LAPORAN AKHIR
PEKERJAAN :
Kepala Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu
i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................I - 1
1.2 Maksud ............................................................................................I - 3
1.3 Tujuan .............................................................................................I - 3
1.4 Sasaran ............................................................................................I - 3
1.5 Landasan Hukum ..............................................................................I - 4
1.6 Ruang Lingkup Pekerjaan ..................................................................I - 4
1.7 Keluaran...........................................................................................I - 4
1.8 Sistematika Laporan ..........................................................................I - 5
ii
2.7.6 Pengembangan Sistem Pengendalian Daya Rusak Air ............II – 20
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR
BAB 1 PENDAHULUAN
Di daerah Jawa Barat salah satu sungai yang menjadi penopang sumberdaya air adalah
DAS Cimanuk. DAS Cimanuk memiliki luas sebesar 3.493 km2 dan terbagi atas 3 bagian
DAS, yaitu sub-DAS Cimanuk Hulu, sub-DAS Cimanuk Tengah dan sub-DAS Cimanuk
Hilir. Cimanuk hulu memiliki luas 145,677 Ha berada di Kabupaten Garut dan Sumedang.
Mata Airnya berasal dari Situ Cipanas. DAS Cimanuk Tengah memiliki luas 114,477 Ha
berada di Kabupaten Sumedang dan Majalengka. DAS Cimanuk Hilir memiliki luas
81,299 Ha berada di wilayah Indramayu.
Secara administratif, DAS Cimanuk terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Garut,
Sumedang, Majalengka dan Indramayu. Sungai sepanjang 337,67 km ini merupakan
sungai terpanjang kedua di Jawa Barat yang mampu menyediakan 2,2 miliar m3 air per
tahun, yang sebagian besar digunakan untuk irigasi lahan pertanian. Sungai Cimanuk
berhulu di kaki Gunung Papandayan di Kabupaten Garut pada ketinggian +1200 diatas
permukaan laut (dpl), mengalir kearah timur laut dan bermuara di Laut Jawa di
Kabupaten Indramayu.
Jumlah penduduk setiap kota di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya tetapi
dengan luas lahan yang tidak berubah. Penyempitan lahan dalam menampung manusia
yang bertambah setiap tahun mengakibatkan tekanan terhadap lingkungan dalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia juga semakin meningkat. Berbagai aktivitas
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup berasal dari kegiatan industri, rumah
tangga, pertanian dan perikanan juga memberi tekanan terhadap lingkungan berupa
limbah yang dihasilkan setiap aktivitas yang terjadi. Limbah tersebut berpengaruh
terhadap penurunan kualitas air sungai. Sungai yang menjadi sumber air memiliki fungsi
yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemanfaatan sungai
sebagai sarana peningkatan pembangunan Nasional dan transportasi yang relatif aman
untuk menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya dapat mengakibatkan
terjadinya pencemaran sungai. Semua itu berdampak pada pengurangan manfaat
sungai tersebut. Pencemaran air dapat terjadi akibat adanya unsur atau zat lain yang
masuk ke dalam air, sehingga menyebabkan kualitas air menurun.
Pencemaran Lingkungan Kualitas air di DAS Cimanuk dapat dikategorikan buruk karena
hal-hal sebagai berikut:
a) Hampir semua sungai membawa zat padat terlarut dalam alirannya, dengan kadar
yang tinggi, sebagai indikasi adanya erosi lahan di DAS
b) Parameter COD dan BOD melebihi baku mutu yang disyaratkan.
c) Parameter Phosfat (PO4) dan Chlorida (Cl) melebihi baku mutu yang disyaratkan,
kemungkinan dari limbah pertanian dan perkebunan.
d) Hampir seluruh aliran sungai tercemar sulfat (SO4), sulfida (H2S), besi (Fe),
mangaan (Mn) dan seng (Zn) secara berlebihan.
1.3. Sasaran
Sasaran Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk Kabupaten Indramayu adalah
terdokumentasikannya data dan informasi kualitas lingkungan perairan yang menjadi
dasar pengambilan kebijakan pengelolaan lingkungan perairan.
1.5. Keluaran
Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan mencakup :
1) Laporan Pendahuluan;
2) Laporan Antara;
3) Laporan Akhir Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk Kabupaten Indramayu.
2.2. Topografi
Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan dataran atau daerah landai
dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0 – 2 % yang mengakibatkan bila curah hujan
tinggi, genangan air akan muncul di daerah-daerah tertentu. Kisaran ketinggian Wilayah
Kabupaten Indramayu berada pada ketinggian 0-100 m di atas permukaan air laut.
Bagian utara memiliki dataran rendah dan semakin tinggi ke arah selatan. Secara garis
besar topografi Kabupaten Indramayu dapat dibagi atas 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Ketinggian antara 0-7 m di atas permukaan laut (dpl), meliputi : wilayah Kecamatan
Anjatan, Sukra, Patrol, Kandanghaur, Losarang, Sindang, Lohbener, Arahan, Cantigi,
II - 4 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR
2.3. Geologi
Wilayah Kabupaten Indramayu merupakan dataran rendah dan daerah endapan di
bagian Timur Laut Provinsi Jawa Barat. Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten
Indramayu terdiri dari :
Aluvial hadromorf
Aluvial kelabu tua
Asosiasi aluvial – kelabu dan aluvial – cokelat kelabu
Asosiasi glie humus rendah dan aluvial kelabu
Regosal kelabu
Grumusal kelabu
Kompleks grumusal dan mediteran
Asosiasi latosol – cokelat dan regosol – kelabu
Asosiasi latosol – merah, latosol cokelat kemerahan dan laterit
Asosiasi podsolik – kuning dan hidromorf kelabu
Batuan yang ada di Kabupaten Indramayu terutama disusun oleh endapan aluvium dan
beberapa satuan batuan yang tersusun dari tua ke muda berdasarkan umur geologi
berikut ini :
Satuan batu lempung serpihan
Satuan batu lempung
Satuan batu pasir
Satuan konglomerat dan batu pasir tufaan
Endapan hasil gunungapi muda dan tak teruraikan
Endapan aluvium
Sedangkan endapan aluvium tersebut terbagi menjadi :
- Endapan pantai
- Endapan pematang pantai
- Endapan limpah banjir
- Endapan delta
- Endapan sungai tua
2.4. Hidrologi
Berdasarkan kondisi geografis dan fisiografi wilayah yang merupakan dataran rendah
dan pantai serta berada pada bagian hilir daerah aliran sungai yang besar, yaitu DAS
Cimanuk dan DAS Cipunagara serta SWS Citarum dan SWS Cimanuk- Cisanggarung.
Kabupaten Indramayu menjadi salah satu wilayah di Jawa Barat sebagai daerah sentra
pertanian dan merupakan daerah penyangga pengadaan stok pangan Provinsi dan
Nasional.
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Wilayah Kabupaten Indramayu memiliki 14 aliran sungai yang mengalir ke arah utara
yaitu ke Laut Utara Jawa dan sungai yang tergolong besar adalah Sungai Cimanuk,
Sungai Cipanas, Sungai Cipunegara, Sungai Cilalanang, Sungai Kumpulkuista, Sungai
Pamengkang dan Sungai Cimanis.
Satuan Wilayah Sungai (SWS)
SWS Citarum di wilayah pantai Jawa Barat bagian utara merupakan bagian dari SWS
Citarum Hilir yang mempunyai luas 6.154 km² (sekitar 30% dari luas SWS Citarum).
SWS Kabupaten Indramayu mempunyai luas 648 km². Aliran rata-rata di bagian hilir
mencapai 13,0 milyar m³/tahun yang dimanfaatkan untuk keperluan pertanian,
industri dan sebagainya.
SWS Cimanuk termasuk wilayah kewenangan Provinsi Jawa Barat dan mempunyai
luas 4.325 km². Wilayah Kabupaten Indramayu termasuk kedalam SWS Cimanuk
dengan luas 1.238 km². Potensi aliran rata-rata mencapai kapasitas sebesar 4,0
milyar m³/tahun.
Potensi Sumber Air
Wilayah Kabupaten Indramayu yang memiliki kemampuan sebagai lahan mata air di
wilayah bagian selatan Kecamatan Haurgeulis dan Cikedung dan sebagian besar di
Wilayah Kabupaten Indramayu mempunyai zona lahan air tanah bebas (zona air
tanah dangkal), sedangkan kemampuan lahan hidrologi pantai sangat mempengaruhi
tata air dengan fungsi penahan intrusi air laut dan abrasi pantai. Kawasan pantai
terdapat di sepanjang pantai timur dan utara Indramayu termasuk sebagian
Kecamatan Krangkeng, Juntinyuat, Balongan, Indramayu, Pasekan, Cantigi, Losarang,
Karangampel, Kandanghaur, Patrol dan Sukra. Kemampuan hidrologi pantai ini dibagi
dua zona yaitu zona pantai dan zona rawa.
Air tanah tawar dapat diperoleh dengan cara membuat sumur bor dalam yang
selanjutnya akan memancarkan air tanah tawar. Daerah Kedungdawa-Kedokan-
Gabus-Cibereng-Losarang, merupakan akumulasi air tanah dalam tawar yang cukup
2.5. Klimatologi
Keadaan iklim dan cuaca di Kabupaten Indramayu dapat diuraikan sebagai berikut:
Curah hujan rata-rata per bulannya adalah 200,08 mm dan rata-rata hari hujan per
bulannya 3,25 hari.
Tipe iklim di Kabupaten Indramayu menurut klasifikasi Schmid & Ferguson termasuk
Iklim Tipe D atau iklim sedang.
Suhu udara harian berkisar antara 270 – 340 C, dengan suhu tertinggi 300 C dan
yang terendah 180 C.
Kelembaban udara berkisar 70-80%.
Curah hujan rata-rata tahunan 1.428,45 mm dengan jumlah hari hujan 75 hari. Curah
hujan minimum adalah 47 mm yang terjadi pada bulan Desember, sedangkan curah
hujan maksimum adalah 6.024 mm yang terjadi pada bulan Pebruari. Curah hujan
tertinggi meliputi Kecamatan Anjatan berkisar 1.869 mm/tahun, Kecamatan Haurgelis
berkisar 1.865 mm/tahun. Hari hujan terbanyak adalah Kecamatan Cikedung dan
Gabuswetan yaitu sebanyak 94 hari hujan/tahun.
Angin Barat dan Timur bertiup bergantian setiap 5-6 bulan sekali. Angin Barat bertiup
bulan Desember sampai April sedangkan angin TImur bertiup bulan Mei sampai
Nopember. Selama periode 14 tahun (1980-1993), angin umumnya berasal dari barat
laut (29,35%), timur laut (22,01%) dan utara (18,32%).
Kecepatan angin di wilayah pesisir Indramayu umumnya (41,35%) bertiup dengan
kisaran 3-5 m/det, sedangkan (0,62%) kecepatan angin sangat lemah yaitu < 1m/det
yang dapat diklasifikasikan pada kondisi teduh.
2.6. Demografi/Kependudukan
Kondisi demografi penduduk di Kabupaten Indramayu rata-rata mengalami kesamaan
untuk tiap kecamatan yaitu yang paling ramai berada di pusat kecamatan karena disana
banyak dijumpai roda perekonomian, sedangkan permukiman yang lain menyebar di
wilayah sekitarnya. Komposisi Penduduk Kabupaten Indramayu menurut struktur umur
dan jenis kelamin dapat dilihat bahwa selama lima tahun terakhir telah terjadi
penurunan fertilitas. Konsentrasi sebaran jumlah penduduk terpusat pada kecamatan-
kecamatan bagian utara Kabupaten Indramayu.
Pada akhir Tahun 2016 berdasarkan hasil Registrasi Penduduk jumlah penduduk
Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.700.815 jiwa. Sedangkan pada akhir Tahun
2017 angka tersebut telah berubah menjadi 1.709.994 jiwa, keadaan ini menunjukkan
adanya kenaikan sebesar 9.179 jiwa, dengan demikian laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Indramayu Tahun 2016-2017 sebesar 0,54 persen. Berikut ini adalah tabel
jumlah penduduk Kabupaten Indramayu tahun 2017.
Luas wilayah Kabupaten Indramayu kurang lebih 2.099,42 km2. Dengan jumlah
penduduk sebanyak 1.709.994 jiwa, kepadatan penduduk di Kabupaten Indramayu
kurang lebih sebesar 814 jiwa/Km2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi
adalah Kecamatan Karangampel yaitu sebesar 2.038 jiwa/Km2, sedangkan yang
terendah adalah Kecamatan Cantigi 227 jiwa/ Km2.
Komoditas
No Ayam Ayam Ayam
Kecamatan Kambing Sapi
Itik Kerbau Kuda Ras Buras Buras
- domba potong
Pedaging Pedaging Petelur
1 Kec. Haurgeulis v v v V v v
2 Kec. Gantar v v v v V v v
3 Kec. Kroya v V v v
4 Kec. Gabus
V v v
Wetan
5 Kec. Cikedung v v v v v v v
6 Kec. Terisi v v v V v v
7 Kec. Lelea v v V v v
8 Kec. Bangodua v v
9 Kec. Tukdana v v v v
10 Kec. Widasari v v v v
11 Kec.
v v V v v
Kertasemaya
12 Kec.
V v v
Sukagumiwang
13 Kec.
v V v v
Krangkeng
14 Kec.
v V v v
Karangampel
15 Kec.
V v v
Kedokanbunder
16 Kec. Juntinyuat v v v
17 Kec. Sliyeg v v
18 Kec. Jatibarang v v v
19 Kec. Balongan v v
20 Kec.
v v
Indramayu
21 Kec. Sindang v v v
22 Kec. Cantigi v v v
23 Kec. Pasekan v v v
24 Kec. Lohbener V v v
25 Kec. Arahan v v
26 Kec. Losarang v v
II - 21 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR
27 Kec.
v v V v v
Kandanghaur
28 Kec. Bongas V v v
29 Kec. Anjatan v v v V v v
30 Kec. Sukra v v
31 Kec. Patrol v v
Kawasan perikanan tangkap terdiri dari kawasan perikanan tangkap di lau sejauh 4
(empat) mil dan kawasan perikanan tangkap perairan umum. Kawasan perikanan
tangkap perairan umum terdapat di wilayah:
a. waduk;
b. sungai;
c. rawa; dan
d. kolam.
Kawasan perikanan budidaya terdiri dari budidaya air payau, budidaya air tawar
dan budidaya laut.kawasan perikanan budidaya air payau memiliki luas kurang lebih
14.083 (empat belas ribu delapan puluh tiga) hektar yang terdapat di:
a. Kecamatan Krangkeng;
b. Kecamatan Karangampel;
c. Kecamatan Juntinyuat;
d. Kecamatan Balongan;
e. Kecamatan Indramayu;
f. Kecamatan Sindang;
g. Kecamatan Pasekan;
h. Kecamatan Cantigi;
i. Kecamatan Kandanghaur;
j. Kecamatan Patrol;
k. Kecamatan Sukra; dan
l. Kecamatan Losarang.
Kawasan perikanan budaya air tawar memiliki luas kurang lebih 405 (empat ratus
lima) hektar yang tersebar di setiap kecamatan di Kabupaten Indramayu. Kawasan
perikanan budidaya laut meliputi:
Kawasan minopolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama
ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas
perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. Kawasan
Minopolitan terdiri atas:
a. minapolitan garam berada di Desa Santing Kecamatan Losarang;
b. minapolitan perikanan tangkap berada di Desa Karangsong Kecamatan
Indramayu;
c. minapolitan perikanan budidaya meliputi:
1. Desa Karanganyar Kecamatan Pasekan; dan
2. Desa Krimun Kecamatan Losarang.
d. minapolitan pengolahan hasil perikanan berada di Desa Kenanga Kecamatan
Sindang.
f. Kecamatan Jatibarang;
g. Kecamatan Losarang;
h. Kecamatan Lohbener;
i. Kecamatan Kandanghaur;
j. Kecamatan Sukra;
k. Kecamatan Anjatan;
l. Kecamatan Bongas;
m. Kecamatan Kroya;
n. Kecamatan Gabuswetan;
o. Kecamatan Patrol;
p. Kecamatan Haurgeulis; dan
q. Kecamatan Balongan.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan air limbah adalah:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan pendukung jaringan pengolahan limbah;
b. diperbolehkan untuk kegiatan industri dengan syarat menyiapkan prasarana
pengelolaan limbah tersendiri;
c. diperbolehkan penyediaan prasarana penunjang pengelolaan limbah;
d. tidak diperbolehkan pembuangan limbah industri ke badan sungai; dan
e. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar pengelolaan limbah.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan drainase adalah:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan mendukung jaringan drainase;
b. diperbolehkan bersyarat pengembangan kegiatan perkotaan dengan didukung
jaringan drainase;
c. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di sekitar prasarana jaringan drainase
dengan tidak merubah fungsi utama;
d. diperbolehkan bersyarat membangun jaringan drainase dengan sistem tertutup pada
kegiatan perkotaan dengan tidak merubah fungsi utama; dan
e. tidak diperbolehkan memanfaatkan saluran drainase sebagai tempat pembuangan
sampah, air limbah atau material padat lainnya.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan air minum perkotaan
adalah:
a. diperbolehkan kegiatan pertanian sepanjang tidak merusak tatanan lingkungan dan
bentang alam;
b. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar sumber air minum;
dan
c. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di sekitar sumber air minum dengan
tidak merubah fungsi utama.
Karena kajian berkaitan dengan sungai dan sekitarnya, ketentuan umum peraturan
zonasi kawasan pola ruang untuk kawasan lindung yang terkait adalah kawasan sekitar
sungai, kawasan sekitar waduk dan situ, kawasan sekitar jaringan irigasi.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sungai adalah:
a. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang untuk RTH;
b. diperbolehkan melakukan kegiatan yang dapat memperkuat fungsi perlindungan
sempadan sungai;
c. diperbolehkan bersyarat mendirikan bangunan yang menunjang fungsi sempadan
sungai dan/atau bangunan yang merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi
bagi kepentingan umum;
d. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang untuk hutan rakyat; dan
e. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang secara sengaja dan jelas menghambat
arah dan intensitas aliran air.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar waduk dan situ adalah:
a. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan sekitar waduk meliputi:
1. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang untuk RTH;
2. diperbolehkan bersyarat melakukan kegiatan budidaya perikanan air tawar;
3. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang untuk hutan rakyat;
4. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang dapat merusak kualitas waduk,
kondisi fisik tepi dan dasar waduk; dan
III - 1 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Untuk pencapaian target sasaran dan tujuan yang diinginkan tersebut, konsultan
akan menempatkan tenaga ahlinya di lapangan yang akan disesuaikan dengan
kebutuhan lapangan
Dalam melakukan perncanaan tersebut konsultan perncana akan tetap berpedoman
pada peraturan-peraturan yang berlaku seperti :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
4. Kepmenkes No. 907 Tahun 2002 Tentang Kualitas Air Minum
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 Tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air
III - 2 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Pada bagian ini akan dijelaskan rencana kerja yang akan dilakukan oleh konsultan
dalam upaya mencapai sasaran yang diinginkan dalam Kajian Pemantauan Kualitas
DAS Cimanuk. Tahapan rencana kerja yang akan dilakukan disajikan seperti bagan
alir berikut :
III - 3 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
konsultan dapat tercapai dengan baik. Pada tahap persiapan ini akan dilakukan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Membuat Program Kerja (Pola Pikir) Kegiatan secara Keseluruhan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini mencakup penyusunan pola pikir alur
pencapaian sasaran kegiatan yang kemudian harus dipahami oleh seluruh jajaran
tenaga ahli dan tenaga pendukung kegiatan.
2. Menentukan Sasaran
Pada tahap ini, dilakukan definisi penentuan sasaran secara rinci dan spesifik
mengenai apa-apa saja hal yang diharapkan untuk dicapai dalam Pekerjaan
Kajian Pemantauan Kualitas DAS Cimanuk ini.
3. Menggali Sumber Terkait
Mengingat kegiatan ini akan melibatkan berbagai aktivitas survey dan kajian,
maka diperlukan suatu perencanaan survey yang mantap dan tepat sasaran.
Untuk itu, diperlukan berbagai informasi yang tepat mengenai wilayah studi
4. Melakukan Studi Literatur
Diperlukan upaya untuk mempelajari dari berbagai sumber literatur dan studi
kajian pemantauan kualitas DAS di berbagai kota di Indonesia. Selain itu,
perkembangan keberadaan peraturan-peraturan dan pedoman baru yang
dikeluarkan oleh pemerintah juga harus terus diikuti.
5. Menyusun Jadwal Kerja
Dengan terbatasnya waktu pelaksanaan kegiatan, maka dalam rangka
pencapaian sasaran kegiatan secara periodik sesuai dengan tahapan pelaporan,
dan juga dalam rangka memudahkan pendefinisian tanggung jawab pihak
terkait, terutama tim konsultan dan tim teknis dari pihak pemberi pekerjaan,
maka diperlukan jadwal kerja yang rinci.
III - 4 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
III - 5 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Menurut SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah – Bagian 57: Metoda
pengambilan contoh air permukaan, lokasi pemantauan kualitas air pada umumnya
dilakukan pada:
a. Sumber air alamiah, yaitu pada lokasi yang telah menerima limbah (titik 1, lihat
Gambar 3.2).
b. Sumber air tercemar, yaitu pada lokasi yang telah menerima limbah (titik 4, lihat
Gambar 3.2).
c. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu pada lokasi tempat penyadapan sumber air
tersebut. (titik 2 dan 3, lihat Gambar 3.2).
d. Lokasi masuknya air ke waduk atau danau (titik 5, lihat gambar 3.2).
Titik pengambilan contoh air sungai ditentukan berdasarkan debit air sungai yang
diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, contoh diambil pada satu titik
ditengah sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan atau
diambil dengan alat intergrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari
permukaan sampai ke dasar secara merata (lihat Gambar 3.3);
b. Sungai dengan debit antara 5 m3/detik – 150 m3/detik, contoh diambil pada dua
titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada kedalaman 0,5 kali
kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sampler sehingga
III - 6 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara merata (lihat
Gambar 3.3) kemudian dicampurkan;
c. sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, contoh diambil minimum pada enam
titik masing-masing pada jarak 1/4, 1/2, dan 3/4 lebar sungai pada kedalaman
0,2 dan 0,8 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated
sampler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara
merata (lihat Gambar 3.3) lalu dicampurkan.
III - 7 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
satuan meter kubik per detik (m3/detik) atau liter per detik (l/det). Aliran adalah
pergerakan air di dalam aliran sungai.
Menurut Asdak (1995), teknik pengukuran debit aliran sungai langsung di
lapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui empat kategori, yaitu :
1. Pengukuran volume aliran sungai
2. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan
luas penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang dialirkan
dalam aliran sungai.
4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir
(aliran air lambat) atau flume (aliran air cepat).
Pada prinsipnya pengukuran debit adalah pengukuran luas penampang basah dan
kecepatan aliran. Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar
permukaan air dan pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel
pengukur. Kecepatan aliran (V) dapat diukur dengan metode : metode current-
meter dan metode apung.
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus).
Ada dua tipe current meter yaitu tipe baling-baling (proppeler type) dan tipe
canting (cup type). Oleh karena distribusi kecepatan aliran di sungai tidak sama
baik arah vertikal maupun horisontal, maka pengukuran kecepatan aliran dengan
alat ini tidak cukup pada satu titik.
Debit aliran sungai dapat diukur dengan beberapa metode. Tidak semua metode
pengukuran debit cocok digunakan. Pemilihan metode tergantung pada kondisi
(jenis sungai, tingkat turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian yang akan dicapai.
Salah satu cara yang akan digunakan untuk pengukuran debit pada penelitian ini
adalah Pengukuran Debit dengan Cara Apung (Float Area Methode).
Prinsip :
• kecepatan aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung (U).
• luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar saluran (L)
dan kedalaman saluran (D).
• debit sungai (Q) = A x V atau A = A x k dimana k adalah konstanta.
III - 8 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Q=AxkxU
Keterangan:
Q = debit (m3/det)
U = kecepatan pelampung (m/det)
A = luas penampang basah sungai (m2)
k = koefisien pelampung
4. Analisis Sampel
Untuk mengetahui data kualitas mutu dari sampel yang telah diambil, diperlukan
analisis yang merupakan suatu rangkaian pekerjaan untuk
memeriksa/mengetahui/menentukan kandungan dari suatu sampel dengan tujuan
tertentu. Secara umum analisis dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Pembagian ini didasari atas tujuan dari kegiatan
analisis itu sendiri.
a) Analisis Kimia Kualitatif
Adalah suatu rangkaian pekerjaan analisis yang
bertujuan mengetahui keberadaan (bisa juga identifikasi) suatu ion,unsur, atau
III - 9 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
senyawa kimia lain baik organik maupun anorganik dalam suatu sampel yang
kita analisa.
b) Analisis Kimia Kuantitatif
Adalah suatu rangkaian pekerjaan analisis yang bertujuan untuk
mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu sampel yang kita
analisa.
Dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air
dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Cimanuk, Sungai Cimalaya dan Sungai
Bekasi, pada Lampiran II terdapat Kriteria Kelas Air dengan 52 parameter yang perlu
diuji untuk menentukan kelas air tersebut. Berikut merupakan tabel dari kriteria kelas
air:
III - 11 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Sesuai dengan tata guna lahan yang terdapat pada Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Indramayu (Perda Kabupaten Indramayu No 1 Tahun 2012) dan
penyesuaiaan dengan Kabupaten Indramayu Dalam Angka 2016, wilayah Indramayu
merupakan kawasan yang terdiri dari Pertanian, Perkebunan, Industri, dan lain
sebagainya. Berikut merupakan daftar perusahan yang terdapat di Kabupaten
Indramayu:
III - 12 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
FISIKA
Temperatur °C v v v
Residu Terlarut mg/L v v v
Residu Suspensi mg/L v v v v v v v v v v
Transparansi m
Total P
Total N mg/L v v
Khlorida mg/L
Sianida mg/L v v v
Fluorida mg/L
Nitrit (NO2- N) mg/L
Sulfat mg/L v v
SAR --
% Na %
Khlorin bebas mg/L
Sulfida (H2S) mg/L v v
MBAS ug/L v v
Fenol ug/L v v v v
LOGAM terlarut
Arsen mg/L v v
Kobalt mg/L v v
Barium mg/L
Boron mg/L
Selenium mg/L
Kadmium mg/L v v v
Khrom (VI) mg/L v v v v
Tembaga mg/L v v v v v
Besi mg/L
Timbal mg/L v v v v
Mangan mg/L
Air raksa mg/L v v
Seng mg/L v v v
Nikel mg/L v v v
BIOSIDA
BHC ug/L v v
Aldrin/ Dieldrin ug/L v v
Chlordane ug/L v v
DDT ug/L v v
Heptachlor ug/L v v
Lindane ug/L v v
Methoxychlor ug/L v v
Endrin ug/L v v
Toxaphan ug/L
MIKROBIOLOGI
Fecal coliform Jml/100 ml
BIOLOGI
Chlorophyll=@ µg/l
Sumber:
PerMen LH Nomor 5 Tahun 2014
Kepmen LH Nomor 202 Tahun 2002
PerMen LH Nomor 19 Tahun 2010
Toksikologi Lingkungan oleh Dantje T. Sembel, B.Agr.Sc., Ph. D
III - 13 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Jika beberapa aliran bertemu menghasilkan aliran akhir, atau jika kuantitas air dan
massa konstituen dihitung secara terpisah, maka perlu dilakukan analisis neraca
massa untuk menentukan kualitas aliran akhir dengan perhitungan
Ʃ Ci x Qi Ʃ Mi
CR = =
Ʃ Qi Ʃ Qi
Metoda neraca massa ini dapat juga digunakan untuk menentukan pengaruh erosi
terhadap kualitas air yang terjadi selama fasa konstruksi atau operasional suatu
proyek, dan dapat juga digunakan untuk suatu segmen aliran, suatu sel pada
danau, dan samudera. Tetapi metoda neraca massa ini hanya tepat digunakan
untuk komponen-komponen yang konservatif yaitu komponen yang tidak
mengalami perubahan (tidak terdegradasi, tidak hilang karena pengendapan,
tidak hilang karena penguapan, atau akibat aktivitas lainnya) selama proses
pencampuran berlangsung seperti misalnya garam-garam. Penggunaan neraca
III - 14 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
massa untuk komponen lain, seperti DO, BOD, dan NH3 – N, hanyalah merupakan
pendekatan saja.
a. Prosedur penggunaan
Untuk menentukan beban daya tampung dengan menggunakan metoda
neraca massa, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
Ukur konsentrasi setiap konstituen dan laju alir pada aliran sungai sebelum
bercampur dengan sumber pencemar;
Ukur konsentrasi setiap konstituen dan laju alir pada setiap aliran sumber
pencemar;
Tentukan konsentrasi rata-rata pada aliran akhir setelah aliran bercampur
dengan sumber pecemar dengan perhitungan :
Ʃ Ci x Qi Ʃ Mi
CR = =
Ʃi Ʃ Qi
b. Contoh Perhitungan
Untuk lebih jelasnya, maka diberikan contoh perhitungan penggunaan Metoda
Neraca Massa berikut ini.
Suatu aliran sungai mengalir dari titik 1 menuju titik 4. Diantara dua titik
tersebut terdapat dua aliran lain yang masuk kealiran sungai utama, masing-
masing disebut sebagai aliran 2 dan 3. Apabila diketahui data-data pada aliran
1, 2 dan 3, maka ingin dihitung keadaan di aliran 4.
III - 15 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Data analisis dan debit pada aliran 1, 2 dan 3 diberikan pada tabel berikut ini :
III - 16 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
= 4,86 mg/L
Konsentrasi rata-rata COD, BOD dan C1 pada titik 4 dapat ditentukan dengan cara
perhitungan yang sama seperti di atas, yaitu masing-masing 18,94 mg/L, 8,87 mg/L
dan 0,12 mg/L. Apabila data aliran 4 dimasukkan ke Tabel 1.1 maka akan seperti
yang disajikan pada Tabel 1.2
Tabel 3.5 Data analisis dan debit
Apabila aliran pada titik 4 mempunyai baku mutu BM X, maka titik 4 tidak memenuhi
baku mutu perairan untuk BOD, sehingga titik 4 tidak mempunyai daya tampung lagi
untuk parameter BOD. Akan tetapi bila terdapat aliran lain (misalnya aliran 5) yang
memasuki di antara titik 1 dan 4, dan aliran limbah masuk tersebut cukup tinggi
mengandung C1- dan tidak mengandung BOD, maka aliran 5 masih dapat
diperkenankan untuk masuk ke aliran termaksud. Hal tersebut tentu perlu dihitung
kembali, sehingga dipastikan bahwa pada titik 4 kandungan C1 lebih rendah dari 600
mg/L.
4. Metode STORET
Metode STORET merupakan salah satu metode yang biasa digunakan untuk
menentukan status mutu air. Penentuan status mutu dilakukan dengan cara
membandingkan data kualitas air dengan baku mutu yang telah ditetapkan sesuai
dengan peruntukannya. Dengan metode ini dapat diketahui parameter-parameter
yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air.
III - 17 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
A. Cara menentukan status mutu air digunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental
Protection Agency) dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu:
1. Kelas A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu
2. Kelas B : baik, skor = -1 s/d –10 cemar ringan
3. Kelas C : sedang, skor = –11 s/d – 30 cemar sedang
4. Kelas D : buruk, skor = –31 cemar berat
B. Penentuan status mutu air dengan menggunakan metoda STORET dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air secara periodik sehingga
membentuk data dari waktu ke waktu (time series data).
b. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai
baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
c. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku
mutu) maka diberi skor 0.
d. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran >
baku mutu), maka diberi skor :
Tabel 3.6. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air
Jumlah Nilai Parameter
contoh1)
Fisika Kimia Biologi
< 10 Maksimum -1 -2 -3
Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
≥ 10 Maksimum -2 -4 -6
Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Sumber : Canter (1977)
1)
Catatan : jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan status mutu air.
Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari
jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.
III - 18 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
C. Contoh Perhitungan
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada contoh berikut ini. Tabel 3.2. merupakan
contoh penerapan penentuan kualitas air menurut metoda STORET yang dilakukan
oleh Unpad, Bandung. Data diambil dari sungai Ciliwung pada stasiun 1. Pada tabel
ini tidak diberikan data lengkap hasil analisa di sungai Ciliwung, tetapi hanya
diberikan nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari data-data hasil.
D. Cara pemberian skor untuk tiap parameter adalah sebagai berikut (contoh, untuk
Hg):
a. Hg merupakan parameter kimia, maka gunakan skor untuk parameter kimia.
b. Kadar Hg yang diharapkan untuk air golongan C adalah 0.002 mg/l.
c. Kadar Hg maksimum hasil pengukuran adalah 0.0296 mg/l, ini berarti kadar
Hg melebihi baku mutunya. Maka skor untuk nilai maksimum adalah -2.
d. Kadar Hg minimum hasil pengukuran adalah 0.0006 mg/l, ini berarti kadar
Hg sesuai dengan baku mutunya. Maka skornya adalah 0.
e. Kadar Hg rata-rata hasil pengukuran adalah 0.0082 mg/l, ini berarti
melebihi baku mutunya. Maka skornya adalah –6.
f. Jumlahkan skor untuk nilai maksimum, minimum, dan rata-rata. Untuk Hg
pada contoh ini skor Hg adalah –8.
g. Lakukan hal yang sama untuk tiap parameter, apabila tidak ada baku
mutunya untuk parameter tertentu, maka tidak perlu dilakukan perhitungan.
h. Jumlahkan semua skor, ini menunjukan status mutu air. Pada contoh ini skor total
adalah –58, ini berarti sungai Ciliwung pada stasiun 1 mempunyai mutu yang
buruk untuk peruntukan golongan C.
III - 19 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Tabel 3. 7. Status Mutu Kualitas Air Menurut Sistem Nilai STORET di Stasiun 1 sungai
Ciliwung bagi peruntukan Golongan C (PP 20/1990)
III - 20 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Pada kajian kali ini bagian sungai tersebut adalah segmen 4 atau sungai
Cimanuk bagian hilir di wilayah Kabupaten Indramayu. Sungai Cimanuk yang
melintasi Kabupaten Indramayu meliputi Kecamatan Tukdana, Kecamatan
Bangodua, Kecamatan Sukagumiwang, Kecamatan Kertasemaya, Kecamatan
Jatibarang, Kecamatan Widasari, Kecamatan Lohbener, Kecamatan Arahan,
Kecamatan Sindang, Kecamatan Indramayu dan Kecamatan Cantigi.
Setiap kecamatan yang dilewati oleh sungai cimanuk memiliki perbedaan dalam
tatagunaan lahan di masing-masing daerah. Pada segmen 4 (empat) sungai
Cimanuk, kecamatan yang dilewati oleh sungai ini di dominasi oleh daerah
Permukiman, Pertanian, Hutan dan Perikanan. Secara detail akan ditampilkan
pada Gambar 4.1.
IV - 1 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
IV - 2 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Peta guna lahan Kabupaten Indramayu menunjukkan lokasi mana saja yang
digunakan sebagai daerah permukiman, pertanian, hutan dan perikanan.
Lokasi dan luasan kira-kira dari masing-masing daerah ditunjukkan dengan
perbedaan warna penggunaan lahan. Mulai dari aliran sungai masuk dari
perbatasan Kabupaten Indramayu dengan Kabupaten Majalengka, sungai
Cimanuk secara berturut-turut melintasi Kecamatan Tukdana, Kecamatan
Sukagumiwang, Kecamatan Kertasemaya, Kecamatan Bangodua, Kecamatan
Jatibarang, Kecamatan Widasari, Kecamatan Lohbener, Kecamatan Indramayu,
Kecamatan Arahan, Kecamatan Sindang dan hilir dari sungai Cimanuk berada
di Kecamatan Cantigi.
Kecamatan berikutnya yang berada di sisi kanan arah aliran sungai Cimanuk
merupakan Kecamatan Jatibarang. Daerah bantaran sungai di kecamatan ini di
dominasi oleh daerah permukiman, sawah irigasi dan ladang. Sisi kiri dari
daerah aliran sungai Cimanuk berikutnya merupakan Kecamatan Widasari.
Daerah bantaran sungai ini di dominasi oleh daerah permukiman, sawah irigasi,
tambak dan ladang.
IV - 3 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Kecamatan Lohbener berada di sisi kiri arah alirang sungai Cimanuk setelah
Kecamatan Widasari. Daerah bantaran sungai di kecamatan inididominasi oleh
daerah permukiman, sawah irigasi dan ladang. Kecamatan Indramayu berada
di sisi kanan arah aliran sungai Cimanuk setelah Kecamatan Jatibarang. Daerah
bantaran sungai di kecamatan ini di dominasi oleh daerah pemukiman, sawah
irigasi dan ladang.
Kecamatan Arahan berada di sebelah kiri arah aliran sungai Cimanuk setelah
Kecamatan Lohbener. Daerah bantaran sungai di kecamatan ini di dominasi
oleh permukiman dan sawah irigasi. Kecamatan Sindang berada di sebelah
kanan arah aliran sungai Cimanuk setelah Kecamatan Indramayu. Daerah
bantaran sungai di kecamatan ini di dominasi oleh permukiman, sawah irigasi,
tambak dan bakau/mangrove. Kecamatan terakhir yaitu Kecamatan Cantigi.
Kecamatan ini berada di bagian hilir sungai Cimanuk. Daerah bantaran sungai
di Kecamatan Cantigi di dominasi oleh permukiman, hutan, sawah irigasi,
tambak/empang, bakau/mangrove.
Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai yang berbentuk
padat, cair dan gas. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk
dihilangkan dan berbahaya. Jenis limbah yang masuk ke sungai berbeda-beda.
Perbedaan jenis limbah yang masuk dipengaruhi oleh jenis aktifitas serta
kegiatan masyarakan di daerah masing-masing. Dari beberapa daerah yang
mendominasi di bantaran sungai cimanuk, tidak semua dari kategori daerah
tersebut menjadi faktor untuk mencemari sungai.
Jika daerah bantaran sungai didominasi oleh daerah permukiman, jenis limbah
yang masuk ke sungai di sebut limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga
adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas
industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah cair rumah tangga ini juga
sering disebut dengan limbah domestik. Sebagai ciri khas dari limbah ini adalah
mempunyai karakteristik kaya akan zat organik disamping adanya zat padat.
IV - 4 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Jenis limbah yang dihasilkan dari daerah yang didominasi oleh daerah
pertanian berbeda dengan daerah permukiman. Jenis limbah pertanian
bermacam-macam. Limbah pertanian dibagi menjadi 2 (dua) kategori yaitu
waktu dan bentuk. Menurut waktunya, limbah pertanian terbagi lagi atas 3
waktu yaitu:
- Limbah pertanian pra panen,
- limbah pertanian panen dan
- limbah pertanian pasca panen.
Limbah pertanian pra panen merupakan materi- materi atau limbah yang
terkumpul ketika sebelum atau sementara hasil utama sedang diambil.
Beberapa contoh dari limbah pertanian pra panen antara lain daun, ranting
serta buah yang tidak sengaja gugur. Limbah pertanian panen seperti
namanya, limbah pertanian panen merupakan limbah yang dihasilkan ketika
panen sedang dilangsungkan. Beberapa contoh dari limbah pertanian panen
antara lain adalah jerami, batang padi dan juga sekam padi. Selain limbah
pertanian pra panen dan limbah pertanian panen, selanjutnya ada limbah
pertanian pasca panen. Limbah pertanian pasca panen merupakan limbah yang
dihasilkan setelah panen. Beberapa contoh dari limbah pertanian pasca panen
antara lain adalah kulit ternak potong potong dan jeroan ternak potong.
Secara umum, limbah- limbah mempunyai bentuk yang sama apabila dilihat
sari betiuknya. Tidak hanya limbah pertanian saja namun juga limbah yang
lainnya. Berdasar pada bentuknya, limbah pertanian ini dibedakan menjadi tiga
macam yaitu limbah padat, cair dan juga limbah gas.
Sesuai dengan namanya, yang dimaksud limbah pertanian padat adalah limbah
pertanian dari limbah pra panen, panen dan pasca panen maupun industri
pertanian yang mempunyai bentuk padat atau bisa dipegang. Limbah ini
sangat banyak dihasilkan dari pertanian. Sebagai contoh adalah sisa batang,
daun, ranting, maupun buah busuk yang tidak diambil manfaat atau hasil
utamanya lagi. Limbah padat pertanian ini biasanya bersifat organik, maka
IV - 5 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Selain limbah padat, pertanian juga menghasilkan limbah dalam bentuk cair.
Sesuai dengan namanya pula, limbah pertanian cair merupakan limbah yang
bentuknya cair. Ternyata bidang pertanian cukup banyak menghasilkan limbah
cair. Limbah cair dalam pertanian biasanya dihasilkan oleh air yang digunakan
untuk :
- Membersihkan bahan pangan serta peralatan pengolahan
- Menghanyutkan bahan- bahan yang tidak dikehendaki atau kotoran yang
menempel pada sayuran/ hasil panen, dan lain sebagainya
- Pupuk cair
Limbah cair yang dihasilkan dari pertanian banyak mengandung bahan- bahan
organik seperti karbohidrat, lemak dan protein, sehingga sangat mudah
membusuk serta menimbulkan masalah polusi udara atau bau dan juga polusi
air. Dengan demikian limbah pertanian cair harus ditangani dengan tepat
supaya tidak menimbulkan pencemaran udara maupun pencemaran air.
Selain limbah pertanian padat dan juga limbah pertanian cair, selanjutnya ada
limbah pertanian gas. Limbah pertanian gas merupakan limbah yang dihasilkan
kegiatan dan pengolahan pertanian yang memiliki bentuk gas. Limbah gas ini
dikeluarkan pada saat pengolahan hasil- hasil pertanian, misalnya gas yang
timbul berupa uap air pada proses pengurangan kadar air selama proses
pelayuan teh dan juga proses pengeringannya. Penanganan limbah pertanian
gas ini harus hati- hati dan dilakukan dengan jeli supaya tidak menimbulkan
pencemaran udara yang dekat dengan manusia, salah satu contohnya adalah
dengan memasang cerobong asap.
IV - 6 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Waktu pengambilan contoh dilakukan pada pagi hari hingga sore hari sebelum
matahari terbenam. Pengambilan contoh dilakukan selama pagi hari karena
IV - 7 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Alat pengambil contoh harus memenuhi beberapa persyaratan. Alat ini harus
terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh dan memudahkan
contoh untuk dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan
tersuspensi di dalamnya. Alat pengambil contoh juga harus mudah dicuci dari
bekas contoh sebelumnya. Untuk kapasitas alat bergantung pada keperluan
pemeriksaan (1 – 5 liter). Keamanan dan kemudahan alat untuk dibawa ke
lapangan sangat dianjurkan.
Selain alat pengambil contoh, perlu disiapkan juga alat ukur yang dilakukan
dilapangan (in-situ), seperti DO meter, pH meter, thermometer, turbidimeter,
konduktimeter, dan alat pengukur debit. Sebelum digunakan alat-alat tersebut
harus dipastikan sudah terkalibrasi untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi
pada pembacaan alat.
Contoh yang telah diambil akan disimpan dalam suatu wadah untuk dibawa ke
laboratorium uji contoh. Wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh
harus memenuhi persyaratan, diantaranya terbuat dari bahan gelas atau
IV - 8 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
plastik, dapat ditutup dengan kuat dan rapat, mudah dicuci, tidak mudah
pecah, tidak menyerap zat-zat kimia dari contoh, tidak melarutkan zat-zat kimia
ke dalam contoh, tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan
contoh. Sedangkan wadah contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dapat
disterilkan.
Kegiatan pengambilan contoh air sungai Cimanuk dilakukan pada titik yang
berada di sekitar jembatan dan perahu penyebrangan. Hal tersebut dilakukan
untuk memudahkan pengambilan sampel yang mewakili DAS Cimanuk. Kondisi
Lingkungan DAS Cimanuk ditulis pada berita acara yang sudah disiapkan
sebelumnya. Isi dalam berita acara meliputi kodisi umum pada titik
pengambilan contoh, identitas contoh (lokasi, GPS, nomor titik pantau), dan
hasil pengukuran in situ. Berikut merupakan kegiatan sampling yang telah
dilakukan dibeberapa titik sampel :
IV - 9 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
1. Temperatur
Suhu tidak digunakan untuk mengevaluasi secara langsung air minum, air
permukaan, maupun air limbah. Pengukuran suuhu adalah salah satu
IV - 10 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
parameter penting pada sistem air permukaan. Suhu pada air permukaan
berpengaruh terhadap sejjumlah besar spesies biologi yang ada dan
kecepatan aktifitas mereka. Suhu mempunyai pengaruh pada banyak reaksi
kimia yang terjadi di system perairan alam. Suhu juga punya pengaruh
nyata pada kelarutan gas dalam air.
2. pH
pH (Puissance d’Hydrogen Scale) merupakan parameter untuk menyatakan
suatu
keasaman air, untuk menyatakan banyaknya ion H+ di dalam air, semakin
banyak ion H+ dalam air, semakin rendah pH air. Data pH sangat diperlukan
untuk mengetahui apakah air tersebut memenuhi persyaratan tertentu,
misalnya untuk air minum dipersyaratkan pH antara pH 6,5 – 8,5.
3. DO
DO sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand),
merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO
yang biasa diukur dalam bentuk konsentrasi menunjukkan jumlah oksigen
(O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar.
Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu
menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu
kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh
banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat
dianjurkan di samping parameter lain.
IV - 11 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar
oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak
cukup menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan yang demikian
merupakan pencemaran berat pada air.
4. Salinitas
Salinitas air adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan
. Pengertian salinitas air yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar
garam yang terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas air ini
merupakan gambaran tentang padatan total di dalam air setelah semua
karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan
oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Pengertian salinitas
air yang lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat dalam
1000 gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada
umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada
air laut, KNO3 dan lain-lain.
IV - 12 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak
tersaringdengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm.
Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang
terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya
TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di
perairan.Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun,
deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah
tangga dan industri pencucian.
IV - 13 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
terlarut dalam air atau banyak mineral yang terlarut. Parameter ini penting
untuk memprediksikan kandungan mineralnya, semakin tinggi
kandungannya, maka akan semakin tinggi nilai DHL-nya. Batas waktu
maksimum pengukuran yang direkomendasikan adalah 28 hari.
7. Turbidity / Kekeruhan
Kekeruhan dalam air tanah biasanya disebakan karena adanya zat padat
yang tersuspensi yang bersifat anorganik dan organic sedangkan zat
organic. Kekeruhan dalam air disebabkan oleh zat-zat yang tersuspensi
(tidak larut).
• Sumber kekeruhan dalam air dapat berasal dari berbagai kegiatan
manusia, seperti kegiatan pertanian, pertambangan terbuka, sehingga
banyak tanah yang terbawa oleh aliran air hujan.
IV - 14 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah
ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai
mencapai berat konstan pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan
berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan
tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter
pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji.
Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut
total dan padatan total.
2. BOD
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri selama
penguraian senyawa organik pada kondisi aerobik. Dalam hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa senyawa organik merupakan makanan bagi bakteri.
Parameter BOD digunakan untuk menentukan tingkat pencemar oleh
senyawa organik yang dapat diuraikan oleh bakteri. Percobaan BOD adalah
IV - 15 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
3. COD
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
senyawa organik dalam air, sehingga parameter COD mencerminkan
banyaknya senyawa organik dalam air yang dapat dioksidasi secara kimia.
Oksidator yang umum digunakan adalah Kalium dikromat. Metode yang
umum digunakan dalam penentuan COD adalah Metode Titrimetri dengan
Closed Reflux.
Senyawa organik dalam air dioksidasi oleh larutan Kalium dikromat dalam
suasana Asam Sulfat pada temperature sekitar 150°C. Kelebihan Kalium
dikromat dititrasi oleh larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) dengan
indicator Ferroin.
Metoda ini tidak dapat digunakan untuk mengukur fraksi yang mempunyai
titik didih lebih kecil dari 70oC bila menggunakan pelarut
IV - 16 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
Prinsip dari enetapan minyak dan lemak adalah minyak dan lemak dalam
contoh uji air diekstraksi dengan pelarut organik dalam corong pisah dan
untuk menghilangkan air yang masih tersisa digunakan Na2SO4 anhidrat.
Ekstrak minyak dan lemak dipisahkan dari pelarut organik secara destilasi.
Residu yang tertinggal pada labu destilasi ditimbang sebagai minyak dan
lemak.
5. Detergen (MBAS)
Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar surfaktan anionik dalam air
dan air limbah secara biru metilen dan diukur menggunakan
spektrofotometer dengan kisaran kadar 0,025 mg/L sampai 2,0 mg/L pada
panjang gelombang 652 nm.
6. Ammonia (NH3-N)
Ammonia adalah bahan kimia dengan formula kimia NH3. Yang mempunyai
bentuk segi tiga. Titik leburnya ialah -75 °C dan titikdidihnya ialah -33.7 °C.
Pada suhu dan tekanan yang tinggi, ammonia adalah gas yang tidak
mempunyai warna dan lebih ringan daripada udara. 10% larutan ammonia
dalam airmempunyai pH 12.
Ammonia cair terkenal dengan sifat mudah larut. Ia dapat melarutkan logam
alkali dengan mudah untuk membentuk larutan yang berwarna dan
dapat mengalirkan elektrik dengan baik. Ammonia dapat larut dalam air.
Larutan ammonia dengan air mengandung sedikit ammonium hidroksida
IV - 17 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
7. Nitrit (NO2-N)
Metode ini digunakan untuk penentuan nitrit, NO2_N dalam air dan air
limbah secara spektrofotometri pada kisaran kadar 0,01 mg/L sampai
dengan 1,00 mg/L NO2_N. Jika menggunakan kuvet 1 (satu) cm dalam
penetuan kadar nitrit, NO2_N dapat diperoleh kadar sampai dengan 0,18
mg/L NO2_N. Untuk meningkatkan ketelitian pembacaan dapat digunakan
kuvet yang lebih panjang lintasannya (5 cm atau 10 cm). Metode ini
digunakan untuk contoh uji air yang tidak berwarna.
Nitrit dalam suasana asam pada pH 2,0 – 2,5 akan bereaksi dengan
sulfanilamid (SA) dan N- (1-naphthyl) ethylene diamine dihydrochloride
(NED dihydrochloride) membentuk senyawa azo yang berwarna merah
keunguan. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya secara
spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 543 nm.
IV - 18 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
8. Nitrat (NO3-N)
Cara Uji pengujian ini digunakan untuk menentukan kadar nitrat (NO3-N)
dalam air dan air limbah secara spektrofotometri menggunakan kolom
reduksi kadmium dengan kisaran pengukuran 0,01 mg sampai 1,0 mg NO3--
N/L dengan tebal kuvet (path length) 1 cm atau lebih, pada panjang
gelombang 543 nm.
Senyawa nitrat dalam contoh uji direduksi menjadi nitrit oleh kadmium (Cd)
yang dilapisi dengan tembaga (Cu) dalam suatu kolom. Nitrit total yang
terbentuk bereaksi dengan sulfanilamid dalam suasana asam menghasilkan
senyawa diazonium. Senyawa diazonium kemudian bereaksi dengan N-(1-
naphthyl)-ethylenediamine dihydrochloride (NED) yang berwarna merah
muda. Senyawa azo ini ekivalen dengan senyawa diazonium yang ekivalen
dengan nitrit total. Warna merah diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang disekitar 543 nm.
Untuk menentukan nitrit dalam contoh uji dengan nitrit yang berasal dari
hasil reduksi nitrat dilakukan penetapan nitrit tanpa melewatkan contoh uji
pada kolom reduksi kadmium. Kadar nitrat diperoleh dengan mengkoreksi
hasil total nitrit yang didapat dari hasil reduksi dengan hasil nitrit yang
diperoleh tanpa melewati kolom reduksi kadmium
9. Nitrogen Organik
Nitrogen organik berupa protein, asam amino, dan urea. Sumber nitrogen
organik di perairan berasal dari proses pembusukan makhluk hidup yang
telah mati, karena protein dan polipeptida terdapat pada semua makhluk
hidup sedangkan sumber antropogenik (akibat aktivitas manusia) adalah
limbah industri dan limpasan dari daerah pertanian, kegiatan perikanan, dan
limbah domestik.
IV - 19 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
IV - 20 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
tumbuh subur. Sebaliknya bila kadar pada air alam sangat rendah (<0,01
ppm) pertumbuhan tanaman dan ganggang akan terhalang, keadaan ini
dinamakan oligrotop. Analisis fosfat meliputi analisis ortofosfat, analisis
polifosfat dan analisis total fosfat (total P).
12. Sulfat
Metode ini digunakan untuk penentuan sulfat, SO42- dalam air dan air
limbah secara turbidimetri pada kisaran 1 mg/L sampai dengan 40 mg/L
pada panjang gelombang 420 nm.
Ion sulfat bereaksi dengan barium klorida dalam suasana asam akan
membentuk suspensi barium sulfat dengan membentuk kristal barium sulfat
yang sama besarnya diukur dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 420 nm.
13. Fenol
Metode ini digunakan untuk penentuan kadar fenol dalam air dan air limbah
menggunakan aminoantipirin dengan alat spektrofotometer. Kadar fenol
yang di ukur antara 0,005 mg/L sampai dengan 0,1 mg/L menggunakan
panjang gelombang 460 nm dan untuk kadar fenol lebih besar dari 0,1 mg/L
menggunakan panjang gelombang 500 nm.
Semua fenol dalam air akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin pada pH 7,9
± 0,1 dalam suasana larutan kalium ferri sianida akan membentuk warna
merah kecoklatan dari antipirin. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 460 nm atau 500 nm.
IV - 21 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR
14. E coli
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator
ada tidaknya polusi kotoran maupun kondisi yang tidak baik terhadap air,
makanan,, susu, dan produk lainnya. Coliform mempunyai ciri-ciri yaitu
bentuk batang, merupakan bakteri gram negatif, tidak membentuk spora,
aerobik atau anaerobik fakultatif yang memfermentasikan laktosa dengan
menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam dan suhu 35ºC. Adanya
bakteri Coliform pada air menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang
bersifat enteropatogenik dan atau toksikgenik yang berbahaya bagi
kesehatan.Untuk itu penting dilakukannya uji kualitas air. Salah satu metode
yang dapat digunakan yaitu metode MPN. Metode MPN merupakan salah
satu metode perhitungan secara tidak langsung. Uji ini mendeteksi sifat
fermentatif coliform dalam sampel.
IV - 22 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR
Tabel 5. 1. Nilai Analisis Parameter pada Setiap Segmen 4A, 4B dan 4C Menggunakan
Metode Neraca Massa
KIMIA
2 BOD5 mg/L 6 SNI 6989.72:2009 14580.9 7.56871261
MIKROBIOLOGI
13 E.Coli Jml/100 mL - APHA 9221 F 61895.6 32.128923
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2018
parameter adalah 7,568713 mgL untuk BOD, 0.1244 mg/L untuk nitrit,
0.0035 mg/L untuk belerang, dan 0.2885 mg/L untuk detergen. Parameter
beban pencemar yang sudah melampaui baku mutu menandakan bahwa
effluen tersebut tidak dapat ditambahkan lagi ke badan air karena dapat
mempengaruhi kemampuan pemulihan air (self-purification).
7 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 SNI 06-6989.9-2004 0.3832 0.0115 0.1263 -16
8 Belerang sebagai H2S mg/L 0.002 SNI 6989.70:2009 0.016 0.0013 0.0033 -16
9 Minyak Dan Lemak mg/L 1 SNI 6989.10:2011 0.94 0.94 0.9400 0
10 Deterjen (MBAS) mg/L 0.2 SNI 06-6989.51-2005 0.8707 0.0181 0.2842 -16
11 Fenol mg/L 0.001 SNI 06-6989.21-2004 0.0005 0.00018 0.0002 0
SK Gub KDH Tk I Jabar No 6
12 Nitrogen Total mg/L - 2.2347 0.4605 0.8829
Thn 1999***
MIKROBIOLOGI
13 E.Coli Jml/100 mL - APHA 9221 F 48 20 32.0357
Jumlah -64
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2018 Kelas C
Cemar Ringan
Parameter kedua, yaitu Belerang yang berasal dari air limbah pertanian,
perkebunan, industri kecil dan limbah domestik. Biasanya adanya
kandungan belerang dapat diketahui dari ciri air yang mengeluarkan gas
berbau busuk yang di sebabkan oleh gas sulfur yang menguap dari air ke
atmosfer pada pH rendah. Sisa-sisa bahan organik yang membusuk
biasanya menjadi faktor utama dari penyumbang gas Belerang terutama
limbah domestik hasil kegiatan rumah tangga. Pada kondisi wilayah di
Kabupaten Indramayu, terutama Kecamatan yang berada di
sekitar/bantaran sungai Cimanuk segmen 4 Kabupaten Indramayu yang
merupakan penyumbang terbesar dalam limbah gas Belerang adalah daerah
permukiman. Kecamatan yang wilayahnya di dominasi oleh daerah
permukiman adalah Kecamatan Tukdana, Kecamatan Sukagumiwang,
Kecamatan Bangodua, Kecamatan Kertasemaya, Kecamatan Jatibarang,
Kecamatan Widasari, Kecamatan Lohbener, Kecamatan Indramayu,
Kecamatan Arahan, Kecamatan Sindang dan Kecamatan Cantigi. Seluruh
Kandungan Belerang pada air yang tidak sesuai dengan baku mutu juga
memiliki efek samping terhadap makhluk hidup. Gas hidrogen sulfida (H 2S)
dapat menimbulkan efek kesehatan yang bervariasi tergantung dari durasi
paparan. Paparan berulang dapat menyebabkan efek kesehatan yang
terjadi pada tingkat yang sebelumnya ditoleransi tanpa efek apapun. Pada
konsentrasi rendah dapat mengiritasi mata, hidung, tenggorokan dan
sistem pernapasan (misalnya, mata terbakar atau robek, batuk, sesak
napas). Penderita asma mungkin mengalami kesulitan bernapas. Efek dapat
ditunda selama beberapa jam, atau kadang-kadang beberapa hari, ketika
bekerja dalam konsentrasi tingkat rendah. Berulang-kali atau
berkepanjangan eksposur dapat menyebabkan radang mata, sakit kepala,
kelelahan, lekas marah, insomnia, gangguan pencernaan dan penurunan
berat badan. Konsentrasi moderat bisa menyebabkan mata lebih parah dan
iritasi pernapasan (termasuk batuk, kesulitan bernapas, akumulasi cairan di
paru-paru), sakit kepala, pusing, mual, muntah, mengejutkan dan
rangsangan.
Kandungan Deterjen pada air yang melebihi baku mutu memiliki efek
samping terhadap mahkluk hidup. Kemampuan deterjen untuk
menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau objek lain,
mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi.
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen
dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun
lingkungan. Umumnya deterjen yang digunakan sebagai pencuci
pakaian/laundry merupakan deterjen anionik karena memiliki daya bersih
yang tinggi. Pada deterjen anionik sering ditambahkan zat aditif lain
(builder) seperti golongan ammonium kuartener (alkyldimetihylbenzyl-
ammonium cloride, diethanolamine/ DEA), chlorinated trisodium phospate
(chlorinated TSP) dan beberapa jenis surfaktan seperti sodium lauryl sulfate
(SLS), sodium laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl benzene sulfonate
(LAS). Golongan ammonium kuartener ini dapat membentuk senyawa
nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat
menyebabkan kanker. Senyawa sodium lauryl sulfate (SLS) diketahui
menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan dan
penyebab katarak pada mata orang dewasa. Selain itu pencemaran akibat
deterjen mengakibatkan timbulnya bau busuk. Bau busuk ini berasal dari
gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik
lanjutan oleh bakteri anaerob.
Beberapa efek samping dan penyakit yang ditimbulkan akibat kualitas air
yang memburuk dapat dijadikan suatu acuan oleh pihak pemerintah dalam
rencana tata ruang wilayah di Kabupaten Indramayu terutama kecamatan
yang berdampak langsung terhadap kualitas buruk air sungai Cimanuk
segmen 4 Kabupaten Indramayu. Parameter Nitrit, Belerang dan Deterjen
merupakan parameter yang pasti dihasilkan oleh limbah domestik dari
daerah permukiman. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis Metoda Neraca
Massa dan STORET yang telah di bagi 3 (tiga) segmen. Segmen A dan B
dicemari oleh parameter Nitrit (NO2-N), Belerang sebagai H2S dan Deterjen
(MBAS) dengan kelas sungai adalah Cemar Berat dan pada segmen C aliran
sungai hanya di cemari oleh BOD, Belerang sebagai H2S dan Deterjen
V - 10 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR
V - 11 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR
6.1 KESIMPULAN
1. DAS Cimanuk memiliki luas sebesar 3.493 km2 dan terbagi atas 3
bagian DAS, yaitu sub-DAS Cimanuk Hulu, sub-DAS Cimanuk Tengah
dan sub-DAS Cimanuk Hilir. Cimanuk hulu memiliki luas 145,677 Ha
berada di Kabupaten Garut dan Sumedang. Mata Airnya berasal dari
Situ Cipanas. DAS Cimanuk Tengah memiliki luas 114,477 Ha berada di
Kabupaten Sumedang dan Majalengka. DAS Cimanuk Hilir memiliki luas
81,299 Ha berada di wilayah Indramayu.
2. Daerah yang masuk dalam kajian terdiri dari 11 kecamatan, yaitu Kec.
Arahan, Kec. Indramayu, Kec. Sindang, Kec. Cantigi, Kec. Bangodua,
Kec. Widasari, Kec. Jatibarang, Kec. Lohbener, Kec. Tukdana, Kec.
Sukagumiwang, Kec. Kertasemaya
3. Daerah bantaran sungai Cimanuk di Kabupaten Indramayu Didominasi
oleh daerah permukiman, sawah irigasi, ladang, tambak, hutan, dan
mangrove. Daerah yang berpotensi menghasilkan limbah berasal dari
daerah permukiman dan pertanian (lading, sawah irigasi, dan tambak).
4. Pembagian segmen 4A, 4B dan 4C dilakukan untuk melihat perbedaan
pada setiap segmen. Karena kemungkinan adanya perubahan
kandungan pada setiap parameter yang bergantung pada kondisi tata
ruang wilayah sekitar DAS Cimanuk Segmen 4 Kabupaten Indramayu.
5. Sesuai dengan analisis menggunakan metode neraca massa didapatkan
hasil beban pencemar parameter yang melampaui baku mutu adalah
BOD, nitrit, belerang, dan detergen untuk keseluruhan sungai Cimanuk
Kabupaten Indramayu
6. Sesuai dengan metode neraca massa di kaji pada setiap bagian segmen
4A, segmen 4B dan segmen 4C maka dapat ditemukan perbedaan hasil,
di segmen 4A dan segmen 4B parameter BOD, nitrit, belerang, dan
VI - 1 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR
6.2 SARAN
1. Disarankan kepada Dinas PSDA dan PDAM Kabupaten Indramayu
dalam penggunaan air sungai sebagai air baku untuk dapat
mengantisipasi parameter yang melebihi baku mutu yang telah di
analisis sebelumnya.
2. Terkait dengan izin pembuangan limbah cair (IPLC), Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Indramayu akan lebih memperketat pengawasan
terhadap effluent yang dihasilkan oleh setiap industri disekitar DAS
Cimanuk segmen 4 Kabupaten Indramayu.
3. Seiring dengan perkembangan kota di Kabupaten Indramayu, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu akan memperketat
pengawasan dalam pengkajian AMDAL dan dokumen lingkungan
terkait.
4. Pemerintah daerah Kabupaten Indramayu akan mempertimbangkan
dalam melakukan kajian terkait dengan kemungkinan pembangunan
instalasi pengolahan air limbah domestik pada konsentrasi pemukiman
disekitar DAS untuk mengurangi tingginya angka pencemar nitrit dan
belerang.
5. Pemerintah daerah Kabupaten Indramayu akan mempertimbangkan
dalam melakukan kajian terkait dengan kemungkinan pembangunan
bak penampung khusus dengan penambahan karbon aktif secara
komunal pada konsentrasi pemukiman disekitar DAS dalam upaya
menurunkan kadar detergen sebelum masuk sungai.
VI - 2 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR
VI - 3 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u