Bencana merupakan peristiwa yang sering terjadi di beberapa tahun terakhir dan bencana
bukan lagi menjadi kata yang asing bagi kita. Hampir setiap musim, bahkan setiap bulan selalu
saja terjadi bencana. Musim penghujan misalnya, bagi sebagian orang musim ini merupakan
musim yang membawa berkah, tetapi sebagian orang lagi musim ini akan membawa musibah.
Bagi petani, musim hujan merupakan awal tanam dimana air akan mudah diperoleh dan tanaman
dapat tumbuh. Hujan yang terhenti beberapa waktu lalu dan dengan suhu yang cukup tinggi,
membuat para petani dan pemerintah khawatir akan kekurangan persediaan pangan.
Kekhawatiran ini tidak bertahan lama, setelah beberapa minggu hujan pun turun. Ketika hujan
turun ternyata munculah berbagai bencana yang banyak menelan korban. Bencana banjir dan
tanah longsor merupakan sebagian bencana yang datang pada musim hujan.
Terkait dengan upaya untuk melindungi warga negaranya terhadap bencana, Pemerintah
Indonesia telah memberlakukan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. UU
tersebut secara jelas menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, pelatihan,
penyuluhan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam
situasi tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi bencana. Melalui pendidikan
diharapkan agar upaya pengurangan risiko bencana dapat mencapai sasaran yang lebih luas dan
dapat diperkenalkan secara lebih dini kepada seluruh peserta didik, dengan mengintegrasikan
pendidikan pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah maupun ke dalam kegiatan
ekstrakurikular.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar, jumlah 17.504 pulau yang tersebar pada 33
propinsi (berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri yang dipublikasikan BPS 2017). Jumlah
pulau yang telah dilaporkan ke PBB dalam sidang ke XI The United Nation Conference on
Standardization of Geographical Names di New York tahun 2017 sebanyak 16.056 pulau.
Potensi alam yang dimiliki Indonesia meliputi potensi laut, perikanan laut, perairan darat,
pegunungan, daratan, dan banyak lainnya. Selain kaya akan potensi alam, Indonesia juga
merupakan negara yang memiliki potensi bencana, bencana yang sering terjadi di Indonesia
adalah Tsunami, Gempa Bumi, Tanah Longsor, Banjir, Angin Puting Beliung, dan letusan/
erupsi Gunung berapi.
Gambar 1. Tren Kejadian Bencana Tahun 2009 sampai 2018 (BNPB, 2017)
Banyaknya daerah yang rawan terkena bencana di Indonesia tidak terlepas dari faktor
geologis Indonesia, dimana terdapat tiga pertemuan Lempeng besar yakni Lempeng Eurasia,
Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Indonesia terletak pada Lingkaran Api Pasifik
(Ring of Fire) yaitu kawasan yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi
yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Kawasan ini (Gambar 3) berbentuk seperti tapal
kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km.
Secara geografis, Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar
(Gambar 3) yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Pertemuan
tiga lempeng ini menghasilkan lempeng tektonik (garis merah) yang merupakan gempa bumi dan
deretan gunung api. Terdapat 129 gunung api aktif yang ada di Indonesia, yang saat ini
dimonitor oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (ESDM). Untuk lempeng
tektonik dimonitor oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang
secepatnya akan memberikan informasi mengenai gempa bumi dan tsunami. Kekayaan Indonesia
dengan beragam gunung berapi sekaligus dapat menjadi ancaman bencana gunung meletus.
Posisi tersebut membuat Indonesia menjadi rentan terhadap perubahan geologi, terutama
menyebabkan bencana alam gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi, dan jenis-jenis bencana
geologi yang lain. Wilayah yang rawan bencana gempa bumi di Indonesia tersebar mulai dari
Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi,
Kepulauan Maluku, Maluku Utara dan wilayah Papua (Setyowati, 2017).
Gambar 3. Lokasi pertemuan tiga lempeng tektonik terbesar di Indonesia, dan kawasan
Ring of Fire (https://geoenviron.wordpress.com/2014/11/24/tektonik-pulau-jawa/).
1. Bahaya aspek Geologi, antara lain: Gempa Bumi, Tsunami, Gunung meletus, Landslide
(tanah longsor). Daerah rawan gempa bumi yang ada di Indonesia tersebar pada wilayah
dekat dengan zona penunjaman lempeng tektonik dan sesar aktif. Gempa yang
berpengaruh memicu terjadinya tsunami yakni gempa yang memiliki kekuatan skala di
atas 6 SR, dan memiliki kedalaman kurang dari lima puluh kilometer.
2. Bahaya aspek Hidrometeorologi, diantaranya: banjir, kekeringan, angin puting beliung
dan gelombang pasang. Banjir umumnya terjadi ketika tingginya curah hujan di atas rata-
rata yang berakibat melebihi daya tampung sungai dan jaringgannya. Perilaku manusia
sepanjang dari hulu, sepanjang aliran sungai, hingga bagian bawah system sungai.
3. Bahaya aspek Lingkungan antara lain kebakaran hujan, kerusakan lingkungan, dan
pencemaran limbah.
4. Bahaya beraspek Biologi, antara lain wabah penyakit, hama dan penyakit tanaman,
hewan/ternak. Beberapa indikasi awal terjadinya endemik misalnya, Avian Influenza/flu
burung, antraks, serta beberapa penyakit hewan lainnya yang mengakibatkan kerugian
bahkan kematian.
5. Bahaya beraspek teknologi antara lain kecelakaan transportasi, kecelakaan industri dan
kegagalan teknologi. Dari beberapa klasifikasi yang disampaikan oleh UN-ISDR, secara
keseluruhan, pernah terjadi dan dialami negara Indonesia, tentu kita masih ingat bencana
tsunami di Aceh tahun 2004, bencana banjir dan tanah longsor di Wasior, kebakaran
hutan yang terjadi belum lama ini, semburan lumpur panas dan lainnya. (Indiyanto,
2012).
Berdasarkan penyebab bencana diklasifikasikan menjadi tiga yaitu bencana alam
(antara lain: banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, kekeringan, puting beliung,
erupsi gunung api), bencana non alam (antara lain: wabah penyakit, gagal teknologi,
gagal modernisasi), dan bencana sosial (antara lain: konflik sosial, tawuran, perebutan
sumberdaya, pencemaran). Bencana yang dikategorikan bencana alam adalah seluruh
bencana yang terjadi karena fenomena alam yang menimbulkan kerugian baik lingkungan
maupun material. Bencana yang non alam adalah bencana yang disebabkan oleh bukan
faktor alam atau faktor manusia, sedangkan bencana sosial adalah jenis bencana yang
diakibatkan oleh ulah manusia yakni segala aktifitas manusia baik yang menyangkut
kegiatan ekonomi maupun yang lainnya dan mengakibatkan rusaknya lingkungan hidup.
Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Bencana alam Geologis, bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang
berasal dari dalam bumi (gaya endogen). Atau biasa disebut bencana alam yang
terjadi akibat bergeraknya lempeng bumi, yang termasuk dalam bencana alam
geologis adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami. Bencana yang
diakibatkan oleh faktor geologis biasanya banyak menelan korban dan kerusakan
lingkungan yang mengakibatkan kerugian baik secara material maupun kerugian
non material. Bencana alam geologis merupakan bencana alam yang paling
banyak menelan korban jiwa di Indonesia.
2. Bencana alam Klimatologis, bencana alam klimatologis merupakan bencana alam
yang disebabkan oleh faktor cuaca dan iklim, Contoh bencana alam klimatologis
adalah banjir, badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan
kebakaran alami hutan (bukan oleh manusia) kebakaran alami biasa terjadi ketika
musim kemarau dan sangat kering. Gerakan tanah (longsor) termasuk juga
bencana alam, walaupun pemicu utamanya adalah faktor klimatologis (hujan),
tetapi gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah
serta batuan dan sebagainya). Bencana alam klimatologis yang terjadi belakangan
ini diakibatkan oleh perubahan iklim global yang terjadi di seluruh dunia.
3. Bencana alam Ekstra-Terestrial, bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana
alam yang terjadi di luar angkasa, contoh: hantaman/impact meteor. Bila
hantaman benda-benda langit mengenai permukaan bumi maka akan
menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk bumi. Gejala alam yang
dapat menimbulkan bencana alam pada dasarnya mempunyai karakteristik umum,
yaitu gejala awal, gejala utama, dan gejala akhir. Dengan demikian, jika kita dapat
mengetahui secara akurat gejala awal suatu bencana alam, kemungkinan besar
kita dapat mengurangi akibat yang ditimbulkannya.
Sumber: