Disusun Oleh:
Annisa Gita Salsabila - 15317039
Putri Shafa Kamila - 15317054
Putri Alya Krisnamurti - 15317066
Nitya Ayu Sarastiana - 15317080
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
I.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Ilustrasi banjir ........................................................................................................ 4
Gambar II.2 Biopori ................................................................................................................... 5
Gambar III.1 Kondisi eksisting biopori ................................................................................... 12
Gambar III.2 Tutup lubang biopori .......................................................................................... 20
Gambar III.3 Desain biopori yang akan dibangun ................................................................... 21
ii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Data Jumlah Lubang Pori di Kecamatan Sukajadi .................................................. 8
Tabel III.2 Perhitungan Luas Lahan Kedap untuk 1 LBR, diameter 10 cm .............................. 9
Tabel III.3 Data Jumlah LBR yang dibuat pada RW 007 .......................................................... 9
Tabel III.4 Perbandingan kondisi ideal dan eksisting lubang biopori di Kecamatan Sukajadi 10
Tabel III.5 Data komposisi sampah di Kecamatan Sukajadi ................................................... 11
Tabel III.6 Data timbulan sampah di Kecamatan Sukajadi ..................................................... 11
Tabel III.7 Persentase wilayah ................................................................................................. 13
Tabel III.8 Hasil perhitungan panjang jalan dan luas jalan ..................................................... 14
Tabel III.9 Luas jalan ............................................................................................................... 14
Tabel III.10 Intensitas hujan .................................................................................................... 15
Tabel III.11 Luas lahan kedap air, laju peresapan, dan jumlah kebutuhan lubang biopori
setiap kelurahan ....................................................................................................................... 16
Tabel III.12 Luas ruang terbuka hijau per kelurahan ............................................................... 17
Tabel III.13 Timbulan sampah organik di setiap kelurahan .................................................... 17
Tabel III.14 Persen reduksi sampah ......................................................................................... 19
Tabel III.15 Rincian biaya ....................................................................................................... 20
Tabel III.16 Waktu pengerjaan dan biaya total ........................................................................ 21
Tabel IV.1 Evaluasi bangunan biopori .................................................................................... 22
iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki dua musim, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah banjir
pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Sejak dahulu, banjir
merupakan masalah tahunan yang kerap terjadi khususnya di kota besar. Pada era
modern saat ini, terjadi pembangunan infrastruktur besar-besaran sebagai salah satu
strategi pembangunan nasional yang ditujukan untuk mengembangkan bidang ekonomi
dan sosial secara berkesinambungan. Hingga saat ini, Pulau Jawa masih menjadi pusat
perekonomian nasional dimana hampir 60% kegiatan ekonomi dilaksanakan di pulau
dengan luas wilayah sebesar 128.000 km2. Pembangunan besar-besaran ini merupakan
salah satu penyebab adanya perubahan tata guna lahan suatu wilayah. Perubahan tata
guna lahan suatu wilayah dapat menyebabkan banyak masalah, salah satunya banjir.
Banjir merupakan peristiwa yang terjadi akibat sumber datangnya air yang tidak
mampu menampung banyaknya air (khususnya air hujan), meluapnya air sungai,
hingga air laut pasang yang membuat air melebihi batas-batas air yang telah dibuat.
Perubahan tata guna lahan akibat pembangunan masif menyebabkan berkurangnya
daerah resapan, sehingga ketika air hujan turun dengan intensitas yang sangat besar, air
hujan yang terinfiltrasi hanya sedikit, sedangkan sisanya akan menjadi air limpasan
yang membuat daratan tergenang.
1
dengan kondisi eksisting wilayah pembangunan biopori, akibatnya pembangunan
lubang biopori tidak menyelesaikan masalah banjir yang ada, dimana masih kerap
ditemukan genangan air yang cukup tinggi ketika hujan turun. Sehingga diperlukan
evaluasi pembangunan lubang biopori yang tepat untuk mengatasi masalah yang ada.
I.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan dalam sub bab I.2, berikut
merupakan tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis.
1. Menentukan metode untuk menangani genangan air yang tinggi ketika hujan turun
2. Mengevaluasi bangunan biopori yang telah ada dalam wilayah studi
3. Menentukan metode pembangunan biopori yang sesuai dengan kondisi eksisting
wilayah studi.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Banjir
Banjir merupakan peristiwa tergenangnya air di suatu daerah dalam jumlah yang
begitu besar karena curah hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama pada daerah
aliran sungai. Sebagian besar curah hujan dialirkan sebagai limpasan (runoff) sehingga
dapat menyebabkan potensi terjadinya bencana banjir terutama pada daerah hilir. Air
hujan yang mengalir sebagai limpasan terjadi akibat penurunan daya tampung air
hujan karena kerusakan lingkungan dan perubahan fisik permukaan tanah.
Berikut ini merupakan jenis-jenis banjir berdasarkan penyebabnya di Indonesia, yaitu:
1. Banjir Bandang
Banjir ini terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung hanya sesaat, umumnya
akibat curah hujan berintensitas tinggi dengan durasi pendek sehingga debit
sungai naik secara cepat. Banjir jenis ini biasa terjadi di daerah sungai yang
alirannya terhambat oleh sampah.
2. Banjir Hujan Ekstrim
Banjir ini umumya terjadi hanya dalam waktu 6 jam setelah hujan lebat mulai
turun dengan ditandai banyaknya awan yang menggumpal serta kilat yang keras
dan cuaca dingin. Banjir ini biasa terjadi akibat meluapnya sungai, khususnya
bila tanah sekitar sungai rapuh dan tidak mampu menahan banyak air.
3. Banjir Kiriman/ Luapan Sungai
Banjir ini berlangsung dalam waktu lama dan datang secara mendadak. Banjir
akibat sungai meluap ini kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan dapat
berlangsung selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu tanpa henti.
Umumnya banjir kiriman terjadi pada daerah lembah.
4. Banjir Pantai/Rob
Banjir rob terjadi karena air dari laut meresap ke daratan di dekat pantai dan
mengalir ke daerah pemukiman atau karena pasang surut air laut. Umumnya
banjir ini terjadi di daerah pemukiman yang dekat dengan pantai.
5. Banjir Hulu
Banjir yang terjadi dekat hulu sungai ini disebabkan karena tingginya debit air
yang mengalir sehingga alirannya sangat deras dan menyebabkan kerusakan.
3
Bencana banjir yang terjadi sering mengakibatkan hilangnya nyawa serta harta benda.
Kerugian akibat banjir dapat berupa kerusakan pada bangunan, kehilangan barang
berharga, hingga kerugian yang mengakibatkan tidak dapat pergi bekerja dan sekolah.
Dampak lainnya yaitu, banjir dapat melumpuhkan sarana dan prasarana, mencemari
lingkungan, mengganggu perekonomian, menyebabkan gangguan kesehatan
(penyakit), dan lain-lain.
Terdapat 2 jenis biopori, yaitu biopori alam dan biopori buatan. Biopori alam
merupakan lubang-lubang kecil pada tanah yang terbentuk karena aktivitas organisme
yang hidup dalam tanah seperti cacing, rayap, atau pergerakan akar-akar tanaman dalam
tanah, sehingga air hujan tidak langsung masuk ke saluran drainase, tapi meresap ke
dalam tanah melalui lubang tersebut. Namun, biopori yang terbentuk secara alami ini
semakin berkurang akibat berkurangnya juga lahan terbuka di bumi. Oleh karena itu,
4
dibuat biopori buatan yang mengadopsi teknologi biopori alami dengan memanfaatkan
lahan sempit. Biopori buatan disebut lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke
dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalamannya sekitar 100 cm atau tidak
melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang tersebut kemudian diisi dengan sampah
organik yang berfungsi untuk menumbuhkan mikroorganisme dalam tanah, seperti
cacing. Mikroorganisme tersebut akan membentuk pori-pori yang dapat mempercepat
resapan air ke dalam tanah.
5
3. Menyuburkan tanaman
Sampah organik yang dibuang ke dalam tanah dapat menjadi sumber nutrisi
bagi organisme yang ada di dalam tanah sehingga organisme tersebut dapat
menghasilkan pupuk kompos yang bermanfaat bagi kesuburan tanaman.
4. Meningkatkan kualitas air tanah
Organisme dalam tanah mampu mengubah sampah organik menjadi mineral-
mineral yang dapat larut dalam air, sehingga air tanah akan menjadi lebih
berkualitas karena mengandung mineral tersebut.
Berikut ini alasan lubang resapan biopori menjadi alternatif dalam pengelolaan air di
kawasan perkotaan, yaitu:
6
telah dibuat dengan menggunakan bambu, pipa besi atau alat bor tanah. Jarak
antar lubang 50-100 cm.
b. Mulut atau pangkal lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar 2-3
cm, setebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.
c. Isi lubang tersebut dengan sampah organik yang berasal dari dedaunan,
pangkasan rumput dari halaman atau sampah dapur
d. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah
berkurang atau menyusut karena proses pelapukan
e. Kompos yang terbentuk di dalam lubang dapat diambil setelah 2-3 bulan.
Jangan memasukkan sampah anorganik seperti plastik, kaleng, dan lain-lain ke dalam
lubang tersebut karena tidak dapat terurai.
Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan, laju
resapan air, dan wilayah yang tidak dapat meresap air dengan rumus:
𝐼×𝐴
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑖𝑜𝑝𝑜𝑟𝑖 =
𝑣
Keterangan:
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas bidang kedap air (m2)
v = Laju resapan air per-lubang (L/jam)
II.4 Kondisi Wilayah Kecamatan Sukajadi
Hujan deras sering terjadi di Kota Bandung yang mengakibatkan beberapa wilayah
terendam. Dari beberapa wilayah yang terendam, Sukajadi termasuk wilayah yang
paling parah. Penyebab banjir terjadi karena tidak lancarnya saluran pembuangan air
yang menyebabkan air meluap serta kurangnya kesadaran masyarakat sekitar untuk
tidak membuang sampah ke aliran air, dan berkurangnya lahan terbuka yang berguna
untuk resapan air.
Saat ini, di Kota Bandung infrastruktur pengendali banjir seperti sumur resapan,
biopori, kolam retensi, dan lain-lain masih belum berfungsi secara optimal sehingga
dampak dan kerugian masih dirasakan oleh masyarakat wilayah tersebut. Dampak dari
genangan air yang deras ini salah satunya adalah menghambat transportasi, beberapa
kendaraan bermotor jadi sulit bergerak bahkan sampai mogok atau terbawa arus
genangan air.
7
BAB III EVALUASI DAN PERANCANGAN BIOPORI
Jumlah Lubang
No Kelurahan Lokasi
Biopori
1 Sukabungah RW 09 12
2 Sukabungah RW 02 4
3 Sukabungah RW 07 3
4 Sukabungah RW 10 2
5 Sukabungah RW 12 3
6 Sukabungah RW 09 3
7 Sukabungah RW 01 1
8 Sukagalih RW 01 1
9 Sukagalih RW 02 1
10 Sukagalih RW 03 1
11 Sukagalih RW 04 1
12 Sukagalih RW 05 1
13 Sukagalih RW 06 1
14 Sukawarna RW 01 568
15 Sukawarna RW 02 219
16 Sukawarna RW 03 547
17 Sukawarna RW 04 235
18 Sukawarna RW 05 446
19 Sukawarna RW 06 182
20 Sukawarna RW 07 287
21 Pasteur RW 05 21
22 Pasteur RW 06 29
23 Pasteur RW 07 18
24 Pasteur RW 09 8
Jumlah lubang biopori yang ideal ditentukan oleh perhitungan intensitas hujan, luas
bidang kedap dan laju peresapan air per lubang. Jumlah biopori yang sudah dibuat di
8
berbagai kecamatan sudah ada yang memenuhi perhitungan yaitu Kecamatan
Sukawarna. Berikut ini adalah perhitungan jumlah lubang biopori yang sesuai di RW
007 Kecamatan Sukawarna dengan asumsi intensitas hujan diperkirakan 50 mm/jam
dan laju alir efektif adalah 60%.
9
Tabel III.4 Perbandingan kondisi ideal dan eksisting lubang biopori di Kecamatan
Sukajadi
Jenis Kriteria Kriteria Desain Kondisi aktual Evaluasi
Diameter 10 – 30 cm 7,5 – 15 cm Ada beberapa lubang biopori yang
ukuran diameternya masih belum sesuai
dengan kriteria desain, salah satunya
lubang biopori yang terdapat pada
Kelurahan Pasteur RW 005.
Kedalaman 100 cm 30 – 60 cm Lubang biopori yang berada di
Kelurahan Pasteur, Sukabungah dan
Sukagalih masih tidak memenuhi syarat
kriteria desain.
Pengisian Ada Tidak ada Pada seluruh lubang biopori di
sampah Kecamatan Sukajadi tidak diisi dengan
organic sampah organik untuk mendorong
terbentuknya biopori.
Lahan Halaman rumah, Jalan, selokan Kebanyakan biopori dibangun di
pembangunan selokan dan lahan dan halaman wilayah yang sudah sesuai, tetapi ada
terbuka lainnya rumah. beberapa biopori yang dibangun
sembarang tempat misalnya jalan.
Penutupan Ditutup dengan Ditutup dengan Diperlukan penutupan lubang pvc agar
lubang pipa pvc yang kawat, pipa pvc tidak berbahaya bagi orang lain. Hal ini
biopori dilubangi. dan ada yang disebabkan ada beberapa kasus di
terbuka begitu lingkungan Kecamatan Sukajadi,
saja. masyarakat di sana banyak yang
tersandung dan terluka akibat lubang
biopori yang terbuka. Selain itu lubang
penutup mencegah bau dari sampah
organik.
Lubang resapan biopori merupakan teknologi sederhana untuk meresapkan air hujan,
sekaligus mempercepat pelapukan sampah organik. Hal ini diperlukan agar lebih efektif
dalam meresapkan air hujan juga dirasakan sampah organik yang dihasilkan cukup
10
banyak. Maka dari itu, data timbulan sampah organik di Kecamatan Sukajadi
dibutuhkan. Namun pada kondisi eksisitingnya, lubang biopori di Kecamatan Sukajadi
tidak diisi dengan sampah organik. Menurut penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya, diketahui komposisi dan jumlah timbulan sampah di Kecamatan Sukajadi
adalah sebagai berikut.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, bila lubang yang dibuat berdiamter 1-
cm dengan kedalaman 100 cm maka setiap lubang dapat menampung 7,8 liter sampah
organik. Berdasarkan perhitungan timbulan sampah organik, setiap warga dapat
menghasilkan sampah organik sebanyak 2 L/hari. Dalam hal ini seharusnya
pemanfaatan sampah organik sebagai pengisi lubang biopori dapat dilakukan karena
komposisi dan timbulan sampah organik lebih bisa termanfaatkan dibandingkan dengan
dibuang begitu saja ke landfill.
11
Berikut ini adalah gambar biopori eksisting yang ada di Kecamatan Sukajadi.
12
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑊 𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ (%) =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑊
Berikut persentase wilayah untuk kelurahan Sukabungah.
12
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ = = 0.245
49
Sukagalih 6 0.122
Sukabungah 12 0.245
Cipedes 11 0.224
Pasteur 13 0.265
Total 49 1
= 4.163265306 𝑘𝑚
= 4163.265306 𝑚
13
Tabel III.8 Hasil perhitungan panjang jalan dan luas jalan
Kelurahan Panjang jalan (17 km) Panjang jalan (m)
17
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑝 𝑎𝑖𝑟 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 = 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 × 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛
Lebar jalan sebesar 1.35 m maka luas jalan untuk kelurahan Sukabungah
sebagai berikut.
= 5620.408163 m2
Cara yang sama digunakan untuk kelurahan lainnya. Hasil perhitungan
tercantum dalam tabel III.9.
Tabel III.9 Luas jalan
Kelurahan Luas jalan (m2)
Sukagalih 2810.204082
Sukabungah 5620.408163
Cipedes 5152.040816
Pasteur 6088.77551
Sukawarna 3278.571429
4590
14
Laju peresapan untuk lahan kedap air seluas 100 m2 yaitu sebesar 180 L/jam
maka untuk menghitung laju peresapan wilayah studi dapat digunakan
perbandingan sebagai berikut.
4590
= × 180
100
= 4597.2 L/jam
𝑚𝑚
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 (𝑗𝑎𝑚) × 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑝 𝑎𝑖𝑟(𝑚2 )
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐿𝑅𝐵 =
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑟𝑒𝑠𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 ( 𝑗𝑎𝑚 )
15
243 × 5620.408163
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐿𝑅𝐵 =
4957.2
Cara yang sama digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan lubang biopori
di kelurahan lainnya. Untuk kelurahan Sukawarna tidak dilakukan perhitungan
jumlah lubang biopori karena pada kondisi aktual jumlah lubang biopori di
Sukawarna sudah sesuai. Hasil perhitungan jumlah kebutuhan lubang biopori
untuk kelurahan cipedes, sukagalih, dan pasteur tercantum dalam tabel III.11.
Tabel III.11 Luas lahan kedap air, laju peresapan, dan jumlah kebutuhan
lubang biopori setiap kelurahan
Intensitas hujan Laju Peresapan Jumlah Lubang Jumlah Lubang Biopori
Kelurahan
(mm/jam) (L/jam) Biopori (dengan pembulatan)
Dengan asumsi untuk luas tanah ideal 100 m2 jumlah lubang biopori ideal sebanyak
50 dengan diameter 10 cm. Luas ruang terbuka hijau untuk kelurahan sukabungah
sebagai berikut.
276
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑎 ℎ𝑖𝑗𝑎𝑢 = × 100
50
= 552 m2
16
Cara yang sama digunakan untuk menghitung luas ruang terbuka hijau di kelurahan
lainnya. Hasil perhitungan luas ruang terbuka hijau untuk kelurahan sukawarna,
sukagalih, dan pasteur tercantum dalam tabel III.12.
Jumlah Lubang
Luas Ruang
Kelurahan Biopori (dengan
Terbuka Hijau (m2)
pembulatan)
17
Kelurahan Jumlah penduduk (orang) Timbulan sampah organik
(L/hari)
Satu lubang biopori memiliki volume 7,8 L dengan volume tampungan sampah
80% dari volume total biopori yaitu sebesar 6,24 L. Sehingga didapat volume
tampungan sampah dan persentase reduksi sampah organik sebagai berikut.
Volume tampungan sampah sebagai berikut,
= 1722.24 L
49053,76
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ = × 100%
50776
= 3,391838664%
18
Cara yang sama digunakan untuk kelurahan lainnya. Hasil perhitungan
tercantum dalam tabel III.14.
Tabel III.14 Persen reduksi sampah
Volume Selisih
Timbulan Persen reduksi
Kelurahan tampungan sampah timbulan
sampah sampah
total (L) sampah
a. Pipa PVC potongan pendek yang digunakan untuk menjaga konstruksi tanah.
b. Semen untuk memperkuat mulut lubang
c. Tutup lubang biopori dengan bahan PVC sebagai penutup lubang biopori dan
sebagai tempat untuk masuknya air dan sampah organik. Berikut adalah tutup
lubang biopori yang digunakan.
19
Gambar III.2 Tutup lubang biopori
Sumber : Sustanation.id
d. Bor tanah untuk melubangi tanah yang akan digunakan untuk membangun
biopori.
Berikut merupakan biaya yang diperlukan untuk membuat satu lubang biopori.
Tabel III.15 Rincian biaya
Keterangan Biaya
Dalam satu hari, satu orang pekerja dapat membuat 10 lubang biopori. Hal ini akan
berkaitan dengan biaya. Biaya yang dibutuhkan akan menyesuaikan dengan
banyaknya lubang biopori, waktu pengerjaan dan jumlah pekerja yang ada untuk
biopori. Maka biaya yang dibutuhkan untuk membuat lubang biopori dan waktu
pengerjaan di kelurahan Sukabungah sebagai berikut.
20
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (276 × 𝑅𝑝27.600) + (2 × 14 × 𝑅𝑝60.000) + (2 × 𝑅𝑝98.000)
= 𝑅𝑝 9.493.600
Cara yang sama digunakan untuk menghitung biaya pada kelurahan lainnya. Hasil
perhitungan tercantum dalam tabel III.16.
Total Rp33.227.600
21
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah kesimpulan dari penulisan laporan evaluasi dan perancangan biopori
di Kecamatan Sukajadi, Bandung.
1. Metode yang tepat untuk menangani genangan air ketika hujan turun di
Kecamatan Sukajadi adalah optimalisasi pembangunan biopori dan saluran
drainase.
2. Evaluasi bangunan biopori yang telah ada dalam wilayah studi yaitu Kecamatan
Sukajadi adalah sebagai berikut.
22
3. Perancangan biopori dilakukan untuk menentukan jumlah biopori yang sesuai,
luas bidang resapan ruang terbuka hijau, penggunaan sampah organik dan estimasi
pembangunan biopori.
IV.2 Saran
Pembangunan biopori ini selain dapat dilakukan oleh lembaga terkait, dapat dilakukan
oleh individu. Masyarakat dapat berperan aktif dalam pembangunan biopori di
rumahnya masing-masing. Pembangunan biopori ini sangat sederhana dan
membutuhkan biaya yang sedikit. Selain itu dalam upaya penanganan genangan air
hujan, Kecamatan Sukajadi dapat melakukan optimalisasi saluran drainase.
23
DAFTAR PUSTAKA
Bayong, Tjasyono, dkk. 2007. Proses Meteorologis Bencana Banjir di Indonesia. [online]
https://www.researchgate.net/publication/265267743_PROSES_METEOROLOGIS_
BENCANA_BANJIR_DI_INDONESIA/references (diakses pada 27 April pukul
10.20 WIB)
Karuniastuti, Nurhenu. 2014. Teknologi Biopori Untuk Mengurangi Banjir dan Tumpukan
Sampah Organik. Forum Teknologi. 04(2): 60-67.
Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 26 Tahun 2012. Petunjuk
Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus Bidang Lingkungan Hidup. 2013, No. 168.
Pipa Jaya. 2020. Harga Pipa PVC. [online] https://www.pipajaya.com/harga-pipa-pvc/ (diakses
pada 27 April 2020 pukul 20.15 WIB)
Sanitya, Ria Sarah, dan Burhanudin, Hani. 2014. Penentuan Lokasi dan Jumlah Lubang
Resapan Biopori di Kawasan DAS Cikapundung Bagian Tengah. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota. 13(1): 1-14.
Yulius, Elma. 2014. Analisa Curah Hujan dalam Membuat Kurva IDF pada DAS Bekasi.
Bentang. 2(1): 1-8.
23