i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi
DAFTAR PETA ........................................................................................ ix
ii
2.2.1.3 Kriteria VRIO ................................................ II-68
2.2.2 Identifikasi Permasalahan Umum dalam
Pengembangan Industri Kabupaten ........................... II-69
iii
4.2.3.6 Long List Komoditas Unggulan ..................... IV-24
4.2.4 Tahap-3 Penentuan Komoditas Unggulan Prioritas ... IV-26
4.2.5 Tahapa-4 Penetapan Komoditas Unggulan
Prioritas “Terpilih”..................................................... IV-31
4.3 Program Pembangunan Industri ........................................... IV-32
4.3.1 Penetapan, Sasaran dan Program Pengembangan
Industri Unggulan Kabupaten .................................... IV-33
4.3.1.1 Penetapan Industri Unggulan Kabupaten....... IV-33
4.3.1.2 Sasaran dan Program Pembangunan
Industri UnggulanKabupaten ........................ IV-37
4.3.2 Pengembangan Perwilayahan Industri ....................... IV-68
4.3.3 Pengembangan Sumber Daya Industri ....................... IV-69
4.3.3.1 Pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) Industri .............................................. IV-69
4.3.3.2 Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran
Sumberdaya Alam .......................................... IV-71
4.3.3.3 Pengembangan dan Pemanfaatan
Teknologi Industri .......................................... IV-72
4.3.3.4 Pengembangan dan Pemanfaatan
Kreativitas dan Inovasi .................................. IV-73
4.3.3.5 Penyediaan Sumber Pembiayaan ................... IV-76
4.3.4 Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri ............ IV-78
4.3.4.1 Transportasi ................................................... IV-78
4.3.4.2 Jaringan Air, Listrik dan Telekomunikasi ..... IV-79
4.3.4.3 Infrastruktur/Pengelolaan Lingkungan .......... IV-80
4.3.4.4 Penyediaan Lahan untuk Industri................... IV-81
4.3.4.5 Penyediaan Sistem Informasi Industri ........... IV-82
4.3.5 Pengembangan Sentra IKM ....................................... IV-82
4.4 Industri Prioritas Kabupaten Simeulue................................. IV-83
4.5 Industri Prioritas Provinsi ..................................................... IV-86
4.6 Industri Prioritas Nasional .................................................... IV-87
iv
DAFTAR TABEL
v
Tabel 2.21 Data Pelabuhan dan Dermaga Kabupaten Simeulue ............. II-48
Tabel 2.22 Jumlah BTS yang Terbangun di Kabupaten Simeulue .......... II-54
Tabel 2.23 Aspek Pelayanan Umum Penataan Ruang Kabupaten
Simeulue, 2013-2016 ............................................................. II-58
Tabel 2.24 Sumberdaya Berwujud- Tangible .......................................... II-65
Tabel 2.25 Sumberdaya Tidak Berwujud- Intangible.............................. II-67
Tabel 2.26 Analisis VRIO ........................................................................ II-68
Tabel 3.1 Visi, Misi, dan Sasaran Pembangunan Industri Kabupaten
Simeulue ................................................................................ III-5
Tabel 4.1 Keterkaitan Visi, Misi, dan Strategi Pembangunan
Kabupaten Simeulue, 2017-2035 ........................................... IV-4
vi
Tabel 4.18 Sasaran Pembangunan Industri pengolahan Sagu.................. IV-49
Tabel 4.19 Program Pembangunan Industri Pengolahan Sagu ............... IV-50
Tabel 4.20 Estimasi Jumlah Pekerja Industri Pengolahan Rotan............. IV-55
Tabel 4.21 Sasaran Pembangunan Industri pengolahan Rotan ................ IV-56
Tabel 4.22 Program Pembangunan Industri Pengolahan Rotan .............. IV-57
Tabel 4.23 Sasaran Pembangunan Industri pengolahan Ikan .................. IV-62
Tabel 4.24 Program Pembangunan Industri Pengolahan Ikan ................. IV-63
Tabel 4.25 Program Pengembangan SDM Industri Tahun 2017-2035 .... IV-70
Tabel 4.26 Pemanfaatan, Penyediaan dan Penyaluran
Sumberdaya Alam .................................................................. IV-71
Tabel 4.27 Pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri.............. IV-72
Tabel 4.28 Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi ...... IV-73
Tabel 4.29 Penyediaan Sumber Pembiayaan ........................................... IV-77
Tabel 4.30 Program Pembangunan Infrastruktur ..................................... IV-79
Tabel 4.31 Program Pembangunan Jaringan Air, Listrik dan
Telekomunikasi ...................................................................... IV-80
Tabel 4.32 Program Pembangunan Pengelolaan Lingkungan ................. IV-81
Tabel 4.33 Program Penyediaan Lahan untuk Industri ............................ IV-81
Tabel 4.34 Program Penyediaan Sarana Informasi untuk Industri .......... IV-82
Tabel 4.35 Program Pengembangan IKM Tahun 2017-2035 .................. IV-83
Tabel 4.36 Kompetensi Inti Industri Daerah (KIID) Kabupaten
Simeulue ................................................................................ IV-85
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR PETA
ix
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK)
Simeulue Tahun 2017-2035
BAB I
PENDAHULUAN
industri menjadi satu kesatuan yang saling menguatkan dan dapat mencapai hasil
Lemahnya daya saing industri dan belum kuatnya struktur industri masih
nasional maupun daerah terlebih sampai saat ini kegiatan industri masih
Nasional (RIPIN) 2015-2035 yang menjadi pedoman bagi pemerintah dan pelaku
Pendahuluan, I - 1
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK)
Simeulue Tahun 2017-2035
nasional.
berwawasan lingkungan.
berkeadilan.
yaitu:
Pendahuluan, I - 2
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK)
Simeulue Tahun 2017-2035
wilayah Indonesia.
industri nasional.
7. Kuatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan antara yang
berbagai strategi seperti yang telah dirumuskan dalam RIPIN sebagai berikut:
(SDM) industri.
Pendahuluan, I - 3
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK)
Simeulue Tahun 2017-2035
tingkat yang lebih rendah seperti Rencana Induk Pembangunan Industri Tingkat
dan RIPIK ini dilaksanakan sesuai dengan pola ruang dan struktur ruang yang
telah dialokasikan dalam rencana tata ruang. Tata ruang ini sangat terkait dengan
luasan wilayah dan peruntukannya. Hal ini sesuai dengan data yang ada dalam
peta setempat.
dengan jarak 105 mil laut dari Meulaboh Kabupaten Aceh Barat atau 85 mila laut
dari Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan dan berada pada posisi astronomi antara
020 15’ 03” - 020 55’ 04” Lintang Utara dan 950 40’ 15” - 960 30’ 45” Bujur
Pendahuluan, I - 4
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK)
Simeulue Tahun 2017-2035
pulau besar dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Terdapat 147 buah pulau
besar dan kecil di antaranya Pulau Siumat, Pulau Panjang, Pulau Batu Berbayar,
Pulau Teupah, Pulau Mincau, Pulau Simeulue Cut, Pulau Pinang, Pulau Dara,
Pulau Langgeni, Pulau Linggam, Pulau Lekon, Pulau Silaut Besar, Pulau Silaut
Kecil, PulauTepi, Pulau Ina, Pulau Alafula, Pulau Penyu, Pulau Tinggi, Pulau
Kecil, Pulau Asu dan pulau-pulau kecil lainnya. Panjang Pulau Simeulue lebih
Pendahuluan, I - 5
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK)
Simeulue Tahun 2017-2035
212.512 ha, sedangkan hasil digitasi Bappeda Kabupaten Simeulue luas wilayah
Simeulue adalah 183.809 ha. Keadaan topografi Pulau Simeulue dimana titik
terendah terletak pada nol meter dari permukaan laut dan titik tertinggi 600 meter
Pendahuluan, I - 6
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK)
Simeulue Tahun 2017-2035
Pendahuluan, I - 7
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK)
Simeulue Tahun 2017-2035
BAB II
GAMBARAN KONDISI DAERAH TERKAIT PEMBANGUNAN
INDUSTRI
Undang No.48 Tahun 1999. Pada awal dibentuknya Simeulue sebagai Kabupaten
wilayah adminsitrasi terus berkembang hingga saat ini menjadi 10 kecamatan dan
daratan Kabupaten Simeulue dan pulau kecil lainnya adalah 212.512 Ha,
wilayah daratan Simeulue adalah 183.809,50 Ha, atau berkisar 3,26 % luas
Aceh, luas wilayah Kabupaten Simeulue lebih besar dari Kota Banda Aceh (6.136
ha), Kota Sabang (15.300 ha), Kota Lhokseumawe (18.100 ha), Kota Subussalam
(101.100 ha), Kota langsa (26.241 ha), Kabupaten Pidie Jaya (57.444 ha),
Kabupaten Aceh Barat Daya (168.500 ha) dan Kabupaten Bener Meriah (1.454
km2).
pulau besar dan beberapa pulau kecil disekitarnya. Terdapat sekitar 147 buah
pulau-pulau besar dan kecil antara lain Pulau Siumat, Pulau Panjang, Pulau Batu
Berlayar, Pulau Teupah, Pulau Mincau, Pulau Simeulue Cut, Pulau Pinang, Pulau
Dara, Pulau Langgeni, Pulau Linggam, Pulau Lekon, Pulau Silaut Besar, Pulau
Silaut Kecil, Pulau Tepi, Pulau Ina, Pulau Alafula, Pulau Penyu, Pulau Tinggi,
Pulau Kecil, Pulau Khala-khala, Pulau Asu, Pulau Babi, Pulau Lasia, Pulau
Simanaha dan pulau-pulau kecil lainnya. Panjang Pulau Simeulue ±100,2 Km dan
kecamatan. Dari 10 kecamatan ini terbagi dalam 29 mukim, 138 desa dan 411
dusun. Setiap kecamatan memiliki jumlah mukim, desa dan dusun yang berbeda-
beda. Kecamatan yang memiliki mukim dan desa terbanyak adalah Kecamatan
Teupah Selatan yaitu memiliki 4 mukim yang terdiri dari 19 desa dan 55 dusun,
sedangkan kecamatan yang memiliki mukim dan desa terkecil adalah Kecamatan
Alafan hanya memiliki 2 mukim yang terdiri dari 8 desa dan 28 dusun. Dapat
1.838.09 Km². Berdasarkan luas menurut kecamatan, maka luas yang terbesar
adalah Kecamatan Simeulue Barat 1yaitu 44,07 Km² atau 24,27 persen,
kemudian diikuti oleh Kecamatan Teluk Dalam (224,68 Km²) atau 12,22 persen,
dan Kecamatan Teupah Selatan (222,24 Km²) atau 12,09 persen. Sedangkan
kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan Simeulue Cut yaitu
35,4 Km² atau 1,93 persen, dan diikuti oleh kecamatan lainnya (Tabel 2.2 dan
Gambar 2.1).
Alafan
10,44%
Simeulue Barat
24,27%
Teupah Selatan
12,09%
Teupah Barat
7,98%
Simeulue Cut
Teupah Tengah
1,93%
4,55%
Teluk Dalam Simeulue Tengah
12,22% 6,12%
Kabupaten Simeulue berada pada posisi astronomi antara 02° 15’ 03’’- 02° 55’
04’’ Lintang Utara (LU) dan 95° 40’ 15’’ - 96° 30’ 45’’ Bujur Timur (BT).
Hampir 78,51 persen atau 106 desa dari keseluruhan 138 desa di
kabupaten ini merupakan desa pesisir. Desa pesisir ini lebih dominan ditemui di
Kecamatan Teupah Barat. Sementara desa bukan pesisir (dataran) paling banyak
2.1.1.3 Topografi
titik terendah terletak pada nol meter dari permukaan laut dan titik tertinggi 600
meter di atas permukaan laut. Hasil interpolasi garis kontur interval 50 meter dari
Peta Rupa Bumi skala 1:250.000 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah
Pulau Simeulue terletak pada ketinggian di antara 0–300 meter dari permukaan
laut dan bagian yang lain merupakan daerah berbukit-bukit dengan kemiringan di
bawah 18° terletak di bagian tengah pulau terutama pada daerah pegunungan di
sebelah Utara dan Selatan. Secara umum sebaran ketinggian dan lereng wilayah
Kabupaten Simeulue dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 serta Peta 2.2 dan
Peta 2.3.
2.1.1.4 Geologi
Secara litologi, jenis batuan penyusun Pulau Simeulue terdiri dari batuan
Formasi Bancuh Kuala Makmur yang merupakan batuan tertua dan merupakan
batuan dasar (basement rock) di pulau ini. Formasi bancuh atau campur aduk ini
berupa bongkah batuan aneka bahan yang terdiri dari batuan basal, gabro,
sampai lebih dari 250 m) terdapat dalam matriks atau massa dasar batu lumpur
dan batu lempung yang tergerus kuat. Formasi batuan ini diperkirakan terbentuk
selama Oligo Miosen yaitu pada masa tumbukan antara Lampeng India-Australia
dengan Lempeng Eurasia. Susut laut pada Miosen Tengah menghasilkan Endapan
Karbonat Formasi Sibigo yang terdiri dari batu gamping koral, kalkarenit dan
terendapkan Formasi Sigulai yang terdiri dari napal dan batu pasir kuarsa. Di
dalam batu pasir banyak terdapat bahan karbon, setempat tufaan dan gampingan.
Sebagai bagian dasar dari formasi ini terdapat Anggota Lasikin yang terdiri dari
konglomerat aneka bahan terdiri dari fragmen batuan ultra basa, gabro, basal,
Awal terendapkan Formasi Layabaung yang terdiri dari batu pasir tufaan, tufa dan
batu lempung tufaan mengandung kuarsa gelas gunung api dan bahan karbon.
Formasi layabaung ini berjemari dengan Formasi Dihit yang terdiri dari arenit
dengan sisipan batu lanau dan batu lempung. Formasi Dihit dijumpai menyebar
paling muda yaitu endapan masa kini, dijumpai endapan danau terdiri dari
lempung, lanau dan pasir halus, tersebar di sekitar Danau Amabaan di daerah
Sibigo, endapan rawa tersebar di banyak tempat, terdiri dari lempung, lumpur dan
pasir banyak mengadung sisa tumbuhan, dan edapan alluvium sebagai endapan
sungai dan pantai terdiri dari lumpur, pasir, lempung, kerikir dan kerakal.
bawah lempeng Benua Eurasia. Seperti halnya deretan kepulauan busur luar,
penyusupan kedua lempeng yang terletak di Samudera Hindia yaitu sebelah barat
daya Pulau Simeulue secara regional menerus dan memanjang di sepanjang barat
struktur patahan, lipatan, kekar dan perdaunan. Struktur patahan dijumpai berupa
patahan geser, patahan bongkah dan patahan naik. Ketiga jenis patahan ini
arah umum barat laut tenggara dan timur laut barat daya.
Patahan geser yang paling besar adalah Patahan Pagaja yang berarah barat
laut tenggara memanjang hampir sejajar dengan arah memanjang Pulau Simeulue.
Patahan naik dan patahan bongkah dijumpai masing-masing di sebelah timur dan
selatan Teluk Dalam. Struktur lipatan berupa antiklin dan sinklin sumbu-sumbu
Formasi Dihit. Struktur kekar dan perdaunan dijumpai pada batuan-batuan dari
galian sebagai bahan induk pembentuk tanah, secara garis besar dapat
a) Bahan tanah liat untuk pembentuk batu bata, banyak diupayakan oleh
Simeulue Timur.
b) Batuan endapan sungai berupa sirtu (pasir dan batu), banyak terdapat di
Sungai Kuala Makmur, Sungai Kuala Baru, Sungai Kota Batu, dan sungai
ukurannya bervariasi dari yang sangat besar sampai yang kecil dan
c) Bahan galian atau butiran emas, potensi jenis batuan ini masih dalam
tahap eksplorasi.
2.1.1.5 Klimatologi
temperatur udara berkisar antara 23°–34,5° C dan rata-rata harian antara 25°–27°
C. Berdasarkan data curah hujan yang ada menunjukkan bahwa curah hujan rata-
rata cukup tinggi yaitu 2.884 mm/tahun. Musim hujan umumnya terjadi antara
bulan Maret-Agustus. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni, sedangkan
Berdasarkan pada tipe iklim Oldeman, Pulau Simeulue memiliki tipe iklim
A yaitu daerah dengan bulan basah selama 9 bulan berturut-turut dan selama dua
bulan atau kurang mengalami musim kering. Bulan basah adalah curah hujan
musim, dimana musim Barat berlangsung sejak Bulan September sampai dengan
Bulan Februari, ditandai dengan terjadinya musim badai dan gelombang besar
yang berasal dari Lautan Hindia sehingga sangat berbahaya bagi pelayaran.
Sedangkan pada musim Timur berlangsung sejak Bulan Maret sampai dengan
Bulan Agustus ditandai dengan musim kemarau diselingi oleh hujan yang tidak
merata dan keadaan laut sedikit tenang. Kelembaban udara berkisar antara 60
Perkembangan curah hujan dan hari hujan Kabupaten Simeulue Tahun 2012-2015
Tabel. 2.5 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Simeulue,
2012-2015
Tahun
2012 2013 2014 2015
Bulan Curah Hari Curah Hari Curah Hari Curah Hari
Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan
(mm) (mm) (mm) (mm)
Januari 172,8 13 155,50 17 152,00 18 26,50 13
Februari 341 23 247,00 23 43,50 6 73,50 19
Maret 69,5 13 269,00 21 244,00 16 93,00 18
April 236,5 21 256,50 22 426,00 19 210,50 24
Mei 191,5 21 606,00 18 169,00 19 80,00 16
Juni 257 13 237,00 17 215,00 18 328,00 17
Juli 133 15 122,00 13 225,00 19 288,00 22
Agustus 381,5 18 184,00 20 319,00 24 295,00 20
September 265,0 217 368,50 16 259,50 17 598,00 24
Oktober 449,5 17 80,00 21 477,50 25 313,00 27
Nopember 320,5 21 278,50 24 433,00 29 510,50 29
Desember 477 20 286,50 19 206,50 24 530,50 24
3.248,80 210 3.080,60 231 3.170,00 234 3.348,60 263
Sumber: BMKG Kabupaten Simeulue, 2016.
2.1.1.6 Hidrologi
kepulauan sangatlah terbatas. Hingga saat ini potensi ini hanya dimanfaatkan
permukaan di kepulauan Simeulue berasal dari beberapa mata air, sungai dan
danau. Di Pulau Simeulue banyak dijumpai sungai, baik sungai sepanjang tahun
maupun sungai musiman, umumnya berpola dendritik, parallel dan sub parallel.
Kualitas air jernih sampai keruh dengan pH rata–rata 6.5. Rawa umumnya
Formasi Dihit antara lain di Desa Labua, Desa Kuala Makmur, Desa Kampung
Air tanah bebas adalah air tanah yang terdapat di antara permukaan tanah
dan lapisan kedap air (akifer) di bawahnya, dapat muncul sebagai mata air. Air
tanah bebas dapat diamati pada sumur-sumur gali penduduk, umumnya jernih
sampai kecoklatan, tidak berbau dan tidak berasa. Di daerah sekitar pantai
kedalam muka air sekitar 1-2 meter, fluktuasi 1-2 meter dengan debit sekitar10
ltr/ detik.
Biasa juga disebut air tanah dalam yaitu air tanah yang terdapat pada
lapisan kedap air (akifer) yang terdapat dibawah permukaan tanah dengan
metode pendugaan geolistrik dan hasil pemboran air didaerah Lasikin. Lapisan
pembawa air terdapat pada lapisan batu pasir kedap air, pada kedalaman sekitar
120m dibawah permukaan tanah, kurang produktif dengan debit < 2 ltr/detik,
2.1.1.6.2 Tanah
Berdasarkan data dan Peta Puslit Tanah (PPT) Bogor dapat diketahui
klasifikasi untuk jenis tanah diambil menurut sistem yang digunakan oleh PPT
berikut:
a. Alluvial
kelabu sampai cokelat, pada lapisan atas masih selalu terdapat bahan endapan
yang kadang-kadang mengandung zat organik, bertekstur liat atau berpasir sampai
kadar 50%, konsistensi keras bila kering dan teguh bila lembab, pH bervariasi,
kadar BO rendah namun kadar unsur hara umumnya tinggi. Daya serap air kurang
dan mudah tererosi. Produktivitas tanah beriasi dari rendah sampai tinggi. Setara
b. Hidromorf Kelabu
Merupakan tanah berkadar liat tinggi dengan pengaruh reduksi unsur besi.
Jenis tanah ini umumnya dijumpai pada daerah datar, solum memiliki kedalaman
sampai 100 cm, tanah berwarna kelabu kekuningan. Pada horizone A teksture
tanah liat sampai liat berlempung, horizon B bertekstur liat berat. Struktur tanah
kemampuan menahan air baik, peka terhadap erosi kandungan hara tanah dan
produktifitas tanah umumnya rendah sampai sedang setara entisol (therm USDA,
1983).
c. Regosol
didaerah datar. Tanah berwarna kelabu, cokelat, atau coklat kekuningan sampai
putih. Bertekstur pasir sampai lempung berdebu, struktur tanah lepas atau butir
tunggal. Daya ikat air sangat rendah, porus dan mudah tererosi. Produktifitas
tanah rendah sampai tinggi. Setara dengan entisol (therm USDA, 1983).
d. Rendzina
Lapisan tanah hanya terdiri dari horizon A & C. Horizon A tebalnya 20-30
cm, warna kelabu gelap, tekstur liat, struktur lepas, konsistensi gembur,
kandungan BO dan hara tanah rendah, pH 7,8 – 8,4 atau tergolong basa.
e. Podsolik
lokasi studi. Solum tanah 1-2 meter, warna tanah merah sampai kuning, tekstur
konsisten gembur di atas dan tengah di bawah, pH berkisar 3,5-5, kadar hara
2.1.1.6.3 Danau
Kabupaten Simeulue memiliki 4 (empat) danau yang belum pernah diteliti
1. Danau Mutiara Laut Tawar di Desa Buluhadek Kecamatan Teluk Dalam seluas
2. Danau Laulo Laut Tawar di Desa Amabaan Kecamatan Simeulue Barat seluas
3. Danau Tirama di Desa Buluhadek Kecamatan Teluk Dalam seluas 18,72 ha dan
4. Danau Luan Boya di Desa Buluhadek Kecamatan Teluk Dalam seluas 10,45 ha
atau setara 64,25 persen dari luas wilayah Kabupaten Simeulue. Adapun luas
A. Kawasan Lindung
terdiri atas:
Tengah.
- Kawasan sekitar danau seluas ± 239,44 h,a terdiri dari danau Laut Tawar,
c. Kawasan suaka alam yaitu Taman Hutan Raya (Tahura) seluas ± 451,51 ha
- Kawasan rawan bencana alam banjir rendah seluas ± 8.394,56 ha, berada
Simeulue Tengah.
kabupaten.
B. Kawasan Budidaya
Kecamatan.
dan Teupah Tengah. Selain itu, terdapat areal untuk perkebunan rakyat
Kabupaten Simeulue.
5. Kawasan pariwisata meliputi wisata religi, wisata alam, wisata bahari, wisata
2.1.2 Demografi
jiwa, terdiri atas 45.611 jiwa laki-laki dan 43.533 jiwa perempuan. Jumlah
penduduk tahun 2015 meningkat 1,76 persen dari tahun sebelumnya tahun 2014
yang tercatat berjumlah 87.598 jiwa. Dengan luas wilayah 1.838,09 km², maka
Sedangkan, rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah 105, artinya dari 100 orang
wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu 153,90 jiwa/km², disusul oleh
sebesar 23,42 jiwa/km², dan selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 2.2.
SIMEULUE 48,48
Alafan 24,55
Salang 42,30
yang bekerja atau sebesar 17.320 orang, 20 persen atau 6.186 orang angkatan
bekerja di sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel sisanya
menampung 1.237 orang jumlah tenaga kerja atau setara 4 persen dari jumlah
angkatan kerja yang bekerja. Masih minimnya penyerapan tenaga kerja di sektor
masih dijual dalam bentuk bahan baku atau bahan mentah. Oleh karena itu perlu
produk bahan baku menjadi produk barang setengah jadi atau bahan jadi (final
goods) dan pada akhirnya dapat membuka lapangan kerja dan membantu
mengurangi pengangguran terbuka yang masih berjumlah 2.878 orang (Gambar 2.3
Keuangan, Jasa
Asuransi, Usaha Kemasyarakatan,
Persewaan Sosial, dan
Bangunan, Tanah Perseorangan Petani, Kehutanan,
dan Jasa 20% Perburuan, dan
Perusahaan Perikanan
1% 56%
Angkutan,
Pergudangan, dan
Komunikasi
2%
Perdagangan
Besar, Eceran,
Rumah Makan,
dan Hotel
10%
Bangunan
7%
Jaminan Sosial Wajib, dan 3) Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran;
Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Berlaku (PDRB ADHB) tahun 2015
sebesar 36,34 persen, 16,32 persen, dan 12,4 persen. Secara akumulatif ketiga
lapangan usaha ini memberikan kontribusi terhadap PDRB ADHB sebesar 65,06
lainnya. Akan tetapi ketiga lapangan usaha tersebut, selama lima tahun terakhir
Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib, dan lapangan usaha Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan kontribusi rata-ratanya
sebesar 15,84 persen dan 12,21 persen, sedangkan lapangan usaha pertanian yang
telah memberikan kontribusi tertinggi pada PDRB, selama lima tahun terakhir
Kabupaten Simeulue sudah sesuai, namun perkembangunan ini relatif tidak baik
karena kontribusi lapangan usaha industri masih sangat kecil. Berdasarkan pada
pertimbangan ini maka perlu dilakukan intervensi secara sengaja dan terstruktur
agar lapangan usaha industri mengalami peningkatan yang signifikan. Untuk itu,
RIPIK ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kontribusi lapangan
dalam lima tahun terakhir (2011-2015) menunjukkan tren yang semakin menurun
dari 1,52 persen tahun 2011 turun menjadi 1,4 persen tahun 2015 dan rata-rata
kontribusi hanya 1,46 persen. Dilain pihak jika melihat pada tujuan RIPIN 2015-
2035 bahwa industri harus menjadi pilar bagi pembangunan pilar dan penggerak
menambah kontribusi sektor industri pengolahan dan menyerap tenaga kerja yang
lebih banyak sehingga tingkat pengangguran menjadi lebih kecil dari sebelumnya.
oleh sektor primer, maka petumbuhan ekonomi relatif lebih rendah. Hal ini
yaitu tahun 2011-2015 adalah sebesar 4,69 persen per tahun. Pertumbuhan
ekonomi di hitung berdasarkan pada Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga
Simeulue tumbuh berfluktuasi pada setiap lapangan usahanya, yaitu pada kisaran
dibandingkan tahun 2014 yang tumbuh sebesar 4,64 persen atau meningkat
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,17 4,05 3,64 3,47 4,51 3,57
˗ Pertanian, Peternakan,Perburuan dan Jasa 2,35 5,1 3,5 3,44 5,36 3,95
Pertanian
˗ Kehutanan dan Penebangan Kayu -4,91 -2,8 0,9 1,67 -3,46 -1,72
˗ Perikanan 5,5 5,45 5,06 4,25 4,67 4,99
2 Pertambangan dan Penggalian 5,16 5,16 6,43 5,18 4,97 5,38
3 Industri Pengolahan 2,62 3,22 2,92 3,19 2,86 2,96
4 Pengadaan Listrik dan Gas 6,41 7,72 5,57 7,7 5,42 6,56
5 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah, 5,7 8,26 7,63 5,86 6 6,69
dan Daur Ulang
6 Kontruksi 7,24 7,34 7,38 6,11 6 6,81
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 5,1 6,29 5,91 5,65 5,05 5,60
dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 4,3 4,69 4,96 3,42 4,49 4,37
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,78 6,59 6,07 5,31 5,25 5,80
10 Informasi dan Komunikasi 7,72 6,51 4,11 3,05 5,6 5,40
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 4,11 2,94 1,21 2,65 3,6 2,90
12 Real Estate 4,12 4,86 4,54 5,6 5,17 4,86
13 Jasa Perusahaan 5,85 6,71 6,29 5,39 5,32 5,91
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan 4,82 5,7 4,98 6,22 5,2 5,38
Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 4,82 5,7 4,98 5,22 5,64 5,27
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,13 5,24 4,67 4,78 3,24 4,41
17 Jasa Lainnya 5,8 5,8 5,31 4,88 4,62 5,28
Total 4,08 5,16 4,69 4,64 4,86 4,69
kemakmuran adalah PDRB per Kapita yang merupakan perbandingan antara nilai
Kabupaten Simeulue dalam lima tahun terakhir terus meningkat. Tahun 2011
PDRB per kapita adalah sebesar Rp 12,94 juta per orang per tahun. Sedangkan
tahun 2015 meningkat signifikan menjadi Rp 15,21 juta per orang per tahun.
yang meningkat ternyata peningkatan ini baru setengahnya dari pendapatan per
kapita Provinsi Aceh sebesar Rp 23 juta per orang per tahun (Gambar 2.4). Jika
kapita, maka pendapatan per kapita Kabupaten Simeulue dan Provinsi Aceh
keduanya masih jauh dibawah rata-rata nasional. Dengan pendapatan per kapita
sebesar itu tentu berdampak pada rendahnya daya beli masyarakat terhadap
barang dan jasa yang diproduksi di Simeulue maupun yang didatangkan dari
daratan.
(Tabel 2.8) masih lebih tinggi dari tingkat pengangguran nasional yang berkisar 5
persen dapat juga menjadi penyebab rendahnya pendapatan per kapita suatu
industri yang dapat menampung jumlah tenaga kerja yang masih menganggur,
terciptanya daya beli masyarakat dan pada akhirnya dapat meningkatkan pula
20,00
15,21
13,56 13,83
13,27
15,00
10,00
5,00
0,00
2012 2013 2014 2015
Simeulue Aceh
produk padi sebanyak 21.913,10 ton, kelapa sebanyak 5.414,43 ton, cengkeh
sebanyak 2.822,98 ton, kelapa sawit sebanyak 2.822,00 ton, sagu sebanyak 1.853
ton, karet sebanyak 736,93 ton, pinang sebanyak 248 ton, kakao sebanyak 180,10
ton dan pala sebanyak 130,40 ton. Tabel 2.10 memperlihatkan untuk tanaman
padi ada disemua kecamatan yang ada di Kabupaten Simeuleu. Kecamatan yang
sebanyak 3.432 ton dan yang paling sedikit menghasilkan padi adalah Kecamatan
namun yang paling banyak memproduksi kelapa adalah Kecamatan Teupah dan
Simeulue Barat.
Kabupaten Simeulue adalah 43.269 yang didominasi oleh ternak kerbau yaitu
yaitu 7.066 ekor, kemudian Kecamatan Simeulue Barat sebanyak 5.764 ekor.
Populasi ternak sapi yaitu berjumlah 2.548 ekor, populasi sapi terbanyak
ada di Kecamatan Teupah Selatan yaitu 864 ekor dan yang paling sedikit di
Teupah Selatan. Populasi kambing tercatat 4901 ekor dan yang paling banyak
terdapat di Kecamatan Simeulue Barat yaitu 1.047 ekor, sedangkan yang paling
Simeulue pada tahun 2015 mencapai 276.883,75 kg. Kecamatan Simeulue Timur
kontribusi adalah Kecamatan Alafan yaitu hanya 8.447,50 kg. Produksi daging
unggas (ayam dan itik) dan telur unggas di Kabupaten Simeulue pada tahun 2015
paling besar berasal dari Kecamatan Simeulue Timur yaitu sebanyak 82.058,25 kg
untuk produksi daging unggas dan 21.390,75 kg untuk produksi telur unggas.
berasal dari hasil perikanan budidaya maupun perikanan laut pada tahun 2015
yang terbesar yaitu 2.228,96 ton dan produksi terkecil di Kecamatan Simeulue
Cut yaitu hanya 1.200,80 ton. Produksi perikanan laut masih mendominasi
2.279,19 ton dan produksi hasil perikanan tangkap pada tahun 2015 sebanyak
9,77 ton.
Pada kurun waktu 2012-2016, pertumbuhan UMKM rata-rata 3,34 persen setiap
tahunnya. Akhir tahun 2016, jumlah UMKM mencapai 1.826 unit, dari tahun
2012 yang berkisar 1.601 unit. Sementara itu, tenaga kerja yang terserap di sektor
UMKM memperlihatkan penurunan, dari 3.742 orang tahun 2012 menjadi 2.700
orang tahun 2016, atau turun rata-rata -7,83 persen/tahun. Omset UMKM juga
menurun rata-rata hampir -7,58 persen setiap tahunnya, dari Rp.50,58 miliar tahun
2012 menjadi Rp. 36,29 miliar tahun 2016. Untuk itu, diperlukan perhatian dan
upaya yang lebih fokus dan terarah dalam melakukan pembinaan terkait
telah teruji cukup tangguh dalam menghadapi terpaan krisis, sehingga terus dapat
mendatang.
4.500 140,00
4.000
120,00
3.500
100,00
3.000
2.500 80,00
2.000 60,00
1.500
40,00
1.000
20,00
500
0 0,00
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah UMKM (unit) 1.601 1.645 1.686 1.826 1.826
Jumlah tenaga Kerja (orang) 3.742 3.981 4.115 4.230 2.700
Jumlah Omset UMKM (Milyar
50,58 54,63 66,10 116,97 36,29
Rupiah)
tenaga kerja pada lapangan usaha tersebut mencapai 1.317 orang, sedangkan pada
tahun sebelumnya (2015) tenaga kerja terserap sebanyak 2.253 orang.
Potensi penyerapan kerja pada lapangan usaha industri juga
memperlihatkan penuruna pada tahun 2016. Tahun 2014 dan tahun 2015, paling
kurang 875 orang terserap pada lapangan usaha tersebut. Angka tenaga kerja
tersebut menurun menjadi 443 orang tahun 2016. Disisi lainnya, lapangan usaha
perikanan, UMKM di sektor ini menyerap tenaga kerja sebanyak 455 orang tahun
2016, sedikit menurun dari tahun 2014 dan tahun 2015 yang berkisar 474 orang.
Adapun UMKM berbasis pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 291 orang
pada tiga tahun terakhir.
2500 2.253
2000 2.351
2014
1500 1317
2015
875
1000
2016
474 455
500 443 291
174 110
48 84
0
Gambar 2.6 Serapan Tenaga Kerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2012-2016 (orang)
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten
Simeulue, 2017
mampu bersaing secara regional serta berupaya kompetitif dalam meraih pangsa
pasar. Karena itu, permasalahan klasik UKM, seperti rendahnya SDM pelaku
dan masalah klasik lainnya diupayakan diatasi secara terpadu dan berkelanjutan.
secara keseluruhan berjumlah 273 unit usaha. Industri sandang memiliki jumlah
unit usaha terbanyak pada tahun 2015 yaitu sebanyak 80 unit usaha, tenaga kerja
yang terserap pada usaha ini adalah 348 orang. Tenaga kerja yang paling banyak
infrastruktur antara lain jalan, pelabuhan, airport, listrik, air dan jaringan energi
1 Panjang Jalan:
a. Nasional (km) 65,18
b. Provinsi (km) 222,06
c. Kabupaten (km) 400,64
2 Jumlah Pelabuhan dan Dermaga (unit) 34
3 Jumlah Pelabuhan Udara (unit) 1
4 Penggunaan Air (m³) 341.130,43
5 Pemakaian Listrik (kwh) 26.137.912,00
Sumber: BPS Kabupaten Simeulue, 2016.
menunjang kelancaran kegiatan ekonomi dan kegiatan lain secara umum. Selain
kabupaten sepanjang 480,43 km. Dibanding tahun 2012 yang masih 255,48 km,
berarti mengalami peningkatan sepanjang 224,95 km, atau tumbuh rata-rata 17,10
tabel berikut.
hampir sepanjang 243 km jalan dalam kondisi permukaan kerikil. Disamping itu,
paling kurang 101,36 km ruas jalan tanah atau kurang nyaman dilalui kendaraan
bermotor. Ruas jalan kabupaten yang kerikil dan tanah akan ditingkatkan
kualitasnya pada tahun mendatang secara bertahap. Adapun jalan kabupaten yang
beraspal sepanjang 136,07 km tahun 2016, dari 32,38 km tahun 2012. Kondisi
panjang jalan kabupaten menurut jenis permukaan dapat dilihat pada tabel
berikut.
urat nadi perekonomian suatu wilayah. Jika jalan rusak, dipastikan lalulintas
orang, barang, dan jasa akan terganggu. Selanjutnya, aktivitas ekonomi kurang
high cost economy bagi masyarakat/pengguna jalan. Tahun 2016, ruang jalan
berkondisi baik atau paling nyaman dilalui kendaraan bermotor tidak lebih dari
136,07 km. Selebihnya merupakan jalan berkondisi rusak ringan mencapai 143,80
km. Adapun kondisi jalan kabupaten yang kurang nyaman dilalui kendaraan
infrastruktur jalan cenderung stabil. Selama periode 2012-2016, tidak satu pun
jembatan di Kabupaten Simeulue mencapai 3.708 meter, dari 3.675 meter tahun
2012.
status jalan kabupaten mencapai 84,52 km, mencakup ruas jalan Simpang Lugu
Simpang Serafon-Amabaan sepanjang 8,76 km, ruas jalan Simpang Titi Olor-
Simpang Batu Asan sepanjang 16,60 km; ruas jalan Suak Buluh-Ana’o sepanjang
km; ruas jalan Kebun Baru-Latiung sepanjang 7,53 km; ruas jalan Blang Sebel-
jalan nasional yang terdapat di Kabupaten Simeulue sepanjang 356,39 Km, terdiri
atas ruas jalan Sinabang–Sibigo sepanjang 93,37 km; ruas jalan Sinabang–Lasikin
sepanjang 11,20 km, ruas jalan Lasikin–Nasreuhe sepanjang 64,13 km, ruas jalan
sepanjang 32,08 km, dan ruas jalan Air Dingin–Kota Batu–Labuhan Bajau
Penyeberangan Ferry yang baru pada tahun 2006-2008, berada di desa Kota Batu
Kecamatan Simeulue Timur, dengan jarak ±7 km dari pusat kota . Pelabuhan ferry
ini sebagai pengganti pelabuhan feri lama yang berada di pusat kota Sinabang
lebih baik. Pelabuhan penyeberangan ini baru melayani 2 jalur pelayaran antar
Kabupaten Aceh Singkil), dengan jumlah armada Fery yang beroperasi sebanyak
1 unit.
Kabupaten Simeulue sangat vital. Hal ini dikarenakan hampir seluruh kebutuhan
masyarakat masih didatangkan dari daratan, yaitu dari Banda Aceh, Medan, serta
Kabupaten terdekat seperti Kabupaten Aceh Barat Daya (Blang Pidie) dan
Kabupaten Simeulue juga memiliki pelabuhan cargo dan beberapa dermaga dalam
akses transportasi laut. Untuk nama pelabuhan atau dermaga, lokasi dan status
Lasikin adalah MA 60, C 212 & C 208 B. dengan operator Merpati Nusantara
Airline, Nusantara Buana Air (NBA), MAAF dan SUSI AIR. Melayani jalur
dikarenakan runway bandara yang masih belum memadai (1.400 m), sehingga
orang.
hitung dari penggunaan umah tangga adalah 95,74 pada tahun 2013, kemudian
ada penurunan persentasi di tahun 2014 yaitu 95,39 persen, dan pada tahun 2015
3) Pemanfaatan energi listrik yang bersumber dari energi terbarukan dari laut,
yaitu pemanfaatan energi ombak, energi arus laut dan energi angin.
digunakan untuk
Wellangkum.
pertanianmasih terbatas. Hal ini dipengaruhi oleh potensi sumber daya air yang
tersebutmeningkat dari tahun 2010 yang sepanjang 23.121 meter. Sementara itu,
panjangjaringan irigasi primer meningkat menjadi 7.348 meter, dari tahun 2010
yangsepanjang 4.278 meter. Selain itu, luas lahan sawah yang diairi irigasi
mencapai687 ha tahun 2015. Luas lahan sawah tersebut meningkat dari tahun
Kinerja dari aspek pelayanan umum pada urusan penataan ruang dapat
dilihat dari beberapa indikator antara lain Ruang Terbuka Hijau (RTH)yang ada di
Bangunan (IMB). Rasio bangunan memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) per
Kinerja pembangunan pelayanan urusan penataan ruang dapat dilihat dari luas
ruang terbuka hijau serta bangunan yang memiliki Izin Mendirikan Bangunan
(IMB).
Ruang Terbuka Hijau (RTH) terpadu yang ada untuk saat ini memang
belum ideal, harusnya 30% dari luas wilayah perkotaan merupakan ruang terbuka
hijau dan sampai dengan tahun 2016 jumlah ruang terbuka hijau tercatat seluas
Bangunan (IMB) sampai tahun 2015 adalah sebanyak 34 unit yang seharusnya
semua bangunan memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Disisi lain banyak
sumberdaya yang perlu mendapat perhatian, yaitu aspek lingkungan internal dan
Kabupaten Simeulue. Analisis sumberdaya ini meliputi daya saing dan daya
Daya saing strategis menurut hit, Ireland dan hoksisson (2001) adalah
inti digunakan untuk menciptakan posisi pasar yang eksklusif. Sumber daya
adalah input dalam proses produksi, dan kapabilitas adalah kapasitas serangkaian
adalah sumber daya dan kapabilitas yang menjadi sumber keunggulan daya saing
atas para pesaingnya, yang dalam hal ini adalah keunggulan daya saing daerah.
dimaksud.
unik yang mencakup sumber daya yang berwujud dan tidak berwujud yang terdiri
dari sumberdaya manusia, inovasi, dan reputasi. Dasar dari kapabilitas terletak
Pertama, perlu ditemukan hingga kompetitif inti yang menurut Hitt, mencakup
empat criteria keunggulan yaitu berdaya tahan, bernilai langka, terlalu mahal
untuk ditiru dan tidak ada produk pengganti. Secara operasional, suatu
nilai, tidak dapat digantikan dari sisi pandang pesaing. Kedua, adalah analisis
rantai nilai.
eksternal) yang diperoleh dari hasil survey dan wawancara dengan sejumlah
secara mendalam dari sisi bahan baku dan produk yang diwujudkan dari
alam antar satu kabupaten dengan kabupaten lainnya banyak berbeda. Kabupaten
Hampir 78,51 persen atau 106 desa dari keseluruhan 138 desa di
dimana titik terendah terletak pada nol meterdari permukaan laut dan titik
0–300 meter daripermukaan laut dan bagian yang lain merupakan daerah
kelas kemiringan lahan datar sampai curam. Kemiringan lahan datar umumnya
seluas ± 239,44 ha. Kawasan suaka alam yaitu Taman Hutan Raya (Tahura)
seluas ± 451,51 ha. Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi hutan produksi
terbatas seluas ± 3.485,95 ha dan hutan produksi tetap seluas ± 24.407,74 ha.
lain seluas ± 54.346,84 ha dan berada dalam kawasan hutan lindung seluas ±
1.835,92 ha. Kawasan Peternakan seluas ± 868,99 ha, kawasan perikanan berada
183.809,50ha dan 51% terdiri dari lahan Perkebunan dan hutan produksi, maka
khususnya kelapa, cengkeh, sagu, rotan dll yang paling besar kontribusinya
terhadap PDRB.
rakyat (seperti kelapa, cengkeh dan sagu) umumnya masih tidak terpelihara
dengan baik, jarak tanam tidak teratur, dipenuhi oleh gulma/rumput, penggunaan
bibit yang bukan bibit unggul, dan tidak dipupuk, juga Karena sebagian sudah
merupakan tanaman tua yang kurang produktif, maka hasil produksinya masih
lebih besar.
saat ini masih harus ditingkatkan. Keterbatasan ini memunculkan pola tanam dan
usaha pertanian yang konvensional, tidak inovatif dan terbatas dalam pemanfaatan
beigtu saja terlaksana jika tidak ada daya tarik dalam pemasaran produksi yang
para petani hasilkan. Peningkatan nilai tambah menjadi penting. Nilai tambah
besar.
Kalimantan barat diperoleh dari berbagai sumber diantaranya dari pendapatan asli
daerah (PAD), berupa pajak dan retribusi daerah, bagi hasil pajak dan bagi hasil
bukan pajak, dana perimbangan berupa dana alokasi umum (DAU), dana alokasi
Khusus (DAK) dan penerimaan lain-lain yang sah. Dari semua penerimaan
tersebut yang memberikan kontribusi yang cukup besar berasal dari instansi yang
lebih tinggi atau bantuan dari pemerintah pusat, sedangkan sumber penerimaan
daerah yang berasal dari penerimaan daerah sendiri (PDS) masih sangat terbatas.
pendapatan daerah yang sah sebesar 22,75 persen. Hal ini menunjukan,
belanja pegawai berupa gaji yang masih diharapkan dari pemerintah pusat.
Dengan kondisi ini, analisis lingkungan dari sisi sumber daya tangible dan
Sumberdaya Uraian
Keuangan Sektor basis utama masih berasal dari 1) Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, 2) Lapangan Usaha
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
Wajib, dan 3) Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan
Eceran. Namun, komponen dominan tetap berasal dari DAU
dengan kontribusi mencapai 57,72persen. Pembangunan
daerah bertumpu khususnya pada kontribusi pusat.
Organisasi -Sistem perencanan control dan koordinasi mengikuti
regulasi perundang-undangan dan peraturan yang berlaku
dengan akuntabilitas terjaga. Hal ini berlaku secara umum
dalam tata kelola pemerintahan.
-Sistem perencanaan melalui RPJM Daerah dengan
instrument Musrenbang menjadi pedoman kerja di masing-
masing SKPD.
-Ketersediaan RPJM Daerah memberikan kepastian hukum
dan arah yang jelas, RTRW juga sudah teregulasi melalui
perda RTRWKSimeulue.
-visi daerah adalah :
Terwujudnya masyarakat Simeulue yang adil dan sejahtera
berdasarkan nilai-nilai Syariat.
kriteria, menurut Hitt, Ireland dan Hoskisson (2001) bahwa daya saing strategis
potensinya.
sudah mencapai produk bernilai tambah secara merata, namun bukan hasil yang
sulit dicapai atau ditiru maupun langka dan pengorganisasian yang belum
pengembangan industri.
1) Populasi usaha industri yang masih terbatas dengan struktur yang belum
kokoh dilihat dari (a) penguasaan usaha; (b) industri kecil dan menengah
dengan:
pembangunan daerah;
Tangible dan Intangible, serta Kriteria VRIO maka dapat ditarik permasalahan
adalah:
berupa produk setengah jadi, belum bekembang sesuai dengan potensinya dan
pada sektor industri dan umumnya pada sektor hulu), pengorganisasian yang
masih lemah, serta iklim usaha yang masih belum memadai untuk mengolah
baik.
BAB III
VISI, MISI, STRATEGI, DAN SASARAN PEMBANGUNAN
INDUSTRI DAERAH
bagi kemajuan daerah, oleh karena itu, perencanaan pembangunan yang baik
harus mengacu kepada rencana pembangunan yang lebih panjang seperti Rencana
kegiatan indutri pada periode RPJMD berikutnya sudah seharusnya mengacu pada
tepat sasaran.
periode penyusunan rencan induk pengembangan industri ini tidak terlepas dari
RPJMD periode 2018–2022 sehingga Visi kepala daerah yang baru menjadi salah
Syariat”.
Berdasarkan pada visi tersebut, maka capaian dari Visi 2018–2022 ini
manusia yang unggul dan berdaya saing. Tujuan dari misi ini adalah untuk
berkualitas merupakan tujuan yang sangat penting agar sejajar dengan daerah
lain.
dengan kesehatan yang prima maka produktivitas tenaga kerja menjadi lebih
pemerintahan ini.
merupakan masalah yang sangat besar dewasa ini sehingga menjadi misi yang
yang sangat berat dan mencakup berbagai sektor yang salah satu di antaranya
d. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, dan amanah. Salah
daerah.
sumberdaya alam.
penting agar stabilitas pembangunan lebih mudah dicapai. Oleh karena itu,
kemandirian pangan. Hasil pangan juga bisa menjadi bahan baku industri
mencapai misi. Satu misi bisa dicapai dengan satu atau lebih tujuan. Sedangkan
sasaran adalah hasil yang diharapkan dari tujuan yang dilaksanakan. Satu tujuan
bisa saja menghasilkan satu atau lebih sasaran. Keterkaiatan antara Visi, Misi,
Visi :“Terwujudnya masyarakat Simeulue yang adil dan sejahtera berdasarkan nilai-nilai
Syariat”
No MISI TUJUAN SASARAN
2. Mewujudkan Meningkatkan derajat 1. Terpeliharanya kesehatan
pelayanan kesehatan masyarakat individu, keluarga masyarakat
kesehatan yang dan lingkungan.
berkualitas, 2. Meningkaatnya kualitas dan
terjangkau, dan jangkauan layanan keluarga
merata berencana
Memantapkan dan 1. Tersedianya layanan kesehatan
memperluas akses dan ke seluruh pelosok Simeulue.
daya dukung 2. Terpeliharanya infrastruktur
infrastruktur pelayanan kesehatan
fasilitas kesehatan
Meningkatkan 1. Tersedianya pelayanan
ketersediaan pelayanan kesehatan yang merata dan
kesehatan secara merata berkualitas
dan berkualitas 2. Tingkat kesehatan masyarakat
meningkat
Meningkatkan 1. Meningkatnya ketersediaan
ketersediaan tenaga tenaga kesehatan secara merata
kesehatan
Visi :“Terwujudnya masyarakat Simeulue yang adil dan sejahtera berdasarkan nilai-nilai
Syariat”
No MISI TUJUAN SASARAN
4. Mewujudkan tata Meningkatkan 1. Meningkatnya kinerja aparatur
kelola kinerja dan disiplin daerah
pemerintahan yang aparatur daerah 2. Meningkatnya pelayanan
baik, bersih, dan aparatur daerah
amanah Meningkatkan peran 1. Tersedinya dukungan teknologi
informasi teknologi informasi dalam pelaksanaan tugas
dalam pelayanan aparatur negara
pemerintah daerah 2. Meningkatnya sistem pelayanan
aparatur daerah
3. Meningkatnya disiplin aparatur
daerah
Melaksanakan sistem 1. Meningkatnya pelayanan aparatur
penghargaan (reward) daerah
dan penegakan 2. Meningkatnya kinerja dan
disiplin (punishment) pelayanan aparatur daerah
terhadap aparatur
daerah
Mewujudkan data 1. Terwujudnya sistem data base
base pemerintahan secara komprehensif
daerah 2. Meningkatnya akurasi capaian
kinerja daerah
3. Meningkatkan kecepatan dan
kecermatan pelayanan aparatur
daerah
4. Mempermudah proses
perencanaan, penganggaran,
pengendalian, evaluasi, dan
monitoring
5. Meningkatkan Meningkatkan 1. Tersedianya infastruktur yang baik
ketersediaan dan dan berkualitas
ketersedian
kualitas 2. Meningkatnya pemerataan
infrastruktur dan infrastruktur yang infrastruktur
fasilitas umum berkualitas dan merata 3. Meningkatnya mobilitas orang dan
barang
4. Meningkatnya distribusi barang
dan jasa
6. Mengelola Membuat regulasi 1. Tersedianya peraturan tentang
sumberdaya alam pemanfaatan sumberdaya alam
terhadap pengelolaan
secara optimal, lingkungan secara berkelanjutan
berkelanjutan, dan sumberdaya alam dan 2. Tercapainya pemanfaatan
berwawasan lingkungan untuk sumberdaya alam dan lingkungan
lingkungan menjamin secara optimal dan berkelanjutan
3. Meningkatnya peran serta
keberlanjutannya
masyarakat dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan secara berkelanjutan
Visi :“Terwujudnya masyarakat Simeulue yang adil dan sejahtera berdasarkan nilai-nilai
Syariat”
No MISI TUJUAN SASARAN
telah di tetapkan Peraturan Pemerintah no. 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk
untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, memuat antara lain tentang visi, misi
MISI
perekonomian nasional;
industri hijau;
berkeadilan.
Strategi yang ditempuh untuk mencapai visi dan misi pembangunan industri
alam;
(SDM) industri;
industri menengah;
Industri Aceh sebagai salah satu acuan dalam perencanaan pembanguan industri
Simeulue tidak terlepas dari visi dan misi pembangunan industri baik di level
pertimbingan tersebut maka disajikan juga Visi dan Misi Pembangunan Industri
perencanaan lainnya yang bersifat daerah bawahan sangat besar artinya agar
signifikan. Kondisi ini bisa dilihat misalnya melalui visi dan misi dari pemerintah
di bawahnya. Hal ini seperti dapat dilihat pada visi pembangunan industri di
Berdasarkan pada visi tersebut sudah sangat jelas bahwa visi ini sejalan
dengan visi pembangunan industri baik tingkat pusat maupun tingkat provinsi.
Sebagai salah satu sumber daya yang dimiliki organisasi, sumber daya
sasaran organisasi. Peran SDM bagi organisasi tidak hanya dilihat dari hasil
produktivitas kerjanya tetapi juga dapat dilihat dari kualitas kerja yang dihasilkan
dan kemampuan untuk memanfaatkan secara tepat sumber daya lainnya untuk
kepentingan organisasi. Bahkan lebih jauh lagi kalau dilihat secara makro
keunggulan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemampuan daya saing SDM-
nya bukan lagi ditentukan oleh sumber daya alam yang dimiliki. Peningkatan
semua pihak.
dan pelayanan administrasi yang optimal. Sebaik apapun kemampuan SDM yang
dimiliki suatu organisasi apabila tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai maka kualitas dari hasil pekerjaan dan pelayanan akan berkurang.
didorong dan dibina menjadi usaha yang makin berkembang dan maju, sehingga
ada di daerah dan teknologi mutu produk sentra IKM agar dapat bersaing sehat
diperkirakan mengalami peningkatan yang relatif kecil yaitu hanya sebesar 1,83
pertumbuhan sebesar 2,61 persen dan mengalami peningkatan lagi pada tahun
pertumbuhan yang relatif lebih rendah pada tahun 2021 (2,48 persen) dan 2022
(2,42 persen). Agar sektor industri mengalami pertumhan yang baik maka perlu
pertanian sehingga nilai tambah dari sektor ini mengalami peningkatan secara
signifikan.
rendah, misalnya pada tahun 2018 hanya sebesar 1,36 persen dan meningkat
menjadi 1,49 persen pada tahun 2019. Meskipun pada tahun 2020 masih
Kabupaten Simeulue masih sebesar 1,54 persen dan 2021 (1,75 persen).
Perkiraan peran sektor industri ini masih relatif rendah tidak terlepas dari
kontribusi sektor industri pada saat sekarang yang masing sangat rendah sehingga
dibutuhkan upaya yang lebih besar dan tepat sasaran sehingga sektor industri
yang akan datang. Konstrubusi sektor industri secara lebih lengkap dapat dilihat
di Gambar 3.2.
BAB IV
STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN INDUSTRI
KABUPATEN SIMEULUE
bab 2, yaitu:
berupa produk setengah jadi, belum bekembang sesuai dengan potensinya dan
pada sektor industri dan umumnya pada sektor hulu), pengorganisasian yang
masih lemah, serta iklim usaha yang masih belum memadai untuk mengolah
baik.
dan menjawab permasalah industri ini,. Strategi ini disusun juga untuk mencapai
pemerintah daerah ataupun lembaga baik didalam negeri maupun diluar negeri
penunjang lainnya.
berkelanjutan;
dan konektivitas yang kuat pada struktur industri antar satuan unit usaha;
sebagainya);
berkembangnya industri;
pemberian fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara ekspansif dan andal
berhubungan satu dengan yang lain. Strategi yang disusun adalah untuk mencapai
visi dan misi pembangunan industri. Keterkaitan antara Visi dengan Misi dan
6 Menumbuh-kembangkan industri
pengolahan sumberdaya unggulan yang
meliputi kelapa, cengkeh, sagu, rotan
dan perikanan dengan struktur industri
yang kuat dan berdaya saing;
7 Mengembangkan kompetensi industri
daerah pada tiap-tiap komoditas basis
industri unggulan;
Visi: Terwujudnya Sektor Industri yang maju dan mandiri dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Simeulue
Misi Strategi
8 Dukungan penguatan sumber daya
manusia, kelembagaan pelaku usaha dan
konektivitas yang kuat pada struktur
industri antar satuan unit usaha;
9 Perbaikan iklim usaha industri yang
kondusif dan bertanggung-jawab;
10 Kerjasama antar institusi terkait (pusat,
daerah, lembaga penelitian, dan
sebagainya);
11 Peningkatan infrastruktur dan
pengembangan teknologi untuk
mendukung berkembangnya industri;
12 Strategi pemasaran yang kuat dan
berkesinambungan;
13 Pengembangan Industri Kecil dan
Menengah melalui (a) skema
pencadangan usaha serta bimbingan
teknis dan manajemen serta pemberian
fasilitas khusus agar dapat tumbuh
secara ekspansif dan andal bersaing
dibidangnya. (b) mendorong sinergi
IKM dengan industri besar melalui pola
kemitraan (aliansi), dan (c) membangun
lingkungan usaha IKM yang
menunjang.
ketiga dilakukan pemilihan short list komoditas unggulan dan dilanjutkan tahapan
keempat yaitu penentuan komoditas unggulan prioritas yang akan masuk sebagai
komoditas basis dalam RIPIK ini dan tahap keempat penentuan industri unggulan
kabupaten.
Komoditas Unggulan
4 PrioritasTerpilih Focus Group Discussion (FGD) Stakeholders
Daerah
sektor basis dan non basis selanjutnya. Berdasarkan pada pertimbangan ini maka
alama seperti lapangan usaha seperti Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang
selama ini menjadi lapangan usaha yang mendukung dan berkontribusi besar
dapat dilakukan melalui analisis indeks Location Quotient (LQ) dan analisis Shift
suatu sektor di suatu daerah (region) terhadap besarnya peran sektor tersebut di
ke dalam tiga sektor: sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor sektor
Ada banyak variabel yang bisa dibandingkan, tetapi yang umum adalah nila
Wajib sebesar 16,32 persen, dan lapangan Perdagangan Besar dan Eceran sebesar
12,4 persen. Lapangan usaha yang memiliki peranan cukup besar sebagai
lapangan usaha adalah 19,99 persen, 4,42 persen, dan 11,93 persen.
Aceh. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan memiliki angka LQ>1, yang berarti lapangan usaha ini memberi
lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum juga memiliki nilai
LQ>1 hal ini sangat berpotensi untuk perkembangan industri yang mendukung
bahan baku yang menjadi ouput sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
tersebut menjadi input bagi sektor industri agar sektor industri nantinya juga
memiliki LQ>1.
Selain analisis LQ, analisis shift share juga dapat digunakan untuk
pertumbuhan ekonomi baik dari segi pendapatan maupun maupun dari segi tenaga
kerja pada suatu wilayah tertentu. Analisis Shift Share (SS) dapat menganalisis
atau kesempatan kerja di suatu wilayah hanya dengan 2 (dua) titik periode data,
pada tahun 2014 dan 2015. Analisis SS memerinci penyebab perubahan suatu
Kabupaten Simeulue dan Aceh. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pertumbuhan terbesar
memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi dimasa mendatang yaitu
lapangan usaha primer yang dapat masuk menjadi lapangan sekunder (industri).
Beberapa lapangan usaha itu merupakan lapangan usaha tersier. Dari sisi
Dari seluruh analisis yang ada pada Tabel 4.4, lapangan usaha unggulan
sektor basis dalam semua kategori analisis adalah lapangan usaha Pertanian,
sebelumnya (PDRB, analisis LQ, dana analisis SS) belum dapat secara otomatis
usaha basis/lapangan usaha unggulan akan ada sedikitnya satu atau beberapa
komoditas unggulan yang berkontribusi kuat pada lapangan usaha tersebut. Disisi
lain, juga sangat memungkinkan adanya komoditas yang berasal dari lapangan
usaha non basis tetapi juga merupakan komoditas unggulan, karena faktanya
unggulan utama sebagaimana hasil analisis sektoral pada Tabel 4.4 yang
Makan Minum dan lainnya, maka yang kedua dilakukan adalah menganalisis
dan paling potensial untuk pengembangan industri ini dilakukan dengan analisis
dan Penebangan Kayu, serta Perikanan. Perkebunan merupakan bagian dari sub-
oleh komoditas perkebunan kelapa, kelapa sawit, cengkeh, kakao, pala, pinang
dan sagu. Ditinjau dari hasil produksinya, perkebunan merupakan sumber bahan
baku industri atau ekspor, sehingga memiliki keterkaitan yang kuat dengan
kegiatan usaha berbagai sektor dan subsektor lainnya. Penentuan jenis komoditas
yang memiliki nilai LQ>1 menunjukkan tingkat basis tinggi dibandingkan pada
sehingga masyarakat yang terlibat sangat besar. Dari semua pertimbangan ini,
komoditas karet, sawit, kakao, dan pinang namun nilai LQ tidak sebesar
dan produknya telah dijual ke luar Provinsi Aceh. Industri pengolahan lanjutan
Meskipun industri ini masih dalam skala industri kecil (IKM). Potensi
adalah virgin coconut oil (VCO), coconut butter hingga industri arang/ karbon
aktif, industri santan instan, bricket. Berbagai jenis industri berbasis komoditas
kelapa ini bahkan compatible untuk skala industri kecil dan menengah.
Industri cengkeh tidak lebih baik dari pada kelapa, karena industri ini
tumbuh, meski variant produk lanjutan berbasis komoditas cengkeh ini sangat
dikembangkan menjadi industri, hal ini sangat didukung karena tersedianya bahan
baku sagu hampir di setiap kecamatan. Secara umum komoditas sagu telah diolah
makanan.
kerbau, sapi dan kambing. Ketiga komoditas ini merupakan komoditas yang
Berdasarkan analisis LQ, Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai LQ>1 untuk
dan Padang, namun karena persaingan harga di daerah lain yang mengakibatkan
harga jual kerbau Simeulue menjadi lebih mahal, maka kerbau Simeulue tidak
lagi dijual ke luar daerah namun hanya dikonsumsi oleh masyarakat setempat
saja. Akan tetapi produk olahan dari komoditas ini memiliki potensi yang sangat
besar, dapat digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan daging dan
penting untuk dikembangkan guna menuju ketahanan pangan nasional. Saat ini
yang potensial. Lokasi yang menghadap perairan laut Samudra Hindia dengan
cukup potensial. Produksi ikan laut Kabupaten Simeulue masih terkategori tidak
besar. Walaupun demikian dari tahun ke tahun volume produksi ikan laut ini
meningkat dengan peningkatan yang cukup signifikan. Jenis komoditas laut yang
produksi ikan budidaya dan produksi ikan laut. Akan tetapi perikanan ikan laut
lebih dominan daripada ikan hasil budidaya. Dalam beberapa tahun terakhir, hasil
produksi ikan laut mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2015
produksi ikan terbanyak adalah jenis ikan kerapu sebanyak 1.041 ton, kemudian
diikuti produksi ikan teri sebanyak 750 ton. Akan tetapi komoditas ikan jenis
pengolahan ikan.
tersendiri. Kebanyakan jenis ikan konsumsi yang biasa dikonsumsi dalam bentuk
segar dan bahkan dalam kondisi hidup. Pasar pada umumnya, tidak hanya
nasional tapi juga pasar internasional (ekspor) cenderung pada permintaan ikan
segar bukan pada ikan olahan. Disamping itu, tidak setiap jenis ikan cocok
sebagai ikan olahan, misalnya ikan kaleng cocok untuk jenis ikan sarden, tetapi
tidak cocok untuk ikan-ikan lainnya. Sehingga dengan demikian sangat di dukung
Bukan Kayu (HHBK) yaitu komoditas rotan. Kualitas rotan Simeulue sangat
peningkatan pada tahun 2016 yaitu produksi rotan jenis Manao sebanyak 85.812
batang dan jenis Semambu sebanyak 382.910 batang, sedangkan pada tahun 2015
produksi rotan Simeulue jenis Manao hanya 79.956 batang dan jenis Semambu
hutan, pemerintah daerah sudah mulai melakukan budidaya rotan terutama rotan
jenis Manao. Program budidaya rotan akan menjamin ketersediaan bahan baku
tahun 2016 produksi rotan hasil budidaya mencapai 14.375 batang untuk setiap
desanya lebih besar dibandingkan produksi pada tahun 2014 hanya sebanyak
yang berlimoah dan juga pemandangan dasar laut yng luar biasa indahnya dan
pariwisata ini tentu dibutuhkan sarana dan prasarana yang yang baik seperti
Akomodasi Makan dan Minum juga merupakan salah satu lapangan usaha yang
sangat alami. Dari 39 lokasi obyek wisata di kabupaten ini, 24 diantaranya adalah
obyek wisata pantai. Kecamatan Teupah Barat memiliki lokasi obyek wisata
5 obyek wisata yaitu Pantai Sigulai, Pantai Layabaung, Mata Ifaung, Pulau Tinggi
dan Danau Laulo Laut tawar. Sementara di Teluk Dalam hanya terdapat Danau
Makan Minum.
agar arus distribusi barang menjadi lancar tanpa harus ke daerah lain.
baku dan beragam potensi yang dapat dikembangkan untuk membangun industri
daftar panjang komoditas unggulan juga didasarkan pada fakta data dan juga
terkait lainnya, serta melalui FGD yang melibatkan semua stakeholder tersebut.
Dari semua analisis dan proses yang telah dilakukan, dapat diperoleh long-
Dari long list komoditas unggulan ini berikutnya dipilih diantaranya short
Simeulue.
kata lain, untuk menilai suatu komoditas seberapa potensial dapat dikembangkan
terkait.
pendekatan dari metode pairwise yang sudah umum digunakan dalam analisis
kelembagaan pemerintah.
6. Sumberdaya manusia,
7. Prestise daerah,
Simeulue.
kabupaten). Disamping itu, bambu, sawit dan penyediaan akomodasi dan makan
a. Kelapa
b. Cengkeh
c. Sagu
d. Rotan
e. Perikanan
a. Bambu
b. Pariwisata
Tabel 4.11 Matrix of Assessment Seleksi Short List Komoditas Unggulan Kabupaten Simeulue
Cengkeh Besar, ada sejak lama, minyak atsiri IKM Lokal Besar besar dari (dari
volume terbatas pada penyediaan bahan
produksi bunga cengkeh baku) dan dapat
tahun 2015 menjadi pemicu
(> 4 ribu ekonomi
ton)
Sagu Besar, ada sejak lama, tepung sagu, IKM Lokal Besar besar dari (dari
volume terbatas pada sagu penyediaan bahan
produksi tepung sagu mutiara,sourn, baku) dan dapat
tahun 2015 bihun sagu, menjadi pemicu
(> 1 ribu biskuuit sagu ekonomi
ton)
Rotan Besar ada sejak lama, perabotan IKM Lokal Besar besar dari (dari
terbatas pada rumah tangga penyediaan bahan
penjualan kualitas ekspor baku) dan dapat
pembuatan kerajinan menjadi pemicu
perabotan dan tangan, ekonomi
bahan baku
Perikanan besar ada sejak lama, pengolahan IKM Lokal Besar besar dari (dari
terbatas pada tepung ikan, penyediaan bahan
penjualan ikan pengolahan baku) dan dapat
segar ikan kaleng menjadi pemicu
ekonomi
Simeulue melalui RIPIK ini dapat fokus dan optimal, karenanya dipilih dari short
yang saling potensial untuk dikembangkan industrinya dan dapat menjadi industri
potensialitas komoditas unggulan prioritas provinsi ini ditentukan oleh faktor ke-5
hingga ke-10.
adalah:
1. Kelapa
2. Cengkeh
3. Sagu
Dan ditambah dua industri lainnya yaitu:
1. Rotan
2. Perikanan
sumber daya alam industri yang meliputi: pengembangan sumber daya manusia
beberapa fase dan analisis. Penetapan ini diawali dengan identifikasi sektor
dilanjutkan dengan tahapan kedua yaitu pemilihan long list komoditas unggulan
lapangan usaha lainnya. Pada tahap ketiga dilakukan pemilihan short list
unggulan prioritas yang akan masuk sebagai komoditas basis dalam RIPIK ini.
kemunduran yang sangat buruk dimana hingga saat ini hanya tersisa 2 pengusaha
pengolahan kelapa minyak VCO yang masih bertahan dengan jumlah produksi
yang masih sangat terbatas yaitu sekitar 400 liter perbulan yang dijual keluar
Aceh karena permintaan minyak VCO di Simeulue dan Aceh masih rendah
Saat ini penyerapan tenaga kerja dari sektor industri pengolahan kelapa masih
sangat minimal yaitu sebanyak 24 orang saja dengan nilai investasi yang juga
pengolahan minyak VCO yang harus gulung tikar karena kendala utama dalam
peningkatan sejak tahun 2011 hingga saat ini yang mencapai 15.141 Ha dengan
jumlah produksi pertahun sebesar 2.635,55 ton pertahun (BPS 2014). Dengan
jumlah produksi yang cukup bsar maka perlu dilakukan pengolahan yang baik
untuk menambah nilai dan mutu komoditas. Pengolahan komoditas cengkeh yang
biasa dilakukan adalah minyak atsiri yang diambil dari bunga, gagang dan daun
dilakukan pengemasan dalam bentuk kemasan plastik dan botol plastik sehingga
Sagu merupakan bahan baku olahan makanan yang sangat disukai oleh
meskipun tanpa ada campur tangan budi daya oleh masyarakat atau pemerintah.
Selama ini sagu dijual dalam bentuk mentah/batangan yang dikirim melalui
produk olahan mereka. Tanpa adanya industri pengolahan sagu maka nilai jualnya
menjadi sangat rendah dan merugikan masyarakat. Sementara itu, hanya ada 2
pengusaha sagu di Kabupaten Simeulue yaitu pengolahan tepung sagu dan sagu
mutiara dengan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap sebanyak 14 orang.
Melihat potensi sumber daya sagu yang cukup besar dan juga kegemaran
masyarakat indonesia terhadap bahan makanan dari sagu maka sangat perlu
direncanakan industri pengolahan makanan dari bahan dasar sagu seperti: soun,
bihun, dan biskuit sagudengan tampilan dan kemasan yang baik agar dapat
dipasarkan keluar Aceh dan dapat menjadi oleh-oleh khas daerah Simeulue.
Rotan adalah hasil hutan bukan kayu yang memiliki keunikan dan
dalam industri ini dalam bentuk bangunan pabrik dan pembelian mesin-mesin
pengolah rotan yang lengkap dan siap beroperasi pada tahun 2018. Jika proses
pengolahan rotan dan industri kerajinan rotan ini dapat berjalan lancar maka
diharapkan industri ini akan dapat menghasilkan nilai tambah yang cukup besar
bagi PDRB Kabupaten Simeulue. Saat ini, jumlah tenaga kerja pada industri
Selain itu, jika industri ini dapat berjalan dengan baik maka diharapkan
industri ini juga akan menyerap banyak tenaga kerja yang merupakan para pekerja
yang telah pernah bekerja di industri rotan di Cirebon dan pekerja-pekerja yang
pernah memiliki usaha kerajinan rotan yang terpaksa ditutup karena permasahalan
penjualan hasil yang tidak memenuhi harapan. Dengan dukungan penuh dari
pemerintah daerah maka masalah pemasaran hasil industri rotan tidak akan
produk rotan pada semua lini instansi pemerintah dan sekolah-sekolah yang ada di
Kabupaten Simeulue, maka hal ini dapat juga menjadi ciri khas daerah yang
menjadi citra dan ikon pariwisata Simeulue. Perkiraan Jumlah Pekerja Produksi
oleh lautan yang kaya akan sumber daya ikan yang cukup besar karena memiliki
wilayah kelautan yang cukup luas. Akan tetapi pemanfaatan dan pengolahan
sumber daya perikanan di wilayah ini belum maksimal, baik untuk kebutuhan
pengolahan tepung ikan dan industri pengolahan ikan kaleng. Saat ini pengolahan
ikan di Kabupaten Simeulue hanya terbatas pada pengusaha ikan tangkap dan
ikan budidaya tanpa ada usaha industri pengolahan sehingga perlu direncanakan
jenis usaha yang cocok seperti: Pengolahan tepung ikan, dan pengolahan ikan
kaleng.
tertentu yang akan berperan sebagai penggerak utama (prime mover) bagi
industri dan ekonomi poada wilayah lain di sekitarnya dalam suatu wilayah
regional atau provinsi dengan batas-batas yang jelas. Adapun kriteria WPPI harus
memiliki:
- Memiliki potensi energi berbasis sumber daya alam (batubara, panas bumi, air)
Desa BlangSeubel Kecamatan Teupah Selatan dan desa Luan Balu kecamatan
industri tanpa tenaga kerja manusia yang trampil dan berkomitmen, pembangunan
industri tidak akan berjalan dengan sukses. Untuk itu sektor pengembangan
sumber daya manusia harus mendapat perhatian yang lebih besar dalam
dan ketrampilan serta wawasan industri yang dapat dilakukan melalui metode
pendidikan dan pelatihan baik di dalam maupun di luar daerah serta kerja sama
ketrampilan yang telah dimiliki dan tingkat ketrampilan dan keahliah yang harus
dimiliki oleh tenaga kerja di bidang industri (need assessment) untuk memastikan
daerah.
hasil perkebunan dan perikanan yang merupakan modal awal yang sangat baik
saluran sumberdaya alam ini harus dilakukan dengan terintegrasi agar sasaran-
sasaran yang telah ditentukan dapat dicapai. Saat ini pemanfaatan sumberdaya
alam berlimpah ini hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat yang
perkebunan dan perikanan sedangkan potensi sumberdaya alam ini masih bias
bantuan dan fasilitasi dari pemerintah daerah melalui program pengembangan dan
pembinaan.
keharusan agar hasil akhir sesuai dengan standarisasasi produk serta pelaksanaan
proses produksi akan menjadi lebih efektif dan efisien. Penggunaan teknologi
juga dapat meningkatkan volume produksi atau mass production dengan bantuan
mesin-mesin kapasitas produksi yang besar dan modern. Untuk itu program-
diinisiasi oleh tenaga kerja berpengalaman yang terus-menerus dilatih dan dibina
dalam pengembangan dan pemanfaatan proses dan hasil industri. Selain itu,
kreatifitas dan inovasi lebih dititikberatkan kepada penciptaan metode atau teknik
baru dalam proses dan hasil produksi industri sehingga diharapkan produk/jasa
akhir yang dihasilkan dapat berbeda dalam hal kualitas dan kuantitas.
kesulitan dalam proses pemasaran dan penjualan (marketing and sales). Saat ini
kendala yang dihadapi para pengusaha pengolahan kelapa, cengkeh, sagu, rotan
dan perikanan adalah pemasaran produk karena lokasi Kabupaten Simeulue yang
merupakan sebuah pulau yang oleh laut sehingga transportasi yang digunakan
adalah pelabuhan dan kapal yang belum memadai. Oleh karena itu, perlu
Simeulue berasal dari pasar lokal, nasional dan internasional (ekspor). Dari
Kabupaten Simeulue terdiri dari business to business (B2B) yaitu pengusaha yang
membeli dalam jumlah besar untuk kebutuhan bisnis yang berhubungan dengan
1. Produk
standar kualitas yang diharapkan oleh target pasar baik itu B2B dan B2C baik
untuk standar lokal maupun standar ekspor. Selain itu desain kemasan harus
komoditas unggulan yang dijual. Oleh karena itu, perlu ada pendampingan
2. Harga
pricing atau penetapan harga berdasarkan nilai. Dalam hal ini penetapan
oleh target pasar. Khusus produk tertentu yang biaya produksinya tinggi perlu
3. Distribusi
Produk komoditas unggulan Simeulue agar dijual melalui outlet yang terdapat
di Banda Aceh untuk target pasar lokal, di Jakarta untuk target pasar nasional
dan di Malaysia untuk target pasar luar negeri atau ekspor. Penjualan
4. Promosi
sebagai industri yang baru berkembang perlu dukungan aktif dari Dinas.
satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah berperan aktif dalam kegiatan
industri. Oleh karena itu penting disusun perencanaan pembangunan sarana dan
industri yang terkait dengan perencanaan yang tercantum dalam RPJM Kabupaten
Simeulue.
penyediaan air bersih di daerah tersebut harus menjadi bagian dari program
dari tenaga air, seperti energi ombak. Di samping itu, dalam pembangunan
berkelanjutan.
industri kecil dan menengah (IKM) yang telah ada selama ini dengan membangun
sentra IKM yang mampu menfasilitasi kebutuhan pelaku industri daerah. Sentra
IKM dibangun oleh pemerintah daerah untuk menyediakan sarana dan prasarana
sentra yang dibutuhkan oleh industri terkait. Pemerintah daerah juga harus
terutama di bidang teknis seperti rancangan kemasan bagi produk IKM, promosi
melalui media online dan lain-lain. Pembangunan dan pertumbuhan Industri Kecil
sagu, rotan, kerbau dan perikanan laut juga merupakan komoditas unggulan bagi
terpilih dapat dijadikan sebagai komoditas basis KIID (Kompetensi Inti Industri
3. Komptensi inti daerah seharusnya memiliki sesuatu yang sulit ditiru oleh
dan perikanan laut) tersebut merupakan komoditas yang relatif tersebar merata
dan berpengaruh sangat besar pada ekonomi masyarakat secara luas, sehingga
pemilihan keenam komoditas tersebut dianggap paling rasional dan tepat. Dengan
adanya pembangunan industri, kelapa, cengkeh, sagu, rotan, kerbau dan perikanan
laut yang memiliki nilai tambah diharapkan akan meningkatkan secara signifikan
merata dihampir semua kecamatan yang ada di Kabupaten Simeulue namun harus
ditetapkan pula kecamatan mana saja yang akan menjadi tempat pengembangan
industri yang dipilih berdasarkan jumlah produksi terbesar dari setiap komoditas
yang dihasilkan.
baku industri semata. Sedangkan industri yang ada biasanya tumbuh untuk
sesuai dengan yang visi misi rencana induk pembangunan industri nasional yaitu
instan
hanya masuk dalam industri pengolahan ikan yang menjadi basis dan bisa
kepulauan.
yang ditetapkan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. RIPIN merupakan
Industri Provinsi. Sesuai dengan amanat Pasal 4 PP No. 14 tentang RIPIN 2015-
2035, bahwa RIPIN dijadikan acuan bagi gubernur dalam penyusuanan Rencana
Pembangunan Industri Kabupaten/ Kota. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan
nasional, atau menambahkan jenis industri yang baru pada industri prioritas
pengembangan KIID.
pengolahan ikan dan aneka hasil laut lainnya, industri pengolahan minyak nabati,
Pengembangan Industri (WPI) seperti Provinsi Papua dan Papua Barat, maka
sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap provinsi. Sementara itu, untuk
(WPPI) dan sebagai daerah pendukung WPPI. Khusus untuk Provinsi yang
terdapat WPPI dan Kabupaten/kota yang menjadi bagian dari WPPI, maka
untuk pengembangan dan penguatan WPPI. Sementara itu, untuk provinsi dan
kabupaten / kota yang tidak terdapat dan tidak menjadi bagian dari WPPI,
WPPI.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Rencana Induk Pembangunan Industri (RIPIK) Kabupaten Simeulue
Tahun 2017-2035 mengacu pada Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional
(RIPIN), Kebijakan Industri Nasional (KIN) 2015-2019 dan Rencana Induk
Pembangunan Industri Provinsi (RIPIP) Aceh Tahun 2015-2035 dalam usaha
mewujudkan visi pembangunan industri nasional “Indonesia Menjadi Negara
Industri Tangguh”.
RIPIK Kabupaten Simeulue Tahun 2017-2035 sejalan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Simeulue dan merupakan
pedoman bagi pemerintah kabupaten dan pelaku industri dalam perencanaan dan
pembangunan industri di Kabupaten Simeulue. Selain itu, RIPIK Kabupaten
Simeulue ini juga disesuaikan dengan RPJMD Kabupaten Simeulue Tahun 2014-
2034 khususnya terkait dengan pembangunan industri.
5.2 Rekomendasi
RIPIK Kabupaten Simeulue Tahun 2015-2035 dapat dijadikan acuan bagi:
a. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten dalam merumuskan
kebijakan sektoral yang terkait dengan bidang perindustrian yang dituangkan
dalam dokumen rencana strategis di bidang tugas masing-masing sebagai
bagian dari RPJM Kabupaten;
b. Bupati dalam penyusunan rencana pembangunan industri kecamatan di
Kabupaten Simeulue;
Penutup , V- 1