OLEH :
IRFAN TATO
R1B118005
JURUSAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
BAB I. PENDAHULUAN
1) Mengetahui Apa yang di maksud dengan bencana alam dan non alam ?
2) Mengetahui Apa saja yang mempengaruhi terjadinya bencana di indonesia?
Secara teoritis terdapat lima model pengelolaan bencana (Maguire &Hagan, 2007;
Setyowati, 2017). Implementasi atau penerapan model pengelolaan bencana tergantung
pada kondisi dan kerentanan bencana suatu wilayah.
a. Disaster management continuum model, model pengelolaan bencana ini merupakan
model yang paling popular karena terdiri dari tahap-tahap yang jelas sehingga lebih
mudah diimplementasikan. Tahap-tahap manajemen bencana di dalam model ini
meliputi emergency, relief, rehabilitation, reconstruction, mitigation, preparedness, dan
early warning.
b. Pre-during-post disaster model, model pengelolaan bencana ini membagi tahap
kegiatan di sekitar bencana. Terdapat kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebelum
bencana, selama bencana terjadi, dan setelah bencana. Model ini seringkali digabungkan
dengan disaster management continuum model.
c. Contract-expand model, model ini berasumsi bahwa seluruh tahap-tahap yang ada
pada pengelolaan bencana (emergency, relief, rehabilitation, reconstruction, mitigation,
preparedness, dan early warning) semestinya tetap dilaksanakan pada daerah yang
rawan bencana. Perbedaan pada kondisi bencana dan tidak bencana adalah pada saat
bencana tahap tertentu lebih dikembangkan (emergency dan relief) sementara tahap
yang lain seperti rehabilitation, reconstruction, dan mitigation kurang ditekankan.
d. The crunch and release model, model pengelolaan bencana ini menekankan upaya
mengurangi kerentanan untuk mengatasi bencana. Bila masyarakat tidak rentan maka
bencana akan juga kecil kemungkinannya terjadi meski hazard tetap terjadi. e. Disaster
risk reduction framework, merupakan model pengelolaan bencana yang menekankan
pada upaya pengelolaan bencana pada identifikasi risiko bencana baik dalam bentuk
kerentanan maupun hazard dan mengembangkan kapasitas untuk mengurangi risiko
bencana.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non-alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara
lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Faktor
penyebab bencana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hidrometeorologis (banjir, tanah
longsor, gelombang pasang, abrasi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, dan angin
puting beliung) dan geologis (gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api). Bencana
merupakan fenomena yang dapat terjadi setiap saat, secara tiba-tiba atau melalui proses
yang berlangsung secara perlahan dimanapun dan kapanpun, sehingga dapat
menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan masyarakat. Banyaknya
daerah yang rawan terkena bencana di Indonesia tidak terlepas dari faktor geologis
Indonesia, dimana terdapat tiga pertemuan Lempeng besar yakni Lempeng Eurasia,
Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Indonesia terletak pada Lingkaran Api
Pasifik 7 (Ring of Fire) yaitu kawasan yang sering mengalami gempa bumi dan letusan
gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Kawasan ini berbentuk
seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Secara geografis,
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar yakni Lempeng Eurasia,
Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Pertemuan tiga lempeng ini
menghasilkan lempeng tektonik (garis merah) yang merupakan gempa bumi dan deretan
gunung api. Terdapat 129 gunung api aktif yang ada di Indonesia, yang saat ini
dimonitor oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (ESDM). Untuk
lempeng tektonik dimonitor oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) yang secepatnya akan memberikan informasi mengenai gempa bumi dan
tsunami.