Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MITIGASI BENCANA

“ BENCANA ALAM DAN NON-ALAM”

OLEH :

IRFAN TATO

R1B118005

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Bencana menurut UU 24/2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis. Sedangkan menurut ISDR tahun 2004 (International
Strategy for Disaster Reduction) lembaga dibawah PBB arti bencana adalah suatu
gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan
kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau
lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk
mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. Berdasarkan penyebabnya
bencana dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu bencana yang disebabkan oleh alam
atau natural disaster), bencana akibat teknologi atau technological-caused disaster dan
bencana akibat manusia atau human-caused disaster (Etkin, 2016)

1.2. Rumusan Masalah

1) Apa yang di maksud dengan bencana alam dan non alam ?


2) Apa saja yang mempengaruhi terjadinya bencana di indonesia?

3) Bagaimana cara menanggulangi atau memanajemen bencana di indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

1) Mengetahui Apa yang di maksud dengan bencana alam dan non alam ?
2) Mengetahui Apa saja yang mempengaruhi terjadinya bencana di indonesia?

3) Mengetahui Bagaimana cara menanggulangi dan memanajemen dampak dari


bencana di indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian bencana alam dan non bencana alam

2.1.1 Bencana Alam


Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana alam
pada dasarnya adalah gejala atau proses alam yang terjadi akibat upaya alam
mengembalikan keseimbangan ekosistem yang terganggu baik oleh proses alam itu
sendiri ataupun akibat ulah manusia dala memanfaatkan sumber daya alam.

2.1.2. bencana non alam


Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.

2.2. faktor yang mempengaruhi terjadinya bencana di indonesia

1. Bencana akibat kejadian biologis (biological disaster). Bencana ini disebabkan


oleh patogen bakteri atau virus yang dapat berbentuk pandemic, wabah, atau
epidemic penyakit menular. Dalam Dictionary of Disaster Medicine and
Humanitarian Relief disebutkan bahwa bencana biologis adalah bencana yang
diakibatkan oleh paparan/pajanan biomassa atau organisme hidup dalam jumlah
besar terhadap zat-zat beracun, bakteri atau radiasi (S. W. A. Gunn, 2013).

2. Bencana akibat kejadian hidro-meteorologik (hydro-meteorological


disaster)Bencana ini dapat disebabkan oleh curah hujan yang tinggi atau rendah.
Yang sering terjadi adalah bencana akibat curah hujan tinggi yaitu banjur dan
badai. Bencana badai meliputi badai siklon tropis, tornado, badai angin, dan badai
salju. Sedangkan bencana akibat curah hujan rendah antara lain: kekeringan
(kadang bersamaan dengan badai debu), kebakaran yang tidak terkendali seperti di
hutan, dan gelombang panas.

3. Bencana akibat kejadian geofisika (geo-physical disaster). Bencana ini


disebabkan oleh energi yang dihasilkan dari berbagai kejadian geofisika. Bencana
ini terbagi menjadi tiga yaitu (1) bencana karena energi seismic seperti gempa
bumi dan tsunami; (2) bencana karena energi vulkanik seperti erupsi gunung
berapi dan aliran larva gunung; dan (3) bencana karena energy gravitasi seperti
longsor (longsoran puing, longsor lumpur, longsoran lahar vulkanik, dan
longsoran salju.

Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga


jenis, yaitu:
1. Bencana alam Geologis, bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang
berasal dari dalam bumi (gaya endogen). Atau biasa disebut bencana alam yang
terjadi akibat bergeraknya lempeng bumi, yang termasuk dalam bencana alam
geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami. Bencana yang
diakibatkan oleh faktor geologis biasanya banyak menelan korban dan
kerusakan lingkungan yang mengakibatkan kerugian baik secara material
maupun kerugian non material. Bencana alam geologis merupakan bencana alam
yang paling banyak menelan korban jiwa di Indonesia.
2. Bencana alam Klimatologis, bencana alam klimatologis merupakan bencana
alam yang disebabkan oleh faktor cuaca dan iklim, Contoh bencana alam
klimatologis adalah banjir, 10 badai, banjir bandang, angin puting beliung,
kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia) kebakaran alami
biasa terjadi ketika musim kemarau dan sangat kering. Gerakan tanah (longsor)
termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu utamanya adalah faktor
klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis
dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya). Bencana alam klimatologis
yang terjadi belakangan ini diakibatkan oleh perubahan iklim global yang terjadi
di seluruh dunia.
3. Bencana alam Ekstra-Terestrial, bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana
alam yang terjadi di luar angkasa, contoh: hantaman/impact meteor. Bila
hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan
menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi. Gejala alam
yang dapat menimbulkan bencana alam pada dasarnya mempunyai karakteristik
umum, yaitu gejala awal, gejala utama, dan gejala akhir. Dengan demikian, jika
kita dapat mengetahui secara akurat gejala awal suatu bencana alam,
kemungkinan besar kita dapat mengurangi akibat yang ditimbulkannya.
2.3. Manajemen Bencana

Secara teoritis terdapat lima model pengelolaan bencana (Maguire &Hagan, 2007;
Setyowati, 2017). Implementasi atau penerapan model pengelolaan bencana tergantung
pada kondisi dan kerentanan bencana suatu wilayah.
a. Disaster management continuum model, model pengelolaan bencana ini merupakan
model yang paling popular karena terdiri dari tahap-tahap yang jelas sehingga lebih
mudah diimplementasikan. Tahap-tahap manajemen bencana di dalam model ini
meliputi emergency, relief, rehabilitation, reconstruction, mitigation, preparedness, dan
early warning.
b. Pre-during-post disaster model, model pengelolaan bencana ini membagi tahap
kegiatan di sekitar bencana. Terdapat kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebelum
bencana, selama bencana terjadi, dan setelah bencana. Model ini seringkali digabungkan
dengan disaster management continuum model.
c. Contract-expand model, model ini berasumsi bahwa seluruh tahap-tahap yang ada
pada pengelolaan bencana (emergency, relief, rehabilitation, reconstruction, mitigation,
preparedness, dan early warning) semestinya tetap dilaksanakan pada daerah yang
rawan bencana. Perbedaan pada kondisi bencana dan tidak bencana adalah pada saat
bencana tahap tertentu lebih dikembangkan (emergency dan relief) sementara tahap
yang lain seperti rehabilitation, reconstruction, dan mitigation kurang ditekankan.
d. The crunch and release model, model pengelolaan bencana ini menekankan upaya
mengurangi kerentanan untuk mengatasi bencana. Bila masyarakat tidak rentan maka
bencana akan juga kecil kemungkinannya terjadi meski hazard tetap terjadi. e. Disaster
risk reduction framework, merupakan model pengelolaan bencana yang menekankan
pada upaya pengelolaan bencana pada identifikasi risiko bencana baik dalam bentuk
kerentanan maupun hazard dan mengembangkan kapasitas untuk mengurangi risiko
bencana.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non-alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara
lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Faktor
penyebab bencana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hidrometeorologis (banjir, tanah
longsor, gelombang pasang, abrasi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, dan angin
puting beliung) dan geologis (gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api). Bencana
merupakan fenomena yang dapat terjadi setiap saat, secara tiba-tiba atau melalui proses
yang berlangsung secara perlahan dimanapun dan kapanpun, sehingga dapat
menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan masyarakat. Banyaknya
daerah yang rawan terkena bencana di Indonesia tidak terlepas dari faktor geologis
Indonesia, dimana terdapat tiga pertemuan Lempeng besar yakni Lempeng Eurasia,
Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Indonesia terletak pada Lingkaran Api
Pasifik 7 (Ring of Fire) yaitu kawasan yang sering mengalami gempa bumi dan letusan
gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Kawasan ini berbentuk
seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Secara geografis,
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar yakni Lempeng Eurasia,
Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Pertemuan tiga lempeng ini
menghasilkan lempeng tektonik (garis merah) yang merupakan gempa bumi dan deretan
gunung api. Terdapat 129 gunung api aktif yang ada di Indonesia, yang saat ini
dimonitor oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (ESDM). Untuk
lempeng tektonik dimonitor oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) yang secepatnya akan memberikan informasi mengenai gempa bumi dan
tsunami.

Anda mungkin juga menyukai