KATA PENGANTAR
Situ merupakan tampungan air yang terbentuk baik secara alami maupun
buatan, yang dikelilingi daratan. Situ merupakan salah satu bangunan sumber
daya air yang tidak kalah pentingnya dengan bangunan sumber daya air yang
lain. Pada kegiatan ini akan dilakukan REVIEW DED SITU CIPONDOH
sebagai bagian dari kegiatan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Provinsi Banten.
Laporan Antara
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
Laporan Antara
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
6.1 Umum..................................................................................... VI – 1
6.2 Sistem penyediaan air Irigasi.................................................... VI – 1
6.3 Sistem Penyediaan Air Baku...................................................... VI – 1
6.4 Sistem retensi Banjir................................................................. VI – 2
6.5 Sistem Acces Road................................................................... VI – 2
6.6 Wisata domestic dan perikanan ................................................ VI - 3
Laporan Antara
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Deskripsi “Bench Mark” (BM) dan “Control Piont” (CP)................ II - 8
Tabel 3.1 Hasil Pengujian di Laboratorium untuk sampel tanah tak
terganggu ............................................................................... III - 20
Tabel 3.2 Hasil Pengujian di Laboratorium untuk sampel tanah terganggu . III – 21
Tabel 4.1 Jumlah dan kepadatan penduduk ............................................. IV – 8
Tabel 4.2 Penggunaan sarana produksi dan biaya usaha tani padi
sawah per-hektar di Kecamatan Kota Agung Kab. Lahat............. IV – 13
Tabel 4.3 Biaya usaha tani palawija jagung .............................................. IV – 14
Tabel 5.1 Data Curah Hujan setengah bunanan Stasiun pagar
Alam (Januari – Juni)................................................................ V–2
Tabel 5.2 Data Curah Hujan setengah bunanan Stasiun pagar
Alam (Juli – Desember)............................................................. V–3
Tabel 5.3 Data klimatologi rata-rata dari Stasiun Pagar Alam..................... V–5
Tabel 5.4 Nilai Z terhadap probabilitas kejadian ....................................... V – 11
Tabel 5.5 Hujan Andalan Sebaran Pearson III dan Log Normal 3
Parameter................................................................................ V– 11
Tabel 5.6 Perhitungan Evaporasi potensial (ET0) cara Penman modifikasi... V– 15
Tabel 5.7 Hasil Evapotranspirasi rata-rata ET0.......................................... V– 16
Tabel 5.8 Penyiapan Lahan Vs Perkolasi................................................... V– 18
Tabel 5.9 Hujan efektif di tingkat areal sawah........................................... V– 19
Tabel 5.10 Neraca air pada tingkat bangunan pengambilan ........................ V– 21
Tabel 5.11 Data Kapasitas Tampungan Situ Tebat Serian............................ V– 23
Tabel 5.12 Perhitungan neraca air Situ Tebat Serian................................... V– 27
Tabel 5.13 Curah hujan harian maksimum ................................................. V– 30
Tabel 5.14 Kriteria persyaratan pemilihan distribusi..................................... V– 32
Tabel 5.15 Hasil perhitungan hujan rancangan dengan agihan Log
Pearson III ............................................................................. V – 33
Tabel 5.16 Rekapitulasi debit banjir rancangan hasil perhitungan
metode HSS Gama1 ................................................................ V – 36
Tabel 5.17 Perhitungan penelusuran banjir pelimpah Situ Tebat Serian....... V – 39
1.5
Laporan Antara
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lokasi Pekerjaan Situ Tebat Langsat ..................................... II - 2
Gambar 2.2 Peta trase pengukuran kerangka horizontal dan Kerangka
vertikal ............................................................................... II - 3
Gambar 2.3 Pengukuran Situasi di lokasi rencana genangan .................... II - 6
Gambar 2.4 Pengukuran Situasi di lokasi areal layanan irigasi.................... II - 7
Gambar 2.5 Deskripsi Bench Mark 01 ..................................................... II – 9
Gambar 2.6 Deskripsi Bench Mark 02 ..................................................... II - 10
Gambar 2.7 Deskripsi Bench Mark 03 ..................................................... II - 11
Gambar 2.8 Deskripsi Bench Mark 04 ..................................................... II - 12
Gambar 2.9 Deskripsi Bench Mark 05 ..................................................... II – 13
Gambar 2.10 Peta Situasi rencana genangan dan tapak Situ
Tebat Serian........................................................................ II –15
Gamber 2.11 Potongan Memanjang As Tanggul Situ Eksisting..................... II –16
Gamber 2.12 Potongan Melintang rencana As Tanggul Situ Eksisting .......... II –16
Gambar 3.1 Pelaksanaan pengeboran pada titik ke-1 ............................... III –2
Gambar 3.2 Pelaksanaan pengeboran pada titik ke-2 ............................... III –3
Gambar 3.3 Pelaksanaan pengeboran pada titik ke-3 ............................... III –3
Gambar 3.4 Pelaksanaan pengeboran pada titik ke-4 ............................... III –4
Gambar 3.5 Pelaksanaan pengeboran pada titik ke-5 ............................... III –4
Gambar 3.6 Lokasi Pengujian sondir 1..................................................... III –8
Gambar 3.7 Lokasi Pengujian sondir 2..................................................... III –9
Gambar 3.8 Pelaksanaan pengambilan Sampel pada lokasi Tes Pit -1 ....... III –10
Gambar 3.9 Pelaksanaan pengambilan Sampel pada lokasi Tes Pit -2 ....... III –10
Gambar 3.10 Lokasi penyelidikan geologi teknik......................................... III –11
Gambar 3.11 Pengujian analsis saringan.................................................... III –16
Gambar 3.12 Pengujian berat jenis ........................................................... III –17
Gambar 3.13 Pengujian kuat geser langsung.............................................. III –17
Gambar 3.14 Pengujian batas-batas aterberg ............................................ III –18
Gambar 3.15 Pengujian kepadatan standard proctor................................... III –18
Gambar 5.1 Pengukuran debit pada saluran induk Situ Tebat Serian.......... V–7
Gambar 5.2. Neraca air pada bangunan pengambilan................................ V – 22
Gambar 5.3 Lengkung Kapasitas Tampung Situ........................................ V – 28
Gambar 5.4. Kondisi Muka Air Tampungan................................................ V – 29
Gambar 5.5 Ploting agihan Log Pearson Tipe III....................................... V – 34
Gambar 5.6 Hidrograf banjir metode HSS Gama-1.................................... V – 36
Gambar 5.7 Bagan Alir Routing Pelimpah................................................. V – 38
Gambar 5.8 Perbandingan debit inflow dan debit limpasan pada
pelimpah ............................................................................ V – 40
Gambar 6.1 Skema system planning Situ Tebat Serian ............................. VI – 4
Laporan Antara
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Lampiran A1 Data Pengujian Sodir............................................................ A–1
Lampiran B
Lampiran B1 Pengujian Smirnov Kolmogorov............................................. B–1
Lampiran B2 Perhitungan Hidrograf Satuan Flood Model Jenis Gamma–1... B–2
Lampiran B3 Perhitugan Debit Andalan Situ Tebat Langsat Metode
Nreca.................................................................................. B–3
Lampiran B4 Correction Factor c in Penman Method.................................. B–4
Lampiran B5 Extra Terrestrial Radiation (Ra) expressed in equivalent
evaporation in mm/day......................................................... B–5
Laporan Antara
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
BAB I. UMUM
Salah satu kebutuhan yang paling fundamental dalam kegiatan pengembangan dan
pengelolaan sumber daya air adalah ketersediaan air. Air sangat penting bagi kehidupan
dan merupakan faktor utama yang sangat dibutuhkan. Dalam rangka untuk menjaga
ketersediaan air pemerintah daerah berupaya melaksanakan rehabilitasi pengairan
antara lain dengan penanganan situ atau tampungan air.
Situ / rawa sebagai bagian dari sistem DAS (Daerah Aliran Sungai) memiliki fungsi
penting, baik sebagai tempat penampung air guna pengendalian banjir, konservasi
sumber daya air (pemasok air tanah), pengembangan ekonomi lokal maupun tempat
rekreasi. Terkait dengan penanggulangan banjir, situ memiliki peranan yang penting
sebagai daerah parkir air ( retarding basins) untuk mengurangi banyaknya air limpasan
penahan laju air (water retention). Oleh karena itu menjaga kualitas luasan dan
kedalaman situ merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
penanggulangan banjir.
Terjadinya penurunan kondisi situ ini tidak terlepas dari permasalahan fisik seperti alih
fungsi lahan situ menjadi lahan terbangun dan pendangkalan situ (proses sedimentasi)
maupun permasalahan non fisik seperti ketidakjelasan batasan pengelolaan situ antara
pemerintah provinsi, kota dan masyarakat.
Dalam kegiatan tersebut ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan. Adanya
sedimentasi yang mempengaruhi volume tampungan air dari limpasan di wilayah
sekitarnya, perlu untuk mengembalikan kapasitasnya dan dari segi estetika situ, untuk
pariwisata perlu didesain penataannya. Selain itu diharapkan tampungan Situ Cipondoh
dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun sebelumnya. Maka dari
berbagai segi permasalahan tersebut perlu untuk dilakukan perencanaan Review DED
Situ Cipondoh.
Laporan Antara I- 7
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
kebutuhan debit banjir, ketersediaan volume tampungan air dan konstruksi lainnya
yang diperlukan yang dapat dilaksanakan secara efisien serta bermanfaat bagi
masyarakat. Dan juga melakukan kajian terhadap sedimentasi yang ada di lokasi
kajian, mengingat sedimentasi merupakan permasalahan yang ada di bangunan situ.
Melakukan desain penataan tata guna situ.
Tujuan dari pekerjaan ini adalah melakukan salah satu tahapan dalam upaya
menyelesaikan permasalahan di Situ Cipondoh dengan menyusun Dokumen
Perencanaan Review DED Situ Cipondoh.
I.3. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai terkait dengan pengadaan jasa konsultansi adalah
tersedianya dokumen perencanaan DED Situ Cipondoh sebagai dasar dalam
penyusunan optimalisasi / rehabilitasi situ.
Pengguna Jasa
PPK : Pengelolaan Jaringan Sumber Daya Air
Dinas : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Provinsi Banten
Alamat : Jl. Syeh Nawawi Al-Bantani, Sukajaya Curug Kota
Serang
: Telp. (0254) 219761, Fax. (0254) 219760
Penyedia Jasa
Nama : PT. Sketsa Karya Mandiri
: Jalan Empat Lima Singandaru Indah , Serang-
Alamat
Banten
Laporan Antara I- 8
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta perjalanan menuju lokasi pekerjaan dari
pusat Kota Serang Provinsi Banten.
Laporan Antara I- 9
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Pendahuluan 4
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
1.6
Ruang lingkup pekerjaan dalam penyusunan perencanaan Review Detail Engineering
Design (DED) Situ Cipondoh Kota Tangerang adalah :
I. Kegiatan Survey Pendahuluan.
Pada tahap ini dilakukan persiapan pelaksanaan pekerjaan ini, baik secara
administrasi maupun teknis. Pengumpulan data sekunder berupa data
topografi, data hidrologi, data geologi di sungai dan laporan-laporan studi
terdahulu yang berhubungan dengan kegiatan ini mulai dilakukan.
a. Data Topografi
Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data peta topografi yang
sudah ada, dimana keadaan topografi suatu daerah akan mempengaruhi
bentuk dan ukuran suatu DAS. Peta topografi yang dikumpulkan harus
menampilkan situasi dan kontur daerah studi dengan skala minimum 1 :
25.000.
b. Data Hidrologi
Kegiatan pengumpulan data hidrologi berupa pengumpulan peta stasiun
curah hujan, besarnya curah hujan, data meteorologi, debit historis baik
debit minimum, rata-rata dan debit maksimum pada suatu Daerah Aliran
Sungai (DAS). Berbagai data dan informasi diantaranya berupa :
o Peta stasiun curah hujan dapat diperoleh dari Instansi Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Balai Besar Wilayah
Sungai (BBWS) dan Balai Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA).
o Data curah hujan harian maksimum tahunan dapat diperoleh dari
Instansi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Balai
Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan Balai Pengelola Sumber Daya Air
(BPSDA) dengan ketersediaan data minimal 10 tahun terakhir secara
kontinyu.
o Data meteorologi berupa kondisi temperatur udara, kelembaban
relatif, lama penyinaran dan kecepatan angin. Perolehan data dapat
diperoleh dari Instansi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG), Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan Balai Pengelola
Sumber Daya Air (BPSDA).
o Data debit harian 10 tahun terakhir secara kontinyu (bila ada), yang
dapat diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) atau Balai
Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA).
c. Data Geologi
Kegiatan pengumpulan data geologi adalah pengumpulan peta geologi
regional yang memuat jenis batuan, penyebaran jenis batuan, sifat fisik
batuan serta tekstur dan struktur tanah dengan skala minimum 1:
100.000.
II. Kegiatan Pengukuran Situasi Situ/ Sungai/Saluran
Pengukuran Topografi dilakukan menggunakan peralatan ukur seperti
Theodolit dan waterpass atau alat sejenisnya yang mempunyai fungsi yang
sama.
8. Kegiatan Pelaporan
a) Laporan Utama
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Antara
- Draft Laporan Akhir
- Laporan Akhir
b) Laporan Pendukung
- Laporan Survey dan Pengukuran;
- Laporan Hasil Analisa Hidrologi dan Hidrolika;
- Laporan Hasil Analisa Mekanika Tanah;
- Laporan Hasil Analisis Lingkungan
BAB II
SURVEY TOPOGRAFI
Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan lokasi rencana as Situ, menentukan jalur
pengukuran, menentukan lokasi borrow area dan tempat buangan, menentukan lokasi
base camp pengukuran serta mencari jalan masuk ke lokasi pekerjaan. Lokasi kegiatan
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 di bawah ini.
Laporan Antara II - 1
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Genangan Situ
Gonggong
Laporan Antara II - 2
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Gambar 2.2 Peta Trase Pengukuran Kerangka Horizontal dan Kerangka Vertikal
Laporan Antara II - 3
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara II - 4
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
penutup beda tinggi tidak lebih besar dari 10mmD, dimana D adalah jumlah jarak
ukur dalam km.
Kegiatan pengukuran Situ detail sekitar rencana genangan dan tapak Situ
menggunakan peralatan Theodolite Wild T2 (semi Digital) sehingga bisa melakukan
pengukuran secara tachimetris dari titik kerangka yang telah diukur. Pelaksanaan
pengukuran Situasi detail rencana Situ adalah sebagai berikut :
Dilakukan pengambilan detail secara tachimetris dari titik poligon utama ataupun
poligon sepanjang sungai (merupakan potongan melintang sungai).
Dilakukan pengambilan detail yang meliputi setiap perubahan bentuk morfologi
serta kenampakan yang ada (unsur alam maupun buatan manusia) dengan
memperhatikan kerapatan detail untuk mencukupi kebutuhan skala 1 : 500 atau
rata-rata setiap kerataan 10 m di lapangan dilakukan pengukuran (di peta rata-
rata kerapatan 2 cm).
Pengukuran detail yang jauh dari poligon utama dilakukan dengan sistem
Ray/jalur.
Laporan Antara II - 5
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Pengambilan titik detail sungai seperti as sungai, tebing sungai, muka air banjir
yang dapat di identifikasikan dari bekas muka air banjir yang pernah terjadi dan
informasi penduduk disekitarnya.
Pembuatan Bench Mark mengikuti Spesifikasi dalam KAK yakni terbuat dari beton
proporsi campuran 1 semen : 2 pasir dan 3 split dengan ukuran 20 x 20 x 100 cm,
dengan tulangan besi. Nomenklatur Bench Mark terbuat dari marmer berukuran 12 x
12 cm yang digrafir. Pemasangan Bench Mark dan control point dilaksanakan melewati
kerangka horizontal. Lokasi dan deskripsi hasil pemasangan BM dapat dilihat pada
Gambar bawah ini.
Data utama hasil survey topografi adalah koordinat geografis dan UTM. Beberapa titik
yang dijadikan referensi pengukuran antara lain adalah ;
Laporan Antara II - 6
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
(1) Dekzerk Pintu Penguras Situ eksisting bagian kanan sebagai awal pengukuran
kerangka vertikal pada koordinat 5o34’53” LS dan 105o30’06’’ BT dan elevasi +
29.02 m dpl.
(2) Titik P1 sebagai awal pengukuran kerangka horiontal pada koordinat 5 o34’53” LS
dan 105o30’06’’ BT.
(3) Hasil perhitungan ketelitian pengukuran topografi adalah sebagai berikut:
Pengukuran Kerangka Horizontal
Jumlah ΔX ( ΣΔ X ) = -0,497 m
( ΣΔΧ )2 ÷( ΣΔΥ )2
Salah linier jarak = √ ΣD = 0.010
1
Toleransi = 5000 = 0,0002
Laporan Antara II - 7
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
(4) Koordinat BM dan control point dalam UTM, ditunjukkan pada Tabel 3.13 di bawah
ini
(5) Deskripsi BM secara rinci, serta sketsa lokasi pemasangan adalah sebagai berikut:
Laporan Antara II - 8
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
SKETSA LOKASI :
Lokasi BM. 01
b
1031.82
a
1030.76 I
Pembuang BM.01
1
2
a
KETERANGAN Foto BM
Laporan Antara II - 9
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
SKETSA LOKASI :
KETERANGAN Foto BM
Laporan Antara II - 10
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
SKETSA LOKASI :
KETERANGAN Foto BM
Laporan Antara II - 11
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
SKETSA LOKASI :
KETERANGAN Foto BM
Laporan Antara II - 12
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
SKETSA LOKASI
KETERANGAN Foto BM
Laporan Antara II - 13
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
(6) Peta Situasi dan gambar potongan hasil penggambaran topografi antara lain adalah
peta Situasi topografi untuk genangan, peta Situasi detail rencana tapak tubuh
Situ, potongan melintang As tubuh Situ, potongan melintang kolam tebat dan
saluran eksisting. Beberapa bagian dari peta dan gambar potongan hasil
penggambaran topografi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Laporan Antara II - 14
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
103
8.2
1013
1011 .66 J.22 1025.48 1
1 a
.91 a
1 103
3.95 J.26
1
1015.82 102
1
4.6
6
103
2.4
0 1
1014.29
1038
1
1036 .02
1035 .70
a
.66
BM.01
1
102
10
100
0.0
X
15
9.7
+ 321.486,77
0+
.00
8
103
103
Y
5.0
+ 9.544.450,38
0.0
0+
102
0+
5.0
Z + 1030.763
0+
J.2
104 .84
7
103 .85
0.4
a
103
9
7
5
1
10 3.8 3
14
10 15.2 .38
.56
3
1
10 016
2
6
1
10
3
G.
1
6.3
a
8
8
101 2 8.6
b
10
2
.10
P.
101 9.19 1031.82
G.
29
4
7 10 1030.76
101 .70
2 a
.60 .79
I
30 4 BM.01
102 G.4
101 9.75 1023.71 23
1
1 Pembu
c
Pembuang
10 .93 g 10 10 27.6
3
9.2 Pem
buan ang .86
1 19.3 23 .53 10 .27
3 1
9 b
100219.9 3 1022.77 10 28 2 7 10
a
10 10 29
2
1022.42
2
2
0.0 102 1
1
8 G.1 10 030.8
a
102
TP.1
P.2
6 2
102 .19 1022.95 .26 27 8
b
102024.9 9
29 5
4.9
a
.02
G.
1 6.6
10 30.28.25
a a
3
3.4
6.12
3
5.5 4
102 5.54
1
5
9 10102
10 27.9 3
P.3 102
2 1
102
b c
29
10
1
10 027.4
P.1 2
.65 7
6.8
a
102
1
5.66
G.
6
a
102
b
6
2
6
P.2
102 7.72
.43
b 1
9.26
10
102 7.66
9.9
10229.65
26
CP
b
a
.91
2
10 28.12
2
102 .20
a
.02
10
1
102
7
1
BM
G.7
.40
102
10
10
27 27
.02
7.1
2
27
10
103 .38
.76 2
.76
2
102 7.70
3
4
10 027.89.20
0.50
102 7.40
1 02 .72
29 6
102
b
8
1 29 4
.21
a
1
3
1 029.7
10 28.3
10
2
102
1
10
1 028 8
1
102
10
2
28
.94 102 029.6.11 1
7.9
2 2
7.30
1
7.2
9
10
2
a
28
b
8
102
3
10 30.230.0
10 10
.42
1
29 2 5
6.1
.63
I 2
G.0
2
1024.637
10
CP.02
a
31
1029.578
G.8
1026.556
102
.19
b
102
102028.2
G.
8.5
1
1
4
21
9.2 0
9.5
X
103
b
+ 321.393,54
4
a
10
1032.055
1.4
G.19
1027.944
27.9
a
102
2
102 15
9
8.91
102
103
Y
2
+ 9.544.426,44
G.2
8.93
1031
7.2
0.
BM.02
1 1
3
102
0
1033.265
.42
a
1029.046
8.0
1029.360
2
8
+ 1026.997
X + 321.407,00
1029.50
G.18
1030.79
G.9
1030.90
1032.99
Y
10
1
+ 9.544.391,00
30
a
102
b
.39
b
9
102 29.41
.36
a
10 0.12
9.5
Z + 1030.000
10
4
1
G.1
2
100330.6
1
0
1.6 9
103 1.88
c
10330.71
b
10
8
2.3
1030.06 a
103
10
1
8
1029.60
1
29
0.4
1
.30
2 2
10 029.8 .43
5
1029.74
29 3
1029.95 Alur
1 030 0.90
.74
1
su
1 03
102 8 nga
102 8.8 1.7 i
1
1031.79 a
a
9.4 0 2
103
1
1031.16
b
102 1 102
9.2
2
1
a
G. 1
100331.0
5
1
103 .95
15
b
1
2
2.3 3 1100331.2 103 .33
a
103 3 3
103 0.901 103
a
b
G.17 G.16
4.9
1 b
2.8
8 b
a
G.1 1
G.1
1030.19
4 G.1
2
3 1030.511
1030.82
1031.30 a
1032.79 b
G.12
Gambar 2.10 Peta Situasi Rencana Genangan dan Tapak Situ Tebat Serian
Laporan Antara II - 15
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
1033
1030
IP
TM TA
R R
1025
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
SV = 1 : 100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
SH = 1 : 1000
bidang persamaan / reference level 1020
+ 1019,00 meter
PATOK HEKTOMETER
Hm 0 Hm 1 Hm 2
HECTOMETER STONE
0 ,0 B M .2
NOMOR PROFIL
PROFILE NUMBER G.0 G.1 G.2 G.3 G.4 G.5 G.6 G.7
1 3 1 ,5
1 5 1 ,5
1 6 6 ,5
1 8 6 ,5
2 2 1 ,5
4 5 ,0
7 0 ,0
9 5 ,0
JARAK PROFIL/DISTANCE BETWEEN TWO PROFILE
45,0 25,0 25,0 36,5 20,0 15,0 20,0 35,0 46,0
ACCUMULATED DISTANCE
YANG ADA
E X IS T IN G
1 0 2 9 ,7 2
1 0 2 9 ,6 1
1 0 2 9 ,6 5
1 0 3 0 ,2 5
1 0 3 0 ,7 9
1 0 3 0 ,8 8
1 0 2 7 ,9 7
1 0 2 7 ,6 6
1 0 2 7 ,7 0
BED LEVEL IN CENTER LINE
ELEVASI TANAH ASLI PADA PATOK
GROUND LEVEL IN STONE
R E N C A N A / D E S IG N
ELEVASI TANGGUL
BANK LEVEL
ELEVASI MUKA AIR RENCANA
Gamber 2.11 Potongan Memanjang As Tanggul Situ Eksisting
DESIGN WATER LEVEL
1025
bidang persamaan
reference level
1023,00
1025,117
1025,617
1025,656
1025,656
1029,259
1029,559
1029,653
1028,134
1028,124
1027,763
ELEVASI TANAH ASLI
ORIGINAL GROUND LEVEL
JARAK (m)
3,00 7,25 5,50 1,00 0,80 2,20 0,40 1,60 17,00
DISTANCE (m)
Laporan Antara II - 16
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
BAB III
Kajian geologi regional ini dilakukan dengan cara menelaah kembali penelitian geologi
yang telah dilakukan dari berbagai lembaga yakni Direktorat Jenderal Geologi dan
Sumber Daya Mineral, Departeman Pertambangan dan Energi, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, dan sebagainya.
Dari tinjauan geologi permukaan, merupakan satuan breksi gunung api: Breksi gunung
api, lava, tuf bersusunan andesit basal G. Dempo (Qhvd). Dengan demikian dari segi
kelulusan air termasuk dalam golongan rapat air, dan menunjang untuk dibangun Situ.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilaksanakan lokasi kegiatan yaitu satuan breksi,
satuan tuff, satuan tuff pasiran, dan satuan intrusi andesit.
Kajian geologi daerah tadah hujan, dilakukan dengan menelaah kembali peta geologi
setempat dan melakukan tinjauan lapangan untuk mendapatkan gambaran mengenai
kondisi geologi meliputi morfologi, proses erosi, tingkat pelapukan tanah, tata guna
lahan secara umum dan jenis batuan yang ada guna menunjang analisa hidrologi dan
sedimentasi.
Geologi Borrow Area dan Quarry Site dalam cakupan mikro yang berhubungan dengan
karakteristik dan kualitas material untuk bahan konstruksi. Geologi Borrow Area lebih
ditekankan pada lokasi sumber bahan timbunan tanah ( clay/sandy clay) untuk zone inti
tubuh bendung, sedangkan Quarry Site merupakan sumber bahan batuan untuk
konstruksi bangunan pelengkap Situ.
Pekerjaan bor tangan dimaksudkan untuk mengetahui kedalaman lapisan yang lunak di
lokasi rencana tapak Situ (maindam dan cofferdam) dan daerah genangan yang
merupakan lokasi rencana borrow area guna memperhitungkan banyaknya galian
tanah dan stripping untuk mengetahui kedalaman Borrow Area, hal ini diperlukan
untuk perhitungan cadangan bahan timbunan tanah.
Jumlah titik bor tangan adalah 5 titik dengan penembatan titik bor sebnyak 3 titik akan
dilaksanakan pada As tanggul Situ yakni 2 titik di tebing kiri dan kanan dan 1 titik di
tengah boloran/tebat. Sisanya masing-masing direncana bangunan pengelak dan
pelimpah.
Pengeboran inti dilakukan sebanyak 5 titik tersebut pada lokasi yang ditentukan
dengan kedalaman kurang lebih 4 m. Hal ini dilakukan untuk mengetahui : daya
dukung tanah, permeabilitas, gradasi, berat isi dan muka air tanah.
Langkah Kerja
A. Persiapan sebelum pekerjaan
6. Menahan batang yang di bawah dengan kunci pipa agar kunci pipa tidak
terjatuh.
7. Melepas batang yang atas dengan kunci yang lain.
8. memasang kembali songket penarik seperti langkah kerja 4.
9. Mengulang langkah kerja lima untuk batang sondir berikutnya.
E. Perawatan
1. Membersihkan peralatan dari kotoran, melumuri batang sondir, conus,
dan biconus dengan oli secukupnya.
2. Memeriksa kembali peralatan yang dipakai.
Dokumentasi pelaksanaan pengujian sondir pada Situ Tebat Serian dapat dilihat pada
Gambar di bawah ini.
Sampel dari test pit diambil seberat ± 30 kg untuk tiap lubang, untuk dibawa
dan diuji di laboratorium mekanika tanah, untuk mendapatkan sifat fisik dan
teknik (Physical and Engineering Properties).
Lokasi penyelidikan geologi teknik berupa titik-titik Uji Bor, test pit dan sondir dapat
dilihat Gambar 2.3, di bawah ini.
1014.29
103
1
103 8.02
6
103 .70
a
TP-1 5.66 1
BM.01
102
10
0
X
.00
15
+ 321.486,77
.00
+
+
103
103
Y
5.0
+ 9.544.450,38
0.0
0+
102
0+
5.
Z
00
+ 1030.763
J.2
+
10
7
4
10
0.4
a
37 5
10
9
.84
3 5.8
1
BT-3
3
G.
10
1 BT-2 10
28
.68
b
2
10 9.19 .10 1031.82
G.
17 29
10 .70 10 91030.76
2 a
0
I
1 10
1023.7
1 3.6 0.7 4 BM.01 G.4
101 9.75 21
1
Pemb 2
c
Pembuang 3
g 10 10 27. 6
3
.93 buan
9.2 10
Pem
uang . 86
101 19.33 23 .53 10 .27
3 1
9 7
b
1022.7.42 10 28 27 10
a
10 9.9 10 10 29
2 2
10 21 9 .90
2 102 .08 1022
1
0.0 1
1
G.1 10 030.
a
TP.1
102
P.2
6 5
2.1
1022.9 . 26 27 88
b
9
10 024.9 9
10 29 5
4.9
.02
G.
10 30.82.25
1 6.6
23
a
25. 4
.49 2
3
102
26.1
1
5
10102
10 27.9 43
5
P.3
2
10
1
102
b c
4
10
29
1
P.1
10 27.
26
. 65 7
a
5.5
10
10
5.66 .8
G.
a
102 6
26.
b 2
6
P.2
10
b 1
43
9.26
10
29
10
102 9.65
26
CP
.92
b
27
a
. 91
102 28.12
2
10
BT-1
.72
a
.0 2
10
27
1
102
.66
7.2
SDR-1
1
BM
G.
0
.40
10
10
10
27 27
2
.
7
02
7.1
2
10
103 .38
.76
7.7
2
2
102 7.70
3
4
6
10 027 9.20
0.50
102 7.40
1 2 72
29 .86
102
b
8
10 29. 34
. 21
1
3
1 029.
10 28.
10
102
1
10
1 028. 78
1
102
10
28
7.9
7
1
7.2
9
.30
10
2
a
8
102
3
1030.230.0
10 10
.42
1
29 2 5
6.1
.
I
63
G.0
2
10
1024.637
a
31
1029.578
G.8
1026.556
102
.1
b
9
10 028.
102
G.
8.5
BT-5
1
1
29 20
21
4
9.5
.24
103
b
a
1
10
SDR-1
1032.055
1.4
G.19
1027.944
27
a
102
2
.99
102 .15
8.91
10
103
2
G.2
27
8.93
103
.23
BM.02
1 1
10
1.42
0
1033.265
a
28
1029.046
.08
BT-4
2
1029.360
X + 321.407,00
1029.50
G.18
1030.79
1030.90
1032.99
Y
1
+ 9.544.391,00 b
a
Z + 1030.000
a) Index Properties
Merupakan perbandingan antara berat isi butir tanah dengan berat isi
air. Untuk percobaan ini akan dilakukan menurut prosedur ASTM.D-854,
adalah suatu percobaan untuk mengetahui berat jenis dengan
menggunakan alat piknometer ( pycnometer/volumetric flask), yaitu
sebuah botol yang isinya diketahui. Cara melakukan percobaan adalah
sebagai berikut :
Setelah tidak ada lagi udara didalam tanah, maka piknometer diisi air
sampai penuh dan dimasukkan temparatur yang seragam.
Dengan demikian maka berat isi (Gs) dapat dihitung dan diketahui.
Prosedur pelaksanaan adalah Metode ASTM.D-854.
Liquid Limit adalah merupakan kadar air tanah pada batas antara ke-
adaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis.
Cara menentukannya dipergunakan alat batas cair ( liquid limits
device).
Tanah yang telah dicampur dengan air ditaruh dalam cawan dan
didalamnya dibuat alur dengan menggunakan spatel ( grooving tool).
Bentuk alur ini sebelum dan sesudah percobaan akan membentuk celah
yang berbeda.
Dinyatakan sebagai kadar air pada batas bawah daerah plastis. Kadar
air ini ditentukan dengan menggiling tanah pada plat kaca sehingga
diameter dari batang tanah dibentuk sedemikian mencapai 1/8 icnh (
3,2 mm).
Selisih antara batas cair dan batas plastis ialah daerah dimana tanah-
tanah tersebut adalah dalam keadaan plastis ( Pl = LL - PL).
Contoh yang akan diuji dipasang dalam alat dan diberi tegangan
vertikal (tegangan normal) yang konstan.
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kohesi (C) dan sudut
geser dalam tanah (θ) secara tepat (shirly LH., 1994)
P
τ=
A
N
σ=
A
dengan :
P = Pemacah arloji geser x angka kalibrasi cincin penguji
τ = Tegangan geser
σ = Tegangan Normal
A = Luas penampang contoh tanah
N = Beban normal
Dari tegangan normal dan tegangan geser dapat dibuat persamaan
lingkar Mohr dengan persamaan (Hardiyanto & Hary Christady., 1992)
τ =C+ σTanφ
Dari kurva tersebut dapat ditentukan nilai-nilai tersebut:
C = Kohesi
φ = Sudut geser dalam tanah
Dalam pelaksanaan pengujian sampel tanah, PT. Alles Klar Prima, melakukan
kerja sama dengan Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik Universitas
Lampung Data mekanika tanah dapat diketahui setelah dilakukan pengujian di
laboraturium tersebut.
NO URAIAN HB 1 HB 2 HB 3 HB 4 HB 5
1 Kadar Air Rata-Rata (%) 93,02 45,97 40,18 67,40 61,36
2 Berat Volume Rata-Rata (gr/cm³) 1,261 1,394 1,473 1,352 1,414
3 Berat Jenis Rata-Rata (Gs) 2,398 2,546 2,480 2,572 2,582
4 Persen Lolos No.200 (%) 64,81 44,63 57,38 81,09 68,65
5 BATAS-BATAS ATTENBERG
LL ( %) 67,84 68,56 66,88 85,82 69,15
PL ( %) 50,00 47,13 39,15 61,09 47,08
PI ( %) 17,84 21,43 27,73 24,73 22,07
6 Direct Shear Test
Kohesi (c) (Kg/cm²) 0,003 0,083 0,144 0,080 0,159
Sudut Geser Dalam (...°) 20,6 28,1 27,4 26,7 18,5
Sumber : Hasil pengujian, 2012
1. Pengujian Sondir :
Dari pengujian sondir, diperoleh kedalaman lapisan tanah keras yakni dengan nilai
perlawanan konus > 150 Kg/cm2 berada pada kedalaman + 5 m daru permukaan
tanah.
Dari hasil pengujian laboratorium untuk contoh tanah tak terganggu yang
berasal dari titk Bor BT-4 yang berada di sekitar bangunan pelimpah.
Selanjutnya dihitung daya dukung tanah untuk pondasi/abutmen tersebut.
Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan, laboratorium dan hasil analisis daya dukung
tanah maka dapat disimpulkan dan direkomendasikan sebagai berikut :
1. Dari hasil penngujian Hand Bor sampai kedalaman 2.5 m adalah berupa lempung
berpasir, tidak padat, dengan nilai indeks plastis berkisar 17% sd. 27% dengan
nilai faktor daya dukung kohesi ( c ) = 0,09 kg/cm2 dan sudut geser dalam 24o.
2. Dari pengujian Tes Pit pada dua lokasi diperoleh nilai kadar optimum hasil
pemadatan 23-25% dengan berat isi kering maksimum antara 1.3 – 1.32 Kg/cm 3 ,
serta mempunyai angka kelulusan air sebesar 0,44 x 10 -5 sd. 0,19 x 10-5 cm/det.
3. Dalam perencanaan daya dukung pondasi dangkal mengacu pada nilai kohesi dan
sudut geser dalam dengan menggunakan formula daya dukung Tarzagi diperoleh
daya dukung tanah yang diizinkan sebesar 44.74 ton/m2 dan untuk pondasi
dalam dapat menggunakan hasil intepretasi pengujian sondir.
4. Untuk material urugan tubuh Situ dapat mengacu pada hasil pengujian kepadatan
standar Proctor, yakni dengan menempatkan material hasil tespit – 2 (lokasi
tebing kiri kolam genangan) untuk bahan inti timbunan kedap air dan hasil tespit 1
(lokasi tebing kanan hilir Situ) untuk bahan timbunan zone sebarang (randem), hal
tersebut karena lokasi tespit 2 menghasilkan angka kelulusan air yang lebih kecil.
Hasil resume tabulasi data penyelidikan mekanika tanah selanjutnya dapat dilihat
pada lampiran.
4.1 Umum
Survey sosial ekonomi dan lingkungan dengan dua pendekatan, yakni dengan cara
pengumpulan dan analisis data sekunder serta dengan melakukan pengumpulan
dan analisis data primer terhadap masyarakat yang berada disekitar lokasi
genangan dan warga petani yang berada di hilir yang merupakan penerima
manfaat irigasi.
Kondisi sosial-ekonomi (sosek) dan budaya yang perlu dikaji pada pengembangan
Situ adalah aspek kependudukan, jenis mata pencaharian, pendapatan,
penggunaan lahan, kepemilikan tanah, bangunan, pendidikan, kesehatan dan
apresiasi masyarakat dalam menanggapi rencana pembangunan Situ Tebat Serian,
baik bagi masyarakat yang tinggal di daerah tadah hujan hujan (cacthment area),
dan daerah genangannya maupun rencana daerah layanan (penerima manfaat)
dari pengembangan potensi sumber air Embut Tebat Serian.
Laporan Antara IV - 23
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara IV - 24
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara IV - 25
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
BAB V
ANALISA HIDROLOGI
5.1 Umum
Di Indonesia dikenal beberapa nama atau istilah untuk menyebut genangan yang
berfungsi untuk menyimpan air, istilah-istilah tersebut antara lain situ, danau,
waduk, embung dan dam.
Situ atau danau merupakan suatu cekungan yang digenangi oleh air yang seluruh
cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan, genangan tersebut dapat terjadi secara
alami maupun buatan yaitu dengan cara pembendungan yang berfungsi untuk
menampung dan menyimpan air yang berasal dari hujan, mata air dan atau air
sungai (Susmianto, 2004). Menurut Direktorat Jendral Penataan Ruang
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2003) pengertian situ adalah
wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alamiah
maupun buatan dan atau air permukaan sebagai siklus hidrologi, dan merupakan
salah satu bagian yang juga berperan potensial dalam kawasan lindung.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Pasal 1 Tahun 2010 tentang Bendungan,
bahwa bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu,
Laporan Antara IV - 26
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
beton, dan atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan
menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah
tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk. Waduk
merupakan wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya
bendungan. Tipe Bendungan berdasarkan ukuranya dibedakan sebagai berikut:
1. Tinggi tubuh embung maksimum 10,00 meter untuk tipe urugan dan 6
meter untuk tipe graviti atau komposit; dimana tinggi tubuh embung di
ukur dari permukaan galian pondasi terdalam sampai puncak tubuh
embung,
Laporan Antara IV - 27
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Daerah Aliran Sungai (catchment area, basin, watershed) adalah semua daerah
dimana semua airnya yang jatuh di daerah tersebut akan mengalir menuju ke
dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Aliran air tersebut tidak hanya berupa air
permukaan yang mengalir di dalam alur sungai, tetapi termasuk juga aliran di
lereng-lereng bukit yang mengalir menuju alur sungai sehingga daerah tersebut
dinamakan daerah aliran sungai. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas
topografi, yang berarti ditetapkan berdasarkan air permukaan. Batas ini tidak
ditetapkan berdasarkan air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu
berubah sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian (Sri Harto, 1993).
Konsep Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan dasar dari semua perencanaan
hidrologi. Mengingat DAS yang besar pada dasarnya tersusun dari DAS-DAS kecil,
dan DAS kecil ini juga tersusun dari DAS-DAS yang lebih kecil lagi. Secara umum
DAS dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam
seperti punggung bukitbukit atau gunung, maupun batas buatan seperti jalan atau
tanggul dimana air hujan yang turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran
ke titik kontrol (outlet).
Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggung-punggung
gunung/pegunungan di mana air hujan yang jatuh di daerah tersebut mengalir
menuju sungai utama pada suatu titik/stasiun yang ditinjau (Triatmojo, 2008).
Menurut kamus Webster, DAS adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah
topografi yang menerima hujan, menampung, menyimpan dan mengalirkan ke
Laporan Antara IV - 28
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut. Komponen masukan dalam DAS
adalah curah hujan, sedangkan keluarannya terdiri dari debit air dan muatan
sedimen (Suripin, 2004).
Secara hidrologi Situ Cipondoh berada pada Daerah Aliran Sungai Angke yang
termasuk dalam Satuan Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. Pada sekitar Daerah
Tangkapan Air Situ Cipondoh terdapat beberapa pos hujan yaitu Stasiun Hujan
Cengkareng Drain, Stasiun Hujan Pasar Baru, Stasiun Geofisika Budiarto, Stasiun
Geofisika Pondok Betung, Stasiun Geofisika Tangerang dan Stasiun BMKG Bandara
Soekarno-Hatta. Luas Daerah Tangkapan Air Situ Cipondoh sebesar 23,096 km2.
Situ Cipondoh
Laporan Antara IV - 29
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Presipitasi adalah turunya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang bisa berupa;
hujan, hujan salju, kabut, embun dan hujn es (Triatmojo, 2008). Bentuk
presipitasi yang paling prnting adalah hujan (Soemarto, 1987). Unsur-unsur atau
parameter-parameter penting hujan dalam suatu analisis bidang keairan adalah
sebagai berikut (Soemarto, 2000):
1. Intensitas, biasanya disimbolkan dengan i, adalah Lau curah hujan
persatuan waktu, misalnya mm/hari atau mm/jam.
2. Durasi atau lama waktu, disimbolkan dengan t, adalah lamanya curah hujan
terjadi dalam menit atau jam.
3. Tinggi hujan, disimbolkan dengan R, adalah ketebalan hujan dinyatakan
dalam ketebalan air di atas permukaan datar, dalam mm.
4. Frekuensi, adalah frekuensi kejadian terjadinya hujan, biasanya dinyatakan
dalam waktu ulang (return periode) disimbolkan dengan T tahun.
5. Luas, adalah luas geografis curah hujan, disimbolkan dengan A, dalam km 2.
Laporan Antara IV - 30
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Jumlah hujan yang terjadi dalam satu DAS merupakan besaran yang sangat
penting dalam sistem DAS karena hujan merupakan masukan ( input) utama ke
Untuk kegiatan analisis hidrologi Situ Cipondoh dipergunakan data curah hujan
dari Stasiun Hujan Cengkareng Drain, Stasiun Hujan Pasar Baru. Data
2008 sampai dengan tahun 2018 atau selama 11 tahun akan disajikan dalam
lampiran.
Stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik dimana stasiun
hujan tersebut berada sehingga hujan pada suatu luasan harus diperkirakan dari
titik pengukuran tersebut. Apabila suatu daerah terdapat lebih dari satu stasiun
masing stasiun dapat tidak sama. Dalam analisis hidrologi sering diperlukan untuk
menghitung hujan rerata pada daerah tersebut, yang dilakukan dengan tiga
metode berikut yaitu metode Rerata Aritmatik, metode Poligon Thiessen dan
A. Rata-rata Aljabar
Untuk memperoleh besaran hujan DAS dengan cara rata-rata aljabar, dilakukan
dengan merata-ratakan data hujan dari semua yang berada dalam DAS, Cara ini
paling mudah, akan tetapi hasilnya dipandang paling tidak teliti, khususnya untuk
daerah dengan variabilitas yang tinggi seperti di Indonesia ini. Hal ini dapat
dimengerti karena cara ini sama sekali tidak memberikan bobot yang berbeda
pada setiap stasiun, sedangkan diketahui bahwa sumbangan masing-masing
Laporan Antara IV - 31
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
stasiun terhadap hujan DAS jelas berbeda. Hujan DAS dengan cara ini diperoleh
dengan persamaan :
R1 + R2 +…+ R n
Ŕ= (2.1)
n
B. Polygon Thiesen
Cara ini dipandang lebih baik meskipun belum dapat memberikan bobot yang
tepat besarnya sumbangan satu stasiun hujan untuk hujan DAS, cara ini telah
mengandaikan bobot tertentu kepada masing-masing stasiun hujan sebagai fungsi
jarak antar stasiun. Apabila dicermati lebih jauh, hal ini juga kurang baik karena
masih diandaikan hujan merata dalam tiap poligon. Untuk daerah dengan sifat
iklim tertentu mungkin cara ini sudah sangat memadai, tetapi untuk daerah tropik
seperti Indonesia, hal inipun dinilai belum cukup. Meskipun demikian cara ini yang
paling banyak digunakan, karena dipandang paling baik diantara cara-cara yang
ada saat ini. Hujan DAS didapat dengan menggunakan persamaan berikut :
A1 ⋅ R1 + A 2 ⋅R 2+ …+ An ⋅ Rn
Ŕ= (2.2)
A1 + A 2+ …+ A n
Dimana:
R1 , R 2 , R n : Curah hujan pada pos pengamatan 1,2, ….. , n (mm)
A1 , A 2 , An : Luas poligon 1,2, ….. , n (km2)
W 1 , W 2 ,W n : Faktor bobot masing-masing stasiun, yaitu prosentase (%)
daerah pengaruh terhadap luas keseluruhan
n : Banyaknya pos pengamatn hujan
R : Curah hujan rata-rata (mm)
Laporan Antara IV - 32
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Garis Isohiet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dalam suatu DAS yang
mempunyai kedalaman hujan yang sama. Garis ini biasanya diperoleh dengan
interpolasi data antar stasiun. Jika jumlah stasiun di dalam dan disekitar DAS
terlalu sedikit, maka interpolasi menjadi sulit sehingga bila jaringan sangat jarang
maka garis isohetnya dapat menjadi sangat subyektif. (Sri Harto, 2000).
Cara terbaik untuk menentukan hujan kawasan belum diketahui, umumnya untuk
menghitung curah hujan wilayah dapat digunakan standar luas daerah sebagai
berikut (Sosrodarsono, 1999):
1. Daerah dengan luas 250 ha yang mempunyai variasi topografi yang kecil,
dapat diwakili eleh sebuah alat ukur curah hujan.
Laporan Antara IV - 33
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
cara Poligon Thiesen, gambar Poligon Thiesen akandisajikan pada Gambar 2.5.
Data pengamatan hujan yang telah dirangkum dalam bentuk hujan harian
Stasiun Hujan
Rata-
Sta. Sta Sta
rata
No Tanggal Tangerang Pondok Budiarto
Thiesen
Betung
96.49% 3.34% 0.17% 100 %
1 01-Feb-08 286 11 82 276
2 26-Apr-09 96 - - 93
3 18-Jan-10 76 7 9 74
4 14-Feb-11 98 4 59 95
5 05-May-12 73 - - 70
6 17-Jan-13 101 59 17 99
7 18-Jan-14 118 43 48 115
8 10-Feb-15 122 117 - 121
9 14-Nov-16 136 97 62 135
10 21-Jan-17 93 74 - 92
11 04-Apr-18 105 7 5 102
Sumber : Hasil Analisis 2019
Laporan Antara IV - 34
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara IV - 35
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
sangat langka (Suripin, 2004). Tujuan analisis frekuensi data hidrologi berkaitan
dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi
kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Data hidrologi yang
dianalisis diasumsikan tidak bergantung (independent), terdistribusi secara acak,
dan bersifat stokastik.
Frekuensi hujan adalah besaran kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau
dilampaui. Sebaliknya, periode ulang adalah waktu hipotetik dimana hujan
dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui.
Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu
untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang dengan
anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan di masa akan datang akan masih
sama dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu.
Metode Analisis Distribusi Frekuensi yang sering digunakan dalam bidang
hidrologi:
Distribusi Normal
Distribusi Log Normal
Distribusi Log Pearson Type III
Distribusi Gumbel
Untuk menentukan jenis distribusi yang paling sesuai untuk suatu data hidrologi
adalah dengan mengetahui parameter statistik data tersebut. Parameter-
parameter statistik yang di perlukan adalah sebagai berikut:
1. Mean atau Nilai Rerata
Mean atau nilai rerata merupakan nilai yang cukup representatif dalam suatu
distribusi, nilai rerata dihitung dengan persamaan berikut.
n
1
x́= ∑ x i
n i=1 (2.4)
dengan :
x́ : rerata
xi : variabel acak (random)
n : jumlah data
Laporan Antara IV - 36
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
dengan :
x́ : rerata
xi : variabel acak (random)
n : jumlah data
3. Koefisien varian
Koefisien variasi adalah nilai perbandingan antara standar deviasi dan nilai
rerata, koefisien variasi mempunyai bentuk sebagai berikut:
s
C v= (2.7)
x́
dengan :
x́ : rerata
xi : variabel acak (random)
n : jumlah data
Laporan Antara IV - 37
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
a
C S= (2.9)
s3
Suatu distribusi dinyatakan simetris apabila a = 0 dan CS = 0
5. Kofisien Kurtosis
Koefisien Kurtosis dihitung dengan persamaan berikut.
n
n2 4
C k= 4∑( i
x −x́ ) (2.10)
( n−1 ) ( n−2 )( n−3 ) s i=1
Laporan Antara IV - 38
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Pengukuran dispersi normal akan disajikan pada Tabel 2.3 sedangkan pengukuran
dispersi logaritmik akan disajikan pada Tabel 2.4.
Laporan Antara IV - 39
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Xrata = 115,454
CS = 2,665
CK = 7,915
SD = 56,692
Tabel 2. 4 Pengukuran dispersi logaritmik
No Xi Log Xi log Log Xi- (Log Xi-log (Log Xi-log (Log Xi-log Xirata2)4
Xirata2 log Xirata2 Xirata2)2 Xirata2)3
1 2 3 4 5 = (3-4) 6 = 52 7 = 53 8 = 54
1 69.955 1.845 2.030 -0.185 0.0343798 -0.0063746 0.00118197120
2 73.578 1.867 2.030 -0.163 0.0267284 -0.0043698 0.00071440892
3 91.718 1.962 2.030 -0.068 0.0045945 -0.0003114 0.00002110958
4 92.630 1.967 2.030 -0.063 0.0040303 -0.0002559 0.00001624338
5 94.511 1.975 2.030 -0.055 0.0029981 -0.0001642 0.00000898831
6 98.971 1.996 2.030 -0.035 0.0012062 -0.0000419 0.00000145483
7 101.540 2.007 2.030 -0.024 0.0005570 -0.0000131 0.00000031028
8 114.894 2.060 2.030 0.030 0.0009034 0.0000272 0.00000081622
9 121.143 2.083 2.030 0.053 0.0028154 0.0001494 0.00000792664
10 134.571 2.129 2.030 0.099 0.0097444 0.0009619 0.00009495257
11 276.482 2.442 2.030 0.411 0.1692729 0.0696436 0.02865332880
Ʃ 22.33 0.000 2.57E-01 5.93E-02 3.07E-02
Laporan Antara IV - 40
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Batasan
No Jenis Sebaran Syarat Hasil Analisa Kesimpulan
Nilai
Dari tabel terlihat bahwa ada 2 jenis sebaran yang memenuhi kriteria yaitu
Distribusi Pearson III dan Log Pearson III oleh karena itu untuk menentukan jenis
sebaran dilakukan uji terhadap konsistensi data.
Uji Lengkung Masa Ganda (double mass curve) bertujuan untuk mengetahui
penyimpangan data suatu penakar hujan terhadap penakar hujan lain yang
Laporan Antara IV - 41
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
berada pada sekitar lokasi penakar hujan, untuk melakukan uji ini minimal
disyaratkan ada 2 penakar hujan pembanding.
Hasil uji untuk stasiun Geofisika Kota Tangerang dengan data pembanding Stasiun
Geofisika Budiarto, Stasiun Pasar Baru dan Stasiun Geofisika Pondok Betung akan
tampilkan pada Gambar 5.2 dan data hujan dari ke 4 stasiun tersebut disajikan
pada Tabel 5.6.
Laporan Antara IV - 42
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
20,000.0
R² = 0.9927
Kumulatif tahunan Sta Tangerang (mm)
15,000.0
10,000.0
5,000.0
-
- 5,000.0 10,000.0 15,000.0 20,000.0
Kumulatif rerata Sta Psr Baru, Sta Pondok Betung dan Sta Budiarto
(mm)
Uji X2 (Chi) kuadrat adalah membandingkan X 2 teoritis dengan nilai X2Cr (Chi
kuadrat kritis) untuk suatu derajat nyata tertentu. Nilai X 2Cr diperoleh melalui
tabel Chi-kuadrat kritis, sedangkan nilai X2 dihitung dengan persamaan berikut.
Laporan Antara IV - 43
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
2
N
( Of −Ef )
x =∑ (2.11)
t=1 Ef
Dengan :
X2 = harga chi-kuadrat
Of = frekwensi (banyaknya pengamatan) pada kelas
E f = frekwensi (banyaknya pengamatan) yang sesuai pembagian teoritis kelas
(n/N)
N = jumlah kelas
N = 1 + 3,322 log n; dengan n adalah banyaknya data pengamatan
Derajat kebebasan dihitung dengan persamaan berikut.
DK = K - ( + 1) (2.12)
Dengan :
DK : derajat kebebasan
K : banyaknya kelas
A : banyaknya parameter (keterikatan), untuk uji Chi-Kuadrat adalah 2
Hasil uji Chi-kuadrat untuk sebaran normal akan disajikan pada Tabel 2.7 berikut.
Laporan Antara IV - 44
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
G = 4,46 = 5
Ei = 2,2
DK = 2
Probabilitas 0,05
X2Cr tab = 5,991
X2Cr anl = 12,182
Tabel 2. 8 Uji Chi-kuadrta data logaritmik
Dari uji Chi-kuadrat untuk jenis sebaran normal diperoleh kesimpulan bahwa X 2Cr
analisis untuk sebaran normal > X2Cr analisis sebaran logaritmik.
Laporan Antara IV - 45
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
C. Uji Smirnov-Kolmogorov
D = |Fs(x)-Ft(x)|maks. (2.13)
Derajat Signifikansi = 5
N = 11
Sd = 56,692
Do kritis = 0,391 (tabel)
Dmaks = 0,210
Laporan Antara IV - 46
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Derajat Signifikansi = 5
N = 11
Sd = 0,120
Do kritis = 0,391 (tabel)
Dmaks = 0,121
Dari uji keselarasan data dengan Uji Smirnov-Kolmogorov untuk jenis sebaran
normal maupun sebaran logaritmik diperoleh kesimpulan bahwa Dmaks < Do kritis
sehingga data memenuhi sebaran normal maupun sebaran logaritmik akan tetapi
oleh karena Dmaks untuk sebaran logaritmiklebeih kecil dari pada Dmaks untuk
sebaran normal maka untuk analisis sebaran dipergunakan analisis sebaran
logaritmik yaitu Distribusi Log Pearson Tipe III.
Laporan Antara IV - 47
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Hasil analisis frekwensi dan pengujian jenis sebaran diperoleh kesimpulan bahwa
jenis distribusi frekuensi yang paling sesuai untuk data hujan DTA Situ Cipondoh
adalah Distribusi Log Pearson III. Hujan rancangan untuk berbagai kala ulang
dengan distribusi Log Pearson III disajikan pada Tabel 2.11.
Dalam analisis suatu hidrograf banjir rencana dengan transformasi data hujan,
keberadaan parameter hujan seperti durasi dan pola distribusi sangat diperlukan.
Untuk memperoleh data distribusi hujan dengan suatu interval tertentu dapat
dilakukan dengan beberapa metode antara lain Metode Sherman, Metode Talbot,
Metode Ishiguro dan Metode Mononobe. Dari ke empat metode tersebut Meode
Mononobe dapat digunakan untuk watu t sembarang sedangkan yang lain lebih
cocok digunakan untuk waktu yang pendek (Soemarto, 2000). Adapun persamaan
untuk Metode Mononobe adalah sebagai berikut:
R 24 24 m
I=
24
⋅ ( )
t
(2.14)
Dimana :
I : Intensistas hujan, mm/det
R24 : Hujan harian maksimum, mm
t : durasi hujan (jam)
m = konstanta (2/3)
Berdasarkan pengamatan, curah hujan di Indonesia diperkirakan rata-rata terjadi
selama 6 jam/hari.
Laporan Antara IV - 48
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara IV - 49
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Pada umumnya pencatatan hujan dalam bentuk hujan harian, hujan jam-jaman
atau menitan. Pencatatan yang dilakukan dalam interval waktu yang pendek agar
dapat diketahui distribusi hujan selama terjadinya proses hujan.
2p
Ip= (2.14)
Td
Dimana :
Ip : Intensistas hujan, mm/det
2p : Hujan harian maksimum, mm
Laporan Antara IV - 50
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Analisis distribusi hujan jam-jaman untuk periode ulang hujan 2 tahunan disajikan
pada tabel , hietograf hujan untuk berbagai kala ulang hujan disajikan pada Tabel
5.13.
Tabel 5. 13 Analisis Hietograf hujan Kala ulang 2 tahunan
Td t It It.Td p Pt hyetograph
(jam) (jam) (mm/ja (mm) (mm) (mm) % (mm)
m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 0-1 37.328 37.328 37.328 55.032 6.75 7.263109
2 1-2 23.515 47.030 9.702 14.304 10.03 10.80378
3 2-3 17.945 53.836 6.806 10.034 55.03 59.25446
4 3-4 14.814 59.254 5.418 7.988 14.30 15.40148
5 4-5 12.766 63.830 4.575 6.746 7.99 8.600872
6 5-6 11.305 67.829 3.999 5.896 5.90 6.348798
Ʃ 100.00
67.829 0 100.00 107.6725
berikut :
data curah hujan, karakteristik daerah aliran sungai, jenis tanah, luas daerah
Pada kegiatan ini akan dilakukan analisa debit banjir rancangan dengan metode
Metode Rasional Mononobe, Metode Unit hidrograf Nakayasu dan Metode Unit
Hidrograf Gama I.
kecil atau tidak lebih dari 5 km2 untuk daerah perkotaan dan tidak boleh lebih
dari 25 km2 untuk daerah pedesaan (Adamson, 2007). Didalam studi lain juga
dijelaskan bahwa rumus rasional ini hanya dapat dipergunakan untuk wilayah
DAS kurang dari 300 Ha atau 3 km2 (Suripin, 2004). Adapun persamaan debit
Q = 0,278.C.I.A (2.16)
Dimana :
A = Luas daerah aliran sungai, km2
I = Intensistas hujan maksimum selama waktu yang sama dengan lama
waktu konsentrasi, mm/jam
Laporan Antara IV - 52
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
R 24 24 2
I= ⋅
24 Tc( ) 3
(2.17)
Dimana :
I : Intensistas hujan, mm/det
R24 : Hujan harian maksimum, mm
Tc : Waktu konsentrasi, waktu perjalanan aliran dari titik terjauh ke
lokasi pengamatan, m
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan waktu
konsentrasi antara lain :
Persamaan Kirpich
L0.77
Tc=0.0078 ( )
s 0.385
(2.18)
Dimana :
Tc : waktu konsentrasi, jam
L : panjang sungai, km
S : kemiringan rata-rata dasar sungai
Persamaan Kinematic
L0.6 .n .0 .6
Tc=0.93 ( ⅈ0.4 . S0.3 ) (2.19)
Dimana :
Tc : Waktu konsentrasi, jam
L : panjang sungai, km
i : intensitas curah hujan, mm/jam
S : kemiringan rata-rata dasar sungai
n : koefisien kekasaran
Hasil analisa debit banjir rancangan dengan metode Rasional Monobe dengan
menggunakan data curah hujan rancangan Log Pearson III akan ditampilkan
Keterangan :
T = Kala ulang banjir (tahun)
R = Curah hujan rancangan (mm)
A = Luas DAS (km2)
L = Panjang sungai (km)
∆H = Beda tinggi hulu sungai dan bagian yang di tinjau (m)
S = Kemiringan sungai
C = koefisien pengaliran (tabel 2.10)
V = kecepatan aliran (m/det)
t = Waktu konsentrasi (jam)
Q = Debit aliran (m3/det)
Laporan Antara IV - 54
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Dengan :
Laporan Antara IV - 55
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
2.4
t
Qa=Q p ( )
Tp
(2.23)
Dengan;
t = waktu (jam)
Laporan Antara IV - 56
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
t−T p
Q d =Q p ⋅ 0 ,3 T 0,3 (3.24)
A = 3,01 Km2
L = 2,4 Km
S = 0,0163
C = 0,59
Time of lag
Laporan Antara IV - 57
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
tg = 0,39 jam
Waktu naik
Tr = 0,5. tg s/d tg
Tr = 0,75. 0,39
Tr = 0,29 jam
Waktu puncak ( Tp )
Tp = tg + 0,058 . Tr
Tp = 0,404 jam
T0,3 = 2. 0,39
Debit Puncak ( Qp )
C . A . R0
Q P=
3,6 ( 0,3 Tp+T 0.3 )
0,8 . 3,01. 1
Q P=
3,6 ( 0,3.0,404 +0,78 )
QP = 0,747 m3/det
Laporan Antara IV - 58
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Untuk mempermudah perhitungan bagian lengkung naik hidrograf dan lengkung turun
Grafik hidrograf satuan Nakayasu yang dihasilkan selanjutnya disajikan dalam grafik
Laporan Antara IV - 59
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara IV - 60
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
2.50
2.00
1.50
Q (m3/dt)
1.00
0.50
0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Q (m3/dt) 0.00 1.54 2.07 1.27 0.64 0.37 0.28 0.21 0.16 0.12 0.09 0.07 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00
rancangan Log pearson Tipe III dan Intensitas Hujan Mononobe yang telah
didistribusikan kedalam hujan jam-jaman dengan cara distribusi Bolak Balik (ABM)
disajikan pada tabel 5.15. Rekapitulasi Hidrograf Banjir Nakayasu dari kala ulang 2
tahunan sampai dengan 100 tahunan disajikan pada tabel 2.16, sedangkan
Laporan Antara IV - 61
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara IV - 62
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara IV - 63
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
200.0
150.0
Q (m3/dt)
Q2
100.0 Q5
Q10
Q25
50.0
Q50
Q100
0.0
0 1.00 1.13 2.00 3.20 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00 24.00 25.00 26.00 27.00
Q2 0.0 8.6 24.4 94.5 127.1 100.3 70.2 47.6 31.5 21.3 15.4 11.6 8.7 6.6 5.0 3.7 2.8 2.1 1.6 1.2 0.9 0.7 0.5 0.4 0.3 0.2 0.2 0.1 0.1
Q5 0.0 11.2 31.9 123.6 166.2 131.1 91.8 61.9 40.9 27.7 20.0 15.1 11.4 8.6 6.5 4.9 3.7 2.8 2.1 1.6 1.2 0.9 0.7 0.5 0.4 0.3 0.2 0.2 0.1
Q10 0.0 12.6 35.8 138.6 186.4 147.1 102.9 69.4 45.7 31.0 22.4 16.9 12.7 9.6 7.2 5.5 4.1 3.1 2.3 1.8 1.3 1.0 0.8 0.6 0.4 0.3 0.2 0.2 0.1
Q25 0.0 14.0 39.74 154.0 207.0 163.3 114.3 77.0 50.6 34.3 24.9 18.7 14.1 10.7 8.0 6.1 4.6 3.4 2.6 2.0 1.5 1.1 0.8 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.2
Q50 0.0 14.9 42.1 163.3 219.6 173.2 121.2 81.6 53.7 36.4 26.4 19.8 15.0 11.3 8.5 6.4 4.8 3.7 2.8 2.1 1.6 1.2 0.9 0.7 0.5 0.4 0.3 0.2 0.2
Q100 0.0 15.6 44.2 171.2 230.2 181.6 127.1 85.5 56.2 38.1 27.7 20.8 15.7 11.8 8.9 6.7 5.1 3.8 2.9 2.2 1.6 1.2 0.9 0.7 0.5 0.4 0.3 0.2 0.2
Dari survey hasil survey topografi diperoleh hubungan antara elevasi tampungan
dan volume genangan pada Situ Cipondoh yang disajikan pada tabel 5.10, Dalam
Laporan Antara IV - 64
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
menurun dari suatu sungai pada sebaran titik pengaliran selama periode banjir,
permasalahan ini dapat diatasi dengan teknik penelusuran aliran atau penelusuran
banjir (flood routing) yang mengolah sifat-sifat hidrograf banjir di hulu atau hilir
dari suatu titik ke titik lain sepanjang aliran sungai. Untuk memudahkan proses
Hidrograf banjir dapat ditelusuri lewat palung sungai atau lewat waduk.
Laporan Antara IV - 65
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
I 1 + I2
φ 2= +ψ 1
2
Apabila fasilitas pengeluaran air berupa pelimpah (spill way) maka debit aliran
Q = C.B.H3/2
Dimana;
α v2
= h+
2g
Laporan Antara IV - 66
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Pada umumnya kecepatan air didepan ambang bangunan pelimpah relatif sangat
kecil sehingga dapat di abaikan, oleh karena itu H = h, dengan demikian dapat di
Hidrograf banjir kala ulang 100 tahunan (Q100) yang telah diturunkan kedalam
rentan waktu setengah jaman untuk penelusuran banjir pada pelimpah akan
pelimpah yang ada, simulasi pada kondisi eksisting menggunakan data ketinggian
Laporan Antara IV - 67
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
pintu yang ada yaitu pada elevasi +14,70 dengan lebar total bukaan 5 meter.
- - - - -
1 14.70 -
1.0 296,22 164.5 164.0 165.1
2 14.80 5 9 0.52 7 5 0
2.1 479,11 266.1 264.6 267.7
3 14.90 0 6 1.57 8 0 5
2.8 605,30 336.2 333.8 338.7
4 15.00 0 7 2.45 8 3 3
3.3 818,81 454.9 451.8 457.9
5 15.10 3 4 3.06 0 3 6
Laporan Antara IV - 68
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara IV - 69
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara IV - 70
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Hidrograf Inflow
200.00
Debit Limpasan (m3/det)
Hidrograf
Outflow
150.00
100.00
50.00
0.00
0.00 4.00 8.00 12.00 16.00 20.00 24.00
Periode (jam)
Dari analisis penelusuran banjir melalui pelimpah eksisting diperoleh hasil elevasi
muka air maksimum banjir pada situ +16,24 sedangkan debit maksimum yang
keluar sebesar = 8,70 m3/detik, debit puncak yang masuk sebesar 230,21
m3/detik, sehingga terjadi reduksi debit = 230,21 – 8,70 = 221,51 m 3/detik atau
sebesar 96,2% debit banjir tereduksi oleh situ akan tetapi terjadi limpasan banjir
pada jalan Maulana Yusuf dengan ketinggian 1,04 meter, oleh karena debit yang
keluar sangat kecil yaitu 8,7 m3/det maka pada akhir simulasi yaitu 27 jam
ketinggian air pada situ masih + 16,10 atau baru turun 14 cm.
13,90 elevasi ini adalah elevasi muka air situ pada saat dilakukan pengukuran
Laporan Antara IV - 71
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0 20 40 60 80 100 120
Debit (m3)
1 13.90 - - - - - -
Laporan Antara IV - 72
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara IV - 73
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Keterangan tabel:
1 = t ; waktu kejadian
Laporan Antara IV - 74
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Dari analisis diperoleh hasil elevasi muka air maksimum banjir pada situ +15,03
sedangkan debit maksimum yang keluar sebesar = 92,60 m 3/detik, debit puncak
yang masuk sebesar 230,21 m3/detik, sehingga terjadi reduksi debit = 230,21 –
92,60 = 137,61 m3/detik atau sebesar 59,77% debit banjir tereduksi oleh situ.
Elevasi genangan pada puncak banjir +15,03 sehingga tidak lagi terjadi limpasan
Laporan Antara IV - 75
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Hidrograf Inflow
200.00
Debit Limpasan (m3/det)
Hidrograf
Outflow
150.00
100.00
50.00
0.00
0.00 4.00 8.00 12.00 16.00 20.00 24.00
Periode (jam)
Metode Nreca
Data masukan yang diperlukan dari model hujan - limpasan NRECA adalah
sebagai berikut :
Laporan Antara IV - 76
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Rainfall Evapotranspiration
Recharge to
Groundwater
Groundwater Groundwater
Storage flow
Total
Discharge
Laporan Antara IV - 77
Analisis Hujan Andalan (80%)
Tabel 5. 28 Analisis Hujan Andalan 80% Stasiun Tangerang
Bulan
Rangking Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 37.6 31.9 37.6 39.4 30.2 23.0 7.9 7.3 2.0 7.7 7.6 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 13.5 2.0 5.2 4.3
2 46.0 34.9 59.2 40.0 32.5 44.9 13.1 25.6 9.2 19.8 31.7 4.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.5 16.4 6.3 40.6 12.6
3 70.0 59.6 139.3 55.2 41.7 48.1 24.0 29.9 19.6 22.0 43.0 16.8 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 4.5 1.6 8.7 41.1 10.2 51.3 68.1
4 84.2 69.0 144.5 85.0 46.2 57.1 31.7 30.6 28.8 39.0 43.7 17.1 1.6 1.0 7.5 0.3 0.0 5.7 13.0 13.5 48.0 12.2 54.9 69.0
5 108.0 80.9 145.3 85.5 48.6 60.9 54.4 36.5 33.0 45.1 53.2 19.4 8.0 21.0 9.4 0.8 0.5 18.0 13.2 35.5 62.2 50.9 65.6 69.2
6 122.2 119.9 147.8 142.8 65.8 67.0 80.8 56.9 38.7 74.2 55.2 28.7 38.9 62.6 13.0 15.4 2.0 19.1 16.0 37.6 79.0 51.0 69.3 70.0
7 168.3 155.0 169.0 182.0 75.0 77.7 81.0 87.0 65.4 81.6 82.0 32.8 47.0 77.0 18.0 27.0 4.9 21.9 21.1 44.0 88.5 52.2 70.0 73.0
8 170.5 160.4 221.5 184.9 89.3 79.3 110.0 89.9 70.7 95.3 90.9 45.0 54.5 83.1 21.8 31.0 6.9 28.0 25.4 47.7 124.0 60.5 87.9 105.8
9 191.0 187.0 334.8 207.4 111.0 102.0 132.6 109.4 79.0 119.0 94.9 48.0 73.9 136.5 24.3 51.0 55.9 68.7 41.0 69.0 139.0 98.4 88.9 108.7
10 203.0 274.6 368.8 264.2 145.0 184.1 148.4 225.0 148.1 138.1 137.0 57.0 119.8 143.0 28.5 62.4 70.9 80.4 45.0 97.8 145.8 112.4 119.0 143.5
11 280.4 479.4 483.0 326.1 151.4 212.5 153.6 227.0 154.9 252.5 151.6 141.6 168.3 191.3 124.0 69.0 98.5 89.4 81.2 113.9 163.8 124.6 180.4 153.7
∑ R1/2 bl 1481.2 1652.6 2250.8 1612.5 836.7 956.6 837.5 925.1 649.4 894.3 790.8 411.4 512.2 715.5 246.5 256.9 239.6 335.7 257.5 469.2 921.3 580.7 833.1 877.9
R 1/2 bl 134.7 150.2 204.6 146.6 76.1 87.0 76.1 84.1 59.0 81.3 71.9 37.4 46.6 65.0 22.4 23.4 21.8 30.5 23.4 42.7 83.8 52.8 75.7 79.8
Sd 75.1 131.6 136.6 95.5 43.3 59.1 54.2 76.9 52.0 70.7 44.3 38.9 55.7 68.1 35.2 26.8 35.7 33.1 24.4 38.0 52.9 43.7 45.3 46.6
Cs 0.843 3.12 1.661 1.012 1.419 2.574 0.344 2.213 1.812 2.630 1.035 3.805 2.214 1.158 5.024 1.281 2.596 1.738 2.527 1.328 0.292 0.786 1.887 -0.077
Rb=80%(P) 70.4 68.9 93.7 65.3 40.1 45.6 29.8 26.4 17.6 32.4 34.3 17.4 4.7 7.5 10.7 0.9 0.0 3.9 6.1 10.9 38.6 15.4 39.9 40.7
Laporan Antara IV - 78
Perhitungan Limpasan NRECA
Laporan Antara IV - 79
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
II - 80
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Rb PET Wo Wi Rb/PET AET/PET AET Rb-AET EMR EM dS GWS BGS EGS GWF DF Tot. Dischard
BLN 3
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) M /det
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
JAN1 70.0 52.42 600.00 2.39 1.34 1.00 47.18 22.82 0.99 22.60 0.23 6.78 2.00 8.78 7.90 15.82 23.719 0.423
JAN 2 59.6 55.91 600.23 2.39 1.07 1.00 50.32 9.28 0.98 9.09 0.19 2.73 0.88 3.61 3.25 6.37 9.612 0.161
PEB1 139.3 47.31 600.41 2.39 2.94 1.00 42.58 96.72 0.98 94.78 1.93 28.44 0.36 28.80 25.92 66.35 92.265 1.762
PEB 2 55.2 47.31 602.35 2.40 1.17 1.00 42.58 12.62 0.98 12.37 0.25 3.71 2.88 6.59 5.93 8.66 14.587 0.279
MAR1 41.7 53.80 602.60 2.40 0.78 0.91 44.06 -2.36 0.00 0.00 -2.36 0.00 0.66 0.66 0.59 0.00 0.593 0.011
MAR 2 48.1 57.39 600.24 2.39 0.84 1.00 51.65 -3.55 0.00 0.00 -3.55 0.00 0.07 0.07 0.06 0.00 0.059 0.001
APR1 24.0 55.50 596.69 2.38 0.43 1.00 49.95 -25.95 0.00 0.00 -25.95 0.00 0.01 0.01 0.01 0.00 0.006 0.000
APR 2 29.9 55.50 570.74 2.27 0.54 1.00 49.95 -20.05 0.00 0.00 -20.05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.001 0.000
MEI1 19.6 48.67 550.69 2.19 0.40 1.00 43.80 -24.20 0.00 0.00 -24.20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000 0.000
MEI 2 22.0 51.92 526.49 2.10 0.42 1.00 46.72 -24.72 0.00 0.00 -24.72 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000 0.000
JUN1 43.0 45.56 501.76 2.00 0.94 0.99 40.59 2.41 0.98 2.36 0.05 0.71 0.00 0.71 0.64 1.65 2.287 0.041
JUN 2 16.8 45.56 501.81 2.00 0.37 0.93 38.13 -21.33 0.00 0.00 -21.33 0.00 0.07 0.07 0.06 0.00 0.064 0.001
JUL1 0.2 48.85 480.48 1.91 0.00 0.00 0.00 0.20 0.96 0.19 0.01 0.06 0.01 0.06 0.06 0.13 0.193 0.003
JUL 2 0.0 52.10 480.48 1.91 0.00 0.91 42.67 -42.67 0.00 0.00 -42.67 0.00 0.01 0.01 0.01 0.00 0.006 0.000
AGT1 0.0 54.56 437.81 1.74 0.00 0.00 0.00 0.00 0.90 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.001 0.000
AGT 2 0.0 58.20 437.81 1.74 0.00 0.88 46.09 -46.09 0.00 0.00 -46.09 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000 0.000
SEP1 0.0 58.26 391.72 1.56 0.00 0.00 0.00 0.00 0.89 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000 0.000
SEP 2 4.5 58.26 391.72 1.56 0.08 0.00 0.00 4.50 0.00 0.00 4.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000 0.000
OKT1 1.6 58.76 396.22 1.58 0.03 0.82 43.36 -41.76 0.00 0.00 -41.76 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000 0.000
OKT 2 8.7 62.68 354.46 1.41 0.14 1.00 56.41 -47.71 0.00 0.00 -47.71 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000 0.000
NOP1 41.1 55.30 306.75 1.22 0.74 1.00 49.77 -8.67 0.00 0.00 -8.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000 0.000
NOP 2 10.2 55.30 298.08 1.19 0.18 1.00 49.77 -39.57 0.00 0.00 -39.57 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000 0.000
DES1 51.3 50.50 258.51 1.03 1.02 1.00 45.45 5.85 0.83 4.87 0.98 1.46 0.00 1.46 1.32 3.41 4.728 0.084
DES 2 68.10 53.87 259.49 1.03 1.26 1.00 48.48 19.62 0.48 9.42 10.20 2.83 0.15 2.97 2.67 6.59 9.267 0.155
II - 81
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Keterangan :
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
AGT1
JAN1
MAR1
MAR 2
APR 2
MEI1
AGT 2
PEB1
PEB 2
MEI 2
NOP1
JAN 2
JUN1
JUN 2
JUL1
JUL 2
OKT1
OKT 2
NOP 2
DES1
DES 2
APR1
SEP1
SEP 2
Periode
Laporan Antara V - 82
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Simulasi Situ
20.00
19.00
VOLUME TAMPUNGAN
18.00
17.00
AGUS 1
AGUS 2
OKT 2
DES 2
FEB 1
FEB 2
APR 1
JUN 1
JUN 2
SEPT 1
SEPT 2
OKT 1
NOV 1
NOV 2
DES 1
MAR 1
APR 2
MEI 2
JUL 2
JAN 1
JAN 2
MAR 2
MEI 1
JUL 1
PERIODE
Laporan Antara V - 83
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
0.140
0.120
DEBIT PENGAMBILAN (M3/DET)
0.100
0.080
0.060
0.040
0.020
0.000 OKT 1 OKT 2 NOV 1 NOV 2 DES 1 DES 2 JAN 1 JAN 2 FEB 1 FEB 2 MAR 1 MAR 2 APR 1 APR 2 MEI 1 MEI 2 JUN 1 JUN 2 JUL 1 JUL 2 AGUS 1 AGUS 2 SEPT 1 SEPT 2
AVAIL. 0.015 0.045 0.052 0.049 0.078 0.103 0.077 0.064 0.066 0.031 0.043 0.065 0.061 0.058 0.032 0.036 0.024 0.008 0.000 0.008 0.000 0.003 0.000 0.000
REQ. - - - 0.15 0.03 - 0.058 0.10 0.08 0.03 0.07 0.04 0.04 0.05 0.08 0.06 0.01 - - - - - - -
PERIODE
2.1 Sedimentasi
Sedimen adalah material hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan,
erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya yang mengendap di bagian bawah
kaki bukit, di daerah genangan banjir, saluran air, sungai, dan waduk.
Sedangkan sedimentasi adalah proses mengendapnya material fragmental oleh
air sebagai akibat dari adanya erosi.
Laporan Antara V - 84
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Y = E.SDR.A
dimana ;
Y = Laju sedimentasi ( ton/ thn );
E = Kecepatan erosi tanah ( ton/Ha/thn );
SDR = Sediment Delivery Ratio;
= -0,02 + 0,385A-0,2
A = Luas DAS ( Ha );
Laporan Antara V - 85
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Rerata (hari) 20 18 19 17 13 9 8 5 6 13 16 20
Laporan Antara V - 86
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Rerata (mm) 79 57 68 60 44 41 43 21 41 59 65 90
Rerata (cm) 7.93 5.70 6.75 6.03 4.44 4.09 4.33 2.14 4.11 5.89 6.51 8.96
Laporan Antara V - 87
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara V - 88
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara V - 89
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara V - 90
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
Laporan Antara V - 91
PT. SKETSA KARYA MANDIRI
E = R.K.LS.C.P
E = 2.692,209 x 0,47 x 0,0781 x 0,162 x 0,75
E = 13,22 ton/thn/ha
Laju Erosi (Y)
Y = E.SDR.A
SDR = -0,02 + 0,385A-0,2
SDR = -0,02 + 0,385 301-0,2 = 0,1029
Maka;
Y = 13,22 x 0,1029 x 301
Y = 408,58 ton/tahun.
Jika dikonversi kedalam satuan meter kubik (m 3) diperoleh nilai laju sedimentasi
sebesar 260,88 m3/tahun.
Laporan Antara V - 92