Disusun Oleh :
Gema Anugrah
18136106
Dosen Pengampu
Dr Ernawati, M.Si
Jurusan Geografi
Fakultas Ilmu Soaial
Universitas Negeri Padang
2021
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia adalah Banjir.
Menurut (Yulaelawati, 2008) banjir adalah peristiwa meluapnya aliran sungai
akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi
dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Menurut data statistik yang
diambil dari situs (http://dibi.bnpb.go.id/), mengenai distribusi tipe bencana dan
korban jiwa pada tahun 1815 hingga tahun 2015, banjir menempati urutan pertama
dengan 5.600 peristiwa dan jumlah korban jiwa dibawah 34.000 orang. Selain itu,
banjir juga merupakan bencana alam yang mempunyai tingkat frekuensi terjadinya
bencana sebesar 34 % disusul oleh bencana angin kencang.
Karena banjir termasuk bencana yang hampir setiap tahun melanda Indonesia,
maka dari itu diperlukan suatu langkah untuk penanggulangan dan mitigasi
bencananya. Hal tersebut diperlukan untuk menngurangi resiko dan dampak dari
bencana ini. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai apa saja jenis banjir,
bagaimana penanggulangan bencana banjir, dan bagaimana mitigasi yang harus
dilakukan ketika terjadi banjir. Maka dibuatlah sebuah makalah dengan judul
Penanggulangan dan Mitigasi Bencana Banjir dan Bencana Air Lainnya.
2. Tujuan
a. Mengetahui jenis-jenis bencana banjir
b. Mengetahui penanggulangan bencana banjir
c. Mengetahui mitigasi yang dilakukan ketika bencana banjir melanda
PEMBAHASAN
1. Pengertian Bencana Banjir
Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana didefisnisikan sebagai
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat. Bencana dapat disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Agar mampu memahami dengan baik makna dari banjir, (Yulaelawati, 2008)
memberikan gambaran mengenai derah penguasaan sungai. Di dalam suatu
ekosistem sungai terdapat bagian-bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang
lainnya, yanki palung sungai yang selalu tergenang oleh air sungai, dataran banjir
yang akan tergenang apabila sungai meluap, dan bantaran sungai. Gambar 1.1 akan
mendiskripsikan bagian-bagian yang telah disebutkan diatas
Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai
dihitung dari tepi sungai sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Fungsi dari
bantaran sungai adalah sebagai tempat mengalirnya sebagian debit sungai pada saat
banjir. Jadi, secara alami bantaran sungai akan tergenang oleh aliran sungai saat
banjir tiba. Oleh karenanya, dilarang mendirikan hunian atau sebagai tempat
membuang sampah pada daerah ini. Sementara, garis sempadan sungai (GS) adalah
garis batas luar pengamanan sungai.
a. Banjir Kilat
Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu delapan
jam setelah hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini sering
dihubungkan dengan banyaknya awan kumulus, kilat dan petir yang keras,
badai tropis atau cuaca dingin.Umumnya banjir kilat diakibatkan oleh
meluapnya air hujan yang sangat deras. Namun, selain hal tersebut juga
dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti: bendungan yang gagal menahan
debit air yang meningkat, es yang tiba-tiba meleleh, dan berbagai perubahan
besar dibagian hulu sungai.
c. Banjir Pantai
Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai tropis.
Banjir yang membawa bencana dari luapan air hujan sering bertambah parah
karena badai yang dipicu angin kencang di sepanjang pantai. Hal ini
mengakibatkan air garam akan membanjiri daratan karena dampak
perpaduan gelombang pasang.
Pada gambar 2.1 (a), 2.1 (b), dan 2.1 (c) berikut, akan ditunjukkan ilustrasi
dari ketiga jenis banjir yang telah disebutkan diatas, berikut merupakan ilustrasi
dari banjir kilat, banjir luapan, dan banjir pantai:
Gambar 2.1 (a) Banjir Kilat, (b) Banjir luapan sungai (c) Banjir pantai
Gambar 2.1 (a) merupakan peristiwa banjir kilat yang terjadi di Malaysia
pada tahun 2007 silam yang diambil dari citizen journalism (cy.my). Sementara,
gambar 2.1 (b) diambil dari warta (viva.news.com) yang memberitakan peristiwa
meluapnya sungai Bengawan Solo pada tahun 2009 dan setidaknya menggenangi 7
kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang terlewati oleh aliran sungai
tersebut. Terakhir, pada gambar 2.1 (c) merupakan gambaran dari mulai surutnya
banjir air laut yang terjadi di pinggiran pantai kota Bandar Lampung diambil dari
warta (lampung. Antaranews.com).
Selain ketiga jenis banjir yang telah disebutkan diatas, salah satu banjir yang
sering terjadi di Indonesia adalah Banjir Bandang. Banjir bandang (flash flood)
adakah penggenangan akibat limpasan keluar alur sungai karena debit sungai yang
membesar tiba-tiba melampaui kapasitas aliran, terjadi dengan cepat melanda
daeraah-daerah rendah permukaan bumi, di lembah sungai-sungai dan cekungan-
cekungan dan biasanya membawa material sampah (debris) dalam alirannya. Banjir
bandang bisa berlangsung cepat (biasanya kurag dari enam jam) dan mempunyai
tinggi permukaan gelombang banjir berkisar 3 hingga 6 meter dengan membawa
material sampah hasil dari sapuannya di sepanjang lajurnya (Mulyanto, 2012).
Kombinasi aliran material vulkanik seperti abu gunung api, kerikil, kerakal,
dan bongkahan batu dengan lereng curam menjadikan aliran banjir lahar juga
dikendalikan oleh percepatan gaya gravitasi bumi. Selain itu, banjir ini juga
mempunyai bongkahan batu yang besar yang terangkut dengan aliran akibat aliran
lahar mempunyai berat jenis yang sama dengan bongkahan batu tersebut. Gambar
2.3 berikut menggambarkan tentang dampak dari banjir lahar yang terjadi di kaki
gunung Merapi, tepatnya berada di daerah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
(Daryono, 2012)
Secara umum, faktor terjadinya bencana banjir sama seperti terjadinya bencana
pada umumnya. Bencana dapat dibagi menjadi dua buah faktor, yakni bencana
akibat faktor alam sendiri, dan bencana akibat ulah manusia. Bencana akibat alam
disebabkan oleh adanya fenomena alam yang dikenal sebagai bencana alam. Akan
tetapi, pada faktanya, manusia tetap berkontribusi paling besar dengan terjadinya
bencana alam yang sering terjadi saat ini.
Sementara itu, bencana akibat ulah tangan manusia diakibatkan oleh adanya
ulah manusia yang membuat perubahan situasi alam yang ada saat ini. Salah satu
contohnya adalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Pemenuhan kebutuhan
hidup manusia ini bermacam-macam bentuknya, mulai dari melakukan penebangan
hutan secara liar, mendirikan pemukiman di daerah bantaran sungai, perusakan
kawasan hutan mangrove di daerah tepian pantai, dan menjadikan aliran sungai
sebagai tempat pembuangan sampah (Sundar, 2007).
Ilustrasi dari bencana yang disebabkan oleh ulah manusia akan ditunjukkan
melalui Gambar 2.3 (a), (b), dan (c) sebagai berikut
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2006 tentang
Pedoman umum mitigasi bencana menjelaskan tentang langkah-langkah yang
dilakukan dalam mitigasi bencana banjir seperti: pengawasan penggunaan lahan,
pembangunan infrastruktur yang kedap air, pengerukan dan pembangunan sudetan
sungai, pembuatan tembok pemecah ombak, pembersihan sedimen, pembuatan
saluran drainase, pelatihan pertanian yang sesuai dengan daerah banjir, dan juga
menyiapkan persiapan evakuasi bencana banjir.
3. Mitigasi yang harus dilaksanakan ketika banjir melanda dapat dilakukan dengan
beberapa cara yang mudah, seperti: memutus setiap aliran listrik, menyelamatkan
barang berharga, dan segera melakukan pengungsian ketika sudah terlihat ada
potensi terjadi banjir. Hal tersebut harus dilaksanakan agar meminimalisir
jatuhnya korban jiwa yang berjatuhan dan kerusakan yang ditimbulkan akibat
bencana banjir.
Daftar Pustaka
Sumber buku :