Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KOLABORATIF

HORMON DI DALAM SIKLUS MENSTRUASI

Dosen Pengampu :

Rubiati Hipni, S.ST.,M.Keb

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Anita Puspita Wulandari (P07124220005)

Nadia (P07124220038)

Nor Halisa (P07124220046)

Refina Azzahra (P07124220058)

Salisa Ananda Rizqa (P07124220061)

Sebrina Damian Vinanti (P07124220062)

Suci Rahma Damayanti (P07124220067)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Hormon
Reproduksi Pada Masa Menstruasi.

 Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang “Hormon Reproduksi Pada Masa Menstruasi”. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang kami buat demi masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

 Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya.

Banjarbaru, 25 Januari  2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2

1.3 Tujuan.................................................................................................................................3

BAB II ISI

 2.1 Pengertian Menstruasi dan Hormon .................................................................................4

 2.2 Siklus Menstruasi...............................................................................................................4

2.3 Hormon yang Berperan pada Masa Menstruasi Beserta Fungsinya..................................7

BAB III PENUTUP

 3.1 Kesimpulan .....................................................................................................................11

 3.2 Saran ...............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis dimana terjadinya peristiwa pengeluaran


darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi
relatif teratur mulai dari menarche sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi.
Lama perdarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari masih
dianggap fisiologis dan rata-rata darah yang keluar saat menstruasi adalah 35-50 ml tanpa
bekuan darah. Perhitungan dalam satu siklus adalah pendarahan dimulai dari hari pertama
yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir yaitu satu hari sebelum perdarahan
menstruasi bulan berikutnya dimulai.

Siklus ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang
dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan (pituitary), dan indung telur. Pada
permulaan siklus, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan
sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon
memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai berkembang. Tak lama
kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba
Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau
saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta
akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode
menstruasi (mens atau haid). Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan
berhenti. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh
karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu)
bahwa seorang wanita sedang hamil.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Menstruasi?


2. Bagaimana proses Siklus Menstruasi bisa terjadi?
3. Hormon apa saja yang berperan pada masa menstruasi, beserta fungsi dan cara
kerjanya?

1.3 Tujuan

Pembaca diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang apa itu menstruasi, apa
itu hormon, hormon apa saja yang berperan pada masa menstruasi beserta fungsi dan cara
kerjanya, serta bagaimana proses terjadinya menstruasi.

5
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah proses keluarnya darah atau perdarahan yang secara teratur atau
periodik dan siklik. Darah ini keluar dari uterus yang diikuti dengan pelepasan dari
endometrium. Proses menstruasi ini terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma (Fahmawati,
2009).
Menstruasi merupakan perdarahan akibat dari luruhnya dinding sebelah dalam rahim
(endometrium). Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima implantasi embrio. Jika
tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini akan luruh. Perdarahan ini terjadi secara periodik,
jarak waktu antar menstruasi dikenal dengan satu siklus menstruasi (Purwoastuti & Walyani,
2015).
Menurut Verawaty dan Liswidyawati (2012), menstruasi adalah pengeluaran darah
yang terjadi akibat perubahan hormon yang terus menerus dan mengarah pada pembentukan
endometrium, ovulasi sehingga terjadi peluruhan dinding rahim jika kehamilan tidak terjadi.
Dapat disimpulkan bahwa menstruasi adalah keluarnya darah dari rahim melalui
vagina akibat dari peluruhan endometrium yang menebal karena selama masa subur atau
selama pelepasan ovum tidak terjadi pembuahan atau kehamilan. Sehingga yang awalnya
penebalan endometrium dipersiapkan untuk implantasi embrio akan meluruh dengan
sendirinya karena tidak adanya embrio yang terbentuk. Tentunya dari keseluruhan siklus
tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa hormon.

2.2 Siklus Menstruasi

Menstruasi pertama (menarke) pada remaja putri sering terjadi pada usia 11 tahun.
Namun tidak tertutup kemungkinan terjadi pada rentang usia 8-16 tahun. Menstruasi
merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang perempuan, yang dimulai dari
menarke sampai terjadinya menopause.

6
Awal siklus menstruasi dihitung sejak terjadinya perdarahan pada hari ke-1 dan
berakhir tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Umumnya, siklus menstruasi yang
terjadi berkisar antara 21-40 hari. Hanya 10-15% wanita yang memiliki siklus 28 hari.
Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarke dan
sesaat sebelum menopause. Bagi remaja putri, mengalami siklus menstruasi yang tidak
teratur pada masa-masa awal adalah hal yang normal. Mungkin saja remaja putri mengalami
jarak antar 2 siklus berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan terjadi 2 siklus. Namun
jangan khawatir, setelah beberapa lama siklus menstruasi akan menjadi lebih teratur.
Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan
menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke-14
terjadi pelepasan telur dari ovarium (disebut ovulasi). Sel telur ini masuk ke dalam salah satu
tuba falopii. Di dalam tuba falopii dapat terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi
pembuahan, sel telur akan masuk ke dalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin sehingga
terjadilah kehamilan.
Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan, maka endometrium akan
dilepaskan dan terjadilah perdarahan atau disebut sebagai siklus menstruasi. Siklus dapat
berlangsung selama 3-5 hari, terkadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan
endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.
Menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu fase folikuler (sebelum telur dilepaskan), fase
ovulasi (pelepasan telur) dan fase luteal (setelah sel telur dilepaskan).

A. Fase folikuler yang dimulai pada hari pertama periode menstruasi.


Berikut ini hal-hal yang terjadi selama fase folikuler:
1) Follicle Stimulating Hormone (FSH, hormon perangsang folikel) dan
Luteinizing Hormone (LH, hormon pelutein) dilepaskan oleh otak menuju ke
ovarium untuk merangsang perkembangan sekitar 15-20 sel telur di dalam
ovarium. Telur-telur itu berada di dalam kantungnya masing-masing yang
disebut folikel.
2) Hormon FSH dan LH juga memicu peningkatan produksi estrogen.
3) Peningkatan level estrogen menghentikan produksi FSH. Keseimbangan
hormon ini membuat tubuh bisa membatasi jumlah folikel yang matang.
4) Saat fase folikuler berkembang, satu buah folikel di dalam salah satu ovarim
menjadi dominan dan terus matang. Folikel dominan ini menekan seluruh

7
folikel lain kelompoknya sehingga yang lain berhenti tumbuh dan mati. Folikel
dominan akan terus memproduksi estrogen.
B. Fase ovulasi biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler. Fase ini adalah
titik tengah dari siklus menstruasi, dengan periode menstruasi berikutnya akan dimulai
sekitar 2 minggu kemudian. Peristiwa yang terjadi di fase ovulasi yaitu:
1) Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah LH yang
diproduksi oleh otak sehingga memyebabkan folikel dominan melepaskan sel
telur dari dalam ovarium.
2) Sel telur dilepaskan (proses ini disebut sebagai ovulasi) dan ditangkap oleh
ujung-ujung tuba fallopi yang mirip dengan tangan (fimbria). Fimbria
kemudian menyapu telur masuk ke dalam tuba fallopi. Sel telur akan melewati
tuba Fallopi selama 2-3 hari setelah ovulasi.
3) Selama tahap ini terjadi pula peningkatan jumlah dan kekentalan lendir
serviks. Jika seorang wanita melakukan hubungan intim pada masa ini, lendir
yang kental akan menangkap sperma pria, memeliharanya, dan membantunya
bergerak ke atas menuju sel telur untuk melakukan fertilisasi.
C. Fase luteal dimulai tepat setelah ovulasi dan melibatkan proses-proses di bawah ini:
1) Setelah sel telur dilepaskan, folikel yang kosong berkembang menjadi struktur
baru yang disebut dengan corpus luteum.
2) Corpus luteum mengeluarkan hormon progesteron. Hormon inilah yang
mempersiapkan uterus agar siap ditempati oleh embrio.
3) Jika sperma telah memfertilisasi sel telur (proses pembuahan), telur yang telah
ibuahi (embrio) akan melewati tuba fallopi kemudian turun ke uterus untuk
melakukan proses implantasi. Pada tahap ini, si wanita sudah dianggap hamil.
4) Jika pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati uterus, mengering, dan
meninggalkan tubuh sekitar 2 minggu kemudian melalui vagina. Oleh karena
dinding uterus tidak dibutuhkan untuk menopang kehamilan, maka lapisannya
rusak dan luruh. Darah dan jaringan dari dinding uterus pun (endometrium)
bergabung untuk memebentuk aliran menstruasi yang umumnya berlangsung
selama 4-7 hari (Sinaga et al., 2017).

Selama menstruasi, arteri yang memasok dinding uterus mengerut dan kapilernya
melemah. Darah mengalir dari pembuluh yang rusak, melepaskan lapisan-lapisan dinding

8
uterus. Pelepasan bagian-bagian ini tidak semuanya sekaligus, tapi secara acak. Lendir
endometrium dan darah turun dari uterus berupa cairan (Sinaga et al., 2017).

2.3 Hormon yang Berperan pada Masa Menstruasi

Menstruasi merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan baku dari hypothalamus-
pituitary-ovarian endocrine axis. Hipotalamus memacu kelenjar hipofisis dengan mensekresi
gonadotropin-releasing hormone (GnRH) melalui pembuluh darah kecil di sistem portal
kelenjar hipofisis anterior, gonadotropin hipofsis memacu sintesis dan pelepasan follicle-
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing-hormone (LH).

Ada beberapa hormon yang menegendalikan siklus menstruasi yakni Gonadotropin


Releasing Hormone (GnRH), Estrogen, Progesteron, FSH, dan SH.

9
1. Gonadotropin releasing hormone (GnRH) dikeluarkan dari hipotalamus di otak yang
berdenyut di sepanjang siklus menstruasi. Agar siklus menstruasi berlangsung normal,
GnRH harus dikeluarkan dalam denyutan. Rata-rata, frekuensi sekresi GnRH adalah
satu kali per 90 menit pada awal fase folikular, meningkat menjadi sekali per 60-70
menit, dan menurun dengan amplitudo yang meningkat selama fase luteal. GnRH
memiliki fungsi menginduksi atau merangsang pelepasan FSH dan LH, namun LH
jauh lebih sensitif terhadap perubahan tingkat GnRH. Apabila kadar estrogen tinggi,
maka estrogen akan memberikan umpan balik ke hipotalamus sehingga kadar GnRH
akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
2. Estrogen adalah hormone yang dihasilkan oleh folikel ovarium oleh sel-sel granulosa
yang secara terus menerus meningkat sepanjang dua minggu pertama siklus
menstruasi. Estrogen memiliki banyak jenis yaitu : estradiol, estron, dan estriol, yang
paling penting untuk reeproduksi adalah estradiol. Estrogen berperan dominan pada
akhir fase folikular sampai sebelum ovulasi. Estradiol, estrogen yang paling ampuh
dan berlimpah, terutama berasal dari androgen yang diproduksi oleh sel-sel teka.
Androgen bermigrasi dari sel-sel teka ke sel-sel granulosa, di mana mereka diubah
menjadi estradiol oleh enzim aromatase. Sejumlah estradiol juga dapat diproduksi
melalui sintesis de novo oleh sel-sel teka. Tindakan estradiol termasuk melakukan
induksi reseptor FSH pada sel-sel granulosa, proliferasi dan sekresi sel-sel teka
folikular, induksi reseptor LH di sel-sel granulosa, dan proliferasi sel-sel stroma dan
epitel endometrium. Pada tingkat sirkulasi yang rendah, estrogen mengerahkan umpan
balik negatif terhadap sekresi LH dan FSH, namun pada tingkat yang sangat tinggi
estrogen mengerahkan umpan balik positif pada sekresi LH dan FSH. Estrogen
selanjutnya menginduksi proliferasi sel-sel granulosa pengkonversi estrogen dan
mensintesis reseptor estrogen, sehingga menciptakan umpan balik positif untuk
dirinya sendiri. Pada siklus endometrial, estrogen menginduksi proliferasi kelenjar
endometrium. Estrogen mendorong penebalan dinding rahim atau endometrium. Jika
sel telur wanita tidak dibuahi, kadar estrogen akan menurun tajam dan terjadilah
menstruasi. Namun, apabila sel telur dibuahi, estrogen akan bekerja dengan
progesteron, untuk menghentikan ovulasi selama kehamilan yang artinya tidak terjadi
menstruasi. Estrogen juga menyebabkan perubahan sifat dan jumlah lendir serviks.
Fungsi estrogen yang tak kalah pentingnya yaitu mengontrol laktasi dan perubahan

10
lain pada payudara, termasuk di masa remaja dan selama kehamilan. Selama
kehamilan, plasenta memproduksi estrogen, khususnya hormon estriol. Puncak
ekskresi terjadi sebelum ovulasi, setelah ovulasi dan terbentuk korpus luteum makan
akan mengalami penurunan saampai akhir fase luteal.
3. Progestin/Progesteron
Progestin disekresi pada ovarium, terutama oleh folikel yang terluteinisasi. Tingkat
progestin meningkat sesaat sebelum ovulasi dan memuncak lima sampai tujuh hari
pasca-ovulasi. Langkah pertama dalam sintesis progestin membutuhkan enzim p450
dan dua bentuk sirkulasi progestin yaitu progesteron dan progesteron-hidroksi-17.
Progestin merangsang pelepasan enzim proteolitik dari sel-sel teka yang pada akhirnya
mempersiapkan ovulasi. Progestin lebih lanjut menginduksi migrasi dari pembuluh
darah ke dinding folikel dan merangsang sekresi prostaglandin dalam jaringan folikel.
Selama fase luteal, progestin menginduksi pembesaran dan peningkatan sekresi
endometrium.
Progesteron adalah hormon yang diproduksi oleh korpus luteum dan placenta selama
pertengahan akhir siklus menstruasi. Progesteron menyiapkan uterus mempertahankan
ketebalannya sehingga memungkinkan telur yang telah dibuahi untuk melekat dan
berkembang. Jika kehamilan tidak terjadi, level progesteron akan turun dan uterus
akan meluruhkan dindingnya, menyebabkan terjadinya pendarahan menstruasi. Kadar
proges teron ini terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta
dapat menghasilkan hormon HCG.
4. Luteinizing Hormone (LH)
Luteinizing hormone (LH) disekresikan oleh kelenjar pituitari anterior dan diperlukan
baik untuk pertumbuhan folikel praovulasi maupun luteinisasi dan ovulasi folikel yang
dominan. Selama fase folikular dari siklus menstruasi, LH menginduksi sintesis
androgen oleh sel-sel teka folikuli; merangsang proliferasi, diferensiasi, dan sekresi
sel-sel teka folikuli; dan meningkatkan reseptor LH di sel-sel granulosa. Lonjakan LH
praovulasi mendorong oosit melakukan pembelahan meiosis pertama dan memulai
luteinisasi sel-sel teka dan granulosa. Korpus luteum yang dihasilkan kemudian
memproduksi sejumlah progesteron dan estrogen. Peningkatan kadar LH menandai
dimulainya siklus menstruasi. Sel-sel theca di ovarium mesensekresikan testosteron
yang di ubah menjadi estrogen oleh sel granula akibat dari LH. Ovulasi dipicu oleh

11
lonjakan dari LH disebut preovulatory LH surge. Sel sisa dalaam folikel
berproliferasimejadi corpus luteum, mensekresi progesteron dan esstradiol.
5. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Follicle stimulating hormone (FSH) disekresikan oleh kelenjar pituitari anterior dan
sangat penting untuk pertumbuhan folikel sampai antrum berkembang. Peningkatan
kadar FSH ini juga menandai dimulainya siklus menstruasi. Sekresi FSH mencapai
puncaknya dan paling kritis selama minggu pertama dari fase folikular siklus
menstruasi. FSH menginduksi sekresi estrogen dan progesteron dari ovarium dengan
mengaktifkan enzim aromatase dan p450 dan mengerahkan umpan balik negatif pada
sekresi GnRH. FSH lebih lanjut menginduksi proliferasi sel-sel granulosa dan ekspresi
reseptor LH di sel-sel granulosa.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menstruasi merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan baku dari hypothalamus-
pituitary-ovarian endocrine axis. Hipotalamus memacu kelenjar hipofisis dengan mensekresi
gonadotropin-releasing hormone (GnRH) melalui pembuluh darah kecil di sistem portal
kelenjar hipofisis anterior, gonadotropin hipofsis memacu sintesis dan pelepasan follicle-
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing-hormone (LH).

Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesterone secara tiba-tiba,


terutama progesteron pada akhir siklus ovarium bulanan. Dengan mekanisme yang
ditimbulkan oleh kedua hormon di atas terhadap sel endometrium, maka lapisan endometrium
yang nekrotik dapat dikeluarkan disertai dengan perdarahan yang normal.

3.1 Saran

Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan mampu untuk menambah wawasan kita
dan mengerti tentang menstruasi, hormon-hormon apa saja yang berperan di dalam proses
menstruasi, dan bagaimana terjadinya proses menstruasi agar kita dapat mengatasi atau
mengjaaga kesehatan sistem repsroduksi kita.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tiara, Festy. 2016. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Siklus Menstruasi Pada
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Angkatan 2013 Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Dipublikasikan, Bandar lampung : Universitas Malahayati Bandar Lampung.

Islamy, Aesthetica & Farida. 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi
Pada Remaja Putri Tingkat III. Tulungagung : STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung.

http://eprints.undip.ac.id/50372/3/ALDO_FEBRIANANTO_KURNIAWAN_2201011214020
5_Lap.KTI_BAB_II.pdf

https://www.honestdocs.id/hormon-estrogen-fungsi-kelebihan-kekurangan

14

Anda mungkin juga menyukai