Anda di halaman 1dari 34

Nama : Nurul Aini

Nim : 1908103010011

Jurusan/kelas: kimia/F5

RANGKUMAN BAB 1

PENGANTAR MATA KULIAH PENGETAHUAN KEBENCANAAN DAN


LINGKUNGAN

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007

• Pasal 2
 Penanggulangan bencana berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
• Pasal 3
 (1) Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
berasaskan:
1) kemanusiaan;
2) keadilan;
3) kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
4) keseimbangan, keselarasan, dan keserasian;
5) ketertiban dan kepastian hukum;
6) kebersamaan;
7) kelestarian lingkungan hidup; dan
8) ilmupengetahuandanteknologi.

Musibah Vs Bencana
Musibah adalah suatu kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa, namun
demikian ada beberapa beberapa pengertian berkenaan dengan kata musibah yang berarti
fitnah (dalam bahasa arab), musibah berarti bala, dan musibah berarti azab. Sedangkan
bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam atau nonalam,
maupun faktor manusia sehingga menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan sebagainya.

Konsepsi PRB
Konsekuensi dari ketidakmampuan mengelola ancaman atau disaster risk (R) :
R = H x V/C , di mana
H = Hazard: ancaman, kejadian berpotensi bencana
V = Vulnerability: kerentanan
C = Capacity: kapasitas
Pengurangan Risiko Bencana (PRB):

Upaya mengurangi R, dgn memperkecil V dan memperbesar C

Peran PT : pemerintah, masyarakat, dunia usaha

KerjaMultidisiplin : medis, social politik, keagamaan, engineering, sains, dll.

Pengarusutamaan PLK : MKU (konsep), kegiatan praktis, KKN tematik

Tantangan PT dalam PRB :

Perubahan paradigma (mindset)


Kreasi dan penguasaan pengetahuan
Internalisasi Pengetahuan (Know-what know-how)
Pengetahuan personal  pengetahuan kolektif
Keberlanjutan (sustaining knowledge)

RANGKUMAN BAB 2
KONSEPSI DAN SEJARAH BENCANA DI INDONESIA

ISTILAH DAN DEFINISI


1. Bencana (disaster)
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
danmengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusiasehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakanlingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
2. Penanggulangan bencana (disastermanagement)
Penyelenggaraan penanggulanganbencana adalah serangkaian upaya
yangmeliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnyabencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
3. Bahaya (hazard)
Bahaya adalah suatu keadaan alam yang menimbulkan potensi
terjadinyabencana.
4. Kerentanan (vulnerability)
Kerentanan adalah suatu keadaan yang ditimbulkan oleh kegiatan
manusia(hasil dari proses‐proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan)
yangmengakibatkan peningkatan kerawanan masyarakat terhadap bahaya
5. Kemampuan (capacity)
Kemampuan adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan
yangdimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk mempertahankandan
mempersiapkan diri mencegah, menanggulangi, meredam, sertadengan cepat
memulihkan diri dari akibat bencana.
6. Risiko (risk)
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencanapada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa
kematian,luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan
ataukehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
7. Pencegahan (prevention)
Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untukmengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui
penguranganancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
8. Mitigasi (mitigation)
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baikmelalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatankemampuan
menghadapi ancaman bencana.
9. Kesiapsiagaan (preparedness)
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untukmengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkahyang tepat guna dan berdaya guna.
10. Peringatan Dini (early warning)
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian
peringatansesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan
terjadinyabencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
11. Pemberdayaan masyarakat (community empowerment)
Pemberdayaan masyarakat adalah program atau kegiatan yang
dilakukanuntuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat
melaksanakanpenanggulangan bencana baik pada sebelum, saat maupun
sesudahbencana.

JENIS BENCANA BERDASARKAN PENYEBABNYA :


 Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
 Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
 Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan terror.

JENIS – JENIS BENCANA :

 Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung
api atau runtuhan batuan.

 Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal


dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas,
lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.

 Badai topan adalah angin kencang atau juga bisa disebut badai besar yang sangat
kuat dengan pusaran angin dengan kecepatan 120 km/jam atau lebih. Angin topan
atau badai topan bergerak mengaduk laut dibawahmya dan menyebabkan
gelombang besar yang sangat kuat.

 Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan ("tsu"
berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut
akibat gempa bumi.

 Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
 Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau
daratan karena volume air yang meningkat.

 Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang
besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.

 Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk


kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang
dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan
pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang
dibudidayakan .

 Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti


rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang
menimbulkan korban dan/atau kerugian.

 Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan
dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan
lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan
kesehatan masyarakat sekitar.

 Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba,


mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50
km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat
(3-5 menit).

 Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena


efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat
menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi
keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin
kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras.

 Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut
yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai
tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia
sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.
 Kecelakaan transportasi adalah peristiwa atau kejadian pengoperasian sarana
transportasi yang mengakibatkan kerusakan sarana transportasi tersebut, seperti
korban jiwa dan/atau kerugian harta benda.

 Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu


perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya
(unsafe conditions). Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada
macam industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses
kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.

 Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian


kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.

 Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu gerakan massal
yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang dipicu oleh
kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai
pertentangan antar suku, agama, ras (SARA).

 Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana
teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang
bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan
hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau kehancuran
terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas
publik internasional.

 Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui


subversi, penghambatan, pengacauan dan/ atau penghancuran. Dalam perang,
istilah ini digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak
berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan
terhadap beberapa sruktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan
lain-lain.

ANCAMAN (HAZARD)

Ancaman Gempa Bumi


 Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng/kulit bumi aktif yaitulempeng
Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Euro-Asia di bagianutara dan Lempeng
Pasifik di bagian Timur.

 Ketiga lempeng tersebutbergerak dan saling bertumbukan sehingga lempeng Indo-


Australiamenunjam ke bawah lempeng Euro-Asia.
 Penunjaman lempengIndo-Australia yang bergerak ke utara dengan lempeng Euro-
Asia yangbergerak ke selatan menimbulkan jalur gempabumi dan
rangkaiangunungapi aktif sepanjang Pulau Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara,belok ke utara ke Maluku dan Sulawesi Utara, sejajar dengan
jalurpenunjaman kedua lempeng.
 Daerah rawan gempabumi di Indonesia tersebar pada daerah yangterletak dekat
zona penunjaman maupun sesar aktif.

Ancaman Tsunami :

 Gempa bumi yang disebabkan oleh interaksi lempeng tektonik dapatmenimbulkan


deformasi dasar laut yang mengakibatkan gelombangpasang dan tsunami apabila
terjadi di samudera.
 Dengan wilayah yangsangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini,
Indonesiamenjadi rawan terhadap ancaman tsunami.

Ancaman Letusan Gunung Api

 Terkait dengan zona penunjaman lempeng-lempeng besar yang telahdiuraikan,


Indonesia memiliki lebih dari 500 gunungapi dengan 129 diantaranya aktif.
 Gunung-gunungapi aktif yang tersebar di PulauSumatra, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Sulawesi Utara dan KepulauanMaluku merupakan sekitar 13% dari
sebaran gunungapi aktif dunia.

Sejarah Erupsi Gunung Api di Indonesia

 Letusan gunung Tambora yangmenewaskan lebih dari 92 ribu jiwa dan Krakatau
lebih dari 36 ribuorang pada abad XIX
 Letusan Gunung KieBesi di Maluku Utara pada tahun 1760 menewaskan 2.000
korbanjiwa,
 LetusanGunung Galunggung tahun 1822 menewaskan 4.011korban jiwa.
 LetusanGunung Papandayan tahun 1772 menewaskan 2.951 korban jiwa di Jawa
Barat.
 LetusanGunung Kelud pada tahun 1919 mengakibatkan 5.190 korban jiwa
danletusan tahun 1966 dengan 210 korban jiwa.
 Di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah pada tahun 1983 terjadi letusandahsyat
Gunung Colo yang mengakibatkan hancurnya sumbat lava
sertamembumihanguskan sekitar 2/3 wilayah Pulau Una-Una tempat lokasiGunung
Colo.
 Di wilayah Yogyakarta letusan Gunung Merapitahun 928 mengakibatkan Kerajaan
Mataram hancur, letusan tahun1930 mengakibatkan 1.369 orang korban jiwa dan
letusan tahun 1972menewaskan lebih dari 3.000 orang.

Ancaman Gerakan Tanah

 Hampir setiap tahunIndonesia mengalami kejadian gerakan tanah (longsor) yang


mengakibatkanbencana.
 Korban dan kerugian besar pada umumnya terjadi padagerakan tanah jenis aliran
bahan rombakan atau banjir bandang, sepertiterjadi di Nias (2001) dan Bohorok
Sumatra Utara (2005), SulawesiTengah (2007), Sumatra Barat (2008) dan terakhir
di Situ Gintung,Banten (2009), yang mengakibatkan 82 orang tewas, 103 orang
hilang,179 orang luka-luka dan 250 buah rumah hancur/rusak.
 Hampir semuapulau utama di Indonesia memiliki beberapa kabupaten dan kota
yangrawan pergerakan tanah, kecuali Pulau Kalimantan yang hanya memilikidua
kabupaten yang rawan, yakni Kabupaten Murung Raya diKalimantan Tengah dan
Kabupaten Malinau di Kalimantan Timur.

Kegagalan Teknologi
 Kegagalan teknologi juga sudah mulai mengancam Indonesia. Kejadian ini
dapatmenimbulkan dampak berupa kebakaran, pencemaran bahan kimiaberbahaya
atau bahan radioaktif, kecelakaan industri, atau kecelakaantransportasi yang
menimbulkan korban tewas serta kerugian hartabenda.
 Salah satu kegagalan teknologi yang memicu bencana alam yangsampai kini
belum teratasi adalah kegagalan pengeboran di Sidoarjoyang menimbulkan luapan
lumpur dari perut bumi.
 Kecelakaan tambangseperti ledakan gas metana (CH4) yang terjadi di tambang
batubara P.T.Bukit Asam, Sawahlunto, Sumatra Barat, tanggal 16 Juni
2009,mengakibatkan 32 korban jiwa dan luka parah/ringan 13 orang.
 Dalam hal kegagalan teknologi, perhatian serius perlu diberikan padajumlah
korban jiwa dan kerugian yang sangat besar yang ditimbulkanoleh kecelakaan
transportasi.
 Data statistik tahun 2008 dariKementerian Perhubungan melaporkan bahwa
kecelakaan lalu lintaspada tahun sebelumnya mencapai 56.600 kejadian dengan
melibatkanlebih dari 130.000 kendaraan dan mengakibatkan korban
tewasmencapai 19.216 jiwa, dan korban luka-luka lebih dari 75.000 jiwa.
 Kerugian material dari kejadian ini tentunya amat besar, selain jumlahkorban
tewas yang sangat besar setiap tahunnya, yang dalam sepuluhtahun belakangan ini
jumlahnya telah melebihi jumlah korban tewasakibat Tsunami Aceh-Nias tahun
2004.

Epidemi dan Wabah Penyakit


 Epidemi dan wabah penyakit merupakan hal yang potensial timbul diIndonesia,
mengingat banyaknya penduduk Indonesia yang masih hidupdi bawah garis
kemiskinan dan tidak dapat hidup sehat dan higienissecara memadai.
 Berjangkitnya penyakit dapat mengancam manusiamaupun hewan ternak dan
berdampak serius dalam bentuk kematiandan terganggunya roda perekonomian.
 Beberapa kejadian Flu Burungsudah teridentifikasi di Sumatra Utara dan Barat,
Lampung, Banten, DKIJakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
 Diare dan DBD juga menduduki peringkat tingggi pada kasus Kejadian Luar Biasa
(KLB).

Konflik Sosial
 Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam etnis denganbahasa dan
budaya yang beraneka ragam pula.
 Keragaman ini menjadikekayaan tersendiri, tetapi di sisi lain terkadang
menimbulkanketegangan-ketegangan sosial, yang bila tidak dikelola dengan
baikdapat menjelma menjadi konflik sosial.
 Perbedaan kepercayaan danperbedaan tingkat kesejahteraan yang mencolok dapat
dimanfaatkanoleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyulut
konfliksosial, seperti di Ambon, Poso, Kalimantan Barat dan beberapa tempatlain.
 Pemilihan kepala daerah belakangan mulai menimbulkan konflikdan kerusuhan
antara berbagai kelompok pendukung calon tertentu,yang di beberapa tempat dapat
berlangsung lama dan berkepanjangan.
RANGKUMAN BAB 3
PARADIGMA DAN SIKLUS PENANGGULANGAN BENCANA

Penanggulangan Bencana di Dunia


 Penanggulangan bencana baru menjadi fokus dunia setelah Tahun 1960.
 Peristiwa gempabumi di Iran Tahun 1962 yang menimbulkan korban jiwa hingga
12 ribu jiwa mendorong Organisasi PBB mengeluarkan Resolusi khusus terkait itu
No. 1753.
 Tahun 1971, PBB memutuskan agar upaya penanggulangan bencana lebih menjadi
agenda dunia dengan sebuah badan PBB yang diberinama United Nations for
Disaster Reliefs Office (UNDRO)
 Hingga Tahun 2002, dunia lebih berfokus pada upaya tanggap-darurat dan
pemulihan pasca bencana dalam melihat upaya penanggulangan bencana.

Paradigma Penanggulangan Bencana


 Cara pandang/cara pikir dalam melihat bencana di Indonesia mengalami perubahan
yang drastis setelah UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
 Cara pandang (paradigma) akan mempengaruhi:
 Cara merencanakan;
 Cara menilai sebuah situasi
 Cara mengatasi sebuah bencana
 Cara mencegah sebuah bencana

Proses Perubahan Paradigma PB di Indonesia


 Perubahan drastis penanggulangan bencana di Indonesia dipicu oleh Peristiwa
Gempabumi dan Tsunami di Aceh tahun 2004.
 Peristiwa tsunami di Aceh setidaknya mempengaruhi:
o Perubahan kelembagaan dan peraturan/perundang-undangan terkait
Penanggulangan Bencana;
o Penetapan siklus penetapan bencana;
o Penganggaran penanggulangan bencana yang tidak berfokus pada respons;
o Upaya Pengurangan Risiko Bencana sebagai bagian dari investasi
pembangunan

Perubahan Paradigma di Sektor Kelembagaan


 Setelah Tahun 2007, Penanggulangan Bencana dianggap sebagai upaya yang harus
dilakukan secara struktural, terencana, dan permanen.
 Sebelum Tahun 2007, PB di Indonesia mengacu pada Keputusan Presiden
(Kepres ) No. 109 tahun 1999 tentang Badan Koordinasi Penanggulangan
Bencana.
 Pada bentuk yang lama, Bakornas PB ditetapkan sebagai lembaga non-struktural.
Aktivitasnya berfokus pada respon dan berada di bawah unit departemen/dinas lain
yang memiliki tugas beragam dan tidak terfokus pada penanggulangan bencana.
 Sebelum Tahun 2007, Penanggulangan Bencana dilakukan oleh:
• BAKORNAS PB (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana)
di tingkat Nasional;
• SATKORLAK PB (Satuan Koordinasi PB di tingkat Provinsi; dan
• SATLAK PB (Satuan Pelaksana PB) di tingkat Kabupaten Kota.

Sejarah Perubahan Paradigma PB\


Perubahan paradigma PB di Indonesia juga erat kaitannya dengan perubahan
paradigma dunia dalam melihat penanggulangan bencana.
• 1960-1970: Dunia melihat bencana hanya karena proses fisik ancaman dan akibat
yang ditimbulkan.
• 1970-1990 :Dunia mulai melihat bencana sebagai proses yang juga dipengaruhi
oleh situasi pra-bencana.
• 2002-2015 :Dunia melihat pentingnya upaya pengurangan risiko bencana yang
sedianya dilaksanakan sebelum kejadian bencana.
• 2015 (Sendai Frameworks for Disaster Risk Reduction/SFDRR :Dunia melihat
upaya penanggulangan bencana sebagai bagian dari upaya pembangunan yang
berkelanjutan.

Perbedaan Paradigma Lama dan Baru dalam Penanggulangan Bencana


Paradigma Lama :
– Berfokus pada tanggap darurat
– Perlindungan adalah upaya yang dilakukan pemerintah
– Penangganan bencana sebagai hal yang luar biasa
– Penanggulangan bencana merupakan wilayah kerja pemerintah
Paradigma Baru :
– Manajemen risiko
– Perlindungan merupakan bagian dari hak asasi manusia
– Penanggulangan bencana merupakan bagian dari aktivitas rutin keseharian
dan bagian dari upaya pembangunan
– Kesempatan keterlibatan masyarakat, LSM, dan sector swasta dalam upaya
penaggulangan bencana.

Siklus Penanggulangan Bencana


 Siklus penanggulangan bencana menjelaskan:
– Tahap-tahap penanggulangan bencana
– Objek yang harus dikerahkan/dimaksimalkan dalam tahapan tersebut
– Para pelaku setiap tahapan yang wajib dan diharapkan terlibat dalam proses
tersebut.
 Pentingnya memahami siklus penanggulangan bencana adalah:
– Memberi arahan pada keutamaan aksi yang berbeda di setiap tahap;
– Menjelaskan peran setiap pelaku penanggulangan bencana;
– Efisiensi dan efektifitas upaya penanggulangan bencana;
– Menyeimbangkan proses pra dan pasca bencana.
 Siklus penanggulangan bencana yang diadopsi Indonesia saat ini sangat
dipengaruhi oleh perubahan paradigma bencana yang dijelaskan terdahulu.

Tahapan Penanggulangan Bencana


Pada dasarnya penyelenggaraan adalah tiga tahapan yakni :
– Pra bencana yang meliputi:
• situasi tidak terjadi bencana
• situasi terdapat potensi bencana
– Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
– Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana

Pra- Bencana
 Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana, dilakukan penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan), yang merupakan
rencana umum dan menyeluruh yang meliputi seluruh tahapan / bidang kerja
kebencanaan
 Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana dilakukan
penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang
didasarkan atas skenario menghadapi bencana tertentu (single hazard) maka
disusun satu rencana yang disebut Rencana Kontinjensi (Contingency Plan).

Selama dan Pasca Bencana


 Pada Saat Tanggap Darurat dilakukan Rencana Operasi (Operational Plan) yang
merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau Rencana
Kontinjensi yang telah disusun sebelumnya.
 Pada Tahap Pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan (Recovery
Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada
pasca bencana. Sedangkan jika bencana belum terjadi, maka untuk mengantisipasi
kejadian bencana dimasa mendatang dilakukan penyusunan petunjuk /pedoman
mekanisme penanggulangan pasca bencana.

Contoh Kegiatan Kesiapsiagaan


 Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
 Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor Penanggulangan
bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).
 Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna
mendukung tugas kebencanaan.
Contoh Kegiatan Tanggap Darurat
 pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan
sumber daya;
 penentuan status keadaan darurat bencana;
 penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
 perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
 pemulihan dengan segera prasarana dan saranavital.

Contoh Kegiatan Rehabilitasi


 perbaikan lingkungan daerah bencana;
 perbaikan prasarana dan sarana umum;
 pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
 pemulihan sosial psikologis;
 pelayanan kesehatan;
 pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya; dan
 pemulihan fungsi pelayanan publik

Contoh Kegiatan Rekonstruksi


 pembangunan kembali prasarana dan sarana;
 pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
 penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik
dan tahan bencana;
 partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha
dan masyarakat;
 peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; peningkatan fungsi pelayanan
publik;atau peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

Kesimpulan
 Perubahan paradigma penanggulangan bencana di Indonesia sangat terpengaruh
oleh peristiwa tsunami di Aceh Tahun 2004.
 Saat ini, paradigma penanggulangan bencana di Indonesia berfokus pada aspek
pra- dan pasca-bencana.
 Siklus Penanggulangan Bencana di Indonesia mengadopsi empat tahapan, yaitu
tahap tanggap-darurat, tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, tahap mitigasi dan
peningkatan kapasitas, dan tahap kesiapsiagaan.
 Upaya penanggulangan bencana yang baik, akan membantu mendorong upaya
pembangunan yang baik dan berkelanjutan pula.

RANGKUMAN BAB 4

KONSEP PENGURANGAN RISIKO BENCANA

A. Pengertian Bencana
 Bencana tidak akan terjadi jika tiga unsur tidak bertemu dalam satu waktu, yaitu
Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas.
 Formula dasar dari Risiko Bencana yang diadopsi saat ini adalah:
R (risiko) = (Ancaman x kerentanan)/kapasitas.

B. Pengurangan Risiko Bencana


upaya mengurangi risiko bencana dapat dijalankan dengan tiga alternatif, yaitu:
• Meniadakan ancaman/menurunkan intensitas ancaman;
• Menurunkan tingkat kerentanan; atau
• Meningkatkan kapasitas.

C. Pengertian Pengurangan Risiko Bencana (PRB)


PRB adalah sebuah konsep sekaligus sebuah praktek dalam mengurangi risiko-risiko
bencana melalui upaya yang sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor
penyebab bencana, termasuk mengurangi keterpaparan dari sisi ancaman, mengurangi
kerentanan orang dan kekayaan, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana,
dan peningkatan kesiapsiagaan terhadap peristiwa-peristiwa yang berdampak negatif.

D. Tujuh Prinsip Tata Laksana Risiko Bencana


 Menjadikan manajemen risiko bencana sebagai prioritas kebijakan;
 Menghasilkan komitmen secara politik yang kemudian diterjemahkan menjadi
upaya untuk mempromosikan PRB;
 Pengelola Risiko Bencana haruslah menjadi tanggung-jawab multi-sektor;
 Akuntabilitas dalam menilai kerugian yang ditimbulkan akibat bencana;
 Mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan untuk PRB;
 Menegakkan pelaksanaan manajemen risiko bencana dan upaya PRB;
 Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, meningkatkan sensitivitas gender,
dan memfasilitas partisipasi masyarakat dan sektor swasta.
Risiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat ancaman
dan kerentanan pada suatu wilayah.
Analisis risiko bencana dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah
metode pemetaan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG).
Di tuangkan ke dalam bentuk :
 Peta Ancaman 
gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah
yang memiliki suatu ancaman atau bahaya tertentu.

 Peta Kerentanan
adalah : gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi
wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset penghidupan dan
kehidupan yang dimiliki
- Peta Kapasitas
gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah
yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang dapat mengurangi risiko bencana.
- Peta Risiko Bencana 
gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah
yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman,
kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah.

Parameter dan indikator masing-masing análisis risiko


- Parameter Ancaman
- Parameter Kerentanan
- Parameter Kerentanan
Sifat Peta Risiko
- Dinamis
- Partisipatif
- Akuntabel

Manfaat Risk Map


• Terpetakannya sebaran-sebaran ancaman yang ada, kondisi kerentanan dan
kapasitas aset penghidupan dan kehidupan  masyarakat (aset alam, aset ekonomi, aset
manusia, aset infrastruktur, dan aset sosial) yang berada di darah rawan bencana.
• Sebagai alat análisis risiko bencana berbasis spasial dan database meliputi análisis
ancaman dan sebarannya, análisis kerentanan dan análisis kapasitas dari masing-masing
ancaman yang ada di suatu wilayah
• Untuk análisis risiko pada suatu wilayah berdasarkan ancaman yang ada sebagai
dasar pijakan bagi pemerintah dalam membuat perencanaan penanggulangan bencana,
meliputi kebijakan PB, RAD, RPB, Kontinjensi

Metodologi
Penyusunan peta risiko bencana dilandaskan pada formula yang disepakati dalam Hyogo
Framework yang memasukkan parameter  ancaman, kerentanan dan kapasitas.
Risiko Bencana = Ancaman x Kerentanan/Kapasitas
V
R=Hx C

Kesimpulan
 Upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan upaya yang sistematik dan
didasarkan pada analisis, dalam upaya menihilkan/mengecilkan ancaman,
menurunkan kerentanan, dan meningkatkan kapasitas;
 Sendai Frameworks for Disaster Risk Reduction menjadi acuan global untuk upaya
PRB dari Tahun 2015-2030 yang memuat empat prioritas aksi;
 Penurunan bahkan penihilan jumlah korban jiwa, kerugian harta benda dan
dampak negatif dari bencana menjadi hasil/dampak jangka panjang yang dituju
dalam kerangka PRB;
 Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan menjadi salah satu prinsip
pelaksanaan PRB.
 Pelaksanaan PRB didasarkan pada analisis risiko bencana

RANGKUMAN BAB 5

PARAMETER ANALISIS DAN PEMETAAN RISIKO BENCANA

A. Pengkajian Risiko Bencana


 Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan
potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang
melanda.
 Potensi dampak negatif yang timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan dan
kapasitas kawasan tersebut.
 Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa yang terpapar, kerugian
harta benda, dan kerusakan lingkungan.
Risiko bencana = Ancaman = kerentanan/kapasitas.
 Tingkat risiko bencana amat bergantung pada :
– Tingkat ancaman kawasan;
– Tngkat kerentanan kawasan yang terancam;
– Tingkat kapasitas kawasan yang terancam.
 Upaya pengurangan risiko bencana berupa :
– Memperkecil ancaman kawasan;
– Mengurangi kerentanan kawasan yang terancam;
– Meningkatkan kapasitas kawasan yang terancam.

B. Prinsip Pengkajian Risiko Bencana


 Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada;
 Integrasianalisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli dengan kearifan
lokal masyarakat;
 Kemampuan untukmenghitungpotensi jumlah jiwa terpapar, kerugian harta
benda dan kerusakan lingkungan;
 Kemampuan untukditerjemahkanmenjadi kebijakan pengurangan risiko
bencana.

C. Fungsi Pengkajian Risiko Bencana


 Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan
sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana.
 Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana
digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun intervensi
teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko bencana.
 Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana
digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam rangka
kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi, pengambilan
keputusan daerah tempat tinggal dan sebagainya.

D. Hubungan Kajian Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional, serta Masa


Berlakunya
 Idealnya pengkajian dimulai dari tingkat kabupaten/kota. Hasil seluruh kajian
kabupaten/kota kemudian dikompilasi di tingkat provinsi. Hasil seluruh kajian
tingkat provinsi kemudian dikompilasi di tingkat nasional.
 Masa berlaku kajian risiko bencana daerah adalah 5 tahun.
 Masa perencanaan penanggulangan bencana adalah selama 5 tahun. Kajian risiko
bencana dapat ditinjau secara berkala setiap 2 tahun atau sewaktu-waktu apabila
terjadi bencana dan kondisi ekstrim yang membutuhkan revisi dari kajian yang
telah ada.

E. Pengkaji Risiko Bencana


Pengkajian risiko bencana dapat dilaksanakan oleh lembaga mana pun
 Akademisi
 Dunia usaha maupun
 LSM atau pun organisasi lainnya asal tetap dibawah tanggung jawab pemerintah
dan pemerintah daerah dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan oleh
BNPB.

F. Kajian Risiko Bencana


Sebelum menghitung risiko, dibandingkan dulu antara kerentaan dan kapasitas,
yang hasilnya baru dibandingan dengan ancaman untuk menghasilkan tingkat
risiko.

RANGKUMAN BAB 6

LEMBAGA /ORGANISASI DAN PADUAN /REGULASI KEBENCANAAN

 Lembaga/organisasi dalam manajemen bencana


 Sistem manajemen bencana di Indonesia

Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap


meliputi:
Pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta
peringatan dini;
– Pencegahan (prevension); upaya untuk menghilangkan atau mengurangi
kemungkinan timbulnya suatu ancaman. Misalnya : pembuatan bendungan untuk
menghindari terjadinya banjir, biopori, penanaman tanaman keras di lereng bukit
untuk menghindari banjir dsb. Namun perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa
100% efektif terhadap sebagian besar bencana.
– Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak
buruk dari suatu ancaman. Misalnya : penataan kembali lahan desa agar terjadinya
banjir tidak menimbulkan kerugian besar.
– Kesiap-siagaan (preparedness); yaitu persiapan rencana untuk bertindak ketika
terjadi(atau kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan
terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat danidentifikasi atas sumber
daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat
mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.

Tanggap Darurat (Emergency Response), saat terjadi bencana yang mencakup


kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti
kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian;

Pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan


rekonstruksi.
– Pemulihan (recovery);adalah suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok
terpenuhi. Proses recovery terdiri dari:
– Rehabilitasi : perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang sifatnya sementara
atau berjangka pendek.
– Rekonstruksi : perbaikan yang sifatnya permanen

 Paduan/regulasi kebencanaan
 Komitmen bangsa Indonesia dalam penanggulangan bencana di Negara
masing-masing
Tidak ada satu pun negara yang dapat menghadapi sendiri dampak dari bencana,
karenanya kerja sama internasional memainkan peranan yang sangat penting dalam upaya
pengurangan risiko dan penanggulangan bencana baik di tingkat global, regional, nasional,
dan lokal.
Jusuf Kalla menyampaikan bahwa komitmen Indonesia dalam kerja sama
internasional telah ditunjukkan dengan berbagai inisiatif yang dilaksanakan dan dibina
dengan negara lain. Beberapa diantaranya dilakukan melalui kerangka kerja sama Selatan-
Selatan dan kerja sama triangular dengan negara-negara seperti Fiji, India, Selandia Baru,
Australia, Korea Selatan, Jepang, Swiss, Amerika Serikat, dan negara-negara ASEAN
lainnya.

Pada kunjungan ini, Jusuf Kalla juga telah bertemu pimpinan dari sejumlah
organisasi internasional yang menangani pengungsi (UNHCR), bantuan kemanusiaan
(ICRC dan IFRC), migrasi (IOM) dan Komite Olimpiade Internasional (IOC).

RANGKUMAN BAB 7

LEMBAGA/ ORGANISASI DALAM MANAJEMEN BENCANA

1. Kompleksitas Manajemen Bencana


Bencana adalah kejadianyang luar biasa yang menimbulkan dampak
burukkemanusiaan, ekonomi, dan lingkungan diluar kemampuan masyarakat yang
tertimpa bencana untuk menanggulanginya
Dampak tersebut biasanya berskala massif dan bersifat multi-sektoral sehingga
membutuhkan pendekatan multi-sektoral & multi-disiplin dalam
penanggulangannya.
Lembaga Kebencanaan PBB, UNISDR (2005) dalam Kerangka Aksi Hyogo
menekankan pentingnya pengembangan dan penguatan mekanisme dan kapasitas
lembaga2 untuk membangun ketangguhan masyarakat dan bangsa terhadap bencana.
Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana juga menekankan pentingnya
kerjasama dan kemitraan lintas sektoral antar pemangku kepentingan pada tataran
lokal, nasional, dan regional/ global untuk terlaksananya program pengurangan
risiko bencana dan pembangunan yang berkelanjutan.
Peran organisasi/lembaga dalam manajemen bencana menjadi sangat krusial seiring
dengan perubahan paradigma penanggulangan bencana khususnya di Indonesia, dari
yang bersifat Reaktif Responsif pada saat kejadian bencana MENJADI Proaktif,
Preventif, dan Antisipatif sebelum terjadinya bencana (saat diketahui adanya
ancaman bencana). Siklus Manajemen Bencana menunjukkan aktivitas yang
seimbang dalam manajemen bencana pada fase Pra- dan Pasca-Bencana.

2. Jenis Lembaga Berdasarkan Peran Utama dalamManajemen Bencana


1. KEBIJAKAN (Policy making):
UNISDR: United Nations International Strategy for Disaster Reduction
BNPB: Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia
BPBD: Badan Penanggulangan Bencana Daerah: BPBA, BPBD Kota
NDMA: National Disaster Management Authority India
FEMA: Federal Emergency Management Agency USA
2. ADVOKASI dan SOSIALISASI Kebencanaan :
IOTIC: Indian Ocean Tsunami Information Center UNESCO Indonesia
IRP: International Recovery Platform UNISDR Japan
ADPC: Asian Disaster Preparedness Center Thailand
TDMRC: Tsunami and Disaster Mitigation Research Center Unsyiah
LIPI: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
NIWA: National Institute of Water and AtmosphericResearch New Z.
3. EARLY WARNING (Peringatan Dini) :
BMKG: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia
JMA: Japan Meteorological Agency
PTWC: Pacific Tsunami Warning Center Hawaii, USA
NOAA: National Oceanic and Atmospheric Administration USA
RIMES: Regional Integrated Multi-Hazard Early Warning System 
Thailand: Bangladesh, Cambodia, PNG, Sri Lanka, Timor Leste.
4. RISET/ Pendidikan Kebencanaan
TDMRC-Unsyiah
LIPI: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Pusat Studi Bencana ITB Bandung
BPPT: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
BPDP-BPPT: Badan Pengkajian Dinamika Pantai  Yogyakarta
PARI: Port and Airport Research Institute Japan
KobeUniversity Japan
EOS:EarthObservatoryofSingapore
5. DONOR/ Penyandang Dana
AUSAID: Australian Agency for International Development
JICA: Japan International Cooperation Agency
USAID: United States Agency for International Development
World Bank – MDF: Multi-Donor Trust Fund
CIDA: Canadian International Development Agency
NORAD: Norwegian Agency for Development Cooperation
6. Pelaksana Program Kebencanaan/ Implementing Agent
Islamic Relief, Save the Children,PMI, UNDP, Yayasan Lamjabat, Yayasan Lebah,
IOM, TDMRC.

SISTEM MANAJEMEN BENCANA INDONESIA


1. Perubahan ParadigmaManajemen Bencana Di Indonesia
FaktorPendorong :
 Urgensi dalam meneruskan proses pemulihan pasca tsunami 2004
 Indonesia adalah negara yang sangat rentan bencana
 Frekuensi dan intensitas bencana meningkat
 Bencana menyebabkan kehilangan nyawa manusia, aset aset pembangunan, dan
terjadinya degradasi lingkungan yang diperparah oleh perubahan iklim global.
Era Pra UU 24/2007
 Fatalistik, Reaktif
 Fokus pada Tanggap Darurat Saja
 Tersentralisir
 Tidak Partisipatif
 Rencana pemulihandibuat pasca bencana terjadi.
Era Pasca UU 24/2007
 Terencana baik, Proaktif
 Berbasis PRB
 Adanya Otonomi Daerah
 Partisipatif
 Rencana pemulihan dibuat sebelum bencana terjadi
2. Perencanaan
 Pengintegrasian program Pengurangan Risiko Bencana (PRB) kedalam Perencanaan
Pembangunan di tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota Rencana
Pembangunan Jangka Menengah & Jangka Panjang
 Penyusunan Rencana Aksi Nasional untuk PRB
 Penyusunan Rencana Aksi Daerah untuk PRB
 Penyusunan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana
 Penyusunan Rencana Kontijensi
 Penyusunan Rencana Pemulihan Pasca Bencana.

RANGKUMAN BAB 8

KESIAPSIAGAAN DALAM MENGHADAPI BENCANA PADA KALANGAN


REMAJA ACEH

Banda Aceh merupakan daerah rawan bencana. Oleh karena itu, Pemerintah Kota
Banda Aceh terus berupaya meningkatkan kesiapsiagaan warga baik itu anak-anak,
kalangan remaja maupun orang dewasa dalam menghadapi dan mengantisipasi bencana.
Adapun upaya yang harus dilakukan adalah upaya edukasi dan sosialisasi mengenai
mitigasi bencana dilakukan secara masif dan berlanjut. Dalam upaya yang telah
disebutkan itu agar meningkatkan kesiapsiagaan warga dalam menghadapi bencana.
Upaya edukasi mitigasi bencana ini tidak bisa berhenti karena edukasi ini dilakukan
menyeluruh diberikan kepada semua kalangan baik itu kalangan anak-anakn kalangan
remaja maupun kalangan orang dewasa.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh juga
membentuk upaya yaitu dengan membentuk komunitas dan gampong tangguh bencana
dalam upaya mempersiapkan warganya menghadapi dan mengantisipasi bencana serta
mempersiapkan beberapa fasilitas mendukung mitigasi bencana, termasuk memasang
rambu-rambu jalur evakuasi agar masyarakat mengetahui kemana arah yang harus mereka
pergi dan mendorong pembuatan bangunan yang ramah bencana agar jika terjadi suatu
bencana masyarakat tidak akan terkena reruntuhan bangunan yang dibuat dari beton dan
dari bahan-bahan yang lain. Penguatan mitigasi bencana ini tidak hanya tanggung jawab
BPBD, tetapi ini juga tanggung jawab semua elemen masyarakat. Karena disini,
masyarakat diajak untuk menjadi individu yang tangguh dalam mengatasi bencana.
Dalam konteks kesiapsiagaan bencana, remaja juga perlu berkonsentrasi pada
pengajaran untuk mempunyai keterampilan mendengar aktif dan kemampuan persuasi
dengan penekanan pada deteksi dini perilaku bunuh diri dan pencegahannya. Tidak ada
yang tidak mungkin saat individu dihadapkan pada bencana alam yang merenggut semua
miliknya, seperti keluarga, harta dan berbagai barang berharga lainnya. Individu tersebut
bisa saja nekad untuk melakukan sesuatu yang negatif, seperti bunuh diri dan tindakan
kriminal lainnya. Untuk itu perlu bagi para remaja untuk mengetahui bagaimana cara
menghadapi bencana alam agar remaja tersebut tidak mudah putus asa atas musibah yang
menimpanya, dan para remaja dapat dimobilisasi untuk kesiapsiagaan darurat dengan
menggunakan latihan khusus untuk mengembangkan kapasitas pribadi dan tim. Oleh
karena itu, para remaja yang ada di Indonesia khususnya remaja di Aceh harus memiliki
kemampuan untuk dapat mengatasi kesiapsiagaan bencana, remaja juga perlu
berkonsentrasi pada pengajaran untuk mempunyai keterampilan mendengar aktif dan
kemampuan persuasi dengan penekanan pada deteksi dini perilaku bunuh diri dan
pencegahannya.
Jika remaja di Aceh sudah dapat mengatasi bencana tersebut, yaitu dengan
mengetahui kerentanan, gejala-gejala atau ciri-ciri dari suatu bencana, ancaman, dan
dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut maka para remaja Aceh dapat
meminimalisir atau mengurangi kerugian serta korban jiwa yang ditimbulkan dari bencana
tersebut sehingga masyarakat Aceh setidaknya dapat melewati musibah atau bencana yang
terjadi di daerah Aceh.
Tujuan khusus dari upaya kesiap-siagaan bencana adalah menjamin bahwa sistem,
prosedur, dan sumber daya yang tepat siap di tempatnya masing-masing untuk
memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi korban bencana sehingga dapat
mempermudah langkah-langkah pemulihan dan rehabilitasi layanan.
Kesiap-siagaan menghadapi bencana merupakan suatu aktivitas lintas sektor yang
berkelanjutan. Kegiatan itu membentuk suatu bagian yang tak terpisahkan dalam sistem
nasional yang bertanggung jawab untuk mengembangkan perencanaan dan program
pengelolaan bencana (pencegahan, mitigasi, kesiap-siagaan, respons, rehabilitasi atau
rekonstruksi). Sistem tersebut (namanya bervariasi sesuai negaranya) bergantung pada
koordinasi berbagai sektor yang mengemban tugas-tugas sebagai berikut:
(1) Mengevaluasi risiko yang ada pada suatu negara atau daerah tertentu terhadap
bencana;
(2) Menjalankan standar dan peraturan;
(3) Mengatur sistem komunikasi, informasi dan peringatan;
(4) Menjamin mekanisme koordinasi dan tanggapan;
(5) Menjalankan langkah-langkah untuk memastikan bahwa sumber daya keuangan dan
sumber daya lain tersedia untuk meningkatkan kesiapan dan dapat dimobilisasikan
saat situasi bencana;
(6) Mengembangkan program pendidikan masyarakat;
(7) Mengoordinasi penyampaian informasi pada media massa; dan
(8) Mengorganisasi latihan simulasi bencana yang dapat menguji mekanisme respons dan
tanggapan.

RANGKUMAN BAB 9

PENGENALAN TENTANG KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN ISU


PERUBAHAN IKLIM

LINGKUNGAN HIDUP

 Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Lingkungan hidup disini adalah aspek abiotik, biotik dan kultural. Lingkungan hidup
disebut juga lingkungan.

 Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya sumber


daya air, udara, dan tanah seperti kerusakan ekosistem dan punah nya fauna liar.

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


 BUTSARMAN

 Hayati ( pangan, air seperti minuman dll )

 Manusiawi ( papan, sandang, pendidikan, pekerjaan )

 Memilih

STRATEGI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR

 EKONOMI
 EKOLOGI ( fungsi pengatur, pemelihara, pemurni, informasi ) MASALAH

LINGKUNGAN YANG TERJADI AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA

 Perubahan iklim ( pemanasan global )


 Konservasi (kepunahan spesies )
 Bendungan (dampak lingkungan dari bendungan )
 Energi (konservasi energy)
 Rekayasa genetik
 Pertanian intensif
 Degrasi lahan
 Penggunaan lahan
 Nanoteknologi
 Masalah nuklir
 Populasi berlebihan
 Penipisan ozon
 Polusi (air, udara, tanah)
 Hilangnya SDA
 Racun
 Limbah
 Kebakaran hutan

RUANG LINGKUP MASALAH LINGKUNGAN

 Tingkat global ( menipisnya ozon, meningkat co2, bumi makin panah)


 Tingkat benua ( perusakan hutan tropis)
 Tingkat fluvial (pelestarian kawasan lindung)
 Tingkat antar daerah (pencemaran lingkungan)
 Tingkat lokal (sampah kota,kebisingan)

MASALAH LINGKUNGAN GLOBAL

Beberapa masalah lingkungan global seperti krisis air bersih menjelang tahun
2000,menurunnya stabilitas tanah, punahnya keanekaragaman plasma nutfah, makin
rusaknya ekosistem air laut sebagai akibat penangkapan,kerusakan habitat, menghangatnya
iklim bumi karena penipisan lapisan ozon, meningkatnya ancaman hujan asam akibat
pencemaran SO dan NO, ancama patogen dalam limbah domestik dan vector akuatik, dan
pertumbuhan penduduk serta urbanisasi.

MASALAH LINGKUNGAN TINGKAT ASEAN


 Konversi alam dan ekosistem
 Lingkungan laut, pendidikan dan latihan
 Pengelola lingkungan
 Industri dan pencemarans serta informasi
Masalah lingkungan tingkat nasional sama hanya berbeda dalam corak, bobot, dan besaran.

Berikut adalah beberapa kerusakan lingkungan


 Pencemaran air ,tanah, udara akibat industri
 Kebakaran hutan
 Kelaparan dan kukarangan gizi
 Banjir dan tanah longsor
 Kerusakan hutan akibat illegal logging
PENYEMPURNAAN GERAK PEMBANGUNAN
 Pembangunan harus mampu memelihara kemampuan fungsi
 Pembangunan berkelanjutan
 Undang –undang dan peratuaran
 UU No. 4/1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup
 UU No. 5/1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
 UU No. 23/1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup

RANGKUMAN 10

KARAKTERISTIK KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN IKLIM

Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam

 Letusan gunung berapi


hujan vulkanik dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan dengan letusan gunung
tersebut bisa menyebabkan kerusakan-kerusakan lainnya. Seperti awan panas yang
dapat membuat semua makhluk hidup yang melaluinya mati.
 Gempa bumi
Berbagai bangunan roboh, tanah merekah , jalan jadi putus, tanah longsor dan terjadinya
tsunami akibat guncangan terjadi.
 Angin topan
Merobohkan bangunan, rusak areal pertanian dab perkebunan, membahayakan
penerbangan, dan dapat menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.

Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia


Kerusakan tersebut seperti terjadinya pencemaran, terjadinya banjir sebagai dampak
buruknya drainase atau sistem pembangunan air, terjadinya tanah longsor sebagai dampak
langsung dari rusaknya hutan seperti penebangan hutan hutan secara liar, pemburuan liar,
merusak hutan bakau, pemanfaatan sumber saya alam dan lain sebagainya.

Masalah Lingkungan Global saat ini


 Penipisan ozon
 Pemanasan global
 Perubahan iklim

Pentingnya ozon untuk kehidupan bumi


Matahari setiap harinya meradiasikan energinya ke buni. Salah satu bentuk energinya adalah
radiasi ultraviolet, yang juga dikenal sebagai sinar UV. Sinat UV bergelombang energinya
relatif tinggi yang memanaskan bumi.

Pentingnya lapisan ozon


Lapisan ozon distratosfer secara sempurna menahan sinar UV-C dan menghilagkan
sebagian besar sinar UV-B. oleh karenanya lapisan ozon melindungi kehidupan dibumi dari
efek radiasi matahari yang berbahaya.

Bahan perusak ozon


Bahan kimia yang berpotensi menggerus lapisan ozon, mengandung atom klorin atau
bromin, memiliki umur atmosfer yang panjang seperti karbon tetraklorida, methil kloroform
dan lain sebagainya.

Dampak penipisan lapisan ozon


 Dampak bagi lingkungan
Menaiknya suhu permukaan bumi, mencairnya gunung es, banyaknya bencana alam
 Dampak bagi makhluk hidup
Kerusakan pada mata, meluasnya penyakit infeksi, bertambahnya kasus kanker kulit,
naiknya gangguan saluran pernapasan, menurunnya imun tubuh manusia.

Gas rumah kaca


Gas rumah kaca adalah yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global sebagai berikut
(CO2, CH4, N2O, HFCs, PFCs, SF6)

Karbon dioksida, metana, nitrous oksida, hidroflourokarbon


 Pembakaran bahan bakar fosil, transportasi, deforestasi bersumber dari buatan manusia.
Bersumber alamiah seperti kebakaran hutan, CO2 dan lain sebagainya.
 Lahan basah, budi daya padi basah, peternakan umum, limbah domestic, limbah
biologis, pembakaran biomassa. (CH4).
 Penggunaan pupuk, kotoran hewan dalam tanah, pembakaran residu pertanian, pupuk
kandang, transportasi. (N2O).

EFEK RUMAH KACA

Perubahan iklim

Iklim adalah cuaca rata-rata pada suatu lokasi dan tahun tertentu dalam suatu jangka
panjang. Cuaca dapat berubah drastis dari hari tapi iklim diharapkan tetap relatif konstan.
Jika iklim tidak teap konstan, hal ini disebut sebagai perubahan iklim. Perubahan iklim
terjadi ketika pola berubah dengan berjalannya waktu dan ruang.
Tantangan terbesar abad 21

Energi dan perubahan iklim

 Peningkatan temperatur dan naiknya permukaan laut.


 Melelehnya salju dan es arktik
 Berubahnya pola curah hujan dan terjadinya cuaca eksrim
 Gelombang panas yang lebih parah
 Hilannya keanekaragaman hayati
 Peningkatan penyakit
 Berkurannya pasukan air bersih
 Kekeringan, penurunan produksi pangan dan kekurangan pangan.
RANGKUMAN BAB 11

KEBIJAKAN PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN ISU PERUBAHAN IKLIM

Dasar Hukum Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

UUD 1945
 Pasal 28 ayat 1 “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin,bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”.
 Pasal 33 ayat 1 “perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,serta dengan
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
 Pasal 33 ayat 3 “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar- besar”.

Pengendalian Pencemaran
Penceramaran lingkungan hidup adalah dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan yang melebihi baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pengendalian pencemaran meliputi :
pencegahan, penanggulangan, pemulihan lingkungan hidup. Pengendalian pencemaran
lingkungan dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggungjawab
usaha atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran dan tanggung jawab masing-
masing.

Kelembagaan Terkait Pengelolaan Ligkungan

 Instansi pemerintah

Kementerian Negara lingkungan hidup adalah menyusun kebijakan pelestarian


lingkungan hidup dan mengkoordinasi pelaksanaan. Sedangkan bapeldada adalah
mengkoordinasi pelaksanaan lingkungan antar unit dalam pemerintah daerah.

 Lembaga swadaya masyarakat

Sebagai penunjang dalam pengelolaan lingkungan hidup, dan juga sebagai


pencetus gagasan, motivator, pemantau, penggerak dan pelaksana berbagai
kegiatan masyarakat di bidang pengelolaan lingkungan di daerah.

 Pusat studi lingkungan

Sebagai alat kerja kementerian Negara lingkungan hidup di bidang penelitian,


pelatihan dan pengelolaan lingkungan di daerah.

Kesepakatan Global Tentang Perubahan Iklim

 1992 (UNFCCC)

IPCC menyerukan pentingnya sebuah kesepakatan global untuk menanggulangi


masalah tersebut. Tujuan untuk melakukan stabilisasi konsentrasi GRK dalam
admosfer pada tingkat yang aman dan memungkinkan terjadinya adaptasi, untuk
menjamin ketersediaan pangan dan pembangunan berkelanjutan. Indonesia
meratifikasi UNFCC melalui UU no. 6 tahun 1994.

 1997 (Kyoto Protocol)

Melakukan amandemen UNFCC. Berlaku pada 16 februari 2005, tujuannya


mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca yang dihitung sebagai rata-
rata selama 5 tahun (2008-2012). Indonesia meratifikasi Kyoto protocol melalui
UU no. 17 tahun 2004.

 2015 (Paris agreement)

Tujuannya untuk menangani perubahan iklim dengan berbagai aspeknya dan


berkomitmen untuk melakukan pembangunan yang rendah emisi. Merupakan
protocol sebagai kesepakatan bersama.

KEBIJAKAN NASIONAL

 UU No.6 tahun 1994 tentang pengesahan united nations framework convention on


climate change

 UU No. 17 tahun 2004 tentang Kyoto protocol

 UU No. 19 Tahun 2004 tentang perubahan UU No. 41 tahun 1999 tentang


Kehutanan.

 UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Kelembagaan Terkait RAN-GRK

Koordinator perkonomian bertugas melaporkan pelaksanan RAN-GRK yang


terintegrasi kepada presiden paling sedikit satu tahun sekali. Kementerian perencanaan
pembangunan nasional bertugas melaporkan hasil evaluasi kepada menteri koordinator
perekonomian. Menyusun pedoman RAN-GRK yang akan diintegrasikan dalam upaya
pencapaian target nasional penurunan emisi GRK. Kementerian lingkungan hidup
bertugas menyusun pedoman dan metodologi MRV. Kementerian dalam negeri
bertugas memfasilitasi penyusunan RAD GRK bersama-sama dengan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Lingkungan
Hidup.

RANGKUMAN BAB 12

MANAJEMEN RISIKO IKLIM

Manajemen risiko iklim adalah istilah yang digunakan untuk badan kerja yang
besar dan terus berkembang, menjembatani adaptasi perubahan iklim, manajemen
bencana dan sektor pembangunan, di antara banyak lainnya.

FRAMEWORK KRAPI

 Formulasi Masalah dan Sektor Rentan Akan Perubahan Iklim (Konsultasi


pemangku penting dan pengumpulan data)
 Analisa Dasar Ilmiah
(Analisa baseline, proyeksi curah hujan dan temperature, analisis kejadian
ekstrem curah hujan).
 Analisis Bahaya Perubahan Iklim (Proyeksi curah hujan dan temperature)
 Kajian Kerentanan Dinamis
(Identifikasi kerentanan (Eksposure, sensitivity, adaptif capacity),
pembobotan komponen kerentanan, analisis kerentanan untuk baseline,
analisis kerentanan untuk proyeksi).
 Analisa Risiko (Risiko analisis pada kondisi baseline, resiko analisis pada
kondisi proyeksi)
 Pengembangan Opsi Adaptasi (Adaptasi yang reaktif, adaptasi yang antisipasi)

Istilah-Istilah dalam Perubahan Iklim


Perubahan iklim adalah peubahan jangka panjang dalam distribusi pola cuaca
secara statistik sepanjang periode waktu mulai dasawarsa hingga jutaan tahun. Ada 6
istilah dalam perubahan iklim antara lain sebagai berikut.
1. Pancaroba
Adalah peralihan musim.
2. Gusty
Adalah perubahan gerak angin secara sifnifikan dan tiba-tiba dengan durasi yang
sangat singkat (bisa beberapa detik saja).
3. Monsoon atau Muson
Adalah perubahan arah hembusan angin secara periodik yang juga meneybabkan
perubahan cuaca (penghujan atau kemarau)
4. Shower
Adalah istilah yang digunakan merujuk pada kondisi dimana terjadi hujan secara
tiba-tiba disertai awan yang sangat gelap dan peka. Shower ini kondisi awalnya
adalah cerah lalu berubah cepat menjadi mendung dan hujan.
5. Wind Shear
Adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada perubahan rata-rata dari arah
dan juga kecepatan angin atas jarak.
6. Anomali Cuaca
Adalah kondisi dimana perubahan cuaca yang terjadi menyimpang dari kondisi
yang normalnya terjadi.

Analisis kerentanan
Resiko iklim adalah potensi dampak negative perubahan iklim yang merupakan
interaksi antara kerentanan, keterpaparan, dan bahaya. Kerentanan adalah
kecenderungan suatu sistem untuk mengalami dampak negatif yang yang meliputi
sensitivitas terhadap dampak negative dan kurangnya kapasitas adaptasi untuk
mengatasi dampak negatif.

V = (E.S) / AC

Keterangan :

V = vulnerability (kerentanan)
E = eksposur
S = sensitivitas

AC = kapasitas adaptasi

● Hubungan Antara Api dan PRB

 Api (rencana aksi jangka panjang untuk merespon dampak perubahan iklim)
 PRB (manajemen risiko berdasarkan kajian risiko dan data historis
Selain kedua hubungan diatas bahawa manajemen risiko juga berhubungan
dengan bencana hydrometeorological untuk merespon proyeksi iklim.

Kerangka Analisi Kerentanan dan Dampak Perubahan Iklim

 Keragaman iklim dan perubahan iklim

 Tingkat keterpaparan (level of exposure)

 Tingkat sensitivitas (level of sensitivity)

 Kemampuan adaptif (adaptive capacity)

 Pelaksanaan upaya adaptasi (kelembagaan, kebijakan, strategi, program, dan


aksi adaptasi)
 Menentukan besarnya tingkat kerentanan atau selang toleransi

 Besar dampak yang ditimbulkan akibat keragaman dan perubahan iklim

Indikator Keterpaparan dan Sensitivitas

 Dependency Ratio (menggambarkan banyaknya jumlah penduduk yang


sensitive, <14 dan 65>)
 KK dan pemukiman bantara sungai (menggambarkan kondisi kawasan yang
ada disekitar bantaran sungai)

 KK dan pemukiman kumuh (kawasan pemukiman kumuh yang akan sangat


terpapar jika terjadi bencana iklim)
 Kepadatan penduduk (semakin banyaknya jumlah penduduk, maka kebutuhan
atas lahan akan semakin besar sehingga meningkatkan tingkat keterpaparan
suatu wilayah)
 Sampah (menggambarkan banyak sampah yang tidak tertanggulangi yang
akan sangat berpengaruh pada tingkat keterpaparan suatu wilayah)
 Sampah yang tidak tertanggulangi ( seakin banyaknya sampah yang tidak
tertanggulangi menyebabbkan semakin tingginya tingkat terpaparnya wilayah)
 KK pra sejahtera (tingginya jumlah penduduk yang berada pada kategori pra
sejahtera, maka tingkat sensitivitas wilayah akan semakin tinggi)
 Sawah (kawasan sawah)

 Pertanian (kawasan pertanian non sawah)

 Indikator Kemampuan Adaptif


 KK listrik (semakin banyak jumlah pendudukyang telah mendapatkan fasilitas
listrik menggambarkan tingkat kemampuan masyarakat yang tinggi)
 Pendidikan (semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk suatu wilayah, maka
akan meningkat kemampuan adaptif wilayah tersebut)
 Pencaharian (menggambarkan jumlah penduduk berdasarkan jenis mata
pencaharian, semakin banyak suatu wilayah jenis mata pencaharian maka
kemampuan penduduk untuk bisa menyesuaikan terhadap kondisi iklim yang
akan lebih tinggi)
 Fasilitas kesehatan (menggambarkan besarnya daya tamping fasilitas
kesehatan terhadap jumlah penduduk suatu wilayah, sehingga semakin
sedikitnya jumlah fasilitas maka kemampuan wilayah untuk mrnghadapi suatu
kejadian bencana yang ekstrem akan rendah)
Lembaga (banyaknya jumlah lembaga, maka kemampuan kelembagaan suatu wilayah
dalam menyesuaikan dengan bencana iklim yang terjadi akan semakin tinggi.

Anda mungkin juga menyukai