance.
Keyword: Slum; Urban; Urbanization.
kebakaran serta ruang terbuka publik. Kelurahan Tanah Tinggi ditunjukkan pada
Aspek sosial dapat dilihat dari bentuk Tabel 2.
partisipasi masyarakat terhadap Tabel 2. Klasifikasi kawasan kumuh di
lingkungannya maupun sarana sosial seperti Kelurahan Tanah Tinggi. (BPS Provinsi DKI
ruang terbuka publik yang berfungsi Jakarta, 2017)
sebagai wadah untuk masyarakat Jumlah
Jumlah
RW Klasifikasi RT RT Kumuh
bersosialisasi. Adapun aspek ekonomi dapat RT
Kumuh
dilihat dari mata pencaharian dan tingkat 1, 2, 3, 4, 5, 6,
4 Ringan 10 9
pendapatan. 8, 9, 10
2.3 Data-data permukiman kumuh Sangat
5 18 5 1, 2, 3, 4, 5
Ringan
Kelurahan Tanah Tinggi 1, 3, 4, 5, 7, 8,
Terdapat 11 variabel kekumuhan 9, 10, 11, 13,
yang digunakan dalam pendataan RW 6 Sedang 18 13 14, 15, 16, 17,
kumuh tahun 2017 di DKI Jakarta, yaitu 18
kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, 7 Ringan 12 6 1, 2, 3, 4, 5, 7
1, 4, 5, 7, 8, 9,
konstruksi bangunan tempat tinggal,
8 Sedang 18 13 10, 11, 13, 15,
keadaan ventilasi dan pencahayaan 16, 18
bangunan, tempat buang air besar, cara 1, 2, 4, 8, 9,
9 Ringan 16 8 10, 12, 16
membuang sampah, pengangkutan sampah,
keadaan drainase/saluran air, keadaan jalan 1, 2, 3, 4, 5, 9,
11 Sedang 16 12 10, 12, 13, 14,
lingkungan, penerangan jalan umum, dan 15, 16
tata letak bangunan. Berdasarkan hasil 1, 2, 3, 4, 5, 6,
12 Berat 11 10
kajian variabel kekumuhan tersebut, 7, 8, 9, 10, 11
didapatkan 10 kelurahan dengan jumlah 2.4 Strategi penanganan permukiman
RW kumuh terbanyak di DKI Jakarta yang kumuh
salah satunya merupakan Kelurahan Tanah Berdasarkan Undang-Undang Nomor
Tinggi, yang ditunjukkan pada Tabel 1. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Tabel 1. Peringkat 10 kelurahan dengan jumlah Kawasan Permukiman, terdapat beberapa
RW kumuh terbanyak di DKI Jakarta tahun upaya yang dapat dilakukan dalam
2017. (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2017) mencegah dan meningkatkan kualitas
Jumlah terhadap permukiman kumuh, yaitu dengan
Peringkat Kelurahan RW melakukan pengawasan dan pengendalian;
Kumuh
pemberdayaan masyarakat; pemugaran;
1 Penjaringan 12
2 Kampung Rawa 8 peremajaan; dan pemukiman kembali.
3 Tanah Tinggi 8 Upaya pemugaran dan peremajaan dapat
4 Mangga Dua Selatan 8 dilakukan pada status tanah yang legal,
5 Wijaya Kusuma 8 sementara itu upaya pemukiman kembali
6 Rawa Badak Utara 8 dilakukan pada status tanah yang ilegal.
7 Kali Baru 8 Adapun kegiatan yang dapat dilakukan
8 Manggarai 7 dalam upaya peremajaan diantaranya
9 Keagungan 7 adalah dengan melakukan land
10 Cipete Utara 6 consolidation, sementara itu, untuk upaya
Kelurahan Tanah Tinggi dengan pemukiman kembali salah satunya adalah
jumlah RW kumuh terbanyak ke-3 di DKI dengan pembangunan rumah susun
Jakarta sebanyak 8 RW diantaranya adalah (Kurniasari, Koestoer, & Suganda, 2018).
RW 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, dan 12. Klasifikasi Upaya lainnya yaitu pemberdayaan
kawasan kumuh di Kelurahan Tanah Tinggi masyarakat dilakukan dengan melibatkan
terbagi atas kumuh berat, sedang, ringan, partisipasi masyarakat mulai dari tahapan
dan sangat ringan. Kelurahan Tanah Tinggi analisis potensi dan masalah hingga tahapan
juga termasuk ke dalam sembilan kelurahan pengelolaan dan pemeliharaan. Oleh sebab
dengan jumlah RW kumuh berat terbanyak itu, dengan melakukan pemberdayaan
di DKI Jakarta Tahun 2017. masyarakat hasil perencanaan dapat lebih
Pada kelurahan Tanah Tinggi, yang mudah diterima oleh seluruh kalangan
termasuk ke dalam klasifikasi kumuh berat masyarakat karena lebih berorientasi pada
yaitu RW 12 dengan total 11 RT yang kepentingan-kepentingan masyarakat
memiliki persentase RT kumuh sebesar (Lestari & Sugiri, 2013).
90,9%. Adapun klasifikasi kumuh di
Tabel 4. Variabel kekumuhan di Kelurahan Tanah Tinggi tahun 2020. (Hasil Analisis, 2020)
Variabel
No Gambar Kondisi Eksisting
Kumuh
Keseluruhan bangunan yang terdapat di
kawasan ini memiliki tingkat
Kepadatan
1. kepadatan yang sangat rapat yaitu
bangunan
sekitar 4 m2/orang, hampir tidak ada
jarak antar bangunan bertetangga.
kayu dan asbes yang rawan terhadap iklim Tanah Tinggi saluran drainase tertutup
ekstrim seperti hujan lebat sehingga tersebut tidak dilengkapi dengan perawatan
mengakibatkan kondisi rumah yang lembab saluran drainase, sehingga saluran drainase
dan tidak kokoh. tersumbat oleh sampah dan menyebabkan
3. Pengangkutan sampah terjadinya banjir di Kelurahan Tanah
Kondisi sistem persampahan eksisting Tinggi, terutama saat musim hujan.
di Kelurahan Tanah Tinggi (lihat Tabel 4.) 5. Keadaan jalan lingkungan
apabila ditinjau berdasarkan SNI 3242: Berdasarkan Most Livable City Index
2008 tentang Pengelolaan Sampah di yang dirilis oleh Ikatan Ahli Perencanaan
Kawasan Permukiman seharusnya memiliki (IAP), menunjukkan bahwa tingkat
peran serta masyarakat dalam kenyamanan masyarakat kota untuk tinggal,
mengelolanya yaitu dengan konsep 3R menetap, dan beraktivitas di suatu kota,
(Reuse, Reduce, Recycle), membayar iuran salah satunya yakni dilihat dari aspek
atau retribusi sampah setiap transportasi. Indikator dari aspek
minggu/bulannya, menjaga kebersihan transportasi tersebut dua diantaranya yaitu
lingkungan, dan bersosialisasi dalam kualitas kondisi jalan dan kualitas pejalan
pengelolaan sampah lingkungan. Pada kaki. Berdasarkan SNI 03-1733-2004
kawasan permukiman kumuh di beberapa tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
RW ada yang telah menggunakan sistem Perumahan di Perkotaan, lebar jalan
iuran/retribusi sampah, sehingga sampah di lingkungan adalah ± 3-4 m, namun kondisi
area tersebut diangkut oleh petugas sampah jalan lingkungan di Kelurahan Tanah
dengan menggunakan truk sampah. Namun, Tinggi hanya memiliki lebar kurang dari 3
di sebagian RW seperti RW 6 dan 12 tidak m dan beberapa jalan masih belum
ada sistem pengangkutan sehingga dilengkapi dengan pedestrian ways.
masyarakat biasa mengumpulkan sampah di 6. Tata letak bangunan
pinggiran jalan lalu membuangnya ke Menurut Peraturan Menteri PUPR
sungai atau aliran air terdekat. Nomor 02 Tahun 2016, tata letak bangunan
4. Keadaan drainase/saluran air harus memenuhi Rencana Detail Tata
Saluran drainase perkotaan dapat Ruang (RDTR) dan Rencana Tata
direncanakan sebagai saluran terbuka Bangunan dan Lingkungan (RTBL) seperti
ataupun saluran tertutup bergantung pengaturan bentuk, besaran, perletakan dan
terhadap ketersediaan lahan dan keadaan tampilan bangunan pada suatu zona. Selain
alam setempat, pembiayaan, operasi dan itu, harus melihat pengaturan blok
pemeliharaan sebagaimana disebutkan lingkungan, kavling, bangunan, ketinggian
dalam SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara dan elevasi lantai, konsep identitas
Perencanaan Umum Drainase Perkotaan. lingkungan, konsep orientasi lingkungan,
Selain itu, berdasarkan SNI 02-2406-1991 dan wajah jalan. Pada UU RI Nomor 28
juga disebutkan bahwa sistem drainase Tahun 2002, bangunan gedung yang
perkotaan terdiri dari saluran primer, dibangun di atas, dan/atau di bawah tanah,
sekunder, tersier, kuarter, dan seterusnya. air, dan/atau prasarana dan sarana umum
Adapun standar pelayanan minimal tidak boleh mengganggu keseimbangan
drainase memiliki indikator yaitu lingkungan, fungsi lindung kawasan,
tersedianya sistem jaringan drainase yang dan/atau fungsi prasarana dan sarana umum
mampu mengalirkan limpasan air sehingga yang bersangkutan. Pada kondisi eksisting
mencegah terjadinya genangan (lebih dari orientasi bangunan mengikuti pola sirkulasi
30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 jalan, dan beberapa bangunan liar dibangun
kali setahun (Peraturan Menteri Pekerjaan di sepanjang pedestrian ways yang
Umum Nomor 01/PRT/M/2014 tentang seharusnya dijadikan sebagai area pejalan
Standar Pelayanan Minimal Pekerjaan kaki.
Umum dan Penataan Ruang). Keadaan 4.2. Analisis Strategi Penanganan
drainase eksisting di Kelurahan Tanah Permukiman Kumuh di Kelurahan
Tinggi (lihat Tabel 4.) sudah terdiri atas Tanah Tinggi
saluran drainase primer, sekunder dan Penanganan permukiman kumuh di
tersier, serta cenderung memiliki saluran Kelurahan Tanah Tinggi dilakukan agar
drainase tertutup. Saluran drainase tertutup tercipta lingkungan permukiman yang lebih
tersebut sudah benar dilakukan pada daerah layak huni melalui strategi konsolidasi
yang minim lahan, namun pada Kelurahan lahan. Konsolidasi lahan adalah penataan