Anda di halaman 1dari 34

TL 4232 - EKOTEKNOLOGI LINGKUNGAN

TUGAS PROJECT UAS


ANALISIS EFEKTIVITAS KOLAM RETENSI BBWS CIEUNTEUNG UNTUK
MENGATASI BANJIR DI BALEENDAH

Disusun Oleh:
M Hanif Resgi Putranto - 15119033
Yasmin Athirah - 15318006
Ery Nuralamsyah - 15318013
Zahrani Imtyaz - 15318020
Nadia Sartika - 15318071

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar. Laporan ini
diselesaikan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ekoteknologi Lingkungan (TL4232).
Dalam laporan mengulas tentang analisis efektivitas Kolam Retensi Cieunteung untuk
menanggulangi permasalahan banjir di Kecamatan Baleendah.
Terima kasih tim penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini, yaitu dosen mata kuliah Ekoteknologi Lingkungan serta semua
orang yang telah membantu dalam observasi dan penyusunan laporan ini. Tim penyusun
berharap laporan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kajian
ekoteknologi lingkungan dalam penanganan banjir, khususnya di wilayah yang memiliki
kondisi kontur serupa.
Akhir kata, tim penyusun sadar bahwa laporan ini memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik yang membangun dalam bentuk
apapun. Tanggapan mengenai makalah ini akan sangat membantu untuk kesempurnaan pada
laporan-laporan selanjutnya.

Bandung, Mei 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
I.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
I.3 Tujuan..................................................................................................................1
BAB II KONDISI EKSISTING.......................................................................................3
II.1 Letak Wilayah Studi.............................................................................................3
II.2 Kondisi Geografis................................................................................................4
II.3 Kondisi Hidrologi.................................................................................................7
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN....................................................................9
III.1 Data Curah Hujan..................................................................................................9
III.2 Debit Puncak Banjir............................................................................................14
III.3 Catchment Area...................................................................................................15
III.4 Luas Kolam Penampung.....................................................................................20
III.5 Analisis Efektivitas Kolam Retensi....................................................................21
III.6 Analisis Solusi.....................................................................................................24
BAB IV PENUTUP........................................................................................................27
IV.1 Kesimpulan.....................................................................................................27
IV.2 Saran...............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................29
LAMPIRAN...................................................................................................................30

ii
DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 Luas Administratif Kecamatan Baleendah.....................................................5


Tabel II. 2 Luas Tutupan Lahan dan Koefisien Limpasannya..........................................7
Tabel II. 3 Data kondisi hidrologi di Kecamatan Baleendah tahun 2020.........................8
Y
Tabel III. 1 Data temperatur Bandung 2009-2014...........................................................9
Tabel III. 2 Data curah hujan 2009-2014........................................................................11
Tabel III. 3 Data hari hujan 2009-2014..........................................................................12
Tabel III. 4 Data curah hujan Kecamatan Baleendah Stasiun Cipaku-Paseh.................13
Tabel III. 5 Debit Puncak Banjir DAS Cigado...............................................................15
Tabel III. 6 Elevasi Daerah Aliran Sungai......................................................................22
Tabel III. 7 Data teknis Kolam Retensi Cieunteung.......................................................23

iii
DAFTAR GAMBAR

YGambar II. 1 Kecamatan Baleendah


Gambar II. 2 Peta Administratif Kecamatan Baleendah dan Dayeuhkolot......................6
Gambar II. 3 Tutupan Lahan DAS Cigado.......................................................................7

Y
Gambar III. 1 Grafik Hidrograf Debit Banjir SCS DAS Cigado....................................14
Gambar III. 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang melewati wilayah Kecamatan
Baleendah........................................................................................................................16
Gambar III. 3 Flowchart proses penentuan Catchment Area dengan detail alur sungai 17
Gambar III. 4 Klasifikasi orde sungai berdasarkan Metode Strahler.............................18
Gambar III. 5 Catchment Area di wilayah Kecamatan Baleendah dan sekitarnya........19
Gambar III. 6 Peta Catchment Area di wilayah Kecamatan Baleendah dan sekitarnya,
beserta keberadaan Kolam Retensi BBWS Cieunteung di wilayah tersebut..................20
Gambar III. 7 Profil memanjang Sungai Cigado dengan Kolam Retensi Cieunteung...21
Gambar III. 8 Profil memanjang Sungai Cigado dengan Kolam Retensi Cieunteung...21
Gambar III. 9 Profil Hidrolis Daerah Aliran Sungai Cigado..........................................22
Gambar III. 10 Profil memanjang Sungai Cigado dengan normalisasi dasar sungai.....25

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Meningkatnya jumlah penduduk mempengaruhi lingkungan beserta isinya. Alih


fungsi lahan merupakan salah satu dampak dari bertumbuhnya penduduk. Alih fungsi
ini jika tidak dilaksanakan dengan perencanaan tata wilayah kota yang baik akan
menyebabkan bencana yang merugikan bagi manusia. Sebagai contoh, alih fungsi hutan
menjadi kawasan permukiman atau industri akan menghilangkan kemampuan tanah
dalam menyimpan air. Jika hal tersebut tidak ditanggulangi, maka bencana banjir dapat
terjadi.
Banjir merupakan peristiwa terjadinya genangan pada daerah datar sekitar
sungai sebagai akibat meluapnya air sungai yang tidak mampu ditampung sungai
(Suwardi, 1999).
Banjir Baleendah merupakan tradisi tahunan yang hampir tidak pernah
terlewatkan. banjir ini merupakan buah dari pembangunan yang tidak terarah di masa
lalu. Kawasan hulu Sungai Citarum dieksplorasi hingga kehilangan keseimbangan
ekologinya. Hal tersebut yang penyebab kelebihan air di musim hujan (banjir) dan
kekurangan air di musim kemarau (kekeringan).
Pada tahun 2018, Kementerian PUPR telah menyelesaikan pembangunan
Kolam Retensi Cieunteung yang memiliki luas genangan 4,75 Ha dan volume
tampungan 190.000 m3. Pembangunan ini bertujuan untuk menangani banjir yang
terjadi di Baleendah, Bandung Selatan. Meskipun begitu, keberadaan Kolam Retensi
Cieunteung tidak langsung menjadikan Baleendah sebagai daerah bebas banjir. Banjir
masih menggenangi Baleendah sesekali, yang terbaru terjadi pada tanggal 25 Mei 2021.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi geografis wilayah studi?
2. Berapa debit puncak banjir di wilayah studi?
3. Apa penyebab terjadinya banjir meskipun sudah dibangun Kolam Retensi
Cieunteung?
4. Seberapa efektif Kolam Retensi Cieunteung dalam mereduksi banjir di
Baleendah?
5. Apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas Kolam Retensi
Cieunteung?

I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian analisis efektivitas kolam retensi Cieunteung
sebagai berikut.
1. Menganalisis kondisi eksisting wilayah studi secara geografis
2. Menganalisis debit puncak banjir di daerah pelayanan
3. Menganalisis penyebab banjir Baleendah setelah dibangunnya Kolam Retensi
Cieunteung

1
4. Menganalisis efektivitas dibangunnya kolam retensi Cieunteung untuk mengurangi
banjir di Baleendah
5. Menganalisis solusi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efektivitas Kolam
Retensi Cieunteung

2
BAB II
KONDISI EKSISTING

II.1 Letak Wilayah Studi

Gambar II. Kecamatan Baleendah


(sumber: google.com/earth/)

Kolam Retensi Cieunteung terletak di Kampung Cieunteung, Kecamatan


Baleendah, Kabupaten Bandung. Pembangunan kolam tersebut dikarenakan
Kecamatan Baleendah yang setiap tahunnya mengalami banjir disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu daerah yang berada di dataran rendah atau topografi yang
cekung, selain itu terjadi penyempitan dan pendangkalan badan sungai karena alih
fungsi lahan, ditambah dengan tingginya curah hujan yang mengakibatkan air di
Sungai Citarum, Sungai Cisangkuy dan Sungai Cigado yang tidak tertampung
langsung meluap dan mengakibatkan banjir. Oleh karena itu, kolam tersebut berfungsi
untuk menyimpan dan menampung air sementara dari sungai Cigado sebelum
dialirkan ke sungai Citarum sehingga puncak banjir dapat dikurangi.
Kolam retensi Cieunteung yang dibangun sejak tahun 2015 dan rampung di
akhir tahun 2018 ini memiliki volume tampungan sebesar 189.661,82 m 3. Kolam ini
dinilai tidak mampu mengatasi permasalahan banjir. Banjir masih terjadi, tetapi tidak
separah tahun-tahun sebelumnya. Banjir biasanya terjadi pada musim penghujan,
mulai dari bulan Oktober hingga Maret.

3
Banjir terakhir setelah penerapan kolam retensi terjadi pada bulan Mei 2021.
Menurut warga, banjir terjadi akibat volume air sungai sangat tinggi. Selain itu, pada
daerah tertentu elevasi tanahnya lebih rendah dibandingkan elevasi tanah kolam
retensi sehingga limpasan air sungai masih mengalir ke wilayah tersebut. Pompa juga
sering mengalami macet karena tersumbat oleh sampah. Meskipun begitu, banjir
menjadi lebih cepat surut dari berminggu-minggu menjadi hanya satu minggu. Kolam
retensi pun menjadi tempat wisata baru, termasuk menjadi tempat berenang anak-
anak.

II.2 Kondisi Geografis


Kabupaten Bandung secara administratif di dalam Provinsi Jawa Barat terletak
diantara Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, Kabupaten
Sumedang dan Kabupaten Garut. Wilayah Kabupaten Bandung memiliki luas wilayah
sebesar 176.238,67 Ha, yang terdiri dari 31 kecamatan, 270 desa, dan 10 kelurahan.
Batas wilayah administrasi Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut:
● Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota
Bandung, dan Kabupaten Sumedang;
● Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten
Garut;
● Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten
Cianjur;
● Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota
Bandung, dan Kota Cimahi.
Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung merupakan perkembangan dari
Kecamatan Ciparay dan Kecamatan Pameungpeuk.
Secara geografis Kecamatan Baleendah berbatasan dengan :
● Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pameungpeuk
● Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ciparay
● Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bojongsoang
● Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Arjasari
Tinggi pusat pemerintahan wilayah Kecamatan Baleendah dari permukaan laut
sekitar 600 M, dengan luas Kecamatan Baleendah adalah 3.666,811 Ha yang terdiri

4
dari tanah sawah 1.620,076 Ha, tanah kering 2.014,908 Ha, dan 31,827 Ha tanah
keperluan fasilitas umum.
Kecamatan Baleendah terdiri dari 3 Desa, 5 Kelurahan, 27 Dusun, 130 RW, dan
792 RT. Adapun luas administratif Kecamatan Baleendah adalah sebagai berikut :
Tabel II. Luas Administratif Kecamatan Baleendah

No. Desa/Kelurahan Luas (Ha) Persen (%)

1 Jelekong 694 18,93

2 Wargamekar 635,334 17,33

3 Manggahang 668,630 18,23

4 Baleendah 518,187 14,13

5 Andir 378,290 10,32

6 Rancamanyar 352,450 9,61

7 Bojongmalaka 244,360 6,67

8 Malakasari 175,560 4,78

Jumlah 3666,811 100


(Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2020)
Kecamatan Baleendah mempunyai bentuk wilayah berupa datar sampai
berombak 70%, berombak sampai berbukit 14% dan berbukit sampai bergunung 16%.
Sebagian besar wilayahnya terletak pada ketinggian 600 meter diatas permukaan laut.
Kecamatan Baleendah juga mempunyai kemiringan lahan 0-30%.

5
Gambar II. Peta Administratif Kecamatan Baleendah dan Dayeuhkolot

Untuk DAS Cigado terdapat 4 jenis tutupan lahan yang terdiri dari
bangunan/business, pemukiman, kebun, dan sawah. Luas DAS Cigado sebesar 0,93
km², sedangkan tutupan lahan pada DAS Cigado sebagai berikut :

6
Gambar II. Tutupan Lahan DAS Cigado
(sumber: Peta RBI)

Luas Tutupan Lahan dan Koefisien Limpasannya sebagai berikut.

Tabel II. Luas Tutupan Lahan dan Koefisien Limpasannya

No. Jenis Luas (km2) C

1 Permukiman 0,38 0,73

2 Bangunan 0,06 0,60

3 Sawah 0,48 0,15

4 Kebun 0,01 0,40

Jumlah 0,93 0,42

II.3 Kondisi Hidrologi


Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal dalam
perancangan bangunan-bangunan hidraulik. Proses analisa hidrologi mencakup
penentuan daerah aliran sungai (catchment area), memperkirakan data hujan yang
hilang, analisis curah hujan kawasan, analisis frekuensi curah hujan, uji kecocokan data

7
analisis, dan analisis debit banjir rencana.

Tabel II. Data kondisi hidrologi di Kecamatan Baleendah tahun 2020

Suhu Kelembaban Kecepatan Tekanan Udara Jumlah Curah


Bulan Rata-Rata Rata-Rata Angin Rata- Rata-Rata (mb) Hujan (mm)
(oC) (%) Rata (m/s)

Januari 23,68 79,68 2,32 921,0 191

Februari 23,83 81,04 1,57 922,9 239

Maret 23,65 80,39 1,74 922,3 292

April 23,96 82,73 1,40 922,5 298

Mei 23,84 78,65 1,65 922,8 124

Juni 23,32 72,2 1,67 923,9 33

Juli 22,9 69,87 1,97 923,1 0

Agustus 23,04 66,03 1,90 923,4 39

September 23,84 64,8 2,23 923,7 0

Oktober 24,87 63,94 2,35 923,6 125

November 24,2 74,4 1,77 923,3 483

Desember 23,74 82,9 1,26 922,7 324


(Sumber: BPS, 2020)

8
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III.1 Data Curah Hujan

Menurut penelitian Sukiyah (2004), curah hujan di daerah Dayeuhkolot berkisar


antara 1750-2000 mm dalam satu tahun dengan curah hujan rata-rata Kabupaten
Bandung berkisar antara 2000 mm hingga 2500 mm dalam satu tahun. Menurut data
Pemerintah Kabupaten Bandung, curah hujan rata-rata Kecamatan Baleendah dalam 1
tahun berkisar 1.856 mm/tahun dengan jumlah hari curah hujan terbanyak terjadi 10
hari. Berdasarkan data hasil penelitian Badan Pusat Statistik, berikut data hari hujan,
curah hujan dan temperatur pada tahun 2009 - 2014.

Tabel III. Data temperatur Bandung 2009-2014

Bulan Temperatur (°C)

Rata-rata

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 23,1 22,9 23 23 23,4 22,5

Februari 22,9 23,2 23,5 23,5 23,4 22,9

Maret 23 23,1 23,5 23,7 23,8 23,3

April 23,4 24,6 23,4 23,5 23,7 23,7

Mei 23,4 24 23,6 23,2 23,5 23,5

Juni 23,4 23,3 23,3 23,3 23,6 23,5

Juli 23 22,9 22,8 22,6 22,5

Agustus 23,6 23,3 23 23,2 23,2

September 24,4 22,9 23,4 24 23,7

Oktober 23,4 23,2 24,1 24,2 23,8

November 23,3 23,3 22,9 23,3 23,8

Desember 23,5 23 24 23,3 23,1

Rata-rata 29 23,3 23,4 23,4 23,5


Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Jawa Barat

9
10
Tabel III. Data curah hujan 2009-2014

Bulan Curah Hujan (mm)

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 208,5 353,3 63 82,9 216,9 309

Februari 200,5 557,1 76,7 303,7 250 88,9

Maret 365,7 531 89,4 155,5 305 418,7

April 165,6 93 381,5 290,8 286 216,6

Mei 183,8 345 193,4 257,1 171 176,7

Juni 101 191,9 117,6 60,5 231,5 195,5

Juli 24,2 220,8 77,2 34,2 159

Agustus 0,5 220,8 3,1 0 74

September 24 424,4 102,8 27 172

Oktober 234,5 292,2 103,6 125 234

November 318,2 401,4 321,4 537 164

Desember 271,1 237,5 259 637 418

Rata-rata 174,8 322,4 149,06 209,2 223,45


Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Jawa Barat

Tabel III. Data hari hujan 2009-2014

Bulan Hari Hujan (hari)

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Januari 19 27 21 27 26 27

Februari 26 25 16 25 23 17

Maret 22 31 22 20 24 25

11
Bulan Hari Hujan (hari)

2009 2010 2011 2012 2013 2014

April 23 17 26 24 26 22

Mei 23 21 24 20 23 23

Juni 15 18 9 10 16 20

Juli 7 20 12 6 16

Agustus 2 21 5 1 9

September 7 26 11 12 10

Oktober 21 25 16 18 21

November 19 28 26 27 19

Desember 18 26 27 29 27

Rata-rata 16,83 23,8 17,92 18,3 20


Sumber: Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Jawa Barat

Kolam retensi Cieunteung berada di Kecamatan Baleendah dan dibangun untuk


membantu mengurangi banjir di daerah Baleendah sehingga berikut data curah hujan
Kecamatan Baleendah dari tahun 2003 sampai dengan 2017 menggunakan data Stasiun
Cipaku-Paseh.

Tabel III. Data curah hujan Kecamatan Baleendah Stasiun Cipaku-Paseh

Tahun Curah Hujan


Wilayah (mm)

2003 86

2004 76

2005 71

2006 73

2007 55

2008 74

12
Tahun Curah Hujan
Wilayah (mm)

2009 83

2010 82

2011 94

2012 98

2013 86

2014 85

2015 88

2016 95

2017 146

Maksimum 146

Minimum 55

Rata-rata 86.13333333

Standar 19.85255171
Deviasi
Sumber: PUSAIR

III.2 Debit Puncak Banjir

Debit banjir rancangan merupakan debit maksimum yang mungkin terjadi pada
suatu daerah, dengan penyesuaian terhadap karakteristik daerah pengaliran yang
ditinjau (Soemarto dalam Fitriani, 2019). Data debit banjir rencana akan diambil dari
penelitian oleh Fitriani (2019) yang menggunakan metode SCS dalam perhitungannya
karena mendekati hasil dari data debit pos duga air Citarum – Dayeuhkolot.

Dari data input unit hidrograf melalui metode SCS, didapatkan grafik hidrograf
debit banjir SCS di Das Cigado sebagai berikut.

13
Gambar III. Grafik Hidrograf Debit Banjir SCS DAS Cigado

(Sumber: Fitriani, 2019)


Dari grafik di atas, dapat diketahui debit puncak banjir pada DAS Cigado
menggunakan metode SCS sebagai berikut:

Tabel III. Debit Puncak Banjir DAS Cigado

No Periode Debit
Ulang (m3/s)
1 2 Tahun 1,89
2 5 Tahun 2,39
3 10 Tahun 2,72
4 25 Tahun 3,14
5 50 Tahun 3,45
6 100 Tahun 3,76
(Sumber: Fitriani, 2019)

III.3 Catchment Area

Departemen Kehutanan menyatakan bahwa catchment area merupakan suatu


wilayah daratan yang dibatasi oleh dua punggung bukit yang berfungsi untuk
menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke alur-alur
sungai lalu dialirkan menuju sungai utama, dan bermuara di danau/waduk atau laut
(Candra, 2015). Catchment area dapat menjelaskan fenomena banjir suatu wilayah
karena mampu menggambarkan arah air mengalir dan berkumpul yang jika melebihi
batas normal dari penampungan air suatu wilayah tersebut maka akan mengakibatkan
banjir. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis topografi terhadap alur-alur sungai di

14
sekitar Kecamatan Baleendah (yang berada dekat dengan lokasi Kolam Retensi BBWS
Cieunteung).
Data yang dibutuhkan untuk menentukan alur-alur sungai yaitu elevasi tanah di
area Kecamatan Baleendah dan sekitarnya. Namun, sebelum dilakukan analisis lebih
detail terkait alur sungainya, perlu dilakukan penentuan posisi Kecamatan Baleendah
terhadap daerah aliran sungai (DAS) dengan menggunakan data sekunder (berdasarkan
penelitian sebelumnya).

Gambar III. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang melewati wilayah Kecamatan
Baleendah

Berdasarkan peta DAS tersebut, Kecamatan Baleendah (beserta Kolam Retensi


BBWS Cieunteung) berada di DAS Citarum, yang DAS ini akan mengalirkan air
menuju laut di dekat Pesisir Bekasi dan Karawang.
Selanjutnya, dilakukan analisis detail terhadap alur sungai pada catchment area
di sekitar Kecamatan Baleendah. Penentuan luasan catchment area dilakukan dengan
menggunakan pemodelan spasial berdasarkan data elevasi tanah di wilayah Kecamatan
Baleendah. Data elevasi tersebut didapatkan dari Badan Informasi Geospasial (BIG)
berjenis DEM (Digital Elevation Model). Pemodelan spasial dilakukan dengan

15
menggunakan perangkat lunak Quantum GIS (QGIS) dan Global Mapper dengan alur
penelitian sebagai berikut :

Gambar III. Flowchart proses penentuan Catchment Area dengan detail alur sungai

Berdasarkan alur metode tersebut, terdapat dua proses utama, yaitu pembuatan
batas DAS (delineasi DAS) dan pembuatan alur sungai. Pembuatan alur sungai
dilakukan dengan menggunakan software Global Mapper untuk mendapatkan hasil alur
sungai yang smooth. Untuk menentukan batas DAS, terdapat dua metode penelitian
yang dipakai, yaitu pengisian data DEM dan klasifikasi alur sungai. Pengisian data
DEM dilakukan supaya bisa diproses lebih lanjut untuk analisis hidrologi. Metode yang
digunakan untuk pengisian data DEM yaitu metode Fill Sinks Wang & Liu.
Keunggulan metode ini selain menghasilkan data DEM yang sudah terisi, didapatkan
juga data arah aliran sungai (Flow Direction) dan cekungan DAS (Watershed Basins)
(Wichmann, 2007). Kemudian, data DEM yang sudah terisi dapat diproses lebih lanjut
untuk menentukan alur sungainya. Alur-alur sungai yang terbentuk diklasifikasikan
dengan Metode Strahler (pembagian alur sungai berdasarkan orde). Dalam metode
strahler, jika alur sungainya semakin menuju pusat (sungai utama), maka orde
sungainya semakin besar, dengan kata lain, orde sungai terkecil merupakan alur sungai
yang pertama kali menangkap air.

16
Gambar III. Klasifikasi orde sungai berdasarkan Metode Strahler
(Sumber : Purwono dkk, 2018)

Setelah dilakukan proses-proses tersebut, didapatkan Peta Catchment Area di wilayah


Kecamatan Baleendah dan sekitarnya beserta alur-alur sungainya.

17
Gambar III. Catchment Area di wilayah Kecamatan Baleendah dan sekitarnya

Berdasarkan peta Catchment Area tersebut, Kecamatan Baleendah dan Kolam


Retensi BBWS Cieunteung berada di dekat sungai Citarum, yang merupakan salah satu
sungai utama di DAS Citarum. Dengan kata lain, semua air ditangkap di wilayah

18
catchment area tersebut (berasal dari Kota Bandung, sebagian Kabupaten Bandung
Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung) akan mengalir menuju Sungai Citarum
yang keberadaannya dekat sekali dengan Kecamatan Baleendah.

Gambar III. Peta Catchment Area di wilayah Kecamatan Baleendah dan sekitarnya,
beserta keberadaan Kolam Retensi BBWS Cieunteung di wilayah tersebut
Berdasarkan peta catchment area tersebut, dapat dikatakan bahwa wilayah
Kecamatan Baleendah sangat berpotensi terjadi bencana banjir karena wilayah tersebut
merupakan salah satu area terkumpulnya air-air hujan yang berasal dari hulu Catchment
Area-nya.

III.4 Luas Kolam Penampung


Kolam Retensi Cieunteung merupakan hasil kolaborasi Kementerian PUPR
bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menangani banjir di kawasan Bandung
Selatan, termasuk Baleendah. Kolam yang dibangun ini memiliki luas genangan 4,75
Ha dan volume tampung 190.000 m³. Kolam ini didesain untuk menampung air dari
Sungai Cigado sebelum dialirkan ke Sungai Citarum. Jika Sungai Citarum sedang
pasang, maka air dari Sungai Cigado akan ditampung sementara di kolam retensi ini
sebelum nanti dialirkan ke Sungai Citarum saat surut. Di awal pembangunannya, kolam
ini ditargetkan dapat mereduksi banjir di Bandung Selatan seluas 91 Ha (sekitar 1250
bangunan/rumah) dan memiliki potensi sebagai area wisata.

19
Fitriani (2019) menyatakan bahwa Kolam Retensi Cieunteung hanya mampu
mengatasi banjir di bagian hilir Sungai Cigado, sedangkan pada bagian hulu air tetap
melimpas dan menimbulkan genangan. Hasil tersebut didapat melalui analisis hidrolika
dengan menggunakan program HEC-RAS 5.0.7 pada Sungai Cigado dengan debit
rencana 25 tahun.

Gambar III. Profil memanjang Sungai Cigado dengan Kolam Retensi Cieunteung
(sumber: Fitriani, 2019)

Gambar III. Profil memanjang Sungai Cigado dengan Kolam Retensi Cieunteung
(sumber: Fitriani, 2019)

III.5 Analisis Efektivitas Kolam Retensi

III.5.1 Profil Hidrolis Daerah Aliran Sungai

20
Dari peta kontur di bawah ini, dilakukan interpolasi data untuk menentukan
elevasi pada profil hidrolis.
Dipilih 10 titik yang dianggap merepresentasikan hidrolika air Sungai Cigado.
Titik A merupakan titik tertinggi, yaitu titik awal Sungai Cigado yang masuk ke
wilayah administrasi Kecamatan Baleendah. Titik J merupakan titik terendah, yaitu titik
inlet dimana limpasan air dari Sungai Cigado masuk ke Kolam Retensi Cieunteung.

Tabel III. Elevasi Daerah Aliran Sungai

Titik Elevasi (m) Slope tanah Jarak Antar Patok Jarak Langsung
(m) (m)

A 658,4

B 658,1 0,000384 782 782

C 657,5 0,00076726 493 1275

D 657,4 0,000078 372 1647

E 656,8 0,0003643 384 2031

F 656,2 0,0029542 501 2532

G 655,6 0,00035545 475 3007

H 655,3 0,0009767 404 3411

I 654 0,00469 456 3867

J 653,7 0,00007758 394 4261

Berdasarkan data topografi Sungai Cigado yang bermuara di Kolam Retensi


Cieunteung, dapat dibuat profil hidrolis seperti di bawah ini.

Gambar III. Profil Hidrolis Daerah Aliran Sungai Cigado

Dari gambar di atas, terlihat bahwa elevasi menurun, tanpa ada kenaikan
ketinggian di salah satu titik sehingga air dapat mengalir secara alamiah dari hulu ke
hilir. Namun, dari hasil perhitungan slope, nilai slope antar patok sangat kecil sehingga
kecepatan aliran sungai cukup rendah.

21
III.5.2 Data Teknis Kolam Retensi
Berdasarkan hasil penelitian Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, berikut
beberapa data teknis Kolam Retensi.

Tabel III. Data teknis Kolam Retensi Cieunteung

No Keterangan Besaran

1 Luas Genangan 47.501,625 m2

2 Volume Tampungan 189.661,82 m3

3 Elevasi Dasar Kolam 653,1 m

4 Elevasi Bibir Kolam 659,1 s.d. 660 m

5 Kedalaman Kolam 5,4 s.d. 6,3 m

6 Jumlah Pompa 4 buah

Pompa Harian 2 m2/dt x 1 buah

Pompa Banjir 3,5 m2/dt x 3 buah

7 Kapasitas Total 12,5 m3/s

III.5.3 Efektivitas Kolam Retensi

Efektivitas kolam retensi ditinjau dari kemampuannya menampung volume


banjir yang dapat dinyatakan dengan persamaan matematis seperti berikut:

Efektivitas Kolam Retensi=(Kapasitas Kolam Retensi) /(Volume banjir)∗100 %

Berdasarkan Tabel III.7, Kolam Retensi Cieunteung memiliki kapasitas sebesar


189.661,82 m3. Untuk debit banjir rencana dengan periode ulang 25 tahun, volume
banjir diperkirakan sebesar 778.915,422 m3 (Fitriani, 2019).

Efektivitas Kolam Retensi=189661,82/778915,422∗100 %


Efektivitas Kolam Retensi=24,35 %

Kolam Retensi Cieunteung memiliki efektivitas sebesar 24,35% dalam


menangani banjir di Baleendah.

III.5.4 Normalisasi Sungai

22
Perbaikan saluran/sungai meliputi normalisasi dan rehabilitasi saluran.
Normalisasi saluran dilakukan apabila dimensi saluran tidak seragam dan terjadi
penyempitan di beberapa ruas tengah yang mengakibatkan pengurangan kapasitas dan
menghambat laju aliran. Rehabilitasi diperlukan untuk mengembalikan fungsi saluran
sebagaimana mestinya yaitu dengan memperbaiki tebing/talud saluran yang rusak
misalnya. Pemeliharaan saluran memegang peranan penting dalam penanganan banjir.
Dangkalnya saluran akibat sedimentasi menyebabkan berkurangnya kapasitas saluran
yang pada akhirnya berakibat banjir.

III.6 Analisis Solusi


Rendahnya efektivitas dari Kolam Retensi Cieunteung menunjukkan bahwa
dibutuhkan solusi-solusi lain untuk menanggulangi permasalahan banjir di kawasan
Kecamatan Baleendah. Berikut merupakan beberapa solusi yang dapat diaplikasikan.
1. Pembuatan polder bisa jadi salah satu solusi untuk mengatasi banjir di Baleendah.
Polder berfungsi sementara untuk menampung aliran banjir ketika sungai atau saluran
tak bisa mengalir ke hilir secara gravitasi karena di sungai tersebut terjadi banjir.
Ketika polder penuh, air dipompa keluar dari polder sehingga daerah yang dilindungi
tidak kebanjiran.
2. Pada gambar III.7, terlihat bahwa air di bagian hulu Sungai Cigado tetap melimpas
meskipun sudah terdapat kolam retensi. Hal tersebut disebabkan oleh slope tanah
yang sangat kecil, sehingga air di dalam sungai yang mengalir ke kolam retensi lebih
lambat daripada air yang mengalir menuju sungai. Oleh karena itu, diperlukan
normalisasi berupa pengerukan Sungai Cigado guna menambahkan slope dan
memperbaiki jalur sungainya. Di bawah ini merupakan tampak Sungai Cigado setelah
dilakukan normalisasi dan dampaknya terhadap muka air yang menurun.

Gambar III. Profil memanjang Sungai Cigado dengan normalisasi dasar sungai

23
3. Pengelolaan DAS dengan maksud menghemat, menyimpan, menahan air, dan
konservasi tanah merupakan bentuk upaya pencegahan banjir. Pengelolaan DAS
mencakup aktivitas-aktivitas berikut ini:
- Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS.
- Penanaman vegetasi untuk mengendalikan atau mengurangi kecepatan aliran
permukaan dan erosi tanah.
- Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air yang tepat,
sepanjang tanggul drainase, saluran-saluran dan daerah lain untuk
pengendalian aliran yang berlebihan atau erosi tanah.
- Mengatur secara khusus bangunan-bangunan pengendali banjir (misal check
dam) sepanjang dasar aliran yang mudah tererosi.
- Pengelolaan khusus untuk mengantisipasi aliran sedimen yang dihasilkan dari
kegiatan gunung berapi yang dikenal dengan nama debris flow.
Sasaran penting dari kegiatan pengelolaan DAS adalah untuk mencapai keadaan-
keadaan berikut:
- Mengurangi debit banjir di daerah hilir.
- Mengurangi erosi tanah dan muatan sedimen di sungai.
- Meningkatkan produksi pertanian yang dihasilkan dari penataan guna tanah
dan perlindungan air.
- Meningkatkan lingkungan di DAS dan daerah sempadan sungai.
4. Perbaikan pola penggunaan lahan eksisting dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan potensi dan kendala fisik alam sebagai kawasan rawan banjir dan
mengamankan kawasan sempadan sungai dan dataran banjir sebagai kawasan lindung
setempat guna menjaga kelestarian daya dukung lingkungan. Baleendah yang sudah
termasuk daerah dataran banjir harusnya lebih berhati-hati dalam pembangunan
wilayahnya karena hal tersebut dapat memperparah banjir yang secara rutin menimpa
Baleendah (Deviana, A., Kridasantausa, I., & Suryadi, Y., 2011)

24
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Kolam Retensi Cieunteung terletak di Kampung Cieunteung, Kecamatan
Baleendah, Kabupaten Bandung. Kolam tersebut berfungsi untuk menyimpan
dan menampung air sementara dari sungai Cigado sebelum dialirkan ke sungai
Citarum sehingga puncak banjir dapat dikurangi. Kolam retensi Cieunteung
memiliki volume tampungan sebesar 189.661,82 m3. Kecamatan Baleendah
sendiri memiliki tinggi pusat pemerintahan dari permukaan laut sekitar 600 M,
dengan luas Kecamatan Baleendah adalah 3.666,811 Ha yang terdiri dari tanah
sawah 1.620,076 Ha, tanah kering 2.014,908 Ha, dan 31,827 Ha tanah
keperluan fasilitas umum. Dilihat dari geografisnya, Kolam Retensi
Cieunteung belum dapat menampung banjir sepenuhnya dikarenakan
elevasinya yang lebih tinggi dibandingkan kawasan Kecamatan Baleendah.

2. Berdasarkan Fitriani (2019), debit puncak dari DAS Cigado adalah sebagai
berikut.
No Periode Ulang Debit (m3/s)

1 2 Tahun 1,89

2 5 Tahun 2,39

3 10 Tahun 2,72

4 25 Tahun 3,14

5 50 Tahun 3,45

6 100 Tahun 3,76

3. Banjir tetap terjadi di Kecamatan Baleendah dikarenakan hal berikut:


● Banjir di hulu diakibatkan kecepatan aliran air dari sungai ke kolam
retensi lebih lambat dari air yang masuk ke sungai. Oleh karena itu, air
akan terakumulasi di hulu dan mengakibatkan banjir.
● Banjir secara keseluruhan diakibatkan oleh daya tampung kolam
retensi yang lebih kecil dibandingkan volume banjir. Kolam Retensi
Cieunteung memiliki kapasitas sebesar 189.661,82 m3. Untuk debit
banjir rencana dengan periode ulang 25 tahun, volume banjir
diperkirakan sebesar 778.915,422 m3 (Fitriani, 2019).
● Kecamatan Baleendah berada di dekat sungai Citarum yang
menampung seluruh aliran air di Catchment Area yang melingkupi
sebagian Kabupaten Bandung, Kota Bandung, sebagian Kabupaten
Bandung Barat, dan Kota Cimahi; sehingga sangat berpotensi untuk
terjadinya banjir.

25
4. Berdasarkan pada perhitungan pada subbab III.5.3 didapatkan nilai efektivitas
kolam retensi Cieunteung sebesar 24,35% dalam menangani banjir di
Kecamatan Baleendah. Nilai ini menunjukan bahwa kolam retensi Cieunteung
kurang efektif dalam mengatasi banjir dimana meskipun kolam retensi
Cieunteung menampung sebagian limpasan air dari Sungai Cigado, namun
kapasitas nya masih belum memenuhi debit limpasan banjir sehingga sampai
saat ini, sebagian daerah permukiman masih tergenang banjir. Oleh sebab itu,
diperlukan alternatif lain untuk mendukung mereduksi banjir sehingga
kapasitas air dapat terpenuhi.

5. Solusi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efektivitas Kolam Retensi


Cieunteung di antaranya adalah pembuatan polder, pengerukan dasar sungai,
pengelolaan DAS, dan perbaikan pola penggunaan lahan.

IV.2 Saran

Pada kasus ini, banjir merupakan dampak yang didapat di hilir sungai akibat
bagian hulu yang kehilangan daya dukung lingkungannya. Meskipun begitu, upaya
pengendalian banjir kebanyakan berfokus pada penanganan di bagian hilir yang
upayanya terlihat jelas dan konkret. Akan lebih baik jika pengendalian banjir dapat
berfokus pada akar masalahnya, tidak hanya pada dampak yang diterima.

26
DAFTAR PUSTAKA
.
BPS. 2020. Kecamatan Baleendah Dalam Angka 2020. Diakses di:
https://bandungkab.bps.go.id/publication/download.html?
nrbvfeve=YWU3Mzc5YmJkZTgxZDJkZDMzMGZkYTMw&xzmn=aHR0cHM6Ly9iY
W5kdW5na2FiLmJwcy5nby5pZC9wdWJsaWNhdGlvbi8yMDIwLzA5LzI4L2FlNzM3O
WJiZGU4MWQyZGQzMzBmZGEzMC9rZWNhbWF0YW4tYmFsZWVuZGFoLWRhb
GFtLWFuZ2thLTIwMjAuaHRtbA%3D
%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMS0wNS0yNyAyMDoxNTo1MA%3D%3D (27 Mei
2021)
Budimansyah, R. D. D., & Sofianto, K. (2018). BANJIR DAYEUHKOLOT: KISAH
LAMA DALAM CERITA BARU. JURNAL DIALOG PENANGGULANGAN
BENCANA, 2087, 128
Candra, D. (2017). Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS). PERKUMPULAN ELANG.
https://elang.or.id/blog/pengertian-daerah-aliran-sungai-das/.
Fitriani, Asri Annisa (2019) Evaluasi Kapasitas Kolam Retensi Cieunteung Sebagai Upaya
Mereduksi Banjir Baleendah, Kabupaten Bandung. Other thesis, Universitas Komputer
Indonesia.
Pemerintahan Kabupaten Bandung. 2021. Aspek Geografi. Diakses di:
https://www.bandungkab.go.id/arsip/aspek-geografi (27 Mei 2021)
https://eppid.pu.go.id/page/kilas_berita/2107/Pembangunan-Kolam-Retensi-Andir-dan-
Lima-Polder-Dimulai-Untuk-Pengendalian-Banjir-Cekungan-Bandung. (diakses 26/05,
12.52 WIB)
Purwono dkk. (2018). Teknik Filtering Model Elevasi Digital (DEM) untuk Delineasi Batas
Daerah Aliran Sungai. Diakses di
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/10390/E-7-Nugroho%20-
%20TEKNIK%20FILTERING%20MODEL%20ELEVASI%20DIGITAL.pdf?
sequence=1&isAllowed=y (27 Mei 2021)
Tribun Jabar. 2021. Dayeuhkolot dan Baleendah Terendam Banjir, Ada yang Mencapai 15
Meter. https://jabar.tribunnews.com/2021/05/25/dayeuhkolot-dan-baleendah-terendam-
banjir-ada-yang-mencapai-15-meter (diakses 26/05, 13.15 WIB)
Wichmann, V. (2007). Modul Fill Sinks (Wang & Liu). Diakses di http://www.saga-
gis.org/saga_tool_doc/2.1.3/ta_preprocessor_4.html (27 Mei 2021)

27
LAMPIRAN

28
29

Anda mungkin juga menyukai