Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN BENCANA

PERAN PERAWAT PADA BENCANA BANJIR

DisusunOleh:

Ade Kurniadi (2720180023) Nia K (2720190100)


Atika Yuliana (2720200002) Nur Khanifatun N (2720200059)
Chika Amelia A (2720190103) Rodiah T (2720200077)
Desi Priandi (2720200063) Sephia Annisa (2720180030)
Eka Fitri Y.UD (2720200012) Siti Khotijah Y (2720200055)
Eka Saputra P (2720200113) Sri Murniyati (2720200087)
Eri Cangra L R (2720200013) Syaifudin N H (2720180014)
Erni Trisnowati (2720200094) Tri Wahyuningsih (2720200070)
Indriyana L (2720180061) Yeni Agusta (2720200049)
Junarsih (2720200034) Yulia Rahmawati (2720200071)
Maudilya A (2720200073)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

JAKARTA

2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Banjir merupakan suatu keadaan suatu daerah atau daratan terendam oleh air
karena peningkatan volume air. Bencana banjir dapat mengakibatkan berbagai
dampak kesehatan fisik dan mental, kerusakan infrastruktur, dan kerugian
harta benda. Dampak tersebut dapat diminimalkan oleh perawat dengan
kesiapsiagaan pelayanan kesehatan.

Dampak paling dari terjadinya bencana adalah kondisi darurat, dimana terjadi
penurunan drastis dari kualitas hidup komunitas korban yang menyebabkan
mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya dengan
kapasitasnya sendiri, kondisi iniharus bisa di respon secara cepat.

Untuk memaksimalkan upaya penanggulangan bencana di bidang kesehatan,


pelayanan kesehatan harus mempersiapkan tenaga kesehatan yang profesional.
Tenaga kesehatan dalam sebuah rumah sakit yang paling banyak adalah
perawat. Perawat sebagai tenaga kesehatan memiliki peran sebagai responden
pertama dalam menangani korban bencana di rumah sakit. Semua perawat
mempunyai tanggung jawab dalam perencanaan dan keterlibatan dalam
menangani korban. Perawat harus mengetahui apa yang akan mereka lakukan
baik ketika mereka sedang bekerja atau tidak bekerja sewaktu bencana terjadi.
Perawat harus mengetahui bagaimana memobilisasi bantuan, mengevakuasi
pasien-pasien dan mencegah penyebaran bencana. Perawat juga harus
mengenal diri mereka sendiri dan perencanaan- perencanaan rumah sakit
dalam mengatasi bencana, (Rokkas, 2014).

Peran perawat dalam penanggulangan bencana tidak hanya mengurangi


morbiditas dan mortalitas korban bencana pada saat respon darurat. Perawat
berperan juga untuk mempersiapkan masyarakat siap menghadapi bencana
dengan meningkatkan resilience. Menurut International Council of Nurses
(ICN) kompetensi perawat bencana muncul padafase mitigasi, preparedness,
relief, pemulihan dan rehabilitasi. Misalnya pada fase preparedness, perawat
melakukan pengkajian kebutuhan komunitas, pada fase akut memberikan
perawatan fisik dan mental bagi korban, pada fase pemulihan berperan untuk
mengembalikan fungsi pelayanan kesehatan.

1.2.Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami peran Perawat sebelum
bencana banjir.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami peran Perawat saat terjadi
bencana banjir.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami peran Perawat setelah
bencana banjir.

1.3.Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah Peran Perawat Dalam
Menghadapi Bencana Banjir.

1.4.Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun secara sistematika dengan
urutan: Bab 1, mengenai pendahuluan. Bagian pada ini berisi latar belakang,
tujuan penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. Bab 2, mengenai
tinjauan teori. Bagian ini berisi peran perawat dalam menghadapi bencana
banjir. Bab 3, mengenai penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bencana Alam


Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu
peristiwa, seperti banjir, letusan gunung,gempa bumi,tanah longsor)dan
aktivitasmanusia.Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya
manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang
keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.Bencana alam juga dapat
diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala alam. Sebenarnya gejala
alam merupakan gejala yang sangat alamiah danbiasa terjadi pada bumi. Namun,
hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk
budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat menyebutnya
sebagai bencana.

Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau


menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan
dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan
ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan
menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya
gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah
"alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau
malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga
tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang
mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard)
serta memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga tinggi tidak akan
memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki
ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana
merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk
mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang
hadir.Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah
penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang
cukup.

2.2 Definisi Bencana Banjir


Banjir adalah kondisi air yang menenggelamkan atau menggenangi suatu
area atau tempat yang luas. Banjir juga dapat mengacu terendamnya daratan
yang semula tidak terendam air menjadi terendam akibat volume air yang
bertambahseperti sungai atau danau yang meluap, hujan yang terlalu lama,
tidak adanya saluran pembuangan sampah yang membuat air tertahan, tidak
adanya pohon penyerap air dan lain sebagainya.
Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi
dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga merendam wilayah-
wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang ada di sana. Banjir bisa
juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang ada sehingga daerah yang
rendah terkena dampak kiriman banjir. Banjir merugikan banyak pihak
Berdasarkan sumber air yang menjadi penampungdi bumi,jenis banjir
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a Banjir sungai: terjadi akrena air sungai meluap
b Banjir danau: terjadi akrena air danau meluap atau bendungannya jebol
c Banjir laut pasang: terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa
bumi

2.3 Penyebab Banjir


Banjir hanyalah salah satu dari sekian banyak bencana alam yang sering
terjadi. Banjir sering terjadi terutama pada musim hujan dengan intensitas yang
sering dan lebat. Daerah yang menjadi langganan banjir terutama pada daerah
sekitar arus sungai. Namun daerah yang jauh dari sungai pun kadang terkena
musibah banjir juga jika curah banjir terjadi hujan yang datang terus menerus
dan sungai tidak lagi sanggup menampung banyaknya air hujan. Secara umum,
penyebab terjadinya banjir yaitu:
1. Penebangan hutansecaraliartanpa disertaireboisasi
2. Pendangkalan sungai
3. Pembuangan sampah yang sembarangan, baik kealiransungai
4. Pembuatansaluran airyang tidak memenuhisyarat
5. Pembuatantanggulyang kurang baik
6. Air laut,sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.

2.4 Tindakan untuk mengurangi dampak banjir


Ada beberapa tindakan yang bisa mengurangi dampak resiko penanggulangan
banjir, diantaranya yaitu :
a Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian
sungai yang sering menimbulkan banjir.
b Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta
daerah rawan banjir.
c Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
d Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan
serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.

2.5 Dampak yang Timbul


a Dampak fisik
Kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor pelayanan publik
yang disebabkan oleh banjir.
b Dampak sosial
Mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental,
menurunnyaperekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak
tidak dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan
publik, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar
lainnya.
c Dampak ekonomi
Mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (orang tidak
dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas
terhambat, dan lain-lain).
d Dampak lingkungan
Mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa oleh banjir)
atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat terbawa banjir.
e Dampak ancaman wabah penyakit
Setelah banjir pada saat dan sesudah banjir, seperti penyakit diare,
penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.

2.6 Tahap Penanggulangan Bencana


1. Tahap Pencegahan & Mitigasi
a. Pencegahan
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama
sekali atau mengurangi ancaman.
Misalnya :
a Pencegahan penebangan liar
b Melakukan Reboisasi
c Tidak membuang sampah sembarangan

b. Mitigasi
Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau
meredam risiko. Yaitu dengan membuat bendungan, tanggul, kanal
untuk mengendalikan banjir, pembangunan tanggul sungai dan
lainnya.
1) Kenali Penyebab Banjir
a) Curah hujan tinggi
b) Permukaan tanah lebih rendah dibanding permukaan air laut
c) Terletak di suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan
denganpengaliran air keluar sempit
d) Banyak permukiman yang dibangun di dataran sepanjang
sungai
e) Aliran sungai tidak lancar karena banyaknya sampah serta
bangunan di pinggir sungai.
f) Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
2) Tindakan untuk mengurangi dampak banjir
a) Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi
lahan
b) Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini dibagian
sungai yang sering menimbulkan banjir
c) Tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran sungai
Tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin
mengadakan program pengerukan sungai
d) Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah
daripermukaan laut
e) Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu
dilaksanakan, dibarengi pengurangan aktivitas di bagian sungai
rawan banjir
3) Yang harus dilakukan sebelum terjadi banjir
a) Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat,
membersihkan lingkungan sekitar, terutama di saluran air atau
selokan, dari timbunan sampah
b) Tentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk mengungsi,
lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut
pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait dan
pengurus RT/RW
c) Bersama pengurus,RT/RW, segera bentuk tim
penanggulangan banjir tingkat warga, salah satunya
mengangkat penanggung jawab posko banjir.
d) Koordinasikan melalui RT/RW, dewan kelurahan setempat,
dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet, dan
pelampung guna evakuasi
e) Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna
memudahkan mencari informasi, meminta bantuan, atau
melakukan konfirmasi
f) Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan tim
warga tentang curah hujan dan kondisi air
g) Lengkapi diri dengan peralatan keselamatan, antara lain radio,
baterai, senter, korek gas, dan lilin
h) Siapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air bersih
i) Siapkan obat-obatan darurat
j) Amankan dokumen penting

4) Yang harus dilakukan saat banjir


Operasi pertolongan terhadap korban berdasarkan triase
a) Kelompok label merah ( gawat darurat)
Kelompok korban gawat darurat yang memerlukan
pertolongan stabilisasi segera, antara lain korban syok,
gangguan pernapasan, trauma kepala dengan pupil
anisokor, perdarahan eksternal masif untuk mencegah
kematian dan kecacatan. Pembebasan jalan nafas ( airway),
pemberian nafas buatan ( breathing, mengatasi syok (
circulation) dan mencegah kecacatan ( disability) dengan
prioritas pada korban yang kemungkinan hidup lebih besar.
Stabilisasi dilakukan sambil menunggu pertolongan tim
gabungan. Pada kondoisi korban perlu dirujuk dan keadaan
memungkinkan, puskesmas dapat segera melakukan
rujukan dengan tepat melakukan stabilisasi selama
perjalanan ke saran yang lebih mampu (RS).
b) Kelompok label kuning
Kelompok korban yang memerlukan pengawasan ketat
tetapi perawatan pengobatan dapat di tunda sementara.
Yang termasuk kategori ini adalah korban dengan resiko
syok, fraktur multiple, fraktur femur / pelvis , luka bakar
luas, gangguan kesadaran / trauma kepala, korban dengan
status tidak jelas. Korban pada kelompok ini, harus
diberikan cairan infus dan pengawasan ketat terhadap
kemungkinan timbulnya komplikasi dan diberikan
perawatan sesegera mungkin.
c) Kelompok label hijau
Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau
perawatan segera. Kelompok ini mencakup korban dengan
fraktur minor, luka minor, trauma psikis. Kadang korban
memerlukan pembidaian dan atau pembalutan sebelum di
pindahkan.
d) Kelompok label hitam
Merupakan kelompok korban yang tidak memerlukan
pertolongan medis karena sudah meninggal. Korban perlu
dikelompokan sendiri untuk dilakukan evaluasi dan
identifikasi oleh aparat yang berwenang.

Upaya pertolongan korban melalui triase oleh tim dilaksanakan


dengan menggunakan obat dan perbekalan kesehatan yang tersedia.
a) Pengumpulan
i. Lokasi terdekat dan aman untuk pertolongan
pertama kasus gawat darurat
ii. Bawa korban ke area perawatan melalui triase
b) Triase
i. Temukan kegawatan korban
ii. Gunakan label yang di spakati
iii. Tulis diagnosa dan intruksi untuk tindakan dalam
stabilisasi korban
c) Kejadian
i. Nilai apakah mungkin pertolongan pertama
dilakukan dilokasi
ii. Bila mungkin lakukan RJP
iii. Pindahkan korban ke area pengumpulan yang aman
d) Perawatan
i. Lakukan pemeriksaan ulang dan prioritaskan kasus
dengan kegawatan
ii. Lakukan tindakan stabiliasi
iii. Lakukan komunikasi untuk rujukan
iv. Tentukan alat dan petugas untuk evakuasi korban
v. Buat pengelompokan untuk perawatan sementara
e) Transportasi
i. Kelompokan ambulance dan kru sesuai fasilitas
ii. Letakan ambulan gadar di dekat area perawatan
iii. Atur tujuan evakuasi
f) Rumah sakit
Kab/ Kota/ Provinsi / Regional
i. Penilaian awal secara cepat (Initial Rapid Health
Assessment)
ii. Survailans penyakit menular dan gizi
iii. Bergabung dengan satgas kesehatan dilapangan
iv. Pemberdayaan masyarakat

5) Yang harus dilakukan setelah banjir


a) Secepatnya membersihkan rumah, terutama bagian lantai, lalu
gunakan antiseptik untuk membunuh kuman.
b) Mendirikan pos komando bantuan
c) Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana
Penanggulangan Bencana (SATKORLAK PBP) dan pemberi
bantuan yang lain.
d) Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos
kesehatan dan pos koordinasi.
e) Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
f) Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos
pengungsian.
g) Membantu petugas medis untuk pengobatan dan
mengelompokan korban.
h) Mencari, mengevakuasi, dan makamkan korban meninggal
i) Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya
penyakit diare yang sering mewabah setelah kejadian banjir
j) Waspadai kemungkinan binatang berbisa atau binatang
penyebar penyakit
k) Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir
susulan
l) Inventarisasi kerusakan. Ini dilakukan pendataan terhadap
berbagai kerusakan yang terjadi, baik bangunan, fasilitas umum,
lahan pertanian, dan sebagainya
m) Evaluasi kerusakan. ini dilakukan pembahasan mengenai
kekurangan dan kelebihan dalam penanggulangan bencana yang
telah dilakukan. Perbaikan dalam penanggulangan bencana
diharapkan dapat dicapai pada tahapan ini
n) Pemulihan (recovery). tahapan ini dilakukan pemulihan atau
mengembalikan kondisi lingkungan yang rusak atau kacau
akibat bencana seperti pada mulanya. Pemulihan ini tidak hanya
dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban yang terkena
bencana juga diberikan pemulihan baik secara fisik maupun
mental
o) Rehabilitasi. Melalui kegiatan: perbaikan lingkungan daerah
bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian
bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial
psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi
konflik, pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan
dan ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan
fungsi pelayanan publik.

Prinsip-prinsip Pemulihan
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana,
maka prinsip dasar penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi
pasca bencana adalah:
1. Merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah dan
Pemerintah
2. Membangun menjadi lebih baik (build back better) yang
terpadu dengan konsep pengurangan risiko bencana dalam
bentuk pengalokasian dana minimal 10% dari dana
rehabilitasi dan rekonstruksi
3. Mendahulukan kepentingan kelompok rentan seperti lansia,
perempuan, anak danpenyandang cacat
4. Mengoptimalkan sumber daya daerah
5. Mengarah pada pencapaian kemandirian masyarakat,
keberlanjutan program dan kegiatan serta perwujudan
tatakelola pemerintahan yang baik
6. Mengedepankan keadilan dan kesetaraan gender.

Mengacu pada arahan Presiden Republik Indonesia pada Sidang


Kabinet Paripurna 25 November 2010, maka pelaksanaan
rehabilitasi dan rekonstruksi agar dilaksanakan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip dasar, sebagai berikut:
1. Dilaksanakan dengan memperhatikan UU nomor 24 tahun
2007 tentang Penanggulangan
2. Bencana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
pada tahap pasca bencana;
3. Dilaksanakan dengan memperhatikan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan
Pemerintah nomor 24 tahun 2010 tentang Penggunaan
Kawasan Hutan;
4. Dilaksanakan dengan memperhatikan Undang Undang
nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dalam proses
perencanaan tata ruang, proses pemanfaatan ruang dan
proses pengendalian pemanfaatan ruang;
5. Dilaksanakan dengan memperhatikan UU 27 tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
dalam perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan
pengendalian sumber daya pesisir dan pulau pulau kecil;
6. Dilaksanakan dengan memperhatikan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota.
7. Dilaksanakan dengan memperhatikan UU 27 tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
dalam perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan
pengendalian sumber daya pesisir dan pulau pulau kecil;
8. Dilaksanakan dengan memperhatikan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu


peristiwa, seperti banjir, letusan gunung,gempa bumi,tanah longsor)dan
aktivitasmanusia.Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya
manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang
keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.Bencana alam juga dapat
diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala alam

Banjir merupakan suatu keadaan suatu daerah atau daratan terendam oleh air
karena peningkatan volume air. Bencana banjir dapat mengakibatkan berbagai
dampak kesehatan fisik dan mental, kerusakan infrastruktur, dan kerugian harta
benda. Dampak tersebut dapat diminimalkan oleh perawat dengan
kesiapsiagaan pelayanan kesehatan

B. Saran

Banjir dapat di cegah dengan mengurangi dampak resiko penanggulangan


banjir dengan Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi
lahan. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian
sungai yang sering menimbulkan banjir. Tidak membangun rumah dan
pemukiman di bantaran sungai serta daerah rawan banjir.Tidak membuang
sampah ke dalam sungai.Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu
dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.

Peran Perawat dalam intra bencana bertindak cepat,melakukan pertolongan


pertama,menentukan status korban berdasarkan triase, merujuk pasien segera
yang memerlukan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Carter, W.N. (1991) Disaster Management: A disastermanager’s


handbook. Manila, Asian Development Bank.

Makhfudli, F. E. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori


dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Undang-undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

Anda mungkin juga menyukai