Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH GEOGRAFI

BANJIR

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK ?

1. AWI SEPTIAN PRASETYO


2. ELITA KURNIA
3. HARITS MUHAMMAD ARIF
4. KARTIKA WUANDARI
5. M. NAUFAL KHANSA
6. MUFIDA NUR AZIZAH
7. TRIYAMIATI

SMAN 2 KOTABUMI
KOTABUMI LAMPUNG UTARA
2019
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana didefinisikan
sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan megganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Salah satu bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia adalah banjir.
Banjir merupakan bencana yang memiliki tingkat frekuensi terjadi yang cukup tinggi,
yakni sebesar 36% dari total kejadian alam yang melanda indonesia. Bencana ini pula
banyak menelan korban jiwa maupun kerugian materil sehingga memberikan dampak
dan trauma yang besar.
Karena bencana banjir hampir terjadi setiap tahun, diperlukan langkah untuk
mencegah dan menanggulangi bencana banjir. Hal tersebut diperlukan untuk menekan
korban jiwa maupun kerugian materil yang disebabkan oleh bencana ini. Untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai banjir, termasuk pengertian banjir, mekanisme
terjadinya banjir, jenis-jenis banjir, penanggulangan bencana banjir, serta mitigasi
bencana banjir, maka dibuatlah makalah dengan judul Banjir.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dalam makalah ini dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut.

a. Bagaimana pendapat para ahli mengenai pengertian bencana banjir.


b. Bagaimana proses terjadinya banjir banjir.
c. Bagaimana pembagian bencana banjir.
d. Bagaimana penanggulangan bencana banjir, agar dapat menekan maupun
mencegah bencana banjir.
e. Bagaimana melakukan mitigasi bencana banjir.

1.3 Tujuan
a. Mengetahui dan memahami pengertian bancana banjir.
b. Mengetahui dan dapat menjelaskan Proses terjadinya banjir.
c. Mengetahui jenis-jenis banjir berdasarkan berbagai faktor.
d. Mengetahui bagaimana cara penanggulangan bencana banjir agar dapat
menekan dan mencegah bencana banjir.
e. Mengetahui langkah-langkahmitigasi bencana banjir
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bencana Banjir


Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai
perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam
artian “air mengalir”, kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir
diakibatkan oleh volume air disuatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap
atau melimpah dari bendungan sehingga air keluar dari sungai itu. Banjir juga dapat
mengacu pada suatu kondisi dimana terendamnya daratan yang semula tidak terendam
air menjadi terendam akibat volume air yang bertambah, seperti sungai yang meluap,
hujan yang terlalu lama, tidak adanya saluran pembuangan sampah yang membuat air
tertahan, tidak adanya pohon penyerap air dan lain-lain.
Menurut (Simanjuntak, 2014) banjir merupakan fenomena alam yang biasa
terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai dan saat ini sepertinya
sudah menjadi langganan bagi beberapa daerah dan kota besar di Indonesia ketika
musim penghujan tiba. Banjir pada hakikatnya hanyalah salah satu output dari
pengelolaan DAS yang tidak tepat. Banjir bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu
curah hujan yang sangat tinggi, karakteristik DAS, penyempitan saluran drainase dan
perubahan penggunaan lahan.
Menurut (Suripin, 2004) banjir didefinisikan sebagai suatu kondisi yang mana
air dalam saluran pembuangan (kali) tidak dapat tertampung atau terjadinya hambatan
pada aliran air di dalam saluran pembuangan. Dalam hal ini, banjir adalah peristiwa
alam yang dapat menimbulkan baik kerugian harta benda penduduk maupun korban
jiwa. Maka, banjir dapat pula dikatakan sebagai kejadian luapan air yang diakibatkan
bila prnampang saluran yang kurang kapasitasnya.
Banjir sering terjadi di dataran rendah, dimana air mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang lebih rendah, Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika
alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.
Dari penjelasan diatas, banjir merupakan bencana akibat curah hujan yang
tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai
sehingga merendam wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang
ada di sana. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan fasilitas umum di
tempat terjadinya. Banjir dapat dikatakan sebagai salah satu bencana yang paling
banyak memakan korban jiwa apabila mengacu pada Tabel 1.1 berikut.
N
Tabel 1.1 Bencana Alam yang Terjadi di Indonesia (2000-2019)

Korban (jiwa)
Jenis bencana Jumlah Luka- Menderita &
Meninggal & Hilang luka mengungsi
1. Banjir 9,794 5,334 263,634 30,283,712
2. Longsor 5,821 3,062 2,979 284,912
4. Gelombang Pasang 348 84 240 196,501
5. Puting Beliung 7,356 457 3,497 349,075
6. Kekeringan 2,001 2 0 11,812,576
7. Kebakaran Hutan 1,445 45 13,858 446,601
8. Gempa Bumi 287 9,325 61,876 3,665,368
9. Tsunami 11 1,651 15,086 64,472
10. Letusan Gunung 154 438 3,546 1,136,515
Jumlah 27,222 186,995 372,255 48,931,229
(BNPB, 2019)

Apabila mengacu pada tabel 1.1 sebanyak 36% bencana yang terjadi setiap
tahunnya di indonesia merupakan banjir. Jika dilihat lebih jauh lagi, banjir merupakan
bencana yang bukan sepenuhnya terjadi secara alamiah, namun terdapat campur
tangan manusia. Dari hal tersebut, sudah semestinya kita dapat mengurangi dampak
bahkan mencegah terjadinya banjir.

2.2 Mekanisme Terjadinya Banjir

Untuk mengetahui makanisme/proses terjadinya banjir, kita harus terlebih


dahulu memahami tentang daerah aliran sungai (DAS). Daerah aliran sungai
(disingkat DAS, bahasa Inggris: Drainage basin) ialah suatu kawasan yang dibatasi
oleh titik-titik tinggi dimana air yang berasal dari air hujan jatuh, terkumpul dalam
kawasan tersebut. Guna dari DAS adalah menerima, menyimpan, dan mengalirkan air
hujan yang jatuh di atasnta melalui sungai.
Air pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara
alamiah. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan
laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang yang
tak pernah berhenti.
Pada siklus hidrologi, air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah,
sebagian akan masuk (terserap) ke dalam tanah (infiltrasi). Air infiltrasi akan tertahan
dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembapan tanah.
Apabila tingkat kelembapan air tanah telah cukup jenuh maka air hujan yang baru
masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral (horizontal) untuk selanjutnya
pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah (subsurface flow)yang
kemudian akan mengalir ke sungai. Sedangkan air yang tidak terserap ke dalam tanah
akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah (surface
detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan ke tempat yang lebih rendah
(runoff), untuk selanjutnya masuk ke sungai.

Gambar 1.1 Daerah Aliran Sungai

Saat banjir, air yang seharusnya mengalir melalui sungai tertahan karena adanya
suatu penghambat. Penghambat tersebut dapat berupa sampah, pohon, hewan,
endapan lumpur, dan lain-lain. Karena aliran air terhambat, ditambah dengan curah
hujan yang tinggi, air akan meluap. Air yang meluap akan membanjiri daerah
bantaran sungai hingga ke perumahan warga. Setelah curah hujan menurun, air akan
mulai menyusut. Sebagian air akan terserap tanah dan sebagian lagi mengalir melalui
sungai.
Untuk dapat memahami dangan baik proses terjadinya banjir, (Yulaelawati, 2008)
memberikan gambaran mengenai daerah penguasaan sungai. Di dalam suatu
ekosistem sungai terdapat bagian-bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang
lainnya, yakni palung sungai yang selalu tergenang oleh air sungai, dataran banjir
yang akan tergenang apabila sungai meluap, dan bantaran sungai. Gambar 1.2 akan
mendeskripsikan bagian-bagian yang telah disebutkan di atas.

Gambar 1.2 Daerah Penguasaan Sungai

Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung
dari tepi sungai sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Fungsi dari bantaran
sungai adalah sebagai tempat mengalirnya sebagian debit sungai pada saat banjir.
Jadi, secara alami bantaran sungai akan tergenang oleh aliran sungai saat banjir tiba.
Oleh karenanya, dilarang mendirikan hunian atau sebagai tempat membuang sampah
pada daerah ini. Sementara, garis sempadan sungai (GS) adalah garis batas luar
pengamanan sungai.

Apabila daerah bantaran sungai dijadikan sebagai tempat hunian penduduk suatu
daerah, maka akan berdampak daerah tersebut akan selalu digenangi air ketika banjir
melanda. Tetapi, bila tetap ingin didirikan hunia pada daerah tersebut maka tipe
rumah yang dibangun merupakan tipe rumah panggung. Gambar 1.3 mengilustrasikan
bagaimana daerah bantaran sungai yang tergenang ketika dilanda banjir.
Gambar 1.3 Skema Bantaran Sungai Yang Tergenang Oleh Banjir

2.3 Penyebab Terjadinya Banjir


Secara umum, faktor penyebab terjadinya bencana banjir sama seperti bencana
pada umumnya. Penyebab bencana dapat dibagi menjadi dua faktor, yakni bencana
akibat faktor alam, dan bencana akibat ulah manusia. Bencana akibat ulah alam
disebabkan oleh adanya fenomena alam yang tidak wajar.
Sementara itu, bencana akibat ulah tangan manusia disebabkan oleh adanya
perbuatan manusia yang mengakibatkan perubahan situasi alam yang ada saat ini.
Salah satu contohnya adalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Pemenuhan
kebutuhan hidup manusia bermacam-macam bentuknya, mulai dari melakukan
penebangan hutan secara liar, mendirikan pemukiman di daerah bantaran sungai,
perusakan kawasan hutan mangrove di daerah tepian pantai, dan menjadikan aliran
sungai sebagai tempat pembuangan sampah.
Jika diperinci lagi banjir dapat terjadi lagi melalui beberapa sebab. Diantaranya:
a. Penyebab banjir secara alami
1) Curah Hujan
Oleh karena beriklim tropis, Indonesia mempunyai dua musim
sepanjang tahun, yakni musim penghujan yang umumnya terjadi antara bulan
Oktober-Maret dan musim kemarau terjadi antara bulan April-September.
Pada musim hujan, curah hujan yang tinggi mengakibatkan air naik melebihi
tebing sungai sehingga menimbulkan banjir atau genangan.

2) Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan
kemiringan daerah aliran sungai (DAS), kemiringan sungai, geometrik
hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang,
material dasar sungai), lokasi sungai dan lain-lain merupakan hal-hal yang
mempengaruhi terjadinya banjir.

Gambar 2.2 Pengaruh Fisiologis Terhadap Banjir

3) Erosi dan Sedimentasi


Erosi di DAS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang
sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Begitu pula
dengan sedimentasi, besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran
sehingga timbul genangan dan banjir di sungai. Erosi tanah longsor (land-
slide) dan erosi pinggir sungai (stream bank erosion) memberikan sumbangan
sangat besar terhadap sedimentasi di sungai-sungai, bendungan dan akhirnya
ke laut.

(a)
(b)
Gambar 2.3 (a) Erosi pada sungai dan (b) Sedimentasi pada Sungai

4) Kapasitas Sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh
pengendapan yang berasal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai yang
berlebihan. Sedimentasi sungai terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup
dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat, sedimentasi ini menyebabkan
terjadinya agradasi dan pendangkalan pada sungai, hal ini dapat menyebabkan
berkurangnya kapasitas tampungan sungai. Efek langsung dari fenomena ini
menyebabkan meluapnya air dari alur sungai keluar dan menyebabkan banjir.

Gambar 2.4 Kapasitas Sungai

b. Penyebab banjir secara nonalami


1) Perubahan kondisi DAS
Perubahan kondisi DAS disebabkan oleh penggundulan hutan, usaha
pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya
dapat memperburuk masalah banjir karena mengurangi kapasitas daerah aliran
sungai. Dari persamaan-persamaan yang ada, perubahan tata guna lahan
berkontribusi besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir.
2) Kawasan kumuh dan Sampah
Perumahan kumuh (slum) di sepanjang bantaran sungai dapat menjadi
penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh ini menjadi faktor penting
terjadinya banjir di daerah perkotaan. Disiplin masyarakat untuk membuang
sampah pada tempat yang ditentukan masih kurang baik dan banyak yang
melanggarnya dengan membuang sampah langsung ke alur sungai, hal ini
biasa dijumpai di kota-kota besar. Perbuatan semacam itu dapat meninggikan
muka air karena aliran air terhalang, sehingga terjadi banjir.

Gambar 2.5 Sampah Yang Menghalangi Aliran Air


3) Kapasitas Drainase yang tidak memadai
Sebagian besar kota-kota di Indonesia mempunyai drainasi daerah
genanga nyang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi
langganan banjir di musim hujan.
4) Kerusakan bangunan pengendali air
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir
dapat menimbulkan kerusakan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kuantitas banjir.
5) Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi
kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah
kerusakan selama banjir yang besar. Semisal, bangunan tanggul sungai yang
tinggi. Limpasan pada tanggul ketika terjadi banjir yang melebihi rancangan
dapat menyebabkan keruntuhan tanggul. Hal ini mengakibatkan kecepatan
aliran yang sangat besar melalui tanggul yang bobol sehingga menimbulkan
banjir yang besar
6) Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami)
Penebangan pohon dan tanaman oleh masyarakat secara liar (Illegal
logging), tani berpindah-pindah dan permainan rebiosasi hutan untuk bisnis
dan sebagainya menjadi salah satu sumber penyebab terganggunya siklus
hidrologi dan terjadinya banjir.

Gambar 2.6 Kerusakan Hutan Akibat Ulah Manusia

2.4 Jenis-Jenis Banjir

Sebenarnya, UU Nomor 24 tahun 2007 selain mendefinisikan pengertian dari


bencana, juga menyebutkan beberapa pengertian dari bencana alam, bencana non
alam, dan bencana sosial. Dari lingkup bencana alam, terdapat definisi dari dua buah
jenis banjir, yakni banjir dan banjir bandang. Banjir adalah terendamnya suatu daerah
karena volume air yang meningkat. Sementara, banjir bandang adalah banjir yang
datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya
aliran sungai pada alur sungai.
(Paripurno, 2013) dalam Modul Pengenalan Banjir, menyebutkan terdapat tiga
jenis banjir disertai dengan bagaimana penyebab terjadinya banjir tersebut. Jenis
banjir yang disebutkan yakni: Banjir kilat, Banjir luapan sungai, dan banjir pantai.

a. Banjir Kilat
Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu delapan jam
setelah hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini sering dihubungkan
dengan banyaknya awan kumulus, kilat dan petir yang keras, badai tropis atau
cuaca dingin.Umumnya banjir kilat diakibatkan oleh meluapnya air hujan yang
sangat deras. Namun, selain hal tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor lain,
seperti: bendungan yang gagal menahan debit air yang meningkat, es yang tiba-
tiba meleleh, dan berbagai perubahan besar dibagian hulu sungai.
b. Banjir Luapan Sungai
Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses yang cukup
lama, walaupun terkadang proses tersebut tidak diperhatikan, sehingga datangnya
banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Banjir tipe ini biasanya bertipe
musiman atau tahunan, dan mampu berlangsung sangat lama. Penyebab utamanya
adalah kelongsoran di daerah yang biasanya mampu menahan kelebihan debit air.
c. Banjir Pantai
Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai tropis. Banjir
yang membawa bencana dari luapan air hujan sering bertambah parah karena
badai yang dipicu angin kencang di sepanjang pantai. Hal ini mengakibatkan air
garam akan membanjiri daratan karena dampak perpaduan gelombang pasang.

(a) (b) (c)

Gambar 3.1 (a) Banjir Kilat, (b) Banjir Luapan Sungai, (c) Banjir Pantai
Selain banjir yang telah disebutkan , kita juga mengenal banjir-banjir lain,
diantaranya:

a. Banjir Air
Banjir air merupakan banjir yang sering terjadi. Banjir air disebabkan
meluapnya air di danau, sungai, selokan, atau aliran air lainnya sehingga
menyebabkan air tersebut naik dan menggenangi daratan. Biasanya banjir air
disebabkan karena hujan yang terjadi secara terus-menerus sehingga
mengakibatkan aliran air tidak dapat menampung air yang berlebih.

Gambar 3.1 Banjir Air


b. Banjir Bandang
Banjir bandang merupakan banjir yang mengangkut air dan juga lumpur.
Banjir bandang tersebut sangatlah berbahaya dibandingkan dengan banjir air
biasa. Banjir bandang dapat menghanyutkan benda-benda dan memiliki daya
rusak yang tinggi. Banjir bandang pada umumnya terjadi di area pegunungan yang
tanahnya seolah longsor karena adanya air hujan yang ikut terbawa air ke daratan
yang lebih rendah. Biasanya banjir tersebut dapat menghanyutkan pohon yang
berukuran besar sehingga dapat merusak pemukiman warga yang terkena banjir
bandang tersebut.
Gambar 3.3 Banjir Bandang
c. Banjir Lumpur
Banjir lumpur merupakan banjir yang mirip banjir bandang namun lumpur
yang terbawa oleh banjir ini keluar dari dalam bumi, sehingga dapat menggenangi
daratan. Lumpur tersebut terkadang memiliki kandungan bahan serta gas kimia
berbahaya.

Gambar 3.4 Banjir Lumpur

d. Banjir Rob (Laut Pasang)


banjir rob merupakan banjir yang disebabkan karena pasang air laut. Banjir
rob pada umumnya melanda kota muara baru di jakarta. Pasang air laut pada
umumnya akan menahan air sungai yang menumpuk, hingga dapat menjebol
sebuah tanggul dan menggenangi daratan.

Gambar 3.5 Banjir Rob (Laut Pasang)


e. Banjir Cileunang
Banjir cileunang ialah suatu banjir yang mirip dengan banjir air akan tetapi
banjir tersebut dikarenakan hujan yang sangatlah deras dan mempunyai debit air
yang banyak. Terjadinya banjir ini sangatlah cepat, hal ini karena hujan yang
terjadi sangatlah deras sehingga dapat terjadi dalam waktu cepat.

Gambar 3.6 Banjir Cileunang

f. Banjir Lahar
Banjir lahar adalah banjir yang disebabkan oleh lutusan gunung api yang
memuntahkan sekumpulan lahar. Lahar yang ada di sekitar gunung berapi akan
dibawa turun dengan bantuan atau dorongan hujan. Banjir tersebut membawa
material-material vulkanik dari lahar yang akan menerjang lahan dan perumahan
penduduk yang ada di bawahnya. Hal ini akan mengakibatkan rusaknya daerah
yang dilalui banjir tersebut.

Gambar 3.7 Banjir Lahar

2.5 Penanggulangan Bancana Banjir

Menurut (BAPPENAS, 2008) penanggulangan banjir dilakukan secara


bertahap, dari pencegahan sebelum banjir (prevention), penanganan saat banjir
(response/intervention), dan pemulihan setelah banjir (recovery). Tiga tahapan
tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan banjir yang
berkesinambungan.

Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus (life cycle), yang


dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk pencegahan
(prevention) sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara
menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah
sungai (in-stream) sampai wilayah dataran banjir (off-stream), dan kegiatan non-fisik
seperti pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.
Gambar 4.1 Penanggulangan Bencana Banjir

Tabel 2.1 Kegiatan dalam Siklus Penanggulangan Banjir


Penanggulangan banjir harus dimulai dari upaya melakukan pengkajian
sebagai masukan untuk upaya pervention sebelum ada bencana banjir kembali.
Pencegahan dapat berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir,
sementara non-fisiknya berupa pengolaan tata guna lahan sampai peringatan dini
bencana banjir.

Setelah pencegahan dilaksanakan, dirancang pula tindakan penanganan


(response/intervention) pada saat bencana banjir terjadi. Tindakan penanganan
bencana banjir, antara lain pemberitahuan dan penyebaran informasi tentang prakiraan
banjir (flood forecasting information and dissemination), tanggap darurat, bantuan
peralatan perlengkapan logistik penanganan banjir (flood emergency response and
assistance), dan perlawanan terhadap banjir (flood fighting).

Pemulihan setelah banjir dilakukan sesegera mungkin, untuk mempercepat


perbaikan agar kondisi umum berjalan normal. Tindakan pemulihan, dilaksanakan
mulai dari bantuan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, perbaikan sarana-
prasarana (aftermath assistance and relief), rehabilitasi dan adaptasi kondisi fisik dan
non-fisik (floodadaptation and rehabilitation), penilaian kerugian materi dan non-
materi, asuransi bencana banjir (flood damage assessment and insurance), dan
pengkajian cepat penyebab banjir untuk masukan dalam tindakan pencegahan (flood
quick reconnaissance study).

2.6 Mitigasi Bencana Banjir

Menurut (Paimin, 2014), teknik mitigasi banjir dan longsor adalah untuk
menuntun para pihak, termasuk masyarakat setempat, melakukan mitigasi bencana
banjir dan tanah longsor yang mudah dipahami. Sedangkan tujuannya adalah agar
masyarakat dan para pihak secara dini dapat melakukan identifikasi wilayah rawan
bencana banjir dan tanah longsor, tindakan preventif (pencegahan), pengurangan
kemungkinan kerugian akibat bencana, dan persiapan dalam melakukan respon
darurat, sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing.

Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, Mitigasi Bencana adalah


serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyandaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Beberapa langkah mitigasi yang dapat dilakukan ketika banjir melanda yakni:

1. Mematikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan
aliran listrik di wilayah yang terkena banjir.
2. Mengungsi ke tempat aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk diseberangi.
3. Menghindari berjalan dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
4. Segera mengamankan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi.
5. Jika air terus meninggi, hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan
bencana.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa bencana banjir tidak semata-
mata hanya terjadi karena faktor alam saja, harus diakui bahwa kearifan manusia
berperan penting dalam menjaga kelestarian alam agar alam tidak membalasnya
dengan hal yang buruk seperti bencana banjir.

Dua faktor penyebab banjir yaitu faktor alam dan manusia ini harus ditangani
serius oleh pemerintah agar bencana banjir dapat terselesaikan segera mungkin,
karena hal ini sangat mengganggu pada aktifitas masyarakat yang terkena dampak
dari bencana banjir. Disisi lain kita sebagai masyarakat juga harus sadar bahwa
pemerintah tidak bisa bergerak sendiri untuk menangani bencana ini, masyarakat
perlu sadar akan kelestarian alam itu sangat penting untuk menjaga keharmonisan
kehidupan manusia dengan alam.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai