Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL UPAYA PENINGKATAN KUNJUNGAN WISATA DI

OBJEK WISATA ALAM PANTAI WALENGKABOLA

DI SUSUN OLEH :
SAHRUL MUCHALIS
CIBI18018

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan
Rahmat, Taufik, serta Hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Proposal dengan
judul “PROPOSAL UPAYA PENINGKATAN KUNJUNGAN WISATA DI OBJEK
WISATA ALAM PANTAI WALENGKABOLA”.

Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan Proposal ini. Besar


harapan kami akan saran dan kritik yang membangun dari pembaca

Keendari, 13 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAULUAN .................................................................................................. 4
1.1. Latar belakang ................................................................................................. 4
1.2. Rumusan masalah ............................................................................................ 7
1.3. Manfaat penelitian ........................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI................................................................................................ 8
2.1. Konsep Pariwisata ............................................................................................... 8
2.2. Konsep Wisatawan ........................................................................................... 11
2.3. Motivasi Perjalanan Wisata ............................................................................. 14
2.4. Jenis Obyek dan Daya Tarik Wisata ............................................................... 14
2.4.1. Jenis obyek wisata ...................................................................................... 14
2.4.2. daya tarik wisata ........................................................................................ 16
2.5. Sarana dan Prasarana pariwisata .................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 30
3.1. Jenis penelitian ............................................................................................... 30
3.2. Jenis dan Sumber Data..................................................................................... 30
3.2.1. Jenis Data .................................................................................................... 30
3.3.2. Sumber Data ........................................................................................... 30
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 30
3.4. Metode Analisis Data ...................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAULUAN
1.1. Latar belakang
Pembangunan daerah merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional
yang tidak dapat dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Untuk mendukung
penyelenggaraan otonomi daerah tersebut dibutuhkan kewenangan yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab di tiap-tiap daerah tersebut. Sebagai tindak lanjut penyelenggaraan
otonomi daerah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah yang merupakan kebijakan yang lahir dalam rangka menjawab dan
memenuhi tuntutan reformasi dan semangat pembaharuan tentang demokratisasi antara
hubungan pusat dan daerah serta upaya pemberdayaan daerah. Negara Indonesia seperti
yang kita ketahui merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki berbagai
macam potensi pariwisata, baik wisata alam maupun wisata budaya karena Indonesia
memiliki bermacam-macam suku, adat-istiadat, dan kebudayaan serta karena letak
geografis negara Indonesia sebagai negara tropis yang menghasilkan keindahan alam dan
satwa
Pengembangan pariwisata juga memberikan keuntungan bagi daerah, serta
masyarakat yang tinggal di sekitar daerah tujuan wisata tersebut. Hal inilah yang
kemudian mendorong semangat bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk
memajukan pariwisata, dengan jalan memperbaiki fasilitas yang ada membangun fasilitas
lain di daerah wisata. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah, dimana di dalamnya juga diatur tentang penyelenggaraan otonomi daerah
menjadikan sektor pariwisata sebagai alternatif pilihan yang dapat memberikan
kontribusi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat
Sektor pariwisata adalah salah satu sektor industri potensial yang menjadi pilar
ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Industri pariwisata adalah
suatu industri yang tidak mengeluarkan asap yang dapat menciptakan kesejahteraan dan
kemakmuran. Pada era otonomi daerah industri pariwisata dapat dikembangkan
pemerintah daerah yang mampu memberikan multiplier efek terhadap perekonomian
daerah dengan sumbangan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), penciptaan
kesempatan berusaha, penciptaan lapangan kerja sehingga mampu mengurangi
pengangguran dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Tantangan untuk pengembangan daerah tujuan wisata adalah banyak potensi
wisata yang belum tergali dan dapat dikembangkan karena keterbatasan kemampuan
masyarakat dalam perencanaan dan pengembangan potensi wisata menjadi daerah tujuan
wisata. Pendekatan pemberdayaan masyarakat (community base development) melalui
kegiatan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat agar secara
mandiri mampu menemukenali, mengidentifikasi masalah,potensi dan kebutuhan wisata,
untuk perencanaan dan pengembangan daerah tujuan wisata,serta melakukan kajian
analisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari pengembangan daerah wisata, dan
marketing untuk mempromosikan daerah wisata guna manarik wisatawan.
Upaya meningkatkan peran kepariwisataan, sangat terkait antara barang berupa
obyek wisata sendiri yang dapat dijual dengan sarana dan prasarana yang mendukungnya
yang terkait dalam industri pariwisata. Usaha mengembangkan suatu daerah tujuan wisata
harus memperhatikan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan suatu
daerah tujuan wisata. (Zain dan Taufik, 2011 dalam Ayati, 2013).
Provinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia juga
memiliki banyak sekali tempat-tempat pariwisata yang bagus dan tidak kalah manarik
dengan provinsi yang lain. Kabupaten Muna sebagai salah satu daerah di Provinsi
Sulawesi tenggara yang memiliki potensi wisata cukup banyak dengan prospek ke depan
sangat menjanjikan. Objek wisata yang dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Daerah Kabupaten Muna salah satunya adalah wisata Pantai Walengkabola.
Tetapi kurangnya peran dari pemerintah daerah yang belum maksimal dalam
mempromosikan wisata tersebut sehingga dimungkinkan potensi-potensi objek wisata
tersebut tidak dapat berkembang secara optimal.
Banyak hambatan dan rintangan yang harus dihadapi terutama jika tidak didukung
oleh masyarakat sekitar tempat wisata tersebut. Di sinilah pentingnya peraturan dan
kesadaran dari pemerintah daerah yang melaksanakan pembangunan di sektor pariwisata.
Sektor pariwisata memerlukan suatu upaya yang dengan pola pengembangan
kepariwisataan yang terencana atau tersusun agar potensi yang dimiliki bisa
dikembangkan secara optimal. Di dalam memajukan sektor pariwisata di tingkat daerah
peran pemerintah daerah sebagai motor penggerak dan selanjutnya memberikan
kewenangan penuh kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Muna
dalam menentukan upaya pembangunan kepariwisataan.
Desa Walengkabola merupakan salah satu desa yang memiliki potensi wisata
untuk dikembangkan menjadi desa wisata yang mandiri, berkelanjutan dan ramah
lingkungan. Potensi wisata yang dimiliki adalah daya tarik (attraction object) meliputi
wisata agrikultur bunga dan sayuran serta view alam yang mempesona, dukungan fasilitas
wisata seperti hotel, villa dan home stay,sertadukungan accessibility sebagai daerah jalur
wisata (primary destination) yang sangat strategis di daerah wisata Batu serta produk
wisata local dari usaha mikro kecil menengah (UMKM). Komitmen seluruh stakeholder
desa (Tomas, Toga, Aparat desa) di desa Sidomulyo untuk mengembangkan desa wisata
yang ramah lingkungan merupakan modal sosial yang sangat kuat untuk pengembangan
desa wisata yang mandiri dan berkelanjutan.
Dari uraian di atas, penelitian ini ingin mengetahui upaya yang dilakukan oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Muna dalam melakukan atau
mengerakan upaya-upaya peningkatan kunjungan wisata teradap objek wisata di daerah,
terutama pada “Upaya Peningkatan Kunjungan Wisata Di Objek Wisata Alam Pantai
Walengkabola Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna.”

1.2. Rumusan masalah


Berangkat dari latar belakang di atas, maka penelitian ini memiliki rumusan
masalah: “Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah bersama pihak
swasta dan masyarakat untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Objek Wisata
Pantai Walengkabola Desa Oempu Kecamatan Tongkono Kabupaten Muna”?

1.3. Manfaat penelitian


Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang penelitiannya relevan
dengan judul ini.
2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Sulawesi Tenggara, khususnya
pemerintah Kecamatan Oempu Kabupaten Muna dalam mengkaji upaya
peningkatan kunjungan wisata di objek wisata pantai walengkabola.
3. Sebagai bahan informasi bagi para kepala daerah mengenai upaya peningkatan
kunjungan wisata di objek wisata pantai walengkabola.
BAB II KAJIAN TEORI
2.1. Konsep Pariwisata
Menurut para ahli bahasa, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang
terdiri atas dua suku kata, yaitu pari dan wisatawan. Pari berarti seluruh, semua dan
penuh. Wisata berarti perjalanan. Dengan demikian pariwisata dapat diartikan sebagai
perjalanan penuh, yaitu berangkat dari suatu tempat, menuju dan singgah, di suatu di
beberapa tempat, dan kembali ke tempat asal semula.
Istilah “pariwisata” konon untuk pertama kalinya digunakan oleh Presiden
Soekarno dalam suatu percakapan padanan dari istilah asing tourism. Menurut Soekadijo
pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan
wisatawan. Semua kegiatan pembangunan hotel, pemugaran cagar budaya, pembuatan
pusat rekreasi, penyelenggaraan pekan pariwisata, penyediaan angkutan dan sebagainya
semua itu dapat disebut kegiatan pariwisata sepanjang dengan kegiatan-kegiatan itu
semua dapat diharapkan para wisatawan akan datang (Soekadijo, 1997: 2).
Kodhyat menyatakan bahwa pariwisata adalah suatu fenomena yang timbul oleh
salah satu bentuk kegiatan manusia, yaitu kegiatan yang disebut perjalanan. Dimana
perjalanan untuk memenuhi rasa ingin tahu, untuk keperluan yang bersifat rekreatif dan
edukatif, dikategorikan sebagai kegiatan wisata (Kodhyat, 1996: 1).
Sementara itu A. J. Burkart dan S. Medlik mengungkapkan bahwa “Tourism, past,
present and future”, berbunyi pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara (dan)
dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya
hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan
itu (Soekadijo, 1997: 3)
Pariwisata merupakan salah satu jenis industri yang baru dan mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat serta menyediakan lapangan pekerjaan,
peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas
lainnya (Pendit, 1986:29).
Di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
dinyatakan bahwa:
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
b. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,
dan Pemerintah Daerah.
c. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat
setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari
seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya
adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial,
kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar
ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar (Suwantoro, 1997:3).
Wisata alam merupakan bentuk dari kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi
sumber daya alam dan tata lingkungan biasanya orang dapat melakukan berbagai macam
kegiatan seperti rekreasi, pendidikan, penelitian, kebudayaan dan cinta alam di dalam
objek wisata tersebut (Suwantoro, 1997:7). Kawasan wisata alam merupakan kawasan
dengan beberapa ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan, wisata pantai
merupakan salah satu jenis wisata alam yang berkaitan dengan perairan.
Wisata pantai adalah destinasi tujuan wisata yang bersumber dari bentang laut
(seascape), maupun bentang-bentang darat pantai (coastal landscape). Pada bentang laut
kegiatan wisata yang dapat dilakukan diantaranya berenang (swimming), memancing
(fishing), mendayung (boating), berlayar (sailing). Pada bentang darat pantai dapat
dilakukan olahraga susur pantai, bola voli pantai, bersepeda pantai, panjat tebing, dan
menelusuri gua pantai. Selain itu pada bentang darat pantai dapat juga dilakukan rekreasi
dengan bermain layang-layang, berkemah, berjemur, berjalan-jalan melihat
pemandangan, berkuda atau naik dokar pantai (Fandeli, 1997:136).
Menurut definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh Kodhyat (1996, h.4)
pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain bersifat sementara, dilakukan
perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan dan kebahagiaan
dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Selanjutnya
menurut Musanef (1995, h.11) mengartikan pariwisata sebagai suatu perjalanan yang
dilaksanakan untuk sementara waktu, yang dilakukan dari satu tempat ke tempat yang
lain untuk menikmati perjalanan bertamasya dan berekreasi.
Selain pengertian diatas oleh Oka A. Yoeti mendefinisikan pariwisata sebagai
suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu
tempat ketempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (bussines) atau mencari
nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan
tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka
ragam (Yoeti, 1990: 109).
Berdasarkan pendapat-pendapat dan para ahli tersebut maka penulis dapat
memberikan pengertian pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain yang mempunyai obyek dan daya tarik
wisata untuk dapat dinikmati sebagai suatu rekreasi atau hiburan mendapatkan kepuasan
lahir dan batin.
Menurut Yoeti (1997:8) pariwisata harus memenuhi empat kriteria di bawah ini,
yaitu :
1. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain, perjalanan dilakukan di
luar tempat kediaman di mana orang itu biasanya tinggal ;
2. Tujuan perjalanan dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang, tanpa mencari
nafkah di negara, kota atau DTW yang dikunjungi.
3. Uang yang dibelanjakan wisatawan tersebut dibawa dari negara asalnya, di mana
dia bisa tinggal atau berdiam, dan bukan diperoleh karena hasil usaha selama
dalam perjalanan wisata yang dilakukan; dan
4. Perjalanan dilakukan minimal 24 jam atau lebih.
Dalam pengertian kepariwisataan terdapat empat faktor yang harus ada dalam
batasan suatu definisi pariwisata. Faktor-faktor tersebut adalah perjalanan itu dilakukan
dari satu tempat ke tempat lain, perjalanan itu harus dikaitkan dengan orang-orang yang
melakukan perjalanan wisata semata-mata sebagai pengunjung tempat wisata tersebut.

2.2. Konsep Wisatawan


Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pariwisata.
Wisatawan sangat beragam , tua-muda, miskin-kaya, asing-nusantara, semuanya
mempunyai keinginan dan juga harapan yang berbeda.
Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka
sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu
berasal dari bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat
disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan
dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata “traveler” karena dalam
bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk
menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya jabatannya dan
kedudukan seseorang (Irawan, 2010:12).
Adapun pengertian wisatawan antara lain:
1. Menurut Smith (dalam Kusumaningrum, 2009:16), menjelaskan bahwa wisatawan
adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara sukarela
mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain.
2. Menurut WTO (dalam Kusumaningrum, 2009:17) membagi wisatawan kedalam tiga
bagian yaitu:
a. Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke suatu Negara lain dimana
ia mempunyai tempat kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan yang
diberikan oleh Negara yang dikunjunginya.
b. Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu Negara tanpa
tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung kesuatu tempat pada Negara
yang sama untuk waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi,
liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olahraga. Bisnis atau
mengunjungi kaum keluarga.
c. Darmawisata atau excursionist adalah pengunjung sementara yang menetap
kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi, termasuk orang yang berkeliling
dengan kapal pesiar.
3. Menurut Komisi Liga Bangsa–bangsa 1937 (dalam Irawan, 2010:12) wisatawan
adalah orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di negara yang
bukan tempat kediamannya yang biasa.
4. U.N Confrence on Interest Travel and Tourism di Roma 1963 (dalam Irawan,
2010:12), menggunakan istilah pengunjung (visitor) untuk setiap orang yang datang
ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja,
selain melakukan perjalanan yang digaji. Pengunjung yang dimaksudkan meliputi 2
kategori :
a. Wisatawan yaitu : pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya
tinggal selama 24 jam dan dengan tujuan untuk bersenang–senang, berlibur,
kesehatan, belajar, keperluan agama dan olahraga, bisnis, keluarga, utusan dan
pertemuan.
b. Excurtionist, yaitu : pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang
dikunjunginya tanpa bermalam.
5. Defenisi UN. Convention Concerning Costums Fasilities for Touring (dalam Irawan,
2010:12), “wisatawan adalah setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan
yang sah, selain untuk berimigrasi dan yang tinggal setidaknya selama 24 jam dan
selama– lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama”.
6. Di dalam Instruksi Presiden RI No. 9, 1969, bab 1 pasal 1 (dalam Irawan, 2010:13)
dijelaskan bahwa “wisatawan ialah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggal
untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”.
Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin
menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran dan benar-benar ingin
melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Jadi bisa juga dikatakan wisatawan
adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat lain yang yang jauh dari
rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor (Kusumaningrum, 2009: 17).
Wisatawan menurut sifatnya (Kusumaningrum, 2009:18):
1. Wisatawan modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya
multinasional serta eksplorasi alam secara individual.
2. Wisatawan modern Materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme (mencari
keuntungan) secara berkelompok.
3. Wisatawan tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan sosial
budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam yang tidak
terlalu tercampur oleh arus modernisasi.
4. Wisatawan tradisional Materialis, wistawan yang berpandangan konvensional,
mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.
2.3. Motivasi Perjalanan Wisata
Pada hakekatnya mobilitas manusia merupakan salah satu sifat utama kehidupan
manusia yang tidak puas terpaku pada satu tempat untuk memenuhi kelangsungan
hidupnya. Menurut Direktur Jenderal Pariwisata (1976, 21) Mobilitas manusia timbul
oleh berbagai oleh berbagai macam dorongan kebutuhan atau kepentingan (motivasi)
yang dapat digolongkan;
1. Dorongan kebutuhan dagang atau ekonomi.
2. Dorongan kebutuhan kepentingan politik.
3. Dorongan kebutuhan keamanan.
4. Dorongan kebutuhan kesehatan dan permukiman.
5. Dorongan kebutuhan kepentingan keagamaan, pendidikan atau studi.
6. Dorongan kebutuhan minat kebudayaan.

Menurut Spillane (2008) di tiap objek atau lokasi pariwisata ada berbagai unsur
saling bergantung yang diperlukan agar para wisatawan dapat menikmati suatu
pengalaman yang memuasakan selama melakukan wisata ;
1. Attraction – hal-hal yang menarik perhatian para wisatawan.
2. Fasilitas – fasilitas yang diperlukan wisatawan
3. Infrastruktur
4. Transportasi- jasa pengangkutan
5. Hospitality- Keramah-tamahan atau kesediaan menerima tamu

2.4. Jenis Obyek dan Daya Tarik Wisata


2.4.1. Jenis obyek wisata
Pengertian obyek wisata dalam Undang-Undang Nomor. 9 tahun 1990 tentang
kepariwisataan Bab I pasal 4.6 menyebutkan obyek wisata dan daya tarik wisata adalah
segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Selanjutnya dalam Bab III pasal 4 disebutkan
:
1. Obyek dan daya tarik wisata terdiri atas :
a. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud
keadaan alam serta flora dan fauna.
b. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata
tirta, wisata buru, wisata petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan.
2. Pemerintah menetapkan obyek dan daya tarik wisata selain sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 huruf b.
Oka A. Yoeti (1997) memberikan pengertian obyek wisata adalah berbagai
macam hal yang dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Sementara Chafid
Fandeli (1995) mengartikan obyek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia,
tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang
mempunyai daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.
Gamal Suwantoro (1997: 19) menyebutkan obyek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah. Selanjutnya obyek wisata ini
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :
1. Obyek wisata dan daya tarik wisata alam Obyek wisata yang daya tariknya
bersumber pada keindahan dan kekayaan alam.
2. Obyek wisata dan daya tarik budaya Obyek dan daya tarik bersumber pada
kebudayaan, seperti peninggalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan obyek
lain yang berkaitan dengan budaya.
3. Obyek wisata dan daya tarik pada minat khusus Obyek wisata daya tariknya
bersumber pada minat khusus wisatawan itu sendiri, misalnya olah raga,
memancing dan lainlain.
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis memberikan batasan obyek
wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat, dirasakan serta dinikmati oleh manusia
sehingga menimbulkan perasaan senang dan kepuasan jasmani maupun rohani sebagai
suatu hiburan.
2.4.2. daya tarik wisata
Menurut undang – undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang
kepariwisataan , ada dua jenis objek dan daya tarik wisata , yaitu (1) objek dan daya tarik
wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, flora dan fauna; dan
(2) objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata
petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.
Menurut Karyono (1997) suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik di
samping harus ada objek dan atraksi wisata, juga harus memiliki tiga syarat daya tarik,
yaitu: (1) ada sesuatu yang yang bisa dilihat (something to see); (2) ada sesuatu yang
dapat dikerjakan (something to do); (3) ada sesuatu yang bisa dikerjakan (something to
do); (3) ada sesuatu sesuatu yang bisa dibeli (something to buy)
Menurut Spillane (2002) ada lima unsur penting dalam suatu objek wisata yaitu:
(1) attraction atau hal – hal yang menarik perhatian wisatawan;(2) facilities atau fasilitas
- fasilitas yang diperlukan; (3) infrastructure atau infrastruktur dari objek wisata, (4)
transportation atau jasa – jasa pengangkutan; (5) Hospitality atau keramahtamahan,
kesediaan untuk menerima tamu.
Terkait dengan lingkungan kepariwisataan, menurut Dwyer dan Forsyth (1996)
dalam Mudana (2002:24) terdapat tiga jenis sumber daya, yaitu (1) natural resources
(sumber daya alamiah seperti gunung, pantai, wilayah liar, gurun, lautan, danau, flora dan
fauna, iklim, sinar matahari, iklim dan sebagainya); (2) Man Made Resources (sumber
daya buatan manusia seperti kota historis dan modern , desa, hiburan, campuran antara
rekreasi dan olah raga, monumen, situs, bangunan dan relief, museum dan sebagainya);
(3) human Resources (sumber daya manusia seperti populasi penduduk suatu destinasi,\
Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari obyek wisata namun sesuai
peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata obyek wisata sudah tidak relevan lagi
untuk menyebutkan suatu daerah tujuan wisatawan maka digunakanlah kata “ Daya
Tarik Wisata” maka untuk mengetahui apa arti dan makna dari daya tarik wisata di bawah
ini adalah beberapa definisi/pengertian mengenai DayaTarik Wisata menurut beberapa
ahli :
1. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik
Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.
2. A. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun 1985 menyatakan
bahwa daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan,
yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu
daerah tertentu
Daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran
wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Obyek dan daya tarik wisata adalah yang
menjadi sasaran perjalanan wisata.
Hal - hal yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata
menurut Marrioti adalah :
a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang berupa : Iklim,
bentuk tanah, pemandangan alam, hutan belukar, flora dan fauna, dan lain-
lain.
b. Hasil cipataan manusia yang berupa benda-benda bersejarah, kebudayaan,
keagamaan seperti : museum, perpustakaan, dan lain-lain.
c. Tata cara hidup masyarakat yang berupa kebiasaan hidup masyarakat dan adat
istiadat yang merupakan daya tarik wisatawan. ( Oka. A.Yoeti, 1997).
Menurut UU No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan menyatakan bahwa obyek
dan daya tarik wisata antara lain :
1. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud
keadaan alam serta flora dan fauna seperti : pemandangan alam, panorama indah,
hutan rimba.
2. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah (petilasan), seni budaya, wisata agro,
wisata tirta, wisata petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan.
Obyek dan daya tarik wisata minat khusus seperti : berburu, mendaki gunung,
gua, industri, kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat ibadah, tempat
ziarah dan lain-lain
Menurut undang – undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang
kepariwisataan , ada dua jenis objek dan daya tarik wisata , yaitu (1) objek dan daya tarik
wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, flora dan fauna; dan
(2) objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata
petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.
Menurut Karyono (1997) suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik di
samping harus ada objek dan atraksi wisata, juga harus memiliki tiga syarat daya tarik,
yaitu: (1) ada sesuatu yang yang bisa dilihat (something to see); (2) ada sesuatu yang
dapat dikerjakan (something to do); (3) ada sesuatu yang bisa dikerjakan (something to
do); (3) ada sesuatu sesuatu yang bisa dibeli (something to buy)
Menurut Spillane (2002) ada lima unsur penting dalam suatu objek wisata yaitu:
(1) attraction atau hal – hal yang menarik perhatian wisatawan;(2) facilities atau fasilitas
- fasilitas yang diperlukan; (3) infrastructure atau infrastruktur dari objek wisata, (4)
transportation atau jasa – jasa pengangkutan; (5) Hospitality atau keramahtamahan,
kesediaan untuk menerima tamu.
Terkait dengan lingkungan kepariwisataan, menurut Dwyer dan Forsyth (1996)
dalam Mudana (2002:24) terdapat tiga jenis sumber daya, yaitu (1) natural resources
(sumber daya alamiah seperti gunung, pantai, wilayah liar, gurun, lautan, danau, flora dan
fauna, iklim, sinar matahari, iklim dan sebagainya); (2) Man Made Resources (sumber
daya buatan manusia seperti kota historis dan modern , desa, hiburan, campuran antara
rekreasi dan olah raga, monumen, situs, bangunan dan relief, museum dan sebagainya);
(3) human Resources (sumber daya manusia seperti populasi penduduk suatu destinasi,\
Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari obyek wisata namun sesuai
peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata obyek wisata sudah tidak relevan lagi
untuk menyebutkan suatu daerah tujuan wisatawan maka digunakanlah kata “ Daya
Tarik Wisata” maka untuk mengetahui apa arti dan makna dari daya tarik wisata di bawah
ini adalah beberapa definisi/pengertian mengenai DayaTarik Wisata menurut beberapa
ahli :
1. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik
Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.
2. A. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun 1985 menyatakan bahwa
daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu
segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah
tertentu
3. Nyoman S. Pendit dalam bukunya “ Ilmu Pariwisata” tahun 1994 mendefiniskan
daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi
dan dilihat.
4. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Daya tarik
wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang
tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu.
Dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa daya tarik
wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri atas :
1. Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam,
flora dan fauna.
2. Daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata buru, wisata petualangan alam,
taman rekreasi dan komplek hiburan.
3. Daya tarik wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri
dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah,
tempat ziarah dan lain-lain
1) Pembagian Daya Tarik Pariwisata
Daya tarik wisata menurut Direktoral Jendral Pemerintahan di bagi menjadi tiga
macam, yaitu :
a) Daya Tarik Wisata Alam
Daya Tarik Wisata Alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki
daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi
daya. Potensi wisata alam dapat dibagi menjadi 4 kawasan yaitu :
1. Flora fauna
2. Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya eksistem pantai dan ekosistem
hutan bakau
3. Gejala alam,misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau
4. Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan,
usaha perikanan
b) Daya Tarik Wisata Sosial Budaya
Daya Tarik Wisata Sosial Budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai
onjek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni
pertunjukan dan kerajinan.
c) Daya Tarik Wisata Minat Khusus
Daya Tarik Wisata Minat Khusus merupakan jenis wisata yang baru
dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang
mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki
keahlian. Contohnya: berburu mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan,
agrowisata, dll.
Perencanaan dan pengelolaan Daya tarik wisata alam, sosial budaya maupun
objek wisata minat khusus harus berdasarkan pada kebijakan rencana pembangunan
nasional maupun regional. Jika kedua kebijakan rencana tersebut belum tersusun, tim
perencana pengembangan daya tarik wisata harus mampu mengasumskan rencana
kebijakan yang sesuai dengan area yang bersangkutan.

2) Syarat-syarat untuk daerah daya tarik wisata


Suatu Daya Tarik Wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus
memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya, menurut Maryani (1991:11)
syarat-syarat tersebut adalah :

a) What to see
Di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang
dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus
dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. What to see
meliputi pemandangan alam, kegiatan, kesenian dan atraksi wisata.
b) What to do
Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus
disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lama ditempat
itu.
c) What to buy
Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang
souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang ke tempat asal.
d) What to arrived
Di dalamnya termasuk aksesbilitas, bagaimana kita mengunungi daya tarik wisata
tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan berapa lama tiba ketempat tujuan wisata
tersebut.
e) What to stay
Bagaimana wisatawan akan tingggal untuk sementara selama dia berlibut.
Diperlukan penginapan-penginapan baik hotel berbintang atau hotel non berbintang dan
sebagainya.
Selain itu pada umunya daya tarik wisata suatu objek wisata berdasarkan atas :
1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.
2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka .
4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.
5. Punya daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian,
upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia
pada masa lampau.
6. Suatu daerah dikatakan memiliki daya tarik wisata bila memiliki sifat :
7. Keunikan, contoh: bakar batu (di Papua) sebuah cara masak tradisional mulai dari
upacara memotong hewan (babi) sampai membakar daging, sayuran dan umbi/talas yang
disekam dalam lubang, ditutup batu lalu dibakar, serta keunikan cara memakan masakan
tersebut.
8. Keaslian, alam dan adat yang dilakukan sehari-hari, dalam berpakaian dan kehidupan
keluarga dimana seorang perempuan lebih mengutamakan menggendong babi yang
dianggapnya sangat berharga dari pada menggendong anak sendiri.
9. Kelangkaan, sulit ditemui di daerah/negara lain
10. Menumbuhkan semangat dan memberikan nilai bagi wisata.

Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi
daya tarik yang dimiliki objek tersebut dengan mengacu pada ceritera keberhasilan
pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan, yaitu diantaranya adalah:
1. Kelayakan Finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dan pembangunan
objek wisata tersebut. Perkiraan untung-rugi sudah harus diperkirakan dari awal. Berapa
tenggang waktu yang dibutuhkan untuk kembali modal pun sudah harus diramalkan.
2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan
untuk membangun suatu objek wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara
regional; dapat menciptakan lapangan kerja berusaha, dapat meningkatkan penerimaan
devisa, dapat meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti pajak,
perindustrian, perdagangan, pertanian, dan lain-lain. Dalam kaitannya dengan hal ini
pertimbangan tidak semata-mata komersial saja tetapi juga memperhatikan dampaknya
secara lebih luas.
3. Layak Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis
dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk
membangun suatu objek wisata apabila daya dukung objek wisata tersebut rendah. Daya
tarik suatu objek wisata tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan.
4. Layak Lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan
pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan
rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pebangunan objek wisata
bukanlah untuk merusak lingkungan, tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam
untuk kebaikan manusia dan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga
terciptanya keseimbangan, keselarasan, dan keserasian hubungan antara manusia dengan
lingkungan alam dan manusia dengan Tuhannya.
2.5. Sarana dan Prasarana pariwisata
Sebagai sebuah Organisasi, Pariwisata merupakan suatu sistem, yang mempunyai
unsur-unsur yang satu sama lain saling terkait dan berhubungan satu sama lain.
Keberadaan (eksistensi) dan keeratan hubungan unsur-unsur itu menggambarkan sampai
seberapa kuat Sistem Kepariwisataan tersebut. Apabila salah satu unsur tidak ada atau
lemah, maka sudah dipastikan kesisteman pariwisata akan terganggu atau tersendat-
sendat kegiatannya. Karenanya dalam mengelola kepariwisataan diperlukan Manajemen
Pariwisata yang betul-betul handal dan tepat sasaran.
Implikasinya, Pariwisata merupakan fenomena yang multidimensional dan
multisektoral yang harus dilihat dalam satu kesatuan sistem, yang berada di dalam sistem
yang lebih luas. Sistem kepariwisataan dapat dilihat dari berbagai aspek:
1. Melihat pariwisata dari sisi penawaran dan permintaan;
2. Mempunyai hubungan ketergantungan atau keterkaitan antara destinasi dan sumber
pasar yang dihubungkan dengan transportasi;
3. Didasari oleh arus informasi yang dapat mendorong dan memungkinkan wisatawan
datang.
4. Sistem yang lain melihat keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain antara berbagai
komponen kepariwisataan, yang tak dapat dipisah-pisahkan sebagai satu kesatuan
produk: transportasi yang menyediakan akses, daya tarik yang menjadi faktor utama
kunjungan, amenities yang disiapkan untuk memberikan pelayanan bagi wisatawan.
5. Dilihat dalam hubungan input-output, sistem ini berada dalam lingkungan yang lebih
luas, output-nya akan tergantung bukan hanya kepada input tetapi kepada bekerjanya
faktor-faktor strategis lingkungan dan instrumen-instrumen kelembagaan.
Salah satu komponen dari kesisteman Pariwisata adalah Prasarana dan Sarana
Kepariwisataan, yang merupakan komponen terbesar dan paling menentukan dalam
menyukseskan penyelenggaraan Pariwisata. Di dalam komponen ini terdiri dari berbagai
subsistem yang memang benar-benar perlu mendapatkan perhatian dan penyediaan serta
pemeliharaan yang seksama.
Karena jauh dari tempat tinggalnya, maka ia memerlukan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginannya, yaitu semenjak ia berangkat sampai di tempat
tujuan, hingga ia kembali ke rumahnya. Dibutuhkan prasarana dan sarana yang lengkap
memberikan kepastian suatu kenyamanan bagi wisatawan. Mereka terlebih dahulu ingin
mengetahui:
1. Fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan ke Daerah Tujuan Wisata
(DTW) yang ingin dikunjunginya.
2. Fasilitas akomodasi, yang merupakan tempat dimana yang bersangkutan dapat
menginap sementara di DTW.
3. Fasilitas Catering Service, yang dapat memberikan mereka pelayanan sehubungan
dengan makanan dan minumannya yang sudah tentu sesuai dengan seleranya.
4. Obyek dan atraksi wisata yang ada pada DTW yang akan dikunjunginya.
5. Aktivitas Rekreasi (Recreation Activities) yang dapat dilakukannya di DTW yang akan
dikunjunginya.
6. Fasilitas Perbelanjaan (Shopping Facilities), dimana ia dapat membeli ataupun juga
kadang-kadang juga untuk mereparasi kamera, mencuci cetak film dan lain-lain.
7. Fasilitas Kantor pos (Post office), untuk pengiriman surat-surat bagi sanak keluarga,
sahabat atau instansi sehubungan dengan perjalanan yang sedang dilakukan.
8. Fasilitas komunikasi melalui Telephone, telex dan faxcimile serta alat komunikasi
lainnya untuk pengiriman informasi yang dibutuhkannya selama melakukan perjalanan.
Keseluruhan informasi tersebut di atas adalah menyangkut prasarana dan sarana
kepariwisataan yang harus ada atau tersedia sebelum kita mempromosikan suatu daerah
sebagai daerah tujuan wisata.
Prasarana Kepariwisataan tidak berbeda dengan prasarana dalam perekonomian
pada umumnya karena pada dasarnya kegiatan kepariwisataan tidak bisa dilepaskan dari
aspek ekonominya. Yang termasuk ke dalam kategori prasarana umum adalah: Sistem
penyediaan air bersih; Pembangkit tenaga listrik; Jaringan jalan raya; Pelabuhan udara,
pelabuhan laut; Terminal taxi, terminal bus; Stasiun kereta api; Kapal penyeberangan;
Jaringan telekomunikasi. Sedangkan prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat
banyak ialah rumah sakit, apotik, bank dan kantor pos.
Prasarana (infrastucture) kepariwisataan adalah semua fasilitas yang tersedia
serta yang memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa,
sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi keinginan dan
kebutuhannya.
Sedangkan sarana kepariwisataan (tourism superstrucures) adalah perusahaan-
perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau
tidak langsung dan hidup serta kehidupannya banyak tergantung pada kedatangan
wisatawan. Kita dapat membagi atas tiga bagian yang penting sarana kepariwisataan
yaitu:
1. Sarana pokok kepariwisataan (Main Tourism Superstructures).
Sesuai dengan namanya, sarana ini menyediakan fasilitas pokok yang ikut
menentukan keberhasilan sesuatu daerah menjadi daerah tujuan wisata. Banyak
perusahaan yang menggantungkan hidupnya dari arus kunjungan wisatawan, atau orang
yang melakukan perjalanan wisata, baik wisatawan manca-negara maupun wisatawan
nusantara.
Termasuk juga kedalam kelompok sarana pokok kepariwisataan itu adalah perusahaan-
perusahaan yang menyediakan fasilitas pelayanan kepada para wisatawan di tempat yang
dituju: Travel Agent dan Tour Operator; Tourist Transportation; Hotel dan akomodasi
lainnya; Catering, Trades; Obyek Wisata dan Atraksi Wisata.
Ada lagi satu kategori yaitu yang termasuk ke dalam kategori “Subvek Sentra”
perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha agar orang merasa tertarik akan kebutuhan
untuk mengadakan perjalanan atau memberi kesempatan pada mereka untuk menikmati
perjalanan apabila mereka sendiri tidak mampu untuk berbuat demikian, yaitu:
a. Perusahaan penerbitan kepariwisataan yang memajukan dan mempromosikan
pariwisata secara umum ataupun khusus.
b. Kantor yang membiayai kepariwisataan seperti Bank-bank Pariwisata (Travel Bank),
Travel Credit, Social Tourism, Youth Travel.
c. Asuransi Pariwisata.

2. Sarana pelengkap kepariwisataan (Suplementing Tourism Superstructures).


Yang dimaksud dengan sarana pelengkap ini adalah perusahaan perusahaan atau
tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak
lain hanyalah untuk melengkapi sarana pokok kepariwisataan. Fungsi yang terpenting
adalah untuk membuat agar para wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu Daerah
Tujuan Wisata (DTW). Yang termasuk dalam kategori ini adalah Sarana Olah Raga,
Sarana Ketangkasan dll.
3. Sarana penunjang kepariwisataan (Supporting Tourism Superstructures)
Adalah perusahaan yang dapat menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok
yang berfungsi bukan saja untuk membuat wisatawan lebih lama tinggal tetapi yang lebih
penting adalah untuk membuat wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya atau
membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjungi. Sarana penunjang ini baik juga
disediakan untuk wisatawan wisatawan yang datang walaupun itu tidak mutlak, karena
tidak semua tamu membutuhkan pelayanan tersebut, seperti umpamanya : night club,
steambaths, dan casinos.
Ada beberapa perusahaan yang merupakan perantara atau saluran distribusi yang
tentunya memperoleh pendapatan dari hasil komisi penjualan yang dilakukannya.
Semakin banyak perusahaan yang diwakilinya akan semakin banyak pula komisi
diterimanya. Bila kita perhatikan beberapa perantara yang bertindak dalam rantai
distribusi dalam industri pariwisata, mereka mempunyai tugas masing-masing dalam
kondisi yang berbeda-beda. Misalnya suatu Travel Agent biasanya bekerja atas dasar
komisi yang besarnya berkisar 5 % s/d 40%. Pada umumnya hotel dan akomodasi lain
hanya memberikan komisi 10% dari kamar yang dijualkannya.
Jadi komisi hanya 10% dari harga kamar yang terjual saja, sedangkan dari penjualan
makan dan minuman tidak diberikan komisi. Komisi yang lebih besar biasanya diberikan
kalau pihak hotel dalam persaingan sehingga mereka berebutan mendapatkan tamu.
Kalau dalam keadaan yang demikian, maka pihak Travel Agent tinggal pilih, logis bila ia
akan lari ke hotel yang memberikan komisi yang lebih tinggi.
Disamping sarana dan prasarana seperti yang telah diuraikan diatas, masih ada
berbagai macam bentuk usaha (tourism business) yang ada dalam kegiatan
kepariwisataan, baik sebagai distributor maupun perantara, antara lain:
a. Tour Operator: Yaitu suatu badan usaha yang merencanakan dan menyelenggarakan
paket wisata (packet tour) yang dijual, baik yang dijual sendiri maupun melalui retail
Travel Agent lainnya. Dalam industri pariwisata Tour Operator biasa juga disebut
sebagai manufacture karena menciptakan dan menghasilkan paket wisata yang siap jual
pada wisatawan. Tetapi ada pula yang menyebutnya sebagai wholesaler yang bertindak
sebagai pedagang besar yang menjual paket wisata pada para retailer Travel Agent atau
perantara lainnya.
b. Tour Operator-retailer: Adalah Tour Operator biasa, tetapi selain tugasnya
sebagai Tour Operator ia juga bertindak sebagai pengecer (retailer) melalui retail
outlet atau by Mail order. Contohnya, Neckermann di Jerman yang
mempunyai outlet atau retail 150 retail Outlet dan WAGON-LITS di Perancis yang
memiliki kira-kira 400 outlet di seluruh dunia. Di Indonesia yang dapat disamakan
dengan ini adalah NITOUR yang banyak mempunyai cabang di daerah-daerah tujuan
wisata.
c. Direct Mail: Adalah cara penjualan secara langsung kepada konsumen dengan
mengirimkan brosur tentang paket wisata yang telah dipersiapkan dengan baik. Biasanya
dilakukan oleh suatu Tour Operator, seperti halnya dengan Neckermann di Jerman.
d. Producer Retailer: Adalah suatu bentuk perusahaan terpadu / integrasi di mana
beberapa perusahaan inudstri pariwisata bergabung bersama, soperti: Travel Agent,
Transportasi, Hotel, Restoran dan lain-lain. Secara bersama mereka membentuk retail
outlet yang berfungsi untuk melakukan penjualan. Contoh yang paling terkenal adalah
Club Mediterranea di Eropa dan sepanjang Laut Tengah.
e. Institutional Selling: Adalah salah satu bentuk sales dari suatu Tour Operator yang
bertugas menjual paket wisata secara langsung pada lembaga, kantor-kantor, jawatan,
Bank, departemen departemen dan perusahaan asuransi. Jadi sasarannya adalah
kelompok formal dalam masyarakat dan tidak secara individu.
f. New Mass Outlets: Adalah bentuk lain dari perusahaan yang menjualkan paket wisata
melalui new mass outlet seperti: super market, hypermarket, toko buku, apotik, toko obat,
toko alat alat olah raga, pelabuhan udara, stasion dan terminal atau pada arcade di hotel-
hotel.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis penelitian
Penelitian ini berjenis deskriptif kualitatif yakni memberikan gambaran dengan
fakta, data dan informasi guna menjelaskan Upaya Peningkatan Kunjungan Wisata Di
Objek Wisata Alam Pantai Walengkabola
3.2. Jenis dan Sumber Data
3.2.1. Jenis Data
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua bagian yaitu jenis
data kualitatif. Jenis data kualitatif adalah data yang merupakan penjelasan-penjelasan,
uraian-uraian yang dideskripsikan.
3.3.2. Sumber Data
Selain itu dalam penelitian ini diperoleh pula sumber data yang terdiri atas dua
bagian yaitu :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian melalui tahap
wawancara dengan masyarakat yang berada di sekitaran lokasi Pantai Walengkabola
2. Data sekunder yaitu data yang berupa catatan-catatan dari dokumen yang terdapat
di Kantor Kecamatan mengenai peningkatan kunjungan wisata dan data yang relefan
dengan permasalahan penelitian.
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan (Library Studi) yaitu cara memperoleh data dengan mempelajari
literatur laporan dan bahan tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan judul
penelitian.
2. Penelitian lapangan (Field Reseach) yaitu cata memperoleh data dengan melalukan
penelitian langsung di lapangan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data primer
melalui teknik :
a. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian terutama dalam
kaitannya dengan peningkatan kunjungan wisata di objek wisata alam pantai
walengkabola
b. Wawancara yaitu mengadakan wawancara langsung dengan informan. Dalam
wawancara ini digunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis
berdasarkan permasalahan yang diteliti untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang upaya peningkatan kunjungan wisata di objek wisata alam pantai walengkabola
c. Dokumentasi yaitu sumber informasi yang berupa bukti tertulis mengenai karakteristik
lokasi penelitian baik berupa dokumentasi pribadi maupun dokumenatsi resmi.

3.4. Metode Analisis Data


Data yang diperoleh nantinya akan diolah dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yakni untuk mendapatkan gambaran secara sistematis tentang Upaya
Peningkatan Kunjungan Wisata Di Objek Wisata Alam Pantai Walengkabola Kecamatan
Tongkuno Kabupaten Muna
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan dan


Kebudayaan.

Ayati, 2013. Potensi Pengembangan Strategi Pengembangan Ekowisata Kupu-Kupu Sayap


Burung Di Cagar Alam Pegunungan Arfak.

Adam Nugraha Wiradhana H. 2012. Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi
Pemasaran http://tulisan-adam.blogspot.com /2012/01/analisis-swot-sebagai-alat-
formulasi.html

Ani Rahmawati.2009. Studi Pengelolaan Kawasan Pesisir Untuk Kegiatan Wisata Pantai
(Kasus Pantai Teleng Ria, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur). Bogor: Institut Pertanian
Bogor (IPB)

Apridar et al. 2011. Ekonomi Kelautan dan Pesisir. Yogyakarta: Graha Ilmu

Brahmantyo, dkk. 2001. Potensi Dan Peluang Usaha Dalam Pengembangan Pariwisata. Jakarta
: Tri Sakti Jurnal Ilmiah.

Depdikbud, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar . 2008. Strategi Pengembangan Pariwisata.

Fahmi, Irham. 2013. Manajemen Strategis Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta

Gitosudarmo, H. Indriyo. 2008. Manajemen Strategis. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Fandeli, Chafid, 1997. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai