Nim : 1908103010011
Jurusan/kelas: kimia/F5
RANGKUMAN BAB 1
• Pasal 2
Penanggulangan bencana berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
• Pasal 3
(1) Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
berasaskan:
1) kemanusiaan;
2) keadilan;
3) kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
4) keseimbangan, keselarasan, dan keserasian;
5) ketertiban dan kepastian hukum;
6) kebersamaan;
7) kelestarian lingkungan hidup; dan
8) ilmupengetahuandanteknologi.
Musibah Vs Bencana
Musibah adalah suatu kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa, namun
demikian ada beberapa beberapa pengertian berkenaan dengan kata musibah yang berarti
fitnah (dalam bahasa arab), musibah berarti bala, dan musibah berarti azab. Sedangkan
bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam atau nonalam,
maupun faktor manusia sehingga menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan sebagainya.
Konsepsi PRB
Konsekuensi dari ketidakmampuan mengelola ancaman atau disaster risk (R) :
R = H x V/C , di mana
H = Hazard: ancaman, kejadian berpotensi bencana
V = Vulnerability: kerentanan
C = Capacity: kapasitas
Pengurangan Risiko Bencana (PRB):
RANGKUMAN BAB 2
KONSEPSI DAN SEJARAH BENCANA DI INDONESIA
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung
api atau runtuhan batuan.
Badai topan adalah angin kencang atau juga bisa disebut badai besar yang sangat
kuat dengan pusaran angin dengan kecepatan 120 km/jam atau lebih. Angin topan
atau badai topan bergerak mengaduk laut dibawahmya dan menyebabkan
gelombang besar yang sangat kuat.
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan ("tsu"
berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut
akibat gempa bumi.
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau
daratan karena volume air yang meningkat.
Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang
besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan
dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan
lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan
kesehatan masyarakat sekitar.
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut
yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai
tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia
sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.
Kecelakaan transportasi adalah peristiwa atau kejadian pengoperasian sarana
transportasi yang mengakibatkan kerusakan sarana transportasi tersebut, seperti
korban jiwa dan/atau kerugian harta benda.
Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu gerakan massal
yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang dipicu oleh
kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai
pertentangan antar suku, agama, ras (SARA).
Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana
teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang
bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan
hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau kehancuran
terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas
publik internasional.
ANCAMAN (HAZARD)
Ancaman Tsunami :
Letusan gunung Tambora yangmenewaskan lebih dari 92 ribu jiwa dan Krakatau
lebih dari 36 ribuorang pada abad XIX
Letusan Gunung KieBesi di Maluku Utara pada tahun 1760 menewaskan 2.000
korbanjiwa,
LetusanGunung Galunggung tahun 1822 menewaskan 4.011korban jiwa.
LetusanGunung Papandayan tahun 1772 menewaskan 2.951 korban jiwa di Jawa
Barat.
LetusanGunung Kelud pada tahun 1919 mengakibatkan 5.190 korban jiwa
danletusan tahun 1966 dengan 210 korban jiwa.
Di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah pada tahun 1983 terjadi letusandahsyat
Gunung Colo yang mengakibatkan hancurnya sumbat lava
sertamembumihanguskan sekitar 2/3 wilayah Pulau Una-Una tempat lokasiGunung
Colo.
Di wilayah Yogyakarta letusan Gunung Merapitahun 928 mengakibatkan Kerajaan
Mataram hancur, letusan tahun1930 mengakibatkan 1.369 orang korban jiwa dan
letusan tahun 1972menewaskan lebih dari 3.000 orang.
Kegagalan Teknologi
Kegagalan teknologi juga sudah mulai mengancam Indonesia. Kejadian ini
dapatmenimbulkan dampak berupa kebakaran, pencemaran bahan kimiaberbahaya
atau bahan radioaktif, kecelakaan industri, atau kecelakaantransportasi yang
menimbulkan korban tewas serta kerugian hartabenda.
Salah satu kegagalan teknologi yang memicu bencana alam yangsampai kini
belum teratasi adalah kegagalan pengeboran di Sidoarjoyang menimbulkan luapan
lumpur dari perut bumi.
Kecelakaan tambangseperti ledakan gas metana (CH4) yang terjadi di tambang
batubara P.T.Bukit Asam, Sawahlunto, Sumatra Barat, tanggal 16 Juni
2009,mengakibatkan 32 korban jiwa dan luka parah/ringan 13 orang.
Dalam hal kegagalan teknologi, perhatian serius perlu diberikan padajumlah
korban jiwa dan kerugian yang sangat besar yang ditimbulkanoleh kecelakaan
transportasi.
Data statistik tahun 2008 dariKementerian Perhubungan melaporkan bahwa
kecelakaan lalu lintaspada tahun sebelumnya mencapai 56.600 kejadian dengan
melibatkanlebih dari 130.000 kendaraan dan mengakibatkan korban
tewasmencapai 19.216 jiwa, dan korban luka-luka lebih dari 75.000 jiwa.
Kerugian material dari kejadian ini tentunya amat besar, selain jumlahkorban
tewas yang sangat besar setiap tahunnya, yang dalam sepuluhtahun belakangan ini
jumlahnya telah melebihi jumlah korban tewasakibat Tsunami Aceh-Nias tahun
2004.
Konflik Sosial
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam etnis denganbahasa dan
budaya yang beraneka ragam pula.
Keragaman ini menjadikekayaan tersendiri, tetapi di sisi lain terkadang
menimbulkanketegangan-ketegangan sosial, yang bila tidak dikelola dengan
baikdapat menjelma menjadi konflik sosial.
Perbedaan kepercayaan danperbedaan tingkat kesejahteraan yang mencolok dapat
dimanfaatkanoleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyulut
konfliksosial, seperti di Ambon, Poso, Kalimantan Barat dan beberapa tempatlain.
Pemilihan kepala daerah belakangan mulai menimbulkan konflikdan kerusuhan
antara berbagai kelompok pendukung calon tertentu,yang di beberapa tempat dapat
berlangsung lama dan berkepanjangan.
RANGKUMAN BAB 3
PARADIGMA DAN SIKLUS PENANGGULANGAN BENCANA
Pra- Bencana
Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana, dilakukan penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan), yang merupakan
rencana umum dan menyeluruh yang meliputi seluruh tahapan / bidang kerja
kebencanaan
Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana dilakukan
penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang
didasarkan atas skenario menghadapi bencana tertentu (single hazard) maka
disusun satu rencana yang disebut Rencana Kontinjensi (Contingency Plan).
Kesimpulan
Perubahan paradigma penanggulangan bencana di Indonesia sangat terpengaruh
oleh peristiwa tsunami di Aceh Tahun 2004.
Saat ini, paradigma penanggulangan bencana di Indonesia berfokus pada aspek
pra- dan pasca-bencana.
Siklus Penanggulangan Bencana di Indonesia mengadopsi empat tahapan, yaitu
tahap tanggap-darurat, tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, tahap mitigasi dan
peningkatan kapasitas, dan tahap kesiapsiagaan.
Upaya penanggulangan bencana yang baik, akan membantu mendorong upaya
pembangunan yang baik dan berkelanjutan pula.
RANGKUMAN BAB 4
A. Pengertian Bencana
Bencana tidak akan terjadi jika tiga unsur tidak bertemu dalam satu waktu, yaitu
Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas.
Formula dasar dari Risiko Bencana yang diadopsi saat ini adalah:
R (risiko) = (Ancaman x kerentanan)/kapasitas.
Peta Kerentanan
adalah : gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi
wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset penghidupan dan
kehidupan yang dimiliki
- Peta Kapasitas
gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah
yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang dapat mengurangi risiko bencana.
- Peta Risiko Bencana
gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah
yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman,
kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah.
Metodologi
Penyusunan peta risiko bencana dilandaskan pada formula yang disepakati dalam Hyogo
Framework yang memasukkan parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas.
Risiko Bencana = Ancaman x Kerentanan/Kapasitas
V
R=Hx C
Kesimpulan
Upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan upaya yang sistematik dan
didasarkan pada analisis, dalam upaya menihilkan/mengecilkan ancaman,
menurunkan kerentanan, dan meningkatkan kapasitas;
Sendai Frameworks for Disaster Risk Reduction menjadi acuan global untuk upaya
PRB dari Tahun 2015-2030 yang memuat empat prioritas aksi;
Penurunan bahkan penihilan jumlah korban jiwa, kerugian harta benda dan
dampak negatif dari bencana menjadi hasil/dampak jangka panjang yang dituju
dalam kerangka PRB;
Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan menjadi salah satu prinsip
pelaksanaan PRB.
Pelaksanaan PRB didasarkan pada analisis risiko bencana
RANGKUMAN BAB 5
RANGKUMAN BAB 6
Paduan/regulasi kebencanaan
Komitmen bangsa Indonesia dalam penanggulangan bencana di Negara
masing-masing
Tidak ada satu pun negara yang dapat menghadapi sendiri dampak dari bencana,
karenanya kerja sama internasional memainkan peranan yang sangat penting dalam upaya
pengurangan risiko dan penanggulangan bencana baik di tingkat global, regional, nasional,
dan lokal.
Jusuf Kalla menyampaikan bahwa komitmen Indonesia dalam kerja sama
internasional telah ditunjukkan dengan berbagai inisiatif yang dilaksanakan dan dibina
dengan negara lain. Beberapa diantaranya dilakukan melalui kerangka kerja sama Selatan-
Selatan dan kerja sama triangular dengan negara-negara seperti Fiji, India, Selandia Baru,
Australia, Korea Selatan, Jepang, Swiss, Amerika Serikat, dan negara-negara ASEAN
lainnya.
Pada kunjungan ini, Jusuf Kalla juga telah bertemu pimpinan dari sejumlah
organisasi internasional yang menangani pengungsi (UNHCR), bantuan kemanusiaan
(ICRC dan IFRC), migrasi (IOM) dan Komite Olimpiade Internasional (IOC).
RANGKUMAN BAB 7
RANGKUMAN BAB 8
Banda Aceh merupakan daerah rawan bencana. Oleh karena itu, Pemerintah Kota
Banda Aceh terus berupaya meningkatkan kesiapsiagaan warga baik itu anak-anak,
kalangan remaja maupun orang dewasa dalam menghadapi dan mengantisipasi bencana.
Adapun upaya yang harus dilakukan adalah upaya edukasi dan sosialisasi mengenai
mitigasi bencana dilakukan secara masif dan berlanjut. Dalam upaya yang telah
disebutkan itu agar meningkatkan kesiapsiagaan warga dalam menghadapi bencana.
Upaya edukasi mitigasi bencana ini tidak bisa berhenti karena edukasi ini dilakukan
menyeluruh diberikan kepada semua kalangan baik itu kalangan anak-anakn kalangan
remaja maupun kalangan orang dewasa.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh juga
membentuk upaya yaitu dengan membentuk komunitas dan gampong tangguh bencana
dalam upaya mempersiapkan warganya menghadapi dan mengantisipasi bencana serta
mempersiapkan beberapa fasilitas mendukung mitigasi bencana, termasuk memasang
rambu-rambu jalur evakuasi agar masyarakat mengetahui kemana arah yang harus mereka
pergi dan mendorong pembuatan bangunan yang ramah bencana agar jika terjadi suatu
bencana masyarakat tidak akan terkena reruntuhan bangunan yang dibuat dari beton dan
dari bahan-bahan yang lain. Penguatan mitigasi bencana ini tidak hanya tanggung jawab
BPBD, tetapi ini juga tanggung jawab semua elemen masyarakat. Karena disini,
masyarakat diajak untuk menjadi individu yang tangguh dalam mengatasi bencana.
Dalam konteks kesiapsiagaan bencana, remaja juga perlu berkonsentrasi pada
pengajaran untuk mempunyai keterampilan mendengar aktif dan kemampuan persuasi
dengan penekanan pada deteksi dini perilaku bunuh diri dan pencegahannya. Tidak ada
yang tidak mungkin saat individu dihadapkan pada bencana alam yang merenggut semua
miliknya, seperti keluarga, harta dan berbagai barang berharga lainnya. Individu tersebut
bisa saja nekad untuk melakukan sesuatu yang negatif, seperti bunuh diri dan tindakan
kriminal lainnya. Untuk itu perlu bagi para remaja untuk mengetahui bagaimana cara
menghadapi bencana alam agar remaja tersebut tidak mudah putus asa atas musibah yang
menimpanya, dan para remaja dapat dimobilisasi untuk kesiapsiagaan darurat dengan
menggunakan latihan khusus untuk mengembangkan kapasitas pribadi dan tim. Oleh
karena itu, para remaja yang ada di Indonesia khususnya remaja di Aceh harus memiliki
kemampuan untuk dapat mengatasi kesiapsiagaan bencana, remaja juga perlu
berkonsentrasi pada pengajaran untuk mempunyai keterampilan mendengar aktif dan
kemampuan persuasi dengan penekanan pada deteksi dini perilaku bunuh diri dan
pencegahannya.
Jika remaja di Aceh sudah dapat mengatasi bencana tersebut, yaitu dengan
mengetahui kerentanan, gejala-gejala atau ciri-ciri dari suatu bencana, ancaman, dan
dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut maka para remaja Aceh dapat
meminimalisir atau mengurangi kerugian serta korban jiwa yang ditimbulkan dari bencana
tersebut sehingga masyarakat Aceh setidaknya dapat melewati musibah atau bencana yang
terjadi di daerah Aceh.
Tujuan khusus dari upaya kesiap-siagaan bencana adalah menjamin bahwa sistem,
prosedur, dan sumber daya yang tepat siap di tempatnya masing-masing untuk
memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi korban bencana sehingga dapat
mempermudah langkah-langkah pemulihan dan rehabilitasi layanan.
Kesiap-siagaan menghadapi bencana merupakan suatu aktivitas lintas sektor yang
berkelanjutan. Kegiatan itu membentuk suatu bagian yang tak terpisahkan dalam sistem
nasional yang bertanggung jawab untuk mengembangkan perencanaan dan program
pengelolaan bencana (pencegahan, mitigasi, kesiap-siagaan, respons, rehabilitasi atau
rekonstruksi). Sistem tersebut (namanya bervariasi sesuai negaranya) bergantung pada
koordinasi berbagai sektor yang mengemban tugas-tugas sebagai berikut:
(1) Mengevaluasi risiko yang ada pada suatu negara atau daerah tertentu terhadap
bencana;
(2) Menjalankan standar dan peraturan;
(3) Mengatur sistem komunikasi, informasi dan peringatan;
(4) Menjamin mekanisme koordinasi dan tanggapan;
(5) Menjalankan langkah-langkah untuk memastikan bahwa sumber daya keuangan dan
sumber daya lain tersedia untuk meningkatkan kesiapan dan dapat dimobilisasikan
saat situasi bencana;
(6) Mengembangkan program pendidikan masyarakat;
(7) Mengoordinasi penyampaian informasi pada media massa; dan
(8) Mengorganisasi latihan simulasi bencana yang dapat menguji mekanisme respons dan
tanggapan.
RANGKUMAN BAB 9
LINGKUNGAN HIDUP
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Lingkungan hidup disini adalah aspek abiotik, biotik dan kultural. Lingkungan hidup
disebut juga lingkungan.
Memilih
EKONOMI
EKOLOGI ( fungsi pengatur, pemelihara, pemurni, informasi ) MASALAH
Beberapa masalah lingkungan global seperti krisis air bersih menjelang tahun
2000,menurunnya stabilitas tanah, punahnya keanekaragaman plasma nutfah, makin
rusaknya ekosistem air laut sebagai akibat penangkapan,kerusakan habitat, menghangatnya
iklim bumi karena penipisan lapisan ozon, meningkatnya ancaman hujan asam akibat
pencemaran SO dan NO, ancama patogen dalam limbah domestik dan vector akuatik, dan
pertumbuhan penduduk serta urbanisasi.
RANGKUMAN 10
Perubahan iklim
Iklim adalah cuaca rata-rata pada suatu lokasi dan tahun tertentu dalam suatu jangka
panjang. Cuaca dapat berubah drastis dari hari tapi iklim diharapkan tetap relatif konstan.
Jika iklim tidak teap konstan, hal ini disebut sebagai perubahan iklim. Perubahan iklim
terjadi ketika pola berubah dengan berjalannya waktu dan ruang.
Tantangan terbesar abad 21
UUD 1945
Pasal 28 ayat 1 “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin,bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”.
Pasal 33 ayat 1 “perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,serta dengan
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
Pasal 33 ayat 3 “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar- besar”.
Pengendalian Pencemaran
Penceramaran lingkungan hidup adalah dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan yang melebihi baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pengendalian pencemaran meliputi :
pencegahan, penanggulangan, pemulihan lingkungan hidup. Pengendalian pencemaran
lingkungan dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggungjawab
usaha atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran dan tanggung jawab masing-
masing.
Instansi pemerintah
1992 (UNFCCC)
KEBIJAKAN NASIONAL
RANGKUMAN BAB 12
Manajemen risiko iklim adalah istilah yang digunakan untuk badan kerja yang
besar dan terus berkembang, menjembatani adaptasi perubahan iklim, manajemen
bencana dan sektor pembangunan, di antara banyak lainnya.
FRAMEWORK KRAPI
Analisis kerentanan
Resiko iklim adalah potensi dampak negative perubahan iklim yang merupakan
interaksi antara kerentanan, keterpaparan, dan bahaya. Kerentanan adalah
kecenderungan suatu sistem untuk mengalami dampak negatif yang yang meliputi
sensitivitas terhadap dampak negative dan kurangnya kapasitas adaptasi untuk
mengatasi dampak negatif.
V = (E.S) / AC
Keterangan :
V = vulnerability (kerentanan)
E = eksposur
S = sensitivitas
AC = kapasitas adaptasi
Api (rencana aksi jangka panjang untuk merespon dampak perubahan iklim)
PRB (manajemen risiko berdasarkan kajian risiko dan data historis
Selain kedua hubungan diatas bahawa manajemen risiko juga berhubungan
dengan bencana hydrometeorological untuk merespon proyeksi iklim.