Disusun Oleh:
Nama Nim
Gema Anugrah 18136105
Indri Milenia 18136012
Silvia Yunidar 18136024
Muhammad Taufik 18136034
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Dedi Hermon M.P
Triyatno, S.Pd, M.Si
PRODI GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................................II
DAFTAR TABEL........................................................................................................III
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................IV
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.4 Tujuan penelitian.............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
2.1 Kajian Teori.....................................................................................................4
2.2 Faktor penyebab banjir....................................................................................5
2.3 Klasifikasi Banjir.............................................................................................6
2.4 Kerugian Akibat Banjir....................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................9
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................9
3.1 Lokasi Studi.....................................................................................................9
3.2 Data..................................................................................................................9
BAB IV........................................................................................................................13
PEMBAHASAN..........................................................................................................13
4.1 Hasil Pengolahan Data Terrain......................................................................13
4.2 Analisis Pemodelan Hec Ras 1D...................................................................13
4.3 Analisis Hasil Pemodelan Hec Ras 1D..........................................................19
4.3.1 Model Genangan Banjir..............................................................................19
4.3.2 Luasan Genangan Banjir.....................................................................19
5.1 Kesimpulan....................................................................................................20
II
5.2 Saran..............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................22
III
DAFTAR TABEL
IV
DAFTAR GAMBAR
V
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengingat genangan banjir adalah masalah terbesar ketika banjir. Salah satu cara
yang dilakukan untuk melihat daerah mana saja yang akan tergenang akibat banjir ini,
dapat digunakan software HEC – RAS 2D untuk pemodelan genangan banjir. Data
yang digunakan dalam pemodelan ini adalah data hasil dari analisis hidrologi dan
hidraulika berupa elevasi dasar permukaan dan sungai, kedalaman genangan, debit air
yangdialirkan oleh saluran saat banjir dan hambatan terhadap aliran. Terdapat
beberapa metode yang digunakan untuk kajian dan pemetaan banjir yaitu kajian detail,
kajian detail terbatas, kajian pendekatan dan redelineasi (Al Amin et al., 2018). Hasil
pemodelan menggunakan software ini berupa peta genangan banjir yang dapat
memberikan informasi lebih detail untuk mitigasi banjir yang lebih optimal jika
terjadi bencana banjir susulan.
Pemodelan genangan banjir perlu dilakukan untuk mengurangi risiko dan jumlah
kejadian banjir, dengan begitu dapat dilakukan perencanaan sistem drainase yang
lebih baik. Peta genangan banjir juga dapat digunakan untuk perencanaan
pembangunan seperti bangunan gedung, real estate, perkantoran dan lainnya. Dengan
adanya peta genangan banjir ini maka dapat ditentukan jaminan dan asuransi dari
bangunan yang dibangun.
2
menggunakan Softwere Hec-Ras
2. Mengetahui detail kedalaman maksimum dan luasan area genangan banjir
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan geografi yang berkaitan dengan
mitigasi bencana
2. Sebagai alternative perhitungan dan langkah pembuatan peta genangan banjir
3. Sebagai informasi bagi pengelola DAS Lembah Anai dalam upaya
pengendalian banjir dan peringatan dini pada area yang rawan banjir
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2 Faktor penyebab banjir
Banjir dapat disebabkan oleh banyak faktor, secara umum penyebab banjir dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu disebabkan oleh sebab alami dan sebab tindakan
manusia (Fallis, 2016). Yang termasuk penyebab banjir alami adalah sebagai berikut :
1. Curah Hujan
Indonesia dengan iklim tropis memiliki musim hujan yang terjadi antara bulan
Oktober hingga Maret, pada musim ini hujan yang turun dengan intensitas tinggi
dan durasi yang lama akan mengakibatkan luapan ataupun peningkatan elevasi
muka air di aliran sungai.
2. Pengaruh Fisiografi
Geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi, kemiringan daerah pengaliran sungai
dan geometri hidraulik (seperti bentuk penampang, lebar kedalaman, potongan
memanjang dan material dasar sungai), lokasi sungai merupakan hal – hal
yangmempengaruhi terjadinya banjir.
3. Erosi dan Sedimentasi
Terjadinya erosi dan penumpukan sedimen di daerah pengaliran sungai akan
mengakibatkan berkurangnya kapasitas penampungan sungai. Kapasitas sungai
sangat bergantung pada sedimentasi yang terjadi pada sungai tersebut, hal ini
akan mengakibatkan banjir di sungai.
4. Kapasitas Sungai
Seringkali terjadi penurunan kapasitas sungai yang disebabkan oleh penggunaan
lahan yang tidak tepat ditambah dengan terjadinya erosi dan sedimentasi yang
berlebihan.
5. Kapasitas Drainase
Hampir seluruh drainase yang berada di Indonesia memiliki daerah genangan
yang tidak memadai yang mengakibatkan kota – kota besar di Indonesia menjadi
langganan banjir.
6. Pasang Surut
5
Ketika air laut mengalami pasang maka aliran air dari sungai ke laut menjadi
lambat. Saat banjir terjadi bersamaan dengan pasangnya air laut yang tinggi maka
banjir akan menjadi lebih besar karena terjadi aliran balik (backwater).
6
hulu pada suatu area tangkapan air.
4. Banjir berdasarkan penyebab terjadinya
Kategori banjir berdasarkanpenyebab terjadinya dapat diklasifikasikanmenjadi
empat, sebagai berikut:
• Interval waktu : banjir dapat terjadi dengan intensitas hujan yang rendah namun
memiliki durasi atau interval waktu yang lama seperti hujan dapat terjadi dalam
hitungan hari.
• Pasang surut : banjir dapat terjadi akibat adanya pasang surut air, pada
umumnya banjir ini sering terjadi di daerah muara sungai.
• Salju : banjir dapat terjadi akibatmencairnya tumpukan salju dan suhu udara
yang membuat salju lebih cepat mencair.
• Topografi : banjir dapat terjadi dengan intensitas yang tinggi dan terjadi di
daerah dengan topografi yang curam di hulu sungai, banjir dengan penyebab ini
juga dapat mengakibatkan terjadinya longsor.
7
sekolah dan adanya peningkatan harga kebutuhan pokok (Rosyidie, 2013).
Mengutip pemberitaan oleh Ratriani (2020) Kota Jakarta mengalami banjir besar
pada tahun 2002, 2007 dan 2013. Dampak kerugian akibat banjir ini membuat hampir
keseluruhan kegiatan ekonomi di Jakarta lumpuh, korban kehilangan harta dan
mengalami kerusakan aset seperti rumah dan kendaraan pribadi. Pada tahun 2002
diperkirakan kerugian banjir diJakarta mencapai 5,4 triliun dengan jumlah ini hampir
melampaui 57 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota
Jakarta pada tahun yang sama. Setiap terjadinya banjir kendala yang selalu timbul dan
harus ditanggulangi akan selalu berbanding lurus dengan nilai kerugian ekonomi
yang terjadi, hal ini paling tidak telah tergambar dari pengalaman banjir dengan skala
besar di Kota Jakarta dengan siklus 5 sampai 6 tahun dimulai dari tahun 2002.
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2 Data
Untuk pengumpulan data pada studi Pemodelan Genangan Banjir di Lembah Anai,
Jorong Aia Mancua Menggunakan Hec – Ras 1D digunakan metode literatur yaitu
salah satu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara
mengumpulkan, merumuskan dan mengolah data tertulis diikuti dengan metode kerja
yang digunakan. Kemudian melakukan observasi langsung ke lapangan. Pada
pemodelan banjir ini digunakan data sekunder yang di butuhkan sebagai berikut:
1. Data elevation model
2. Curah hujan
3. Debit sungai
4. Data pasang surut
3.3 Tahapan Penelitian
Penelitian ini akan berfokus pada pemodelan genangan banjir di kawasan Lembah
Anai, sebelum dilakukan pemodelan dibutuhkan beberapa data yang akan diolah.
Data yang harus dipenuhi untuk pemodelan adalah sebagai berikut.
9
Metodologi yang digunakan dalam penulisan Tugas ini adalah studi literatur dan
analisis data.
a. Literatur
b. Pengumpulan Data
c. Observasi/ Pengamatan Langsung.
Data yang diperlukan yaitu:
1. Data Curah Hujan Maksimum
untuk normalisasi Batang Anai, data curah hujan yang diperoleh yaitu
Stasiun Lubuk Napar, Stasiun Paraman Talang Alai dan Stasiun Kasang dengan
curah hujan 10 tahun. Untuk menentukan curah hujan digunakan metode rata-
rata aljabar. Rumus yang di pakai yaitu :
n
P P P ...
P
P 1
P 1 2 3 n
i1
n n
P = Curah hujan daerah (mm)
n = Jumlah pos penakar hujan
P1,P2,..., Pn = Curah hujan ditiap pos penakar hujan (mm)
2. Analisa hujan rencana
Curah hujan rencana merupakan curah hujan terbesar tahunan dengan
suatu kemungkinan periode ulang tertentu. Analisa curah hujan rencana bertujuan
untuk menentukan periode ulang pada peristiwa hidrologis masa yang akan
datang. Untuk perhitungan curah hujan rencana dilakukan dengan periode ulang 2
tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50 tahun, 100 tahun dengan menggunakan
beberapa metode yaitu:
a. Distribusi Normal
Distrubusi normal adalah simetris terhadap sumbu vertical dan berbentuk lonceng
yang juga disebut distribusi Gauss. Rumus yang di pakai yaitu:
XT X KT .S
10
Dimana:
XT = curah hujan kala ulang T-tahun
X X YT Yn
Sn Sx
Dimana :
X= Curah hujan kala ulang T tahun (mm)
Sx =Standar deviasi n
11
KT = Variabel reduksi Gauss
S =Standar deviasi
12
BAB IV
PEMBAHASAN
13
Gambar 2 Tools Hec Ras.
Pada langkah selanjutnya mengimput data terrain atau data DEM yang sudah
diolah pada software ArcGis dengan membuka tolls Ras Mapper. Layer terrain
diaktifkan lalu klik kanan dan create a new as terrain, setelah diklik akan muncul
beberapa kolom percakapan yang dapat diabaikan dengan cara klik pada kolom Yes.
Kemudian pilih file terrain dan akan muncul area yangakan dilakukan pengerjaan.
14
Gambar 3 Tools Ras Mapper.
15
Gambar 4. Input data elevation model.
Pada langkah pembuatan garis sungai dibutuhkan koordinat sungai
yang akan ditinjau, untuk data sungai dapat diperoleh dari data administrasi
sungai ataupun dari BWS terdekat. Untuk memasukkan koordinat sungai
dilakukan dengan cara pada terrain diklik kanan lalu klik add modification
layer dilanjutkan dengan klik lines dan channel, kemudian akan muncul
kolom percakapan yang diisi dengan nama sungai.
Selanjutnya pemberian breaklines di sisi kanan dan kiri sungai,
pemberian breaklines bertujuan untuk mengontrol arah aliran karena dalam
setiap aliran air terdapat kemungkinan ada penghalang yang membuat aliran
selanjutnya akan mencari jalan baru. Penggunaan breaklines dilakukan pada
komputasi 1D yang juga harus disertai pengisian near dan far spacing yang di
mana elemen ini nantinya sangat berpengaruh pada ketelitian saat komputasi
berjalan. Breaklines diberikan pada komputasi dengan objek berupa jalan,
tanggul dan tanggul alamiseperti sungai.
16
Gambar 5. Breaklines kiri kanan sungai.
Selanjutnya beralih dari Ras Mapper, langkah yang dilakukan adalah
membuka unsteady flow data, pada bagian ini akan muncul kolom BC Line yang
telah dibuat sebelumnya, pada BC Line hulu diisi dengan data debit hujan atau flow
hydrograf dan pada BC Lines hilir dengan normal depth.
17
Gambar 7. Memasukkan data kedalaman banjir.
Langkah terakhir dari pemodelan genangan banjir ini yaitu membuka
unsteady flow simulation, pada bagian ini akan ditentukan tanggal kejadian
hujan dan berapa lama waktu komputasi yang akan dilakukan. Komputasi
akan berjalan dengan baik jika pada Ras Mapper tidak ditemukan kesalahan
apa pun, terutama yang berkaitan dengan geometri sungai.
18
4.3 Analisis Hasil Pemodelan Hec Ras 1D
19
menghasilkan data berikut:
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya serta beberapa laporan mengenai
permasalahan banjir di lokasi penelitian menyimpulkan bahwa bencana banjir di DAS
Batang Anai sebelumnya pernah terjadi, ini membuktikan bahwa daerah tersebut
memiliki ancaman banjir. Hal ini juga diperkuat dari hasil analisis pada penelitian ini,
20
berupa zonasi potensi bencana banjir yang telah dilakukan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek dan karakteristik kondisi sesungguhnya agar
menghasilkan fakta sebenarnya. Dari hasil dan pembahasan tersebut maka dapat
disimpulkan, berdasarkan simulasi model HEC-RAS diperoleh nilai debit banjir
rancangan maksimum sungai Batang Anai periode Q2 tahun sebesar 204.403 m3/s
yang melebihi kapasitas sungai atau memiliki potensi ancaman banjir yang dapat
menimbulkan ketinggian banjir mencapai 1 sampai 3 meter dari tinggi muka air
normal sungai dengan status kelas resiko tinggi.
Dari analisis tersebut terdapat 5 klasifikasi, kedalaman genangan 0,5 m dengan
luas area 22.157 m, kedalaman genangan 1m dengan luas area 18.772, genangan 1,5
m dengan luas area 13.916 m, kedalaman genangan 2 dengan luas area 17.457 m, dan
kedalaman 3 m dengan luas area 5.576 m.
5.2 Saran
Dengan adanya analisis pemodelan genangan banjir ini semoga pemerintah dan
masyarakat setempat lebih memperhatikan dan waspada terhadap bencana banjir
yang akan terjadi. Kemudian tidak mendirikan bangunan atau tempat wisata yang
dapat mengganggu daerah aliran sungai.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Gladien Panji Bencana Vol. 12 No. 1. Bandung : Pusat Mitigasi Bencana ITB.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Suryolelono, K.B. (2005). Bencana Alam Tanah Longsor Perspektif Ilmu Geoteknik.
23