Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PEMODELAN BANJIR BANDANG DI KAWASAN LEMBAH

ANAI KABUPATEN TANAH DATAR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Penyelesaian Kuliah Kerja


Lapangan Program Studi Geografi Jurusan Geografi Universitas Negeri Padang

Disusun Oleh:
Nama Nim
Gema Anugrah 18136105
Indri Milenia 18136012
Silvia Yunidar 18136024
Muhammad Taufik 18136034

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Dedi Hermon M.P
Triyatno, S.Pd, M.Si

PRODI GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT. Sehingga penulis


telah menyelesaikan laporan KKL Tematik ini dengan tepat waktu. Salah satu tujuan
penulis dalam menulis laporan ini adalah sebagai dokumentasi dan juga bentuk
evaluasi kegiatan mata kuliah yang dibuat oleh dosen pembimbing mata kuliah
tersebut. Laporan yang penulis buat ini berdasarkan data-data yang valid yang telah
dikumpulkan berdasarkan data yang telah di dapatkan dan diolah dengan
menggunakan aplikasi Arcgis dengan baik.
Penulis menyampaikan terima kasih pada beberapa pihak yang ikut
mendukung proses pembuatan laporan ini hingga selesai. Yaitu:
1. Bapak Dr. Arie Yulfa, ST, M.Sc Selaku Ketua Prodi Jurusan Geografi.
2. Bapak Triyatno, S.Pd, M.Si Selaku pembimbing.
3. Dan rekan – rekan yang ikut terlibat dalam menyelesaikan laporan KKL
Tematik ini.
Penulis menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan laporan KKL Tematik
ini. Namun penulis tetap berharap laporan ini akan memberikan manfaat bagi para
pembaca. Demi kemajuan penulis, penulis juga mengharapkan adanya masukan
berupa kritik atau saran yang berguna. Terima kasih.

Padang, 16 Desember 2021

Kelompok 2

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................................II
DAFTAR TABEL........................................................................................................III
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................IV
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.4 Tujuan penelitian.............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
2.1 Kajian Teori.....................................................................................................4
2.2 Faktor penyebab banjir....................................................................................5
2.3 Klasifikasi Banjir.............................................................................................6
2.4 Kerugian Akibat Banjir....................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................9
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................9
3.1 Lokasi Studi.....................................................................................................9
3.2 Data..................................................................................................................9
BAB IV........................................................................................................................13
PEMBAHASAN..........................................................................................................13
4.1 Hasil Pengolahan Data Terrain......................................................................13
4.2 Analisis Pemodelan Hec Ras 1D...................................................................13
4.3 Analisis Hasil Pemodelan Hec Ras 1D..........................................................19
4.3.1 Model Genangan Banjir..............................................................................19
4.3.2 Luasan Genangan Banjir.....................................................................19
5.1 Kesimpulan....................................................................................................20

II
5.2 Saran..............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................22

III
DAFTAR TABEL

Table 1. Banjir 22 Desember 2019..............................................................................20

IV
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Data elevation model................................................................................13


Gambar 2. Tools Hec Ras...........................................................................................14
Gambar 3. Tools Ras Mapper.....................................................................................15
Gambar 4. Input data elevation model.......................................................................16
Gambar 5. Breaklines kiri kanan sungai....................................................................17
Gambar 6. Flow hydrograph (memasukkan debit rencana).......................................17
Gambar 7. Memasukkan data kedalaman banjir.......................................................18
Gambar 8. Unsteady flow simulation........................................................................18
Gambar 9. Hasil analisis pemodelan genangan banjir...............................................19
Gambar 10. Kedalaman dan luas area.......................................................................20

V
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banjir adalah salah satu bencana alam yang dapat mengakibatkan hilangnya
nyawa dan harta benda. Kerugian yang diakibatkanoleh banjir dapat berupa
kerusakan bangunan, hilangnya barang barang berharga dan mengakibatkan
terhambatnya aktivitas manusia (Kegeografian & Semarang, 2018). Banjir dapat
disebabkan oleh limpasan air permukaan yang meluap dan volumenya melebihi
kapasitas sistem drainase atau sistem aliran sungai. Naiknya permukaan air
diakibatkan oleh rendahnya kemampuan infiltrasi tanah yang tidak dapat menyerap
air dengan baik, curah hujan yang berada di atas rata – rata, perubahan suhu, terjadi
kerusakan pada tanggul / bendungan, pencairan salju yang cepat dan terhambatnya
aliran air di tempat lain (Ligak, 2008).
Tanah datar merupakan salah satu kabupaten di provinsi Sumatera Barat yang selalu
dilanda banjir, di akhir tahun 2019 tepatnya pada tanggal 22 desember kabupaten ini
kembali mengalami banjr yang diikuti oleh longsor di Lembah Anai, Jorong Aia
Mancua. Berdasarkan pernyataan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Belum ada laporan korban jiwa dan kerusakan akibat meningkatnya debit air terjun.
Saat hujan deras di bagian hulu Gunung Singgalang, debit air terjun berubah menjadi
besar. Namun, tidak ada korban karena jauh dengan permukiman (BPBD) Kabupaten
Tanah Datar
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi banjir susulan dalam waktu
dekat adalah membuat peta rawan bencana, baik untuk potensi banjir bandang
maupun longsor, dari data ini juga akan diketahui daerah yang memiliki potensi
banjir bandang menengah atau rendah. Berdasarkan upaya yang dilakukan di atas
belum menunjukkan hasil apakah dampak dari banjir hanya akan berupa genangan air

1
mengingat genangan banjir adalah masalah terbesar ketika banjir. Salah satu cara
yang dilakukan untuk melihat daerah mana saja yang akan tergenang akibat banjir ini,
dapat digunakan software HEC – RAS 2D untuk pemodelan genangan banjir. Data
yang digunakan dalam pemodelan ini adalah data hasil dari analisis hidrologi dan
hidraulika berupa elevasi dasar permukaan dan sungai, kedalaman genangan, debit air
yangdialirkan oleh saluran saat banjir dan hambatan terhadap aliran. Terdapat
beberapa metode yang digunakan untuk kajian dan pemetaan banjir yaitu kajian detail,
kajian detail terbatas, kajian pendekatan dan redelineasi (Al Amin et al., 2018). Hasil
pemodelan menggunakan software ini berupa peta genangan banjir yang dapat
memberikan informasi lebih detail untuk mitigasi banjir yang lebih optimal jika
terjadi bencana banjir susulan.
Pemodelan genangan banjir perlu dilakukan untuk mengurangi risiko dan jumlah
kejadian banjir, dengan begitu dapat dilakukan perencanaan sistem drainase yang
lebih baik. Peta genangan banjir juga dapat digunakan untuk perencanaan
pembangunan seperti bangunan gedung, real estate, perkantoran dan lainnya. Dengan
adanya peta genangan banjir ini maka dapat ditentukan jaminan dan asuransi dari
bangunan yang dibangun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana bentuk pemodelan bajir yang terjadi di jorong aia mancua?
2. Bagaiaman bentuk luapan banjir yang terjadi di jorong aia mancua?
1.3 Batasan masalah
1. Pemodelan dilakukan pada DAS Batang Anai.
2. Pemodelan genangan banjir menggunakan software Hec Ras 1D.
3. Data debit yang digunakan merupakan hasil Analisa dari studi yang lain.

1.4 Tujuan penelitian


1. Menganalisis pemodelan genangan banjir di daerah DAS Batang Anai

2
menggunakan Softwere Hec-Ras
2. Mengetahui detail kedalaman maksimum dan luasan area genangan banjir
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan geografi yang berkaitan dengan
mitigasi bencana
2. Sebagai alternative perhitungan dan langkah pembuatan peta genangan banjir
3. Sebagai informasi bagi pengelola DAS Lembah Anai dalam upaya
pengendalian banjir dan peringatan dini pada area yang rawan banjir

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


Berdasarkan Fallis, (2016) banjir adalah suatu keadaan di mana air di dalam
saluran pembuang tidak tertampung atau adanya hambatan di saluran pembuang yang
mengakibatkan meluapnya air dan menggenangi daerah dataran sekitarnya. Secara
sederhana banjir didefenisikan sebagai meluapnya air di daratan yang bukan menjadi
tempat mengalirnya air dan mengakibatkan tergenangnya kawasan tersebut. Banjir
sering kali melanda kawasan permukiman yang mengakibatkan kerugian harta benda
dan dapat menimbulkan korban jiwa. Ketika terjadi banjir pada bagian hulu aliran
biasanya memiliki arus banjir yang deras, daya gerus besar tetapi durasi banjir yang
pendek. Sementara di bagian hilir aliran memiliki arus banjir yang tidak deras tetapi
memiliki durasi yang panjang. Dalam siklus hidrologi dapat dilihat bahwa volume air
yang mengalir di permukaan tanah dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan dan
tingkat peresapan air ke dalam tanah. Air hujan yang sampai dan mengalir di
permukaan tanah akan bergerak menuju ke lautan dengan membentuk alur – alur
sungai. Alur sungai akan dimulai dari dataran tinggi menuju dataran rendah seperti
dimulai dari daerah pegunungan atau perbukitan kemudian bermuara di laut. Dalam
jurnal Tarigan, (2017) menyatakan bentuk hidrograf banjir pada suatu daerah
tangkapan akan ditentukan oleh 2 hal yaitu :
1. Karakteristik hujan lebat akan didistribusi dari intensitas hujan dalam ruang
dan waktu.
2. Karakteristik daerahtangkapan seperti bentuk,luas,sistem saluran, kemiringan
lahan,jenis dan distribusi lapisan tanah beserta struktur geologi dan geomorfologi.

4
2.2 Faktor penyebab banjir
Banjir dapat disebabkan oleh banyak faktor, secara umum penyebab banjir dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu disebabkan oleh sebab alami dan sebab tindakan
manusia (Fallis, 2016). Yang termasuk penyebab banjir alami adalah sebagai berikut :
1. Curah Hujan
Indonesia dengan iklim tropis memiliki musim hujan yang terjadi antara bulan
Oktober hingga Maret, pada musim ini hujan yang turun dengan intensitas tinggi
dan durasi yang lama akan mengakibatkan luapan ataupun peningkatan elevasi
muka air di aliran sungai.
2. Pengaruh Fisiografi
Geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi, kemiringan daerah pengaliran sungai
dan geometri hidraulik (seperti bentuk penampang, lebar kedalaman, potongan
memanjang dan material dasar sungai), lokasi sungai merupakan hal – hal
yangmempengaruhi terjadinya banjir.
3. Erosi dan Sedimentasi
Terjadinya erosi dan penumpukan sedimen di daerah pengaliran sungai akan
mengakibatkan berkurangnya kapasitas penampungan sungai. Kapasitas sungai
sangat bergantung pada sedimentasi yang terjadi pada sungai tersebut, hal ini
akan mengakibatkan banjir di sungai.
4. Kapasitas Sungai
Seringkali terjadi penurunan kapasitas sungai yang disebabkan oleh penggunaan
lahan yang tidak tepat ditambah dengan terjadinya erosi dan sedimentasi yang
berlebihan.
5. Kapasitas Drainase
Hampir seluruh drainase yang berada di Indonesia memiliki daerah genangan
yang tidak memadai yang mengakibatkan kota – kota besar di Indonesia menjadi
langganan banjir.
6. Pasang Surut

5
Ketika air laut mengalami pasang maka aliran air dari sungai ke laut menjadi
lambat. Saat banjir terjadi bersamaan dengan pasangnya air laut yang tinggi maka
banjir akan menjadi lebih besar karena terjadi aliran balik (backwater).

2.3 Klasifikasi Banjir


Berdasarkan Sudirman et al., (2014) banjir dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa bagian berdasarkan sumber air, mekanisme, posisi dan penyebab banjir
sebagai berikut :
1. Banjir berdasarkan sumber air
Banjir yang terjadi berdasarkan sumber air atau area yang menjadi wadah
penampungan air di bumi, banjir dapat dibedakan menjadi 3 , sebagai berikut :
• Banjir sungai : yaitu banjir yangterjadi akibat meluapnya aliran sungai
• Banjir danau : yaitu banjir yang terjadi akibat melupanya air danau atau adanya
bendungan yang rusak
• Banjir laut pasang : yaitu banjir yang terjadi akibat adanya gempa bumi ataupun
badai yang membuat air laut dapat mencapai daratan.
2. Banjir berdasarkan mekanisme terjadinya
Kategori banjir berdasarkan mekanisme terjadinya banjir yaitu bagaimana air
menggenangi daerah daratan sekitarnya dapat dibedakan sebagai berikut:
• Banjir biasa (regular) : banjir biasa terjadi akibatjumlah limpasan airsangat
banyak sehingga mampumelampaui kapasitas darisaluran air yang tersedia.
• Banjir tidak biasa (irregular) : banjirtidak biasaterjadi akibat adanya pengaruh
dari bencana lain seperti tsunami, gelombang pasang dan keruntuhan pada
bendungan.
3. Banjir berdasarkan posisi sumber banjir
Banjir dapat dikategorikan berdasarkan posisi sumber banjir terhadap area yang
digenangi sebagai berikut:
• Banjir lokal : banjir yang terjadi akibat hujan lokal
• Banjir bandang : banjir yang terjadi akibat dari kumpulan air limpasan di daerah

6
hulu pada suatu area tangkapan air.
4. Banjir berdasarkan penyebab terjadinya
Kategori banjir berdasarkanpenyebab terjadinya dapat diklasifikasikanmenjadi
empat, sebagai berikut:
• Interval waktu : banjir dapat terjadi dengan intensitas hujan yang rendah namun
memiliki durasi atau interval waktu yang lama seperti hujan dapat terjadi dalam
hitungan hari.
• Pasang surut : banjir dapat terjadi akibat adanya pasang surut air, pada
umumnya banjir ini sering terjadi di daerah muara sungai.
• Salju : banjir dapat terjadi akibatmencairnya tumpukan salju dan suhu udara
yang membuat salju lebih cepat mencair.
• Topografi : banjir dapat terjadi dengan intensitas yang tinggi dan terjadi di
daerah dengan topografi yang curam di hulu sungai, banjir dengan penyebab ini
juga dapat mengakibatkan terjadinya longsor.

2.4 Kerugian Akibat Banjir


Banjir yang terjadi pada umumnya akan menyisakan dampak yang berupa
kerugian. Kerugian ini bisa berakibat secara langsung ataupun tidak langsung.
Dampak langsung akan lebih mudah untuk diprediksi daripada dampak yang tidak
langsung, kemudian dampak akibat banjir ini akan sangat berbeda antara banjir di
daerah permukiman padat penduduk dan perdesaan yang didominasi oleh area
pertanian. Banjir yang melanda suatu kawasan dapat melumpuhkan seluruh kegiatan
sosial dan ekonomi, bahkan dapat menghanyutkan dan mengakibatkan timbulnya
korban jiwa. Pada umumnya ketika suatu daerah mengalami banjir, pemerintah
setempat akan menyediakan suatu area pengungsian di mana korban banjir yang
mengungsi mudah terjangkit penyakit menular seperti diare, penyakit kulit dan
pernafasan. Kerugian akibat banjir secara tidak langsung menempati urutan pertama
setelah gempa bumi dan tsunami. Selain kerugian berdampak fisik seperti yang telah
disebutkan, korban banjir juga menerima kerugian non – fisik seperti liburnya

7
sekolah dan adanya peningkatan harga kebutuhan pokok (Rosyidie, 2013).
Mengutip pemberitaan oleh Ratriani (2020) Kota Jakarta mengalami banjir besar
pada tahun 2002, 2007 dan 2013. Dampak kerugian akibat banjir ini membuat hampir
keseluruhan kegiatan ekonomi di Jakarta lumpuh, korban kehilangan harta dan
mengalami kerusakan aset seperti rumah dan kendaraan pribadi. Pada tahun 2002
diperkirakan kerugian banjir diJakarta mencapai 5,4 triliun dengan jumlah ini hampir
melampaui 57 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota
Jakarta pada tahun yang sama. Setiap terjadinya banjir kendala yang selalu timbul dan
harus ditanggulangi akan selalu berbanding lurus dengan nilai kerugian ekonomi
yang terjadi, hal ini paling tidak telah tergambar dari pengalaman banjir dengan skala
besar di Kota Jakarta dengan siklus 5 sampai 6 tahun dimulai dari tahun 2002.

8
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Studi


Lembah Anai merupakan salah satu kawasan hutan lindung. Luas Cagar Alam
lembah Anai lebih kurang 221 Ha, berlokasi di Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah
Datar dan pengelolaannya di bawah kawasan Seksi Konservasi Wilayah III (BKSDA
Sumbar, 2007). Berdasarkan koordinat bumi berada 000 28 47 LS – 000 19 22 LS
sampai dengan 1000 19 42 BT – 1000 22 03 BT dan terletak pada ketinggian antara
400 m – 1200 mdpl dengan kelembaban berkisar antara 60%- 100% (BKSDA
Sumbar 2008).

3.2 Data
Untuk pengumpulan data pada studi Pemodelan Genangan Banjir di Lembah Anai,
Jorong Aia Mancua Menggunakan Hec – Ras 1D digunakan metode literatur yaitu
salah satu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara
mengumpulkan, merumuskan dan mengolah data tertulis diikuti dengan metode kerja
yang digunakan. Kemudian melakukan observasi langsung ke lapangan. Pada
pemodelan banjir ini digunakan data sekunder yang di butuhkan sebagai berikut:
1. Data elevation model
2. Curah hujan
3. Debit sungai
4. Data pasang surut
3.3 Tahapan Penelitian
Penelitian ini akan berfokus pada pemodelan genangan banjir di kawasan Lembah
Anai, sebelum dilakukan pemodelan dibutuhkan beberapa data yang akan diolah.
Data yang harus dipenuhi untuk pemodelan adalah sebagai berikut.

9
Metodologi yang digunakan dalam penulisan Tugas ini adalah studi literatur dan
analisis data.
a. Literatur
b. Pengumpulan Data
c. Observasi/ Pengamatan Langsung.
Data yang diperlukan yaitu:
1. Data Curah Hujan Maksimum
untuk normalisasi Batang Anai, data curah hujan yang diperoleh yaitu
Stasiun Lubuk Napar, Stasiun Paraman Talang Alai dan Stasiun Kasang dengan
curah hujan 10 tahun. Untuk menentukan curah hujan digunakan metode rata-
rata aljabar. Rumus yang di pakai yaitu :
n

P  P  P  ... 
P
P 1

P 1 2 3 n
 i1
n n
P = Curah hujan daerah (mm)
n = Jumlah pos penakar hujan
P1,P2,..., Pn = Curah hujan ditiap pos penakar hujan (mm)
2. Analisa hujan rencana
Curah hujan rencana merupakan curah hujan terbesar tahunan dengan
suatu kemungkinan periode ulang tertentu. Analisa curah hujan rencana bertujuan
untuk menentukan periode ulang pada peristiwa hidrologis masa yang akan
datang. Untuk perhitungan curah hujan rencana dilakukan dengan periode ulang 2
tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50 tahun, 100 tahun dengan menggunakan
beberapa metode yaitu:
a. Distribusi Normal
Distrubusi normal adalah simetris terhadap sumbu vertical dan berbentuk lonceng
yang juga disebut distribusi Gauss. Rumus yang di pakai yaitu:

XT  X  KT .S

10
Dimana:
XT = curah hujan kala ulang T-tahun

X = nilai rata-rata hitung variat


S = standar Deviasi
KT = variable reduksi Gauss
b. Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel banyak digunakan untuk analisis data maksimum,
seperti untuk analisis frekuensi banjir. Rumus yang di pakai yaitu:

X  X  YT  Yn
Sn Sx

Dimana :
X= Curah hujan kala ulang T tahun (mm)

X = Curah hujan maksimum rata-rata


YT =Reduced variate (tabel hubungan dengan periode ulang, t)

Yn =Recuded mean (tabel hubungan dengan banyaknya data, n)

Sn =Recuded standar deviasi (hubungan dengan banyak data,n)

Sx =Standar deviasi n

n = Banyak data tahun pengamatan


d. Distribusi Log Person III
Pearson telah mengembangkan banyak model matematika fungsi distribusi
untuk membuat persamaan empiris dari suatu distribusi. Rumus yang di pakai
yaitu:
LogRn  Yr  KT .S
Dimana :
Rn =Curah hujan kala ulang T tahun (mm)
Yr =Curah hujan maksimum rata-rata

11
KT = Variabel reduksi Gauss
S =Standar deviasi

12
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengolahan Data Terrain


Dari data elevation model yang didapat dari INAGEOPORTAL DEMNAS diolah
dengan cara menginput data tersebut pada software ArcGis. Dari pengolahan tersebut
terdapat dua langkah pengolahan yaitu memotong data raster daerah penelitian dan
memproyeksikan koordinat.

Gambar 1. Data elevation model.

4.2 Analisis Pemodelan Hec Ras 1D


Pemodelan banjir yang dilakukan pada Hec Ras dibutuhkan ketelitian yang cukup
dikarenakan software ini dikembangkan oleh US Army Corps (USAC) sehingga
terdapat beberapa perbedaan yang harus dilakukan perubahan terutama di bagian
satuan, sebab satuan yang menjadi default dari Hec Ras adalah satuan US Customary
Unit seperti terdapat pada gambar.

13
Gambar 2 Tools Hec Ras.
Pada langkah selanjutnya mengimput data terrain atau data DEM yang sudah
diolah pada software ArcGis dengan membuka tolls Ras Mapper. Layer terrain
diaktifkan lalu klik kanan dan create a new as terrain, setelah diklik akan muncul
beberapa kolom percakapan yang dapat diabaikan dengan cara klik pada kolom Yes.
Kemudian pilih file terrain dan akan muncul area yangakan dilakukan pengerjaan.

14
Gambar 3 Tools Ras Mapper.

15
Gambar 4. Input data elevation model.
Pada langkah pembuatan garis sungai dibutuhkan koordinat sungai
yang akan ditinjau, untuk data sungai dapat diperoleh dari data administrasi
sungai ataupun dari BWS terdekat. Untuk memasukkan koordinat sungai
dilakukan dengan cara pada terrain diklik kanan lalu klik add modification
layer dilanjutkan dengan klik lines dan channel, kemudian akan muncul
kolom percakapan yang diisi dengan nama sungai.
Selanjutnya pemberian breaklines di sisi kanan dan kiri sungai,
pemberian breaklines bertujuan untuk mengontrol arah aliran karena dalam
setiap aliran air terdapat kemungkinan ada penghalang yang membuat aliran
selanjutnya akan mencari jalan baru. Penggunaan breaklines dilakukan pada
komputasi 1D yang juga harus disertai pengisian near dan far spacing yang di
mana elemen ini nantinya sangat berpengaruh pada ketelitian saat komputasi
berjalan. Breaklines diberikan pada komputasi dengan objek berupa jalan,
tanggul dan tanggul alamiseperti sungai.

16
Gambar 5. Breaklines kiri kanan sungai.
Selanjutnya beralih dari Ras Mapper, langkah yang dilakukan adalah
membuka unsteady flow data, pada bagian ini akan muncul kolom BC Line yang
telah dibuat sebelumnya, pada BC Line hulu diisi dengan data debit hujan atau flow
hydrograf dan pada BC Lines hilir dengan normal depth.

Gambar 6. Flow hydrograph (memasukkan debit rencana).

17
Gambar 7. Memasukkan data kedalaman banjir.
Langkah terakhir dari pemodelan genangan banjir ini yaitu membuka
unsteady flow simulation, pada bagian ini akan ditentukan tanggal kejadian
hujan dan berapa lama waktu komputasi yang akan dilakukan. Komputasi
akan berjalan dengan baik jika pada Ras Mapper tidak ditemukan kesalahan
apa pun, terutama yang berkaitan dengan geometri sungai.

Gambar 8. Unsteady flow simulation.

18
4.3 Analisis Hasil Pemodelan Hec Ras 1D

4.3.1 Model Genangan Banjir


Hasil analisis pemodelan genangan banjir menggunakan tiga metode dalam
perhitungan hujan rencana yaitu distribusi normal, distribusi log normal, gumbel dan
loc person III. Dengan metode tersebut dapat diketahui hasil debit pada hujan rencana
tersebut.

Gambar 9. Hasil analisis pemodelan genangan banjir.

4.3.2 Luasan Genangan Banjir


Setiap genangan yang terbentuk dari pemodelan memiliki kedalaman
maksimum dan luasan area banjir masing-masing. Untuk mengetahui kedalaman
banjir dilakukan perhitungan dengan bantuan software ArcGis. Perhitungan luasan
genangan menggunakan command slope, reclassify, raster to polygon, smooth
polygon dan membuka luasan area melalui attribute table yang kemudian

19
menghasilkan data berikut:

Gambar 10. Kedalaman dan luas area.


Perhitungan luasan area yang terkena banjir dilakukan berdasarkan setiap
kedalaman dengan selisih 0.5 m pada tabel di bawah.

Table 1. Banjir 22 Desember 2019


Klasifikasi Kedalaman Genangan (m) Arean (Ha)
1 0,5 22.157
2 1 18.772
3 1,5 13.916
4 2 17.457
5 3 5.576

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya serta beberapa laporan mengenai
permasalahan banjir di lokasi penelitian menyimpulkan bahwa bencana banjir di DAS
Batang Anai sebelumnya pernah terjadi, ini membuktikan bahwa daerah tersebut
memiliki ancaman banjir. Hal ini juga diperkuat dari hasil analisis pada penelitian ini,

20
berupa zonasi potensi bencana banjir yang telah dilakukan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek dan karakteristik kondisi sesungguhnya agar
menghasilkan fakta sebenarnya. Dari hasil dan pembahasan tersebut maka dapat
disimpulkan, berdasarkan simulasi model HEC-RAS diperoleh nilai debit banjir
rancangan maksimum sungai Batang Anai periode Q2 tahun sebesar 204.403 m3/s
yang melebihi kapasitas sungai atau memiliki potensi ancaman banjir yang dapat
menimbulkan ketinggian banjir mencapai 1 sampai 3 meter dari tinggi muka air
normal sungai dengan status kelas resiko tinggi.
Dari analisis tersebut terdapat 5 klasifikasi, kedalaman genangan 0,5 m dengan
luas area 22.157 m, kedalaman genangan 1m dengan luas area 18.772, genangan 1,5
m dengan luas area 13.916 m, kedalaman genangan 2 dengan luas area 17.457 m, dan
kedalaman 3 m dengan luas area 5.576 m.

5.2 Saran
Dengan adanya analisis pemodelan genangan banjir ini semoga pemerintah dan
masyarakat setempat lebih memperhatikan dan waspada terhadap bencana banjir
yang akan terjadi. Kemudian tidak mendirikan bangunan atau tempat wisata yang
dapat mengganggu daerah aliran sungai.

21
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penanggulangan Bencana Daerah. (2015). Laporan Tahunan Pusdalops PB


(Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana). BPBD. Sumatera
Barat.
BPBD Kabupaten Tanah Datar. (2015). Penanggulangan Bencana Banjir di
Kabupaten Tanah Datar.
Darmawan, K., Hani’ah, & Suprayogi, A. (2017). Analisis Tingkat Kerawanan Banjir
Di Kabupaten Sampang Menggunakan Metode Overlay Dengan Scoring
Berbasis Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi Undip, 6, 31–40.
Isma, M., & Saanyol, I. O. (2013). Application of Remote Sensing (RS) and
Geographic Information Systems (GIS) in flood vulnerability mapping : Case
study of River Kaduna. Internacional Journal Of Geomatics And Geociences,
3(3), 618–627.
Kementrian Pekerjaan Umum. (2012). Pedoman Pembuatan Peta Rawan Longsor
dan Banjir Bandang Akibat Runtuhnya Bendungan Alam. Kementrian
Pekerjaan Umum.
Kodoatie, R. J., & Sugiyanto. (2001). Banjir Berupa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya (Perspektif Lingkungan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kusumo, P., & Nursari, E. (2016). Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir Dengan Sistem
Informasi Geografis Pada DAS Cidurian Kab. Serang, Banten. 1(1), 29–38.
Mawardi, Erman dan Asep Sulaiman.(2011). Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengurangan Resiko Bencana Banjir. Surakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Air.
Promise. Banjir dan Upaya Penanggulangnnya. Programme for Hydro-
Meteorological Risk Mitigation Secondary Cities in Asia, 2009.
Sadisun, A. Imam. (2008). Pemahaman Karakteristik Bnecana : Aspek Fundamental
dalam Upaya Mitigasi dan Penanganan Tanggap Darurat Bencana. Paper

22
Gladien Panji Bencana Vol. 12 No. 1. Bandung : Pusat Mitigasi Bencana ITB.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Suryolelono, K.B. (2005). Bencana Alam Tanah Longsor Perspektif Ilmu Geoteknik.

23

Anda mungkin juga menyukai