Anda di halaman 1dari 99

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


Jl. Yos Sudarso No. 11 Indramayu

LAPORAN AKHIR

PEKERJAAN :

Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk


Di Kabupaten Indramayu

TAHUN ANGGARAN 2018


KATA PENGANTAR
Kabupaten Indramayu merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
Perkembangan pembangunan yang cukup cepat di Kabupaten Indramayu
mengakibatkan perencanaan pengelolaan lingkungan sangat diperlukan agar
perkembangan pembangunan dapat berjalan beriringan dengan perlindungan
dan pemanfaatan lingkungan.
Di daerah Jawa Barat salah satu sungai yang menjadi penopang sumberdaya
air adalah DAS Cimanuk. DAS Cimanuk memiliki luas sebesar 3.493 km2 dan
terbagi atas 3 bagian DAS, yaitu Cimanuk hulu memiliki luas 145,677 Ha berada
di Kabupaten Garut dan Sumedang. Mata Airnya berasal dari Situ Cipanas. DAS
Cimanuk Tengah memiliki luas 114,477 Ha berada di Kabupaten Sumedang dan
Majalengka. DAS Cimanuk Hilir memiliki luas 81,299 Ha berada di wilayah
Indramayu.
Dalam Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Jawa Barat tahun 2015,
pencemaran lingkungan Kualitas air di DAS Cimanuk dapat dikategorikan cemar
ringan khususnya pada pengukuran di daerah Jatibarang, namun pengukuran di
hanya 1 (satu) titik lokasi dirasa tidak dapat dianggap mewakili status mutu air
sungai pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk segmen 4 yang berlokasi di
Kabupaten Indramayu. Maka dari itu Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Indramayu menganggap perlunya pengukuran dan pengkajian parameter-
parameter yang ada pada DAS Cimanuk untuk mengetahui secara riil tentang
beban pencemar yang ada dan status mutu air sungai pada saat ini.
Berikut ini adalah laporan tentang pemantauan DAS Cimanuk yang melintas di
wilayah kabupaten indramayu Terima kasih kami ucapkan kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan Dokumen ini.

Kepala Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu

i
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................I - 1
1.2 Maksud ............................................................................................I - 3
1.3 Tujuan .............................................................................................I - 3
1.4 Sasaran ............................................................................................I - 3
1.5 Landasan Hukum ..............................................................................I - 4
1.6 Ruang Lingkup Pekerjaan ..................................................................I - 4
1.7 Keluaran...........................................................................................I - 4
1.8 Sistematika Laporan ..........................................................................I - 5

BAB 2 TINJAUAN KEWILAYAHAN


2.1 Geografis ..........................................................................................II - 1
2.2 Topografi .........................................................................................II - 6
2.3 Geologi.............................................................................................II - 8
2.4 Hidrologi ..........................................................................................II - 10
2.5 Klimatologi .......................................................................................II - 13
2.6 Demografi/Kependudukan .................................................................II - 15
2.7 Penyediaan Air Bersih........................................................................II - 19
2.7.1 Peningkatan Pengelolaan Wilayah Sungai .............................II - 19
2.7.2 Peningkatan Pengelolaan Cekungan Air Tanah ......................II - 19
2.7.3 Peningkatan Pengelolaan Sistem Jaringan Irigasi ..................II - 19
2.7.4 Pengembangan Jaringan Air Baku untuk Air Bersih................II - 20
2.7.5 Pengembangan Jaringan Air Minum Kepada Kelompok
Pengguna ...........................................................................II - 20

ii
2.7.6 Pengembangan Sistem Pengendalian Daya Rusak Air ............II – 20

BAB 3 PENDEKATAN METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA


3.1 Pendekatan Teknis Pekerjaan ..........................................................III - 1
3.2 Program Kerja ................................................................................III - 2
3.3 Metodologi Kajian ...........................................................................III - 4

BAB 4 KONDISI EKSISTING DAN PELAKSANAAN SAMPLING


4.1 Kondisi DAS Cimanuk ......................................................................IV - 1
4.2 Pelaksanaan Sampling .....................................................................IV - 7
4.2.1 Parameter Uji Lapangan.......................................................IV - 10
4.2.2 Parameter Uji Laboratorium .................................................IV - 15

BAB 5 PERHITUNGAN DAN ANALISIS


5.1 Kualitas Air Sungai ..........................................................................V - 1

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ....................................................................................VI - 1
6.2 Saran ............................................................................................VI - 2

LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan


di Kabupaten Indramayu ...................................................... II - 5
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Akhir Tahun Kabupaten Indramayu Menurut
Kecamatan Tahun 2011 – 2015 ............................................. II - 16
Tabel 2.3 Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan
Tahun 2010 – 2015.............................................................. II - 17
Tabel 3.1 Tabel Kriteria Kelas Air ......................................................... III - 11
Tabel 3.2 Jenis dan Jumlah Perusahaan di Kabupaten Indramayu ........... III - 14
Tabel 3.3 Tabel Parameter Berdasarkan Jenis Industri ........................... III - 15
Tabel 3.4 Data analisis dan debit ......................................................... III - 19
Tabel 3.5 Data analisis dan debit ......................................................... III - 20
Tabel 3.6 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air ....... III - 21
Tabel 3.7 Status Mutu Kualitas Air Menurut Sistem Nilai STORET di Stasiun
1 sungai Ciliwung bagi peruntukan Golongan C (PP 20/1990) ... III - 23
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran In Situ Sungai Cimanuk ............................. IV - 10
Tabel 5.1 Nilai Analisis Parameter pada Setiap Segmen 4A, 4B dan 4C
Menggunakan Metode Neraca Massa ..................................... V–2
Tabel 5.2 Nilai Analisis Parameter dengan Metode Neraca Massa ............ V-3
Tabel 5.3 Nilai Analisis Parameter dengan Metode STORET .................... V-6

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Indramayu ................................ II - 2


Gambar 2.2 Peta DAS Cimanuk - Citanduy ............................................... II – 3
Gambar 2.3 Peta Topografi Kabupaten Indramayu .................................... II – 7
Gambar 2.4 Peta Geologi Kabupaten Indramayu ....................................... II – 9
Gambar 2.5 Peta Hidrologi Kabupaten Indramayu ..................................... II – 12
Gambar 2.6 Peta Curah Hujan Kabupaten Indramayu ................................ II – 14
Gambar 2.7 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Indramayu ................... II – 18
Gambar 3.1 Peta Segmentasi DAS Cimanuk ............................................. III – 7
Gambar 3.2 Contoh Lokasi Pengambilan Air ............................................. III – 8
Gambar 3.3 Titik Pengambilan Contoh Air Sungai...................................... III – 9
Gambar 4.1 Peta Guna Lahan Kabupaten Indramayu ................................ IV – 2
Gambar 4.2 (kiri) DO Meter ; (tengah) Turbidimeter ; (kanan) Salinity
Meter ................................................................................. IV – 8
Gambar 4.3 Pengambilan Sampel ............................................................ IV – 9

v
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sungai merupakan sumber air yang sangat penting untuk menunjang kehidupan
manusia. Sungai juga menjadi jalan air alami untuk dapat mengalir dari mata air
melewati berbagai alur sungai menuju samudera, danau, laut atau ke sungai yang lain
secara dinamis. Sungai sebagai sistem yang merupakan satu kesatuan sistem ekologi
yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Gambaran sistem ekologi dari
suatu daerah aliran sungai tertentu dapat dibaca dari kondisi sungai itu sendiri.

Di daerah Jawa Barat salah satu sungai yang menjadi penopang sumberdaya air adalah
DAS Cimanuk. DAS Cimanuk memiliki luas sebesar 3.493 km2 dan terbagi atas 3 bagian
DAS, yaitu sub-DAS Cimanuk Hulu, sub-DAS Cimanuk Tengah dan sub-DAS Cimanuk
Hilir. Cimanuk hulu memiliki luas 145,677 Ha berada di Kabupaten Garut dan Sumedang.
Mata Airnya berasal dari Situ Cipanas. DAS Cimanuk Tengah memiliki luas 114,477 Ha
berada di Kabupaten Sumedang dan Majalengka. DAS Cimanuk Hilir memiliki luas
81,299 Ha berada di wilayah Indramayu.

Secara administratif, DAS Cimanuk terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Garut,
Sumedang, Majalengka dan Indramayu. Sungai sepanjang 337,67 km ini merupakan
sungai terpanjang kedua di Jawa Barat yang mampu menyediakan 2,2 miliar m3 air per
tahun, yang sebagian besar digunakan untuk irigasi lahan pertanian. Sungai Cimanuk
berhulu di kaki Gunung Papandayan di Kabupaten Garut pada ketinggian +1200 diatas
permukaan laut (dpl), mengalir kearah timur laut dan bermuara di Laut Jawa di
Kabupaten Indramayu.

Kabupaten Indramayu merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.


Ibukotanya adalah Indramayu. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara,
Kabupaten Cirebon di tenggara, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang, serta
Kabupaten Subang di barat. Perkembangan pembangunan yang cukup cepat di
Kabupaten Indramayu mengakibatkan perencanaan pengelolaan lingkungan sangat

I-1|D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

diperlukan agar perkembangan pembangunan dapat berjalan beriringan dengan


perlindungan dan pemanfaatan lingkungan.

Jumlah penduduk setiap kota di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya tetapi
dengan luas lahan yang tidak berubah. Penyempitan lahan dalam menampung manusia
yang bertambah setiap tahun mengakibatkan tekanan terhadap lingkungan dalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia juga semakin meningkat. Berbagai aktivitas
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup berasal dari kegiatan industri, rumah
tangga, pertanian dan perikanan juga memberi tekanan terhadap lingkungan berupa
limbah yang dihasilkan setiap aktivitas yang terjadi. Limbah tersebut berpengaruh
terhadap penurunan kualitas air sungai. Sungai yang menjadi sumber air memiliki fungsi
yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemanfaatan sungai
sebagai sarana peningkatan pembangunan Nasional dan transportasi yang relatif aman
untuk menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya dapat mengakibatkan
terjadinya pencemaran sungai. Semua itu berdampak pada pengurangan manfaat
sungai tersebut. Pencemaran air dapat terjadi akibat adanya unsur atau zat lain yang
masuk ke dalam air, sehingga menyebabkan kualitas air menurun.

Pencemaran Lingkungan Kualitas air di DAS Cimanuk dapat dikategorikan buruk karena
hal-hal sebagai berikut:
a) Hampir semua sungai membawa zat padat terlarut dalam alirannya, dengan kadar
yang tinggi, sebagai indikasi adanya erosi lahan di DAS
b) Parameter COD dan BOD melebihi baku mutu yang disyaratkan.
c) Parameter Phosfat (PO4) dan Chlorida (Cl) melebihi baku mutu yang disyaratkan,
kemungkinan dari limbah pertanian dan perkebunan.
d) Hampir seluruh aliran sungai tercemar sulfat (SO4), sulfida (H2S), besi (Fe),
mangaan (Mn) dan seng (Zn) secara berlebihan.

1.2. Maksud Dan Tujuan


Maksud dan tujuan Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk Kabupaten Indramayu adalah
mengetahui dan mengidentifikasi status mutu air DAS Cimanuk Kabupaten Indramayu.

I-2|D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

1.3. Sasaran
Sasaran Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk Kabupaten Indramayu adalah
terdokumentasikannya data dan informasi kualitas lingkungan perairan yang menjadi
dasar pengambilan kebijakan pengelolaan lingkungan perairan.

1.4. Ruang Lingkup Pekerjaan


a. Ruang lingkup Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk Kabupaten Indramayu :
1. Persiapan
2. Observasi lapangan
3. Pengumpulan data
4. Analisis Data di Laboratorium
5. Pelaporan
b. Lokasi pekerjaan adalah Sungai Cimanuk dan Sungai Cimanuk Lama di wilayah
Kabupaten Indramayu.
c. Data dan fasilitas yang disediakan oleh PA/KPA/PPK :
 Peta wilayah Kabupaten Indramayu.
 Peta penggunaan lahan disekitar DAS Cimanuk.
 Data jumlah penduduk.

1.5. Keluaran
Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan mencakup :
1) Laporan Pendahuluan;
2) Laporan Antara;
3) Laporan Akhir Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk Kabupaten Indramayu.

1.6. Landasan Hukum


1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

I-3|D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

1.7. Sistematika Laporan


BAB 1
Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang; maksud dan tujuan; sasaran; ruang
lingkup pekerjaan; dan keluaran.
BAB 2
Pada bab ini menjelaskan mengenai kondisi tinjauan geografis dan batas wilayah,
kondisi topografi dan klimatologi; kondisi umum geohidrologi dan hidrologi; kondisi
umum demografi wilayah; dan penyediaan air bersih bersumber dari kebijakan RTRW
Kabupaten Indramayu.
BAB 3
Pada bab ini menjelaskan mengenai pendekatan teknis pekerjaan dan program kerja
serta rencana metodologi kajian dan susunan organisasi dari pelaksana pekerjaan.
BAB 4
Pada bab ini menjelaskan mengenai kondisi existing DAS Cimanuk dan pelaksanaan
sampling
BAB 5
Pada bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan mengenai penyusunan kajian kualitas
DAS Cimanuk Kabupaten Indramayu.

I-4|D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

BAB 2 TINJAUAN KEWILAYAHAN

2.1. Geografis Dan Administrasi


Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Ibu
kotanya adalah Indramayu yang merupakan pusat pemerintahan. Kabupaten Indramayu
apabila dilihat dari letak geografisnya, terletak pada 107° 52 ° - 108° 36 ° Bujur Timur
dan 6° 15 ° - 6° 40 ° Lintang Selatan. Cakupan wilayah administrasi pemerintah
Kabupaten Indramayu saat ini terdiri dari 31 Kecamatan, 309 desa dan 8 kelurahan,
dengan luas wilayah 209.938 ha atau 2.099,38 Km2 dengan panjang garis pantai 147
km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang, dengan
banyaknya desa pantai 36 desa dari 11 kecamatan.

Berdasarkan Kabupaten Indramayu dalam angka, Kabupaten Indramayu mempunyai


luas wilayah 209.938 Ha, yang terdiri dari Tanah Sawah Irigasi 116.675 Ha; Tanah
Kering 87.336 Ha; dan Tanah Sawah Non Irigasi 92.795 Ha. Jarak terpanjang dari barat
ke timur ± 70 Km dan dari utara ke selatan ± 40 Km. Secara administratif Kabupaten
Indramayu berbatasan dengan:
 Barat : Kabupaten Subang
 Timur : Laut Jawa Dan Kabupaten Cirebon
 Selatan : Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang Kabupaten Cirebon
 Utara : Laut Jawa

II - 1 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

Gambar 2. 1. Peta Administrasi Kabupaten Indramayu

II - 2 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Gambar 2. 2. Peta DAS Cimanuk di Kabupaten Indramayu Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

II - 3 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

Tabel 2. 1 Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan di


Kabupaten Indramayu
Luas Wilayah
Jumlah
No Nama Kecamatan (%) thd
Kelurahan/Desa (Ha)
total
1 Kec. Haurgeulis 10 6.161 2,93
2 Kec. Gantar 7 21.144 10,07
3 Kec. Kroya 9 13.497 6,43
4 Kec. Gabus Wetan 10 9.648 4,60
5 Kec. Cikedung 7 14.657 6,98
6 Kec. Terisi 9 11.642 5,54
7 Kec. Lelea 11 5.619 2,68
8 Kec. Bangodua 8 4.073 1,94
9 Kec. Tukdana 13 4.669 2,22
10 Kec. Widasari 10 3.917 1,86
11 Kec. Kertasemaya 13 4.513 2,15
12 Kec. Sukagumiwang 7 3.712 1,77
13 Kec. Krangkeng 11 6.110 2,91
14 Kec. Karangampel 11 2.950 1,40
15 Kec. Kedokanbunder 7 3.209 1,53
16 Kec. Juntinyuat 12 5.083 2,42
17 Kec. Sliyeg 14 5.832 2,78
18 Kec. Jatibarang 15 4.379 2,08
19 Kec. Balongan 10 3.843 1,83
20 Kec. Indramayu 18 6.336 3,02
21 Kec. Sindang 10 3.275 1,56
22 Kec. Cantigi 7 11.684 5,56
23 Kec. Pasekan 6 8.435 4,02
24 Kec. Lohbener 12 3.495 1,66
25 Kec. Arahan 8 3.597 1,71
26 Kec. Losarang 12 7.824 3,73
27 Kec. Kandanghaur 13 7.684 3,66
28 Kec. Bongas 8 4.558 2,17
29 Kec. Anjatan 13 8.150 3,88
30 Kec. Sukra 8 6.323 3,01
31 Kec. Patrol 8 3.919 1,87
Jumlah 317 209.938 100
Sumber: Kabupaten Indramayu Dalam Angka, 2018

2.2. Topografi
Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan dataran atau daerah landai
dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0 – 2 % yang mengakibatkan bila curah hujan
tinggi, genangan air akan muncul di daerah-daerah tertentu. Kisaran ketinggian Wilayah
Kabupaten Indramayu berada pada ketinggian 0-100 m di atas permukaan air laut.
Bagian utara memiliki dataran rendah dan semakin tinggi ke arah selatan. Secara garis
besar topografi Kabupaten Indramayu dapat dibagi atas 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Ketinggian antara 0-7 m di atas permukaan laut (dpl), meliputi : wilayah Kecamatan
Anjatan, Sukra, Patrol, Kandanghaur, Losarang, Sindang, Lohbener, Arahan, Cantigi,
II - 4 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

Pasekan, Indramayu, Balongan, Sliyeg, Juntinyuat, Karangampel, Kedokanbunder dan


wilayah Kecamatan Krangkeng.
2. Ketinggian antara 7- 25 m dpl, meliputi : wilayah Kecamatan Bongas, Kroya,
Gabuswetan, sebagian wilayah Kecamatan Anjatan, Lelea, Terisi, Widasari,
Jatibarang, Kertasmaya, Cikedung, Sukgumiwang, Tukdana dan Bangodua.
3. Ketinggian antara 25-100 m dpl, meliputi : sebagian wilayah Kecamatan Cikedung,
Terisi, Kroya, Haurgeulis dan keselurahan wilayah Kecamatan Gantar.

II - 5 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 3 Peta Topografi Kabupaten Indramayu

II - 6 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

2.3. Geologi
Wilayah Kabupaten Indramayu merupakan dataran rendah dan daerah endapan di
bagian Timur Laut Provinsi Jawa Barat. Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten
Indramayu terdiri dari :
 Aluvial hadromorf
 Aluvial kelabu tua
 Asosiasi aluvial – kelabu dan aluvial – cokelat kelabu
 Asosiasi glie humus rendah dan aluvial kelabu
 Regosal kelabu
 Grumusal kelabu
 Kompleks grumusal dan mediteran
 Asosiasi latosol – cokelat dan regosol – kelabu
 Asosiasi latosol – merah, latosol cokelat kemerahan dan laterit
 Asosiasi podsolik – kuning dan hidromorf kelabu

Batuan yang ada di Kabupaten Indramayu terutama disusun oleh endapan aluvium dan
beberapa satuan batuan yang tersusun dari tua ke muda berdasarkan umur geologi
berikut ini :
 Satuan batu lempung serpihan
 Satuan batu lempung
 Satuan batu pasir
 Satuan konglomerat dan batu pasir tufaan
 Endapan hasil gunungapi muda dan tak teruraikan
 Endapan aluvium
 Sedangkan endapan aluvium tersebut terbagi menjadi :
- Endapan pantai
- Endapan pematang pantai
- Endapan limpah banjir
- Endapan delta
- Endapan sungai tua

II - 7 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

Gambar 2. 4. Peta Geologi Kabupaten Indramayu

II - 8 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

2.4. Hidrologi
Berdasarkan kondisi geografis dan fisiografi wilayah yang merupakan dataran rendah
dan pantai serta berada pada bagian hilir daerah aliran sungai yang besar, yaitu DAS
Cimanuk dan DAS Cipunagara serta SWS Citarum dan SWS Cimanuk- Cisanggarung.
Kabupaten Indramayu menjadi salah satu wilayah di Jawa Barat sebagai daerah sentra
pertanian dan merupakan daerah penyangga pengadaan stok pangan Provinsi dan
Nasional.
 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Wilayah Kabupaten Indramayu memiliki 14 aliran sungai yang mengalir ke arah utara
yaitu ke Laut Utara Jawa dan sungai yang tergolong besar adalah Sungai Cimanuk,
Sungai Cipanas, Sungai Cipunegara, Sungai Cilalanang, Sungai Kumpulkuista, Sungai
Pamengkang dan Sungai Cimanis.
 Satuan Wilayah Sungai (SWS)
SWS Citarum di wilayah pantai Jawa Barat bagian utara merupakan bagian dari SWS
Citarum Hilir yang mempunyai luas 6.154 km² (sekitar 30% dari luas SWS Citarum).
SWS Kabupaten Indramayu mempunyai luas 648 km². Aliran rata-rata di bagian hilir
mencapai 13,0 milyar m³/tahun yang dimanfaatkan untuk keperluan pertanian,
industri dan sebagainya.
SWS Cimanuk termasuk wilayah kewenangan Provinsi Jawa Barat dan mempunyai
luas 4.325 km². Wilayah Kabupaten Indramayu termasuk kedalam SWS Cimanuk
dengan luas 1.238 km². Potensi aliran rata-rata mencapai kapasitas sebesar 4,0
milyar m³/tahun.
 Potensi Sumber Air
Wilayah Kabupaten Indramayu yang memiliki kemampuan sebagai lahan mata air di
wilayah bagian selatan Kecamatan Haurgeulis dan Cikedung dan sebagian besar di
Wilayah Kabupaten Indramayu mempunyai zona lahan air tanah bebas (zona air
tanah dangkal), sedangkan kemampuan lahan hidrologi pantai sangat mempengaruhi
tata air dengan fungsi penahan intrusi air laut dan abrasi pantai. Kawasan pantai
terdapat di sepanjang pantai timur dan utara Indramayu termasuk sebagian
Kecamatan Krangkeng, Juntinyuat, Balongan, Indramayu, Pasekan, Cantigi, Losarang,
Karangampel, Kandanghaur, Patrol dan Sukra. Kemampuan hidrologi pantai ini dibagi
dua zona yaitu zona pantai dan zona rawa.
Air tanah tawar dapat diperoleh dengan cara membuat sumur bor dalam yang
selanjutnya akan memancarkan air tanah tawar. Daerah Kedungdawa-Kedokan-
Gabus-Cibereng-Losarang, merupakan akumulasi air tanah dalam tawar yang cukup

II - 9 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

besar, serta juga di sekitar Jatibarang-Krasak-Kaplongan-Jengkok. Kualitas air tanah


tertekan umumnya cukup baik, air bening, pH berkisar antara 6,43 – 8,53.
kandungan Cl di bagian selatan jalur jalan provinsi umumnya rendah yaitu antara
11,2 – 582,6 mg/l. Beberapa air tanah dangkal yang diambil di Desa Lohbener,
Juntinyuat, Sindang dan Krangkeng menunjukkan kandungan Cl cukup tinggi antara
603-3.120 mg/l, bahkan mencapai 111,0 mg/l yaitu Desa Krangkeng.

II - 10 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 5. Peta Hidrologi Kabupaten Indramayu

II - 11 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

2.5. Klimatologi
Keadaan iklim dan cuaca di Kabupaten Indramayu dapat diuraikan sebagai berikut:
 Curah hujan rata-rata per bulannya adalah 200,08 mm dan rata-rata hari hujan per
bulannya 3,25 hari.
 Tipe iklim di Kabupaten Indramayu menurut klasifikasi Schmid & Ferguson termasuk
Iklim Tipe D atau iklim sedang.
 Suhu udara harian berkisar antara 270 – 340 C, dengan suhu tertinggi 300 C dan
yang terendah 180 C.
 Kelembaban udara berkisar 70-80%.
 Curah hujan rata-rata tahunan 1.428,45 mm dengan jumlah hari hujan 75 hari. Curah
hujan minimum adalah 47 mm yang terjadi pada bulan Desember, sedangkan curah
hujan maksimum adalah 6.024 mm yang terjadi pada bulan Pebruari. Curah hujan
tertinggi meliputi Kecamatan Anjatan berkisar 1.869 mm/tahun, Kecamatan Haurgelis
berkisar 1.865 mm/tahun. Hari hujan terbanyak adalah Kecamatan Cikedung dan
Gabuswetan yaitu sebanyak 94 hari hujan/tahun.
 Angin Barat dan Timur bertiup bergantian setiap 5-6 bulan sekali. Angin Barat bertiup
bulan Desember sampai April sedangkan angin TImur bertiup bulan Mei sampai
Nopember. Selama periode 14 tahun (1980-1993), angin umumnya berasal dari barat
laut (29,35%), timur laut (22,01%) dan utara (18,32%).
 Kecepatan angin di wilayah pesisir Indramayu umumnya (41,35%) bertiup dengan
kisaran 3-5 m/det, sedangkan (0,62%) kecepatan angin sangat lemah yaitu < 1m/det
yang dapat diklasifikasikan pada kondisi teduh.

II - 12 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

Gambar 2. 6. Peta Curah Hujan Kabupaten Indramayu

II - 13 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

2.6. Demografi/Kependudukan
Kondisi demografi penduduk di Kabupaten Indramayu rata-rata mengalami kesamaan
untuk tiap kecamatan yaitu yang paling ramai berada di pusat kecamatan karena disana
banyak dijumpai roda perekonomian, sedangkan permukiman yang lain menyebar di
wilayah sekitarnya. Komposisi Penduduk Kabupaten Indramayu menurut struktur umur
dan jenis kelamin dapat dilihat bahwa selama lima tahun terakhir telah terjadi
penurunan fertilitas. Konsentrasi sebaran jumlah penduduk terpusat pada kecamatan-
kecamatan bagian utara Kabupaten Indramayu.

2.6.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan


Permasalahan dibidang kependudukan merupakan salah satu isu penting dalam
perencanaan maupun evaluasi hasil pelaksanaan pembangunan. Berbagai indikator
kependudukan dapat digunakan untuk melihat kondisi suatu wilayah. Seperti adanya
laju pertumbuhan yang tinggi, kepadatan penduduk yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi yang menunjukkan penyebaran penduduk di suatu wilayah serta indikatorindikator
lainnya. Dari berbagai indikator tersebut maka masalah kependudukan di dalam proses
pembangunan dapat diidentifikasi.

Pada akhir Tahun 2016 berdasarkan hasil Registrasi Penduduk jumlah penduduk
Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.700.815 jiwa. Sedangkan pada akhir Tahun
2017 angka tersebut telah berubah menjadi 1.709.994 jiwa, keadaan ini menunjukkan
adanya kenaikan sebesar 9.179 jiwa, dengan demikian laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Indramayu Tahun 2016-2017 sebesar 0,54 persen. Berikut ini adalah tabel
jumlah penduduk Kabupaten Indramayu tahun 2017.

II - 14 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

Tabel 2. 2. Jumlah Penduduk Akhir Tahun Kabupaten Indramayu Menurut


Kecamatan Tahun 2017
PENDUDUK
No Kecamatan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Kec. Haurgeulis 45.339 43.246 88.585
2 Kec. Gantar 33.570 32.588 66.158
3 Kec. Kroya 31.408 29.642 61.050
4 Kec. Gabus Wetan 27.829 26.810 54.639
5 Kec. Cikedung 19.941 19.723 39.664
6 Kec. Terisi 28.160 26.385 54.545
7 Kec. Lelea 23.668 23.373 47.041
8 Kec. Bangodua 14.207 13.634 27.841
9 Kec. Tukdana 26.061 24.599 50.660
10 Kec. Widasari 17.485 16.166 33.651
11 Kec. Kertasemaya 31.424 30.115 61.539
12 Kec. Sukagumiwang 19.572 19.344 38.916
13 Kec. Krangkeng 32.365 30.224 62.589
14 Kec. Karangampel 31.223 28.902 60.125
15 Kec. Kedokanbunder 22.361 20.664 43.025
16 Kec. Juntinyuat 40.386 36.372 76.758
17 Kec. Sliyeg 30.452 28.036 58.488
18 Kec. Jatibarang 35.750 33.360 69.110
19 Kec. Balongan 20.462 18.991 39.453
20 Kec. Indramayu 58.418 55.097 113.515
21 Kec. Sindang 25.270 24.047 49.317
22 Kec. Cantigi 13.858 12.682 26.540
23 Kec. Pasekan 12.076 10.936 23.012
24 Kec. Lohbener 30.874 29.105 59.979
25 Kec. Arahan 21.648 20.480 42.128
26 Kec. Losarang 26.676 25.228 51.904
27 Kec. Kandanghaur 43.564 41.089 84.653
28 Kec. Bongas 23.940 22.850 46.790
29 Kec. Anjatan 41.793 39.282 81.075
30 Kec. Sukra 22.581 20.430 43.011
31 Kec. Patrol 29.019 27.103 56.122
Jumlah Penduduk 880.619 829.375 1.709.994
Sumber: Kabupaten Indramayu dalam Angka 2018

Luas wilayah Kabupaten Indramayu kurang lebih 2.099,42 km2. Dengan jumlah
penduduk sebanyak 1.709.994 jiwa, kepadatan penduduk di Kabupaten Indramayu
kurang lebih sebesar 814 jiwa/Km2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi
adalah Kecamatan Karangampel yaitu sebesar 2.038 jiwa/Km2, sedangkan yang
terendah adalah Kecamatan Cantigi 227 jiwa/ Km2.

II - 15 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 7. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Indramayu

II - 16 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

2.7. Penyediaan Air Bersih


Sistem jaringan sumber daya air di Kabupaten Indramayu menurut Peraturan Daerah
Kabupaten Indramayu Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Indramayu tahun 2011 – 2031 pasal 16 meliputi:
1. Peningkatan pengelolaan wilayah sungai;
2. Peningkatan pengelolaan cekungan air tanah;
3. Peningkatan pengelolaan sistem jaringan irigasi;
4. Pengembangan jaringan air baku untuk air bersih;
5. Pengembangan jaringan air minum kepada kelompok pengguna; dan
6. Pengembangan sistem pengendalian daya rusak air

2.7.1. Peningkatan Pengelolaan Wilayah Sungai


Peningkatan pengelolaan wilayah sungai yang diarahkan untuk:
a. Pengembangan prasarana pengendali daya rusak air;
b. Pengembangan jaringan irigasi;
c. Pengembangan waduk dalam rangka konservasi dan pendayagunaan sumberdaya
air; dan
d. Rehabilitasi kawasan hutan dan lahan kritis di hulu DAS kritis dan sangat kritis

2.7.2. Peningkatan Pengelolaan Cekungan Air Tanah


Peningkatan pengelolaan cekungan air tanah diarahkan untuk:
a. Penataan dan penyusunan sistem informasi air tanah;
b. Peningkatan prasarana dan sarana konservasi air tanah; dan
c. Penataan dan peningkatan prasarana dan sarana pendayagunaan air tanah.

2.7.3. Peningkatan Pengelolaan Sistem Jaringan Irigasi


Peningkatan pengelolaan sistem jaringan irigasi dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan kualitas saluran irigasi;
b. Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air;
c. Melakukan pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air; dan
d. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi.

2.7.4. Pengembangan Jaringan Air Baku untuk Air Bersih


Pengembangan jaringan air baku untuk air bersih diarahkan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan air permukaan. Penanganan ketersediaan air baku dilakukan dengan cara:

II - 17 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

a. Pengembangan sistem longstorage Indramayu di sungai Cipanas;


b. Perlindungan terhadap daerah resapan air; dan
c. Perluasan daerah tangkapan air
2.7.5. Pengembangan Jaringan Air Minum Kepada Kelompok Pengguna
Pengembangan jaringan air minum kepada kelompok pengguna berupa peningkatan
pelayanan dan pengelolaan air minum. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan iar
minum dilakukan melalui:
a. Peningkatan kapasitas sambungan langganan untuk beberapa kecamatan; dan
b. Pemasangan sambungan langganan baru untuk wilayah kacamatan yang belum
terlayani
2.7.6. Pengembangan Sistem Pengendalian Daya Rusak Air
Pengembangan sistem pengendalian daya rusak air meliputi:
a. Normalisasi sungai;
b. Pembangunan dan pengembangan tembok penahan tanah (tanggul);
c. Mengendalikan pengmbilan air tanah;
d. Meningkatkan jumlah imbuhan air tanah untuk menghambat atau mengurangi laju
penurunan muka air tanah;
e. Pembangunan dan pengembangan pintu air;
f. Pembangunan lubang-lubang biopori di permukiman;
g. Penyediaan embung pengedali banjir di setiap kawasan permukiman mandiri; dan
h. Penanaman pohon di sempadan sungai, situ, waduk dan lahan-lahan kritis.

2.8. Tata Guna Lahan


Pada bab 5 tentang Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten di Peraturan Daerah
Kabupaten Indramayu Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Indramayu tahun 2011 – 2031, rencana pola ruang wilayah kabupaten terdiri
atas :
a. Kawasan lindung; dan
b. Kawasan budidaya.
Kawasan budidaya menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Indramayu terdiri
atas:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi;
b. Kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. Kawasan peruntukan pertanian;
d. Kawasan peruntukan perikanan;

II - 18 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

e. Kawasan peruntukan pertambangan;


f. Kawasan peruntukan industri;
g. Kawasan peruntukan pariwisata;
h. Kawasan peruntukan permukiman; dan
i. Kawasan peruntukan budidaya lainnya.

2.8.1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi


Kawasan peruntukan hunta produksi sebagaimana dimaksud pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Indramayu berupa hutan produksi tetap luas 32.004 (tiga puluh dua
ribu empat puluh) hektar meliputi :
a. Kecamatan Haurgeulis;
b. Kecamatan Gantar;
c. Kecamatan Terisi;
d. Kecamatan Kroya;
e. Kecamatan Cikedung; dan
f. Kecamatan Tukdana.

Rencana pengembangan hutan produksi dapat dialihfungsi menjadi kawasan


perkebunan dengan memanfaatkan secara optimal tanah terlantar dan lahan kritis yang
ditetapkan berdasarkan hasil studi kelayakan dan daya dukung lingkungan dengan
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.8.2. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat


Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud pada Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Indramayu seluas kurang lebih 38.516 (tiga puluh
delapan ribu lima ratus enam) hektar berada di setiap kecamatan. Pengembangan
kawasan peruntukan hutan rakyat dapat memanfaatkan kawasan lain berdasarkan
daya dukung lingkungan dan nilai ekonomis. Kawasan lain yang dimaksud meliputi:
a. Kawasan sempadan pantai;
b. Kawasan sempadan sunga; dan
c. Kawasan sekitar waduk dan situ.

2.8.3. Kawasan Peruntukan Pertanian


Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Indramayu meliputi:

II - 19 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

a. kawasan tanaman pangan;


b. kawasan hortikultura;
c. kawasan perkebunan; dan
d. kawasan peternakan.
Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Indramayu memiliki luas 92.370 (sembilan puluh dua ribu tiga
ratus tujuh puluh) hektar berada di setiap kecamatan. Kawasan tanaman pangan
ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Hortikultura adalah cara atau teknik bercocok tanam yang menggunakan media
kebun atau pekarangan rumah sebagai lahan. Kawasan hortikultura sebagaimana
dimaksud pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Indramayu memiliki luas
kurang lebih 3.407 (tiga ribu empat ratus tuju) hektar meliputi:
a. sayur-sayuran tersebar di setiap kecamatan;
b. buah-buahan tersebar di setiap kecamatan;
c. tanaman hias tersebar di setiap kecamatan; dan
d. tanaman obat tersebar di setiap kecamatan.

Kawasan perkebunan hortikultura sebagaimana dimaksud pada Rencana Tata


Ruang Wilayah Kabupaten Indramayu memiliki luas kurang lebih 1.155 (seribu
seratus lima pulih lima) hektar meliputi:
a. Kecamatan Cikedung;
b. Kecamatan Lelea;
c. Kecamatan Tukdana; dan
d. Kecamatan Bangodua.

Rencana pengembangan kawasan perkebunan akan dilakukan secara optimal


dengan memanfaatkan alih fungsi kawasan hutan produksi yang ditetapkan lebih
lanjut berdasarkan hasil studi kelayakan dan daya dukung lingkungan dengan
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Indramayu yang tersebar di beberapa kecamatan meliputi:

II - 20 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

Tabel 2. 3. Kawasan peternakan di setiap Kecamatan di Kabupaten Indramayu

Komoditas
No Ayam Ayam Ayam
Kecamatan Kambing Sapi
Itik Kerbau Kuda Ras Buras Buras
- domba potong
Pedaging Pedaging Petelur
1 Kec. Haurgeulis v v v V v v
2 Kec. Gantar v v v v V v v
3 Kec. Kroya v V v v
4 Kec. Gabus
V v v
Wetan
5 Kec. Cikedung v v v v v v v
6 Kec. Terisi v v v V v v
7 Kec. Lelea v v V v v
8 Kec. Bangodua v v
9 Kec. Tukdana v v v v
10 Kec. Widasari v v v v
11 Kec.
v v V v v
Kertasemaya
12 Kec.
V v v
Sukagumiwang
13 Kec.
v V v v
Krangkeng
14 Kec.
v V v v
Karangampel
15 Kec.
V v v
Kedokanbunder
16 Kec. Juntinyuat v v v
17 Kec. Sliyeg v v
18 Kec. Jatibarang v v v
19 Kec. Balongan v v
20 Kec.
v v
Indramayu
21 Kec. Sindang v v v
22 Kec. Cantigi v v v
23 Kec. Pasekan v v v
24 Kec. Lohbener V v v
25 Kec. Arahan v v
26 Kec. Losarang v v
II - 21 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

27 Kec.
v v V v v
Kandanghaur
28 Kec. Bongas V v v
29 Kec. Anjatan v v v V v v
30 Kec. Sukra v v
31 Kec. Patrol v v

II - 22 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

2.8.4. Kawasan Peruntukan Perikanan


Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Indramayu terdiri atas:
a. kawasan perikanan tangkap;
b. kawasan perikanan budidaya;
c. kawasan pengolahan; dan
d. kawasan minapolitan.

Kawasan perikanan tangkap terdiri dari kawasan perikanan tangkap di lau sejauh 4
(empat) mil dan kawasan perikanan tangkap perairan umum. Kawasan perikanan
tangkap perairan umum terdapat di wilayah:
a. waduk;
b. sungai;
c. rawa; dan
d. kolam.

Kawasan perikanan budidaya terdiri dari budidaya air payau, budidaya air tawar
dan budidaya laut.kawasan perikanan budidaya air payau memiliki luas kurang lebih
14.083 (empat belas ribu delapan puluh tiga) hektar yang terdapat di:
a. Kecamatan Krangkeng;
b. Kecamatan Karangampel;
c. Kecamatan Juntinyuat;
d. Kecamatan Balongan;
e. Kecamatan Indramayu;
f. Kecamatan Sindang;
g. Kecamatan Pasekan;
h. Kecamatan Cantigi;
i. Kecamatan Kandanghaur;
j. Kecamatan Patrol;
k. Kecamatan Sukra; dan
l. Kecamatan Losarang.

Kawasan perikanan budaya air tawar memiliki luas kurang lebih 405 (empat ratus
lima) hektar yang tersebar di setiap kecamatan di Kabupaten Indramayu. Kawasan
perikanan budidaya laut meliputi:

II - 23 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

a. kawasan pesisir mencakup 38 (tiga puluh delapan) desa di 11 (sebelas)


kecamatan dengan laut sejauh 4 (empat) mil sepanjang 147 (seratus
empatmpuluh tujuh) kilometer; dan
b. kawasan peruntukan pelabuhan pendaratan perikanan meliputi:
1. pelabuhan samudera Karangsong yang dilengkapi tempat pelelangan ikan
berada di Kecamatan Indramayu;
2. pelabuhan perikanan pantai Dadap dan tempat pelelangan ikan Dadap
berada di Kecamatan Juntinyuat;
3. pelabuhan pendaratan ikan Eretan Wetan dan Eretan Kulon yang dilengkapi
tempat pelelangan ikan berada di Kecamatan Kandanghaur;
4. pelabuhan pendaratan ikan Glayem yang dilengkapi tempat pelelangan ikan
berada di Kecamatan Juntinyuat;
5. pelabuhan pendaratan ikan Tegalagung yang dilengkapi tempat pelelangan
ikan berada di Kecamatan Sukra;
6. pelabuhan pendaratan ikan Ujunggebang yang dilengkapi tempat pelelangan
ikan berada di Kecamatan Sukra;
7. pelabuhan pendaratan ikan Bugel berada di Kecamatan Patrol;
8. pelabuhan pendaratan ikan Cemara berada di Kecamatan Losarang;
9. pelabuhan pendaratan ikan Cangkring berada di Kecamatan Cantigi;
10. pelabuhan pendaratan ikan Majakerta berada di Kecamatan Balongan;
11. pelabuhan pendaratan ikan Lombang yang dilengkapai tempat pelelangan
ikan berada di Kecamatan Juntinyuat;
12. pelabuhan pendaratan ikan Limbangan yang dilengkapi tempat pelelangan
ikan berada di Kecamatan Juntinyuat; dan
13. pelabuhan pendaratan ikan Juntinyuat berada di Kecamatan Juntinyuat.

Kawasan pengolahan berupa industri pengolahan hasil perikanan yang meliputi:


a. Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat;
b. Desa Limbangan Kecamatan Juntinyuat;
c. Desa Karangsong Kecamatan Indramayu;
d. Desa Kenanga Kecamatan Sindang;
e. Kelurahan Paoman Kecamatan Indramayu;
f. Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur;
g. Desa Eretan Kulon Kecamatan Kandanghaur; dan
h. Desa Ujunggebang Kecamatan Sukra.

II - 24 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

Kawasan minopolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama
ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas
perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. Kawasan
Minopolitan terdiri atas:
a. minapolitan garam berada di Desa Santing Kecamatan Losarang;
b. minapolitan perikanan tangkap berada di Desa Karangsong Kecamatan
Indramayu;
c. minapolitan perikanan budidaya meliputi:
1. Desa Karanganyar Kecamatan Pasekan; dan
2. Desa Krimun Kecamatan Losarang.
d. minapolitan pengolahan hasil perikanan berada di Desa Kenanga Kecamatan
Sindang.

2.8.5. Kawasan Peruntukan Pertambangan


Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud pada Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Indramayu meliputi:
a. Kawasan pertambangan mineral; dan
b. Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi.
Kawasan pertambangan mineral terdiri atas mineral bukan logam dan batuan.
Mineral bukan logam berupa tanah liat dan tersebar di setiap kecamatan. Kawasan
pertambangan bantuan meliputi:
a. sirtu berada di Desa Bantarwaru KecamatanGantar;dan
b. pasir urug meliputi:
1. Kecamatan Gantar;
2. Kecamatan Lohbener;
3. Kecamatan Arahan; dan
4. Kecamatan Sukagumiwang.

Kawasan peruntukan minyak dan gas bumi terdapat pada:


a. Kecamatan Krangkeng;
b. Kecamatan Karangampel;
c. Kecamatan Sliyeg;
d. Kecamatan Kedokanbunder;
e. Kecamatan Kertasemaya;

II - 25 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

f. Kecamatan Jatibarang;
g. Kecamatan Losarang;
h. Kecamatan Lohbener;
i. Kecamatan Kandanghaur;
j. Kecamatan Sukra;
k. Kecamatan Anjatan;
l. Kecamatan Bongas;
m. Kecamatan Kroya;
n. Kecamatan Gabuswetan;
o. Kecamatan Patrol;
p. Kecamatan Haurgeulis; dan
q. Kecamatan Balongan.

2.8.6. Kawasan Peruntukan Industri


Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Indramayu terdiri atas industri besar, industri menengah dan
industri kecil dan mikro. Industri besar memiliki luas kurang lebih 1.000 (seribu)
hektar berada di Kecmatan Balongan. Industri menengah memiliki luas kurang lebih
1.000 (seribu) hektar meliputi:
a. Kecamatan Losarang;
b. Kecamatan Kandanghaur;
c. Kecamatan Patrol; dan
d. Kecamatan Sukra.

Kawasan peruntukan industri kecil dan mikro meliputi:


a. industri krupuk ikan dan udang berada di Desa Kenanga Kecamatan Sindang;
b. industri batik meliputi:
1. Kelurahan Paoman Kecamatan Indramayu;
2. Desa Pabean Udik Kecamatan Indramayu;
3. Desa Penganjang Kecamatan Sindang;
4. Desa Terusan Kecamatan Sindang; dan
5. Desa Babadan Kecamatan Sindang;
c. industri gitar mini berada di Desa Lelea Kecamatan Lelea;
d. industri kain bordir berada di Desa Sukawera Kecamatan Kertasemaya;
e. industri dodol berada di Kecamatan Karangampel;

II - 26 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

f. industri keripik melinjo berada di Kecamatan Karangampel;


g. industri gerabah/keramik berada di Kecamatan Kandanghaur;
h. industri kerajinan topeng berada di Kecamatan Sliyeg;
i. industri tenun gedogan dan waring berada di Kecamatan Juntinyuat;
j. industri ayaman bambu dan pandan meliputi:
1. Kecamatan Sliyeg;
2. Kecamatan Arahan; dan
3. Kecamatan Lelea.
k. industri kecap meliputi:
1. Kecamatan Lohbener;
2. Kecamatan Jatibarang; dan
3. Kecamatan Juntinyuat.
l. industri keripik mangga berada di Kecamatan Lohbener;
m. industri rajungan meliputi:
1. Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur; dan
2. Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat.
n. industri bandeng tanpa duri berada di Kecamatan Indramayu; dan
o. industri makanan lumpia kering berada di Kecamatan Lohbener.

2.8.7. Kawasan Peruntukan Pariwisata


Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Indramayu terdiri atas pariwisata budaya, pariwisata alam,
pariwisata buatan dan pariwisatas minat khusus.
Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi:
a. Situs Sejarah Wiralodra Indramayu seluas kurang lebih 2 (dua) hektar berada di
Desa Sindang Kecamatan Sindang; dan
b. Cagar budaya Batu Wadon, Batu Lanang, dan rumah adat kayu seluas kurang
lebih 3 (tiga) hektar berada di Desa Cikawung Kecamatan Terisi.
Kawasan peruntukan pariwisata alam meliputi:
a. Situ Bolang berada di Kecamatan Cikedung;
b. Taman wisata alam laut Pulau Biawak seluas kurang lebih 15.540 (lima belas
c. ribu lima ratus empat puluh) hektar berada di Kecamatan Pasekan;
d. Pantai Tirtamaya seluas kurang lebih 9 (sembilan) hektar berada di Kecamatan
Juntinyuat;
e. Pantai Glayem berada di Kecamatan Juntinyuat;

II - 27 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

f. Pantai Ujunggebang berada di Kecamatan Sukra;


g. Pantai Balongan berada di Kecamatan Balongan;
h. agrowisata mangga seluas kurang lebih 110 (seratus sepuluh) hektar meliputi:
1. Kecamatan Jatibarang; dan
2. Kecamatan Widasari.
i. minawisata sentra garam seluas kurang lebih 1.576 (seribu lima ratus tujuh
puluh enam) hektar meliputi:
1. Kecamatan Krangkeng;
2. Kecamatan Losarang; dan
3. Kecamatan Kandanghaur.
j. wisata flora Rafflesia Arnoldi berada di Desa Pawidean Kecamatan Jatibarang.
Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi:
a. Waterboom Bojongsari dan Waduk Bojongsari seluas kurang lebih 15 (lima
belas) hektar berada di Kelurahan Bojongsari Kecamatan Indramayu; dan
b. Kampung Wisata Air seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar berada di Desa
Wanantara Kecamatan Sindang.
Kawasan peruntukan pariwisata minat khusus meliputi:
a. Pondok Pesantren Al-Zaytun seluas kurang lebih 1.200 (seribu dua ratus)
b. hektar berada di Kecamatan Gantar;
c. Mangrove centre seluas kurang lebih 5 (lima) hektar berada di Desa Pabean
d. Ilir Kecamatan Pasekan;
e. kerajinan batik di Kelurahan Paoman Kecamatan Indramayu;
f. upacara adat istiadat meliputi:
1. Upacara Ngarot berada Kecamatan Lelea;
2. Pesta laut Nadran meliputi:
a. Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur;
b. Desa Eretan Kulon Kecamatan Kandanghaur;
c. Desa Karangsong Kecamatan Indramayu;
d. Desa Limbangan Kecamatan Juntinyuat;
e. Desa Lombang Kecamatan Juntinyuat; dan
f. Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat.
3. Pesta Sedekah Bumi tersebar di setiap kecamatan;
4. Pesta Ngunjungan tersebar di setiap kecamatan;
5. Jaringan berada di Kecamatan Kandanghaur;
6. Pesta Mapag Tamba tersebar di setiap kecamatan; dan

II - 28 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

7. Pesta adat Mapag Sri tersebar di setiap kecamatan.


g. wisata kuliner tersebar di setiap kecamatan;dan
h. wisata tempat pemancingan tersebar di setiap kecamatan.

2.8.8. Kawasan Peruntukan Pemukiman


Kawasan peruntukan pemukiman sebagaimana dimaksud pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Indramayu terdiri atas permukiman perkotaan dan permukiman
perdesaan. Kawasan peruntukan permukiman memiliki luas kurang lebih 17.837 (tujuh
belas ribu delapan ratus tiga puluh tujuh) hektar meliputi:
a. Permukiman perkotaan seluas kurang lebih 5.249 (lima ribu dua ratus empat puluh
sembilan) hektar yang meliputi 81 (delapan puluh satu) desa dan kelurahan tersebar
di PKW, PKL, PKLp,danPPK; dan
b. Permukiman perdesaan seluas kurang lebih 12.590 (dua belas ribu lima
ratussembilan puluh) hektar yang meliputi 235 (dua ratus tiga puluh lima) desa.

2.8.9. Kawasan Peruntukan Budidaya Lainnya


Kawasan peruntukan budidaya lainnya sebagaimana dimaksud pada Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Indramayu berupa kawasan peruntukan pertahanan dan
keamanan negara. Kawasan tersebut terdiri atas:
a. Markas Batalion Tempur Tentara Nasional Indonesia Arhanudse Batere R berada di
Desa Sukamelang Kecamatan Kroya;
b. Markas satuan teritorial Komando Distrik Militer 0616/Indramayu berada di
Kecamatan Indramayu;
c. Markas satuan teritorial Komando Rayon Militer yang berlokasi tersebar di 17 (tujuh
belas) kecamatan;
d. Markas Sub Detasemen Polisi Militer III/3-3 yang berlokasi di Kecamatan Indramayu;
e. Markas Sub Detasemen Zeni Bangunan 073/III Indramayu berada di Kecamatan
Indramayu;
f. Markas Polisi Resor Indramayu berada di Kecamatan Indramayu;
g. Markas Polisi Sektor tersebar di seluruh kecamatan;
h. Pos TNI Angkatan LautDadapberada di Kecamatan Juntinyuat;
i. Pos TNI Angkatan Laut Eretan berada di Kecamatan Kandanghaur;
j. Sub Pos Polair Dadap berada di Kecamatan Juntinyuat; dan
k. Sub Pos Polair Eretan berada di Kecamatan Kandanghaur.

II - 29 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

2.9. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang/ Kawasan.


Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang/kawasan sebagaimana dimaksud pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Indramayu meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem perdesaan;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan jalan;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan perkeretaapian;
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan transportasi laut;
f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan energi;
g. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan telekomunikasi;
h. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan sumber daya air;
i. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan persampahan;
j. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan air limbah;
k. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan drainase;
l. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan air minum perkotaan;
dan
m. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jalur dan ruang evakuasi
bencana.
Karena kajian berkaitan dengan sungai dan sekitarnya, ketentuan umum peraturan
zonasi kawasan sungai merupakan sekitar jaringan sumber daya air, sekitar jaringan air
limbah, sekitar jaringan drainase dan sekitar jaringan air minum perkotaan.
Ketentuan umum peraturan zonasi akwasan sekitar jaringan sumber daya air adalah:
a. Diperbolehkan kegiatan pertanian dengan syarat tidak merusak tatanan lingkungan
dan bentang alam yang akan mengganggu kualitas maupun kuantitas air;
b. Diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai, waduk dan
situ agar tetap dapat dijaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
tidak diperbolehkan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar sumber
daya air yang dapat mengganggu kualitas sumber daya air;
c. Tidak diperbolehkan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar daerah
irigasi yang dapat mengganggu kualitas sumber daya air;
d. Tidak diperbolehkan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar waduk dan
bendungan yang dapat mengganggu kualitas sumber daya air; dan
e. Tidak diperbolehkan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar sistem
pengendali banjir.

II - 30 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan air limbah adalah:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan pendukung jaringan pengolahan limbah;
b. diperbolehkan untuk kegiatan industri dengan syarat menyiapkan prasarana
pengelolaan limbah tersendiri;
c. diperbolehkan penyediaan prasarana penunjang pengelolaan limbah;
d. tidak diperbolehkan pembuangan limbah industri ke badan sungai; dan
e. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar pengelolaan limbah.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan drainase adalah:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan mendukung jaringan drainase;
b. diperbolehkan bersyarat pengembangan kegiatan perkotaan dengan didukung
jaringan drainase;
c. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di sekitar prasarana jaringan drainase
dengan tidak merubah fungsi utama;
d. diperbolehkan bersyarat membangun jaringan drainase dengan sistem tertutup pada
kegiatan perkotaan dengan tidak merubah fungsi utama; dan
e. tidak diperbolehkan memanfaatkan saluran drainase sebagai tempat pembuangan
sampah, air limbah atau material padat lainnya.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan air minum perkotaan
adalah:
a. diperbolehkan kegiatan pertanian sepanjang tidak merusak tatanan lingkungan dan
bentang alam;
b. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar sumber air minum;
dan
c. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di sekitar sumber air minum dengan
tidak merubah fungsi utama.

2.10. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang


Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana dimaksud pada Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Indramayu meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan resapan air;
c. ketentuan umum peraturan zonasi sempadan pantai;

II - 31 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sungai;


e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar waduk dan situ;
f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan irigasi;
g. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan;
h. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka margasatwa;
i. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
j. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan gelombang pasang;
k. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan banjir;
l. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan abrasi;
m. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah;
n. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan plasma-nutfah; dan
o. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan terumbu karang.

Karena kajian berkaitan dengan sungai dan sekitarnya, ketentuan umum peraturan
zonasi kawasan pola ruang untuk kawasan lindung yang terkait adalah kawasan sekitar
sungai, kawasan sekitar waduk dan situ, kawasan sekitar jaringan irigasi.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sungai adalah:
a. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang untuk RTH;
b. diperbolehkan melakukan kegiatan yang dapat memperkuat fungsi perlindungan
sempadan sungai;
c. diperbolehkan bersyarat mendirikan bangunan yang menunjang fungsi sempadan
sungai dan/atau bangunan yang merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi
bagi kepentingan umum;
d. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang untuk hutan rakyat; dan
e. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang secara sengaja dan jelas menghambat
arah dan intensitas aliran air.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar waduk dan situ adalah:
a. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan sekitar waduk meliputi:
1. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang untuk RTH;
2. diperbolehkan bersyarat melakukan kegiatan budidaya perikanan air tawar;
3. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang untuk hutan rakyat;
4. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang dapat merusak kualitas waduk,
kondisi fisik tepi dan dasar waduk; dan

II - 32 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

5. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan budidaya termasuk mendirikan bangunan


kecuali bangunan yang diperlukan untuk menunjang fungsi waduk dan/atau
bangunan yang merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisibagi
kepentingan umum.
b. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan sekitar situ meliputi:
1. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk RTH sekitar situ;
2. diperbolehkan bersyarat melakukan kegiatan budidaya perikanan air tawar;
3. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang untuk hutan rakyat;
4. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang merusak daerah tangkapan air situ;
5. tidak diperbolehkan mendirikan bagunan permanen untuk hunian dan tempat
usaha;
6. tidak diperbolehkan membuang secara langsung limbah padat, limbah cair, limbah
gas dan limbah B3; dan
7. tidak diperbolehkan kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu
kelestarian sumberdaya air, keseimbangan fungsi lindung, serta kelestarian flora
dan fauna.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan irigasi adalah:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan mendukung jaringan irigasi;
b. diperbolehkan melakukan pemanfaatan ruang untuk RTH; dan
c. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang secara sengaja dan jelas
menghambat arah dan intensitas aliran air.

II - 33 | D i n a s Lingkungan Hidup Kabupaten Indrama yu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

BAB 3 PENDEKATAN METODOLOGI


DAN PROGRAM KERJA

3.1. Pendekatan Teknis Pekerjaan


Sesuai dengan uraian tugas yang tercantum dalam KAK, konsultan berkewajiban
untuk dapat menganalisa semua data yang ada baik data primer maupun data
sekunder dan selanjutnya dilakukan tahapan analisa dan perhitungan untuk
memperoleh produk berupa pelaporan.
Dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tanggung jawab konsultan,
diperlukan pelaksanaan pekerjaan yang tepat agar dapat dicapai suatu hasil optimal.
Sehubungan dengan kondisi diatas, maka perlu beberapa tahapan pemetikan
data/laporan untuk dianalisa dengan metoda yang baku sehingga hasil perencanaan
sesuai dengan spesifiksi yang diharapkan.
Untuk dapat mendukung pekerjaan agar didapatkan suatu hasil studi yang optimal,
diperlukan suatu prosedur pelaksanaan yang baik untuk merealisasikan hal tersebut
perlu disusun organisasi, tata cara pelaksanaan pekerjaan antara konsultan sebagai
pelaksana dan pemberi kerja.
Dengan memprtimbangkan sifat dan jenis studi yang akan dilaksanakan, tim
konsultan akan menerapkan pelaksanaan pekerjaan secara koordinatif. Dalam hal ini
setiap tenaga ahli akan melakukan koordinasi baik dengan intern maupun ekstern.
Disamping itu, secara khusus ketua tim/tam leader berkewajiban melakukan
koordinasi dalam hal kesimpulan hasil akhir studi dari beberapa tenaga ahli agar
tujuan dan sasaran studi dapat tercapai dengan baik.
Pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam pekerjaan ini telah disebutkan
dalam Pokok-pokok acuan adalah memberi jasa konsultansi kepada Dinas
Lingkungan Hidup Kota Indramayu, sehingga terdapat beberapa tahapan yang akan
memudahkan konsultan perencana dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.

III - 1 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Untuk pencapaian target sasaran dan tujuan yang diinginkan tersebut, konsultan
akan menempatkan tenaga ahlinya di lapangan yang akan disesuaikan dengan
kebutuhan lapangan
Dalam melakukan perncanaan tersebut konsultan perncana akan tetap berpedoman
pada peraturan-peraturan yang berlaku seperti :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
4. Kepmenkes No. 907 Tahun 2002 Tentang Kualitas Air Minum
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 Tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air

III - 2 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

3.2. Program Kerja


Umum
Rencana kerja disusun oleh konsultan setelah memahami inti dari pekerjaan yang
akan dilaksanakan dan lingkup yang diberikan. Rencana kerja ini sangat diperlukan
untuk dijadikan pedoman bagi tim pelaksana pekerjaan untuk mengetahui tahapan
pelaksanaan pekerjaan dan untuk mengkoordinasi setiap kegiatan, sehingga akan
dihasilkan pekerjaan yang efektif dan efesien. Rencana kerja akan kami sajikan
dalam bentuk bagan alir pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

Pada bagian ini akan dijelaskan rencana kerja yang akan dilakukan oleh konsultan
dalam upaya mencapai sasaran yang diinginkan dalam Kajian Pemantauan Kualitas
DAS Cimanuk. Tahapan rencana kerja yang akan dilakukan disajikan seperti bagan
alir berikut :

Pekerjaan Persiapan (General Preparatory Works)


Tahapan persiapan merupakan tahapan yang sangat penting dan krusial dalam
menetukan keberhasilan pencapaian tujuan kegiatan, mengingatt interkasi antara
konsultan dan pemberi pekerjaan akan sangat intensif pada tahap ini. Dengan
demikian, perlu dijalin suatu mekanisme komunikasi yang baik agar persamaan
persepsi pencapaian kegiatan antara pihak pemberi pekerjaan dengan pihak

III - 3 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

konsultan dapat tercapai dengan baik. Pada tahap persiapan ini akan dilakukan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Membuat Program Kerja (Pola Pikir) Kegiatan secara Keseluruhan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini mencakup penyusunan pola pikir alur
pencapaian sasaran kegiatan yang kemudian harus dipahami oleh seluruh jajaran
tenaga ahli dan tenaga pendukung kegiatan.
2. Menentukan Sasaran
Pada tahap ini, dilakukan definisi penentuan sasaran secara rinci dan spesifik
mengenai apa-apa saja hal yang diharapkan untuk dicapai dalam Pekerjaan
Kajian Pemantauan Kualitas DAS Cimanuk ini.
3. Menggali Sumber Terkait
Mengingat kegiatan ini akan melibatkan berbagai aktivitas survey dan kajian,
maka diperlukan suatu perencanaan survey yang mantap dan tepat sasaran.
Untuk itu, diperlukan berbagai informasi yang tepat mengenai wilayah studi
4. Melakukan Studi Literatur
Diperlukan upaya untuk mempelajari dari berbagai sumber literatur dan studi
kajian pemantauan kualitas DAS di berbagai kota di Indonesia. Selain itu,
perkembangan keberadaan peraturan-peraturan dan pedoman baru yang
dikeluarkan oleh pemerintah juga harus terus diikuti.
5. Menyusun Jadwal Kerja
Dengan terbatasnya waktu pelaksanaan kegiatan, maka dalam rangka
pencapaian sasaran kegiatan secara periodik sesuai dengan tahapan pelaporan,
dan juga dalam rangka memudahkan pendefinisian tanggung jawab pihak
terkait, terutama tim konsultan dan tim teknis dari pihak pemberi pekerjaan,
maka diperlukan jadwal kerja yang rinci.

3.3. Metodologi Kajian


Pengambilan sampel dan uji parameter kualitas lingkungan merupakan
pekerjaan yang tidak mudah karena polutan bersifat dinamis dan bermigrasi seiring
perubahan situasi dan kondisi setempat. Karakteristik fisik matrik air, sedimen,
padatan/lumpur atau cairan, cuaca, jumlah polutan, kecepatan lepasnya polutan ke
lingkungan, sumber emisi atau efluen, sifat kimia, biologi, dan fisika polutan, dan
intervensi manusia sangat mempengaruhi cara dan kecepatan migrasi polutan.
Untuk mendapatkan validitas data uji parameter kualitas air, beberapa aspek yang
harus dipertimbangkan antara lain:

III - 4 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

- Penentuan lokasi dan titik pengambilan contoh;


- Pengambilan data laju aliran sungai;
- Pengambilan contoh;
- Analisis contoh;
- Perhitungan data contoh dengan metode Neraca Massa dan STORET;
- Penentuan hasil akhir kesimpulan.

1. Metode Penentuan Titik Sampel


Menurut Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 12 Tahun 2013 tentang Baku Mutu
dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Cimanuk, Sungai Cilamaya dan Sungai
Bekasi, dijelaskan bahwa DAS Cimanuk terbagi atas 4 segmen. Segmen 1 berada
di Kabupaten Garut, segmen 2 berada di Kabupaten Semarang, segmen 3 berada
di Kabupaten Majalengka dan segmen 4 berada di Kabupaten Indramayu. Pada
segmen 4 dari DAS Cimanuk melintasi 14 kecamatan di Kabupaten Indramayu.

Gambar 3. 1. Peta Segmentasi DAS Cimanuk

III - 5 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Menurut SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah – Bagian 57: Metoda
pengambilan contoh air permukaan, lokasi pemantauan kualitas air pada umumnya
dilakukan pada:
a. Sumber air alamiah, yaitu pada lokasi yang telah menerima limbah (titik 1, lihat
Gambar 3.2).
b. Sumber air tercemar, yaitu pada lokasi yang telah menerima limbah (titik 4, lihat
Gambar 3.2).
c. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu pada lokasi tempat penyadapan sumber air
tersebut. (titik 2 dan 3, lihat Gambar 3.2).
d. Lokasi masuknya air ke waduk atau danau (titik 5, lihat gambar 3.2).

Gambar 3. 2. Contoh lokasi pengambilan air

Titik pengambilan contoh air sungai ditentukan berdasarkan debit air sungai yang
diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, contoh diambil pada satu titik
ditengah sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan atau
diambil dengan alat intergrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari
permukaan sampai ke dasar secara merata (lihat Gambar 3.3);
b. Sungai dengan debit antara 5 m3/detik – 150 m3/detik, contoh diambil pada dua
titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada kedalaman 0,5 kali
kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sampler sehingga

III - 6 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara merata (lihat
Gambar 3.3) kemudian dicampurkan;
c. sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, contoh diambil minimum pada enam
titik masing-masing pada jarak 1/4, 1/2, dan 3/4 lebar sungai pada kedalaman
0,2 dan 0,8 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated
sampler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara
merata (lihat Gambar 3.3) lalu dicampurkan.

Gambar 3. 3. Titik pengambilan contoh sungai

2. Metode Pengukuran Laju Aliran Sungai.


Kecepatan arus pada ekosistem sungai merupakan faktor pembatas terpenting.
Kecepatan aliran sungai sendiri dipengaruhi oleh bentuk saluran sungai, kondisi
permukaan saluran, ukuran saluran dan kemiringan saluran. Perairan sungai
berdasarkan kecepatan arusnya dapat dibedakan menjadi daerah arus cepat
(rapid zone) dan daerah lubuk (pool zone). Masing-masing daerah terssebut
memiliki cirri-ciri kehidupan biota akuatiknya yang khas.
Menurut Soewarno (1995), debit air (discharge) atau besarnya aliran sungai
(stream flow) adalah volume aliran yang mengalir melalui suatu penampang
melintang sungai persatuan waktu. Debit air sendiri biasanya danyatakan dalam

III - 7 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

satuan meter kubik per detik (m3/detik) atau liter per detik (l/det). Aliran adalah
pergerakan air di dalam aliran sungai.
Menurut Asdak (1995), teknik pengukuran debit aliran sungai langsung di
lapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui empat kategori, yaitu :
1. Pengukuran volume aliran sungai
2. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan
luas penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang dialirkan
dalam aliran sungai.
4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir
(aliran air lambat) atau flume (aliran air cepat).
Pada prinsipnya pengukuran debit adalah pengukuran luas penampang basah dan
kecepatan aliran. Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar
permukaan air dan pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel
pengukur. Kecepatan aliran (V) dapat diukur dengan metode : metode current-
meter dan metode apung.
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus).
Ada dua tipe current meter yaitu tipe baling-baling (proppeler type) dan tipe
canting (cup type). Oleh karena distribusi kecepatan aliran di sungai tidak sama
baik arah vertikal maupun horisontal, maka pengukuran kecepatan aliran dengan
alat ini tidak cukup pada satu titik.
Debit aliran sungai dapat diukur dengan beberapa metode. Tidak semua metode
pengukuran debit cocok digunakan. Pemilihan metode tergantung pada kondisi
(jenis sungai, tingkat turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian yang akan dicapai.
Salah satu cara yang akan digunakan untuk pengukuran debit pada penelitian ini
adalah Pengukuran Debit dengan Cara Apung (Float Area Methode).
Prinsip :
• kecepatan aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung (U).
• luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar saluran (L)
dan kedalaman saluran (D).
• debit sungai (Q) = A x V atau A = A x k dimana k adalah konstanta.

III - 8 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Q=AxkxU
Keterangan:
Q = debit (m3/det)
U = kecepatan pelampung (m/det)
A = luas penampang basah sungai (m2)
k = koefisien pelampung

3. Metode Pengambilan Contoh.


Menurut SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah – Bagian 57: Metoda
pengambilan contoh air permukaan, tahapan pengambilan sampel air dilakukan
dengan cara:
1. Persiapan alat pengambilan contoh sampel dengan menyesuaikan keadaan
sumber airnya;
2. Sebelum pengambilan sampel, perlu dilakukan pembilasan alat pengambilan
contoh sampel sebanyak 3 (tiga) kali;
3. Pengambilan contoh sampel disesuaikan dengan peruntukan analisis dan
dicampurkan dalam penampung atau wadah sementara dan dihomogenkan;
4. Sampel dipindahkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis;
5. Selanjutnya dilakukan segera pengujian untuk parameter yang akan diukur,
terutama suhu, kekeruhan, daya hantar listrik, pH dan oksigen terlalut karena
dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan;
6. Setiap hasil dari pengujian sampel dicatat dalam buku atau catatan khusus;
7. Untuk pengambilan sampel yang pengujian di laboratorium perlu dilakukan
pengawetan.

4. Analisis Sampel
Untuk mengetahui data kualitas mutu dari sampel yang telah diambil, diperlukan
analisis yang merupakan suatu rangkaian pekerjaan untuk
memeriksa/mengetahui/menentukan kandungan dari suatu sampel dengan tujuan
tertentu. Secara umum analisis dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Pembagian ini didasari atas tujuan dari kegiatan
analisis itu sendiri.
a) Analisis Kimia Kualitatif
Adalah suatu rangkaian pekerjaan analisis yang
bertujuan mengetahui keberadaan (bisa juga identifikasi) suatu ion,unsur, atau

III - 9 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

senyawa kimia lain baik organik maupun anorganik dalam suatu sampel yang
kita analisa.
b) Analisis Kimia Kuantitatif
Adalah suatu rangkaian pekerjaan analisis yang bertujuan untuk
mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu sampel yang kita
analisa.
Dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air
dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Cimanuk, Sungai Cimalaya dan Sungai
Bekasi, pada Lampiran II terdapat Kriteria Kelas Air dengan 52 parameter yang perlu
diuji untuk menentukan kelas air tersebut. Berikut merupakan tabel dari kriteria kelas
air:

Tabel 3. 1. Tabel Kriteria Kelas Air

Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas


No Parameter Unit Keterangan
1 2 3 4 5
FISIKA
1 Temperatur °C Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev 3 --
2 Residu Terlarut mg/L 1 1 1 2 --
3 Residu
mg/L 50 50 400 400 1000
Suspensi
4 Transparansi berlaku untuk
m 10 4 2,5 <2,5 --
danau
5 Warna PtCo Unit 15 50 100 150 --
KIMIA
6 pH 6-9 6-9 6-9 5-9 5–9
7 BOD mg/L 2 3 6 12 --
8 COD mg/L 10 25 40 80 100
9 DO mg/L 6 4 3 1 --
10 PO4- P mg/L 0,2 0,2 1,0 5,0
11 Total P >0,10 berlaku untuk
0,010 0,030 0,100 --
0 danau
12 Nitrat (NO3 –
mg/L 10 10 20 20 --
N)
13 NH3-N mg/L 0,1 0,5 1,0 1,5 --
14 Total N berlaku untuk
mg/L 0,65 0,75 1,90 > 1,90 --
danau
15 Khlorida mg/L 300 300 300 600 --
III - 10 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas


No Parameter Unit Keterangan
1 2 3 4 5
16 Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 0,02 --
17 Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 1,5 --
18 Nitrit (NO2- N) mg/L 0,06 0,06 0,06 0,06 --
19 Sulfat mg/L 300 300 300 400 --
20 SAR -- 18 18 18 18 --
21 % Na % 60 60 60 60 --
22 Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 0,03 --
23 Sulfida (H2S) mg/L 0,002 0,002 0,002 0,04 --
24 Minyak dan
lemak ug/L 1000 1000 1000 1000 --

25 MBAS ug/L 200 200 200 500 --


26 Fenol ug/L 2 5 10 20 --
LOGAM terlarut
27 Arsen mg/L 0,05 0,05 0,05 0,10 --
28 Kobalt mg/L 0,05 0,05 0,05 0,2 --
29 Barium mg/L 1,0 1,0 1,0 1,0 --
30 Boron mg/L 1,0 1,0 1,0 1,0 --
31 Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05 --
32 Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 --
33 Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,05 --
34 Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 --
35 Besi mg/L 0,3 0,5 1,0 1,5 --
36 Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 0,5 --
37 Mangan mg/L 0,1 0,2 0,5 1,0 --
38 Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005 --
39 Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2,0 --
40 Nikel mg/L 0,05 0,05 0,05 0,10 --
BIOSIDA
41 BHC ug/L 2 2 2 2 --
42 Aldrin/ Dieldrin ug/L 1 1 1 1 --
43 Chlordane ug/L 0,01 0,01 0,01 0,01 --
44 DDT ug/L 0,1 0,1 0,1 0,1 --

III - 11 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas


No Parameter Unit Keterangan
1 2 3 4 5
45 Heptachlor ug/L 0,2 0,2 0,2 0,2 --
46 Lindane ug/L 4 4 4 4 --
47 Methoxychlor ug/L 35 35 35 35 --
48 Endrin ug/L 0,2 0,2 0,2 0,2 --
49 Toxaphan ug/L 5 5 5 5 --
MIKROBIOLOGI
50 Fecal coliform Jml/100
100 1000 2000 >2000 --
ml
51 Total Coliform Jml/100 1000 >1000
1000 5000 --
ml 0 0
BIOLOGI
52 Chlorophyll berlaku untuk
µg/l 10 50 100 200 --
danau

Sesuai dengan tata guna lahan yang terdapat pada Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Indramayu (Perda Kabupaten Indramayu No 1 Tahun 2012) dan
penyesuaiaan dengan Kabupaten Indramayu Dalam Angka 2016, wilayah Indramayu
merupakan kawasan yang terdiri dari Pertanian, Perkebunan, Industri, dan lain
sebagainya. Berikut merupakan daftar perusahan yang terdapat di Kabupaten
Indramayu:

Tabel 3. 2. Jenis dan Jumlah Perusahaan di Kabupaten Indramayu

No Jenis Perusahaan Banyak Perusahaan


1 Makanan dan Minuman 100
2 Farmasi dan Kimia 2
3 Logam dan Keramik 1
4 Minyak dan Gas Bumi 20
5 Assambling Mobil dan Bengkel 2
6 Pertanian dan Perkebunan 27

Setelah diketahui jenis perusahan yang terdapat di Kabupaten Indramayu, dapat


dilakukan analisa mengenai effluent limbah yang dihasilkan dari beberapa perusahan
tersebut. Berikut merupakan parameter uji yang harus dilakukan sesuai dengan jenis
perusahaan yang ada di Kabupaten Indramayu:

III - 12 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Tabel 3. 3. Tabel Parameter Berdasarkan Jenis Industri


Minyak Pertanian & Kegiatan Parameter
Prameter Unit Minuman Makanan Farmasi Kimia Logam Keramik Bengkel
(gas bumi) Perkebunan Faskes Terpilih

FISIKA

Temperatur °C v v v
Residu Terlarut mg/L v v v
Residu Suspensi mg/L v v v v v v v v v v

Transparansi m

Warna PtCo Unit


KIMIA
pH v v v v v v v v v v v
BOD mg/L v v v v v v v
COD mg/L v v v v v v v v
DO mg/L
PO4- P mg/L

Total P

Nitrat (NO3 – N) mg/L


NH3-N mg/L v v v v

Total N mg/L v v

Khlorida mg/L
Sianida mg/L v v v
Fluorida mg/L
Nitrit (NO2- N) mg/L
Sulfat mg/L v v
SAR --
% Na %
Khlorin bebas mg/L
Sulfida (H2S) mg/L v v

Minyak dan lemak ug/L v v v v v v v

MBAS ug/L v v

Fenol ug/L v v v v

LOGAM terlarut
Arsen mg/L v v
Kobalt mg/L v v
Barium mg/L
Boron mg/L
Selenium mg/L
Kadmium mg/L v v v
Khrom (VI) mg/L v v v v
Tembaga mg/L v v v v v
Besi mg/L
Timbal mg/L v v v v
Mangan mg/L
Air raksa mg/L v v
Seng mg/L v v v
Nikel mg/L v v v
BIOSIDA
BHC ug/L v v
Aldrin/ Dieldrin ug/L v v
Chlordane ug/L v v
DDT ug/L v v
Heptachlor ug/L v v
Lindane ug/L v v
Methoxychlor ug/L v v
Endrin ug/L v v
Toxaphan ug/L
MIKROBIOLOGI
Fecal coliform Jml/100 ml

Total Coliform Jml/100 ml v v

BIOLOGI

Chlorophyll=@ µg/l

Sumber:
PerMen LH Nomor 5 Tahun 2014
Kepmen LH Nomor 202 Tahun 2002
PerMen LH Nomor 19 Tahun 2010
Toksikologi Lingkungan oleh Dantje T. Sembel, B.Agr.Sc., Ph. D

III - 13 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Maka setelah diakumulasikan terdapat parameter-parameter yang harus dilakukan


diantaranya adalah Temperatur, TDS, TSS, pH, BOD, COD, NH3-N, Total N,
Sianida, Sulfat, Sulfida (H2S), Minyak dan lemak, MBAS, Fenol, Arsen, Kobalt,
Kadmium, Khrom (VI), Tembaga, Timbal, Air raksa, Seng, Nikel, BHC,
Aldrin/Dieldrin, Chlordane, DDT, Heptachlor, Lindane, Methoxychlor, Endrin, dan
Total coliform.

5. Metode Neraca Massa


Penentuan daya tampung beban pencemaran dapat ditentukan dengan cara
sederhana yaitu dengan menggunakan metoda neraca massa. Model matematika
yang menggunakan perhitungan neraca massa dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi rata-rata aliran hilir (down stream) yang berasal dari
sumber pencemar point sources dan non point sources, perhitungan ini dapat pula
dipakai untuk menentukan persentase perubahan laju alir atau beban polutan.

Jika beberapa aliran bertemu menghasilkan aliran akhir, atau jika kuantitas air dan
massa konstituen dihitung secara terpisah, maka perlu dilakukan analisis neraca
massa untuk menentukan kualitas aliran akhir dengan perhitungan

Ʃ Ci x Qi Ʃ Mi

CR = =
Ʃ Qi Ʃ Qi

dimana Cr : konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabungan


Ci : konsentrasi konstituen pada aliran ke-i
Qi : laju alir aliran ke-i
Mi : massa konstituen pada aliran ke-i

Metoda neraca massa ini dapat juga digunakan untuk menentukan pengaruh erosi
terhadap kualitas air yang terjadi selama fasa konstruksi atau operasional suatu
proyek, dan dapat juga digunakan untuk suatu segmen aliran, suatu sel pada
danau, dan samudera. Tetapi metoda neraca massa ini hanya tepat digunakan
untuk komponen-komponen yang konservatif yaitu komponen yang tidak
mengalami perubahan (tidak terdegradasi, tidak hilang karena pengendapan,
tidak hilang karena penguapan, atau akibat aktivitas lainnya) selama proses
pencampuran berlangsung seperti misalnya garam-garam. Penggunaan neraca

III - 14 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

massa untuk komponen lain, seperti DO, BOD, dan NH3 – N, hanyalah merupakan
pendekatan saja.

a. Prosedur penggunaan
Untuk menentukan beban daya tampung dengan menggunakan metoda
neraca massa, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
 Ukur konsentrasi setiap konstituen dan laju alir pada aliran sungai sebelum
bercampur dengan sumber pencemar;
 Ukur konsentrasi setiap konstituen dan laju alir pada setiap aliran sumber
pencemar;
 Tentukan konsentrasi rata-rata pada aliran akhir setelah aliran bercampur
dengan sumber pecemar dengan perhitungan :

Ʃ Ci x Qi Ʃ Mi

CR = =
Ʃi Ʃ Qi
b. Contoh Perhitungan
Untuk lebih jelasnya, maka diberikan contoh perhitungan penggunaan Metoda
Neraca Massa berikut ini.
Suatu aliran sungai mengalir dari titik 1 menuju titik 4. Diantara dua titik
tersebut terdapat dua aliran lain yang masuk kealiran sungai utama, masing-
masing disebut sebagai aliran 2 dan 3. Apabila diketahui data-data pada aliran
1, 2 dan 3, maka ingin dihitung keadaan di aliran 4.

III - 15 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Data analisis dan debit pada aliran 1, 2 dan 3 diberikan pada tabel berikut ini :

Tabel 3.4 Data analisis dan debit

Dengan menggunakan data-data di atas maka dapat dihitung DO pada titik 4,


sebagai berikut:

III - 16 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Konsentrasi rata-rata DO pada titik 4 adalah:

(5,7x2,01) + (3,8x0,59) + (3,4x0,73)


CR,DO =
2,01 + 0,59 + 0,73

= 4,86 mg/L
Konsentrasi rata-rata COD, BOD dan C1 pada titik 4 dapat ditentukan dengan cara
perhitungan yang sama seperti di atas, yaitu masing-masing 18,94 mg/L, 8,87 mg/L
dan 0,12 mg/L. Apabila data aliran 4 dimasukkan ke Tabel 1.1 maka akan seperti
yang disajikan pada Tabel 1.2
Tabel 3.5 Data analisis dan debit

BM X – Baku mutu perairan, untuk Golongan/Kelas X

Apabila aliran pada titik 4 mempunyai baku mutu BM X, maka titik 4 tidak memenuhi
baku mutu perairan untuk BOD, sehingga titik 4 tidak mempunyai daya tampung lagi
untuk parameter BOD. Akan tetapi bila terdapat aliran lain (misalnya aliran 5) yang
memasuki di antara titik 1 dan 4, dan aliran limbah masuk tersebut cukup tinggi
mengandung C1- dan tidak mengandung BOD, maka aliran 5 masih dapat
diperkenankan untuk masuk ke aliran termaksud. Hal tersebut tentu perlu dihitung
kembali, sehingga dipastikan bahwa pada titik 4 kandungan C1 lebih rendah dari 600
mg/L.

4. Metode STORET
Metode STORET merupakan salah satu metode yang biasa digunakan untuk
menentukan status mutu air. Penentuan status mutu dilakukan dengan cara
membandingkan data kualitas air dengan baku mutu yang telah ditetapkan sesuai
dengan peruntukannya. Dengan metode ini dapat diketahui parameter-parameter
yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air.

III - 17 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

A. Cara menentukan status mutu air digunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental
Protection Agency) dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu:
1. Kelas A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu
2. Kelas B : baik, skor = -1 s/d –10 cemar ringan
3. Kelas C : sedang, skor = –11 s/d – 30 cemar sedang
4. Kelas D : buruk, skor = –31 cemar berat

B. Penentuan status mutu air dengan menggunakan metoda STORET dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air secara periodik sehingga
membentuk data dari waktu ke waktu (time series data).
b. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai
baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
c. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku
mutu) maka diberi skor 0.
d. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran >
baku mutu), maka diberi skor :

Tabel 3.6. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air
Jumlah Nilai Parameter
contoh1)
Fisika Kimia Biologi
< 10 Maksimum -1 -2 -3
Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
≥ 10 Maksimum -2 -4 -6
Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Sumber : Canter (1977)
1)
Catatan : jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan status mutu air.

Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari
jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.

III - 18 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

C. Contoh Perhitungan
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada contoh berikut ini. Tabel 3.2. merupakan
contoh penerapan penentuan kualitas air menurut metoda STORET yang dilakukan
oleh Unpad, Bandung. Data diambil dari sungai Ciliwung pada stasiun 1. Pada tabel
ini tidak diberikan data lengkap hasil analisa di sungai Ciliwung, tetapi hanya
diberikan nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari data-data hasil.

D. Cara pemberian skor untuk tiap parameter adalah sebagai berikut (contoh, untuk
Hg):
a. Hg merupakan parameter kimia, maka gunakan skor untuk parameter kimia.
b. Kadar Hg yang diharapkan untuk air golongan C adalah 0.002 mg/l.
c. Kadar Hg maksimum hasil pengukuran adalah 0.0296 mg/l, ini berarti kadar
Hg melebihi baku mutunya. Maka skor untuk nilai maksimum adalah -2.
d. Kadar Hg minimum hasil pengukuran adalah 0.0006 mg/l, ini berarti kadar
Hg sesuai dengan baku mutunya. Maka skornya adalah 0.
e. Kadar Hg rata-rata hasil pengukuran adalah 0.0082 mg/l, ini berarti
melebihi baku mutunya. Maka skornya adalah –6.
f. Jumlahkan skor untuk nilai maksimum, minimum, dan rata-rata. Untuk Hg
pada contoh ini skor Hg adalah –8.
g. Lakukan hal yang sama untuk tiap parameter, apabila tidak ada baku
mutunya untuk parameter tertentu, maka tidak perlu dilakukan perhitungan.
h. Jumlahkan semua skor, ini menunjukan status mutu air. Pada contoh ini skor total
adalah –58, ini berarti sungai Ciliwung pada stasiun 1 mempunyai mutu yang
buruk untuk peruntukan golongan C.

III - 19 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Tabel 3. 7. Status Mutu Kualitas Air Menurut Sistem Nilai STORET di Stasiun 1 sungai
Ciliwung bagi peruntukan Golongan C (PP 20/1990)

Analisa teknis pekerjaan :


Penanganan sampel air berupa pengamanan sampel di lapangan (pemberian label pada
setiap wadah sampel) dan penyimpanan sampel (menggunakan box). Sampel yang diambil
kemudian di bawa ke laboratorium. Analisis kualitas air dilakukan dengan
mempertimbangkan Baku Mutu Air dan Status Mutu sesuai dengan peraturan yang berlak

III - 20 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

BAB 4 KONDISI EXISTING DAN


PELAKSANAAN SAMPLING

4.1. KONDISI DAS CIMANUK


Sungai Cimanuk – Cisanggarung terbagi atas 4 (empat) segmen. Segmen
tersebut melewati beberapa kabupaten di Jawa Barat. Segmen 1 yaitu bagian
hulu dan anak-anak sungainya di wilayah Kabupaten Garut, segmen 2 yaitu
sungai Cimanuk dan anak-anak sungai di wilayah Kabupaten Sumedang,
segmen 3 yaitu sungai Cimanuk dan anak-anak sungainya di wilayah
kabupaten Majalengka dan segmen 4 yaitu sungai Cimanuk bagian hilir di
wilayah Kabupaten Indramayu.

Pada kajian kali ini bagian sungai tersebut adalah segmen 4 atau sungai
Cimanuk bagian hilir di wilayah Kabupaten Indramayu. Sungai Cimanuk yang
melintasi Kabupaten Indramayu meliputi Kecamatan Tukdana, Kecamatan
Bangodua, Kecamatan Sukagumiwang, Kecamatan Kertasemaya, Kecamatan
Jatibarang, Kecamatan Widasari, Kecamatan Lohbener, Kecamatan Arahan,
Kecamatan Sindang, Kecamatan Indramayu dan Kecamatan Cantigi.

Setiap kecamatan yang dilewati oleh sungai cimanuk memiliki perbedaan dalam
tatagunaan lahan di masing-masing daerah. Pada segmen 4 (empat) sungai
Cimanuk, kecamatan yang dilewati oleh sungai ini di dominasi oleh daerah
Permukiman, Pertanian, Hutan dan Perikanan. Secara detail akan ditampilkan
pada Gambar 4.1.

IV - 1 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

IV - 2 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Peta guna lahan Kabupaten Indramayu menunjukkan lokasi mana saja yang
digunakan sebagai daerah permukiman, pertanian, hutan dan perikanan.
Lokasi dan luasan kira-kira dari masing-masing daerah ditunjukkan dengan
perbedaan warna penggunaan lahan. Mulai dari aliran sungai masuk dari
perbatasan Kabupaten Indramayu dengan Kabupaten Majalengka, sungai
Cimanuk secara berturut-turut melintasi Kecamatan Tukdana, Kecamatan
Sukagumiwang, Kecamatan Kertasemaya, Kecamatan Bangodua, Kecamatan
Jatibarang, Kecamatan Widasari, Kecamatan Lohbener, Kecamatan Indramayu,
Kecamatan Arahan, Kecamatan Sindang dan hilir dari sungai Cimanuk berada
di Kecamatan Cantigi.

Daerah perbatasan Kabupaten Majalengka dengan Kabupaten Indramayu ,


bantaran sungai yang berada di sisi kiri arah aliran sungai merupakan
Kecamatan Tukdana. Daerah bantaran sungai tersebut di dominasi oleh daerah
permukiman, sawah irigasi, dan ladang. Daerah sisi kanan arah aliran sungai
merupakan Kecamatan Sukagumiwang. Daerah bantaran sungai tersebut di
dominasi oleh daerah permukiman, sawah irigasi dan ladang.

Daerah yang di lalui sungai cimanuk di Kecamatan Bangodua merupakan


bagian sisi kiri dari arah aliran sungai Cimanuk. Daerah bantaran sungai di
Kecamatan Bangodua di dominasi oleh daerah permukiman, sawah irigasi dan
ladang. Sisi kanan dari arah aliran sungai Cimanuk berikutnya merupakan
Kecamatan Kertasemaya. Daerah bantaran sungai di kecamatan ini di dominasi
oleh daerah permukiman, sawah irigasi dan ladang.

Kecamatan berikutnya yang berada di sisi kanan arah aliran sungai Cimanuk
merupakan Kecamatan Jatibarang. Daerah bantaran sungai di kecamatan ini di
dominasi oleh daerah permukiman, sawah irigasi dan ladang. Sisi kiri dari
daerah aliran sungai Cimanuk berikutnya merupakan Kecamatan Widasari.
Daerah bantaran sungai ini di dominasi oleh daerah permukiman, sawah irigasi,
tambak dan ladang.

IV - 3 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Kecamatan Lohbener berada di sisi kiri arah alirang sungai Cimanuk setelah
Kecamatan Widasari. Daerah bantaran sungai di kecamatan inididominasi oleh
daerah permukiman, sawah irigasi dan ladang. Kecamatan Indramayu berada
di sisi kanan arah aliran sungai Cimanuk setelah Kecamatan Jatibarang. Daerah
bantaran sungai di kecamatan ini di dominasi oleh daerah pemukiman, sawah
irigasi dan ladang.

Kecamatan Arahan berada di sebelah kiri arah aliran sungai Cimanuk setelah
Kecamatan Lohbener. Daerah bantaran sungai di kecamatan ini di dominasi
oleh permukiman dan sawah irigasi. Kecamatan Sindang berada di sebelah
kanan arah aliran sungai Cimanuk setelah Kecamatan Indramayu. Daerah
bantaran sungai di kecamatan ini di dominasi oleh permukiman, sawah irigasi,
tambak dan bakau/mangrove. Kecamatan terakhir yaitu Kecamatan Cantigi.
Kecamatan ini berada di bagian hilir sungai Cimanuk. Daerah bantaran sungai
di Kecamatan Cantigi di dominasi oleh permukiman, hutan, sawah irigasi,
tambak/empang, bakau/mangrove.

Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai yang berbentuk
padat, cair dan gas. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk
dihilangkan dan berbahaya. Jenis limbah yang masuk ke sungai berbeda-beda.
Perbedaan jenis limbah yang masuk dipengaruhi oleh jenis aktifitas serta
kegiatan masyarakan di daerah masing-masing. Dari beberapa daerah yang
mendominasi di bantaran sungai cimanuk, tidak semua dari kategori daerah
tersebut menjadi faktor untuk mencemari sungai.

Jika daerah bantaran sungai didominasi oleh daerah permukiman, jenis limbah
yang masuk ke sungai di sebut limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga
adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas
industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah cair rumah tangga ini juga
sering disebut dengan limbah domestik. Sebagai ciri khas dari limbah ini adalah
mempunyai karakteristik kaya akan zat organik disamping adanya zat padat.

IV - 4 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Jenis limbah yang dihasilkan dari daerah yang didominasi oleh daerah
pertanian berbeda dengan daerah permukiman. Jenis limbah pertanian
bermacam-macam. Limbah pertanian dibagi menjadi 2 (dua) kategori yaitu
waktu dan bentuk. Menurut waktunya, limbah pertanian terbagi lagi atas 3
waktu yaitu:
- Limbah pertanian pra panen,
- limbah pertanian panen dan
- limbah pertanian pasca panen.

Limbah pertanian pra panen merupakan materi- materi atau limbah yang
terkumpul ketika sebelum atau sementara hasil utama sedang diambil.
Beberapa contoh dari limbah pertanian pra panen antara lain daun, ranting
serta buah yang tidak sengaja gugur. Limbah pertanian panen seperti
namanya, limbah pertanian panen merupakan limbah yang dihasilkan ketika
panen sedang dilangsungkan. Beberapa contoh dari limbah pertanian panen
antara lain adalah jerami, batang padi dan juga sekam padi. Selain limbah
pertanian pra panen dan limbah pertanian panen, selanjutnya ada limbah
pertanian pasca panen. Limbah pertanian pasca panen merupakan limbah yang
dihasilkan setelah panen. Beberapa contoh dari limbah pertanian pasca panen
antara lain adalah kulit ternak potong potong dan jeroan ternak potong.

Secara umum, limbah- limbah mempunyai bentuk yang sama apabila dilihat
sari betiuknya. Tidak hanya limbah pertanian saja namun juga limbah yang
lainnya. Berdasar pada bentuknya, limbah pertanian ini dibedakan menjadi tiga
macam yaitu limbah padat, cair dan juga limbah gas.

Sesuai dengan namanya, yang dimaksud limbah pertanian padat adalah limbah
pertanian dari limbah pra panen, panen dan pasca panen maupun industri
pertanian yang mempunyai bentuk padat atau bisa dipegang. Limbah ini
sangat banyak dihasilkan dari pertanian. Sebagai contoh adalah sisa batang,
daun, ranting, maupun buah busuk yang tidak diambil manfaat atau hasil
utamanya lagi. Limbah padat pertanian ini biasanya bersifat organik, maka

IV - 5 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

seringkali dimanfaatkan untuk kepentingan- kepentingan tertentu seperti pakan


ternak, pupuk kompos, dan lain sebagainya. Oleh karena limbah ini biasanya
bersifat organik, maka untuk penanganannya sendiri tidak terlalu sulit karena
lebih ramah lingkungan. Meski demikian, penangan yang tepat harus dilaukan
mengingat limbah organik ini sangat mudah untuk busuk, sehingga jika tidak
ditangani akan sangat mudah menimbulkan bau yang tidak enak.

Selain limbah padat, pertanian juga menghasilkan limbah dalam bentuk cair.
Sesuai dengan namanya pula, limbah pertanian cair merupakan limbah yang
bentuknya cair. Ternyata bidang pertanian cukup banyak menghasilkan limbah
cair. Limbah cair dalam pertanian biasanya dihasilkan oleh air yang digunakan
untuk :
- Membersihkan bahan pangan serta peralatan pengolahan
- Menghanyutkan bahan- bahan yang tidak dikehendaki atau kotoran yang
menempel pada sayuran/ hasil panen, dan lain sebagainya
- Pupuk cair

Limbah cair yang dihasilkan dari pertanian banyak mengandung bahan- bahan
organik seperti karbohidrat, lemak dan protein, sehingga sangat mudah
membusuk serta menimbulkan masalah polusi udara atau bau dan juga polusi
air. Dengan demikian limbah pertanian cair harus ditangani dengan tepat
supaya tidak menimbulkan pencemaran udara maupun pencemaran air.

Selain limbah pertanian padat dan juga limbah pertanian cair, selanjutnya ada
limbah pertanian gas. Limbah pertanian gas merupakan limbah yang dihasilkan
kegiatan dan pengolahan pertanian yang memiliki bentuk gas. Limbah gas ini
dikeluarkan pada saat pengolahan hasil- hasil pertanian, misalnya gas yang
timbul berupa uap air pada proses pengurangan kadar air selama proses
pelayuan teh dan juga proses pengeringannya. Penanganan limbah pertanian
gas ini harus hati- hati dan dilakukan dengan jeli supaya tidak menimbulkan
pencemaran udara yang dekat dengan manusia, salah satu contohnya adalah
dengan memasang cerobong asap.

IV - 6 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Itulah beberapa macam limbah pertanian yang diklasifikasikan menurut waku


dan juga wujud atau bentuknya. Selain limbah pertanian yang telah disebutkan
di atas, ada pula limbah hasil industri pertanian. Limbah hasil industri pertanian
merupakan limbah yang dihasilkan dari proses industri pertanian. Beberapa
contoh limbah industri pertanian seperti molases pada pabrik gula dengan
bahan baku tebu. Jenis limbah padat dan gas tidak terlalu berpengaruh
terhadap pencemaran air sungai, tetapi limbah ini juga dapat masuk kedalam
sungai jika pengelolaannya tidak benar. Limbah cair dapat menjadi salah satu
faktor yang mencemari air sungai karna masuk kedalam jaringan air tanah atau
terbawa oleh aliran air yang mengalir di seluruh pertanian dan berakhir pada
sungai.

4.2. PELAKSANAAN SAMPLING

Pelaksaan sampling dilakukan di sepanjang sungai Cimauk di Kabupaten


Indramayu. Waktu pengambilan sampel dilakukan pada musim kemarau dan
lokasi pengambilan sampling direncanakan berjumlah 42 (empat puluh dua)
titik yang tersebar di sepanjang sungai Cimanuk yang melewati Kecamatan
Tukdana, Kecamatan Bangodua, Kecamatan Sukagumiwang, Kecamatan
Kertasemaya, Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Widasari, Kecamatan
Lohbener, Kecamatan Arahan, Kecamatan Sindang, Kecamatan Indramayu dan
Kecamatan Cantigi di Kabupaten Indramayu.

Metode pengambilan contoh uji merupakan pegangan atau cara dalam


pengambilan contoh air dilapangan untuk mendapatkan contoh yang mewakili
keberadaan aslinya yang akan digunakan untuk uji kualitas air. Pengambilan
contoh diperlukan alat yang memenuhi standar dan juga wadah untuk
penyimpanan sementara contoh yang akan diuji.

Waktu pengambilan contoh dilakukan pada pagi hari hingga sore hari sebelum
matahari terbenam. Pengambilan contoh dilakukan selama pagi hari karena

IV - 7 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

kondisi lapangan yang terang mempermudah proses pengambilan contoh.


Waktu pengambilan contoh tidak dianjurkan pada sore hingga malam hari
karena lokasi pengambilan contoh tidak memungkinkan untuk di lalui pada
waktu gelap hari.

Alat pengambil contoh harus memenuhi beberapa persyaratan. Alat ini harus
terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh dan memudahkan
contoh untuk dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan
tersuspensi di dalamnya. Alat pengambil contoh juga harus mudah dicuci dari
bekas contoh sebelumnya. Untuk kapasitas alat bergantung pada keperluan
pemeriksaan (1 – 5 liter). Keamanan dan kemudahan alat untuk dibawa ke
lapangan sangat dianjurkan.

Selain alat pengambil contoh, perlu disiapkan juga alat ukur yang dilakukan
dilapangan (in-situ), seperti DO meter, pH meter, thermometer, turbidimeter,
konduktimeter, dan alat pengukur debit. Sebelum digunakan alat-alat tersebut
harus dipastikan sudah terkalibrasi untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi
pada pembacaan alat.

Gambar 4. 2. (kiri) DO Meter ; (tengah) Turbidimeter ; (kanan) Salinity Meter

Contoh yang telah diambil akan disimpan dalam suatu wadah untuk dibawa ke
laboratorium uji contoh. Wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh
harus memenuhi persyaratan, diantaranya terbuat dari bahan gelas atau

IV - 8 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

plastik, dapat ditutup dengan kuat dan rapat, mudah dicuci, tidak mudah
pecah, tidak menyerap zat-zat kimia dari contoh, tidak melarutkan zat-zat kimia
ke dalam contoh, tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan
contoh. Sedangkan wadah contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dapat
disterilkan.

Kegiatan pengambilan contoh air sungai Cimanuk dilakukan pada titik yang
berada di sekitar jembatan dan perahu penyebrangan. Hal tersebut dilakukan
untuk memudahkan pengambilan sampel yang mewakili DAS Cimanuk. Kondisi
Lingkungan DAS Cimanuk ditulis pada berita acara yang sudah disiapkan
sebelumnya. Isi dalam berita acara meliputi kodisi umum pada titik
pengambilan contoh, identitas contoh (lokasi, GPS, nomor titik pantau), dan
hasil pengukuran in situ. Berikut merupakan kegiatan sampling yang telah
dilakukan dibeberapa titik sampel :

Gambar 4. 3. Pengambilan Sampel

IV - 9 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Adapun hasil pengukuran contoh di lapangan adalah :


Tabel 4.1 Hasil Pengukuran In Situ Sungai Cimanuk
Baku Mutu Kelas
Baku Mutu PP
3 (Pergub Jabar
No. Parameter Hasil Ukur No. 82 Tahun
No. 12 Tahun
2001
2013)
1. Temperatur (oC) 25 DEV 3 DEV 3
2. pH 8.25 5–9 6–9
3. DO (mg/l) 12.1 3 3
4. Salinitas (ppt) 0 - -
5. TDS (mg/l) 83 1000 1000
Electrical
6. 0.129 - -
Conductivity
7. Turbidity (NTU) 20.78 - -
Sumber : Hasil Pengukuran, 2016
Hasil pengukuran dilapangan yang sudah didapatkan dibandingkan dengan
baku mutu dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2013
tentang Baku Mutu Air dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Cimanuk,
Sungai Cilamaya, dan Sungai Bekasi, juga dalam Baku Mutu Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Setelah dibandingkan dengan baku mutu, diketahui bahwa nilai parameter DO
sebesar 12, 1 mg/l melebihi baku mutu sebesar 3 mg/l. Hal ini mungkin
dikarenakan banyaknya pembuangan limbah organik ke badan sungai yang
menyebabkan nilai oksigen yang meningkat. Untuk nilai pH danTDS pada titik
ini telah memenuhi baku mutu, bahkan untuk nilai TDS jauh dibawah nilai baku
mutu.

4.2.1. Parameter Uji Lapangan


Dari semua parameter uji terdapat beberapa parameter yang dilakukan di
lapangan (in situ). Terdapat 7 parameter yang pengukurannya dilakukan di
lapangan, yaitu:

1. Temperatur
Suhu tidak digunakan untuk mengevaluasi secara langsung air minum, air
permukaan, maupun air limbah. Pengukuran suuhu adalah salah satu

IV - 10 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

parameter penting pada sistem air permukaan. Suhu pada air permukaan
berpengaruh terhadap sejjumlah besar spesies biologi yang ada dan
kecepatan aktifitas mereka. Suhu mempunyai pengaruh pada banyak reaksi
kimia yang terjadi di system perairan alam. Suhu juga punya pengaruh
nyata pada kelarutan gas dalam air.

2. pH
pH (Puissance d’Hydrogen Scale) merupakan parameter untuk menyatakan
suatu
keasaman air, untuk menyatakan banyaknya ion H+ di dalam air, semakin
banyak ion H+ dalam air, semakin rendah pH air. Data pH sangat diperlukan
untuk mengetahui apakah air tersebut memenuhi persyaratan tertentu,
misalnya untuk air minum dipersyaratkan pH antara pH 6,5 – 8,5.

Metode yang umum dipakai dalam penentuan pH suatu larutan adalah


Electrode –
Potensiometri. Eletroda gelas mempunyai kemampuan untuk mengukur
konsentrasi H+ dalam air secara potensiometeri.

3. DO
DO sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand),
merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO
yang biasa diukur dalam bentuk konsentrasi menunjukkan jumlah oksigen
(O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar.
Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu
menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu
kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh
banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat
dianjurkan di samping parameter lain.

IV - 11 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-


komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki
kemampuan untuk beroksidasi dengan zat pencemar seperti komponen
organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga
diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob,
dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air,
mikroorganisme semakin giat menguraikan kandungan zat pencemar dalam
air.

Reaksi yang terjadi dalam penguraian tersebut adalah : (dengan bantuan


m.o)
Komponen Organik + O + nutrien  CO + H2O + Sel baru + nutrien +
energi

Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar
oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak
cukup menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan yang demikian
merupakan pencemaran berat pada air.

4. Salinitas
Salinitas air adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan
. Pengertian salinitas air yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar
garam yang terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas air ini
merupakan gambaran tentang padatan total di dalam air setelah semua
karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan
oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Pengertian salinitas
air yang lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat dalam
1000 gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada
umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada
air laut, KNO3 dan lain-lain.

IV - 12 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Salinitas air dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang


disebut dengan Refraktometer atau salinometer. Satuan untuk pengukuran
salinitas air adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (o/oo). Nilai
salinitas air untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt, perairan
payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara
30–35 ppt.

5. TDS (Total Dissolved solids)


Total Dissolved solids atau “benda padat yang terlarut” yaitu semua mineral,
garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk semua yang
terlarut diluar molekul airmurni (H2O). Secara umum, konsentrasi benda-
benda padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan anion didalam air.
TDS terukur dalam satuan Parts per Million (ppm) atau perbandingan rasio
berat ion terhadap air.

Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak
tersaringdengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm.
Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang
terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya
TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di
perairan.Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun,
deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah
tangga dan industri pencucian.

6. Electrical Conductivity / Daya Hantar Listrik


DHL adalah kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik, hal ini
disebabkan karena adanya mineral yang terlarut dalam air yang terionisasi.
Ion –ion tersebut di dalam air berkemapuan untuk menghantarkan arus
listrik.

Tujuan dari pengukuran konduktivitas adalah untuk mengetahui banyak ion


– ion yang

IV - 13 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

terlarut dalam air atau banyak mineral yang terlarut. Parameter ini penting
untuk memprediksikan kandungan mineralnya, semakin tinggi
kandungannya, maka akan semakin tinggi nilai DHL-nya. Batas waktu
maksimum pengukuran yang direkomendasikan adalah 28 hari.

Pemilihan parameter diatas menjadi parameter dengan proses pengukuran in-


situ atau ditempat karena hasil ukur dari parameter diatas dapat berubah
sewaktu-waktu dan lebih tepatnya tujuan dari pengukuran di tempat ini adalah
untuk memperoleh gambaran yang mendekati kondisi lingkungan perairan
yang sebenarnya dan hasil ukurnya dapat langsung dibandingkan dengan baku
mutu yang ada.

7. Turbidity / Kekeruhan
Kekeruhan dalam air tanah biasanya disebakan karena adanya zat padat
yang tersuspensi yang bersifat anorganik dan organic sedangkan zat
organic. Kekeruhan dalam air disebabkan oleh zat-zat yang tersuspensi
(tidak larut).
• Sumber kekeruhan dalam air dapat berasal dari berbagai kegiatan
manusia, seperti kegiatan pertanian, pertambangan terbuka, sehingga
banyak tanah yang terbawa oleh aliran air hujan.

• Partikel-partikel yang tersuspensi tersebut dapat berupa senyawa


organic yang berasal dari pelapukan tanaman atau hewan dan zat
anorganik yang biasanya berasal dari lapisan batuan ataupun logam,
yang dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan, estetika dan proses
desinfeksi.

Untuk pengukuran kekeruhan dalam air, selain menggunkan alat


turbidimeter helliege dapat juga dengan alat-alat spesifik lainnya. Untuk
setiap alat turbidimeter selalu dilengkapi dengan cara penggunaannya.
Satuan kekeruhan dalam air dapat dinyatakan dengan satuan mg/l SiO2,
NTU (Nephelometric Turbidity Units), FTU (Formazin Turbidity Units), JTU

IV - 14 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

(Jackson Turbidity Units). Untuk setiap alat turbidimeter harus dilengkapi


dengan standar kekeruhan. Batas waktu pengukuran yang masih
direkomendasi adalah 24 jam dengan penyimpanan dalam ruang gelap dan
dingin. Jika contoh air terlalu lama makan akan terjadi perubahan kekruhan
dalam air akibat sedimentasi dan sebagainya.

4.2.2. Parameter Uji Laboratorium


Contoh yang telah didapatkan, diuji di laboratorium untuk dilakukan analisa
agar diketahui nilai mutu air. Berikut merupakan parameter-parameter yang
diujikan untuk contoh uji air DAS Cimanuk Kabupaten Indramayu:

1. Total Suspended Solid (TSS)


Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat
dalam contoh uj air dan air limbah secara gravimetri. Metode ini tidak
termasuk penentuan bahan yang mengapung, padatan yang mudah
menguap dan dekomposisi garam mineral.

Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah
ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai
mencapai berat konstan pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan
berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan
tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter
pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji.
Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut
total dan padatan total.

2. BOD
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri selama
penguraian senyawa organik pada kondisi aerobik. Dalam hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa senyawa organik merupakan makanan bagi bakteri.
Parameter BOD digunakan untuk menentukan tingkat pencemar oleh
senyawa organik yang dapat diuraikan oleh bakteri. Percobaan BOD adalah

IV - 15 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

peruji hayati (bioassay). Metode yang dapat digunakan dalam pengukuran


BOD antara lain dengan Metode Titrasi Permanganat, Winkler, dan Titrasi
Iodometri.

Pengukuran BOD terdiri dari pengenceran sampel, inkubasi selama 5 hari


pada suhu 20°C dan pengukuran oksigen terlarut sebelum dan sesudah
inkubasi. Penurunan oksigen terlarut selama inkubasi menunjukkan
banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh sampel air. Oksigen terlarut
dianalisa dengan menggunakan metode Winkler.

3. COD
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
senyawa organik dalam air, sehingga parameter COD mencerminkan
banyaknya senyawa organik dalam air yang dapat dioksidasi secara kimia.
Oksidator yang umum digunakan adalah Kalium dikromat. Metode yang
umum digunakan dalam penentuan COD adalah Metode Titrimetri dengan
Closed Reflux.

Senyawa organik dalam air dioksidasi oleh larutan Kalium dikromat dalam
suasana Asam Sulfat pada temperature sekitar 150°C. Kelebihan Kalium
dikromat dititrasi oleh larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) dengan
indicator Ferroin.

4. Minyak dan Lemak


Metoda ini untuk menentukan minyak dan lemak dalam contoh uji air dan air
limbah secara gravimetri. Metoda ini termasuk penanganan emulsi tertentu,
zat yang tidak menguap, zat lain yang terekstraksi oleh pelarut dari contoh
uji yang diasamkan seperti senyawa belerang, pewarna organik tertentu dan
klorofil.

Metoda ini tidak dapat digunakan untuk mengukur fraksi yang mempunyai
titik didih lebih kecil dari 70oC bila menggunakan pelarut

IV - 16 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

trichlorotriflouroethane atau bila menggunakan pelarut campuran n-hexana


dengan methyl tert buthyl ether (80 : 20) pada titik didih di bawah 85ºC.

Prinsip dari enetapan minyak dan lemak adalah minyak dan lemak dalam
contoh uji air diekstraksi dengan pelarut organik dalam corong pisah dan
untuk menghilangkan air yang masih tersisa digunakan Na2SO4 anhidrat.
Ekstrak minyak dan lemak dipisahkan dari pelarut organik secara destilasi.
Residu yang tertinggal pada labu destilasi ditimbang sebagai minyak dan
lemak.

5. Detergen (MBAS)
Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar surfaktan anionik dalam air
dan air limbah secara biru metilen dan diukur menggunakan
spektrofotometer dengan kisaran kadar 0,025 mg/L sampai 2,0 mg/L pada
panjang gelombang 652 nm.

Surfaktan anionik bereaksi dengan biru metilen membentuk pasangan ion


berwarna biru yang larut dalam pelarut organik. Intensitas warna biru yang
terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 652
nm. Serapan yang terukur setara dengan kadar surfaktan anionik.

6. Ammonia (NH3-N)
Ammonia adalah bahan kimia dengan formula kimia NH3. Yang mempunyai
bentuk segi tiga. Titik leburnya ialah -75 °C dan titikdidihnya ialah -33.7 °C.
Pada suhu dan tekanan yang tinggi, ammonia adalah gas yang tidak
mempunyai warna dan lebih ringan daripada udara. 10% larutan ammonia
dalam airmempunyai pH 12.

Ammonia cair terkenal dengan sifat mudah larut. Ia dapat melarutkan logam
alkali dengan mudah untuk membentuk larutan yang berwarna dan
dapat mengalirkan elektrik dengan baik. Ammonia dapat larut dalam air.
Larutan ammonia dengan air mengandung sedikit ammonium hidroksida

IV - 17 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

(NH4OH). Ammonia tidak menyebabkan kebakaran, dan tidak akan terbakar


kecuali dicampur dengan oksigen. Nyala ammonia apabila terbakar adalah
hijau kekuningan. Dan meletup apabila dicampur dengan udara.

Ammonia dapat digunakan untuk pembersih, pemutih dan mengurangi bau


busuk. Larutan pembersih yang dijual kepada konsumen menggunakan
larutan ammonia hidroksida cair sebagai pembersih utama. Tetapi, dalam
penggunaanya haruslah berhati-hati karena penggunaan untuk jangka
waktu yang lama dapat mengganggu pernafasan. Amonia umumnya bersifat
basa (pKb=4.75), namun dapat juga bertindak sebagai asam yang amat
lemah (pKa=9.25).

NH4+ dalam suasana basa ditambahkan pereaksi nessler membentuk


senyawa kompleks yang berwarna Kuning sampai Coklat, insensitas warna
diukur absorbannya pada panjang gelombang 420 nm.

7. Nitrit (NO2-N)
Metode ini digunakan untuk penentuan nitrit, NO2_N dalam air dan air
limbah secara spektrofotometri pada kisaran kadar 0,01 mg/L sampai
dengan 1,00 mg/L NO2_N. Jika menggunakan kuvet 1 (satu) cm dalam
penetuan kadar nitrit, NO2_N dapat diperoleh kadar sampai dengan 0,18
mg/L NO2_N. Untuk meningkatkan ketelitian pembacaan dapat digunakan
kuvet yang lebih panjang lintasannya (5 cm atau 10 cm). Metode ini
digunakan untuk contoh uji air yang tidak berwarna.

Nitrit dalam suasana asam pada pH 2,0 – 2,5 akan bereaksi dengan
sulfanilamid (SA) dan N- (1-naphthyl) ethylene diamine dihydrochloride
(NED dihydrochloride) membentuk senyawa azo yang berwarna merah
keunguan. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya secara
spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 543 nm.

IV - 18 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

8. Nitrat (NO3-N)
Cara Uji pengujian ini digunakan untuk menentukan kadar nitrat (NO3-N)
dalam air dan air limbah secara spektrofotometri menggunakan kolom
reduksi kadmium dengan kisaran pengukuran 0,01 mg sampai 1,0 mg NO3--
N/L dengan tebal kuvet (path length) 1 cm atau lebih, pada panjang
gelombang 543 nm.

Senyawa nitrat dalam contoh uji direduksi menjadi nitrit oleh kadmium (Cd)
yang dilapisi dengan tembaga (Cu) dalam suatu kolom. Nitrit total yang
terbentuk bereaksi dengan sulfanilamid dalam suasana asam menghasilkan
senyawa diazonium. Senyawa diazonium kemudian bereaksi dengan N-(1-
naphthyl)-ethylenediamine dihydrochloride (NED) yang berwarna merah
muda. Senyawa azo ini ekivalen dengan senyawa diazonium yang ekivalen
dengan nitrit total. Warna merah diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang disekitar 543 nm.

Untuk menentukan nitrit dalam contoh uji dengan nitrit yang berasal dari
hasil reduksi nitrat dilakukan penetapan nitrit tanpa melewatkan contoh uji
pada kolom reduksi kadmium. Kadar nitrat diperoleh dengan mengkoreksi
hasil total nitrit yang didapat dari hasil reduksi dengan hasil nitrit yang
diperoleh tanpa melewati kolom reduksi kadmium

9. Nitrogen Organik
Nitrogen organik berupa protein, asam amino, dan urea. Sumber nitrogen
organik di perairan berasal dari proses pembusukan makhluk hidup yang
telah mati, karena protein dan polipeptida terdapat pada semua makhluk
hidup sedangkan sumber antropogenik (akibat aktivitas manusia) adalah
limbah industri dan limpasan dari daerah pertanian, kegiatan perikanan, dan
limbah domestik.

IV - 19 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

Nitrogen organis (N total) adalah jumlah N organis dan N amoniak bebas.


Analisa N organis umumnya hanya dilaksanakan pada sampel air yang
diduga mengandung zat organis. Jika dikalikan faktor konversi nilai N total
bisa dinyatakan sebagai kandungan protein zat organik

10. Nitrogen Total


Nitrogen dalam contoh dihidrolisis dengan asam sulfat membentuk senyawa
ammonium sulfat. Nitrat dengan asam salisilat membentuk nitrosalisilat,
kemudian direduksi dengan natrium tiosulfat membentuk senyawa
ammonium. Suling senyawa ammonium dalam suasana alkali, tampung hasil
sulingan asam borat. Titrasi dengan larutan asam sulfat sampai warna hijau
berubah menjadi merah jambu.

11. Fosfat (PO4-P) dan Total Fosfat


Fosfat terdapat di air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat dan
senyawa organic. Ortofosfat adalah senyawa monomer seperti H2PO42-,
HPO42-, dan PO42-, sedangkan polifosfat merupakan senyawa polimer
seperti (PO3)63-(heksametafosfat), P3O105- (tripolifosfat) dan P2O74-
(pirofosfat). Fosfat organik adalah fosfo (P) yang terikat dengan senyawa-
senyawa organic sehingga tidak berada dalam laruatn secara bebas. Dalam
air, fosfor merupakan unsur yang sangat penting dan sering menimbulkan
permasalahan lingkungan. Fosfor termasuk salah satu dari beberapa unsur
essensial untuk pertumbuhan ganggang dalam air. Pertumbuhan ganggang
yang berlebihan dapat menyebabkan turunnya kualitas air suatu perairan.
Sumber fosfor adalah limbah industri, hanyutan dari pupuk, limbah
domestik, hancurnya bahan organik, dan mineral fosfor.

Kenaikan konsentrasi fosfat dalam suatu perairan menunjukkan adanya zat


pencemaran dalam perairan tersebut berupa senyawa-senyawa fosfor.
Senyawa-senyawa fosfor tersebut dalam bentuk fosfat organic atau
polifosfat. Beberapa ahli berpendapat bahwa kadar fosfat dalam danau tidak
boleh melebihi 0,015 ppm, jika harga ini dilampaui, maka ganggang akan

IV - 20 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

tumbuh subur. Sebaliknya bila kadar pada air alam sangat rendah (<0,01
ppm) pertumbuhan tanaman dan ganggang akan terhalang, keadaan ini
dinamakan oligrotop. Analisis fosfat meliputi analisis ortofosfat, analisis
polifosfat dan analisis total fosfat (total P).

Total P = P.organik + P.poli + P. Orto

12. Sulfat
Metode ini digunakan untuk penentuan sulfat, SO42- dalam air dan air
limbah secara turbidimetri pada kisaran 1 mg/L sampai dengan 40 mg/L
pada panjang gelombang 420 nm.

Ion sulfat bereaksi dengan barium klorida dalam suasana asam akan
membentuk suspensi barium sulfat dengan membentuk kristal barium sulfat
yang sama besarnya diukur dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 420 nm.

Reaksi: SO42- + BaCl2  BaSO4 + 2Cl-

13. Fenol
Metode ini digunakan untuk penentuan kadar fenol dalam air dan air limbah
menggunakan aminoantipirin dengan alat spektrofotometer. Kadar fenol
yang di ukur antara 0,005 mg/L sampai dengan 0,1 mg/L menggunakan
panjang gelombang 460 nm dan untuk kadar fenol lebih besar dari 0,1 mg/L
menggunakan panjang gelombang 500 nm.
Semua fenol dalam air akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin pada pH 7,9
± 0,1 dalam suasana larutan kalium ferri sianida akan membentuk warna
merah kecoklatan dari antipirin. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 460 nm atau 500 nm.

IV - 21 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu
LAPORAN AKHIR

14. E coli
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator
ada tidaknya polusi kotoran maupun kondisi yang tidak baik terhadap air,
makanan,, susu, dan produk lainnya. Coliform mempunyai ciri-ciri yaitu
bentuk batang, merupakan bakteri gram negatif, tidak membentuk spora,
aerobik atau anaerobik fakultatif yang memfermentasikan laktosa dengan
menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam dan suhu 35ºC. Adanya
bakteri Coliform pada air menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang
bersifat enteropatogenik dan atau toksikgenik yang berbahaya bagi
kesehatan.Untuk itu penting dilakukannya uji kualitas air. Salah satu metode
yang dapat digunakan yaitu metode MPN. Metode MPN merupakan salah
satu metode perhitungan secara tidak langsung. Uji ini mendeteksi sifat
fermentatif coliform dalam sampel.

IV - 22 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

BAB 5 PERHITUNGAN DAN ANALISA

5.1. KUALITAS AIR SUNGAI


Hasil pengamatan menunjukkan masukkan limbah mempengaruhi besarnya
konsentrasi pada setiap parameter hasil pengujian sampel. Pada hasil
analisis menggunakan metoda Neraca Massa, nilai parameter terukur telah
di bagi menjadi 3 bagian besar yaitu ungai Cimanuk segmen 4A, segmen
4B dan segmen 4C di Kabupaten Indramayu. Hal ini dilakukan untuk
melihan apakah ada efek dari perbedaan tata ruang wilayah sekitar DAS
Cimanuk segmen 4A, 4B dan 4C Kabupaten Indramayu pada setiap
parameter. Dari seluruh parameter hasil uji sampel didapatkan beberapa
parameter yang nilai hasil analisisnya ada yang tidak sesuai/memenuhi
standar baku mutu dan sesuai/memenuhi baku mutu PP No 82 Tahun 2001
Kelas III Tentang Pengelolaan Kualitas Air. Parameter tersebut adalah
BOD, Nitrit (NO2-N), Belerang sebagai H2S dan Deterjen (MBAS).

Parameter BOD memiliki nilai nilai CR (konsentrasi rata-rata konstituen


untuk aliran gabungan) secara berurut berdasarkan segmen 4A, 4B dan 4C
sebesar 6,248106 mg/L; 7,718202 mg/L; 8,349842 mg/L dengan nilai baku
mutu 6 mg/L, oleh sebab itu nilai/kandungan Beban Pencemar (BP) dari
BOD di aliran Sungai Cimanuk segmen 4 Kabupaten Indramayu pada
analisis segmen 4A, 4B dan 4C dinyatakan tidak sesuai dengan baku mutu.
Parameter Nitrit (NO2-N) memiliki nilai CR secara berurut berdasarkan
segmen 4A, 4B dan 4C sebesar 0,0834 mg/L; 0,2562 mg/L dan 0,0025 mgL
dengan nilai baku mutu 0,06 mg/L, oleh sebab itu nilai/kandungan BP dari
Nitrit di aliran Sungai Cimanuk segmen 4 Kabupaten Indramayu pada
analisis segmen 4A dan 4B tidak sesuai dengan baku mutu sedangkan pada
analisis segmen 4C nilai parameter Nitrit masih di bawah standar baku

V-1|Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

mutu. Parameter Belerang sebagai H2S secara berurut berdasarkan 3


bagian besar yaitu segmen A, B dan C memiliki nilai CR sebesar 0,0031
mg/L; 0,0051 mg/L dan 0,0025 mg/L dengan nilai baku mutu 0,002 mg/L,
oleh sebab itu nilai/kandungan BP dari parameter Belerang di aliran Sungai
Cimanuk segmen 4 Kabupaten Indramayu tidak sesuai dengan baku mutu.
Parameter Deterjen (MBAS) secara berurut berdasarkan 3 bagian besar
yaitu segmen 4A, 4B dan 4C memiliki nilai CR sebesar 0,3297 mg/L; 0,2481
mg/L dan 0,2958 mg/L dengan nilai baku mutu 0,2 mg/L, oleh sebab itu
nilai/kandungan BP dari parameter Deterjen di aliran Sungai Cimanuk
segmen 4 Kabupaten Indramayu tidak sesuai dengan baku mutu. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 5. 1. Nilai Analisis Parameter pada Setiap Segmen 4A, 4B dan 4C Menggunakan
Metode Neraca Massa

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2018

Penjelasan diatas merupakan hasil pengolahan analisis neraca massa yang


dibagi menjadi 3 bagian/segmen. Untuk keseluruhan sungai Cimanuk

V-2|Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

segmen 4 Kabupaten Indramayu didapatkan hasil yang tertera pada tabel


dibawah;

Tabel 5. 2 Nilai Analisis Parameter dengan Metode Neraca Massa

PARAMETER SATUAN BAKU MUTU METODA ACUAN


NO X CR
Parameter Unit Specification Method of Reference
FISIKA
1 TSS mg/L 400 SNI 06-6989.3-2004 8789.97 4.56271986

KIMIA
2 BOD5 mg/L 6 SNI 6989.72:2009 14580.9 7.56871261

3 COD mg/L 50 SNI 6989.2:2009 44086.6 22.8845535

4 Total Fosfat Sebagai P mg/L 1 APHA 4500 P-D-2012** 542.821 0.28176902

5 Nitrat (NO3-N) mg/L 20 SNI 6989.79:2011 1558.23 0.80885086

6 Amonia (NH3-N) mg/L - SNI 06-6989.30-2005 157.022 0.08150752

7 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 SNI 06-6989.9-2004 240.319 0.12474555

8 Belerang sebagai H2S mg/L 0.002 SNI 6989.70:2009 6.73299 0.00349498

9 Minyak Dan Lemak mg/L 1 SNI 6989.10:2011 1810.89 0.94

10 Deterjen (MBAS) mg/L 0.2 SNI 06-6989.51-2005 561.035 0.29122343

11 Fenol mg/L 0.001 SNI 06-6989.21-2004 0.47599 0.00024708

SK Gub KDH Tk I Jabar


12 Nitrogen Total mg/L -
No 6 Thn 1999***
1972.35 1.02381396

MIKROBIOLOGI
13 E.Coli Jml/100 mL - APHA 9221 F 61895.6 32.128923
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2018

Pada tabel diatas diketahui bahwa untuk keseluruhan sungai Cimanuk


segmen 4 wilayah Kabupaten Indramayu nilai parameter yang melampaui
baku mutu adalah BOD, nitrit, belerang, dan detergen. Nilai CR dari setiap

V-3|Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

parameter adalah 7,568713 mgL untuk BOD, 0.1244 mg/L untuk nitrit,
0.0035 mg/L untuk belerang, dan 0.2885 mg/L untuk detergen. Parameter
beban pencemar yang sudah melampaui baku mutu menandakan bahwa
effluen tersebut tidak dapat ditambahkan lagi ke badan air karena dapat
mempengaruhi kemampuan pemulihan air (self-purification).

Hasil analisis menggunakan Metoda STORET untuk hasil pengukuran setiap


parameter telah di bagi menjadi 3 bagian besar yaitu segmen 4A, segmen4
B dan segmen 4C. Pada Sungai Cimanuk segmen 4A Kabupaten Indramayu
memiliki total nilai skor yang merupakan nilai maksimum parameter kimia
yaitu BOD yang tidak sesuai dengan baku mutu mendapatkan skor -4. Nilai
hasil pengukuran maksimum untuk parameter Nitrit yang tidak sesuai
dengan baku mutu mendapatkan nilai skor -4. Nilai hasil pengukuran
maksimum untuk parameter kimia yaitu Belerang yang tidak memenuhi
baku mutu mendapatkan skor -4. Nilai hasil pengukuran maksimum dan
rata-rata dari parameter kimia Deterjen yang tidak memenuhi baku mutu
mendapatkan nilai -4. Total untuk seluruh nilai hasil analisis Storet untuk
sungai Cimanuk segmen 4A Kabupaten Indramayu adalah -16 yang memiliki
status mutu kelas air C atau Cemar Sedang.

Pada Sungai Cimanuk segmen 4B Kabupaten Indramayu memiliki total nilai


skor yang merupakan nilai maksimum dari parameter kimir yaitu BOD yang
tidak sesuai dengan baku mutu mendapatakan skor -4. Nilai hasil
pengukuran untuk nilai maksimum, minimum dan rata-rata parameter kimia
yaitu Nitrit yang tidak sesuai dengan baku mutu mendapatkan nilai skor
secara berurut sebesar -4, -4 dan -12. Nilai hasil pengukuran maksimum
untuk parameter kimia yaitu Belerang yang tidak memenuhi baku mutu
mendapatkan skor -4. Nilai hasil pengukuran maksimum dari parameter
kimia Deterjen yang tidak memenuhi baku mutu mendapatkan nilai -4. Total
untuk seluruh nilai hasil analisis Storet untuk sungai Cimanuk segmen 4B
Kabupaten Indramayu adalah -32 yang memiliki status mutu kelas air D
atau Cemar Berat.

V-4|Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

Pada Sungai Cimanuk segmen 4C Kabupaten Indramayu memiliki total nilai


skor yang merupakan nilai maksimum parameter kimia yaitu BOD yang
tidak sesuai dengan baku mutu mendapatkan skor -4. Nilai hasil
pengukuran maksimum untuk parameter kimia yaitu Nitrit yang tidak sesuai
dengan baku mutu mendapatkan nilai skor -4. Nilai hasil pengukuran
maksimum untuk parameter kimia yaitu Belerang yang tidak memenuhi
baku mutu mendapatkan skor -4. Nilai hasil pengukuran maksimum dari
parameter kimia Deterjen yang tidak memenuhi baku mutu mendapatkan
nilai -4. Total untuk seluruh nilai hasil analisis Storet untuk segmen 4C
sungai Cimanuk segmen 4 Kabupaten Indramayu adalah -16 yang memiliki
status mutu kelas air C atau Cemar Sedang. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut;

V-5|Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

Tabel 5. 3 Hasil Perhitungan Menggunakan Metode STORET


PARAMETER SATUAN BAKU MUTU METODA ACUAN HASIL PENGUKURAN
NO SKOR
Parameter Unit Specification Method of Reference Maksimum Minimum Rata-rata
FISIKA
1 TSS mg/L 400 SNI 06-6989.3-2004 5 4 2.2619 0
KIMIA
2 BOD5 mg/L 6 SNI 6989.72:2009 11.5 2.58 7.0844 -16
3 COD mg/L 50 SNI 6989.2:2009 33.1303 8.3761 21.5923 0
4 Total Fosfat Sebagai P mg/L 1 APHA 4500 P-D-2012** 0.8922 0.0136 0.2544 0

5 Nitrat (NO3-N) mg/L 20 SNI 6989.79:2011 2.0093 0.2736 0.8030 0


Amonia (NH3-N)
6 mg/L - SNI 06-6989.30-2005 0.1932 0.0052 0.0775

7 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 SNI 06-6989.9-2004 0.3832 0.0115 0.1263 -16

8 Belerang sebagai H2S mg/L 0.002 SNI 6989.70:2009 0.016 0.0013 0.0033 -16
9 Minyak Dan Lemak mg/L 1 SNI 6989.10:2011 0.94 0.94 0.9400 0
10 Deterjen (MBAS) mg/L 0.2 SNI 06-6989.51-2005 0.8707 0.0181 0.2842 -16
11 Fenol mg/L 0.001 SNI 06-6989.21-2004 0.0005 0.00018 0.0002 0
SK Gub KDH Tk I Jabar No 6
12 Nitrogen Total mg/L - 2.2347 0.4605 0.8829
Thn 1999***
MIKROBIOLOGI
13 E.Coli Jml/100 mL - APHA 9221 F 48 20 32.0357
Jumlah -64
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2018 Kelas C
Cemar Ringan

V-6|Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

Beberapa parameter diatas yang tidak memenuhi baku mutu merupakan


limbah yang berasal dari kegiatan/aktivitas manusia. Nilai/kandungan Nitrit
ada dalam air sungai berasal dari limbah pertanian, perkebunan, industri
kecil dan limbah domestik. Perairan alami mengandung Nitrit sekitar 0,001
mg/L dan sebaiknya tidak melebihi baku mutu yaitu 0,06 mg/L. Pada
kondisi wilayah di Kabupaten Indramayu, terutama Kecamatan yang berada
di sekitar/bantaran sungai Cimanuk segmen 4 Kabupaten Indramayu yang
merupakan penyumbang terbesar dalam limbah Nitrit adalah daerah
permukiman. Kecamatan yang wilayahnya di dominasi oleh daerah
permukiman adalah Kecamatan Tukdana, Kecamatan Sukagumiwang,
Kecamatan Bangodua, Kecamatan Kertasemaya, Kecamatan Jatibarang,
Kecamatan Widasari, Kecamatan Lohbener, Kecamatan Indramayu,
Kecamatan Arahan, Kecamatan Sindang dan Kecamatan Cantigi. Seluruh
kecamatan ini memiliki nilai masing-masing dalam menyumbang nitrit ke
dalam sungai tergantung dari luas wilayah dan jumlah kawasan pertanian,
perkebunan, industri kecil dan permukiman.

Parameter kedua, yaitu Belerang yang berasal dari air limbah pertanian,
perkebunan, industri kecil dan limbah domestik. Biasanya adanya
kandungan belerang dapat diketahui dari ciri air yang mengeluarkan gas
berbau busuk yang di sebabkan oleh gas sulfur yang menguap dari air ke
atmosfer pada pH rendah. Sisa-sisa bahan organik yang membusuk
biasanya menjadi faktor utama dari penyumbang gas Belerang terutama
limbah domestik hasil kegiatan rumah tangga. Pada kondisi wilayah di
Kabupaten Indramayu, terutama Kecamatan yang berada di
sekitar/bantaran sungai Cimanuk segmen 4 Kabupaten Indramayu yang
merupakan penyumbang terbesar dalam limbah gas Belerang adalah daerah
permukiman. Kecamatan yang wilayahnya di dominasi oleh daerah
permukiman adalah Kecamatan Tukdana, Kecamatan Sukagumiwang,
Kecamatan Bangodua, Kecamatan Kertasemaya, Kecamatan Jatibarang,
Kecamatan Widasari, Kecamatan Lohbener, Kecamatan Indramayu,
Kecamatan Arahan, Kecamatan Sindang dan Kecamatan Cantigi. Seluruh

V-7|Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

kecamatan ini memiliki nilai masing-masing dalam menyumbang gas


Belerang ke dalam sungai tergantung dari luas wilayah dan jumlah kawasan
industri dan permukiman.

Parameter terakhir yang melebihi baku mutu merupakan parameter


Deterjen. Parameter ini berasal dari limbah pertanian, perkebunan, industri
kecil dan limbah domestik terutama kegiatan cuci yang hasil akhirnya
merupakan cairan yang mengandung sabun. Pada kondisi wilayah di
Kabupaten Indramayu, terutama Kecamatan yang berada di
sekitar/bantaran sungai Cimanuk segmen 4 Kabupaten Indramayu yang
merupakan penyumbang terbesar dalam limbah Deterjen adalah daerah
permukiman. Kecamatan yang wilayahnya di dominasi oleh daerah
permukiman adalah Kecamatan Tukdana, Kecamatan Sukagumiwang,
Kecamatan Bangodua, Kecamatan Kertasemaya, Kecamatan Jatibarang,
Kecamatan Widasari, Kecamatan Lohbener, Kecamatan Indramayu,
Kecamatan Arahan, Kecamatan Sindang dan Kecamatan Cantigi. Seluruh
kecamatan ini memiliki nilai masing-masing dalam menyumbang gas
Belerang ke dalam sungai tergantung dari luas wilayah dan jumlah kawasan
pertanian, perkebunan, industri kecil dan permukiman.

Beberapa parameter yang kandungannya melewati atau tidak sesuai


dengan baku mutu yang ada membuat kualitas air sungai menjadi
menurun. Kualitas air yang menurun memiliki efek samping terhadap segala
mahkluk hidup bahkan jenis usaha yang menggunakan air sebagai
bahandasar keberlangsungan hidup atau proses produksinya. Kualitas air
yang menurun membuat air tersebut tidak layak untuk digunakan untuk
kegiatan normal manusia. Jika tetap dipaksakan, maka akan menimbulkan
efek samping terhadap penggunanya. Kandungan Nitrit yang berlebih pada
perairan tentu memiliki efek samping terhadap pengguna air tersebut.
Beberapa penyakit timbul akibat penggunaan air yang kualitasnya tidak
memenuhi baku mutu. Salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh air yang
tercemar oleh Nitrit adalah Methemoglobinemia atau penyakit darah coklat.

V-8|Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

Methemoglobinemia (atau methaemoglobinaemia) adalah gangguan yang


ditandai oleh adanya methemoglobin (metHb) yang lebih tinggi dari tingkat
normal dalam darah. Methemoglobin adalah bentuk hemoglobin teroksidasi
yang memiliki afinitas yang meningkat untuk oksigen, sehingga mengurangi
kemampuan untuk melepaskan oksigen ke jaringan. Penyakit ini di
sebabkan oleh konsentrasi nitrit yang tinggi dalam air. Jika pada ternak
seperti ikan, Methemoglobinemia terjadi karena masuknya nitrit ke insang
menyebabkan kemoglobin teroksidasi menjadi methemoglobin. Sehingga sel
darah merah tidak memiliki kemampuan untuk membawa oksigen. Gejala
methemoglobimia diantaranya ikan sulit bernafat, lemas, meloncat ke
permukaan air atau berkumpul di saluran pemasukan air, dan insang
berwarna merah kecoklatan.

Kandungan Belerang pada air yang tidak sesuai dengan baku mutu juga
memiliki efek samping terhadap makhluk hidup. Gas hidrogen sulfida (H 2S)
dapat menimbulkan efek kesehatan yang bervariasi tergantung dari durasi
paparan. Paparan berulang dapat menyebabkan efek kesehatan yang
terjadi pada tingkat yang sebelumnya ditoleransi tanpa efek apapun. Pada
konsentrasi rendah dapat mengiritasi mata, hidung, tenggorokan dan
sistem pernapasan (misalnya, mata terbakar atau robek, batuk, sesak
napas). Penderita asma mungkin mengalami kesulitan bernapas. Efek dapat
ditunda selama beberapa jam, atau kadang-kadang beberapa hari, ketika
bekerja dalam konsentrasi tingkat rendah. Berulang-kali atau
berkepanjangan eksposur dapat menyebabkan radang mata, sakit kepala,
kelelahan, lekas marah, insomnia, gangguan pencernaan dan penurunan
berat badan. Konsentrasi moderat bisa menyebabkan mata lebih parah dan
iritasi pernapasan (termasuk batuk, kesulitan bernapas, akumulasi cairan di
paru-paru), sakit kepala, pusing, mual, muntah, mengejutkan dan
rangsangan.

Kandungan Deterjen pada air yang melebihi baku mutu memiliki efek
samping terhadap mahkluk hidup. Kemampuan deterjen untuk

V-9|Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu


Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau objek lain,
mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi.
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen
dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun
lingkungan. Umumnya deterjen yang digunakan sebagai pencuci
pakaian/laundry merupakan deterjen anionik karena memiliki daya bersih
yang tinggi. Pada deterjen anionik sering ditambahkan zat aditif lain
(builder) seperti golongan ammonium kuartener (alkyldimetihylbenzyl-
ammonium cloride, diethanolamine/ DEA), chlorinated trisodium phospate
(chlorinated TSP) dan beberapa jenis surfaktan seperti sodium lauryl sulfate
(SLS), sodium laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl benzene sulfonate
(LAS). Golongan ammonium kuartener ini dapat membentuk senyawa
nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat
menyebabkan kanker. Senyawa sodium lauryl sulfate (SLS) diketahui
menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan dan
penyebab katarak pada mata orang dewasa. Selain itu pencemaran akibat
deterjen mengakibatkan timbulnya bau busuk. Bau busuk ini berasal dari
gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik
lanjutan oleh bakteri anaerob.

Beberapa efek samping dan penyakit yang ditimbulkan akibat kualitas air
yang memburuk dapat dijadikan suatu acuan oleh pihak pemerintah dalam
rencana tata ruang wilayah di Kabupaten Indramayu terutama kecamatan
yang berdampak langsung terhadap kualitas buruk air sungai Cimanuk
segmen 4 Kabupaten Indramayu. Parameter Nitrit, Belerang dan Deterjen
merupakan parameter yang pasti dihasilkan oleh limbah domestik dari
daerah permukiman. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis Metoda Neraca
Massa dan STORET yang telah di bagi 3 (tiga) segmen. Segmen A dan B
dicemari oleh parameter Nitrit (NO2-N), Belerang sebagai H2S dan Deterjen
(MBAS) dengan kelas sungai adalah Cemar Berat dan pada segmen C aliran
sungai hanya di cemari oleh BOD, Belerang sebagai H2S dan Deterjen

V - 10 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

(MBAS) dengan kelas sungai adalah Cemar Sedang. Adanya perubahan


tingkat pencemaran dikarenakan adanya perbedan tata guna lahan seperti
pada segmen C, daerah yang mendominasi adalah pertanian dan
perkebunan dibandingkan dengan segmen A dan B lebih di dominasi oleh
permukiman. Pengendalian pencemaran ini dapat di perbaiki dengan
adanya rekomendasi tata ruang wilayah.

Disarankan kepada Dinas PSDA dan PDAM Kabupaten Indramayu dalam


penggunaan air sungai sebagai air baku untuk dapat mengantisipasi
parameter yang melebihi baku mutu yang telah di analisis sebelumnya.
Terkait dengan izin pembuangan limbah cair (IPLC), disarankan kepada
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu agar lebih memperketat
pengawasan terhadap effluent yang dihasilkan oleh setiap industri disekitar
DAS Cimanuk segmen 4 Kabupaten Indramayu. Seiring dengan
perkembangan kota di Kabupaten Indramayu, disarankan kepada Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu untuk memperketat pengawasan
dalam pengkajian AMDAL dan dokumen lingkungan terkait.

V - 11 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN
1. DAS Cimanuk memiliki luas sebesar 3.493 km2 dan terbagi atas 3
bagian DAS, yaitu sub-DAS Cimanuk Hulu, sub-DAS Cimanuk Tengah
dan sub-DAS Cimanuk Hilir. Cimanuk hulu memiliki luas 145,677 Ha
berada di Kabupaten Garut dan Sumedang. Mata Airnya berasal dari
Situ Cipanas. DAS Cimanuk Tengah memiliki luas 114,477 Ha berada di
Kabupaten Sumedang dan Majalengka. DAS Cimanuk Hilir memiliki luas
81,299 Ha berada di wilayah Indramayu.
2. Daerah yang masuk dalam kajian terdiri dari 11 kecamatan, yaitu Kec.
Arahan, Kec. Indramayu, Kec. Sindang, Kec. Cantigi, Kec. Bangodua,
Kec. Widasari, Kec. Jatibarang, Kec. Lohbener, Kec. Tukdana, Kec.
Sukagumiwang, Kec. Kertasemaya
3. Daerah bantaran sungai Cimanuk di Kabupaten Indramayu Didominasi
oleh daerah permukiman, sawah irigasi, ladang, tambak, hutan, dan
mangrove. Daerah yang berpotensi menghasilkan limbah berasal dari
daerah permukiman dan pertanian (lading, sawah irigasi, dan tambak).
4. Pembagian segmen 4A, 4B dan 4C dilakukan untuk melihat perbedaan
pada setiap segmen. Karena kemungkinan adanya perubahan
kandungan pada setiap parameter yang bergantung pada kondisi tata
ruang wilayah sekitar DAS Cimanuk Segmen 4 Kabupaten Indramayu.
5. Sesuai dengan analisis menggunakan metode neraca massa didapatkan
hasil beban pencemar parameter yang melampaui baku mutu adalah
BOD, nitrit, belerang, dan detergen untuk keseluruhan sungai Cimanuk
Kabupaten Indramayu
6. Sesuai dengan metode neraca massa di kaji pada setiap bagian segmen
4A, segmen 4B dan segmen 4C maka dapat ditemukan perbedaan hasil,
di segmen 4A dan segmen 4B parameter BOD, nitrit, belerang, dan

VI - 1 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

detergen yang melampaui baku mutu sedangkan pada segmen 4C


hanya BOD belerang, dan detergen
7. Sedangkan untuk analisis menggunakan metode STORET didapatkan
kelas air untuk keseluruhan sungai Cimanuk Kabupaten Indramayu
yaitu Kelas D yang tercemar berat, namun jika di kaji pada setiap
segmen 4A, segmen 4B dan segmen 4C maka dapat ditemukan
perbedaan skor, di hulu dihasilkan skor secara berurut adalah -16
(Cemar Sedang), -32 (Cemar Berat) dan -12 (Cemar Sedang).

6.2 SARAN
1. Disarankan kepada Dinas PSDA dan PDAM Kabupaten Indramayu
dalam penggunaan air sungai sebagai air baku untuk dapat
mengantisipasi parameter yang melebihi baku mutu yang telah di
analisis sebelumnya.
2. Terkait dengan izin pembuangan limbah cair (IPLC), Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Indramayu akan lebih memperketat pengawasan
terhadap effluent yang dihasilkan oleh setiap industri disekitar DAS
Cimanuk segmen 4 Kabupaten Indramayu.
3. Seiring dengan perkembangan kota di Kabupaten Indramayu, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu akan memperketat
pengawasan dalam pengkajian AMDAL dan dokumen lingkungan
terkait.
4. Pemerintah daerah Kabupaten Indramayu akan mempertimbangkan
dalam melakukan kajian terkait dengan kemungkinan pembangunan
instalasi pengolahan air limbah domestik pada konsentrasi pemukiman
disekitar DAS untuk mengurangi tingginya angka pencemar nitrit dan
belerang.
5. Pemerintah daerah Kabupaten Indramayu akan mempertimbangkan
dalam melakukan kajian terkait dengan kemungkinan pembangunan
bak penampung khusus dengan penambahan karbon aktif secara
komunal pada konsentrasi pemukiman disekitar DAS dalam upaya
menurunkan kadar detergen sebelum masuk sungai.

VI - 2 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u
Kajian Pantauan Kualitas DAS Cimanuk
Di Kabupaten Indramayu LAPORAN AKHIR

6. Pemerintah daerah Kabupaten Indramayu akan mempertimbangkan


dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan
penggunaan detergen yang memiliki kandungan fosfat yang rendah
atau detergen yang lebih ramah lingkungan (mengandung
biosurfaktan).

VI - 3 | D i n a s L i n g k u n g a n H i d u p K a b u p a t e n I n d r a m a y u

Anda mungkin juga menyukai