Anda di halaman 1dari 18

Makalah Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Kesehatan Tentang

Bencana Alam Banjir

KELOMPOK 1 :

DI SUSUN OLEH :

1. Amelia Shinta Dewi (18010050)


2. Dina Khoirunnisa (18010052)
3. Umi Fadiratul Hazanah (18010053)
4. Ayasah Pratita Kirana (18010054)
5. Rahmat Tulloh Amin (18010055)
6. Aminatus Zahro (18010056)
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan
kesempatan, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di
harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini
membahas tentang “Makalah Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan
Kesehatan Tentang Bencana Alam Banjir” dan kiranya makalah ini dapat
meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana konsep
keperawatan bencana.

Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu


meningkatkan minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu, saya juga
berharap semua dapat mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena
akan meningkatkan mutu individu kita.

Saya sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih


sangat minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua
pihak masih saya harapkan demi perbaikan makalah ini. Saya ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan
makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2001) bencana


adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan
ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari
pihak luar.
Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap
kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa
manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada
skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang
terkena.
Jenis-jenis banjir menurut penyebabnya di Indonesia. Di Indonesia, banjir
adalah sebuah bencana alam yang mudah terjadi. Hal ini karena letak Indonesia
pada daerah tropis yang memungkinkan curah hujan yang tinggi setiap tahunnya.
Banjir di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu : Banjir bandang, Banjir
Hujan Ekstrim, Banjir Luapan Sungai / Banjir Kiriman, Banjir Pantai (ROB),
Banjir Hulu.
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah hujan
berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan
debit sungai naik secara cepat. Banjir jenis ini biasa terjadi di daerah dengan
sungai yang alirannya terhambat oleh sampah.
Ini biasanya terjadi hanya dalam waktu 6 jam sesudah hujan lebat mulai
turun. Biasanya banjir ini ditandai dengan banyaknya awan yang menggumpal di
angkasa serta kilat atau petir yang keras dan disertai dengan badai tropis atau
cuaca dingin. Umumnya banjir ini akibat meluapnya air hujan yang sangat deras,
khususnya bila tanah bantaran sungai rapuh dan tak mampu menahan cukup
banyak air.
Jenis banjir ini biasanya berlangsung dalam waktu lama dan sama sekali
tidak ada tanda-tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda dataran – sebab
peristiwa alam yang memicunya telah terjadi berminggu-minggu sebelumnya.
Jenis banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama. Datangnya banjir dapat
mendadak. Banjir luapan sungai ini kebanyakan bersifat musiman atau tahunan
dan bisa berlangsung selama berhari- hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti.
Banjir ini biasanya terjadi pada daerah-daerah lembah.
Banjir yang disebabkan angin puyuh laut atau taifun dan gelombang
pasang air laut. Banjir ini terjadi karena air dari laut meresap ke daratan di dekat
pantai dan mengalir ke daerah pemukiman atau karena pasang surut air laut.
Banjir ini biasanya terjadi di daerah pemukiman yang dekat dengan pantai.
Contoh daerah yang biasanya terkena ROB adalah Semarang.
Banjir yang terjadi di wilayah sempit, kecepatan air tinggi, dan
berlangsung cepat dan jumlah air sedikit. Banjir ini biasanya terjadi di pemukiman
dekat hulu sungai. Terjadinya banjir ini biasanya karena tingginya debit air yang
mengalir, sehingga alirannya sangat deras dan bisa berdampak destruktif.
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya kering karena
peningkatan volume air yang diakibatkan dari tingginya curah hujan, meluapnya
air sungai atau laut, dan pecahnya bendungan. Banjir bandang adalah banjir yang
terjadi secara tiba-tiba karena terisinya air pada daerah yang tanahnya kering
/sukar meresap air ketika hujan turun, air sukar meresap ke dalam tanah dan
akhirnya terjadi banjir bandang.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bencana Alam

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu


peristiwa, seperti banjir, letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan
aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya
manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang
keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.
Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh
gejala alam. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan
biasa terjadi pada bumi. Namun, hanya ketika gejala alam tersebut melanda
manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda),
kita baru dapat menyebutnya sebagai bencana.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah
atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan
dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan
ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan
menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya
gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah
"alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau
malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga
tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang
mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya
tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga
tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada
disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep
ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-
infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan
serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana
dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap
bencana yang cukup.
Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana.
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor.
3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana,  kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi
6. Kegiatan pencegahan bencanaadalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman
bencana.
7. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.
8. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
9. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
10. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana.
11. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana.
12. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayahpascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
13. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana.
14. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan
mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu.
15. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan
melakukan upaya rehabilitasi.
16. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan
ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
17. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,
luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan
atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
18. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.
19. Status keadaan darurat bencanaadalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk jangka waktu  tertentu atas dasar rekomendasi Badan
yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.
20. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa
keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti
sebagai akibat dampak buruk bencana.
21. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau
meninggal dunia akibat bencana.

2.2 Definisi Bencana Banjir

Banjir adalah kondisi air yang menenggelamkan atau menggenangi suatu


area atau tempat yang luas. Banjir juga dapat mengacu terendamnya daratan yang
semula tidak terendam air menjadi terendam akibat volume air yang bertambah
seperti sungai atau danau yang meluap, hujan yang terlalu lama, tidak adanya
saluran pembuangan sampah yang membuat air tertahan, tidak adanya pohon
penyerap air dan lain sebagainya.
Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak
diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga merendam
wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang ada di sana.
Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang ada sehingga daerah
yang rendah terkena dampak kiriman banjir. Banjir merugikan banyak pihak
Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis banjir dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
1. Banjir Sungai
Terjadi karena air sungai meluap.
2. Banjir Danau
Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol.
3. Banjir Laut pasang
Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi.

2.3 Penyebab Banjir

Banjir hanyalah salah satu dari sekian banyak bencana alam yang sering
terjadi. Banjir sering terjadi terutama pada musim hujan   dengan  intensitas  
yang   sering   dan lebat. Daerah yang menjadi langganan banjir terutama pada
daerah sekitar arus sungai. Namun   daerah   yang   jauh   dari   sungai   pun
kadang terkena musibah banjir juga jika curah banjir   terjadi hujan yang datang
terus menerus dan sungai tidak lagi sanggup menampung banyaknya air hujan.
Secara umum, penyebab terjadinya banjir yaitu:
1. Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi
2. Pendangkalan sungai
3. Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai 
4. Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat
5. Pembuatan tanggul yang kurang baik
6. Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.

2.4 Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir


Ada beberapa tindakan yang bisa mengurangi dampak resiko
penanggulangan banjir, diantaranya yaitu :
1. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
2. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai
yang sering menimbulkan banjir.
3. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta
daerah rawan banjir.
4. Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
5. Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta
mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.

2.5 Dampak yang Timbul


1. Dampak fisikS
Kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor pelayanan publik yang
disebabkan oleh banjir.
2. Dampak sosial
Mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental, menurunnya
perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak tidak dapat
pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan publik,
kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.
3. Dampak ekonomi
Mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (orang tidak
dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas terhambat,
dan lain-lain).
4. Dampak lingkungan
Mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa oleh banjir)
atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat terbawa banjir.
5. Dampak ancaman wabah penyakit
Setelah banjir pada saat dan sesudah banjir, seperti penyakit diare, penyakit
yang disebabkan oleh nyamuk.

2.6 Tahap Penanggulangan Bencana


1. Tahap Pencegahan & Mitigasi
a. Pencegahan
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama
sekali atau mengurangi  ancaman.
Misalnya :
1) Pencegahan penebangan liar
2) Melakukan Reboisasi
3) Tidak membuang sampah sembarangan
b. Mitigasi
Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau
meredam risiko. Yaitu dengan membuat bendungan, tanggul, kanal
untuk mengendalikan banjir, pembangunan tanggul sungai dan lainnya.
1) Kenali Penyebab Banjir
a) Curah hujan tinggi
b) Permukaan tanah lebih rendah dibanding permukaan air laut
c) Terletak di suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan
dengan pengaliran air keluar sempit
d) Banyak permukiman yang dibangun di dataran sepanjang
sungai
e) Aliran sungai tidak lancar karena banyaknya sampah serta
bangunan di pinggir sungai.
f) Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
2) Tindakan untuk mengurangi dampak banjir
a) Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai
fungsi lahan
b) Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini di
bagian sungai yang sering menimbulkan banjir
c) Tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran
sungai
d) Tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin
mengadakan program pengerukan sungai
e) Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari
permukaan laut
f) Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu
dilaksanakan, dibarengi pengurangan aktivitas di bagian
sungai rawan banjir
3) Yang harus dilakukan sebelum terjadi banjir
a) Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat,
membersihkan lingkungan sekitar, terutama di saluran air
atau selokan, dari timbunan sampah
b) Tentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk mengungsi,
lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut
pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait
dan pengurus RT/RW
c) Bersama pengurus RT/RW, segera bentuk tim
penanggulangan banjir di tingkat warga, salah satunya
mengangkat penanggung jawab posko banjir
d) Koordinasikan melalui RT/RW, dewan kelurahan setempat,
dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet, dan
pelampung guna evakuasi
e) Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna
memudahkan mencari informasi, meminta bantuan, atau
melakukan konfirmasi
f) Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan
tim warga tentang curah hujan dan kondisi air
g) Lengkapi diri dengan peralatan keselamatan, antara lain radio
baterai, senter, korek gas, dan lilin
h) Siapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air bersih
i) Siapkan obat-obatan darurat
j) Amankan dokumen penting
4) Yang harus dilakukan saat banjir
a) Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN
untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena
bencana
b) Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air
masih memungkinkan untuk diseberangi
c) Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari
terseret arus banjir, serta segera amankan barang-barang
berharga ketempat yang lebih tinggi
d) Jika air terus meninggi, hubungi instansi terkait
5) Yang harus dilakukan setelah banjir
a) Secepatnya membersihkan rumah, terutama bagian lantai,
lalu gunakan antiseptik untuk membunuh kuman
b) Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya
penyakit diare yang sering mewabah setelah kejadian banjir
c) Waspadai kemungkinan binatang berbisa atau binatang
penyebar penyakit
d) Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir
susulan
2. Tahap Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007
adalah serangkaian kegiatan dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan atau mengurangi ancaman bencana. Kesiapsiagaan
adalah upaya menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini bertujuan agar
warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi bencana.
Kesiapsiagaan meliputi, Penilaian Risiko (risk assessment), Perencanaan
Siaga (Contingency planning), Mobilisasi sumber daya (Resouce
mobilization), Pendidikan dan pelatihan Tuminting dalam penanganan
banjir
Tindakan kesiapsiagaan:
a. Pembuatan sistem peringatan dini, misalnya dengan dibuat tanda
antisipasi siaga 1 penanda bencana
b. Menyediakan obat-obatan dan p3k
c. Menyediakan matras, pos pengungsian
d. Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman, misalnya Simak
informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim warga tentang
curah hujan dan posisi air pada pintu air
e. Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: senter, selimut, tikar,
jas hujan, ban karet bila ada
f. Pembuatan rencana evakuasi
g. Membuat tempat dan sarana evakuasi
h. Penyusunan rencana darurat, rencana siaga
i. Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini jika diperlukan

3. Tahap Tanggap Darurat


Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera setelah bencana
terjadi untuk mengurangi dampak bencana, seperti penyelamatan jiwa dan
harta benda. Tindakan tanggap darurat:
a. Pencarian
b. Evakuasi dan penggolongan korban (sesuai tingkat keparahan)
c. Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
d. Pengkajian cepat kerusakan dan kebutuhan
e. Penyediaan kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan, sandang,
papan, kesehatan, konseling
f. Pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi, transportasi,
listrik, pasokan air  untuk mendukung kelancaran kegiatan tanggap
darurat
g. Rehabilitasi
4. Tahap Pasca Darurat
a. Tahap Rehabilitatif ( Pemulihan )
1) Memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan,
kesehatan, kejiwaan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan,
lingkungan, prasarana transportasi, penyusunan kebijakan dan
pembaharuan struktur penanggulangan bencana  di
pemerintahan.
b. Tahap Rekonstruksi ( pembangunan berkelanjutan )
1) Membangun prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan,
kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan,
pembaharuan rencana tata ruang wilayah, sistem pemerintahan
dan lainnya yang memperhitungkan faktor risiko bencana.
2) Pemulihan psiko-sosial
3) Peningkatan fungsi pelayanan kesehatan
2.7 Peran Perawat dalam Penanganan Bencana

1. Peran perawat dalam keadan darurat (Impact Phase)


biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat
setelah keadaan bencana stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-
masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap
kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim
kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk
memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi”
pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif .
TRIASE

a. Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam


kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma
dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, luka bakar derajat I-II.
b. Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury
dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena
dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-
60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur
terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II.
c. Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur
tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan
dislokasi.
d. Hitam — meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat
selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.

2. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana


a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari.
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS.
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, peralatan kesehatan.
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri
dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa.
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban
(ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan
mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan,
insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot).
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para
psikolog dan psikiater.
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
3. Peran perawat dalam fase postimpact
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan
psikologis korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat
untuk kembali pada kehidupan normal. Beberapa penyakit dan kondisi
fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk normal kembali
bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang


menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu
yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena. Banjir
adalah kondisi air yang menenggelamkan atau mengenangi suatu area atau tempat
yang luas. Adapula peran perawat dalam penanggulagan bencana yaitu melakukan
penyeleksian korban atau TRIASE, menyusun rencana prioritas asuhan
keperawatan harian di posko pengungsian, dan rebalitasi.

3.2 Saran

Sebaiknya para mahasiswa keperawatan maupun perawat tetap meng-


agendakan kegiatan pelatihan atau demonstrasi kepada masyarakat rawan bencana
banjir mengenai cara penanggulangan bencana banjir.

Anda mungkin juga menyukai