Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Bencana

Bencana merupakan peristiwa yang sering terjadi di beberapa tahun terakhir dan bencana
bukan lagi menjadi kata yang asing bagi kita. Hampir setiap musim, bahkan setiap bulan selalu
saja terjadi bencana. Musim penghujan misalnya, bagi sebagian orang musim ini merupakan
musim yang membawa berkah, tetapi sebagian orang lagi musim ini akan membawa musibah.
Bagi petani, musim hujan merupakan awal tanam dimana air akan mudah diperoleh dan tanaman
dapat tumbuh. Hujan yang terhenti beberapa waktu lalu dan dengan suhu yang cukup tinggi,
membuat para petani dan pemerintah khawatir akan kekurangan persediaan pangan.
Kekhawatiran ini tidak bertahan lama, setelah beberapa minggu hujan pun turun. Ketika hujan
turun ternyata munculah berbagai bencana yang banyak menelan korban. Bencana banjir dan
tanah longsor merupakan sebagian bencana yang datang pada musim hujan.

Definisi tentang bencana bermacam-macam, menurut Setyowati, dkk., (2016) bencana


sebagai sebuah dampak kegiatan atau resiko yang memberikan efek negatif terhadap manusia.
Gustavo (1995) menjelaskan secara umum bencana sebagai pengaruh yang diterima manusia
sehingga menjadikan manusia menjadi kehilangan dan menderita kerugian. Dengan kata lain,
dikatakan sebagai bencana apabila kejadian bencana membawa kerugian bagi manusia. Manusia
mempunyai kemampuan untuk meminimalkan resiko, kalau resiko dapat diminimalkan bencana,
maka bencana dikatakan dapat teratasi atau berkurang dampaknya.

Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, memberikan


batasan-batasan terkait dengan fenomena bencana alam sebagai berikut.

1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor
alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
3. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
6. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
7. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.
8. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan
bencana.
9. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu
wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi
dampak buruk bahaya tertentu.
10. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi
atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana
maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
11. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat.
12. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.
13. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi
tugas untuk menanggulangi bencana.

Terkait dengan upaya untuk melindungi warga negaranya terhadap bencana, Pemerintah
Indonesia telah memberlakukan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. UU
tersebut secara jelas menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, pelatihan,
penyuluhan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam
situasi tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi bencana. Melalui pendidikan
diharapkan agar upaya pengurangan risiko bencana dapat mencapai sasaran yang lebih luas dan
dapat diperkenalkan secara lebih dini kepada seluruh peserta didik, dengan mengintegrasikan
pendidikan pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah maupun ke dalam kegiatan
ekstrakurikular.

Menurut WHO, bencana merupakan segala kejadian yang menyebabkan kerusakan


lingkungan, gangguan geologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan
atau pelayanan kesehatan skala tertentu, yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau
wilayah tertentu (Indiyanto, 2012). Bencana adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan
dampak besar bagi populasi manusia. Beberapa pengertian mengenai bencana yang telah
disampaikan di atas, maka dapat disampaikan bahwa yang dimaksud dengan bencana adalah
suatu kerusakan ekologi, sosial, material serta yang lainnya, dan terjadi oleh aktifitas abnormal
alam maupun perilaku manusia dan menyebabkan kerugian baik secara material fisik, ataupun
korban jiwa.

Faktor Penyebab Bencana Di Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar, jumlah 17.504 pulau yang tersebar pada 33
propinsi (berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri yang dipublikasikan BPS 2017). Jumlah
pulau yang telah dilaporkan ke PBB dalam sidang ke XI The United Nation Conference on
Standardization of Geographical Names di New York tahun 2017 sebanyak 16.056 pulau.
Potensi alam yang dimiliki Indonesia meliputi potensi laut, perikanan laut, perairan darat,
pegunungan, daratan, dan banyak lainnya. Selain kaya akan potensi alam, Indonesia juga
merupakan negara yang memiliki potensi bencana, bencana yang sering terjadi di Indonesia
adalah Tsunami, Gempa Bumi, Tanah Longsor, Banjir, Angin Puting Beliung, dan letusan/
erupsi Gunung berapi.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2017) menyatakan bahwa dalam 15


tahun terakhir (2002 - 2016), jumlah kejadian bencana di Indonesia meningkat hampir 20 kali
lipat. Lebih dari 90% kejadian bencana di Indonesia diakibatkan oleh banjir dan tanah longsor,
lebih dari 28 juta orang terkena dampak. Namun, berdasarkan jumlah korban jiwa, bencana
terkait geologi adalah jenis bencana yang paling mematikan, dimana lebih dari 90% korban
meninggal dunia dan hilang akibat bencana disebabkan oleh gempa bumi dan tsunami. Berikut
ini disajikan tren kejadian bencana selama tahun 2009 sampai 2018, berupa bencana banjir, tanah
longsor, puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan, gempa dan tsunami (Gambar 1). Trend
kejadian bencana paling besar terjadi pada tahun 2017. Jenis bencana paling sering terjadi berupa
bencana banjir, putting beliung, dan tanah longsor. Bencana Kejadian bencana tsunami paling
besar terjadi pada tahun 2018, kejadian bencana tsunami 6 meningkat dari tahun 2012 sampai
2018. Wilayah dengan jumlah bencana paling banyak terdapat di Propinsi Jawa Tengah (Gambar
2).

Gambar 1. Tren Kejadian Bencana Tahun 2009 sampai 2018 (BNPB, 2017)

Gambar 2 Jumlah kejadian bencana dan persebaran bencana Tahun 2018


Faktor penyebab bencana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hidrometeorologis (banjir,
tanah longsor, gelombang pasang, abrasi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, dan angin
puting beliung) dan geologis (gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api). Bencana
merupakan fenomena yang dapat terjadi setiap saat, secara tiba-tiba atau melalui proses yang
berlangsung secara perlahan dimanapun dan kapanpun, sehingga dapat menimbulkan kerugian
material dan imaterial bagi kehidupan masyarakat.

Banyaknya daerah yang rawan terkena bencana di Indonesia tidak terlepas dari faktor
geologis Indonesia, dimana terdapat tiga pertemuan Lempeng besar yakni Lempeng Eurasia,
Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Indonesia terletak pada Lingkaran Api Pasifik
(Ring of Fire) yaitu kawasan yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi
yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Kawasan ini (Gambar 3) berbentuk seperti tapal
kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km.

Secara geografis, Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar
(Gambar 3) yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Pertemuan
tiga lempeng ini menghasilkan lempeng tektonik (garis merah) yang merupakan gempa bumi dan
deretan gunung api. Terdapat 129 gunung api aktif yang ada di Indonesia, yang saat ini
dimonitor oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (ESDM). Untuk lempeng
tektonik dimonitor oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang
secepatnya akan memberikan informasi mengenai gempa bumi dan tsunami. Kekayaan Indonesia
dengan beragam gunung berapi sekaligus dapat menjadi ancaman bencana gunung meletus.
Posisi tersebut membuat Indonesia menjadi rentan terhadap perubahan geologi, terutama
menyebabkan bencana alam gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi, dan jenis-jenis bencana
geologi yang lain. Wilayah yang rawan bencana gempa bumi di Indonesia tersebar mulai dari
Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi,
Kepulauan Maluku, Maluku Utara dan wilayah Papua (Setyowati, 2017).

Gambar 3. Lokasi pertemuan tiga lempeng tektonik terbesar di Indonesia, dan kawasan
Ring of Fire (https://geoenviron.wordpress.com/2014/11/24/tektonik-pulau-jawa/).

Garis khatulistiwa melintas di wilayah Indonesia, sehingga wilayahnya beriklim tropis.


Akibat posisi geografis ini, Indonesia hanya memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan
musim kemarau. Iklim Indonesia sangat dipengaruhi oleh lokasi dan karakteristik geografis.
Membentang di 6.400 km antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, Indonesia memiliki 3
pola iklim dasar: monsunal, khatulistiwa dan sistem iklim local (BNPB, 2017). Hal ini telah
menyebabkan perbedaan dramatis dalam pola curah hujan di Indonesia. Kondisi iklim tropis di
Indonesia menyebabkan terjadinya bencana hidrometeorologi, yaitu bencana alam yang dipicu
oleh curah hujan lebat, deras dan basah sepanjang musim hujan. Jenis bencana hidrometeorologi
adalah banjir, longsor, kekeringan, dan angin puting beliung. Pola aliran sungai di Indonesia
membentuk 5.590 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terletak antara Sabang dan Merauke,
sebanyak 108 DAS dalam kondisi kritis sehingga berkontribusi pada bencana banjir.

Berdasarkan kondisi geologis dan hidrometeorologis, berbagai kejadian bencana besar


telah terjadi di Indonesia, antara lain: bencana gempa dan tsunami Aceh (2004), gempa tektonik
Yogyakarta (2006), Tasikmalaya (2009), Sumatra Barat (2010), gempa dan tsunami Mentawai
(2010), tanah longsor Wassior di Papua Barat (2010) dan letusan Gunung Merapi Yogyakarta
(2010), gempa bumi di Lombok NTB (29 Juli 2018), gempa tsunami dan likuifaksi di Palu dan
Donggala Sulawesi Tengah (28 September 2018), tsunami di Selat Sunda (22 Desember 2018).
Kejadian bencana telah membawa korban ratusan jiwa dan ratusan triliun rupiah dalam nilai
ekonomi, bahkan beberapa desa tertelan bumi dan desa hilang tersapu oleh bencana. Letusan
Gunung Merapi yang tak kunjung reda, makin mempertegas predikat NKRI sebagai negara
sabuk api.

United Nation Internasional Strategy Of Disaster Reduction (UN-ISDR) membedakan


bencana menjadi lima kelompok yaitu:

1. Bahaya aspek Geologi, antara lain: Gempa Bumi, Tsunami, Gunung meletus, Landslide
(tanah longsor). Daerah rawan gempa bumi yang ada di Indonesia tersebar pada wilayah
dekat dengan zona penunjaman lempeng tektonik dan sesar aktif. Gempa yang
berpengaruh memicu terjadinya tsunami yakni gempa yang memiliki kekuatan skala di
atas 6 SR, dan memiliki kedalaman kurang dari lima puluh kilometer.
2. Bahaya aspek Hidrometeorologi, diantaranya: banjir, kekeringan, angin puting beliung
dan gelombang pasang. Banjir umumnya terjadi ketika tingginya curah hujan di atas rata-
rata yang berakibat melebihi daya tampung sungai dan jaringgannya. Perilaku manusia
sepanjang dari hulu, sepanjang aliran sungai, hingga bagian bawah system sungai.
3. Bahaya aspek Lingkungan antara lain kebakaran hujan, kerusakan lingkungan, dan
pencemaran limbah.
4. Bahaya beraspek Biologi, antara lain wabah penyakit, hama dan penyakit tanaman,
hewan/ternak. Beberapa indikasi awal terjadinya endemik misalnya, Avian Influenza/flu
burung, antraks, serta beberapa penyakit hewan lainnya yang mengakibatkan kerugian
bahkan kematian.
5. Bahaya beraspek teknologi antara lain kecelakaan transportasi, kecelakaan industri dan
kegagalan teknologi. Dari beberapa klasifikasi yang disampaikan oleh UN-ISDR, secara
keseluruhan, pernah terjadi dan dialami negara Indonesia, tentu kita masih ingat bencana
tsunami di Aceh tahun 2004, bencana banjir dan tanah longsor di Wasior, kebakaran
hutan yang terjadi belum lama ini, semburan lumpur panas dan lainnya. (Indiyanto,
2012).
Berdasarkan penyebab bencana diklasifikasikan menjadi tiga yaitu bencana alam
(antara lain: banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, kekeringan, puting beliung,
erupsi gunung api), bencana non alam (antara lain: wabah penyakit, gagal teknologi,
gagal modernisasi), dan bencana sosial (antara lain: konflik sosial, tawuran, perebutan
sumberdaya, pencemaran). Bencana yang dikategorikan bencana alam adalah seluruh
bencana yang terjadi karena fenomena alam yang menimbulkan kerugian baik lingkungan
maupun material. Bencana yang non alam adalah bencana yang disebabkan oleh bukan
faktor alam atau faktor manusia, sedangkan bencana sosial adalah jenis bencana yang
diakibatkan oleh ulah manusia yakni segala aktifitas manusia baik yang menyangkut
kegiatan ekonomi maupun yang lainnya dan mengakibatkan rusaknya lingkungan hidup.

Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Bencana alam Geologis, bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang
berasal dari dalam bumi (gaya endogen). Atau biasa disebut bencana alam yang
terjadi akibat bergeraknya lempeng bumi, yang termasuk dalam bencana alam
geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami. Bencana yang
diakibatkan oleh faktor geologis biasanya banyak menelan korban dan kerusakan
lingkungan yang mengakibatkan kerugian baik secara material maupun kerugian
non material. Bencana alam geologis merupakan bencana alam yang paling
banyak menelan korban jiwa di Indonesia.
2. Bencana alam Klimatologis, bencana alam klimatologis merupakan bencana alam
yang disebabkan oleh faktor cuaca dan iklim, Contoh bencana alam klimatologis
adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan
kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia) kebakaran alami biasa terjadi ketika
musim kemarau dan sangat kering. Gerakan tanah (longsor) termasuk juga
bencana alam, walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis (hujan),
tetapi gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah
serta batuan dan sebagainya). Bencana alam klimatologis yang terjadi belakangan
ini diakibatkan oleh perubahan iklim global yang terjadi di seluruh dunia.
3. Bencana alam Ekstra-Terestrial, bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana
alam yang terjadi di luar angkasa, contoh: hantaman/impact meteor. Bila
hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan
menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi. Gejala alam yang
dapat menimbulkan bencana alam pada dasarnya mempunyai karakteristik umum,
yaitu gejala awal, gejala utama, dan gejala akhir. Dengan demikian, jika kita dapat
mengetahui secara akurat gejala awal suatu bencana alam, kemungkinan besar
kita dapat mengurangi akibat yang ditimbulkannya.

Sumber:

Liesnoor, Dewi. 2019. Pendidikan Kebencanaan. Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai