Tahun 2019-2024
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... i
BAB I – PENDAHULUAN i
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau
Tahun 2019-2024
BAB I – PENDAHULUAN ii
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau
Tahun 2019-2024
BAB I – PENDAHULUAN iv
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau
Tahun 2019-2024
DAFTAR TABEL
Halaman
BAB I – PENDAHULUAN v
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau
Tahun 2019-2024
Tabel 2.17 : Jumlah Hari Hujan dan Jumlah Curah Hujan Per Bulan
Kota Pekanbaru Provinsi Riau Tahun 2012-2017........... II-37
Tabel 2.18 : Perkembangan Jumlah Hari Hujan (HH) dan Jumlah
Curah Hujan (MM) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Riau Tahun 2012-2017.................................................... II-38
Tabel 2.19 : Keadaan Suhu Kota Pekanbaru Provinsi Riau Tahun
2012-2017 (oC)................................................................ II-40
Tabel 2.20 : Kelembaban Udara Kota Pekanbaru Provinsi Riau
Tahun 2012-2017 (%)..................................................... II-41
Tabel 2.21 : Luas Lahan Menurut Jenis dan Penyebarannya
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Riau, Tahun 2016.... II-44
Tabel 2.22 : Perkembangan Jumlah Penduduk Dirinci Menurut
Kabupaten di Provinsi Riau Tahun 2013-2018............... II-53
Tabel 2.23 : Jumlah dan Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut
Kabupaten di Provinsi Riau Tahun 2018........................ II-54
Tabel 2.24 : Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Provinsi Riau Tahun 2018................................ II-57
Tabel 2.25 : Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang
Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Provinsi
Riau Tahun 2016-2018.................................................... II-60
Tabel 2.26 : Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut
Kabupaten/Kota, 2018..................................................... II-61
Tabel 2.27 : Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Berdasarkan Perkotaan dan Pedesaan serta Jenis
Kelamin di Kabupaten/Kota, 2018.................................. II-62
Tabel 2.28 : Nilai PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku
Dengan Migas Provinsi Riau Tahun 2010 – 2018.......... II-66
Tabel 2.29 : Nilai PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan
Dengan Migas Provinsi Riau Tahun 2010 – 2018.......... II-67
Tabel 2.30 : Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas Dasar
Harga Konstan Tanpa Migas Provinsi Riau Tahun
2010 – 2018 (Juta Rupiah)............................................. II-68
Tabel 2.31 : Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas
Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK)
Dengan Migas Tahun 2010-2018.................................... II-69
BAB I – PENDAHULUAN vi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau
Tahun 2019-2024
BAB I – PENDAHULUAN ix
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau
Tahun 2019-2024
BAB I – PENDAHULUAN xi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau
Tahun 2019-2024
BAB I – PENDAHULUAN xv
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau
Tahun 2019-2024
BAB I – PENDAHULUAN xx
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau
Tahun 2019-2024
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 : Hubungan Antar Dokumen Perencanaan ....................... I-7
Gambar 2.22 : Kontribusi (%) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan
Harga Konstan Dengan Migas Menurut Lapangan
Usaha Utama Provinsi Riau 2010-2018.......................... II-70
Gambar 2.23 : Kontribusi PDRB Harga Berlaku dan Harga Konstan
Dengan Migas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Riau
Tahun 2018 (%)............................................................... II-72
Gambar 2.24 : Perkembangan Trend Pertumbuhan Ekonomi Provinsi
Riau, 2011-2018.............................................................. II-73
Gambar 2.25 : Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Riau Tahun 2018 (%)........................................ II-74
Gambar 2.26 : Perkembangan Laju Inflasi Provinsi Riau Tahun 2011-
2018................................................................................. II-75
Gambar 2.27 : Laju Inflasi Sektoral Provinsi Riau Tahun 2018............. II-76
Gambar 2.28 : Perkembangan PDRB Per Kapita Provinsi Riau Tahun
2010-2018....................................................................... II-78
Gambar 2.29 : PDRB Per Kapita HB-HK Kabupaten/Kota Provinsi
Riau Tahun 2018............................................................. II-80
Gambar 2.30 : Indeks Gini Pemerataan Pendapatan Provinsi Riau
Tahun 2010-2018............................................................ II-82
Gambar 2.31 : Indeks Williamson Provinsi Riau Tahun 2010–2018..... II-83
Gambar 2.32 : Indeks Williamson Kabupaten/Kota Provinsi Riau,
2018................................................................................. II-84
Gambar 2.33 : Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/Kota 2018 dan
Provinsi Riau Tahun 2008-2018 (Jiwa).......................... II-87
Gambar 2.34 : Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota 2018 dan
Provinsi Riau Tahun 2008-2018 (%) ............................. II-88
Gambar 2.35 : Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten/Kota
2018 dan Provinsi Riau 2008-2018................................. II-89
BAB I
PENDAHULUAN
strategi, arah kebijakan, pembangunan daerah dan keuangan daerah, serta program
perangkat daerah dan lintas perangkat daerah yang disertai kerangka pendanaan
bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan
berpedoman pada RPJPD, RTRW dan RPJMN.
Penyusunan RPJMD Provinsi Riau 2019 – 2024 berpedoman pada
Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 12 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2009 tentang RPJPD Provinsi
Riau Tahun 2005-2025 dengan visi “Terwujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat
Perekonomian dan Kebudayaan Melayu dalam Lingkungan Masyarakat
yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Bathin, di Asia Tenggara Tahun 2025”
dengan cara menyelaraskan sasaran, strategi, arah kebijakan dan program
pembangunan jangka menengah dengan arah kebijakan dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang daerah khususnya pada tahap/periode keempat
RPJPD.
Penyusunan RPJMD Provinsi Riau 2019 – 2024 juga berpedoman pada
Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 Tahun 2018 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Riau Tahun 2018-2038 dengan cara menyelaraskan
sasaran, strategi, arah kebijakan dan program pembangunan jangka menengah
dengan tujuan, kebijakan, serta rencana struktur dan rencana pola ruang wilayah.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah (Perda), paling lama 6 (enam) bulan setelah Kepala
Daerah terpilih dilantik. Pelantikan Kepala Daerah (Gubernur dan Wakil
Gubernur) dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2019, berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 20/P Tahun 2019 tentang Pengesahan dan Pengangkatan
Gubernur dan Wakil Gubernur Riau. Selanjutnya penyusunan RPJMD Provinsi
Riau meliputi 6 (enam) tahapan, yaitu: a. persiapan penyusunan; b. penyusunan
rancangan awal; c. penyusunan rancangan; d. pelaksanaan Musrenbang;
e. perumusan rancangan akhir; dan f. penetapan.
Gambar 1.1
Hubungan Antar Dokumen Perencanaan
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Provinsi Riau terdiri dari 10 kabupaten dan 2 kota (Gambar 2.1) dengan
169 kecamatan dan 1.609 desa serta 267 kelurahan. Kesepuluh kabupaten tersebut
adalah Kabupaten Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan,
Siak, Kampar, Rokan Hulu, Bengkalis, Rokan Hilir dan Kepulauan Meranti. Dua
kota adalah Kota Pekanbaru dan Dumai. Luas wilayah kabupaten/kota
ditunjukkan pada Tabel 2.1. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa
wilayah yang paling luas adalah Kabupaten Indragiri Hilir seluas 1.346.589,47 ha
atau 14,94% dari luas Provinsi Riau. Hal ini dikarenakan wilayah tersebut belum
mengalami pemekaran sebagaimana wilayah kabupaten lainnya di Provinsi Riau.
Sedangkan wilayah paling sempit adalah Kota Pekanbaru seluas 63.340,30 ha atau
0,70% dari luas Provinsi Riau.
Jarak ibukota kabupaten dan kota yang terjauh dengan ibukota Provinsi
Riau (Pekanbaru) adalah Kota Tembilahan (300 km) dan Kota Bagan Siapi-api
(240 km) dan yang paling dekat adalah Kota Bangkinang (60 km) dan Kota
Pangkalan Kerinci (70 km) yang dapat ditempuh dengan jalur darat. Sedangkan
ibukota kabupaten yang ditempuh dengan kombinasi jalur darat dan melintasi
sungai/selat adalah Kota Bengkalis dengan sarana penyeberangan menggunakan
kapal Ro-Ro dan Kota Selat Panjang dengan kombinasi angkutan moda darat dan
laut. Jarak ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota lebih jelas dapat
dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini.
Thail an d
Phi lli pi nes
ea
aS
2°30'
2°30'
in
Ch
4°00'
4°00'
uth
DI . Aceh Bru nei Darussalam
So
Str
a it
of
Malaysia
M
Malaysia
a la
Celebes Sea
cc
a
Sumatera Utara
Sin gapore Kal imantan Ti mur
Sumatera Barat
ar
as
Sul aw esi Ten gah
2°00'
2°00'
ak
Str
Kal imantan Tengah
M
a it
Jambi
t of
of
r ai
Ka
St
rim
Sul aw esi Selatan
a ta
Kal imantan Sel atan
Sumatera Selatan
Irian Jaya
Beng ku lu
Sul aw esi Ten ggara
Malaysia
Lampu ng
Java Sea
it Papua New Gui nnea
tra DKI . Jakarta
aS
und
S Jawa Barat
8°00'
8°00'
Jawa Tengah
DI Yogyakar ta
Jawa Timur
St
Bal i
Nusa Tenggara T imur
Nusa Tenggara Barat Timor Ti mur
IND IA N O CE A N
ra Timor Sea
M
98° 00' 104°00' 110°00' 116°00' 122°00' 128°00' 134°00' 140°00'
KOTA DUMAI al
ac
ca
Singapore
KAB. BENGKALIS
1°00'
1°00'
KAB. ROKAN HULU
KAB. SIAK
Kepulauan Riau
KOTA PEKANBARU
KAB. KAMPAR
KAB. PELALAWAN
KAB. INDRAGIRI HILIR
0°30'
N
KAB. INDRAGIRI HULU
W E
S
50 0 50 100 Kilometers
Jambi
Jenis tanah yang ada di Provinsi Riau didominasi jenis tanah organosol.
Tanah organosol merupakan tanah organik yang berasal dari gambut dan rawa,
sebarannya mencapai 50% dari luas wilayah Riau terutama berada pada dataran
rendah dan wilayah pesisir. Sedangkan jenis tanah dominan kedua adalah tanah
podzolik merah kuning.
Provinsi Riau memiliki 15 (lima belas) sungai, diantaranya terdapat 4
(empat) sungai besar yang mempunyai peranan penting sebagai prasarana
perhubungan masyarakat sekitar bantaran sungai, pariwisata dan perikanan.
Sungai-sungai tersebut mengalir mulai dari pegunungan dataran tinggi Bukit
Barisan yang bermuara ke Selat Malaka, keempat sungai tersebut adalah:
Sungai Siak sepanjang 345 km dengan kedalaman 8-12 meter.
Sungai Rokan sepanjang 325 km dengan kedalaman 6-8 meter.
Sungai Kampar sepanjang 580 km dengan kedalaman 6 meter.
Sungai Indragiri sepanjang 645 km dengan kedalaman 6-8 meter.
Wilayah pesisir dan laut di Provinsi Riau yang luas beserta kekayaan
alamnya memiliki berbagai fungsi penting sebagai penyangga kehidupan dan
untuk dimanfaatkan oleh masyarakat Provinsi Riau guna mewujudkan
kesejahteraan hidupnya, baik pada masa kini maupun masa yang akan datang.
Sumberdaya laut wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi Riau
menyimpan potensi untuk tumpuan masa depan. Baik sumber daya alam hayati
termasuk ikan, terumbu karang, mangrove, padang lamun dan biota laut lainnya
serta sumber daya non hayati seperti minyak bumi, mineral, pasir laut, maupun
energi laut lainnya serta jasa lingkungan dan kelautan dapat dimanfaatkan untuk
industri berbasis kelautan seperti perikanan, pelayaran, wisata bahari, budidaya
laut, industri mineral dan bioteknologi.
Di Provinsi Riau secara geografis masih terdapat daerah pedalaman, yang
tersebar di masing-masing kabupaten/kota. Di daerah pedalaman tersebut berdiam
suku pedalaman atau yang biasa disebut dengan Komunitas Adat Terpencil (KAT)
yang hidup di sejumlah wilayah hutan di Provinsi Riau. Menurut Kurtubi (2017),
Komunitas Adat Terpencil yang terdapat di Provinsi Riau dikelompokkan dalam 5
suku, yaitu Suku Sakai, Suku Akit, Suku Talang Mamak, Suku Bonai dan Suku
Laut (Duano). Karakteristik masing-masing suku dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Suku Sakai
a. Riwayat Singkat
Asal kata “Sakai” sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Ada yang
mengatakan kata Sakai tersebut berasal dari nama pohon yang banyak tumbuh di
Kecamatan Mandau, yaitu pohon “Sikai”. Informasi lainnya mengatakan kata
Sakai itu adalah dari nama sungai, yaitu Sungai Sikai. Menurut keterangan para
tetua Sakai, nama Sakai baru ada sejak zaman penjajahan Jepang. Sebelum itu
Suku Sakai dikenal dengan nama ”Uang Daek” (orang darat) atau suku ”Pebatin”.
Istilah Sakai pada mulanya dipakai oleh tentara Jepang untuk membedakan
masyarakat biasa dengan para tentara pejuang. Jepang menyebut rakyat biasa yang
bukan pejuang dengan sebutan orang ”sakai”. Akhirnya nama tersebut melekat
pada diri mereka sampai sekarang dan sebutan ”Uang Daek” atau ”Suku Pebatin”
lama kelamaan menjadi hilang dan sampai sekarang dikenal dengan Suku Sakai.
Suku Sakai memiliki kebudayaan asli sendiri yang berbeda dengan suku
bangsa Melayu lainnya di Riau. Orang Sakai yang kita temui di Riau adalah Sakai
dengan kebudayaan yang telah mengalami akulturasi dengan kebudayaan lainnya.
Menurut catatan naskah bahwa sebelum dibentuknya budaya sekarang dalam satu
dasawarsa terakhir, mereka selalu hidup menyendiri di dalam hutan
belantara ”Batin Selapan” yang sukar dicapai oleh orang luar dan hanya
dikunjungi oleh segelintir orang Melayu.
Sebagai ras veddoid asli, maka wilayah hukum adat Perbatinan Sakai
telah lama diakui jauh sebelum kemaharajaan Kesultanan Siak Sri Indrapura. Oleh
karena itu, dalam budaya Sakai mereka mengenal “Hak Ulayat”
(Beschikkingsrech) yang kekuasaannya berada di tangan persekutuan hukum
komunitas Sakai. Namun karena sejak dahulu keberadaan Sakai ini telah terdesak
oleh kebudayaan Melayu Siak, Rokan dan Tapung hingga sekarang oleh berbagai
kepentingan pembangunan (pertambangan, kehutanan dan perkebunan), maka
lambat laun eksistensi Hak Ulayat Suku Sakai semakin memudar.
b. Unsur-unsur Kebudayaan
1) Pranata Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Garis keturunan Suku Sakai yang asli adalah “matrilineal” artinya
mengikuti keturunan kaum perempuan, seperti yang berlaku dalam budaya
Minangkabau. Dalam budaya Sakai hak wanita sangatlah besar. Semua harta
benda, baik yang bergerak maupun tidak bergerak adalah milik perempuan.
Kedudukan Kepala Suku diwariskan melalui perempuan. Anak-anak mengikuti
ibunya bukan ayahnya.
Harta warisan secara umum ditetapkan bahwa pada kematian istri,
warisan dibagi tiga: sepertiga untuk suami, sepertiga untuk keluarga istri dan
sepertiga dibawa ke dalam kubur. Pada kematian suami, semua harta yang
diperoleh selama perkawinan akan dibagi antara istri dan keluarga suami. Kasus
poligami dan poliandri tidak terdapat dalam Suku Sakai ini. Secara umum
kesetiaan perkawinan dalam budaya Suku Sakai bernilai tinggi.
Akibat pengaruh budaya Melayu dengan warna Islami yang telah
berlangsung lama, maka sistem kekerabatan asli Suku Sakai banyak mengalami
perubahan. Dalam arti kata Suku Sakai sekarang merupakan sistem kekerabatan
bangsa lainnya yang ada di Indonesia, yaitu berbagai percampuran genetika ras
yang berasal dari pusat-pusat penyebaran di segala penjuru dunia.
Menurut perkembangan sejarah suku asli Akit yang ada di Pulau Rupat
Kabupaten Bengkalis khususnya di Desa Titi Akar dahulunya termasuk dari Siak
Sri Indrapura yang termasuk kerajaan Melayu Riau. Kerajaan ini didirikan sekitar
abad 17 oleh Raja Kecik yang digelari Sultan Siak yang berada di pinggir Sungai
Siak. Kelompok ini mengungsi ke daerah lain atas permintaan suku tersebut
pindah ke tempat yang lebih aman menuju ke Pulau Padang yang dibatasi oleh
selat. Suku tersebut kembali melanjutkan perjalanan ke lautan yang luas yang ada
di bagian utara kemudian kembali ke bagian barat. Di sanalah suku tersebut
berlabuh dan diterima oleh Datuk Empang Kelapahan. Mereka dapat mendiami
pulau atas izin dengan syarat sekerat mata beras – sekerat tamping sagu –
sebatang dayung emas, jika mereka dapat memenuhi syarat tersebut mereka boleh
tinggal di pulau itu. Kelompok suku merasa keberatan, kemudian mengadakan
perundingan dan mendapatkan kesepakatan untuk pindah ke Pulau Tujuh.
b. Unsur-unsur Kebudayaan
1) Agama dan Kepercayaan
Agama, religi atau kepercayaan suatu hal yang bersifat universal yang
selalu ada dalam setiap masyarakat di manapun. Berbagai bentuk agama, religi
atau kebudayaan dapat kita jumpai pada seluruh masyarakat yang kadang
memiliki perbedaan dan cara-cara tersendiri dalam bentuk pelaksanaan ritualnya.
Terkait dengan hal tersebut diatas, agama yang ada di Desa Titi Akar
Kecamatan Rupat Utara antara lain adalah: Islam, Kristen dan Budha serta masih
adanya animisme (kepercayaan leluhur). Agama/religi bagi mereka merupakan
warisan dari leluhur yang harus dipertahankan. Masyarakat Suku Akit sudah lama
menganut agama Budha sesuai dengan sejarah dan legenda yang berkembang
dalam masyarakat. Meskipun demikian saat ini pelaksanaan ritual agama dalam
kehidupan mereka sehari-hari dipengaruhi oleh kebudayaan etnis Cina. Sementara
itu acara-acara ritual seperti mantera-mantera dan pemujaan-pemujaan terhadap
para leluhur juga masih terdapat di sana. Salah satu contohnya adalah upacara
dalam pemujaan pohon yang dikeramat (ketau), yaitu penyembahan berupa
pemberian sesajen.
2) Mata Pencaharian
Sektor pertanian, perladangan, peternakan dan juga industri rumah
tangga seperti pembuatan tikar dari daun rumbia, disamping itu juga pada
umumnya masyarakat Suku Akit bergerak di sektor laut sebagai nelayan, baik
menggunakan kapal motor maupun sampan.
Kemudian di sektor perladangan, pada umumnya telah dikelola dengan
penanaman padi. Rata-rata kepemilikan ladang berkisar 1-4 jalur padi yang sudah
dipanen pada umumnya untuk dikonsumsi sendiri. Hasil panen tersebut tidak
cukup sampai pada musim panen berikutnya, sehingga petani harus membeli beras
hingga musim panen tiba.
3) Pranata Hubungan Sosial
Ciri masyarakat Suku Akit yang mudah beradaptasi dengan masyarakat
sekitarnya, sebenarnya modal utama dalam mengembangkan kehidupannya. Sifat
dan sistem kekerabatan yang longgar telah membawa dampak yang cukup baik
bagi proses adaptasi yang berhubungan dengan sistem perekonomian.
Secara spesifik pranata yang mengatur hubungan sosial di Desa Titi Akar
belum ada, namun komunitas Suku Akit tersebut dalam segala aktivitas
mempunyai nilai gotong royong dan kerjasama yang sangat tinggi, walaupun
berbeda etnis dan berbeda kepercayaan. Seperti dalam pekerjaan sehari-hari,
mereka saling bantu membantu misalnya dalam mengelola hasil alam seperti buah
kelapa dan durian.
Kepemilikan lahan tidak mengenal tanah ulayat, melainkan tanah milik
pribadi walaupun belum bisa dibuktikan hak kepemilikannya. Bagi warga untuk
memiliki lahan bisa dengan cara membuka hutan, pemberian/warisan atau dengan
cara dibeli. Bagi siapa yang dapat membuka lahan secara luas, mereka itulah yang
dianggap memiliki kekuasaan besar atas tanah tersebut.
3. Suku Talang Mamak
a. Riwayat Singkat
Asal usul Suku Talang Mamak, menurut orang desa Talang Mamak
menyatakan diri sebagai keturunan dari “Datuk Patih Nan Sebatang” yang datang
dari daerah Minangkabau melalui batang (sungai) Kuantan dengan mitos “Rakit
Kulim”, selanjutnya Datuak Papatih Nan Sebatang yang dipanggil Mamak
hari mereka lebih banyak berpedoman kepada ajaran leluhur mereka. Adat dan
kebiasaan-kebiasaan tersebut bukan merupakan ajaran agama Islam, sehingga
pada akhir-akhir ini ada sebagian dari warga itu mulai menyadari bahwa adat
kebiasaan tersebut tidak sesuai dengan ajaran agama Islam yang sesungguhnya.
Ketika mereka menyadari ini, mereka menyatakan diri sebagai orang yang masuk
Islam. Bagi mereka yang telah masuk Islam, mereka menyamakan diri sama
dengan masyarakat Melayu atau sama dengan mengikuti orang Melayu, namun
sebagian besar warga Talang Mamak mengikuti Langkah Lama.
Orang Langkah Baru adalah orang yang sering melakukan interaksi
dengan orang luar dan umumnya memiliki anak yang berpendidikan relatif lebih
tinggi. Kematian bagi orang Talang Mamak merupakan sesuatu yang sakral.
2) Mata Pencaharian
Sebagian besar mata pencaharian pokok masyarakat adalah berkebun
karet, disamping itu juga berladang padi, dengan masa panen selama 6 (enam)
bulan. Sistem teknologinya masih sederhana dalam pengolahan dan
pemeliharaannya. Hasil panen padi warga tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan hidup hingga menjelang musim panen berikutnya, karena banyaknya
hama pengganggu seperti babi hutan, burung, monyet serta kurangnya
pemeliharaan.
Tanaman lainnya yang menjadi tambahan penghasilan masyarakat desa
Talang Perigi adalah tanaman pekarangan seperti kelapa, rambutan, sayuran dan
buah-buahan lainnya. Aktivitas lainnya yang menjadi alternatif untuk menambah
penghasilan masyarakat Desa Talang Perigi adalah berburu, meramu hasil hutan
untuk obat-obatan, dan menangkap ikan sungai.
4) Lembaga Kepemimpinan
Sistem kepemimpinan dalam masyarakat desa Talang Mamak di desa
Talang Perigi menempatkan batin sebagai pucuk pimpinan adat. Hal ini
diungkapkan melalui pepatah yang hidup di tengah-tengah masyarakatnya yang
berbunyi:
“Sebuah Nagari seorang Hatinya“
“Sebuah Banjar seorang Tuanya“
“Sebuah Rumah seorang Tungganainya“
5) Sistem Pengobatan
Pengobatan biasanya dipercaya kepada dukun atau kemantan. Di desa
Talang Perigi terdapat 2 orang kemantan, 3 orang dukun dan 4 orang dukun
beranak. Sistem yang dilakukan dukun dan kemantan berbeda. Kemantan dalam
melakukan pengobatan melakukan upacara bulian, sedangkan dukun dalam
melakukan pengobatan disebut dengan upacara berdukun. Upacara pengobatan
bulian dibantu “pinai” dan “kebayau” (beberapa orang wanita) yang mengiringi
perilaku kemantan.
Dukun sunat sudah dikenal dalam masyarakat desa Talang Perigi.
Mereka menyebutnya orang pandai untuk penyunatan anak laki-laki dan bidan
untuk penyunatan terhadap wanita.
4. Suku Bonai
a. Riwayat Singkat
Asal kata Bonai sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun
dalam masyarakat Suku Bonai berkembang 2 versi tentang asal usul mereka.
Pertama menerangkan bahwa nenek moyang mereka adalah berasal dari Borneo
(Kalimantan) yang datang menyusuri muara Sungai Rokan ke arah hulu, dan
sampailah mereka ke tempat pemukiman sekarang. Menurut sejarah nenek
moyang suku Bonai dipimpin oleh 2 orang bersaudara, yaitu Sultan Janggut yang
menjadi cikal bakal orang Sakai di bagian hilir Sungai Rokan dan Sultan Harimau
yang menjadi cikal bakal orang Bonai.
Menurut cerita singkat setelah mereka bertemu di antara Rokan Kiri dan
Rokan Kanan (Kuala Sako). Kedua beradik tersebut berpisah mencari pemukiman
masing-masing. Sultan Janggut menyusuri Sungai Rokan Kanan dan Sultan
Harimau menyusuri Sungai Rokan Kiri ke arah hulu sungai diyakini oleh mereka
bahwa Sultan Harimau berasal dari Borneo, sehingga kata Bonai dianggap berasal
dari kata tersebut.
Cerita versi ini sulit diterima kebenarannya, karena secara geohistoris
tidak ditemukan bukti-bukti tentang adanya migrasi orang “Borneo atau Selebes”
ke wilayah pedalaman Sumatera. Bahkan menurut Alimandan (P3-S, 1989),
bahwa nama Sultan Harimau yang dipercayai sebagai nenek moyang orang Bonai
berasal dari Borneo (Kalimantan) yang jelas tidak ada harimaunya.
Versi kedua, menerangkan asal usul nenek moyang orang Bonai adalah
berasal dari kerajaan Pagaruyung. Terlepas dari mitos misi “Rakit Kulim” Datuk
Papatih Nan Sebatang yang juga berkembang dalam masyarakat Bonai, seperti
yang terjadi dalam orang Talang Mamak. Cerita ini cukup masuk akal dan mudah
diterima jika dikaitkan dengan kebudayaan dan sistem kekerabatannya yang ada
pada suku Bonai. Bukti konkritnya adalah orang Bonai mengenal sistem
kekerabatan seperti orang Minangkabau. Mereka mengenal ninik mamak dan
hubungan dengan pihak keluarga ibu sangat dekat (matrilineal) selain itu mereka
juga mengenal suku-suku sebagai cerminan keluarga dan garis keturunannya.
Dari kedua versi di atas tentu sangat sulit menyebutkan secara pasti dari
mana asal usul mereka. Tidak ada bukti sejarah yang kuat menyebutkan mereka
berasal dari salah satu versi tersebut. Namun bila pendekatan sosial budaya yang
dilakukan, maka kecenderungan kesimpulan lebih memberatkan asal usul mereka
kepada Minangkabau yaitu berasal dari kerajaan Pagaruyung.
b. Tatanan Sosial Budaya
1) Pranata Ekonomi
Sumber mata pencaharian utama masyarakat suku Bonai adalah sebagai
nelayan penangkap ikan khususnya di sepanjang Sungai Rokan Kanan. Teknologi
yang digunakan masih tradisional seperti “siapang” (tombak mata tiga), “kayo”
(pancing yang dipasang malam dan akan diambil pagi hari), lukah dan jaring.
Rupat Utara Kabupaten Bengkalis, Suku Bonai, dan Suku Kuala (Duano) yang
ada di Kabupaten Indragiri Hilir.
Beberapa permasalahan yang timbul pada Komunitas Adat Terpencil
adalah masalah kemiskinan, relatif tertinggal dari kehidupan komunitas yang lain,
pada umumnya hidup di pedalaman, perairan, pulau-pulau atau daerah-daerah
perbatasan negara tetangga dan kawasan industri. Asal usul perkembangan Suku
Kuala bermula dari Suku Laut, merupakan suku asli Suku Melayu yang ada di
Provinsi Riau dan sama halnya dengan suku bangsa lainnya yang ada di Indonesia,
yaitu berbagai percampuran genetika ras, yang berasal dari pusat-pusat
penyebaran di segala penjuru dunia.
Gelombang migrasi kedua ras mongoloid sesudah tahun 1500 SM, yaitu
ras nelayan mongoloid yang disebut “Deutro-Melayu” berasal dari daratan Asia
Tenggara datang ke pulau Indonesia, Malaysia dan Filipina. Kedatangan ras ini
yang menyebabkan golongan migrasi ras pertama dan kedua menyingkir ke
pedalaman dan sisanya berbaur dengan pendatang baru tersebut. Dan hasil
pencampuran inilah yang akhirnya menurunkan orang Melayu Riau sekarang ini.
Dengan mengacu pada teori gelombang perpindahan ini, maka dapatlah
disimpulkan, bahwa asal usul nenek moyang penduduk asli suku-suku terbelakang
di Provinsi Riau semuanya hasil pencampuran dari ras veddoit dengan asiattie
mongoloid yang telah melahirkan puak-puak asli suku terasing di Riau. Menurut
perkembangan sejarah suku asli yang ada di Provinsi Riau, baik yang ada di Rupat
Utara maupun di Indragiri Hilir dahulunya termasuk dari Siak Sri Indrapura yang
termasuk Kerajaan Melayu Riau. Kerajaan ini didirikan sejak abad ke-17 oleh
Raja Kecil yang diberikan gelar Sultan Siak yang berada di pinggiran Sungai Siak.
b. Pranata Sosial Budaya
1) Politik dan Kelembagaan
Kepemimpinan Suku Laut (Duano) yang di Kuala Selat zaman dahulu
dipegang oleh seorang Batin, namun kondisi sekarang yang mereka ketahui adalah
Bapak Wali (Kepala Desa).
Kelembagaan di Desa Kuala Selat dalam hal pemerintahan masih harus
dibenahi, warga ada yang tidak mempunyai KTP dan KK. Lembaga Adat tidak
ada, yang sangat berpengaruh adalah kepala desa dan sekretaris desa.
menyumbang materi, seperti memberi beras, gula, telor dan bumbu-bumbu untuk
memasak walaupun tidak banyak. Hubungan sosial dengan etnis lainpun sudah
berlangsung. Karena posisi pemukimannya saling berdekatan, hubungan sosial
dengan nelayan dan para toke bersifat ketergantungan, sehingga hasil dari
penangkapannya dikuasai oleh tokenya (patron klien).
2.1.1.3. Topografi
Secara umum topografi Provinsi Riau merupakan daerah daratan rendah
dengan ketinggian berkisar 0-5 meter dpl terutama di wilayah pesisir. Walaupun
demikian ada beberapa tempat memiliki ketinggian 30–91 meter dpl. Wilayah
yang relatif rendah dari permukaan laut terdapat di Kabupaten Kepulauan Meranti
(2 meter dpl), Kabupaten Bengkalis (2 meter dpl), Indragiri Hilir (3 meter dpl)
dan Indragiri Hulu (4 meter dpl). Wilayah yang cukup tinggi dari permukaan laut
terdapat di Kabupaten Rokan Hulu (91 meter dpl), Kuantan Singingi (57 meter
dpl), dan Kampar (30 meter dpl). Gambaran ketinggian ini dapat dilihat pada
Tabel 2.3. Ketinggian tempat sangat mempengaruhi pengembangan komoditas
dan penurunan suhu udara rata-rata harian (Griffin et al., 2005). Secara umum
dengan ketinggian tempat berkisar antara 2-91 m dpl tersebut dapat
dikembangkan beberapa sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
kehutanan, peternakan dan perikanan.
2.1.1.4. Geologi
Faktor pengontrol utama struktur geologi regional di cekungan Sumatra
tengah adalah adanya sesar Sumatra yang terbentuk pada zaman kapur. Subduksi
lempeng yang miring dari arah barat daya Pulau Sumatra mengakibatkan
terjadinya strong dextral wrenching stress di cekungan Sumatera Tengah
(Wibowo, 1995). Hal ini dicerminkan oleh bidang sesar yang curam yang berubah
sepanjang jurus perlapisan batuan, struktur sesar naik dan adanya flower structure
yang terbentuk pada saat inversi tektonik dan pembalikan-pembalikan struktur.
Selain itu, terbentuknya sumbu perlipatan yang searah jurus sesar dengan
penebalan sedimen terjadi pada bagian yang naik (inverted) (Shaw et al., 1999).
Kondisi geologi Riau didominasi oleh batuan sedimen kuarter
dengan sisipan batuan sedimen tersier di bagian barat dan selatan sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 2.5. Struktur geologi memiliki lipatan yang umumnya
berada di wilayah daratan sepanjang Bukit Barisan, serta patahan aktif yang
tersebar mulai dari bagian barat di sekitar Bukit Barisan hingga bagian tengah dan
selatan.
2.1.1.5. Hidrologi
Kondisi hidrologi di Provinsi Riau terdiri dari air permukaan dan air
tanah. Air permukaan yang ada berupa sungai, danau, dan lainnya. Sedangkan
untuk air tanah berupa cekungan air tanah (CAT). Terdapat sebanyak 3 buah yaitu
CAT Pekanbaru, CAT Jambi-Dumai dan CAT Tulak.
Provinsi Riau memiliki 15 (lima belas) sungai, 4 (empat) diantaranya
merupakan sungai utama yaitu Sungai Rokan, Sungai Siak, Sungai Kampar dan
Sungai Indragiri yang mempunyai arti penting sebagai prasarana perhubungan dan
sumber air bagi masyarakat. Keempat sungai yang membelah dari pegunungan
dataran tinggi Bukit Barisan bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu
dipengaruhi oleh pasang surut. Daftar 15 (lima belas) sungai pada kabupaten/kota
di Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 2.5.
timur. Akibatnya daerah ini rentan terhadap bencana banjir dan genangan air.
Peristiwa banjir yang terbesar di daerah bagian timur Riau terjadi pada tahun
2004, 2006 dan 2015. Bencana banjir dan genangan air terjadi hampir di seluruh
wilayah muara sungai seperti Sungai Siak, Sungai Rokan, Sungai Kampar,
Sungai Indragiri/Batang Kuantan dengan genangan air berada pada ketinggian 1
sampai dengan 2,5 meter, hal ini disebabkan tingginya curah hujan di wilayah
hulu serta berkurangnya daerah resapan air akibat dari penebangan hutan.
Pemenuhan kebutuhan air bersih Provinsi Riau tahun 2017 yang dikelola
oleh beberapa perusahaan sebagian besar masih mengandalkan air sungai 83,91%,
waduk 15,91%, dan mata air 0,18% sebagai sumber air baku. Sumber air baku
Provinsi Riau tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Sumber Air untuk Penyediaan Air Bersih Provinsi Riau,
2012-2017
Sumber Air Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sungai (m3) 18.381.882 18.493.991 19.097.691 21.135.293 21.965.851,10 21.696.120
Waduk (m3) 399.764 399.958 388.771 358.028 361.889,90 4.114.139
Mata Air (m3) 298.027 299.958 242.559 74.592 92.078,80 46.765
Lainnya (m3) 990.986 993.247 1.171.085 1.380.765 1.393.825,30 0
Jumlah (m3) 20.070.659 20.187.154 20.900.106 22.948.678 23.813.645,10 25.857.024
Pertumbuhan (%) 0,03 0,58 3,53 9,8 3,77 8,58
Sumber: BPS Provinsi Riau (Riau Dalam Angka, 2018)
1. DAS Indragiri
Daerah Aliran Sungai (DAS) Indragiri merupakan salah satu DAS yang
berhulu di Pegunungan Bukit Barisan dan berhilir di pantai timur Sumatera.
Secara geografis terletak antara garis bujur 100o18’41” BT sampai dengan
103o49’06” BT dan garis lintang 00o09’32” LS sampai dengan 01o08’14” LS.
Luas DAS Indragiri adalah sebesar 2.270.499,04 Ha, yang secara administrasi
terletak di tiga wilayah provinsi yaitu Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, dan
Provinsi Jambi, yang terbagi menjadi 66,95% berada di Riau yang meliputi 5
(lima) kabupaten, 33% di Sumatera Barat yang meliputi 13 (tiga belas)
kabupaten/kota dan 0,05 % di Jambi yang meliputi 1 (satu) kabupaten.
Kondisi curah hujan yang cukup tinggi dan proses pelapukan yang
intensif menyebabkan jenis tanah di DTA Waduk Koto Panjang didominasi oleh
tanah-tanah ultisol terutama adalah kandiudult dan kanhapludults yang berasosiasi
dengan jenis-jenis tanah yang lain. Selain itu juga dijumpai tanah inceptisol yaitu
tanah muda yang mulai berkembang, terutama adalah dystropepts.
Barat dan Provinsi Sumatera Utara, yang terdiri atas 12 kabupaten dan 52
kecamatan. Luas DAS Rokan adalah sebesar 2.009.768 ha, berada di Sumatera
Utara sebesar 17%, di Sumatera Barat 11% dan di Riau 72%. Secara rinci luas
wilayah administrasi yang masuk di DAS Rokan disajikan pada tabel berikut.
Jenis penggunaan lahan yang ada di DAS Rokan cukup bervariasi, yaitu:
hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan rawa sekunder,
hutan tanaman, land clearing, permukiman, perkebunan, pertambangan, pertanian
lahan kering, pertanian lahan kering bercampur semak, sawah, semak belukar
rawa, tanah terbuka, tubuh air dan vegetasi teratur tua. Secara lengkap luas dari
masing-masing penggunaan lahan tersebut disajikan pada Tabel 2.14.
Tabel 2.16. Kelas Penutupan Lahan per Kabupaten/Kota di Wilayah DAS Siak
Kelas Penutupan Luas Penutupan (Ha)
No Kode Simbol
Lahan 2000 2003 2006 2009
1 2002 Ht Hutan Lahan Kering 17.821 17.821 15.804 15.364
Sekunder
2 2005 Hrp Hutan Rawa Primer 3.687 3.687 2.482 39
3 2006 Ht HTI 108.487 85.917 114.948 116.202
4 2007 B Semak/Belukar 75.034 93.188 77.518 83.546
5 2010 Pk Perkebunan 457.787 460.088 463.028 472.301
6 2012 Pm Permukiman 27.191 27.191 27.191 30.757
7 2014 T Tanah Terbuka 32.442 51.940 58.671 58.034
8 3000 S Savanna 560 560 560 560
9 5001 A Tubuh Air 6.406 6.406 6.406 6.406
10 20041 Hms Hutan Mangrove 1.510 1.510 1.510 1.510
Sekunder
11 20051 Hrs Hutan Raya Sekunder 127.600 107.735 76.883 73.214
12 20071 Br Semak/Belukar Raya 48.092 51.134 82.178 54.459
13 20091 Pt Pertanian Lahan Kering 61.657 61.608 61.608 61.608
14 20092 Pc Pertanian Lahan kering 117.233 116.720 116.720 111.835
Bercampur Semak
15 20093 Sw Sawah 14.243 14.243 14.243 14.243
16 20094 Tm Tambak 38 38 38 38
17 20121 Bdr Bandara 139 139 139 139
18 20141 Tb Pertambangan 17.087 17.087 17.087 17.087
19 50011 Rw 283 283 283 283 283
Total 1.117.295 1.117.295 1.117.295 1.117.295
(Sumber: Hasil Pengolahan dan Analisis Data)
2.1.1.6. Klimatologi
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, Provinsi Riau
mempunyai tipe iklim berkisar antara A-B-C, yaitu beriklim tropis basah dengan
rata-rata curah hujan berkisar antara 1.400-4.000 mm per tahun yang dipengaruhi
oleh musim kemarau dan musim hujan yang terjadi dua kali dalam setahun karena
secara geografis Provinsi Riau dilintasi oleh garis khatulistiwa.
Tabel 2.17. Jumlah Hari Hujan dan Jumlah Curah Hujan (MM) per Bulan
Kota Pekanbaru Provinsi Riau Tahun 2012-2017
Tahun
NO BULAN 2012 2013 2014 2015 2016 2017
HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM
1 Januari 12 66,7 13 110,9 8,25 88,73 16 139,9 22 258,1 18 275,0
JUMLAH 217 2.636,0 118 1.462 137,25 2.032,67 173 2.048,3 206 2.697,0 240 3.748,2
Sumber: BPS Provinsi Riau (Riau Dalam Angka) dan BMKG (2016-2017)
Keterangan: HH = Hari Hujan; MM = Mili Meter, na: not available
Gambar 2.7. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Per Bulan Kota Pekanbaru, 2017
Kondisi jumlah hari hujan dan curah hujan dapat dijadikan sebagai
indikator dalam penentuan pola tanam komoditas pertanian pangan. Jumlah hari
hujan dan curah hujan juga dapat menentukan perkembangan dan pertumbuhan
kondisi tanaman baik tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan dan budidaya
perikanan darat, sehingga kondisi tersebut juga akan menentukan ketersediaan
pangan.
Perkembangan jumlah curah hujan dan hari hujan perbulan menurut
kabupaten/kota dari tahun 2012-2017 dapat dilihat pada Tabel 2.18 dan Gambar
2.8. Pada tahun 2017, kabupaten yang memiliki jumlah hari hujan tertinggi di
Kabupaten Kampar sebanyak 241 hari hujan, sedangkan curah hujan tertinggi
adalah Kota Pekanbaru sebanyak 3.748,2 mm/bulan. Sedangkan hari hujan paling
rendah terjadi di Kabupaten Rokan Hilir sedangkan curah hujan terendah terjadi di
Kabupaten Kampar.
Tabel 2.18. Perkembangan Jumlah Hari Hujan (HH) dan Jumlah Curah
Hujan (MM) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2012-2017
Tahun
Kabupaten
No 2012 2013 2014 2015 2016 2017
/ Kota
HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM
Kuantan
1 140 4.080 71 2.023 115 2.225 103 2.450 97 1.915 91 2.102,0
Singingi
Indragiri
2 168 2.305 56 858 165 2.082 146 1.940 208 2.174,7 223 3.033,4
Hulu
Indragiri
3 130 1.707 76 1.134 68 1.385 139 1.988 208 2.231,9 192 2.659,7
Hilir
4 Pelalawan 200 2.788 100 1.231 170 2.141 188 1.722 225 2.269,5 179 2.015,1
5 Siak 114 2.148 192 2.275 161 1.911 77 1.300 97 1.620 92 2.175,0
6 Kampar 75 3.360 54 961 147 2.695 146 1.894 225 1.793,1 241 1.443,8
Rokan
7 112 1.958 64 1.527 116 2.480 148 1.768 164 2.165 164 2.165,0
Hulu
8 Rokan Hilir 73 2.470 40 988.5 150 2.020 72 1.689 98 1.591 90 1.959,5
9 Bengkalis 101 1.881 45 1.340 150 2.183 156 1.656 84 1.474,6 93 2.764,1
Kep.
10 194 2.974 86 661 73 1.771 150 1.312 132 1.467 157 2.645,0
Meranti
11 Pekanbaru 217 2.635 118 1.462 188 2.343 173 2.048 206 2.697 240 3.748,2
12 Dumai 160 2.095 96 1.298 144 1.474 157 1.022 305 1.877,5 159 2.677,6
Rataan 140 2.530 83 1.313 137 2.059 138 1.732 171 1.940 160 2.449,8
Sumber: BPS Provinsi Riau (Riau Dalam Angka) dan BMKG (2016-2017)
Keterangan: HH = Hari Hujan; MM = Mili Meter
Perkembangan jumlah hari hujan dan curah hujan dapat digunakan untuk
menggambarkan ketersediaan dan kondisi kekeringan di wilayah provinsi Riau.
Wilayah yang memiliki jumlah hari dan curah hujan yang rendah akan
menimbulkan kekeringan di daerah-daerah tersebut. Hal ini dapat memberikan
pengaruh negatif terhadap usaha masyarakat terutama usaha pertanian, perikanan
dan peternakan. Dampak negatif dari rendahnya hari hujan dan curah hujan adalah
kekurangan ketersediaan air dan kesulitan dalam penentuan pola tanam komoditas
pertanian serta kondisi tersebut sangat menghambat pertumbuhan tanaman dan
pengembangan pertanian sehingga akan mempengaruhi rendahnya produktifitas
komoditas pertanian. Karena itu, maka dibutuhkan pembangunan infrastruktur
pengairan bidang pertanian di wilayah yang curah hujannya rendah di Provinsi
Riau.
Mak Min Mak Min Mak Min Mak Min Mak Min Mak Min
1 Januari 33,1 23,2 32,9 23,5 32,7 20,4 32,4 21,2 32,6 23,9 34,7 22,0
2 Februari 32,6 23,1 32,1 23,2 35,0 20,6 33,3 21,7 32,3 23,6 34,2 22,0
3 Maret 32,6 23,1 34,1 23,5 35,2 22,0 34,9 23,0 33,7 24,2 34,6 22,2
4 April 33,2 23,3 34,4 23,8 33,3 22,6 32,8 23,6 33,9 24,1 34,7 21,0
5 Mei 33,2 23,6 34,2 24,1 35,4 22,9 34,6 23,8 33,8 24,2 35,4 22,3
6 Juni 33,8 23,6 34,6 23,4 35,7 21,8 35,5 22,3 33,5 23,4 35,0 21,9
7 Juli 32,8 23,6 33,3 23,0 35,9 22,0 35,3 22,6 33,4 23,3 34,8 22,5
8 Agustus 32,4 23,3 33,3 22,8 34,9 22,0 34,9 21,8 34,2 24,0 34,6 22,2
9 September 33,1 23,1 na na 34,2 22,2 33,7 22,6 33,3 23,3 34,2 22,0
10 Oktober 32,6 23,5 na na 35,0 21,4 34,8 22,3 33,3 23,8 35,6 22,0
11 November 32,5 23,4 na na 34,2 22,4 33,6 22,5 32,4 23,3 34,6 21,6
12 Desember 32,8 24,4 na na 34,2 21,9 34,0 22,1 32,5 23,7 34,9 22,3
Rataan 32,9 23,6 33,6 23,4 32,4 24,1 34,2 22,5 33,2 23,7 34,8 22,0
Sumber: BPS Provinsi Riau (Riau Dalam Angka) dan BMKG (2016-2017)
Keterangan: MAK = Maksimum; MIN = Minimum
Keterangan: *Estimasi
Jenis penggunaaan lahan yang dimanfaatkan dari seluas 9,01 juta hektar
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.21, dengan proporsi penggunaan lahan
terluas untuk penggunaan lainnya seluas 4,39 juta hektar (48,80%) dan paling
sempit untuk penggunaan tambak seluas 0,002 juta hektar (0,02%).
masih terdapat 48,16% dari angka kemiskinan pada sektor pertanian terjadi pada
masyarakat yang bekerja pada lapangan usaha perkebunan (BDT, 2015). Oleh
karena itu diperlukan program upaya peningkatan produktivitas perkebunan
rakyat pada semua komoditas dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang bekerja pada lapangan usaha sub sektor perkebunan.
Wilayah pesisir dan laut di Provinsi Riau yang luas beserta kekayaan
alamnya memiliki berbagai fungsi penting sebagai penyangga kehidupan dan
untuk dimanfaatkan oleh masyarakat Provinsi Riau guna mewujudkan
kesejahteraan hidupnya, baik pada masa kini maupun masa yang akan datang.
Sumberdaya laut wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi Riau
menyimpan potensi untuk tumpuan masa depan. Baik sumber daya alam hayati
termasuk ikan, terumbu karang, mangrove, padang lamun dan biota laut lainnya
serta sumber daya non hayati seperti minyak bumi, mineral, pasir laut, maupun
energi laut lainnya serta jasa lingkungan dan kelautan dapat dimanfaatkan untuk
industri berbasis kelautan seperti perikanan, pelayaran, wisata bahari, budidaya
laut, industri mineral dan bioteknologi. Kawasan peruntukan perikanan terdiri atas
perikanan tangkap dan budidaya perikanan, yakni:
a. Kawasan peruntukan perikanan tangkap direncanakan untuk berlokasi di:
1. Kabupaten Bengkalis yaitu di perairan Selat Malaka dan sekitar Pulau
Rupat dengan potensi perikanan dari jenis ikan pelagis kecil, udang
dan kepiting;
2. Kabupaten Rokan Hilir yaitu di perairan Selat Malaka dan sekitar
Pulau Jemur dengan potensi perikanan dari jenis ikan pelagis kecil,
udang dan kepiting;
3. Kabupaten Indragiri Hilir (perairan Indragiri Hilir) dengan potensi
perikanan dari jenis ikan pelagis kecil, udang dan kepiting.
b. Kawasan peruntukan budidaya perikanan terdiri atas:
1. Budidaya perikanan darat tersebar di seluruh wilayah kabupaten dan
kota. Mayoritas kawasan ini terdapat di sepanjang aliran sungai dan
anak-anak sungai;
Gambar 2.14. Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Provinsi Riau
Gambar 2.15. Peta Indeks Resiko Bencana Gerakan Tanah Provinsi Riau
Gambar 2.17. Peta Indeks Resiko Bencana Gunung Api Provinsi Riau
Jumlah titik api yang banyak berdampak pada menurunnya kualitas udara
di Provinsi Riau menjadi “berbahaya” sehingga menganggu kesehatan dan
penerbangan serta hubungan baik dengan negara tetangga. Asap akibat kebakaran
hutan dan lahan di Provinsi Riau telah mencapai Singapura dan Malaysia. Oleh
karena itu, upaya meminimalisir kebakaran hutan dan lahan perlu menjadi
prioritas penanganan bencana di Provinsi Riau.
Rokan Hulu sebesar 3,81% per tahun dan Siak sebesar 2,51% per tahun.
Tingginya pertumbuhan penduduk pada wilayah ini tidak terlepas dari tersedianya
potensi pengembangan wilayah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
2.1.4. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan selalu terkait dengan kependudukan. Salah satu contoh
adalah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh juga pada
tingginya penyediaan (supply) tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi
tanpa diikuti penyediaan kesempatan kerja yang cukup akan menimbulkan
pengangguran dan setengah pengangguran.
Jika dilihat lebih mendalam pada Tabel 2.26, dari 12 kabupaten/kota
yang ada di Provinsi Riau, TPT tertinggi sebanyak 10,05% terjadi di Kabupaten
Bengkalis dan yang terendah di Kabupaten Indragiri Hilir yaitu 4,08%. Sementara
itu, TPAK tertinggi terjadi di Kabupaten Pelalawan sebesar 69,51% dan terendah
di Indragiri Hilir sebesar 62,89%.
Tabel 2.26. Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Kabupaten/Kota, 2018
No Kabupaten/Kota TPT (%) TPAK (%)
1 Kuantan Singingi 6,05 63,64
2 Indragiri Hulu 4,70 68,17
3 Indragiri Hilir 4,08 62,89
4 Pelalawan 5,30 69,51
5 Siak 4,13 66,39
6 Kampar 5,45 63,38
7 Rokan Hulu 5,40 65,20
8 Bengkalis 10,05 65,99
9 Rokan Hilir 6,09 63,42
10 Kepulauan Meranti 6,84 68,63
11 Pekanbaru 8,42 65,70
12 Dumai 6,04 64,17
Total 6,20 65,23
Sumber: BPS Riau, Indikator Pasar Tenaga Kerja Provinsi Riau 2018
dan pada tahun 2018 hanya naik menjadi Rp 28,15 triliun dengan pertumbuhan
8,51% per tahun.
Berdasarkan pada Tabel 2.31 menunjukkan terjadinya pergeseran
struktur perekonomian Provinsi Riau dari tahun 2010 ke tahun 2018. Misalnya
sektor pertambangan dan penggalian kontribusinya pada PDRB Provinsi Riau
sebesar 32,62% kemudian turun menjadi 19,09% pada tahun 2018. Kondisi ini
disebabkan oleh penurunan harga komoditas migas sehingga minat investasi pada
sektor migas (pertambangan dan penggalian) mengalami penurunan. Penurunan
nilai investasi tersebut juga telah menyebabkan turunnya jumlah produksi dan jasa
terkait dengan sektor pertambangan dan penggalian tersebut.
Sementara itu sektor yang memberikan kontribusi tertinggi pada tahun
2018 adalah sektor industri pengolahan sebesar 30,03% dari 24,07% pada tahun
2010. Pergeseran struktur perekonomian tersebut kepada sektor industri
pengolahan karena perkembangan sektor industry pengolahan terutama yang
industri berbasis bahan baku kelapa sawit dan hutan tanaman industri (HTI).
Untuk menjaga kestabilan pertumbuhan Nilai PDRB dapat dilakukan
dengan membangun semua sektor dengan baik terutama dengan memperdalam
struktur sektor sehingga menghasilkan nilai tambah yang semakin tinggi. Tabel
2.28 sampai 2.29 memperlihatkan perkembangan nilai dan pertumbuhan PDRB
Harga Berlaku dan Harga Konstan menurut lapangan usaha Provinsi Riau dari
tahun 2010-2018.
Tahun
Pertumbuhan
No LAPANGAN USAHA Per Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 (%)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 23,46 20,50 19,08 19,00 19,66 22,09 22,92 23,54 22,44 -0,29
B Pertambangan dan Penggalian 32,62 39,10 42,16 42,21 39,57 30,91 28,16 25,92 27,82 -1,23
C Industri Pengolahan 24,07 22,08 20,60 20,56 20,88 23,85 24,68 25,37 24,53 0,45
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,05 0,06 0,06 0,06 5,74
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 -3,79
F Konstruksi 6,53 6,31 6,24 6,30 6,69 7,92 8,36 8,75 8,86 4,06
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,52 6,77 6,69 6,63 7,78 8,88 9,38 9,79 9,81 3,70
H Transportasi dan Pergudangan 0,67 0,59 0,59 0,62 0,66 0,79 0,83 0,86 0,85 3,36
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,37 0,34 0,36 0,39 0,47 0,51 0,53 0,54 0,54 4,93
J Informasi dan Komunikasi 0,60 0,53 0,54 0,52 0,52 0,62 0,64 0,67 0,68 1,78
K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,76 0,70 0,76 0,81 0,80 0,87 0,90 0,89 0,90 2,20
L Real Estate 0,74 0,68 0,66 0,67 0,69 0,83 0,85 0,86 0,85 2,03
M,N Jasa Perusahaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,01 0,01 5,13
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,68 1,48 1,48 1,44 1,36 1,54 1,52 1,51 1,45 -1,63
P Jasa Pendidikan 0,44 0,41 0,38 0,37 0,41 0,50 0,51 0,52 0,51 2,20
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,14 0,13 0,13 0,13 0,14 0,18 0,18 0,19 0,19 4,40
R,S,T,U Jasa lainnya 0,32 0,31 0,30 0,31 0,34 0,43 0,46 0,49 0,51 6,19
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 2,31
Sumber : BPS Provinsi Riau, 2010-2018, Olah
Tahun
Pertumbuhan
No LAPANGAN USAHA Per Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 (%)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 23,46 22,99 23,00 23,43 24,22 24,27 24,69 25,32 25,82 1,22
B Pertambangan dan Penggalian 32,62 31,86 30,27 28,22 26,04 24,18 22,66 20,66 19,09 -6,46
C Industri Pengolahan 24,07 24,73 25,46 26,57 27,33 28,26 28,89 29,68 30,03 2,81
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,04 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05 0,06 0,06 0,06 3,75
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 -1,40
F Konstruksi 6,53 6,84 6,83 6,84 7,23 7,67 7,88 8,13 8,37 3,18
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,52 7,65 8,19 8,43 8,54 8,65 8,87 9,19 9,56 3,07
H Transportasi dan Pergudangan 0,67 0,68 0,73 0,76 0,80 0,84 0,85 0,86 0,87 3,31
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,37 0,39 0,41 0,43 0,44 0,45 0,45 0,46 0,47 3,01
J Informasi dan Komunikasi 0,60 0,62 0,69 0,75 0,77 0,82 0,85 0,87 0,90 5,15
K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,76 0,79 0,86 0,92 0,94 0,94 0,98 0,93 0,95 2,86
L Real Estate 0,74 0,75 0,78 0,81 0,83 0,90 0,89 0,90 0,91 2,71
M,N Jasa Perusahaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 5,62
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,68 1,73 1,77 1,78 1,76 1,83 1,79 1,76 1,73 0,41
P Jasa Pendidikan 0,44 0,43 0,43 0,44 0,46 0,48 0,48 0,48 0,49 1,34
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,14 0,14 0,15 0,16 0,17 0,18 0,18 0,19 0,19 4,23
R,S,T,U Jasa lainnya 0,32 0,34 0,36 0,38 0,41 0,45 0,47 0,49 0,52 6,15
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 2,41
Sumber : BPS Provinsi Riau, 2010-2018, Olah
Sementara itu jika dilihat rata-rata pertumbuhan per tahun PDRB harga
konstan pada kabupaten/kota menunjukkan Kota Pekanbaru memiliki
pertumbuhan tertinggi sebesar 5,93%. Hal ini didukung oleh tingginya
perdagangan besar dan eceran yang berkembang di Kota Pekanbaru dan juga
Gambar 2.23: Kontribusi PDRB Harga Berlaku dan Konstan Dengan Migas
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2018 (%)
Sumber: Olahan PDRB-HK Provinsi dan Perkabupaten Kota, 2013-2017 (Angka Inflasi Per
Kabupaten/Kota merupakan Estimasi Tim Ahli). *Angka inflasi Rilis BPS, 2011-2018)
menjadi 113,10 juta/kapita. Persentase kenaikan PDRB ADHB per kapita per
tahun selama periode 2010-2018 sebesar 10,05%.
Sedangkan PDRB ADHK per kapita hanya naik 0,41%. Tabel 2.34
menggambarkan bahwa produktifitas produksi barang dan jasa secara individu
hanya naik 0,41% per tahun. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa
peningkatan PDRB per kapita Provinsi Riau sebagian besar disebabkan oleh
kenaikan harga barang dan jasa sebesar 9,64%.
Sumber: BPS Provinsi Riau (PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Menurut Lapangan Usaha 2015-2017)
.
Gambar 2.29. PDRB Per Kapita HB-HK Kabupaten/Kota Provinsi Riau
Tahun 2018
Pencapaian indeks gini Provinsi Riau tahun 2018 sebesar 0,347 sudah
termasuk kategori relatif merata. Namun jika dilihat indeks gini rasio antara
perkotaan dan pedesaan maka tingkat pemerataan pendapatan penduduk kota dan
desa di Provinsi Riau pada tahun 2018 menunjukkan kondisi yang berbeda
dimana IGR perkotaan lebih tinggi dengan nilai 0,356 sedangkan pedesaan
dengan nilai 0,288 namun dalam kategori relatif merata. Perbaikan kondisi
pemerataan pendapatan di Provinsi Riau tidak terlepas dari besaran anggaran
pemerintah pusat dalam pembangunan di pedesaan dan pola pembangunan (self
services development).
IGR Provinsi Riau pada tahun 2018 masih lebih baik dibandingkan
indeks gini Indonesia (0,384) meski berada dalam kelompok yang berbeda yaitu
ketidakmerataan sedang dan merata. Bila dibandingkan dengan provinsi tetangga,
pencapaian indeks gini Provinsi Riau lebih rendah dibanding Provinsi Sumatera
Utara (0,318) dan sama dengan Jambi (0,334) serta Kepulauan Riau (0,330).
2.2.1.7 Kemiskinan
tahun 2008-2018 dan jumlah penduduk miskin kabupaten/kota dapat dilihat pada
Gambar 2.33 berikut.
AMH melihat pencapaian indikator dasar yang telah dicapai oleh suatu
daerah, karena membaca merupakan dasar utama dalam memperluas ilmu
pengetahuan. AMH merupakan indikator penting untuk melihat sejauh mana
penduduk suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan. Jika diamati dari Gambar
2.38 masih terdapat masyarakat Riau yang belum melek huruf. Hal tersebut dapat
dilihat angka melek huruf dari tahun 2009-2017 hanya tumbuh 0,15% per tahun,
dimana pada tahun 2009 AMH yaitu 98,10% dan pada tahun 2017 baru mencapai
99,25% atau hanya naik 1,16% atau masih terdapat 0,75% masyarakat yang masih
buta huruf. Namun demikian AMH Provinsi Riau lebih tinggi dibandingkan
dengan dengan nasional yang hanya 95,92%.
Jika diamati AMH menurut jenis kelamin maka kaum perempuan masih
memiliki angka buta huruf 1,03% di tahun 2017 atau dengan AMH sebesar
98,97% sementara kaum laki-laki dengan AMH sebesar 99,53% atau dengan
angka buta huruf hanya sekitar 0,47% pada tahun 2017. Walaupun perkembangan
AMH pada kaum perempuan dari 2009-2017 masih dibawah kaum laki-laki tetapi
menunjukkan kemajuan yang lebih progresif. Hal tersebut dapat dilihat percepatan
pembangunan AMH kaum perempuan dengan slope persamaan regresi 67,85%
sementara kaum laki-laki hanya 35,76% yang berarti kinerja perbaikan AMH
kaum perempuan jauh lebih cepat dibandingkan kaum laki-laki dengan koefisien
secara keseluruhan sebesar 51,81%.
Sementara itu AMH kabupaten/kota dapat dilihat bahwa AMH yang
melebihi AMH Provinsi Riau adalah Kota Pekanbaru, Rokan Hulu, Pelalawan,
Kampar, Dumai, dan Rokan Hilir sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.39.
Sedangkan AMH di bawah rata-rata provinsi antara lain Indragiri Hilir, Siak,
Bengkalis, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu dan Kep. Meranti. Oleh karena itu,
agar tidak terjadi kesenjangan yang cukup tinggi, maka kebijakan dan program
yang terkait untuk peningkatan AMH lebih diprioritaskan di enam kabupaten
tersebut.
Penanganan untuk peningkatan AMH melalui program pendidikan non
formal dilakukan dengan memperhatikan Angka Buta Huruf (ABH) berdasarkan
jumlah penduduk yang masih buta huruf. Jika dilihat dari persentase penduduk 15
tahun ke atas yang melek huruf (AMH) terendah terdapat pada Kabupaten Kep.
Meranti sebesar 97,21% dan ABH sebesar 2,79% dengan jumlah penduduk buta
huruf hanya 4.871 jiwa. Sedangkan pada Kabupaten Indragiri Hilir terdapat AMH
sebesar 98,89% dan ABH sebesar 1,11% dengan jumlah penduduk yang buta
huruf tertinggi yakni 7.706 jiwa. Jadi dapat disimpulkan bahwa penanganan AMH
harus tetap memperhatikan aspek jumlah penduduk 15 tahun ke atas yang buta
huruf (ABH).
Gambar 2.39. Angka Melek Huruf (AMH) dan Jumlah Penduduk 15 Tahun
Keatas Buta Huruf Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, 2017
Rp165,95 juta. Selama periode 2011-2017 PDRB per pekerja terus mengalami
penurunan dari Rp177,49 juta per pekerja tahun 2011 turun menjadi Rp169,51
juta per pekerja tahun 2017.
Seni
Kabupaten/ Seni Musik Seni Seni
No Teater/ Jumlah
Kota Tari Tradisional Sastra Rupa
Drama
1 Kuantan Singingi 9 9 0 0 7 25
2 Indragiri Hulu 21 33 0 0 4 58
3 Indragiri Hilir 19 19 0 0 12 50
4 Pelalawan 33 26 2 0 13 74
5 Siak 30 29 30 30 30 149
6 Kampar 9 16 1 0 6 32
7 Rokan Hulu 0 8 0 0 5 13
8 Rokan Hilir 17 17 17 17 17 85
9 Bengkalis 9 9 0 0 0 18
10 Kep,Meranti 24 19 0 0 10 53
11 Pekanbaru 26 0 1 4 11 42
12 Dumai 16 35 1 1 4 57
Jumlah 196 203 35 35 102 571
Sumber: BPS Provinsi Riau (Riau Dalam Angka, 2017)
2.2.3.2 Olahraga
Pada tahun 2012, Provinsi Riau telah menjadi tuan rumah PON VIII dan
membangun baru serta memperbaiki beberapa venue untuk penyelenggaraan
cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan. Venue PON XVIII tersebar di
beberapa kabupaten kota di Provinsi Riau.
Ketersediaan fasilitas gedung venue eks PON XVIII yang dibangun
dengan dana besar harus dapat dioptimalkan penggunaannya untuk menghasilkan
atlet-atlet yang berprestasi. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas kepemudaan
dan olahraga berprestasi perlu menjadi perhatian dalam RPJMD Provinsi Riau
2014 – 2019.
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas dan prestasi olahragawan/atlet
Riau diperlukan:
a. Pembinaan calon atlet secara berjenjang dan bekerjasama dengan Dinas
Pendidikan Provinsi dan kabupaten/kota mulai dari tingkat SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA/SMK dan Perguruan Tinggi untuk semua cabang
olahraga;
b. Meningkatkan peranan Persatuan Cabang Olahraga dengan memberikan
bantuan/subsidi biaya operasional, latihan dan kegiatan;
c. Mengikutsertakan atlet Riau pada berbagai kompetisi cabang olahraga
untuk semua jenjang usia dan pendidikan, baik tingkat provinsi, nasional
bahkan regional dan internasional;
d. Memperbanyak kompetisi cabang olahraga untuk semua jenjang usia dan
pendidikan, baik tingkat provinsi, nasional bahkan regional dan
internasional;
e. Memberikan bonus dan penghargaan kepada atlet yang berprestasi;
f. Memberikan pekerjaan yang layak seperti pengangkatannya sebagai
tenaga honorer, guru dan CPNS kepada atlet yang berprestasi.
Tabel 2.41 Fasilitas Olahraga Menurut Kabupaten Kota Provinsi Riau 2017
Fasilitas Olahraga
Kabupaten/Kota Kolam &
Stadion GOR Padang & Lapangan Hall PKM
Danau
Pacu
Kuantan Singingi Sport Centre (Sepak Bola) - - - -
Sampan
Indragiri Hulu - - - - - -
Tasik Gemilang (Volley
Indragiri Hilir Sport Centre (Sepak Bola) Lapangan Futsal Tenis - -
Ball)
Pelalawan - Pangkalan Kerinci - - - -
Sepatu Roda, Volley
Siak Sport Centre (Sepak Bola) BMX, Tenis - - -
Ball
Kampar - Kampar (Pencat Silat) Labersa (Golf) - - -
Rokan Hulu - - - - - -
PAS (Bela Diri Tarung
Bengkalis - - - - -
Drajat)
Rokan Hilir - - - - -
Kep.Meranti - - - - -
1.Grand Stadion–UNRI 1.Remaja (Bulu 1.Chevron (Soft Ball) 1.SC Rumbai (Basket) 1.UNILAK 5. Danau
(Sepak Bola) Tangkis) 2.UNRI (Kawasan 2.SC Rumbai (Renang) (Anggar) Buatan
2.Kaharudin Nasution 2.Angkasa (Bulu Olaharaga) 3.SC Rumbai (Menembak) 2.UNRI (Yudo) (Sky Air)
Pekanbaru Rumbai (Sepak Bola) Tangkis) 3.UNRI (Panjat 4.SC Rumbai (Volly Ball) 3.UIN 6. Kolam
3.SC Rumbai (Hockey) 3.SC Rumbai (Senam) Tebing) 5.UIR Volly Ball (Taekwondo) Renang
4.SC Rumbai (Atletic) 4.Tribuana (Karate) 4.UIR Panahan 4.UIR (Gulat)
5.Tenis
Sasana Tirta
Chevron (Tennis
Dumai - - - - Pertamina
Meja)
(Renang)
Tabel 2.42. Angka Partisipasi Kasar SD/MI Tahun 2013/2014 s/d 2016/2017
Angka Partisipasi Kasar SD/MI Pertumbuhan
No Kabupaten
2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017 /Tahun (%)
1 Kuantan Singingi 114,2 112,4 111,9 109,1 -1,51
2 Indragiri Hulu 125,5 118,2 117,1 111,1 -3,98
3 Indragiri Hilir 109,4 106,0 106,9 100,2 -2,85
4 Pelalawan 120,2 118,3 118,2 111,4 -2,46
5 Siak 112,6 116,3 115,9 109,2 -0,95
6 Kampar 107,4 106,3 105,8 109,6 0,68
7 Rokan Hulu 112,5 112,8 112,4 111,0 -0,44
8 Bengkalis 120,4 118,7 118,3 112,8 -2,13
9 Rokan Hilir 111,9 112,6 112,0 110,2 -0,51
10 Kep. Meranti 105,6 118,5 118,1 89,3 -4,17
11 Pekanbaru 108,6 115,1 114,6 109,8 0,45
12 Dumai 107,4 114,6 114,2 113,3 1,83
Riau 112,5 113,1 112,9 108,7 -1,12
Sumber: Pusat Data dan Statistik Kementerian Pendidikan 2014-2017
Selama kurun waktu 2013 sampai dengan 2018 terjadi peningkatan APK
SMA/MA/SMK Provinsi Riau rata-rata sebesar 3,69 persen, dari 68,89 persen
meningkat menjadi 82,54 persen. Keadaan ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan partisipasi sekolah pada tingkat SMA/MA/SMK selama kurun waktu
tersebut. Bila dilihat sebarannya pada masing-masing kabupaten/kota dalam
Provinsi Riau terdapat 5 Kabupaten Indragiri Hilir, Kampar dan Rokan Hilir yang
APK SMA/MA dan SMK di bawah capaian Provinsi Riau.
Tabel 2.45. Angka Partisipasi Murni SD/MI Tahun 2013/2014 s/d 2016/2017
Angka Partisipasi Murni SD/MI Pertumbuhan
No Kabupaten
2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017 /Tahun (%)
1 Kuantan Singingi 86,29 86,63 86,42 96,08 3,78
2 Indragiri Hulu 95,30 95,74 95,40 96,36 0,37
3 Indragiri Hilir 84,88 85,86 85,32 86,59 0,67
4 Pelalawan 95,63 96,44 95,79 97,89 0,79
5 Siak 95,77 96,17 95,93 97,14 0,48
6 Kampar 95,07 95,30 95,12 96,63 0,55
7 Rokan Hulu 95,51 96,36 95,91 97,39 0,66
8 Bengkalis 95,73 96,10 95,85 97,83 0,73
9 Rokan Hilir 95,56 95,75 95,67 96,62 0,37
10 Kepulauan
73,97 74,92 74,80 76,88
Meranti 1,30
11 Pekanbaru 95,56 95,70 95,52 97,55 0,69
12 Dumai 95,47 95,72 95,59 99,33 1,35
Riau 93,06 93,64 93,41 95,28 0,79
Sumber: Pusat Data dan Statistik Kementerian Pendidikan Tahun 2014-2017
persen. Keadaan ini menunjukkan bahwa jumlah anak usia sekolah SMP/MTs
yang dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan setara SMP/MTs berkurang dari
76,45 persen menjadi 72,87. Sementara anak usia sekolah SMP/MTs yang tidak
dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan setara SMP meningkat dari 23,55 persen
pada tahun 2013/2014 menjadi 27,13 persen. Capaian APM SMP/MTs pada tahun
2016/2017 di bawah APM SMP/MTs secara nasional mencapai 76,29 persen.
Keadaan ini harus menjadi perhatian, karena berpotensi menghambat kebijakan
wajib belajar 12 tahun. Selanjutnya perkembangan APM SMA/MA/SMK Provinsi
Riau selama kurun 4 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.47.
rasio ketersediaan sekolah dengan penduduk usia sekolah di Provinsi Riau pada
tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.48.
Tabel 2.48. Rasio Ketersediaan Sekolah dengan Penduduk Usia Sekolah
Tahun 2017
Penduduk Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Jumlah
Kabupaten Usia Ruangan Rasio Usia Ruangan Rasio Usia Ruangan Rasio
(7-12) Kelas (13-15) Kelas (16-18) Kelas
Kuantan Singingi 38.589 1.925 20,05 18.990 618 30,73 15.847 485 32,67
Indragiri Hulu 54.326 3.555 15,28 25.029 824 30,38 21.722 573 37,91
Indragiri Hilir 93.663 2.498 37,50 37.369 675 55,36 41.380 496 83,43
Pelalawan 48.306 1.981 24,38 20.351 516 39,44 18.151 484 37,50
Siak 57.567 2.305 24,97 28.527 871 32,75 24.547 728 33,72
Kampar 96.278 3.944 24,41 45.560 1.124 40,53 44.895 926 48,48
Rokan Hulu 71.138 3.032 23,46 31.446 869 36,19 25.560 705 36,26
Bengkalis 72.102 2.987 24,14 36.882 1.046 35,26 35.879 921 38,96
Rokan Hilir 84.961 3.462 24,54 40.058 964 41,55 41.500 892 46,52
Kep. Meranti 24.403 1.209 20,18 11.777 277 42,52 10.586 273 38,78
Pekanbaru 112.817 3.305 34,14 53.764 1.389 38,71 58.286 1.779 32,76
Dumai 35.250 1.157 30,47 15.947 428 37,26 14.747 430 34,30
Riau 789.400 31.360 25,17 365.700 9.601 38,09 353.100 8.692 40,62
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Riau Tahun 2018
persentase sekolah yang berkondisi baik yang menurun rata-rata 10,79 persen per
tahun. Pada tahun 2017 persentase bangunan ruang sekolah SMA/SMK/MA yang
berada dalam kondisi baik adalah 47,62 persen. Ini berarti jumlah bangunan ruang
sekolah SMA/SMK/MA yang rusak adalah 52,38 persen. Walaupun jumlah ruang
yang rusak pada tingkat SMA/SMK/MA lebih kecil persentasenya dibandingkan
dengan SD/MI dan SMP/MTs, namun jumlahnya masih relatif sangat besar. Oleh
karena itu upaya pemerintah mengalokasikan anggaran sebanyak 20 persen dari
APBD mandatori setiap tahun perlu pemetaan yang lebih fokus dan jelas
lokasinya dalam rangka memenuhi standar pelayanan minimum.
Selanjutnya pada tingkat SMA/SMK/MA, kondisi bangunan baik sedikit
lebih baik jika dibandingkan dengan SD/MI dan SMP/MTs. Adapun besaran
persentase bangunan ruang baik pada tingkat SMA/SMK dan MA selama kurun
tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Tabel 2.49.
bawah rata-rata provinsi. Sama seperti SD/MI dan SMP/MTS idealnya bangunan
ruang sekolah SMA/SMK yang baik seharusnya 100 persen.
Dari kondisi tersebut di atas kebijakan rehabilitasi sekolah harus menjadi
prioritas kedepannya. Berikut gambar terkait dengan kondisi bangunan
SMA/SMK yang baik kabpaten kota Provinsi Riau, 2017.
Tahun 2013 yakni 1:32. Hal ini menunjukkan bahwa rasio antara guru dan murid
pendidikan dasar di Provinsi Riau sudah memadai.
Tabel 2.53. Rasio Guru dengan Murid Sekolah Pendidikan Dasar
di Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Pertumbuhan
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
/Tahun (%)
1 Pendidikan Dasar
1.1. Jumlah Guru (SD/MI
60.800 72.315 70.205 67.598 69.858 3,91
+SMP/MTs).
1.2. Jumlah Murid
942.972 1.037.232 1.054.808 1.060.115 1.058.545 3,01
(SD/MI+SMP/MTs)
1.3. Rasio Guru dan
Murid Pendidikan 15,51 14,34 15,02 15,68 15,15 -0,44
Dasar
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2018
Gambar 2.55. Sebaran Rasio Guru dengan Murid Pendidikan Dasar pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2017
Sama halnya dengan rasio guru dengan murid pendidikan dasar pada
pendidikan menengah selama kurun waktu tahun 2013-2017 juga berfluktuasi,
dengan kecenderungan meningkat pada 3 tahun terakhir. Secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 2.55.
Tabel 2.55. Rasio Guru dengan Murid dan Angka Putus Sekolah
SMA/SMK/MA di Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Pertumbuhan
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
/Tahun (%)
1 Pendidikan Menengah
1.1. Jumlah Guru
13.020 18.703 16.045 16.809 17.451 9,50
(SMA/SMK/MA).
1.2. Jumlah Murid 233.20 244.12
198.677 212.945 217.031 5,31
(SMA/SMK/MA) 6 2
1.3. Rasio Guru dan
Murid Pendidikan 15 11 14 14 14 0,15
Menengah
2.1 Jumlah Siswa Putus
3.534 3.129 3.500 2.093 2.179 -8,92
Sekolah
2.2 Angka Putus Sekolah
1,78 1,47 1,64 0,96 0,93 -12,61
(%)
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Riau, 2018
Kondisi yang demikian diikuti dengan capaian rasio antara guru dengan
murid yang juga berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat pada masa 3
tahun terakhir. Walaupun demikian rasio yang dicapai selama kurun tahun yang
sama tidak ada yang melampaui standar pelayanan minimum. Sedangkan angka
putus sekolah pertumbuhan pertahun -0,19 %/tahun dengan persentase menurun -
0,23 %/tahun.
Sementara itu, jumlah anak yang tidak bersekolah dari keluarga tidak
mampu/miskin pada tahun 2016 sebanyak 5.224 orang, menurun menjadi 713
orang pada tahun 2018.
g. Beasiswa
Dalam rangka meningkatkan kesempatan untuk dapat memperoleh
pendidikan tinggi bagi tenaga pendidik dan tamatan SLTA, Pemerintah Provinsi
Riau telah memberikan bantuan pendidikan berupa beasiswa. Beasiswa ini
diberikan untuk perguruan tinggi negeri/swasta di dalam maupun di luar Provinsi
Riau.
Tabel 2.57. Jumlah Tenaga Pendidik dan Tamatan SLTA yang
Mendapatkan Beasiswa Tahun 2017-2019
Tahun
No Kegiatan Jumlah
2017 2018 2019
1. Peningkatan Kompetensi Pendidik PNS
1.362 - 1.032 2.394
& GTT SMA,SMK SLB
2. Pemberian Beasiswa Tamatan SLTA
Berprestasi
Perguruan Tinggi Dalam Provinsi Riau 2.874 2.106 2.935 7.915
Perguruan Tinggi Luar Provinsi Riau 227 164 447 838
3. Beasiswa Bidik Misi Bagi Mahasiswa
890 454 500 1.844
Kurang Mampu Yang Berprestasi
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Riau Tahun 2019
Pendidikan Luar Biasa SD/MI Provinsi Riau tahun 2018 sebesar 87,84%,
dari jumlah penyandang ketunaan usia SD/MI 2.344 orang, Pendidikan Luar Biasa
jenjang SMP/MTs sebesar 97,21% dari 716 orang ketunaan usia SMP/MTs
sedangkan Pendidikan Luar Biasa SMA/SMK/MA, sebesar 79,21% dari 457
orang dari ketunaan usia SMA/SMK/MA, dengan rata-rata dari SD/MI –
SMA/SMK/MA sebesar 88,08%.
Pemenuhan jumlah tenaga pendidik pada pendidikan khusus, didasarkan
pada tata cara perhitungan pemenuhan kebutuhan pendidik dengan
memperhatikan jumlah rombongan belajar pada satuan pendidikan, kewajiban
pemenuhan beban mengajar dan jumlah jam mata pelajaran dalam struktur
kurikulum. Jumlah sekolah sebagai sarana dan prasarana pendidikan disabilitas, di
12 kabupaten/kota se-Provinsi Riau dengan jumlah unit sekolah yang berbeda-
beda, lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.60. Jumlah Sekolah Luar Biasa se-Provinsi Riau Tahun 2018
Kabupaten Status
No Kecamatan Jenjang Jumlah
/Kota Negeri Swasta
1 Bengkalis Mandau SLB 1 5 6
Pinggir SLB 0 1 1
Bengkalis SLB 1 1 2
Jumlah 2 7 9
2 Indragiri Hilir Tembilahan SLB 1 0 1
Pulau Burung SLB 0 1 1
Jumlah 1 1 2
3 Indragiri Hulu Pasir Penyu SLB 1 0 1
Jumlah 1 0 1
4 Kampar Bangkinang Kota SLB 2 0 2
Gn. Sahilan SLB 1 0 1
Bangkinang SLB 1 0 1
Jumlah 4 0 4
5 Kep Meranti Tebing Tinggi SLB 1 0 1
Tebing Tinggi Timur SLB 0 2 2
Rangsang Barat SLB 0 1 1
Jumlah 1 3 4
6 Kuantan Singingi Kuantan Tengah 1 0 1
Jumlah 1 0 1
7 Pelalawan Pangkalan Kerinci SLB 1 0 1
Pangkalan Kuras SLB 1 0 1
Jumlah 2 0 2
8 Rokan Hilir Bangko SLB 1 0 1
Jumlah 1 0 1
9 Rokan Hulu Ujung Batu SLB 0 1 1
Rambah Hilir SLB 0 1 1
Rambah SLB 1 0 1
Jumlah 1 2 3
10 Siak Tualang SLB 0 2 2
Siak SLB 1 0 1
Jumlah 1 2 3
11 Dumai Dumai Timur SLB 1 1 2
Dumai Selatan SLB 0 1 1
Jumlah 1 2 3
12 Pekanbaru Tenayan Raya SLB 1 1 2
Marpoyan Damai SLB 0 3 3
Payung Sekaki SLB 0 1 1
Rumbai SLB 0 1 1
Rumbai Pesisir SLB 0 2 2
Sail SLB 0 1 1
Sukajadi SLB 0 1 1
Tampan SLB 0 3 3
Jumlah 1 13 14
Jumlah Total 17 30 47
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Riau Tahun 2019.
Berdasarkan data satuan pendidikan Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk
kabupaten/kota se-Provinsi Riau, jumlah sekolah dengan status negeri sebanyak
17 (tujuh belas) sekolah dan sekolah berstatus swasta sebanyak 30 (tiga puluh),
berarti untuk satuan pendidikan se-Provinsi Riau berjumlah 47 (empat puluh tujuh)
sekolah. Jumlah sekolah luar biasa terbanyak di Kota Pekanbaru (14 sekolah) dan
paling sedikit di Kabupaten Kuantan Singingi (1 sekolah).
8 Tempat Tidur Rumah Sakit 5.008 5.315 6.020 6.227 6.103 7,15
16 Rasio Tempat Tidur Puskesmas 7.065 6.619 7.041 5.920 5.955 -8,23
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2018
Bila dicermati data tabel di atas, rasio puskesmas selama 5 tahun terakhir
terjadi penurunan pelayanan dari 1 puskesmas melayani 28.867 orang penduduk
pada tahun 2013 menjadi 1 puskesmas melayani 30.967 orang pada tahun 2017.
Sama halnya dengan rasio puskesmas, rasio puskesmas pembantu dan puskesmas
keliling juga terjadi penurunan pelayanan. Kondisi ini disebabkan karena laju
pertambahan penduduk lebih tinggi dari laju pertambahan puskesmas, puskesmas
pembantu dan puskesmas keliling. Kondisi ini perlu dicermati mengingat
puskesmas merupakan pelayanan pertama yang merupakan ujung tombak
pelayanan kesehatan masyarakat di satu sisi dan di sisi yang lain pertumbuhan
jumlah penduduk menuntut peningkatan kuantitas pelayanan.
Berbeda halnya dengan rasio puskesmas, pelayanan rumah sakit selama 5
tahun terakhir justru terjadi peningkatan dari 1 rumah sakit melayani 95.767 orang
penduduk pada tahun 2013 naik pelayanannya menjadi 95.133 orang penduduk
pada tahun 2017. Keadaan ini disebabkan karena selama kurun waktu yang sama
terjadi pertumbuhan jumlah rumah sakit sebesar rata-rata 3,52 persen per tahun
yang sebagian besar adalah rumah sakit swasta yang terkonsentrasi pada Kota
Pekanbaru dan ibukota kabupaten di Provinsi Riau.
Selanjutnya jumlah tempat tidur puskesmas terjadi peningkatan
pelayanan, dari 7.065 orang per tempat tidur pada tahun 2013 meningkat
pelayanannya menjadi 5.955 orang per tempat tidur pada tahun 2017. Kondisi ini
karena adanya penambahan jumlah tempat tidur untuk menampung pasien rawat
inap pada tingkat puskesmas. Sama halnya dengan rasio tempat tidur puskesmas,
rasio tempat tidur rumah sakit juga meningkat dari 1.205 menjadi 1.091 dan sudah
mendekati standar WHO 1000 penduduk per tempat tidur. Namun demikian
sebaran rumah sakit di Provinsi Riau relatif tidak merata dan sebagian besar
terpusat di ibukota kabupaten/kota dan yang paling besar berada di Kota
Pekanbaru.
Ketersediaan sumber daya manusia yang ada pada Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi Riau saat ini masih belum memenuhi standar, dimana terdapat
sejumlah 3 orang PNS dokter spesialis jiwa (psikiater). Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 340 Tahun 2010 menyatakan bahwa Rumah Sakit
Khusus Jiwa Kelas A membutuhkan sumber daya manusia antara lain :
a. Tenaga psikiater ASN berjumlah 7 orang.
b. Sub spesialis jiwa (konsultan) berjumlah 1 orang.
c. Dokter spesialis anak berjumlah 1 orang.
d. Dokter spesialis saraf berjumlah 1 orang.
e. Dokter spesialis rehabilitasi medik berjumlah 1 orang.
f. Perawat spesialis jiwa berjumlah 1 orang.
g. Tenaga terapis (OT dan TW) berjumlah 4 orang.
h. Perawat berjumlah 82 orang.
i. Apoteker berjumlah 6 orang.
j. Ahli gizi berjumlah 4 orang.
Tabel 2.63. Prevalensi Balita Gizi Buruk di Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Pertumbuhan/
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun (%)
1 Jumlah Balita Gizi Buruk 1.090 579 490 872 830 2,72
2 Jumlah Balita 69.423 45.221 47.602 45.920 50.700 -5,68
3 Pravalensi Balita Gizi Buruk 1,57 1,28 1,03 1,90 1,64 8,19
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2018
Dari Tabel 2.63 dan Gambar 2.62 dapat diketahui bahwa prevalensi gizi
buruk balita di Provinsi Riau pada tahun 2013 (1,57%) mengalami peningkatan
pada tahun 2017 menjadi 1,64%. Dengan pertumbuhan 8,19% per tahun.
Sama halnya dengan gizi buruk, penyebab gizi kurang pada anak balita
adalah karena tidak mendapatkan asupan gizi yang sesuai usianya. Jika masalah
kekurangan gizi ini tidak segera diatasi, maka anak-anak akan mengalami masalah
gizi buruk. Prevalensi gizi kurang di Provinsi Riau selama tahun 2013-2017
menunjukkan tren yang semakin menurun dari 9,0 persen pada tahun 2013
menurun menjadi 6,9 persen pada tahun 2017. Prevalensi gizi kurang di Provinsi
Riau dapat dilihat pada Tabel 2.65.
Tabel 2.65. Prevalensi Balita Gizi Kurang di Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Pertumbuhan/
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun (%)
1 Jumlah Balita Gizi
6.282 3.596 3.647 3.642 3.510 -11,28
Kurang
2 Jumlah Balita 69.423 45.221 47.602 45.920 50.700 -5,68
3 Pravalensi Balita
9,0 8,0 7,7 7,9 6,9 -6,17
Gizi Kurang
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2018
Menurunnya prevalensi gizi kurang ini tidak bisa dilepaskan dari upaya-
upaya yang dilakukan untuk memperbaiki status kurang gizi pada anak seperti
penambahan gizi dalam asupan makanan. Namun demikian, besaran angka kasus
balita gizi kurang masih cukup signifikan dan memerlukan penanganan khusus ke
depannya.
Pada tahun 2017, kondisi jalan baik pada jalan kewenangan provinsi
sepanjang 1.254,80 km atau 44,82 % dari panjang keseluruhan.
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Riau, 2017
Jika ditinjau dari aspek rasio panjang jalan terhadap luas wilayah, dapat
diketahui bahwa indeks aksesibilitas Provinsi Riau masih dalam kategori rendah.
Indeks aksesibilitas tinggi hanya dimiliki oleh Kota Pekanbaru, dan indeks
Tabel 2.81 Kondisi Saluran Irigasi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2017 (Dalam Km)
Primer Sekunder Tersier
No Kabupaten Subtotal Subtotal Subtotal Total
Baik Sedang Rusak Baik Sedang Rusak Baik Sedang Rusak
1 Kuantan Singingi 22,63 0,00 0,08 22,71 70,19 0,00 0,61 70,80 11,82 0,00 0,01 11,83 105,34
2 Indragiri Hulu 2,73 4,98 0,00 7,71 30,42 27,04 2,50 59,96 12,35 1,51 15,22 29,08 96,75
3 Indragiri Hilir 0,00 0,00 324,00 324,00 0,00 0,00 464,00 464 0,00 0,00 644,00 644,00 1.432,00
4 Pelalawan 313,37 15,79 14,38 343,54 160,11 5,16 13,22 178,49 81,06 3,44 0,00 84,50 606,53
5 Siak 45,80 9,08 0,00 54,88 54,69 9,55 0,00 64,24 158,22 76,77 7,91 242,90 362,02
6 Kampar
7 Rokan Hulu 19,13 0,41 0,00 19,54 20,90 1,99 0,00 22,89 48,60 26,09 2,68 77,37 119,80
8 Rokan Hilir 0,00 38,00 52,00 90,00 471,00 78,00 0,00 549 0,00 1.621,00 685,00 2.306,00 2.945,00
9 Bengkalis 54,29 16,71 0,00 71,00 31,39 54,06 0,00 85,45 10,40 43,41 0,00 53,81 210,26
10 Kepulauan Meranti 25,83 21,71 2,43 49,97 36,15 77,92 27,26 141,33 2,62 32,06 12,38 47,06 238,36
11 Pekanbaru - - - - - - - - - - - - -
12 Dumai - - - - - - - - - - - - -
TOTAL ( KM ) 483,78 106,68 392,89 983,35 874,85 253,72 507,59 1.636,16 325,07 1.804,28 1367,2 3.496,55 6.116,06
Gambar 2.68. Persentase Kondisi Saluran Irigasi di Provinsi Riau Tahun 2017
Lahan sawah yang ditanami padi beririgasi seluas 11.083,5 Ha (24,30%) dari
jumlah total luas sawah Provinsi Riau (45.613 Ha tahun 2017, sumber dari BIG Tahun
2018), yang terdiri dari 2.779,00 Ha yang ditanami padi satu kali dan 8.304,5 Ha yang
ditanami padi dua kali dalam satu tahun. Sedangkan luas sawah yang beririgasi tidak
ditanami padi seluas 922,50 Ha, terdiri dari 331,50 Ha ditanami tanaman lainnya, dan
591,00 Ha tidak ditanami tanaman lainnya. Untuk mengurangi ketergantungan
kebutuhan beras Provinsi Riau, peran irigasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
produksi dan produktifitas, baik untuk meningkatkan indeks pertanaman maupun
perluasan areal sawah beririgasi.
Persentase rumah tangga menurut sumber air minum bersih terendah adalah di
Kabupaten Kepulauan Meranti sebesar 9,77%, Kabupaten Indragiri Hilir sebesar
20,00% dan Kabupaten Rokan Hilir sebesar 57,21%. Pemenuhan air mimun bersih
Provinsi Riau baru mencapai 68,43%, sehingga diperlukan peningkatan sebesar 31,57%
untuk memenuhi standar pelayanan minimal.
Kondisi yang cukup mengkhawatirkan dari segi kesehatan adalah tingginya
ketergantungan masyarakat terhadap air hujan, air permukaan dan lainnya dalam
memenuhi kebutuhan air minumnya yang mencapai 12,51 persen. Sedangkan untuk
kebutuhan lain selain air minum tertera pada Tabel 2.83.
Dari rentang waktu tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 persentase rumah
tangga yang menggunakan air leding cenderung berfluktuatif. Namun pemakaian air
kemasan sebagai sumber air minum rumah tangga terus mengalami peningkatan sampai
di angka 49,59 % di tahun 2017.
Berdasarkan Gambar 2.69 terlihat bahwa sumber air minum yang berasal dari
air leding meteran (pipa) hanya sebesar 0,56%. Penggunanan air untuk minum berasal
dari air kemasan menjadi yang paling mencolok dari pada sumber air minum yang lain.
Sumber air minum yang paling banyak dipakai kedua adalah dari sumur terlindungi
dengan rata-rata pemakaian dari tahun 2013-2017 sebesar 15,37%. Sedangkan sumber
air minum rumah tangga yang lain adalah dari sumur bor/pompa hanya 11,30 %, sumur
tak terlindungi 6,35 %, mata air hanya 1,69 %, air permukaan sebesar 0,46%, air hujan
dengan persentase yang cukup banyak dengan 13,02% dan sumber air minum lainnya
0,04 %. Akses rumah tangga untuk air minum di Provinsi Riau terbesar berasal dari air
kemasan.
Potensi sumber baku air bersih di Provinsi Riau pada dasarnya sangat besar
karena dialiri oleh empat sungai besar, yaitu Sungai Indragiri, Kampar, Rokan dan Siak
yang dapat dilihat pada kondisi tutupan lahan dari vegetasi yang bersifat permanen yang
diharapkan dapat berfungsi sebagai daerah resapan serta Indeks Penggunaan Air di
masing-masing Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan hasil monitoring dan
evaluasi kinerja DAS yang telah dilakukan oleh Balai Pengelolaan DAS dan Hutan
Lindung Indragiri Rokan.
Pemenuhan kebutuhan air minum curah lintas kabupaten/kota dalam
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), sebagaimana ketentuan dalam Pasal 18
ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal menggantikan Peraturan Pemerintah sebelumnya Nomor 65 Tahun
2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
Dalam Peraturan ini disebutkan bahwa Standar Pelayanan Minimal atau
disingkat dengan SPM merupakan ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar
yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap warga
negara secara minimal. Pelayanan dasar dimaksud adalah pelayanan publik untuk
memenuhi kebutuhan dasar warga negara.
Pelayanan dasar dalam Standar Pelayanan Minimal merupakan urusan
pemerintahan wajib yang diselenggarakan Pemerintah daerah baik Pemerintah Provinsi
maupun Pemerintah Daerah. Urusan Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan
pelayanan dasar yang selanjutnya menjadi jenis SPM, salah satunya adalah SPM Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Jenis Pelayanan Dasar SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Pemerintah Provinsi adalah pemenuhan kebutuhan air minum curah lintas
kabupaten/kota. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Rokan Hilir dan Bengkalis) dengan target 1.500 lt/dt untuk 120.000 Sambungan Rumah
yang mampu memenuhi kebutuhan untuk 600.000 warga; (2) Pekanbaru – Kampar
target 40 lt/dt untuk 3.200 Sambungan Rumah yang mampu memenuhi kebutuhan untuk
16.000 warga; dan (3) Indragiri Hilir – Indragiri Hulu dengan kapasitas 400 lt/dt untuk
32.000 Sambungan Rumah yang mampu memenuhi kebutuhan 160.000 warga. Total
target keseluruhan layanan air minum sebanyak 776.000 warga, dengan asumsi 1
sambungan rumah melayai 5 orang warga. Pada tahun 2018 yang sudah terealisasi baru
SPAM DUROLIS, dengan kapasitas 100 lt/detik untuk 8.000 sambungan rumah yang
dapat melayani 40.000 warga, sehingga warga yang sudah terlayani kebutuhan air curah
baru mencapai 5,15%.
PDASArin
Formulasi perhitungan Indeks Penggunaan Air adalah 禘ᱝ 魸 禘P P iin
Kategori IPA merujuk pada Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.61 tahun 2014
Tabel tersebut menunjukkan bahwa penggunaan air di DAS Utama Provinsi
Riau masih sangat rendah, sehingga masih potensial untuk menjadi sumber air baku.
Dari tabel tersebut diketahui bahwa koefisien rezim aliran DAS Utama di
Provinsi Riau pada umumnya tergolong sangat rendah kecuali DAS Rokan yang
tergolong sangat tinggi.
f. Persampahan
Jumlah sampah di Provinsi Riau mengalami peningkatan dalam lima tahun
terakhir. Peningkatan jumlah sampah berbanding lurus dengan pertambahan jumlah
penduduk. Perhitungan jumlah sampah menggunakan data primer sampah yang masuk
ke TPA pada tahun 2016 yang dielaborasi dengan pendekatan rata-rata pertumbuhan
penduduk Kabupaten/Kota se-Provinsi Riau tahun 2014-2018, seperti terlihat pada
Tabel 2.89.
Selain itu jumlah penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2019 diproyeksikan paling
besar dibandingkan kabupaten lainnya yaitu lebih dari 1 juta jiwa.
h. Air Limbah
SPM urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Riau, fokus pada
penyediaan pelayanan pengolahan air limbah domestik regional lintas kabupaten/kota,
dimana air limbah domestik berasal dari usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah
makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama. Sistem Pengelolaan Air
Limbah Domestik (SPALD) merupakan serangkaian kegiatan pengelolaan air limbah
domestik dalam satu kesatuan dengan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah
domestik.
Pertambahan jumlah penduduk akan meningkatkan produksi air limbah.
Perhitungan air limbah menggunakan asumsi degradable organic component (BOD)
sebesar 14,6 kg BOD/cap.year (default IPCC, 2006). BOD adalah salah satu parameter
yang digunakan untuk menggambarkan komponen organic yang dapat didegradasi
dalam air limbah. Semakin besar nilai BOD, maka kualitas air akan semakin buruk dan
sebaliknya. Air limbah domestik masih menjadi persoalan di Provinsi Riau karena
belum optimalnya upaya pengolahan air limbah tersebut, seperti IPAL komunal dan
IPAL kawasan yang dilengkapi dengan biodigester, dan lain sebagainya. Ke depannya,
mitigasi yang dilakukan harus mempertimbangkan derajat penggunaan pengelolaan air
limbah rumah tangga seperti septic tank, latrine, dan sewer. Mitigasi ini sangat penting
untuk mengurangi tingkat pencemaran air sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca
di Provinsi Riau.
nilai 0,9 bahwa terdapat 9 bagian dari 10 bagian air hujan yang menjadi aliran
permukaan. Hal ini berarti bahwa semakin besar nilai koefisien aliran maka semakin
besar pula air hujan yang mengalir langsung sebagai aliran permukaan. Ini berarti pula
bahwa kesempatan air hujan untuk meresap ke dalam tanah menjadi semakin kecil,
sehingga semakin sedikit pula cadangan air tanah yang dapat tersimpan dalam DAS
tersebut. Konsekuensinya adalah ketika musim kemarau di saat tidak ada curah hujan
yang jatuh, hanya sedikit air tanah yang tersimpan yang bisa dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Data hasil perhitungan koefisien aliran tahunan sebagai
berikut.
Dari tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa resiko terjadinya banjir di DAS
Kampar dan DAS Siak lebih besar dibandingkan dengan DAS Indragiri dan DAS Rokan.
Tabel 2.92. Kondisi Abrasi Pulau Terluar di Provinsi Riau Tahun 2017
Kabupaten Bengkalis Kab.Kep.
Kondisi Jumlah Persentase
Bukit Batu Rupat Utara Rupat Bengkalis Bantan Meranti
Terdampak (Km) 61,00 13,50 75,00 31,00 42,00 106,87 329,37
Kritis (Km) 17,00 13,50 27,50 22,00 41,50 - 121,5 36,89%
Tertangani (Km) 9,30 9,50 6,75 0,55 5,50 - 31,60 9,59%
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Riau Tahun 2018
Tabel 2.95. Jumlah dan Luas Kawasan Kumuh di Provinsi Riau Berdasarkan
Pembagian Kewenangan Pada Tahun 2014
Luas Kewenangan
Kawasan Jumlah Jumlah Jumlah
No Kab/Kota
Kumuh Kawasan Luas Kawasan Luas Kawasan Luas
(Ha) (Kab/Kota) (Provinsi) (Pusat)
1 Kuantan Singingi 38,67 4 27,37 1 11,3 0 0
2 Indragiri Hulu 99,29 2 6,64 2 25,80 3 66,85
3 Indragiri Hilir 45,12 1 3,26 2 24,02 1 17,84
4 Pelalawan 70,94 2 7,46 0 0 3 63,48
5 Siak 109,90 0 0 2 24,77 3 85,136
6 Kampar 38,05 1 8,96 1 13,52 1 15,57
7 Rokan Hulu 163,93 8 39,2 2 22,09 3 102,64
8 Bengkalis 180,33 4 27,8 3 36,15 5 116,38
9 Rokan Hilir 134,83 2 4,57 0 0 4 130,26
10 Kep. Meranti 13,18 3 13,18 0 0 0 0
11 Pekanbaru 124,81 15 69,42 1 11,4 2 43,99
12 Dumai 128,32 14 89,36 3 38,96 0 0
Jumlah 1.147,37 56 297,22 17 208,01 25 85.693,01
Sumber: Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Provinsi Riau
Tabel 2.97. Jumlah Kejadian Unjuk Rasa Provinsi Riau Tahun 2015-2017
Kasus
No Materi Unjuk Rasa
2015 2016 2017 Jumlah Persentase
1 Masalah pendidikan 8 3 3 14 5,00
2 Pemerintah Pusat dan Daerah 17 7 19 43 15,36
3 Terkait dengan politik dan hukum 106 15 8 129 46,07
4 Masalah lainnya 34 1 0 35 12,50
5 Masalah lahan 31 7 11 49 17,50
6 Masalah tenaga kerja 4 2 4 10 3,57
Jumlah 200 35 45 280 100,00
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Riau (2017)
b. Konflik Sosial
Konflik sosial di tengah masyarakat menjadi rawan karena persoalan suku,
agama, ras, dan antar golongan (SARA). Hal ini karena di Provinsi Riau terdapat
berbagai macam suku, agama, ras, dan golongan. Beberapa kasus yang terjadi misalnya
pendirian rumah ibadah di Kabupaten Kampar, Pelalawan dan Indragiri Hulu yang
sedikit menganggu kerukunan umat beragama. Hal ini patut menjadi perhatian
mengingat Provinsi Riau terdiri dari beragam etnis, suku dan agama. Oleh itu kebijakan-
kebijakan yang dapat menciptakan kerukunan antara agama, suku dan ras patut menjadi
perhatian ke depannya.
c. Kriminalitas
Angka kriminalitas adalah jumlah tindak kejahatan yang terjadi dalam suatu
wilayah. Tindak kejahatan tentunya dapat menganggu ketenteraman dan ketertiban
masyarakat. Oleh sebab itu penekanan angka kriminalitas menjadi penting untuk
mewujudkan rasa aman dan tentram masyarakat. Tingkat kriminalitas yang terjadi di
Provinsi Riau Tahun 2014-2016 seperti terlihat pada tabel berikut:
Selama kurun 4 tahun terakhir angka kriminalitas yang terjadi di Provinsi Riau
menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari 7.043 kasus tahun 2014 menjadi
9.629 kasus pada tahun 2017. Sementara dari sisi rasio dengan jumlah penduduk selama
kurun tahun yang sama tidak terjadi perubahan. Peningkatan angka kriminalitas ini tidak
bisa dilepaskan dari perkembangan kota-kota dan perekonomian Provinsi Riau. Oleh
sebab itu upaya-upaya untuk menekan angka kriminalitas terutama upaya preventif
haruslah menjadi kebijakan ke depannya, karena angka kriminalitas yang tinggi tidak
hanya menganggu ketenteraman masyarakat tetapi juga akan berdampak pada kurang
kondusifnya iklim investasi.
menaati dan mematuhinya, meskipun masih ada sebagian pihak yang tidak tunduk dan
patuh terhadap Peraturan Daerah yang telah ditetapkan. Terhadap pelanggaran Peraturan
Daerah, peraturan perundang-undangan mengamanatkan kepada Satuan Polisi Pamong
Praja untuk melakukan langkah-langkah penegakan. Jumlah peraturan perundang-
undangan yang sudah ditetapkan dengan Peratruran Daerah disajikan pada tabel
dibawah ini.
Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Riau dalam kurun waktu 2014-2018 telah
melaksanakan penegakan 1 Peraturan Daerah, yaitu Peraturan Daerah Provinsi Riau
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Perda Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah yang memiliki dampak positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi
Riau.
3. yang berada di kawasan rawan bencana dan yang menjadi korban bencana untuk
Jenis Pelayanan Dasar pelayanan informasi rawan bencana, pelayanan pencegahan
dan kesiapsiagaan terhadap bencana, dan pelayanan penyelamatan dan evakuasi
korban bencana; dan
4. yang menjadi korban kebakaran atau terdampak kebakaran untuk Jenis Pelayanan
Dasar pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban kebakaran.
Di Provinsi Riau, jumlah warga negara yang memperoleh layanan akibat dari
penegakan hukum Perda dan Perkada di Provinsi Riau tidak ada, sehingga capaian
untuk SPM ini 100 %.
Tabel 2.100. Indikator SPM Pelayanan Ketentraman dan Ketertiban
Provinsi Riau Tahun 2018
Jumlah Lembaga
No Kabupaten/Kota Jumlah Klien
Kesejahteraan Sosial
Keberadaan Panti Sosial yang ada bila dibanding dengan penyandang masalah
kesejahteraan sosial khususnya anak balita terlantar, anak terlantar, anak nakal, dan
lanjut usia terlantar pada tahun 2017 yang memerlukan panti, masih jauh dari
mencukupi. Keadaan menunjukkan bahwa keberadaan panti sosial belum dapat
sepenuhnya menampung penyandang masalah sosial yang memerlukan panti. Adapun
jumlah penyandang sosial dari tahun 2013 sampai dengan 2017 dapat dilihat pada Tabel
2.102.
Indikator lain dalam menangani PMKS adalah dengan melihat jumlah PMKS
yang tertangani dengan membandingkan jumlah penyandang masalah kesejahteraan
sosial yang ditangani melalui pemberian modal kerja dan pelatihan pengembangan
keterampilan usaha dengan jumlah masyarakat penyandang masalah kesejahteraan
sosial dengan jumlah keseluruhan PMKS yang ada. Jumlah PMKS yang tertangani
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.103. Persentase Jumlah PMKS yang Tertangani di Provinsi Riau
Tahun 2013-2017
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 Jumlah PMKS yang tertangani 4.203 5.952 4,037 984 5.593
2 Jumlah PMKS yang ada 269.948 321.448 278.692 442.562 470.891
3 Persentase PMKS yang 1,56 1,85 1,45 0,22 1,19
tertangani
Sumber: Dinas Sosial Provinsi Riau, 2018
Gambaran kinerja SPM bidang sosial di Provinsi Riau, pada masing-masing indikator
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Berdasarkan data pada tabel diatas, SPM terkait rehabilitasi sosial dasar
penyandang disabilitas terlantar di dalam panti pada tahun 2015 sejumlah 1.375 orang,
dengan jenis kegiatan terbanyak pada kelompok bantuan/pembinaan kelangsungan
hidup ODK berat mencapai 1.200 orang, penyandang disabilitas 100 orang, pelayanan
sosial bagi eks psikotik 30 orang, pemberdayaan penyandang cacat dan eks trauma 25
orang dan pengiriman para penyandang cacat ke pusat pembuatan prothesa orthese
sebanyak 20 orang, penanganan tahun 2016 sebanyak 245 orang, tahun 2017 sebanyak
90 orang dan tahun 2018 sebanyak 105 orang.
Rehabilitasi sosial dasar anak terlantar di dalam panti pada tahun 2015 dan
2016 sebanyak 80 orang dengan kegiatan pengasuhan anak terlantar melalui panti dan
pelayanan sosial bagi remaja nakal dan korban NAPZA, tahun 2017 dan tahun 2018
ditambah kegiatan pemenuhan kebutuhan dasar anak dalam panti se-Provinsi Riau.
Rehabilitasi sosial dasar lanjut usia terlantar di dalam panti yang ditangani sebanyak 80
orang dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018.
Rehabilitasi sosial dasar tuna sosial khususnya gelandangan dan pengemis di
dalam panti, Provinsi Riau belum memiliki panti, namun penanganannya tetap
dilakukan tahun 2015 sebanyak 10 orang dan tahun 2016 sebanyak 60 orang.
Selanjutnya perlindungan dan jaminan sosial pada saat dan setelah tanggap darurat
bencana bagi korban bencana daerah provinsi, untuk pemenuhan kebutuhan dasar
sandang dan pangan terbanyak pada tahun 2016 sebanyak 117.285 jiwa sesuai dengan
kejadian bencana di Provinsi Riau terutama banjir. Dari 5 SPM bidang sosial, 1 SPM
yang belum terpenuhi di Provinsi Riau, yaitu rehabilitasi sosial dasar tuna sosial
khususnya gelandangan dan pengemis di dalam panti dikarenakan belum memiliki panti.
Tabel 2.106. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Daerah dan Jenis
Kelamin di Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Tahun
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017
Perkotaan 61,72 61,65 62,58 66,25 63,65
Perdesaan 64,57 64,41 63,55 66,26 64,23
TPAK 63,44 63,31 63,22 66,25 64,00
Laki-Laki 82,88 83,23 83,20 84,65 83,45
Perempuan 42,83 42,21 42,08 46,80 43,43
TPAK 63,44 63,31 63,22 66,25 64,00
Sumber: BPS Provinsi Riau Tahun 2017
Sementara itu dilihat dari jenis kelamin, TPAK laki-laki lebih besar
dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan TPAK laki-laki bersifat universal karena
setiap laki-laki dewasa dituntut untuk mencari nafkah dirinya maupun keluarganya.
TPAK perempuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain meningkatnya
pendidikan perempuan, terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan, meningkatnya
kebutuhan ekonomi keluarga dan kemajuan sosial ekonomi masyarakat, seperti
pandangan terhadap perempuan yang bekerja di luar rumah dan sebagainya.
Tabel 2.108. Jumlah Tenaga Kerja Asing yang Mengurus Izin Kerja
di Provinsi Riau Tahun 2008-2018
No Tahun Jumlah TKA
1 2008 617
2 2009 527
3 2010 507
4 2011 632
5 2012 659
6 2013 506
7 2014 406
8 2015 317
9 2016 291
10 2017 240
11 2018 121
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Riau, 2018
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja asing yang mengurus
izin kerja di Provinsi Riau mengalami penurunan dari 617 orang pada tahun 2008
menjadi 121 orang pada tahun 2018. Penurunan ini mengindikasikan investasi yang
membutuhkan tenaga kerja asing semakin berkurang dan masih terdapat perusahaan
yang tidak mendaftarkan pekerja asingnya.
Mencermati data di atas, IPG Provinsi Riau dalam kurun tahun 2013 sampai
dengan 2018 terus mengalami peningkatan dari 86,74 tahun 2013 meningkat menjadi
88,37 pada tahun 2018 atau meningkat rata-rata 0,37 persen per tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia perempuan di Provinsi Riau selama
kurun tahun tersebut menunjukkan arah yang semakin membaik. Namun demikian jika
dibandingkan dengan IPG nasional capaian IPG Provinsi Riau pada tahun 2018 masih di
bawah capaian nasional yang mencapai 90,99.
Selanjutnya bila dilihat dari sebaran IPG pada kabupaten/kota di Provinsi Riau
terdapat 5 kabupaten capaian IPG-nya di bawah capaian Provinsi antara lain Kabupaten
Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Rokan Hulu, Rokan Hilir dan Kepulauan Meranti.
Capaian IPG pada tahun 2018 paling rendah adalah Kabupaten Rokan Hulu yakni
sebesar 81,85 sedangkan yang paling tinggi adalah Kota Pekanbaru sebesar 92,97. Hal
ini menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia perempuan di Kabupaten Rokan
Hulu adalah yang paling rendah di Provinsi Riau, sementara Kota Pekanbaru merupakan
yang paling tinggi
Pada tabel berikutnya, digambarkan IPM Provinsi Riau berdasarkan data pilah
laki-laki dan perempuan Tahun 2017.
Tabel 2.110. IPM dan IPG Provinsi Riau Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2017
Pengeluaran
AHH HLS RLS IPM
No Kabupaten Perkapita IPG
L P L P L P L P L P
1 Kuantan Singingi 66,04 69,91 12,85 13,51 8,69 7,84 15.271 7.754 73,75 66,16 89,71
2 Indragiri Hulu 67,81 71,75 11,86 12,39 8,19 7,61 16.077 6.412 73,35 63,51 86,58
3 Indragiri Hilir 65,05 68,97 11,88 11,94 7,48 6,86 16.472 5.081 71,26 58,29 81,80
4 Pelalawan 68,52 72,45 11,63 12,19 8,65 7,83 18.509 8.236 75,29 66,63 88,50
5 Siak 68,62 72,55 12,86 12,68 9,58 9,21 18.488 8.294 77,92 68,89 88,41
6 Kampar 68,14 72,07 13,13 13,24 9,40 8,77 16.522 8.100 76,72 68,45 89,22
7 Rokan Hulu 67,27 71,22 13,34 12,80 8,42 8,05 16.351 5.135 75,16 61,51 81,84
8 Bengkalis 68,67 72,60 12,68 13,63 9,30 8,54 17.237 8.211 76,77 68,95 89,81
9 Rokan Hilir 67,63 71,58 11,96 12,59 8,20 7,57 14.732 5.384 72,61 61,52 84,73
10 Kepulauan Meranti 64,97 68,89 12,76 12,92 8,05 6,73 11.858 5.363 69,98 59,69 85,30
11 Pekanbaru 69,75 73,63 14,94 14,76 11,46 11,01 20.929 12.864 84,06 78,06 92,86
12 Dumai 68,35 72,28 12,68 13,18 9,94 9,39 17.121 8.740 77,36 70,03 90,52
13 RIAU 69,12 72,92 12,84 13,23 9,02 8,49 16.093 7.189 76,18 67,17 88,17
Sumber : Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2018
perempuan sebesar 67,17. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia
perempuan di Provinsi Riau menunjukkan masih di bawah laki-laki dan perlu
ditingkatkan. Namun demikian jika dibandingkan pada komponen pembentuk IPM,
keterlibatan perempuan pada angka harapan hidup sebesar 72,92 yang lebih tinggi
daripada laki-laki sebesar 69,12 dan keterlibatan perempuan pada harapan lama sekolah
sebesar 13,23 lebih tinggi daripada laki-laki sebesar 12,84. Hal ini menunjukkan bahwa
baik laki-laki dan perempuan memiliki peranan dalam pembentukan IPM maupun IPG
itu sendiri.
75,73 pada tahun 2018 dengan rata-rata pertumbuhan 1,67% per tahun. Namun
demikian dilihat sebarannya pada kabupaten/kota masih terjadi sedikit ketimpangan,
diantaranya Kabupaten Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Siak, Bengkalis,
Rokan Hilir dan Kota Dumai masih belum mencapai di atas 60 persen. Artinya
pemberdayaan gender pada kabupaten tersebut masih belum optimal. Berikutnya pada
tabel dibawah ini digambarkan persentase keterlibatan perempuan di parlemen, tenaga
professional dan sumbangan pendapatan perempuan menurut kabupaten/kota di Provinsi
Riau Tahun 2017.
Tabel 2.113. Perkembangan Rasio Produksi dan Kebutuhan Beras dan Jagung di
Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Tahun Rata-Rata
Komoditas Pertumbuhan/
2013 2014 2015 2016 2017 Tahun (%)
Produksi (ton)
1. Beras 272.382 241.847 247.144 234.356 229.468 -4,07
2. Jagung 28.052 28.651 30.870 32.850 30.768 2,49
Konsumsi (ton)
1. Beras 641.929 647.929 662.990 679.351 695.752 2,04
2. Jagung 1.207 1.238 1.269 1.300 1.332 2,49
Perimbangan (ton)
1. Beras (369.547) (406.082) (415.844) (444.995) (466.284) 6,02
2. Jagung 26.845 27.413 29.601 31.550 29.436 2,50
Rasio
1. Beras 0,42 0,37 0,37 0,34 0,33 -5,74
2. Jagung 23,24 23,14 24,33 25,27 23,10 -0,003
Sumber: BPS Provinsi Riau, Riau Dalam Angka, dan Data Olahan Dinas Ketahanan Pangan Tahun 2018
Dengan kondisi ini, maka pangan terutama beras memiliki nilai strategis,
disebabkan beras merupakan makanan pokok bangsa dan daerah Riau khususnya,
disamping itu beras juga merupakan sumber utama pemenuhan gizi yang meliputi kalori,
protein, lemak dan vitamin. Khusus untuk Provinsi Riau saat ini dan yang akan datang,
masalah ketersediaan beras tentu akan semakin penting disebabkan semakin terbatasnya
daerah produksi dan di lain pihak konsumsi beras juga semakin bertambah seiiring
dengan semakin bertambahnya penduduk, sehingga gap antara produksi dan konsumsi
akan semakin melebar, sebagaimana digambarkan pada Tabel 2.113.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa produksi beras Provinsi Riau dari tahun
2013 sampai dengan 2017 cenderung menurun, dengan rata-rata penurunan sebesar 4,07
persen. Terjadinya penurunan produksi beras selama beberapa tahun terakhir ini,
disebabkan semakin menurunnya luas tanam dan luas panen padi di Provinsi Riau
sebagai akibat dari tingginya alih fungsi lahan dari lahan sawah ke penggunaan lainnya
baik disektor pertanian maupun keluar sektor pertanian, seperti perumahan, jalan,
pertokoan dan sebagainya. Sementara itu produksi komoditas jagung cenderung
meningkat, dengan pertumbuhan 2,49 persen. Kebutuhan konsumsi beras penduduk
Riau dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk dengan pertumbuhan 2,04 persen, sedangkan kebutuhan konsumsi
komoditas jagung mengalami penurunan sebesar 2,49 persen. Sedangkan gambaran
kondisi per kabupaten/kota, sebagaimana tertera pada Tabel 2.114.
Tabel 2.114. Rasio Produksi dan Konsumsi Komoditas Beras dan Jagung
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2017
Produksi 2017 Konsumsi (ton) Rasio
No. Kabupaten/Kota
Beras Jagung Beras Jagung Beras Jagung
1 Kuantan Singingi 17.648 191 33.567 64 0,53 2,97
2 Indragiri Hulu 7.203 2.317 44.506 85 0,16 27,20
3 Indragiri Hilir 60.323 10.218 75.473 144 0,80 70,74
4 Pelalawan 20.443 3.503 45.853 88 0,45 39,92
5 Siak 21.975 633 48.636 93 0,45 6,80
6 Kampar 18.207 3.603 86.984 166 0,21 21,64
7 Rokan Hulu 19.540 4.420 67.006 128 0,29 34,47
8 Bengkalis 17.587 1.173 58.424 112 0,30 10,49
9 Rokan Hilir 36.537 821 71.025 136 0,51 6,04
10 Kepulauan Meranti 6.915 1.400 19.155 37 0,36 38,19
11 Pekanbaru 14 2.442 114.019 218 0,00 11,19
12 Dumai 3.076 47 31.103 60 0,10 0,79
Jumlah 229.468 30.768 695.752 1.332 0,33 23,10
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau Tahun 2018
Pada tahun 2013 kemampuan produksi beras hanya dapat mencukupi 42,43
persen dari kebutuhan konsumsi masyarakat Riau, rasio ini juga memperlihatkan tren
rata-rata selama kurun tahun 5 tahun semakin menurun. Sedangkan jagung
memperlihatkan tren rata-rata rasio pertumbuhan semakin meningkat. Dengan kondisi
tersebut di atas, maka ketergantungan Provinsi Riau akan pangan khususnya beras di
masa yang akan datang akan semakin meningkat.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rasio produksi dan kebutuhan beras
Kabupaten Indragiri Hilir menunjukkan paling tinggi yaitu 80 persen, artinya 80 persen
kebutuhan konsumsi beras di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dipenuhi dari produksi
lokal yang dihasilkan. Sedangkan rasio produksi dan kebutuhan yang terendah berada di
Kota Pekanbaru, karena Kota Pekanbaru bukan merupakan daerah penghasil beras di
Provinsi Riau, tapi merupakan daerah perkotaan.
Rasio produksi dan kebutuhan jagung tertinggi terdapat di Kabupaten Indragiri
Hilir dengan kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri sebanyak 70,74 persen,
sedangkan rasio terendah untuk komoditi jagung berada di Kota Dumai sebanyak 0,79
persen. Walaupun produksi jagung menunjukkan tren meningkat, namun sesungguhnya
produksi jagung ini tidak terlalu besar dibanding dengan daerah lain, hal ini juga
disebabkan semakin berkurangnya lahan kering yang merupakan basis untuk komoditi
jagung.
Tabel 2.115. Perkembangan Rasio Produksi dan Konsumsi Komoditi
Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan di Provinsi Riau Tahun 2013 – 2017
Tahun Pertumbuhan
Komoditas
2013 2014 2015 2016 2017 /Tahun (%)
Produksi (ton)
1. Sayuran 88.767 171.189 139.661 140.225 129.380 16,78
2. Buah-Buahan 206.119 224.749 172.504 195.976 243.962 5,97
Konsumsi (ton)
1. Sayuran 293.820 301.377 308.972 316.597 324.240 2,49
2. Buah-Buahan 165.915 170.182 174.471 178.777 183.093 2,49
Perimbangan (ton)
1. Sayuran (205.053) (130.188) (169.311) (176.372) (194.861) 2,05
2. Buah-Buahan 40.204 54.567 (1.967) (17.199) (60.869) 240,10
Rasio
1. Sayuran 0,3 0,57 0,45 0,44 0,40 14,41
2. Buah-Buahan 1,24 1,32 0,99 1,1 1,33 3,37
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau Tahun 2018
Untuk komoditi sayur dan buah, kondisi juga tidak jauh berbeda dengan beras
dan jagung, untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.115. Hasil RISKESDAS tahun
2010-2013 menunjukkan bahwa secara nasional perilaku penduduk umur di atas 10
tahun yang kurang memakan sayur masih di atas 90%, kondisi ini sejalan dengan
temuan hasil Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dalam studi diet total tahun
2014 bahwa konsumsi penduduk terhadap sayur dan olahannya masih rendah dan untuk
Provinsi Riau secara rinci angka tersebut memang belum tersedia.
Dari tabel di atas dapat dilihat, jumlah produksi untuk tanaman sayuran dari
tahun 2013-2017 mengalami pertumbuhan yang fluktuatif dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 16,78%. Adanya penurunan produksi sayuran ini antara lain disebabkan oleh
musim kemarau panjang serta bencana kabut asap pada tahun 2015 yang sangat
mempengaruhi produksi. Sedangkan pada tahun 2016 selain adanya faktor anomali
iklim, juga disebabkan oleh tidak terlaksananya beberapa program/kegiatan bantuan
yang diberikan pemerintah karena ada kendala regulasi.
Rasio produksi buah-buahan terhadap konsumsi sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 2.116 terkategori berfluktuasi dengan pertumbuhan per tahun sebesar 5,97%
memberi makna bahwa produksi buah-buahan Provinsi Riau tahun 2017 sudah surplus
jika dilihat dari kebutuhan konsumsi buah-buahan penduduk Riau sesuai anjuran FAO
sebesar 73 kg/kapita/tahun. Meningkatnya produksi buah dari tahun 2013-2014 ini
menunjukkan berhasilnya program Gerinam Buah (Gerakan Riau Menanam Buah)
tahun 2010-2014. Sementara penurunan produksi secara teknis disebabkan karena
musim kemarau panjang serta bencana kabut asap pada tahun 2015 .
Tabel 2.116. Rasio Produksi dan Konsumsi Komoditas Sayur-Sayuran
dan Buah-Buahan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2017
Produksi (Ton) Konsumsi (Ton) Rasio
Kabupaten/Kota Buah- Buah- Buah-
Sayuran Sayuran Sayuran
Buahan Buahan Buahan
Kuantan Singingi 1.682 12.547 15.643 8.833 0,11 1,42
Indragiri Hulu 11.139 32.350 20.741 11.712 0,54 2,76
Indragiri Hilir 5.720 19.679 35.173 19.861 0,16 0,99
Pelalawan 1.915 4.149 21.369 12.067 0,09 0,34
Siak 23.941 34.562 22.666 12.799 1,06 2,70
Kampar 52.669 52.073 40.537 22.891 1,30 2,27
Rokan Hulu 7.467 23.063 31.227 17.633 0,24 1,31
Bengkalis 14.641 14.663 27.227 15.375 0,54 0,95
Rokan Hilir 2.726 10.854 33.100 18.691 0,08 0,58
Kep.Meranti 2.840 6.477 8.927 5.041 0,32 1,28
Pekanbaru 5.381 9.144 53.136 30.005 0,48 0,30
Dumai 5.868 24.442 14.495 8.185 0,40 2,99
Provinsi Riau 155.983 243.962 324.240 183.093 0,48 1,33
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau Tahun 2018
Dari sisi konsumsi berdasarkan tabel di atas di Provinsi Riau justru semakin
menarik, dimana pada tahun 2013 jumlah konsumsi sayuran di Provinsi Riau sebesar
293.822 ton dan terus menaik sehingga pada tahun 2017 sebesar 324.240 ton atau rata-
rata kenaikan sebesar 2,49%. Hal yang sama juga terjadi pada komoditi buah-buahan
yang trennya juga menaik, dimana konsumsi pada tahun 2013 sebesar 165.915 ton dan
menaik menjadi sebesar 183.093 ton pada tahun 2017 atau rata-rata kenaikan sebesar
2,49%.
Menaiknya angka komsumsi sayur memang sejalan dengan menaiknya angka
produksi sayur di Provinsi Riau, demikian juga dengan komoditi buah-buahan, dimana
produksi sudah melebihi dari konsumsi, ditambah lagi dengan banyaknya masuk buah
dari provinsi tetangga dan bahkan buah impor juga banyak terdapat di Provinsi Riau.
Dari Tabel 2.116, dilihat dari rasio produksi dan konsumsi per kabupaten/kota,
maka Kabupaten Kampar memberikan kontribusi yang besar dalam pemenuhan
kebutuhan sayuran di Provinsi Riau, dimana Kabupaten Kampar banyak menghasilkan
sayuran semusim seperi kangkung, bayam dan cabe besar, dengan ratio 1,30. Sedangkan
untuk komoditi buah-buahan Kota Dumai yang kontribusinya terbesar dengan ratio
sebesar 2,99 yang didominasi oleh buah nenas yang terdapat di Kecamatan Medang
Kampai.
Peningkatan produksi dan produktivitas sayuran dan buah-buahahan per
kabupaten/kota harus terus diupayakan dalam rangka meningkatkan rasio produksi dan
konsumsi terutama wilayah-wilayah yang berada di bawah rata-rata rasio produksi dan
konsumsi sayur-sayuran maupun buah-buahan provinsi.
Dari tabel 2.117 dapat dilihat bahwa produksi daging ruminansia Provinsi Riau
dari tahun 2013 sampai dengan 2017 terjadi peningkatan pertumbuhan produksi 10,23
persen, daging unggas 3,05 persen dan rata-rata pertumbuhan kebutuhan konsumsi
daging ruminansia penduduk Riau dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017, terjadi
peningkatan 1,99 persen, hal ini juga terjadi pada daging unggas 1,99 persen. Jika
dilihat perimbangan produksi dan kebutuhan konsumsi daging ruminansia dan daging
unggas, berimbang antara produksi dan kebutuhannya karena produksi dapat memenuhi
kebutuhan konsumsi langsung penduduk Riau. Rata-rata pertumbuhan rasio selama 5
tahun untuk daging ruminansia 8,08 persen dan daging unggas 1,04 persen.
Hal lain yang membuat produksi daging meningkat karena dalam konsep
produksi semua pemotongan yang terjadi di Provinsi Riau dimasukkan dalam kategori
produksi walaupun ternaknya berasal dari pemasukan ke provinsi Riau. Produksi daging
yang tersedia di Provinsi Riau sudah melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, hal ini
sangat baik untuk konsumsi pangan hewani, tetapi menjadi kendala dalam
mengkonsumsi daging karena harga daging sejak satu tahun terakhir mengalami
kenaikan sehingga membuat konsumsi penduduk menjadi lebih rendah.
Upaya untuk meningkatkan populasi ternak adalah hal yang sangat diperlukan
dalam upaya peningkatan konsumsi, karena jika ternak tersebut berasal dari Provinsi
Riau maka kemungkinan harga dagingnya dapat lebih rendah dari saat ini.
Pada tahun 2017 secara keseluruhan terjadi peningkatan produksi daging
ruminasia maupun unggas. Kabupaten/kota yang mempunyai produksi daging
ruminansia tertinggi adalah Kota Pekanbaru sedangkan yang mempunyai produksi
ungags tertinggi adalah Kabupaten Rokan Hulu. Sedangkan kabupaten yang
membutuhkan pasokan daging adalah Rokan Hilir dengan rasio produksi hanya 42%
dari kebutuhan. Kekurangan pasokan ini dipenuhi dari produksi kabupaten/kota lain
seperti Pekanbaru dan Rokan Hulu.
Tabel 2.118. Rasio Produksi dan Konsumsi Daging Ruminansia dan Unggas
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2017
Kabupaten/ Produksi (Ton) Konsumsi (Ton) Rasio
Kota Ruminansia Unggas Ruminansia Unggas Ruminansia Unggas
Kuantan Singingi 434 2.566 450 2.762 0,96 0,93
Indragiri Hulu 699 8.066 596 3.663 1,17 2,20
Indragiri Hilir 517 7.456 1.011 6.211 0,51 1,20
Pelalawan 576 6.841 614 3.774 0,94 1,81
Siak 879 2.453 652 4.003 1,35 0,61
Kampar 1.586 4.187 1.165 7.159 1,36 0,58
Rokan Hulu 1.894 9.395 898 5.514 2,11 1,70
Bengkalis 616 1.360 783 4.808 0,79 0,28
Rokan Hilir 404 496 952 5.845 0,42 0,08
Kep. Meranti 207 966 257 1.576 0,81 0,61
Pekanbaru 3.087 13.652 1.528 9.383 2,02 1,45
Dumai 490 2.082 417 2.560 1,18 0,81
Provinsi Riau 11.389 59.520 9.321 57.258 1,22 1,04
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau Tahun 2018
Untuk produksi daging unggas, Provinsi Riau telah mengalami surplus. Jika
melihat kelebihan produksi ini maka idealnya terdapat produksi unggas provinsi Riau
yang dijual ke provinsi tetangga atau ekspor keluar negeri. Produksi daging unggas
terbesar dihasilkan oleh Indragiri Hulu. Berkembangnya usaha ayam broiler di beberapa
kabupaten/kota ini disebabkan karena jumlah peternak ayam broiler secara kemitraan
sudah berkembang secara baik pada wilayah tersebut.
Suatu hal yang sangat penting dalam hal konsumsi pangan adalah konsumsi
kalori/kapita/hari dari setiap penduduk, karena konsumsi kalori juga menggambarkan
taraf hidup dan kesejahteraan penduduk terutama dari sisi kecukupan gizi, khususnya
kecukupan kalori dan protein. Konsumsi energi kelompok pangan Provinsi Riau tahun
2013 ke tahun 2017 memperlihatkan peningkatan. Standar Widyakarya Pangan dan
Gizi Nasional, konsumsi adalah 2.000 kalori, dan kondisi di atas dapat memperlihatkan
kalau konsumsi energi penduduk Riau perhari sudah melebihi standar yang dibutuhkan,
dimana secara energi sudah mencukupi standar yang dianjurkan. Konsumsi umbi-
umbian masih belum stabil sehingga diperlukan peningkatan sosialisasi sehingga terjadi
peralihan konsumsi pangan padi-padian (beras) ke konsumsi umbi-umbian dan pati
(sagu). Tingkat konsumsi energi penduduk Provinsi Riau tahun 2013 – 2017, dijelaskan
pada Tabel 2.119.
Tabel 2.119. Konsumsi Energi Penduduk di Provinsi Riau Tahun 2013 - 2017
Konsumsi Energi Kkal/Kap/Hari
No Kelompok Pangan
2013 2014 2015 2016 2017
1 Padi-padian 1.217 1.161 1.204 1.123 1.167
2 Umbi-Umbian 73 70 73 86 45
3 Pangan Hewani 175 167 170 160 254
4 Minyak dan Lemak 257 231 235 364 297
5 Buah Biji Berminyak 61 96 121 98 50
6 Kacang-Kacangan 76 74 72 74 48
7 Gula 149 99 119 115 104
8 Sayur dan Buah 71 75 89 105 86
9 Lain-Lain - - - - 29
Total Energi 2.079 1.973 2.083 2.125 2.081
Sumber Data: Susenas (BPS Riau) dan Survey Konsumsi Dinas Ketahanan Pangan data diolah Tahun 2018
upaya menanganinya juga dengan program dan kegiatan yang bersinergi antar OPD
yang tujuannya adalah meningkatkan pendapatan masyarakat dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Kerawanan pangan transien disebabkan oleh bencana, seperti bencana banjir,
kekeringan, kebakaran dan lainnya yang menyebabkan ancaman terhadap masyarakat
memperoleh pangan. Penanganannya dilaksanakan dengan pemberian pangan pokok
dalam bentuk bantuan beras.
Selama ini di Provinsi Riau ketersediaan pangan utama, khususnya beras
belum ada persoalan, sekalipun jumlah produksi yang ada belum mampu memenuhi
kebutuhan beras di Provinsi Riau, hal ini disebabkan distribusi dari daerah lain berjalan
dengan baik sesuai dengan makanisme pasar. Gambaran ketersediaan beras di Provinsi
Riau, sebagaimana tertera pada Tabel 2.122.
Tabel 2.122. Ketersediaan Pangan Utama Beras Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Riau Tahun 2013 - 2017
Tahun
No. Kabupaten/Kota
2013 2014 2015 2016 2017
1 Kuantan Singingi 41.186 41.383 41.776 41.393 40.703
2 Indragiri Hulu 52.685 53.411 54.425 54.385 53.968
3 Indragiri Hilir 92.052 92.541 93.546 92.831 91.518
4 Pelalawan 48.100 50.256 52.771 54.355 55.601
5 Siak 55.900 57.087 58.600 58.984 58.975
6 Kampar 101.162 103.007 105.412 105.807 105.476
7 Rokan Hulu 73.247 75.749 78.730 80.259 81.251
8 Bengkalis 70.888 71.428 72.311 71.825 70.844
9 Rokan Hilir 81.880 83.564 85.696 86.218 86.124
10 Kep. Meranti 24.014 23.967 24.073 23.715 23.227
11 Pekanbaru 132.220 134.754 137.995 138.598 138.258
12 Dumai 36.804 37.318 38.013 38.004 37.715
Jumlah 810.137 824.463 843.347 846.373 843.661
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Riau Tahun 2018
Kebutuhan pangan pokok dalam hal ini adalah beras berasal dari produksi
dalam daerah Riau dan didatangkan dari Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Provinsi Jambi, Lampung, Bengkulu dan Sumatera Selatan serta perdagangan antar
pulau dari Jawa dan Sulawesi sesuai dengan mekanisme pasar.
Keamanan pangan telah menjadi salah satu isu sentral dalam perdagangan
produk pangan. Penyediaan pangan yang cukup disertai terjaminnya keamanan, mutu
dan gizi pangan yang dikonsumsi merupakan hal yang tidak bisa ditawar dalam
pemenuhan kebutuhan pangan. Tuntutan konsumen akan keamanan pangan yang juga
turut mendorong kesadaran produsen menuju persaingan sehat yang berhulu pada
jaminan keamanan pangan bagi konsumen. Untuk menjamin bahwa penanganan pangan
hasil pertanian dilaksanakan dengan baik, maka unit usaha pangan hasil pertanian harus
mendapatkan pengakuan jaminan mutu pangan hasil pertanian. Pengakuan tersebut
diberikan setelah dilakukan penilaian terhadap pelaku usaha yang dinyatakan mampu
dan memenuhi persyaratan. Hasil sertifikasi ini yang akan menetukan produk Prima 1,
Prima 2 dan Prima 3.
Sertifikat prima adalah proses pemberian sertifikat sistem budidaya produk
yang dihasilkan setelah melalui pemeriksaan, pengujian, dan pengawasan serta
memenuhi semua persyaratan untuk mendapatkan label produk Prima Satu (P-1), Prima
Dua (P-2), dan Prima Tiga (P-3). Tujuan dari pelaksanaan sertifikasi prima tersebut
adalah memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan, memberikan jaminan dan
perlindungan masyarakat/konsumen, mempermudah penelusuran kembali dari
kemungkinan penyimpangan mutu dan keamanan produk, dan meningkatkan nilai
tambah dan daya saing produk.
Prima Satu (P-1) merupakan penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan
usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi, bermutu baik, dan cara
produksinya ramah terhadap lingkungan. Prima Dua (P-2) yaitu penilaian yang
diberikan terhadap pelaksana usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman
dikonsumsi dan bermutu baik. Sedangkan Prima Tiga (P-3) adalah penilaian yang
diberikan terhadap pelaksana usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman di
konsumsi (tekpan.unimus.ac.id, 2015).
1. Sungai Siak
a) Bagian Hulu mewakili ruas sungai kelas 2 (berdasarkan Pergub No.12 Tahun
2003 Tentang Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai Siak Provinsi Riau)
dengan lokasi titik pantau Tapung Kiri Tandun, Tapung Kiri Petapahan,
Tapung Kanan, Desa Pelambayan, Kuala Tapung, Muara Sungai Takuana,
Perbatasan Kampar-Pekanbaru. Sedangkan bagian hilir mewakili ruas sungai
kelas 3 dengan lokasi titik pantau Jembatan Siak II, Muara Sungai Senapelan,
Pelabuhan Sungai Duku, Muara Sungai Sail, Perbatasan Kota Pekanbaru-Kab.
Siak, Ferry Penyeberangan Perawang, Muara Sei Gasib, Hulu Sei Pandau,
Muara Sei Mandau dan Teluk Salak Mempura.
b) Kegiatan pencemar di DAS bagian hulu (Kelas 2) dijumpai, industri sektor
agro dan perkebunan kelapa sawit dan karet. Sedangkan di bagian hilir (kelas 3)
di jumpai pemukiman, industri sektor agro, perkebunan (kelapa sawit dan karet)
dan pertanian serta aktivitas sungai sebagai transportasi air.
c) Parameter pencemar dari setiap pemantauan yaitu TSS, DO, BOD, COD, Fe,
NH3, H2S, T. Phospat, fecal coli dan total coliform.
d) Sumber pencemar utama adalah limbah domestik (limbah pemukiman, MCK,
rumah sakit, hotel, pasar, rumah makan, bengkel dan lain-lain), industri sektor
agro (pabrik kelapa sawit maupun pabrik karet, playwood, pulp dan kertas)
industri sektor migas (terminal bahan bakar minyak), pertanian, perkebunan,
transportasi air dan erosi di bantaran sungai akibat alih fungsi lahan.
2. Sungai Rokan
a) Bagian Hulu mewakili ruas sungai kelas 1 (Pergub No.6 Tahun 2005 Tentang
Peruntukan dan Baku mutu Air Sungai Rokan Provinsi Riau) dengan lokasi
titik pantau Tangun, Hulu Batang Sosa, Kota Tengah, Hulu Rokan IV Koto,
Ujung Batu, Kota lama, Batang Kumu, Siarang-arang, Kuala Sako. Sedangkan
bagian hilir mewakili ruas sungai kelas 2 dengan lokasi titik pantau Sungai
Rangau, Desa Sedinginan, Ujung Tanjung dan Jembatan Jumrah.
b) Kegiatan pencemar di DAS di bagian hulu (Kelas 1) maupun bagian hilir (kelas
2) umumnya dijumpai di daerah pemukiman, industri sektor agro, galian C, dan
perkebunan.
c) Parameter pencemar dari setiap pemantauan yaitu parameter TSS, DO, BOD,
COD, Fe, NH3, H2S, T. Phospat, fecal coli dan total coliform.
d) Sumber pencemar utama adalah limbah domestik (limbah pemukiman, MCK,
rumah sakit, hotel, pasar, rumah makan, bengkel dan lain-lain), pabrik kelapa
sawit pertanian, perkebunan, dan erosi di bantaran sungai akibat alih fungsi
lahan.
3. Sungai Indragiri
a) Bagian Hulu mewakili ruas sungai kelas 1 (berdasarkan Pergub No.24 Tahun
2003 Tentang Peruntukan dan Baku mutu Air Sungai Indragiri Provinsi Riau)
dengan lokasi titik pantau Hulu Lubuk Ambacang, Lubuk Jambi, Hilir Pasar
Taluk Kuantan, Hilir Pasar Usang Baserah, Batang Peranap Desa Pematang,
Hilir Pasar Peranap, Desa Gading Air Molek, Desa Pasir Ringgit, Pasir Kemilu
Rengat, Dermaga Kuala Cinaku sedangkan bagian hilir mewakili ruas sungai
kelas 2 dengan lokasi titik pantau Pelabuhan Riau Baraharum Mumpa, Pasar
Pulau Palas dan Tembilahan Kota.
b) Kegiatan pencemar di DAS di bagian hulu (Kelas 1) dijumpai di daerah
pemukiman, industri sektor agro, PETI, perkebunan, sedangkan di bagian hilir
(kelas 2) dijumpai pemukiman, pabrik sektor agroindustri, perkebunan (kelapa
dan sawit) dan pertanian (sawah) serta aktivitas sungai sebagai transportasi air.
c) Parameter pencemar dari setiap pemantauan yaitu parameter TSS, DO, BOD,
COD, Fe, NH3, H2S, T. Phospat, fecal coli dan total coliform.
d) Sumber pencemar utama adalah limbah domestik (limbah pemukiman, MCK,
rumah sakit, hotel, pasar, rumah makan, bengkel dan lain-lain), industri dan
pabrik kelapa sawit maupun pabrik karet, pertanian, perkebunan, tambang
batubara, Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) dan erosi di bantaran sungai
akibat alih fungsi lahan.
4. Sungai Kampar
a) Bagian Hulu mewakili ruas sungai kelas 1 (berdasarkan Pergub No.23 Tahun
2003 Tentang Peruntukan dan Baku mutu Air Sungai Kampar Provinsi Riau)
dengan lokasi titik pantau Siberuang, Jembatan Rantau Berangin, Air Tiris,
Desa Danau Bengkuang, Desa Teratak Buluh, Buluh Cina, Muara Lembu,
Sungai Paku Singingi, Desa Lipat Kain, Sitingkai, Kualo Sako, sedangkan
bagian hilir mewakili ruas sungai kelas 2 dengan lokasi titik pantau Langgam,
Kuala Kerinci, Muara Sei Nilo, Jembatan Pangkalan Kerinci, Hilir Outlet PT.
RAPP dan Desa Sering.
b) Kegiatan pencemar di bagian hulu (Kelas 2) di jumpai, industri sektor agro,
Galian C, PETI sektor migas dan perkebunan kelapa sawit dan karet.
Sedangkan di bagian hilir (kelas 3) dijumpai pemukiman, industri sektor agro,
perkebunan (kelapa sawit dan karet) dan pertanian, erosi di bantaran sungai
akibat alih fungsi lahan serta aktivitas sungai sebagai transportasi air.
c) Parameter pencemar di DAS adalah parameter TSS, DO, BOD, COD, Fe,
NH3, H2S, T.Phospat, fecal coli dan total coliform.
d) Sumber pencemar utama adalah limbah domestik (limbah pemukiman, MCK,
rumah sakit, hotel, pasar, rumah makan, bengkel dan lain-lain), industri sektor
agroindustri, sektor migas, pertanian, perkebunan, transportasi air (bagian hilir)
dan erosi di bantaran sungai akibat perubahan fungsi lahan.
Parameter kualitas air di atas digunakan untuk menghitung Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH) diantaranya TSS, DO, COD, BOD, total fosfat, fecal coli
dan total coliform. Selain itu juga digunakan parameter tanah dan tutupan lahan, untuk
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.126 di bawah ini.
(30%), indeks kualitas udara (30%) dan indeks tutupan hutan (40%). IKLH akan diukur
di setiap provinsi dan akan dijadikan ukuran dalam IKLH nasional. Formula
penghitungan IKLH Provinsi:
IKLH provinsi = (IKA x 30%) + (IKU x 30%) + (ITH x 40%)
Dimana IKA adalah indeks kualitas air, IKU adalah indeks kualitas udara dan ITH
adalah indeks tutupan hutan. Rentang nilai IKLH:
Unggul X > 90
Sangat baik 82 < X ≤ 90
Baik 74 < X ≤ 82
Cukup 66 ≤ X ≤ 74
Kurang 58 ≤ X < 66
Sangat kurang 50 ≤ X < 58
Waspada X <50
a. Indikator Air
- Sumber data Indeks Kualitas Air (IKA) Provinsi Riau hingga tahun 2014 adalah data
hasil pemantauan kualitas air 2 sungai besar di Riau yaitu Kampar dan Siak. Sejak
tahun 2015 sumber data menjadi 4 sungai besar yaitu Kampar, Siak, Rokan dan
Indragiri
- Parameter yang dijadikan dasar acuan perhitungan IKA yaitu zat padat tersuspensi
(Total Suspended Solid/TSS), oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO), Biochemical
Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), kandungan fosfat
(Total Phosphat), Fecal Coliform, dan Total Coliform
- Hasil perhitungan indeks pencemaran air dinarasikan dalam bentuk baku mutu
dengan rumusan:
0,0 ≤ PI ≤ 1,0 memenuhi baku mutu (kondisi baik)
1,0 ≤ PI ≤ 5,0 cemar ringan
5,0 ≤ PI ≤ 10 cemar sedang
PI > 10 cemar berat
- Transformasi nilai indeks pencemaran air dalam IKA dilakukan dengan mengalikan
bobot nilai indeks dengan persentase pemenuhan baku mutu. Persentase pemenuhan
baku mutu didapatkan dari hasil penjumlah titik sampel yang memenuhi baku mutu
terhadap jumlah sampel dalam persen. Sedangkan bobot indeks diberikan batasan
sebagai berikut: 70 untuk memenuhi baku mutu, 50 untuk tercemar ringan, 30 untuk
tercemar sedang, dan 10 untuk tercemar berat.
Indikator Udara
- Sumber data adalah data hasil pemantauan kualitas udara ambien dengan metoda
passive sampler.
- Pemantauan dilakukan di 4 (empat) area per kabupaten/kota yaitu area transportasi,
area industri, area perkantoran/komersil dan area pemukiman dengan frekuensi
pemantauan 2 (dua) kali per tahun yang mewakili musim panas dan musim hujan.
Dari keseluruhan parameter kualitas udara ambien, untuk keperluan perhitungan
Indeks Kualitas Udara (IKU) hanya memantau 2 (dua) parameter yaitu Sulfur
Dioksida (SO2) dan Nitrogen Dioksida (NO2).
- Kriteria Indeks Kualitas Udara untuk IKLH:
Unggul X > 90
Sangat baik 82 < X ≤ 90
Baik 74 < X ≤ 82
Cukup 66 ≤ X ≤ 74
Kurang 58 ≤ X < 66
Sangat kurang 50 ≤ X < 58
Waspada X < 50
b. Indikator Tutupan Hutan
- Luas tutupan hutan yang dihitung adalah seluruh hamparan daratan yang ditutupi
pohon-pohon berdasarkan hasil analisis citra landsat, dibandingkan dengan luas
wilayah kabupaten/kota.
- Angka luas tutupan lahan dikonversi ke dalam bentuk indeks tutupan hutan (ITH).
Dengan menggunakan formula dan kondisi di atas, maka perubahan IKLH Provinsi
Riau dari Tahun 2013 sampai dengan 2017, sebagaimana diuraikan pada Tabel 2.127 di
bawah ini.
Pada tahun 2013, nilai IKLH sebesar 50,72 dimana hal ini disebabkan karena
pada tahun tersebut terjadi kebakaran hutan dan lahan yang sangat besar sehingga nilai
kualitas udara saat itu tidak bisa dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Dan tahun 2017, IKLH Provinsi Riau semakin membaik dengan nilai 68,64.
Nilai IKLH Provinsi Riau cenderung mengalami penurunan dari tahun 2014 ke
tahun 2015 dengan berbagai penyebab, antara lain:
a. Peningkatan laju alih fungsi lahan yang berakibat berkurangnya tutupan lahan;
b. Terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Riau, sehingga mempengaruhi nilai IKU,
selain pengendalian pencemaran udara sumber bergerak (transportasi perkotaan)
yang belum optimal;
c. Pengelolaan limbah domestik merupakan sumber pencemar utama air permukaan
selain industri dan perkebunan/pertanian. Sampai saat ini pengelolaan limbah
domestik tersebut belum berdampak terhadap perbaikan nilai IKA;
d. Kualitas 4 sungai besar di Riau (Kampar, Siak, Rokan dan Indragiri) sudah
tercemar. Namun demikian diperlukan penambahan cakupan penghitungan indeks
kualitas air bukan hanya pada 4 sungai besar tersebut.
Gambar 2.74. Nilai IKU, IKA, IKTL dan IKLH pada Setiap Provinsi
dan Nasional 2017
Provinsi Riau memiliki peringkat IKLH nomor lima paling rendah dibanding
dengan Provinsi lainnya di Pulau Sumatera, yaitu 68,64. Meskipun demikian, nilai ini
lebih tinggi dari IKLH nasional yaitu 66,46.
Dari tabel di atas, Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak sudah melayani seluruh
kecamatan untuk sampah domestik. Oleh sebab itulah maka kedua kota ini mendapatkan
penghargaan Adipura. Untuk kabupaten/kota yang cakupan pelayanannya masih rendah
perlu program peningkatan kinerja dinas terkait dan peningkatan kesadaran masyarakat
dalam penanganan sampah.
a. Kependudukan
Secara ekonomi, Provinsi Riau saat ini sedang mengalami perkembangan pesat,
baik itu sektor perkebunan maupun industri. Dampak dari berkembangnya
perekonomian di Provinsi Riau, salah satunya adalah tingginya angka migrasi masuk
yang dapat menyumbangkan pertambahan penduduk di samping angka kelahiran.
Dampak dari tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Provinsi Riau terutama
pada kabupaten/kota tersebut adalah meningkatnya beban anggaran untuk menyediakan
fasilitas dan pelayanan kepada masyarakat terutama pada sektor pendidikan dan
kesehatan sebagai amanat peraturan dan perundang-undangan. Sehubungan dengan itu,
upaya pengendalian penduduk terutama migrasi masuk menjadi isu penting dalam
kebijakan Pemerintah Provinsi Riau.
b. Catatan Sipil
Pelaksanaan administrasi kependudukan mempunyai peranan yang penting
bagi perkembangan pembangunan kependudukan. Database yang lengkap dan akurat
Jumlah penduduk yang memiliki KTP pada tahun 2018 di Provinsi Riau adalah
sebanyak 3.166.715 jiwa. Sementara itu dalam waktu yang sama jumlah penduduk yang
wajib memiliki KTP adalah sebesar 4.186.185 jiwa. Keadaan ini menunjukkan besaran
persentase penduduk yang memiliki KTP di Provinsi Riau sebesar 76 persen. Ini berarti
masih terdapat sebanyak 24 persen penduduk yang belum memiliki KTP.
Kemudian sebaran kepemilikan KTP pada masing-masing kabupaten/kota yang
kepemilikan KTP penduduknya sudah diatas 70 persen. Sedangkan yang paling tinggi
tingkat capaiannya adalah Kota Dumai dan Kabupaten Indragiri Hilir dan paling rendah
adalah Kabupaten Kuantan Singingi.
Dapat dipastikan kepemilikan KTP tidak hanya berdampak sosial tetapi juga
berdampak ekonomi. Hal ini karena berbagai persyaratan izin, kredit perbankan dan
bantuan pemerintah lainnya harus menggunakan KTP. Oleh sebab pelayanan pembuatan
KTP harus senantiasa ditingkatkan yang tentunya dengan berbagai persyaratan wajib
yang harus dipenuhi.
Tabel 2.132. Klasifikasi Desa di Provinsi Riau Menurut Indeks Desa Membangun
(IDM) Tahun 2017
No. Klasifikasi Desa Jumlah
1 Desa Mandiri 4
2 Desa Maju 62
3 Desa Berkembang 731
4 Desa Tertinggal 684
5 Desa Sangat Tertinggal 110
Jumlah 1.591
Sumber: BPMDES Provinsi Riau, 2017
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masih terdapat 1.587 (99,74%) desa
yang belum mandiri. Sebagian besar desa di Provinsi Riau masih berklasifikasi desa
tertinggal dan sangat tertinggal. Perlu upaya bersama yang terencana, terukur dan
sistematis agar semakin banyak desa yang naik kelas dan pada akhirnya mampu
mencapai kategori desa mandiri berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Tramigrasi Nomor 2 Tahun 2016.
Keberhasilan dalam pemberdayaan desa ini dapat dilihat dari perubahan status
desa. Perubahan status desa dari swadaya menjadi swakarya dan dari swakarya menjadi
Perkembangan desa dari tahun 2015 ke 2016 mengalami kenaikan yang cukup
signifikan dimana pada tahun 2015, desa swadaya dari 806 desa dan kelurahan
meningkat menjadi 990 pada tahun 2016, dan desa swakarya pada tahun 2015
berjumlah 129 desa dan kelurahan menjadi 256 desa dan kelurahan pada tahun 2016
sedangkan pada desa swasembada pada tahun 2015 berjumlah 21 desa dan kelurahan
menjadi 49 desa dan kelurahan pada tahun 2016.
Data pada tahun 2017 cukup menggembirakan karena banyak desa dan
kelurahan yang mengalami kenaikan status seperti pada tahun 2016, desa swadaya
berkurang dari 900 desa/kelurahan menjadi 731 desa/kelurahan pada tahun 2017 karena
sebagian desa/kelurahan sudah mengalami kenaikan status ke desa swakarya dari 256
pada tahun 2016 menjadi 420 pada tahun 2017. Hal yang lebih menggembirakan lagi
adalah jumlah desa swasembada mengalami kenaikan dari tahun 2016 sebanyak 49
desa/kelurahan menjadi 101 desa/kelurahan pada tahun 2017.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 dan 2017,
nilai TFR Provinsi Riau sebesar 2,9 pada tahun 2012 dan 2,9 pada tahun 2017 masih di
atas TFR yang ditargetkan Pemerintah Pusat untuk Provinsi Riau, yaitu sebesar 2,61 per
wanita usia subur.
Domestik Internasional
Total Tahun 2017 3.564.441,00 3.458.856,00 1.033.335.921,00 62.961.687,00 283.994,00 360.433,00 41.645.068,00 24.123.087,50
Total Tahun 2016 3.559.443,00 3.439.397,00 1.024.285.701,00 62.985.864,00 283.223,00 359.447,00 41.626.058,00 24.027.455,50
II-224
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
b. Perhubungan Udara
Transportasi Udara yaitu bandar udara yang terdapat di Provinsi Riau. Terdapat
tujuh bandar udara yang sebagian belum beroperasi secara memadai, yaitu Bandara
Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru, Japura di Rengat, Tuanku Tambusai di Pasir
Pangaraian, Pinang Kampai di Dumai, Bukit Batu di Sei Pakning, SSH Setia Negara di
Pangkalan Kerinci, dan Tempuling di Indragiri Hilir. Bandara Sultan Syarif Kasim II
melayani lebih dari 99 persen penerbangan domestik dan internasional. Pelayanan
transportasi udara perlu diantisipasi melalui peningkatan kapasitas pelayanan bandar
udara, pembangunan bandar udara baru, peningkatan keselamatan penerbangan, dan
integrasi dengan sistem moda transportasi darat, laut, sungai, dan penyeberangan. Untuk
itu diperlukan pembangunan bandar udara baru pengganti Bandara Sultan Syarif Kasim
II yang berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Primer; peningkatan fungsi Bandara Pinang
Kampai-Dumai sebagai Pusat Penyebaran Tersier yang dapat ditingkatkan melayani
penerbangan internasional untuk mendukung peran kota Dumai sebagai PKN; dan perlu
dilakukan peningkatan pelayanan Bandara Japura, Tuanku Tambusai di Pasir
Pangaraian, Bukit Batu di Sei Pakning, SSH Setia Negara-Pelalawan, dan Tempuling di
Inhil.
II-225
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Gambar 2.76. Jumlah Keberangkatan Pesawat
Pelabuhan Udara di Provinsi Riau Tahun 2013-2017
b. Perhubungan Laut
Untuk jumlah keberangkatan dan kedatangan kapal angkutan dalam dan luar
negeri, arus dan jumlah penumpang tahun 2011 hingga tahun 2016 dapat dilihat pada
tabel dan grafik berikut ini :
II-226
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Tabel 2.138. Kunjungan Kapal Pada Terminal Port/Pelabuhan
di Provinsi Riau
Kunjungan Penumpang Penumpang
No Tahun Bongkar Muat
Kapal Naik Turun
1 2011 83.586 1.503.863 1.523.541 36.819.950 949.272.407
2 2012 86.171 1.550.374 1.570.661 37.958.711 978.631.347
3 2013 90.707 1.631.973 1.653.327 39.956.537 21.202.656
4 2014 97.513 1.558.322 1.523.823 54.715.250 1.016.375.241
5 2015 93.104 1.736.349 1.700.227 52.249.670 979.025.637
6 2016 93.297 1.712.052 1.658.097 36.202.954 1.016.375.241
SSumber: Dinas Perhubungan Provinsi Riau Tahun 2018
Untuk kunjungan kapal baik dalam maupun luar negeri yang masuk ke
Provinsi Riau Tahun 2013-2017 berfluktuasi setiap tahunnya dan mengalami
pertumbuhan yang menurun sebesar 0,74% per tahun. Tahun 2014 merupakan titik
tertinggi untuk tahun kunjungan kapal ke Provinsi Riau dengan jumlah total kunjungan
sebanyak 97.513 kunjungan baik domestik maupun internasional.
II-227
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Gambar 2.78. Jumlah Penumpang Naik Pada Terminal/Port
di Provinsi Riau Tahun 2013-2017
II-228
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Hal yang sama juga terjadi untuk arus kedatangan dan penumpang turun pada
terminal pelabuhan/port yang ada di Provinsi Riau, yang secara umum mengalami tren
penurunan pada periode tahun 2013-2017 sebesar 0,38% per tahun.
Tatanan kepelabuhanan di Provinsi Riau meliputi:
a. Pelabuhan Utama yaitu Pelabuhan Dumai
b. Pelabuhan Pengumpul terdiri atas:
1) Pelabuhan Bengkalis (Bengkalis);
2) Pelabuhan Sungai Pakning (Bengkalis);
3) Pelabuhan Tembilahan (Indragiri Hilir);
4) Pelabuhan Bengkalis (Bengkalis);
5) Pelabuhan Tanjung Medang (Bengkalis);
6) Pelabuhan Sungai Guntung (Indragiri Hilir);
7) Pelabuhan Rengat/Kuala Cinaku (Indragiri Hulu);
8) Pelabuhan Selat Panjang (Kep.Meranti);
9) Pelabuhan Pekanbaru (Pekanbaru);
10) Pelabuhan Perawang (Siak);
11) Pelabuhan Tanjung Buton (Siak);
12) Pelabuhan Kuala Enok (Indragiri Hilir).
c. Pelabuhan Pengumpan regional terdiri atas Pelabuhan Pengumpan Lokal
dan Regional :
1) Pelabuhan Meranti/Dorak (Kepulauan Meranti);
2) Pelabuhan Kuala Gaung (Rokan Hilir);
3) Pelabuhan Bagan Siapi – Api (Rokan Hilir);
4) Pelabuhan Panipahan (Rokan Hilir).
d. Pelabuhan Pengumpan regional terdiri atas Pelabuhan Pengumpan Lokal
dan Regional :
1) Pelabuhan Batu Panjang (Bengkalis);
2) Pelabuhan Sinaboi (Rokan Hilir);
Selain pelabuhan-pelabuhan umum tersebut juga dikembangkan pelabuhan-
pelabuhan khusus untuk sejumlah kawasan industri dan pelabuhan khusus bagi
kepentingan pariwisata. Untuk pelabuhan khusus industri, akan dikembangkan di
II-229
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Selingsing (Dumai), Buruk Bakul (Bengkalis) dan Sokoi (Pelalawan). Untuk Pelabuhan
khusus pariwisata diarahkan pengembangannya di Pulau Jemur (Gugusan Kepulauan
Aruah) di Kabupaten Rokan Hilir.
c. Perhubungan Darat
Transportasi darat diarahkan terutama melalui pengembangan jaringan
prasarana dan sarana jalan bagi keperluan angkutan barang maupun penumpang. Dalam
konteks pemenuhan pengangkutan barang produk perekonomian, jaringan prasarana
jalan memiliki fleksibilitas dan daya angkut yang besar di samping biaya ekonominya
yang terjangkau oleh masyarakat.
Pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 terjadi peningkatan layanan
angkutan darat, yakni dari 38.267 layanan menjadi 41.746 layanan. Namun pada tahun
2017 terdapat penurunan layanan disebabkan masih tidak tersedianya data dan informasi
terkait layanan angkutan darat ini. Untuk itu pemerintah daerah diharapkan agar dapat
lebih meningkatkan kualitas layanan angkutan darat dengan didukung oleh data dan
informasi yang akurat.
II-230
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Gambar 2.80. Jumlah Layanan Angkutan Darat di Provinsi Riau
Tahun 2013-2017
Tabel 2.140. Jumlah Kepemilikan Kir Angkutan Umum Provinsi Riau Tahun
2013-2017
TAHUN
NO KABUPATEN/KOTA
2013 2014 2015 2016 2017
1 Kuantan Singingi 357 484 556 584 584
2 Indragiri Hulu 58 63 68 53 53
3 Indragiri Hilir 72 78 83 96 96
4 Pelalawan 3250 3276 3384 3557 3557
5 Siak 172 189 201 227 277
6 Kampar 2200 2300 2550 2700 2700
7 Rokan Hulu 9411 10465 11156 11793 11.793
8 Rokan Hilir 43 46 58 68 68
9 Bengkalis 1238 1587 1606 1628 1.628
10 Kep. Meranti 0 0 0 0 0
11 Pekanbaru 2108 2237 2615 2765 2.765
12 Dumai 996 1024 1184 1296 1.296
Jumlah 19.905 21.749 23.461 24.817 24.817
Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Riau Tahun 2018
II-231
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Gambar 2.81. Jumlah Kepemilikan Kir Angkutan Umum Provinsi Riau Tahun
2013-2017
Jumlah kepemilikan kir angkutan umum di Provinsi Riau meningkat dari tahun
2013-2017 sebesar 4.912 unit atau sebesar 24,68%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan kesadaran masyarakat Riau dalam melaksanakan pengujian kir kendaraan
mereka dan diharapkan untuk tahun-tahun yang akan datang juga terus meningkat.
Kegiatan penyediaan perlengkapan jalan pada jalan provinsi merupakan
kegiatan rutin setiap tahun yang telah dilaksanakan. Perlengkapan jalan menurut
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 pada pasal 25 yaitu:
a. Rambu lalu lintas;
b. Marka jalan;
c. Alat pemberi isyarat lalu lintas;
d. Alat penerangan jalan;
e. Alat pengendali dan pengamanan pengguna jalan;
f. Alat pengawasan dan pengamanan jalan;
g. Fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, penyandang cacat dan
h. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan
luar badan jalan.
II-232
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Pengadaan dan pemasangan perlengkapan jalan di ruas jalan provinsi di
Provinsi Riau ini dimaksudkan untuk keselamatan berlalu lintas, juga terhadap
kebutuhan fasilitas LLAJ guna menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas terutama pada jalan-jalan provinsi yang berada di wilayah Provinsi Riau. Adapun
tujuannya adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan pengamanan dan keselamatan pengguna jalan.
b. Menekan angka kecelakaan bagi pengguna jalan/kendaraan bermotor
c. Menyediakan dan memasang perlengkapan jalan di lokasi rawan kecelakaan dan di
daerah yang membutuhkan fasilitas keselamatan LLAJ.
Pemasangan rambu-rambu lalu lintas di Provinsi Riau semakin banyak dari
tahun 2012 hingga tahun 2016 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,50%. Hal ini
mengindikasikan semakin tingginya perhatian Pemerintah Provinsi Riau terhadap
keselamatan pengendara di jalan. Persentase pemasangan rambu-rambu lalu lintas
tertinggi di tahun 2015 sebesar 24,56% dengan jumlah terpasang sebanyak 2.980 rambu
yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Riau.
II-233
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Gambar 2.82. Jumlah Pemasangan Rambu-Rambu di Provinsi Riau
Gambar 2.83. Peta Lokasi Daerah Rawan Kecelakaan (DRK) di Provinsi Riau
II-234
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Tabel 2.142 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas, Korban dan Kerugian Materil
Menurut POLRES di Provinsi Riau 2017
Korban Kerugian
Jumlah
POLRES Luka Luka Meterial
Kecelakaan Meninggal
Berat Ringan (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Dit. Lantas - - - - -
1. Kuantan Singingi 68 29 14 87 246.980.000
2. Indragiri Hulu 134 57 46 175 468.649.500
3. Indragiri Hilir 45 26 7 50 126.400.000
4. Pelalawan 138 78 37 187 968.980.000
5. Siak 142 84 106 129 733.240.000
6. Kampar 152 76 107 187 693.700.000
7. Rokan Hulu 84 24 88 96 291.690.000
8. Bengkalis 88 51 41 104 287.060.000
9. Rokan Hilir 100 56 68 44 532.275.000
10. Kepulauan Meranti 10 3 3 11 4.040.000
11. Pekanbaru 174 93 92 164 728.000.000
12. Dumai 71 28 42 58 194.180.000
Jumlah/Total 2017 1.206 605 651 1.292 5.275.194.500
2016 1.339 626 857 1.129 6.196.675.000
2015 1.509 701 980 1.284 6.494.900.000
2014 1.566 899 831 1.456 8.459.000.000
2013 1.613 670 1.006 1.278 10.143.860.000
Sumber : Biro Operasi POLDA Riau/Centre for Command and Control Operation of Riau Province Police,
2018
Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Provinsi Riau cenderung menurun dari
Tahun 2013 sebanyak 1.613 kecelakaan menjadi 1.206 pada Tahun 2017. Penurunan
kecelakaan ini berkorelasi dengan penambahan jumlah pemasangan rambu - rambu di
Provinsi Riau. Dilihat dari jumlah korban kecelakaan, didominasi oleh kecelakaan luka
ringan sebanyak 1.292 jiwa pada tahun 2017 sedangkan kecelakaan luka berat sebanyak
651 jiwa dan kecelakaan yang menyebabkan meninggal dunia sebanyak 605 jiwa.
Terminal wilayah terdiri dari Terminal Penumpang dan Terminal Barang.
Terminal penumpang menurut wilayah pelayanannya dibedakan atas:
1. Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan lintas batas negara (bagi wilayah yang memiliki batas darat dengan
negara tetangga), angkutan antar perkotaan antar provinsi, angkutan antar
perkotaan di provinsi, angkutan dalam perkotaan, dan angkutan perdesaan. Kota-
kota yang klasifikasi terminal masuk dalam klasifikasi ini adalah Kota Pekanbaru,
Kota Dumai, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kampar, Kabupaten Indragiri Hilir,
dan Kabupaten Indragiri Hulu.
II-235
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2. Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar perkotaan di provinsi, angkutan dalam perkotaan, dan angkutan
perdesaan. Kota-kota yang masuk dalam klasifikasi terminal type B adalah
Kabupaten Kampar;
3. Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan dalam perkotaan dan angkutan perdesaan. Terminal tipe ini tersebar di
kota-kota kecamatan;
4. Terminal barang menurut fungsi pelayanan penyebaran atau distribusinya
dibedakan atas:
Terminal Utama, berfungsi melayani penyebaran antar Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) bagi wilayah yang memiliki PKN didalamnya, dari Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) ke Pusat Kegiatan Nasional (PKN), antar Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW), serta angkutan barang perpindahan antar moda di
simpul-simpul utama kegiatan transportasi terutama pelabuhan laut dan
penyeberangan. Direncanakan di Kota Pekanbaru dan Kota Dumai;
Terminal Pengumpan, berfungsi melayani penyebaran dari Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) ke Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan antar Pusat Kegiatan
Lokal (PKL). Lokasi tersebar di pusat kegiatan wilayah;
Terminal Lokal, berfungsi melayani penyebaran dari Pusat Kegiatan Lokal 1
ke Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang lainnya, dan ke kawasan-kawasan
produksi di dalam wilayah kabupaten/kota. Lokasi terminal penumpang dan
barang sebagaian besar menjadi satu (dalam satu kawasan) untuk efisiensi
pengembangan. Lokasi tersebar di pusat-pusat kegiatan lokal.
Hierarki terminal penumpang tipe A setara dengan terminal utama, terminal
penumpang tipe B setara dengan terminal pengumpan, dan terminal penumpang tipe C
setara dengan terminal lokal.
d. Perhubungan Perkeretaapian
II-236
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Perkeretaapian Tahun 2015-2019. Sebagai langkah awal dalam memulai rencana
Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Sumatera telah dilakukan penandatanganan
kesepakatan/MOU (Memorandum of Understanding) antara Pemerintah Pusat dalam hal
ini Menteri Perhubungan dengan 5 (lima) Gubernur se–Sumatera di Jakarta pada
tanggal 27 Januari 2015 tentang Pembangunan Pengembangan Jaringan Jalur Kereta
Api di Pulau Sumatera (Trans Sumatera).
Rencana induk perkeretaapian nasional telah membuat rencana pengembangan
jaringan perkeretaapian di wilayah Sumatera yang secara hirarki wilayah Provinsi Riau
juga termasuk didalam rencana pembangunan jaringan tersebut. Potensi Riau sebagai
lumbung energi dan industri nasional menjadikan kawasan ini menjadi pusat kegiatan
strategis nasional (PKN).
Potensi Riau yang begitu besar tentunya harus dikelola dan didukung dengan
infrastruktur yang memadai. Saat ini kegiatan pengangkutan hasil alam/pertambangan
sebagian besar diangkut melalui jalur darat atau angkutan jalan yang secara kuantitas
dan kualitas tentunya sangat terbatas. Tingginya kerusakan jalan dan faktor keselamatan
menjadi isu penting yang saat ini sedang dibicarakan. Salah satu alternatif untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan merencanakan sistem transportasi yang
paling handal dan ekonomis dari sisi biaya. Pengembangan sistem transportasi massal
menjadi jawaban permasalahan tersebut. Salah satu sistem angkutan massal yang saat
ini sedang dikembangkan adalah sistem angkutan dengan menggunakan kereta api.
Pembangunan transportasi perkeretaapian nasional diharapkan mampu menjadi
tulang punggung angkutan barang dan angkutan penumpang perkotaan sehingga dapat
menjadi salah satu penggerak utama perekonomian nasional. Penyelenggaraan
transportasi perkeretaapian nasional yang terintegrasi dengan moda transportasi lainnya
dapat meningkatkan efisiensi penyelenggaraan perekonomian nasional. Oleh karena itu
penyelenggaraan perkeretaapian nasional di masa depan harus mampu menjadi bagian
penting dalam struktur perekonomian nasional.
II-237
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Gambar 2.84. Peta Pelaksanaan Koridor Kereta Api di Provinsi Riau
Tindak lanjut yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Riau adalah:
1. Keputusan Gubernur Nomor : Kpts. 360/V/2015 tanggal 4 Mei 2015 tentang
Pembentukan Tim Percepatan Pembangunan Perkeretaapian di Provinsi Riau
(SK ini berfungsi untuk mendukung percepatan pembangunan jalur KA Trans
Sumatera di Provinsi Riau dan pengembangan jaringan KA di Provinsi Riau).
2. Pemerintah Provinsi Riau dalam hal ini Dinas Perhubungan memiliki Kegiatan
Fasilitasi Pelaksanaan Pembangunan Jaringan Rel Kereta Api di Provinsi Riau.
3. Pemerintah Provinsi Riau telah menyusun Feasibility Study Perkeretaapian
Provinsi Riau pada tahun 2013.
4. Pada tahun 2018 Pemerintah Provinsi Riau dalam hal ini Dinas Perhubungan
Provinsi Riau menyusun Rencana Induk Perkeretaapian Provinsi Riau.
II-238
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
terpadu, maka dibutuhkan revitalisasi angkutan sungai melalui pengelolaan DAS untuk
memulihkan kondisi alur pelayaran, pembangunan dermaga sungai, dan penyediaan
prasarana kapal dan perahu.
Integrasi sistem transportasi juga perlu didukung oleh pembangunan sarana dan
prasarana penyeberangan antar provinsi dan antar negara, oleh karena Provinsi Riau
memiliki sejumlah besar pulau-pulau kecil dan berbatasan dengan provinsi lain dan
negara tetangga.
Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan
bergerak yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang
terputus karena adanya perairan. Angkutan penyeberangan merupakan salah satu moda
yang memiliki peranan penting di Provinsi Riau dalam meningkatkan mobilitas
ekonomi di Provinsi Riau baik dalam kabupaten, antar kabupaten dan antar provinsi.
Adapun lintasan penyeberangan yang ada di Provinsi Riau adalah sebagai berikut :
II-239
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Tabel 2.144. Lintasan Penyeberangan Provinsi Riau Rencana Beroperasi
Trayek
No Lintasan Penyeberangan Keterangan
Penyeberangan
1 Pelabuhan Penyeberangan Antar Kabupaten Rencana Operasi
Mengkapan - Pelabuhan Dalam Provinsi
Penyeberangan Alai
2 Pelabuhan Penyeberangan Ketam Antar Kabupaten Rencana Operasi
Putih - Pelabuhan Penyeberangan Dalam Provinsi
Dakal
3 Pelabuhan Penyeberangan Pecah Dalam Kabupaten Rencana Operasi
Buyung - Pelabuhan
Penyeberangan Alai
Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Riau Tahun 2018
II-240
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Untuk menunjang kelancaran aktifitas di pelabuhan penyeberangan pada UPT
PPLLAJSDP dibutuhkan prasarana yang baik. Dinas Perhubungan Provinsi Riau
berperan dalam memelihara fasilitas di pelabuhan penyeberangan sesuai dengan
kewenangannya dengan secara rutin mengajukan usulan kegiatan pemeliharaan dan
operasional sesuai dengan kewenangannya dalam menunjang kinerja pelabuhan
penyeberangan Dumai-Tanjung Kapal dan Pelabuhan Penyeberangan Mengkapan-
Kampung Balak.
II-241
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Tabel 2.147. Cakupan Layanan Telekomunikasi Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Riau Tahun 2012-2016
Tahun
No Kabupaten/Kota
2012 2013 2014 2015 2016
1 Kuantan Singingi 87,90 93,97 94,12 93,30 60,56
2 Indragiri Hulu 93,20 93,87 97,3 95,79 61,74
3 Indragiri Hilir 83,80 90,86 95,03 90,26 56,49
4 Pelalawan 93,60 96,00 97,39 95,24 63,30
5 Siak 96,20 101,75 102,88 97,95 64,11
6 Kampar 90,00 96,72 97,27 95,16 60,25
7 Rokan Hulu 88,20 89,89 90,80 92,46 57,26
8 Rokan Hilir 85,20 87,30 93,42 92.59 52,91
9 Bengkalis 95,20 100,99 101,19 96.94 66,07
10 Kep. Meranti 90,30 92,80 99,93 95,29 62,96
11 Pekanbaru 98,10 107,55 104,94 99,03 85,55
12 Dumai 96,10 101,89 100,71 98,75 69,32
Jumlah 91,40 96,81 98.17 95,27 64,52
Sumber: Dinas Kominfo Statistik dan Persandian Tahun 2017
II-242
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Pendataan untuk koperasi aktif di Provinsi Riau dimulai pada tahun 2013
dengan jumlah sebanyak 3.532 unit dengan jumlah anggota sebanyak 616.833 orang.
Pada tahun 2017 jumlah koperasi aktif mengalami penurunan menjadi sebanyak 2.967
unit, begitu juga dengan jumlah anggota koperasi aktif menurun menjadi 285.358 orang.
Penurunan jumlah koperasi aktif ini disebabkan oleh penerapan regulasi yang mengatur
bahwa koperasi yang tidak melaksana RAT (Rapat Anggota Tahunan) 2 tahun berturut-
turut status badan hukumnya dicabut. Pada tahun 2017 terjadi peningkatan jumlah
modal sendiri dan SHU (sisa hasil usaha) dibandingkan tahun 2015, hal ini
menunjukkan peningkatan kualitas koperasi aktif yang ada.
Jumlah UMKM relatif stabil ditengah gejolak pertumbuhan ekonomi Provinsi
Riau pada kurun tahun 2013 sampai tahun 2017. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM
terbukti memiliki ketahanan terhadap krisis ekonomi yang disebabkan oleh jatuhnya
harga minyak dunia dan harga komoditi utama Provinsi Riau.
Pertumbuhan koperasi yang naik turun ini, juga diikuti dengan jumlah koperasi
di kabupaten/kota, jumlah anggota, modal, volume usaha dan sisa hasil usaha per tahun
dapat dilihat pada Tabel 2.149. berikut ini.
II-243
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa 23% koperasi berada di Kabupaten
Bengkalis dengan jumlah anggota 10.489 orang. Distribusi anggota koperasi di seluruh
kabupaten/kota Provinsi Riau terlihat tidak merata, seperti di Kabupaten Kepulauan
Meranti rata-rata jumlah anggota per koperasi 7 orang sedangkan di Kabupaten Kuantan
Singingi rata-rata jumlah anggota per koperasi 230 orang. Hal ini antara lain disebabkan
oleh masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat/keuntungan
berkoperasi.
II-244
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Sejahtera Mas, untuk bidang usaha Listrik, Air dan Gas berasal dari PT. Perusahaan Gas
Negara (Persero) Tbk. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja cenderung menurun dari
tahun 2013 hingga tahun 2017 dimana hal ini disebabkan oleh belum terinputnya data
tenaga kerja.
Investasi jumlah proyek PMA memiliki kecenderungan meningkat dari tahun
2013 sampai tahun 2017, sedangkan nilai investasi dalam USD berfluktuasi, puncaknya
di tahun 2014, dan tiga tahun setelahnya terjadi penurunan yang disebabkan adanya
stagnansi realisasi investasi pada bidang-bidang usaha baru akibat hambatan perizinan.
Sementara untuk tahun 2016 dan 2017 realisasi investasi yang dominan berasal dari
pengembangan usaha CPO yang berasal dari PT. Dabi Oleo, Intibenua Perkasa Tama;
untuk Bidang Industri kimia berasal dari PT. Sateri Viscose International, PT. Ciliandra
Perkasa, PT. Wilmar Bioenergi Indonesia; untuk bidang usaha Industri kertas yaitu PT.
Indah Kiat Pulp & Paper. Tbk. Demikian halnya dengan penyerapan tenaga kerja, pada
tahun 2013 penyerapan tenaga kerja tinggi, tetapi pada tahun 2014 dan 2015 tidak ada
penyerapan tenaga kerja yang disebabkan oleh belum terinputnya data tenaga kerja.
Namun demikian berdasarkan target realiasi investasi baik PMDN dan PMA di Provinsi
Riau yang ditetapkan oleh BKPM RI mulai dari 2013 s.d 2017 secara keseluruhan
terbilang tercapai.
Indikator lainnya yang dapat dijadikan acuan dalam pelayanan penanaman
modal adalah indeks kepuasan masyarakat (IKM). IKM terhadap palayanan terpadu satu
pintu berfluktuatif dengan kecenderungan meningkat (Tabel 2.151). IKM Tahun 2017
belum terinput dan belum selesai terekapitulasi dan untuk IKM Kabupaten/Kota se
Provinsi Riau tidak ada data laporannya. Berdasarkan Tabel Indeks Kepuasan
Masyarakat dari tahun 2012 sampai tahun 2016 cenderung meningkat, hal ini
dipengaruhi oleh adanya inovasi-inovasi dalam peningkatan pelayanan yang diberikan
oleh Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
II-245
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Selanjutnya indikator pelayanan penanaman modal dapat dilihat dari
perkembangan ekspor. Pada periode 2013-2017 nilai ekspor bersih di Provinsi Riau
cenderung menurun sebesar 4,20 persen. Hal ini mengindikasikan pelayanan
penanaman modal di Provinsi Riau semakin perlu ditingkatkan untuk dapat
menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif.
II-246
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Tabel 2.153. Fasilitas Olahraga Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2017
Fasilitas Olahraga
Kabupaten/Kota Kolam &
Stadion GOR Padang & Lapangan Hall PKM
Danau
Kuantan Singingi Sport Centre (Sepak Bola) - - - - -
Indragiri Hulu - - - - - -
Indragiri Hilir Sport Centre (Sepak Bola) - - - - -
Pelalawan - Pangkalan Kerinci - - - -
Siak - Sepatu Roda - - - -
Kampar - Kampar (Pencat Silat) Labersa (Golf) - - -
Rokan Hulu - - - - - -
Bengkalis - - - PAS (Bela Diri Tarung Drajat) - -
Rokan Hilir - - - - -
Kep.Meranti - - - - -
1. Grand Stadion–UNRI (Sepak Bola) 1. Remaja (Bulu Tangkis) 1. Chevron (Soft Ball) 1. SC Rumbai (Basket) 1. UNILAK Danau
2. Kaharudin Nasution Rumbai (Sepak Bola) 2. Angkasa (Bulu Tangkis) 2. UNRI (Kawasan Olaharaga) 2. SC Rumbai (Renang) (Anggar) Buatan
3. SC Rumbai (Hoki) 3. SC Rumbai (Senam) 3. UNRI (Panjat Tebing) 3. SC Rumbai (Menembak) 2. UNRI (Ski Air)
4. SC Rumbai (Atletik) 4. Tribuana (Karate) 4. UIR Panahan 4. SC Rumbai (Volly Ball) (Yudo)
Pekanbaru
5. UIR Volly Ball 3. UIN
(Taekwondo)
4. UIR (Gulat)
Sasana
Tirta
Dumai - - Chevron (Tenis Meja) - -
Pertamina
(Renang)
Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Tahun 2017
II-247
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Tabel 2.154. Cakupan Pembinaan Olahraga di Provinsi Riau
Tahun 2013-2017
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1 Jumlah cabang olahraga yang 47 47 47 47 47
dibina (cabor)
2 Jumlah seluruh cabang olahraga 47 47 47 47 47
yang ada/terdaftar (cabor)
3 Cakupan pembinaan olahraga 100 100 100 100 100
Sumber: Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Riau Tahun 2017
Selama tahun 2013-2017 seperti terlihat pada Tabel 2.154, tidak terdapat
perubahan baik jumlah cabang olahraga yang terdaftar maupun jumlah cabang olahraga
yang mendapatkan pembinaan dari Pemerintah Provinsi Riau. Artinya selama kurun
tahun tersebut semua cabang olahraga yang terdaftar mendapat pembinaan dari
pemerintah. Kenyataan ini menunjukkan bahwa komitmen Pemerintah Provinsi Riau
dalam pembinaan cabang olahraga sangat tinggi.
Pembinaan terhadap atlet muda adalah sebagai bentuk regenerasi atlet di satu
sisi dan di sisi yang lain merupakan pengembangan bibit unggul dalam suatu cabang
olahraga, untuk peningkatan prestasi. Oleh sebab itu pembinaan terhadap atlet muda
merupakan hulu dari prestasi olahraga yang harus dilakukan. Semakin banyak atlet
muda yang berpotensi dibina, semakin besar perluang untuk meraih prestasi ke
depannya. Cakupan pembinaan atlet muda yang dilakukan selama kurun tahun 2012-
2016 di Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 2.155.
II-248
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
pembinaan atlet muda tersebut selama kurun tahun yang sama masih sangat kecil, yakni
di bawah 20 persen. Artinya terdapat lebih kurang 80 persen altet muda yang belum
mendapat pembinaan. Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan bibit unggul di Provinsi
Riau belum sepenuhnya dilakukan serius. Padahal pembinaan terhadap altet muda/bibit
unggul adalah membentuk altet-alet masa yang akan datang.
Mencermati data tabel di atas terlihat bahwa selama kurun waktu tahun 2014-
2017 baik jumlah seluruh organisasi pemuda, maupun jumlah organisasi pemuda yang
aktif terus mengalami peningkatan. Dilihat dari persentase organisasi pemuda yang aktif
terjadi perubahan pada tahun 2017 menjadi 94% dari 90% tahun 2014-2016.
II-249
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
pemerintah dan lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi. Jumlah wirausaha
muda di Provinsi Riau selama kurun tahun 2014-2017 menunjukkan kecenderungan
meningkat. Jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.157.
II-250
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Tabel 2.158. Persentase Pelayanan Pengamanan Persandian Pada Seluruh Kab/Kota dan OPD
di Provinsi Riau dan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Tahun 2014-2017
Persentase
Tingkat Pengamanan Informasi Publik Tingkat Pengamanan informasi pemerintah
Perangkat
Jumlah
Daerah
Perangkat
yang Telah
Daerah yang
Jumlah KSI Surat (Op. Tata Mengguna
Telah
Tahun OPD Index (Keamanan Elektronik KP (Kontra Sertifikat Komunikasi Kelola kan
Diklat Sandi Menggunakan
KAMI Sistem (mail Penginderaan) Elektronik sandi, enkripsi Informasi Layanan
Layanan
Informasi) sanapati) email, e-Office) Cadangan Persandian
Persandian
di Provinsi
Riau
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
jml % jml % jml % jml % jml % jml % jml % jml %
2014 55 0 12 100% 0 1 1,82% 0 0 0 7 OPD
(LPSE , BPKAD,
2015 55 0 12 100% 0 1 1,82% 0 0 0
DISKOMINFO,
2016 55 2 3,64% 12 100% 0 2 3,64% 0 0 0 SEKRETARIAT
16,27%
DAERAH,
PTSP,
2017 43 5 11,63% 12 100% 1 2,33% 6 13,95% 2 4,65% 43 100,00% 0 BAPPEDA,
DPRD)
2018 Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) Provinsi Riau 3,02
Sumber: Arsip Persandian Tahun 2018 dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tahun 2018.
II-251
BAB II – GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau
Tahun 2019-2024
Hasil pendataan hingga tahun 2018 telah teridentifikasi 2.617 OPK dalam
kondisi terawat dan 1.193 OPK dalam kondisi kurang/tidak terawat. Jika dibandingkan
dengan keseluruhan data OPK sebesar 3.810 obyek, maka terdapat 68,69% OPK dalam
kondisi terawat dan 31,31% dalan kondisi kurang/tidak terawat. Kondisi ini jauh dari
kondisi majunya sebuah kebudayan di daerah. Perlu perhatian khusus dari semua
stakeholders dalam hal pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan OPK
yang ada untuk dapat menghasilkan kebudayaan Melayu Riau yang maju.
kabupaten/Kota dalam upaya pelindungan status OPK sebagai bagian dari kebudayaan
Melayu Riau. Dari tahun 2013 hingga tahun 2018 Provinsi Riau telah mendapatkan
pengakuan nasional terhadap 41 Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dan 91 penetapan
status Cagar Budaya. Adapun jumlah penetapan WBTB dan Cagar Budaya selama
kurun waktu tersebut serta perbandingan persentasinya terhadap jumlah OPK yang ada,
lebih jelas disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.161. Penetapan Warisan Budaya Tak Benda dan Cagar Budaya
Provinsi Riau Tahun 2013-2018
Tahun
No Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 OPK Non Bendawi 1.822 OPK
- Penetapan Warisan Budaya
0 4 4 9 20 41
Tak Benda (WBTB)
- Persentase 0,00% 0,22% 0,22% 0,49% 1,10% 2,25%
2 OPK Bendawi 1.988 OPK
- Penetapan Cagar Budaya 5 5 5 5 70 91
- Persentase 0,25% 0,25% 0,25% 0,25% 3,52% 4,58%
Sumber: Data olahan Dinas Kebudayaan Provinsi Riau tahun 2019
Penetapan WBTB dan Cagar Budaya di Provinsi Riau bila dibandingkan dari
jumlah OPK yang telah tercatat masih sangat rendah. Perlu strategi dan kebijakan yang
tepat untuk dapat mendorong pengusulan dan penetapan WBTB dan Cagar Budaya.
Upaya dokumentasi dan pengkajian OPK non bendawi serta pembentukan Tim Ahli
Cagar Budaya, merupakan langkah konkret dalam menggesa pengusulan dan penetapan
WBTB dan Cagar Budaya di 12 Kabupaten/Kota se-Provinsi Riau.
Secara keseluruhan sampai dengan tahun 2017 di Provinsi Riau terdapat 369
SMA dan 138 SMK yang sudah memasukkan kurikulum Budaya Melayu dalam muatan
lokal. Jika dibandingkan dengan jumlah SMU dan SMK yang ada di Provinsi Riau,
sebanyak 675 buah, maka jumlah sekolah yang sudah memasukkan kurikulum budaya
Melayu sebagai muatan lokal adalah sebanyak 75,11 persen. Ini berarti masih ada
sebesar 24,89 persen SMU dan SMK yang belum memasukkan budaya Melayu sebagai
kurikulum muatan lokal. Sejalan dengan hal tersebut dengan beralihnya kewenangan
urusan SMU kepada Provinsi sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014, kebijakan
memasukkan budaya Melayu sebagai kurikulum muatan untuk sekolah yang belum,
haruslah menjadi prioritas.
Selama 5 tahun, sudah 120 karya seni di Provinsi Riau yang berbasis Melayu
diinvetarisasi dan direvitalisasi. Sesungguhnya potensi karya seni dan budaya Melayu
yang sejatinya direvitalisasi masih sangat banyak. Basis budaya Melayu yang berada
pada 4 aliran sungai besar sebagai tempat peradaban budaya Melayu masa lalu harus
menjadi sumber revitalisasi dan inventarisasi. Empat sungai besar harus menjadi fokus
dalam pelestarian budaya melayu, terutama budaya lisan dan karya seni budaya Melayu
lainnya. Hal ini mengingat generasi tua yang tahu persis tentang budaya lisan dan karya
seni budaya Melayu sudah mulai berangsur-angsur termakan usia tua.
Pada tahun 2016 jumlah cagar budaya yang ada di Provinsi Riau, baik bergerak
maupun tidak bergerak yang terinventarisasi sebanyak 2.862 buah. Sementara yang baru
dilestarikan sebanyak 433 buah atau sebesar 16,11 persen. Ini berarti masih terdapat
sebanyak 83,89 persen yang belum mendapat sentuhan pelestarian. Kondisi ini
memberikan gambaran bahwa pelestarian cagar budaya belum optimal dilakukan di
Provinsi Riau.
Pengelolaan arsip yang dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidah yang ada akan menghadirkan kemanfaatan besar bagi kehidupan organisasi,
pemerintah, dan masyarakat. Ketersediaan arsip secara utuh, otentik, dan terpercaya,
pada lembaga pemerintahan akan memberikan dukungan nyata bagi pelaksanaan
reformasi birokrasi utamanya untuk kemanfaatan penilaian kinerja, pertanggungjawaban
kinerja, pelayanan publik, serta penyediaan indikator bukti bagi kepentingan lain.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan kearsipan sesuai
dengan keinginan, diantaranya yaitu keberadaan sumber daya manusia (arsiparis).
Sumberdaya manusia kearsipan yang baik dan mencukupi merupakan faktor yang dapat
mewujudkan tertatanya kearsipan. Sumberdaya yang mengelola arsip secara baku di
Provinsi Riau selama kurun tahun 2012-2016 dapat dilihat pada Tabel 2.167.
Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah perangkat daerah yang
telah menerapkan arsip secara baku meningkat dari tidak ada pada tahun 2012
meningkat menjadi 6 orang pada tahun 2016. Jika dibandingkan dengan jumlah
perangkat daaerah pada tahun yang sama terjadi peningkatan persentase jumlah
perangkat daerah yang menerapkan arsip secara baku dari tidak ada meningkat menjadi
11,11 persen.
mengkonsumsi ikan dan lajunya pertumbuhan penduduk di Provinsi Riau. Adapun rasio
produksi dan konsumsi ikan di setiap kabupaten/kota se-Provinsi Riau dapat dilihat
pada Tabel 2.169.
Dari Tabel 2.169 dapat dijelaskan bahwa kemampuan produksi ikan Provinsi
Riau tahun 2017 sebesar 240.039,6 ton dan jika dibandingkan dengan kebutuhan
konsumsi penduduk Riau sebesar 271.660 ton maka terjadi kekurangan atau defisit
sebesar -31.620,2 ton (12,00%). Tingkat kekurangan yang tertinggi terdapat di Kota
Pekanbaru lalu diikuti Kabupaten Bengkalis dan Siak. Tingginya tingkat kekurangan di
Kota Pekanbaru lebih disebabkan karena daerah ini merupakan daerah yang jumlah
penduduknya terbesar sementara potensi produksi sangat rendah. Kemudian daerah
dengan tingkat konsumsi ikan terendah adalah Kota Dumai, hal ini dipengaruhi oleh
faktor keterbatasan masyarakat mengakses bahan baku ikan karena terbatasnya pasokan
dan juga tingginya harga ikan.
Selama ini, kekurangan suplai ikan di Provinsi Riau umumnya didatangkan
dari Sumatera Barat dan Kepulauan Riau. Rendahnya produksi perikanan dibanding
konsumsi yang selama ini dialami Provinsi Riau perlu menjadi perhatian serius. Pada
perikanan laut dan budidayanya, terbatasnya kemampuan jelajah kapal penangkapan
ikan nelayan dan over fishing di sekitar pantai perlu diantisipasi melalui modernisasi
kapal dan perindikatoran tangkap serta pengembangan budidaya perikanan laut. Pada
perikanan perairan umum, upaya penegakan peraturan tentang pencemaran sungai perlu
ditingkatkan di samping pengaturan penangkapan ikan di perairan umum. Khusus
perikanan kolam keramba yang saat ini menjadi andalan produksi perikanan Provinsi
Riau perlu diikuti pengembangan industri pengolahan ikan oleh UKM atau perusahaan
besar sehingga harga ikan (patin) dapat stabil.
Produksi ikan di Provinsi Riau diperoleh dari berbagai jenis usaha antara lain
usaha perikanan tangkap di laut, perikanan tangkap di perairan umum, budidaya di
tambak dan di kolam, budidaya keramba di perairan umum, jaring apung serta budidaya
di laut. Jumlah produksi dari tahun 2013 sampai dengan 2017 menurut jenis usaha dapat
dilihat pada Tabel 2.170.
Tabel 2.170. Produksi Perikanan Menurut Jenis di Provinsi Riau
Tahun 2013-2017
Tahun Rata-Rata
Jenis Usaha Perikanan Pertumbuhan/
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun (%)
Perikanan Tangkap di Laut 93.279,20 107.306,20 105.296,30 102.100,9 108.814,2 4,18
Perikanan Tangkap di
17.455,90 18.384,10 17.097,80 27.406,6 21.145,6 8,94
Perairan Umum
Budidaya di Tambak 329,30 311,20 134,98 758,16 536,4 92,58
Budidaya di
50.607,80 54.560,50 55.711,66 60.603,82 81.783,2 13,41
Kolam
Budidaya
- - 5.379,55 28.381,1 16.127,4 192,20
Keramba di Perairan Umum
Budidaya Jaring Apung di
- - 25.451,35 155,63 22,0 -92,63
Laut
Budidaya Laut - - 614,23 - 11.611,9 N/A
Jumlah 161.672,20 180.562,00 209.691,0 219.406,2 240.039,6 10,46
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau Tahun 2018
dalam pengembangan usaha dan juga dipengaruhi oleh mentalitas pembudidaya yang
belum berorientasi bisnis. Produksi perikanan menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau
berdasarkan jenis usaha perikanan dapat dilihat pada Tabel 2.171.
Tabel 2.171. Produksi Perikanan Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Riau Tahun 2017
Jenis Usaha Perikanan
Budidaya Keramba
Kabupaten/ Perairan Budidaya Kontribusi
No Perikanan Budidaya Budidaya Jaring Jaring
Kota Tangkap Budi daya Jaring (%)
Tangkap di di di Apung di Tancap di Budidaya Jumlah
di Perairan di Kolam Apung di
Laut Tambak Keramba Perairan Perairan Laut
Umum Laut
Umum Umum
Kuantan
1 - 401,7 - 3.834,8 32,2 - - - 4.268,7 1,78
Singingi
Indragiri
2 - 6.169,4 33,6 2.958,2 - 959,2 122,1 - - 10.242,6 4,27
Hulu
3 Indragiri Hilir 49.389,5 2.518,7 149,7 2.857,8 - 155,5 - - - 55.071,2 22,94
Riau 108.813,4 21.145,3 536,4 81.783,2 1.270,4 14.720,7 136,3 22,0 11.611,9 240.039,6 100
perikanan dari perairan umum dan perikanan laut di setiap kabupaten/kota se-Provinsi
Riau pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.172.
Tabel 2.172. Produktivitas Perikanan dari Perairan Umum dan Perikanan Laut
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2017
Luas Perairan Produksi Produktivitas
Kabupaten/Kota
Hektar Persentase (Ton) (ton/ha)
Tabel 2.174.
Objek Wisata yang Terdapat di Provinsi Riau, 2018
No Kabupaten Kecamatan Desa/ Kelurahan Jarak Pekanbaru ke Lokasi (Km) Objek Wisata
1 Kuansing Kuantan Tengah Kota Taluk Kuantan 133,95 1. Pacu Jalur
Kuantan Mudik Bukit Padusunan 150,90 2. Kawasan Wisata Kebun Nopi
Kuantan Mudik Lubuk Jambi 163,27 3. Air Terjun Guruh Gemurai
Hulu Kuantan Lubuk Ambacang 169,90 4. Air Terjun Tujuh Tingkat
2 Indragiri Hulu Batang Gangsal Sanglap 280,39 1. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
Rengat Barat Kota Lama 192,42 2. Makam Raja-raja Indragiri Kota Lama
Rengat Kampung Dagang 206,84 3. Danau Raja
Rengat Barat Kota Lama 192,42 4. Danau Menduyan
3 Indragiri Hilir Mandah Pulau Cawan Darat = 399,24 dan Laut = 371,35 1. Pantai Solop
Kemuning Batu Ampar 284,76 2. Bukit Berbunga
Kuindra Teluk Dalam, Sapat 32,67 3. Wisata Religi Syech Abdurrahman Siddiq
Mandah Bekawan Darat = 420,12 dan Laut = 393,31 4. Wisata Sampan Leper dan Manongkah
4 Pelalawan Teluk Meranti Teluk Meranti 194,91 1. Wisata Bono
Ukui Lubuk Kembang Bunga 177,02 2. Taman Nasional Tesso Nillo
Kerumutan Kerumutan 179,27 3. Kawasan Lindung Kerumutan
5 Siak Siak Siak Sri Indra Pura 117,48 1. Istana Siak Sri Indrapura
Mempura Mempura 112,13 2. Desa Mempura
Siak Siak Sri Indra Pura 118,50 3. Event Siak Bermadah
Siak Siak Sri Indra Pura 115,00 4. Tour De Siak
6 Kampar XIII Koto Kampar Muara Takus 116,65 1. Candi Muara Takus
Kuok Merangin 79,45 2. PLTA Koto Panjang
Kuok Pulau Belimbing 68,60 3. Desa Pulau Belimbing
Kampar Kiri Hulu Gema & Tanjung Belit 99,47 4. Kawasan Wisata Kampar Kiri Hulu
No Kabupaten Kecamatan Desa/ Kelurahan Jarak Pekanbaru ke Lokasi (Km) Objek Wisata
7 Rokan Hulu Tambusai Dalu-dalu 214,00 1. Benteng Tujuh Lapis
Kepenuhan Rantau Binuang Sakti 223,00 2. Wisata Rohani di Binuang Sakti
Rambah Gunung Bongsu 190,70 3. Air Panas Hapanasan
Bangun Purba - 196,77 4. Air Terjun Aek Matua
Rokan IV Koto - 170,00 5. Kawasan Hulu Sungai Rokan
Rokan IV Koto Cipang Kiri Hulu 204,35 6. Bukit Tungkuih Nasi
8 Bengkalis Rupat Utara Tlk Rhu 294,14 1. Kawasan Wisata Pulau Rupat
Bantan Selat Baru 218,20 2. Pantai Selat Baru
Bengkalis Meskom 215,66 3. Pantai Prapat Tunggal Meskom
Bukit Batu Sukajadi 211,30 4. Kawasan Biosfir Giam Siak Kecil
9 Rokan Hilir Bangko Bagan Tengah 243,50 1. Festival Bakar Tongkang
Tanah Putih Rantau Bais 174,47 2. Kawasan Wisata Rantau Bais
Pasir Limau Kapas Panipahan 257,46 darat + 85,6 Laut 3. Kawasan Wisata Pulau Jemur
Tanjung Medan Tanjung Medan 275 4. Kawasan Danau Napangga
10 Kep, Meranti Rangsang Barat Bokor 225,10 1. Event Wisata Bokor
Rangsang Barat Anak Setatah 211,26 2. Kawasan Mangrove
Tebing Tinggi Barat Lalang Tanjung 226,3 3. Kawasan Wisata Tasik
11 Pekanbaru Rumbai Pesisir Meranti Pandak 2,30 1. Kawasan Pekanbaru Water Front City
Bukit Raya Simpang Tiga 7,60 2. Kawasan Bandar Serai
Rumbai Pesisir Lembah Sari 10,80 3. Danau Bandar Kayangan
Marpoyan Damai Maharatu 10,46 4. Kawasan Agro Wisata Marpoyan
Rumbai Muara Fajar 22,87 5. Kawasan Wisata Tahura SSH
12 Dumai Medang Kampai Teluk Makmur 203,92 1. Pantai Teluk Makmur
Dumai Barat Purnama 203,97 2. Kawasan Mangrove
Medang Kampai Bukit Batrem 191,66 3. Danau Bunga Tujuh
Apabila objek-objek wisata alam, sejarah, budaya dan lainnya yang ada di
Provinsi Riau dikembangkan dan didukung dengan sarana/prasarana serta
pengembangan industri kreatif berupa cendera mata spesifik Provinsi Riau akan dapat
menarik wisatawan domestik dan manca negara. Apabila industri pariwisata Provinsi
Riau dapat dikembangkan secara optimal, diyakini memberikan multiplier efek yang
besar dan kontribusinya akan signifikan dalam perekonomian di Provinsi Riau.
Tabel 2.175. Jumlah Objek Wisata Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Riau Tahun 2018
Objek Wisata
Kabupaten dan Kota
Alam Buatan Budaya Jumlah
Kuantan Singingi 50 11 26 87
Indragiri Hulu 26 2 13 41
Indragiri Hilir 23 8 20 51
Pelalawan 43 14 47 104
Siak 19 21 55 95
Kampar 27 13 37 77
Rokan Hulu 37 0 13 50
Bengkalis 18 13 12 43
Rokan Hilir 8 2 10 20
Kep. Meranti 17 0 1 18
Pekanbaru 4 13 8 25
Dumai 7 9 12 28
Provinsi Riau 279 106 254 639
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Riau Tahun 2018
Berdasarkan tabel diatas, perkembangan jumlah tamu asing dan kamar hotel di
Provinsi Riau dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 cenderung mengalami
peningkatan. Selain program promosi dan pengembangan destinasi wisata, peningkatan
jumlah tamu asing ini juga didukung oleh meningkatnya sumber daya manusia yang
wisatawan dimana hasil output kegiatan tersebut untuk data program statistik
pariwisata.
4. Dinas Pariwisata meluncurkan Riau Creative Center yang merupakan wadah untuk
menciptakan ruang kreatif sebagai aktivitas pelaku ekonomi kreatif dan
meningkatkan pelayanan publik bagi pelaku ekonomi kreatif, wisatawan dan
masyarakat, juga memberi nilai tambah ekonomi bagi pelaku ekonomi kreatif,
khususnya masyarakat serta menciptakan sumber pendapatan daerah.
5. Pengembangan 16 percabangan ekonomi kreatif untuk dapat mendorong aktivitas
pengembangan ekonomi kreatif melalui Bidang Ekonomi Kreatif, Anjung Seni Idrus
Tintin dan Anjungan Riau TMII.
6. Dinas Pariwisata Provinsi Riau membangun kesadaran masyarakat dalam program
kegiatan Sadar Wisata, sehingga membuat masyarakat mengerti peran mereka
sebagai masyarakat yang berada di lokasi wisata. Selain itu, masyarakat juga
bersemangat dalam menghidupkan destinasi wisata di daerah mereka karena mereka
merasakan sendiri dampaknya bagi perekonomian hidup mereka.
7. Dinas Provinsi Riau memaksimalkan perannya dalam setiap kegiatan-kegiatan yang
mereka jalankan. Seperti pembinaan homestay dan pembinaan stakeholder pariwisata.
Hal ini semakin meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pariwisata yang ada.
8. Strategi promosi yang dilakukan oleh Bidang Pemasaran Pariwisata yaitu
menyelenggarakan Launching Calender of Event selama 3 tahun berturut-turut di
tingkat nasional yang merupakan salah satu dorongan kuat promosi tingkat nasional
dengan tujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan pariwisata yang ada di
Provinsi Riau.
9. Dukungan Dinas Pariwisata Provinsi Riau terhadap Top 3 destinasi dan event
kabupaten/kota dalam pengembangannya, dimana untuk sarana dan prasarana
destinasi wisata Dinas Pariwisata bekerjasama dengan PUPR dan Perkim.
10. Promosi melalui kelembagaan Bujang dan Dara Riau salah satu fokus pengembangan
pariwisata, sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya Melayu sekaligus sebagai
sarana bagi remaja Riau untuk berperan aktif dalam kegiatan kepariwisataan dan
kebudayaan Riau.
Terjadinya peningkatan yang signifikan pada jumlah kunjungan wisatawan di
Provinsi Riau pada tahun 2016 tak lepas dari beberapa strategi yang dilakukan oleh
Dinas Pariwisata Provinsi Riau, diantaranya dengan melakukan program POSE sejak
dilaunchingnya brand image The Homeland of Melayu.
Melalui kegiatan pembinaan yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Riau
melalui Dinas Pariwisata kepada masyarakat, destinasi pariwisata di kabupaten dan kota
se-Provinsi Riau secara umum masyarakat telah mendukung kepariwisataan. Hal ini
tercermin dengan perilaku sapta pesona yang menjadi pelaku utama usaha masyarakat
di daerah wisata setempat, dan masyarakat sudah cukup aktif dalam mendukung
penciptaan keamanan, ketertiban, dan kebersihan lingkungan.
kedelai. Sedangkan untuk peningkatan ubi kayu karena petani sudah menanam varietas
unggul.
Tabel 2.177. Luas Panen dan Produksi Padi dan Palawija di Provinsi Riau
Tahun 2013-2017
Tahun Rata-Rata
Komoditas Pertumbuhan/
2013 2014 2015 2016 2017 Tahun (%)
Luas Panen (ha)
1. Padi Sawah 97.796 85.062 86.218 79.475,5 80.680,1 (4,49)
2. Padi Ladang 20.722 20.975 21.328 19.955,0 12.004,0 (10,84)
3. Jagung 11.748 12.057 12.425 13.205,4 12.231,4 1,15
4. Ubi Kayu 1.949 2.030 1.516 2.207,3 966,0 (7,95)
5. Kacang Tanah 1.325 1.194 1.081 960 802,2 (11,75)
6. Ubi Jalar 585 598 576 599 416,9 (6,96)
7. Kacang 3.863 4.038 3.578 3.536 3.573,9
(1,74)
Kedelai
8. Kacang Hijau 1.028 981 793 597,1 568,0 (13,33)
Produksi (ton)
1. Padi Sawah 387.849 337.233 345.441 325.826 337.421 (3,18)
2. Padi Ladang 46.295 48.242 48.476 47.710 28.323 (9,38)
3. Jagung 28.052 28.651 30.870 32.850 30.768 2,49
4. Ubi Kayu 2.211 2.332 2.145 2.654 1.119 (9,16)
5. Kacang Tanah 1.243 1.134 1.036 913 798 (10,47)
6. Ubi Jalar 619 645 598 650 448 (6,37)
7. Kacang 103.070 117.287 103.599 105.992 124.509 5,48%
Kedelai
8. Kacang Hijau 8.462 8.038 6.562 4.904,0 4.802,0 (12,68)
Produktivitas (Kw/ha)
1. Padi Sawah 39,70 39,60 40,10 41,00 41,82 1,31
2. Padi Ladang 22,30 23,00 22,70 23,90 23,59 1,46
3. Jagung 23,90 23,80 24,80 24,90 25,15 1,30
4. Ubi Kayu 11,30 11,50 14,10 12,00 11,58 1,50
5. Kacang Tanah 9,40 9,50 9,60 9,50 9,95 1,45
6. Ubi Jalar 10,60 10,80 10,40 10,90 10,75 0,40
7. Kacang 266,80 290,50 289,50 299,80 348,38 7,08
Kedelai
8. Kacang Hijau 82,30 81,90 82,70 82,10 83,54 0,38
Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2018
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa luas baku lahan sawah Provinsi Riau
sebesar 84.816,4 ha, baru dimanfaatkan seluas 70.016,4 ha, sisanya berpotensi untuk
ditanami padi IP 100 seluas 14.800,0 ha. Dari luas lahan IP 100 yang potensi itu
ditingkatkan menjadi IP 200 seluas 21.200 ha yang tersebar di Kabupaten Indragiri Hilir
seluas 10.000 ha, Kabupaten Rokan Hilir seluas 5.000 ha, Kabupaten Kuantan singingi
seluas 4.500 ha, Kabupaten Kampar seluas 1.500 dan Kabupaten Rokan Hulu seluas
200 ha. Potensi peningkatan produksi padi sawah ini harus didukung dengan teknik
budidaya yang baik dan benar (standard operational procedure), teknologi inovasi dan
saluran irigasi yang mendukung.
Sayuran yang dikembangkan di Provinsi Riau meliputi sayuran daun (bayam,
kangkung dan aneka sawi), sayuran buah (cabe, cabe rawit, terung, kacang panjang,
gambas, mentimun dan pare) dan akhirnya berkembang penanaman sayuran umbi yaitu
bawang merah. Pengembangan bawang merah ini awalnya karena campur tangan
pemerintah untuk memberikan bantuan berupa bibit dan pupuk kepada kelompok tani-
kelompok tani. Perkembangan luas panen sayur-sayuran di Provinsi Riau selama tahun
2013-2017 dapat dilihat pada Tabel 2.179.
untuk labu yaitu sebesar 28,20%. Penurunan luas panen ini disebabkan banyaknya
petani yang beralih menanam cabe dan bawang karena harga yang menjanjikan dan
adanya bantuan bibit dan pupuk dari pemerintah. Petani di Kabupaten Kampar didukung
oleh program Pemerintah Kabupaten Kampar yang menjadikan Kampar sebagai sentra
bawang merah di Riau. Penurunan luas panen untuk tanaman sayuran secara umum
kecuali bawang merah juga disebabkan oleh faktor anomali iklim dan hama penyakit.
Menurunnya luas panen tanaman hortikultura (sayuran semusim) berdampak terhadap
penurunan produksi.
Berdasarkan Tabel 2.180 dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan luas panen
sayuran di Provinsi Riau untuk 5 (lima) tahun terakhir cenderung mengalami penurunan,
kecuali komoditi cabe dan bawang merah. Hal ini disebabkan karena komoditi cabe dan
bawang mempunyai harga yang cukup baik dibandingkan komoditi lainnya, sehingga
diminati oleh petani dan didukung dengan adanya program pengembangan dari
Pemerintah Pusat dan Pemerinta Daerah. Pengembangan sayur-sayuran agar dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat di Provinsi Riau maka diperlukan program
pengembangan sayur-sayuran. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah
melaksanakan suatu sistem budidaya dengan model agribisnis terpadu (integrated
agribusiness) di mana kegiatan budidaya yang pada umumnya dilaksanakan oleh para
petani kecil terpadu dengan kegiatan proses penanganan hasil dan distribusi yang
dilaksanakan secara bersama terintegrasi.
Tabel 2.180. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Sayur-Sayuran
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2017
Sayur-Sayuran
Kabupaten/Kota
Luas Panen (ha) Kontribusi (%) Produksi (ton) Kontribusi (%)
Kuantan Singingi 584 4,00 1.038 7,11
Indragiri Hulu 1.310 8,97 7.105 48,67
Indragiri Hilir 1.222 8,37 3.683 25,23
Pelalawan 743 5,09 1.211 8,30
Siak 979 6,71 15.140 103,72
Kampar 3.519 24,11 33.376 228,65
Rokan Hulu 1.556 10,66 4.722 32,35
Bengkalis 958 6,56 9.257 63,42
Rokan Hilir 949 6,50 1.724 11,81
Kep. Meranti 483 3,31 1.785 12,23
Pekanbaru 1.682 11,52 16.049 109,95
Dumai 592 4,06 3.711 25,42
Provinsi Riau 14.577 100,00 98.801 676,86
Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2018
Untuk tanaman buah-buahan juga banyak potensi yang tersedia. Potensi ini
berupa potensi lahan, dan potensi kecocokan komoditi pada lahan tersebut. Seperti
manggis Tembilahan yang sudah dikukuhkan oleh Kementrian Pertanian menjadi
Manggis Ratu Tembilahan. Ada juga durian Omeh Kampar, Jeruk Kuok dan Rokan
Hulu, nenas Kampar, Siak dan Dumai serta Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir (sesuai
jenis dan varietas daerahnya). Untuk lebih jelasnya perkembangan jumlah tanaman
menghasilkan dan produksi buah-buahan dapat dilihat Tabel 2.181.
Tabel 2.181. Perkembangan Jumlah Tanaman Menghasilkan dan
Produksi Buah-Buahan (Pohon/Rumpun) di Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Tahun Pertumbuhan/
Komoditas
2013 2014 2015 2016 2017 Tahun (%)
Tanaman Menghasilkan (Pohon Dan Rumpun)
1. Pisang 753.543 740.667 633.107 786.746 698.792 (0,79)
2. Durian 171.229 144.328 180.989 210.829 145.809 (1,17)
3. Duku 43.229 42.428 29.828 48.525 28.227 (2,67)
4. Mangga 79.636 88.872 126.398 132.706 101.726 8,87
5. Jeruk 120.580 142.175 177.225 232.529 189.547 13,82
6. Rambutan 323.047 221.749 304.699 200.322 282.638 3,22
7. Pepaya 214.372 216.115 184.518 223.952 198.262 (0,98)
8. Nenas 22.714.807 27.195.997 23.696.176 33.446.594 23.441.345 4,52
9. Jambu 102.691 75.958 92.858 108.383 118.083 5,47
10. Buah
454.218 396.325 496.538 461.689 374.317 (3,35)
Lainnya
Jumlah 24.977.352 29.264.614 25.922.336 35.852.275 25.578.746 3,85
Produksi(ton)
1. Pisang 19.685 22.758 21.314 25.165 38.810 20,39
2. Durian 7.951 10.201 12.366 6.913 12.370 21,09
3. Duku 2.645 2.372 1.369 2.013 2.555 5,34
4. Mangga 6.210 9.785 10.248 9.947 15.266 28,21
5. Jeruk 5.195 7.249 10.704 10.704 21.250 46,43
6. Rambutan 7.604 9.839 9.963 6.279 16.760 40,15
7. Pepaya 19.517 7.379 7.038 12.158 14.164 5,61
8. Nenas 96.173 107.438 74.389 94.129 83.325 (1,00)
9. Jambu 3.882 3.407 4.523 5.389 8.573 24,69
10. Buah
21.069 25.621 23.257 23.279 33.426 14,02
Lainnya
Jumlah 189.931 206.049 175.171 195.976 246.499 7,79
Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2018
Dari Tabel 2.181 dapat dijelaskan bahwa jumlah tanaman menghasilkan pada
komoditi mangga, jeruk, rambutan, nenas dan jambu yang merupakan komoditi buah
unggulan Provinsi Riau cenderung mengalami peningkatan kecuali pisang, durian, duku,
pepaya dan buah lainnya yang disebabkan tanaman tua rusak (TTR). Penurunan
produksi selain dipengaruhi oleh faktor anomali iklim, juga disebabkan banyaknya TTR
yang direplanting. Penambahan rumpun baru untuk tanaman tahunan tidak secara
langsung berproduksi di tahun penanaman, tetapi baru berproduksi 5 (lima) tahun yang
akan datang. Sedangkan produksi nenas cenderung meningkat kecuali pada tahun 2015
(bencana kabut asap) dan untuk komoditi jeruk terus meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan produksi nenas dan jeruk ini seiiring banyaknya permintaan akan buah
nenas dan jeruk, namun akhir-akhir ini produksi melimpah pada saat panen raya (bulan
April dan September untuk jeruk) untuk itu diperlukan industri hilir (manufacture)
untuk kedua komoditi ini.
Tabel 2.182. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah-Buahan
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2017
Buah Buahan
Kabupaten/Kota Pohon/ Kontribusi Produksi Kontribusi Produktivitas
Rumpun (%) (ton) (%) (Kg/Pohon)
Kuantan Singingi 251.692 0,89 12.193 4,95 251.692
Indragiri Hulu 2.241.276 7,97 31.299 12,70 2.241.276
Indragiri Hilir 1.047.965 3,72 19.552 7,93 1.047.965
Pelalawan 116.156 0,41 3.848 1,56 116.156
Siak 9.294.630 33,03 35.276 14,31 9.294.630
Kampar 3.671.131 13,05 51.656 20,96 3.671.131
Rokan Hulu 283.618 1,01 22.952 9,31 283.618
Bengkalis 754.245 2,68 14.564 5,91 754.245
Rokan Hilir 622.598 2,21 11.036 4,48 622.598
Kep. Meranti 199.898 0,71 10.241 4,15 199.898
Pekanbaru 143.918 0,51 9.210 3,74 143.918
Dumai 9.410.052 33,44 24.672 10,01 9.410.052
Provinsi Riau 25.578.746 100 246.499 100 25.578.746
Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2018
menjadi 339.007 pada tahun 2017. Peningkatan produksi sagu ini karena banyaknya
permintaan masyarakat dan juga karena adanya program pemerintah untuk menjadikan
Provinsi Riau sebagai provinsi penghasil sagu. Banyaknya produk olahan asal sagu ini
menjadikan sagu Riau sebagai ‘sagu menyapa dunia’.
Tabel 2.183. Perkembangan Luas, Produksi dan Produktivitas Komoditas
Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Tahun Rata-Rata
Komoditas Pertumbuhan/
2013 2014 2015 2016 2017 Tahun (%)
Luas Lahan (Ha)
1. Kelapa Sawit 2.399.172 2.411.820 2.424.545 2.423.761 2.503.565 1,08
2. Kelapa 520.260 516.895 515.168 510.949 422.171 -4,79
3. Karet 505.264 502.906 501.788 491.025 486.367 -0,95
4. Pinang 19.284 19.145 19.156 19.493 19.514 0,30
5. Kakao 6.179 6.368 6.327 6.581 6.323 0,63
6. Gambir 4.848 4.824 4.846 4.846 4.682 -0,86
7. Kopi 5.415 5.713 4.640 4.512 4.547 -3,82
8. Enau 29 22 23 23 17 -11,42
9. Lada 7 6 5 5 1 -27,74
10. Sagu 83.256 83.513 83.691 72.445 73.588 -2,83
Jumlah 3.543.714 3.551.212 3.560.189 3.533.640 3.520.775 -0,16
Produksi (Ton)
1. Kelapa Sawit 7.570.854 7.761.293 7.841.947 7.762.159 7.458.298 -0,34
2. Kelapa 427.080 421.654 421.465 416.212 390.899 -2,16
3. Karet 354.257 367.261 374.901 363.734 355.909 0,16
4. Pinang 8.762 8.597 9.825 10.052 10.493 4,77
5. Kakao 1.552 1.437 1.641 2.877 3.536 26,25
6. Gambir 4.145 4.022 2.770 2.771 2.772 -8,51
7. Kopi 2.603 2.465 2.843 2.853 2.857 2,63
8. Enau 22 22 22 19 21 -0,78
9. Lada 1 1 1 1 0 -25,00
10. Sagu 126.145 340.196 366.032 326.755 339.007 42,58
Jumlah 8.495.421 8.906.948 9.021.447 8.887.433 8.563.792 0,25
Produktivitas (Ton/ha)
1. Kelapa Sawit 3,16 3,22 3,23 3,20 3,43 2,12
2. Kelapa 0,82 0,82 0,82 0,81 1,88 32,72
3. Karet 0,7 0,73 0,75 0,74 1,09 13,25
4. Pinang 0,45 0,45 0,51 0,52 0,83 18,73
5. Kakao 0,25 0,23 0,26 0,44 0,8 39,02
6. Gambir 0,85 0,83 0,57 0,57 0,73 -1,40
7. Kopi 0,48 0,43 0,61 0,63 0,92 20,19
8. Enau 0,76 1 0,96 0,83 1,40 20,68
9. Lada 0,14 0,17 0,2 0,20 0 -15,23
10. Sagu 1,52 4,07 4,37 4,51 7,34 60,27
Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2018
Pada Tabel 2.183 dapat dilihat bahwa luas areal beberapa komoditi perkebunan
mengalami penurunan pada tahun 2017 jika dibandingkan tahun 2016 kecuali kelapa
sawit, pinang, kakao. Komoditi yang mengalami penurunan antara lain kelapa sawit,
kelapa, karet, kopi dan sagu. Penurunan ini disebabkan oleh alih fungsi komoditi
terutama ke komoditi kelapa sawit, serta disebabkan oleh intrusi air laut pada daerah
pasang surut dan adanya kegiatan konservasi daerah pantai. Khusus komoditi kelapa
sawit penurunan luas lahan disebabkan adanya tanaman tua dalam proses replanting.
Produksi untuk beberapa komoditi perkebunan mengalami penurunan seperti
kelapa sawit, kelapa dan karet. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya luas lahan
tanaman tua rusak dan menurunnya produktifitas. Pada komoditi kelapa sawit luas
tanaman tua rusak (TTR) seluas 40.363 ha, kelapa 114.811 ha dan karet 85.039 ha.
Produktivi
Produktivi
tas (kg/ha)
(kg/ha/th)
(kg/ha/th)
Luas (ha)
Luas (ha)
Luas (ha)
No
Produksi
Produksi
Produksi
Kota
(ton)
(ton)
(ton)
tas
tas
1 Kuantan Singingi 126.550 171.591 1,52 1.311 1.010 1,10 140.108 83.652 1,04
2 Indragiri Hulu 56.885 216.218 4,02 1.828 462 0,92 58.627 43.887 1,33
3 Indragiri Hilir 108.777 272.448 3,35 340.773 317.952 1,16 5.653 4.616 1,39
4 Pelalawan 119.616 492.150 4,20 16.933 15.284 1,49 26.792 34.776 1,42
5 Siak 211.568 705.510 3,53 1.548 1.327 1,14 15.659 13.571 1,05
6 Kampar 225.799 532.935 2,59 1.730 418 0,34 89.904 52.279 0,90
7 Rokan Hulu 207.522 649.597 3,96 1.134 474 0,55 56.030 57.181 1,15
8 Rokan Hilir 193.781 515.287 3,27 5.182 4.248 0,65 24,595 22.184 1,05
9 Bengkalis 143.784 213.891 2,02 6.325 3.027 0,64 30.841 17.752 0,84
10 Kep. Meranti - - - 31.653 27.649 1,11 20.636 10.100 0,98
11 Pekanbaru 4.149 2.874 3,71 15 9 0,60 3.085 438 0,56
12 Dumai 38.079 79.326 3,21 1.540 862 0,75 2.443 1.689 1,30
Rakyat 1.436.509 3.851.828 3,15 409.971 372.721 1,15 474.373 342.126 1,08
PBN 104.993 250.133 14,73 - - - 6.013 3.567 2,43
PBS 962.063 3.356.338 38,66 12.200 18.178 2,25 5.981 10.216 3,40
JUMLAH 2.503.565 7.458.298 56,54 422.171 390.899 1,88 486.367 355.909 1,08
Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2018
Ket. na : Data tidak tersedia
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2017 lahan kelapa sawit
yang terluas ada di Kabupaten Rokan Hulu, Kampar dan Siak. Sedangkan komoditi
kelapa yang terluas di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kepulauan Meranti. Jika dilihat
dari proporsi penggunaan lahan perkebunan kelapa sawit Kabupaten Bengkalis
didominasi oleh perkebunan rakyat yang mencapai 79% sedangkan di kabupaten lain
luasan perkebunan rakyat hanya berkisar antara 38-65% sehingga produktivitas kelapa
sawit yang rendah, hal ini disebabkan rendahnya penerapan teknologi budidaya yang
baik dan benar.
Selanjutnya untuk produktivitas komoditi kelapa dalam, dari 3 (tiga) kabupaten
yang merupakan sentra perkebunan kelapa dalam di Provinsi Riau yaitu Kabupaten
Kepulauan Meranti dan Indragiri Hilir masih rendah bila dibandingkan dengan
Kabupaten Pelalawan karena adanya intrusi air laut.
Untuk komoditi karet, produktivitas tertinggi berada di Kabupaten Pelalawan
dan Indragiri Hilir, sedangkan kabupaten yang produktivitasnya masih di bawah 1.000
(kg/ha/tahun) yaitu Kabupaten Kampar, Kepulauan Meranti dan Pekanbaru. Hal ini
lebih disebabkan karena banyaknya tanaman tua rusak (TTR) dan pola budidaya belum
sesuai dengan teknik budidaya yang dianjurkan.
Untuk komoditi kelapa sawit, strategi dan program yang tepat dan terencana
dengan baik harus menjadi prioritas, karena tanpa ini semua maka dikhawatirkan
pemanfaatan sumber daya alam kelapa sawit tidak mencapai nilai yang optimal dan
akan berakhir sama dengan yang terjadi pada komoditas sumber daya alam lainnya yang
secara perlahan mulai ditingggalkan oleh petani dan beralih ke komoditas lainnya.
Keberhasilan strategi pengembangan industri berbasis kelapa sawit
memerlukan integrasi dan koordinasi dari berbagai pemangku kepentingan baik
pemerintah, pelaku usaha terkait, pihak lembaga penelitian dan pengembangan serta
perguruan tinggi serta Lembaga Penelitian dan Pengembangan pemerintah dan swasta
agar semua aspek yang menjadi penentu keberhasilan pengembangan komoditas
tersebut dapat terpenuhi.
Untuk mensinergikan hal tersebut, maka program pemetaan luas lahan
perkebunan kelapa sawit sesuai dengan umur tanaman dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
baik dari aspek jumlah eksisting, kapasitas terpasang serta utilisasi diperlukan untuk
mengetahui secara tepat dan akurat produksi dan rencana kebutuhan pengembangan
produksi dan kebutuhan input kelapa sawit dan PKS.
Laju perkembangan luas lahan perkebunan kelapa sawit dan produksi TBS di
Provinsi Riau yang cukup signifikan telah memacu perkembangan pembangunan pabrik
kelapa sawit (PKS) dapat dilihat pada Tabel 2.185.
Tabel 2.185. Jumlah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Provinsi Riau Tahun 2017
Luas Kebun Kelapa Jumlah PKS Kapasitas
No Kabupaten/Kota
Sawit (Ha) Unit (Ton/Jam)
1 KuantanSingingi 126.550 22 1.005
2 Indragiri Hulu 56.885 23 975
3 Indragiri Hilir 108.777 29 1.350
4 Pelalawan 119.616 35 1.670
5 Siak 211.568 26 1.160
6 Kampar 225.799 36 1.785
7 RokanHulu 207.522 38 1.665
8 RokanHilir 193.781 32 1.325
9 Bengkalis 143.784 16 740
10 Kep. Meranti - - -
11 Pekanbaru 4.149 2 75
12 Dumai 38.079 2 120
RAKYAT 1.436.509 261 11.870
PBN 104.993
PBS 962.063
JUMLAH 2.503.565
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2017
Tabel diatas menunjukan bahwa potensi produksi TBS (Tandan Buah segar)
dengan luas lahan 2.503.565 ha sebesar 50.071.300 ton/tahun dengan asumsi (20
ton/ha/tahun) sedangkan kebutuhan TBS untuk PKS (Pabrik Kelapa Sawit) dengan total
kapasitas 11.870 ton/jam selama 1 (satu) tahun sebesar 71.220.000 ton dengan asumsi
(kapasitas ton TBS/jam x 20 jam/hari x 25 hari x 12 bulan). Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat kekurangan TBS dalam setahun sebesar 21.148.700.
Seharusnya ada sekitar 117 unit PKS tidak bisa operasional karena kekurangan bahan
baku TBS dengan asumsi kebutuhan 180.000 ton/PKS (TBS 30 ton TBS/jam x 20 jam x
25 hari x 12 bulan).
Berdasarkan Tabel 2.186, jika diperhatikan terjadi peningkatan populasi pada
ternak sapi, kerbau, kambing, domba, ayam broiler serta ayam kampung. Peningkatan
populasi terbesar adalah pada ternak domba yang tumbuh sebesar 34,09%, diikuti oleh
ayam kampung sebesar 19,03% serta sapi yang meningkat sebesar 8,32%. Namun bila
dilihat dari sisi produksi pertumbuhan terbesar terjadi pada komoditas ayam boiler
sebesar 17,83%, diikuti oleh domba yaitu sebesar 12,78% serta kerbau yang tumbuh
sebesar 12,42%. Terjadinya peningkatan ini, disamping besarnya peranan program
pemerintah dalam mengembangkan komoditas ini, juga usaha ini cukup menguntungkan.
Untuk populasi itik, terus mengalami penurunan akibat tingginya permintaan/konsumsi
ternak itik terutama untuk kebutuhan hari raya dan hari-hari besar lainnya dibandingkan
pertumbuhan ketersediaan.
lindung, dan hutan produksi. Hutan sebagai salah satu penentu sistem penyangga
kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat, cenderung menurun kondisinya, oleh
karena itu harus dipertahankan secara optimal, dijaga daya dukungnya secara lestari,
dan diurus dengan akhlak yang mulia, adil, arif, bijaksana, terbuka, profesional, serta
bertanggung gugat, sehingga harus diperhatikan kelestariannya.
Luas kawasan hutan Provinsi Riau berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.903/MENLHK/
SETJEN/PLA.2/12/2016 tanggal 7 Desember 2016 adalah ± 5.406.992 hektar. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
hektar, agak kritis seluas 3.009.145,36 hektar dan kritis seluas 1.650.511,09 hektar,
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 2.188. Kerusakan Kawasan Hutan dan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan Kritis di Provinsi Riau Tahun 2013 -2017
Tahun Rata-Rata
No Keterangan Pertumbuhan/
2013 2014 2015 2016 2017 Tahun (%)
Kerusakan
1 Kawasan Hutan 1.536.653,99 1.039.531,17 4.793.369,09 4.219.418,33 4.804.120,30 82,66
dan Lahan
a. Sangat Kritis - - 142.081,57 230.369,93 144.463,85 6,21
b. Agak Kritis - - 2.998.285,94 2.395.814,29 3.009.145,36 1,38
c. Kritis - - 1.653.001,58 1.593.234,11 1.650.511,09 -0,01
Rehabilitasi Hutan
2 95.000,00 152.455,00 158.531,00 151.287,00 na 19,96
dan Lahan Kritis
Sumber: BPS Provinsi Riau, Riau Dalam Angka 2014-2018
Ket. na : Data tidak tersedia
Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau
tahun 2017, luas lahan kritis di dalam kawasan hutan di Provinsi Riau, berturut-turut
dari yang terluas adalah Kabupaten Pelalawan yaitu seluas 241.206,15 ha atau sebesar
14,61% dari total luas lahan kritis dalam kawasan hutan di Provinsi Riau, selanjutnya
berada di Kabupaten Rokan Hilir yaitu seluas 210.138,46 ha atau sebesar 12,73%,
Kabupaten Bengkalis 194.866,86 ha atau 11,80%. Lebih jelasnya luas lahan kritis di
dalam kawasan hutan pada tiap-tiap kabupaten di Provinsi Riau, sebagaimana Tabel
2.189 di bawah ini.
Tabel 2.189. Luas Lahan Menurut Tingkat Kekritisan dan Kabupaten/Kota di
Provinsi Riau, 2017
Luas Lahan Kritis (Ha) Menurut Tingkat Kekritisan
Kabupaten/Kota
Sangat Kritis Agak Kritis Kritis
Kuantan Singingi 22.252,14 98.816,74 62.372,45
Indragiri Hulu 10.958,80 302.642,20 169.527,62
Indragiri Hilir 16.958,94 400.063,23 142,842,31
Pelalawan 85,08 610.509,05 241.206,15
Siak 1.434,09 314.378,23 180.640,29
Kampar 47.061,91 230.616,25 171.110,61
Rokan Hulu 37.317,72 143.310,41 141.242,47
Bengkalis 2.471,31 344.329,28 194.866,86
Rokan Hilir 6.702,35 254.040,58 210.138,46
Kepulauan Meranti 94,52 219.611,96 65.050,21
Pekanbaru - 14.309,27 2.039,18
Dumai - 76.518,18 69.474,47
Provinsi Riau 144.463,85 3.009.145,36 1.650.511,09
Sumber: Dinas Lingkungan Hidupdan Kehutanan Provinsi Riau, 2018
Sedangkan lahan kritis pada kawasan hutan produksi (Hutan Produksi Terbatas,
Hutan Produksi dan Hutan Produksi yang dapat di Konversi) di Provinsi Riau
Gambar 2.88. Peta Kompilasi Bekas Izin Usaha Pertambangan Provinsi Riau
Tahun 2019
Produksi pertambangan Provinsi Riau yang terus diusahakan selama periode
2013-2017 meliputi minyak bumi, gas bumi, dan batu bara. Selama periode ini,
produksi minyak bumi cenderung menurun dengan rata-rata penurunan pertumbuhan
produksi sebesar -8,53% per tahun. Penurunan pertumbuhan produksi ini lebih
dikarenakan jumlah sumur yang tua dan kurang produktif. Produksi pertambangan gas
bumi dan batubara memiliki tren meningkat dengan rata-rata pertumbuhan produksi
meningkat masing-masing sebesar 12,07% dan 53,00% per tahun.
Tabel 2.190. Produksi Hasil Tambang di Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Rata-Rata
Tahun
Jenis Pertumbuhan/
Tambang Tahun
2013 2014 2015 2016 2017 (%)
setara 0,88% dari total produksi minyak mentah Provinsi Riau tahun 2011. Sebagian
besar diekspor dalam bentuk minyak mentah sehingga nilai tambah diperoleh negara
pengimpor. Sebaliknya Provinsi Riau mengimpor hasil minyak sebesar 492,223 ton dari
luar. Oleh karena itu, potensi produksi minyak mentah yang dimiliki Provinsi Riau
seharusnya dapat dikembangkan dengan meningkatkan jumlah dan/atau kapasitas
terpasang pabrik pengolahan minyak mentah yang ada di Provinsi Riau sehingga nilai
produksi minyak akan semakin meningkatkan kontribusinya dalam PDRB Provinsi Riau.
Kondisi pertambangan di Provinsi Riau berdasarkan temuan di lapangan
tentang keberadaan Pertambangan Tanpa Izin (PETI) dan dari informasi yang diperoleh
dari masyarakat, serta data dinas teknis di daerah dan kegiatan penertiban yang
dilakukan oleh kabupaten/kota, bahwa saat ini masih banyak terdapat aktivitas PETI.
Persentase pertambangan tanpa izin dihitung dengan rumus luas penambangan liar yang
ditertibkan dibagi dengan luas PETI tahun sebelumnya.
Temuan di lapangan merupakan spot-spot PETI, diasumsikan setiap spot
memiliki luas 1-2 ha. Data Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dijadikan perkiraan
akan adanya kegiatan PETI. Data untuk Kabupaten Kuantan Singingi dihitung oleh
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kuantan Singingi dengan asumsi memiliki luasan
hingga daerah yang terpengaruh kegiatan PETI. Data PETI merupakan kompilasi
kegiatan dari APBD kabupaten, laporan masyarakat, maupun media internet. Untuk
Kabupaten Kepulauan Meranti dan Rokan Hilir tidak tersedia data PETI. Persentase
pertambangan tanpa izin bisa dihitung untuk yang memiliki data dan dilakukan
penertiban. Mungkin terjadi suatu daerah memiliki PETI tetapi tidak dilakukan
penertiban atau tidak ada informasi mengenai penertiban yang dilaporkan ke Pemda
setempat, sehingga persentasenya tidak dapat dihitung.
Dari Tabel 2.191, terlihat bahwa aktivitas PETI di Provinsi Riau masih cukup
tinggi dan terjadi hampir di seluruh wilayah Provinsi Riau kecuali Kabupaten Rokan
Hilir dan menunjukan tren yang semakin meningkat kecuali di Kabupaten Indragiri
Hilir dan Kabupaten Siak yang sudah menunjukan tren menurun masing sebesar 15,20%
dan 11,51%. Pertumbuhan aktivitas PETI tertinggi terjadi di Kabupaten Bengkalis yaitu
dengan pertumbuhan sebesar 131,22%, diikuti oleh Kabupaten Kampar dan Indragiri
Hulu masing-masing sebesar 76,71% dan 58,10%. Kondisi ini tentunya sangat
memprihatinkan karena aktivitas ini hanya menguntungkan segelintir pihak dan juga
Sedangkan jumlah desa yang sudah terlayani listrik di Provinsi Riau hingga
tahun 2016 baru mencapai 86,06% dan yang belum terlayani 13,94%. Kabupaten yang
belum terlayani listrik yang paling rendah adalah Indragiri Hilir yang desanya tersedia
listrik baru mencapai 39% dan yang belum tersedia listrik sebesar 61%. Jika dilihat rata-
rata desa yang belum teraliri listrik di Provinsi Riau masih terdapat sebanyak 14,27%
dari jumlah desa dan kelurahan yang ada sebanyak 1.829 atau sebanyak 261 desa dan
kelurahan yang belum teraliri listrik dan yang terbanyak di Kabupaten Indragiri Hilir
dari 237 desa masih terdapat 144 desa yang belum teraliri listrik, kemudian diikuti
Kabupaten Kepulauan Meranti dari 101 desa dan kelurahan yang baru dialiri listrik 78
desa dan kelurahan sementara 23 desa lagi belum dialiri listrik.
Wilayah Provinsi Riau yang belum terjangkau sistem interkoneksi kelistrikan
150 KV dilayani oleh 10 Sistem Kelistrikan Lokal (system isolated), dengan total daya
mampu 157.5 MW. Sistem kelistrikan lokal ini pada umumnya melayani daerah
perdesaan, yang disalurkan melalui sistem distribusi 20 kV. Sistem kelistrikan lokal ini
melayani sekitar 20% wilayah Provinsi Riau. Pembangkit listrik untuk sistem
kelistrikan lokal berupa PLTD berbahan bakar solar sebanyak sekitar 70% dan sisanya
PLTMG (Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas) berbahan bakar gas bumi. Kondisi ini
menyebabkan harga pokok produksi listrik yang tinggi. Di sisi lain, pendapatan
masyarakat di perdesaan yang dilayani oleh sistem kelistrikan lokal relatif rendah, yang
berarti kemampuannya terbatas untuk menikmati layanan listrik. Kondisi ini
menyebabkan rasio elektrifikasi di beberapa wilayah di Provinsi Riau masih rendah.
Kualitas layanan listrik untuk masyarakat perdesaan pada saat ini masih di bawah
standar. Hal ini disebabkan oleh tingkat kerapatan penduduk perdesaan yang rendah dan
menggunakan saluran distribusi yang panjang, sehingga secara teknis kurang andal
akibat tingginya kehilangan tegangan dan kehilangan daya pada saluran distribusi.
Pengembangan jaringan transmisi sistem interkoneksi 150 KV di Provinsi Riau
terus diupayakan untuk menghubungkan sistem-sistem kelistrikan isolated di atas.
Namun demikian penyelesaian pembangunan saluran transmisi dan gardu induk 150 KV
tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Dari 1.546 total tower transmisi yang
dibangun sejak tahun 2013, baru dapat diselesaikan sebanyak 350 tower serta
pembangunan Gardu Induk Pembangkit (PLTU Tenayan Raya, PLTU-Tembilahan) dan
Gardu Induk (Pasir Putih, lahan baru untuk tapak tower transmisi), baik karena belum
tercapainya kesepakatan harga dengan pemilik lahan maupun karena permasalahan tata
ruang untuk saluran transmisi yang melewati kawasan hutan.
Kondisi rasio ketersediaan listrik Provinsi Riau dari tahun 2012 sampai dengan
tahun 2016, digambarkan pada Tabel 2.194. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rasio
ketersediaan daya listrik di Provinsi Riau sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2016
terus meningkat. Ratio ketersediaan listrik tahun 2012 baru 70,62 % dan pada Tahun
2016 sudah mencapai angka 98,81%, dengan rata-rata pertumbuhan 7% per tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa pembangunan bidang kelsitrikan di Provinsi selama 5 tahun
terakhir cukup berhasil dan menggembirakan. Sementara itu rasio ketersediaan daya
listrik per kabupaten/ota tidak bisa dihitung karena tidak semua kabupaten/kota yang
memiliki sumber pembangkit/gardu induk sendiri, sehingga tidak diketahui rasio
ketersediaan daya pada setiap Kab/Kota.
Tabel 2.194. Rasio Ketersediaan Daya Listrik Tahun 2012-2016
Provinsi Riau
Tahun Pertumbuhan/Tahun
Rasio
2012 2013 2014 2015 2016 (%)
Ketersediaan
70,62 76,93 82,15 88,56 98,81 7,00 %
Daya Listrik
miliar USD, hal ini mencerminkan telah membaiknya harga komoditas dan permintaan
negara-negara mitra dagang.
Tabel 2.195. Ekspor Bersih Perdagangan Provinsi Riau
(Migas dan Non Migas)
7) Area fasilitas prasarana dan sarana penunjang kawasan meliputi badan jalan,
drainase dan sanitasi lingkungan, jaringan TIK, pengolahan air bersih,
pengolahan air limbah, jaringan listrik, pengolahan sampah sebesar 170 ha.
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan. Para ekonom menganggap bahwa sektor industri yang kuat
menjadi tanda perekonomian berfungsi dengan baik dengan PDB (Produk Domestik
Bruto) yang tinggi dan kualitas hidup yang tinggi. Perkembangan sektor industri dalam
kurun waktu tahun 2013-2017, terjadi peningkatan, terutama dari sisi unit usaha,
jumlah serapan tenaga kerja, namun terjadi penurunan di sisi nilai tambah dan output,
sebagaimana tertera pada Tabel 2.197.
Tabel 2.197. Perkembangan Sektor Industri di Provinsi Riau
Tahun 2013-2017
Tahun
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017
Unit Usaha 217 219 250 8.628 9.063
Tenaga Kerja (Org) 64.002 61.002 69.754 32.613 33.955
Nilai Output (Rp) 223.553.742.033 215.874.357.150 229.872.381.591 1.476.038.578.000 1.763.223.379.000
Nilai Tambah (Rp) 55.799.271.875 108.722.504.166 97.464.507.488 591.530.893.000 875.131.946.000
NO/Tenaga Kerja 3.492.918 3.511.979,52 3.295.472.40 557.990.000 650.051.000
NT/Tenaga Kerja 871.836 1.768.765.93 1.397.260.48 215.464.000 318.697.000
Sumber: Dinas Perindustrian Provinsi Riau Tahun 2018
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah
dalam satu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik
atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya
merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap
tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan
jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga berlaku pada suatu tahun tertentu
sebagai dasar.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju ditopang oleh sektor industri yang
maju, dengan demikian Provinsi Riau harus mengalihkan sektor pertambangan dan
penggalian yang selama ini menjadi primadona ke sektor industri. Ini terlihat dari tabel
di bawah ini bahwa pertumbuhan sektor industri terus mengalami peningkatan.
tahun 2014 hingga tahun 2018 sudah semua kabupaten/kota dan provinsi yang
mempunyai Perkada RKPD.
Tabel 2.202. Ketersediaan Dokumen Perencanaan (RPJPD, RPJMD, RKPD)
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2014-2018
Periode RKPD
No Kabupaten/kota RPJPD
RPJMD 2014 2015 2016 2017 2018
1 Kuantan Singingi 2016-2021
2 Indragiri Hulu 2016-2021
3 Indragiri Hilir 2013-2018
4 Pelalawan 2016-2021
5 Siak 2016-2021
6 Kampar 2017-2022
7 Rokan Hulu 2016-2021
8 Rokan Hilir 2016-2021
9 Bengkalis 2016-2021
10 Kep, Meranti 2016-2021 - -
11 Pekanbaru 2017-2022
12 Dumai 2016-2021
Provinsi Riau 2005-2025 2014-2019
Sumber: Bappeda Provinsi Riau, 2019
Dari tabel di atas, terlihat ada penurunan total pendapatan pada tahun 2016 dari
tahun 2015, penurunan ini disebabkan oleh turunnya realisasi Pendapatan Asli Daerah
dari tahun 2015 ke tahun 2016. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya daya beli
masyarakat, sehingga menyebabkan menurunnya pembayaran pajak masyarakat ke
daerah. Disamping itu juga kesadaran masyarakat dalam membayar pajak masih rendah.
Opini BPK terhadap laporan keuangan Provisi Riau dari tahun 2013 sampai
tahun 2017 dengan konsisten Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Predikat WTP ini
adalah opini audit yang diberikan terhadap laporan keuangannya memberikan informasi
yang bebas dari salah saji material. Untuk mempertahankan Opini WTP ini, masih ada
beberapa catatan pada tahun 2017 yang harus dibenahi yaitu masih adanya alokasi
anggaran untuk kegiatan yang bukan kewenangan provinsi, proses penganggaran yang
tidak sesuai dengan Peraturan Gubernur dan kelebihan kontrak pengadaan barang dan
jasa.
Tabel 2.206. Pejabat PNS di Provinsi Riau yang Telah Mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Struktural Tahun 2014-2017
TAHUN
URAIAN
2014 2015 2016 2017
PIM I 1 1 2 4
PIM II 58 62 75 79
PIM III 326 354 370 400
PIM IV 465 495 495 525
Jumlah pejabat PNS yang telah mengikuti diklat 850 912 942 1008
structural
Jumlah total jabatan 1.099 1.186 1.229 1.180
Persentase Pejabat PNS yang telah mengikuti
pendidikan dan pelatihan struktural 77,34% 76,90% 76,65% 85,42%
Sumber : BKD Provinsi Riau, 2018
TAHUN
NO URAIAN
2014 2015 2016 2017
4 Apoteker - - - -
5 Arsiparis - - 2 4
6 Asisten Apoteker - - - -
7 Assessor SDM Aparatur - - - -
8 Auditor - - 1 2
9 Auditor Kepegawaian 5 - - -
10 Bidan - - - -
11 Dokter - - - -
12 Dokter Gigi - - - -
13 Dokter Pendidik Klinis - - - -
14 Fisikawan Medis - - - -
15 Fisioterapis - - - -
16 Guru - - - -
17 Inspektur Ketenagalistrikan - - - 3
18 Instruktur - - - -
19 Mediator Hubungan Industrial - - - -
20 Medik Veteriner - - - -
21 Nutrisionis - - - -
22 Pamong Budaya - - - -
23 Paramedik Veteriner - - - -
24 Pekerja Sosial - - - -
25 Peneliti - - - -
26 Penera - - - -
27 Pengantar Kerja - - - -
28 Pengawas Benih Tanaman - - - -
29 Pengawas Bibit Ternak - - - -
30 Pengawas Ketenagakerjaan - - - -
31 Pengawas Mutu Pakan - - - -
32 Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan - - - -
di Daerah (P2UPD)
33 Pengendali Ekosistem Hutan - - - -
34 Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan - - - -
35 Penguji Kendaraan Bermotor - - - -
36 Penguji Mutu Barang - - - -
37 Penyuluh Kehutanan - - - -
38 Penyuluh Perikanan - - - -
39 Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan - - - -
40 Penyuluh Pertanian - - - -
41 Penyuluh Sosial - - - -
42 Perawat - - - -
43 Perawat Gigi - - - -
44 Perekam Medis - - - -
45 Perekayasa - - 5 3
46 Perencana - 22 20 20
47 Polisi Kehutanan - - - -
48 Pranata Hubungan Masyarakat - - - -
49 Pranata Komputer - - - 3
50 Pranata Laboratorium Kesehatan - - - -
51 Pranata Laboratorium Kesehatan - - - -
52 Pustakawan - - - -
53 Radiografer - - - -
54 Statistisi - - - -
55 Teknik Elekromedis - - - -
TAHUN
NO URAIAN
2014 2015 2016 2017
56 Widyaiswara - - - 1
57 Empidemilogi - - - 1
58 Pengelola PJB - - - 5
59 Penata Ruang - 4 2 -
60 Subtantif Pengawas Pemerintah - - 2 -
61 Sanitarian - - - -
Jumlah ASN yang mengikuti pendidikan dan pelatihan
formal 10 26 52 54
Jumlah Total ASN 7.919 8.058 7.969 16.733
Persentase ASN yang mengikuti pendidikan dan pelatihan
formal fungsional 0,13% 0,32% 0,65% 0,32%
Sumber : BKD Provinsi Riau, 2018
kebijakan maupun pelaksana. Berikut dapat disajikan koruptor berstatus ASN peringkat
berdasarkan daerah di Indonesia.
beberapa rencana aksi dalam setiap kegiatan untuk mewujudkan pemerintahan yang
handal, transparan dan bebas dari praktek korupsi di bumi Melayu ini.
LUAS TERKENA
NO. ABRASI KERUSAKAN
ABRASI
1. Abrasi Sungai ± 7 km JL. Umum di Kampung Baru yang
Gayung Kiri sudah hilang sekitar 600 m
JL. Baru yang semensasi ± 350 m dari
bibir pantai
Klenteng yang terletak ± 10 m dari
daerah Abrasi
Jarak rumah dari daerah Abrasi sekitar
± 200 m
2. Abrasi Tanjung Luas Terkena Abrasi ± 800 Fasilitas Umum dan milik masyarakat
Pisang m, Panjang Pantai 3 km yang rusak dan hilang
Kelapa dan sagu ± 15 ha
JL. Teluk Pisang ± 500 m jarak dari
daerah Abrasi 30 m
Lapangan Sepak Bola ± 50 m dari
daerah Abrasi
3. Abrasi Pantai Luas Terkena Abarasi 3,5 Kebun kelapa di Dusun III ± 50 ha
Tanjung Samak m ± 100 m 15000 M
kebun kelapa di Dusun II ± 150 ha
JL. Famili dan Ponorogo Rusak berat
4. Abrasi Pantai Luas Terkena Abrasi ± 600 Jumlah KK yang terancam ± 10 rumah
Mengkirau m RT 03
Jembatan Pelabuhan ± 200 m runtuh
lagi
Rumah nelayan, jalan menuju
pelabuhan
musolla hampir jarak ± 100 m dari
daerah Abrasi
5. Abrasi Pantai Luas Terkena Abrasi ± 600 Kebun Kelapa ± 10 ha
Mengkopot m kebun Sagu Kira-kira ± 300 M lagi
Bakau tidak mampu lagi menahan
Gelombang, Terjadi Abrasi ± 10 m /
Tahun
6. Abrasi Pantai Luas Terkena Abrasi ± 3 m Kebun Kelapa ± 300 ha
Tanjung Bakau Rumah yang di relokasi ± 3 Rumah
Jalan Pelabruhan Runtuh
Gudang Padi Hampir Runtuh
7. Abrasi Pantai Luas Terkena Abrasi ± 7 Kebun Kelapa ± 800 ha
Tanjung Medang km Rumah yang runtuh sudah banyak
PBB sudah tidak ada lagi tanahnya
8. Abrasi Pantai Luas Terkena Abrasi ± 1 Fasilitas umum dan milik masyarakat
Mekong km yang hilang Jebatan Nelayan
Kebun Rakyat ± 50 ha
9. Abrasi Pantai Alai Luas Terkena Abrasi ± 900 Banyak fasilitas umum dan milik
m masyarakat yang terancam rusak
Beberapa hektar tergerus Abrasi
sebelum di bangun Turap pada tahun
2010
10. ABRASI PANTAI - Banyak Fasilitas umum dan milik
BANTAR masyarakat yang rusak dan hilang
Rumah yang di relokasi, Jalan
pelabuhan runtuh
LUAS TERKENA
NO. ABRASI KERUSAKAN
ABRASI
turap hampir runtuh
11. Abrasi Teluk Buntal Luas Terkena Abrasi ± 2 Dermaga masyarakat rusak
km Perkebunan dan ladang rusak dan
hilang
12. Abrasi Pantai Kedabu Luas Terkena Abrasi ± 4 Kebun Kelapa ± 30 ha
Rapat km Rumah 5 unit hancur
Lapangan sudah habis
13. Abrasi Pantai Permai - Perkebunan masyarakat ± 40 ha
Rumah yang sudah runtuh ± 30 unit
rumah
14. Abrasi Pantai Luas Terkena Abrasi ± 4 Kebun kelapa yang rusak dan hilang
Tenggayun Raya km Rumah yang di relokasi
Jalan Pelabuhan yang runtuh
Tempat beribadah orang cina runtuh
15. Abrasi Pantai Bungur - Kebun Kelapa banyak yang rusak dan
hilang
Kerusakan jembatan, rumah, dan jalan
mangrove
16. Abrasi Pantai Luas Terkena Abrasi : Jalan parit satu, tempat ibadah
Tanjung Gemuk Dusun I ± 1.800 m Dusun (viahara)
II ± 2.500 m Dusun III ± Perkebunan kelapa, perumahan nelayan
2.700 m (Elong), Tanah Perkuburan
17. Abrasi Pantai Centai Luas Terkena Abrasi ± Kebun sagu masyarakat hilang 15 ha
3000 m Rumah sudah di evaluasi 10 rumah
Jalan pantai centai rusak dan hilang
lapangan bola kaki, musholla, dan
rumah ± 100 m lagi dari Abrasi
18. Abrasi Pantai Luas Terkena Abrasi: Pemukiman masyarakat yang rusak dan
Telesung Dusun I ± 700 m hilang
Dusun II ± 350 m Rumah ibadah, kuburan dusun II dan
Dusun III ± 4000 m Kuburan Dusun III
19. Abrasi Pantai Kuala Luas Terkena Abrasi ± 3 Jalan Umum putus
Merbau km Kebun karet masyarakat hilang dan
rusak
20. Abrasi Pantai Sonde Luas Terkena Abrasi ± 4,5 Kebun sagu dan Kebun kelapa yang
km rusak dan hilang
Jalan Rangsang tenggelam ± 500 m
Jembatan planto orang pelaut ± 100 m
Sekolah SD 1 sonde sudah di evaluasi
pindah
21. Abrasi Pantai Luas Terkena Abrasi : Jembatan pelabuhan dusun III
Tanjung Bunga Dusun I ± 1,2 km² Perumahan masyarakat nelayan Dusun
Dusun II ± 2,1 km² III dan Dusun II
Dusun III ± 1,8 km² Perkebunan masyarakat Dusun II dan
Dusun III
22. Abrasi Pantai Tanah - Sekolah Dasar (SD)
Merah Lapangan Sepak Bola
Tanah Masyarakat
23. Abrasi Pantai Luas Terkena Abrasi ± Kebun sagu masyarakat hilang 15 ha
Tanjung Kedabu 3000 m rumah sudah di evaluasi 10 rumah
Jalan pantai centai rusak dan hilang
Lapangan bola kaki, musholla dan
rumah ± 100 m lagi dari Abrasi
LUAS TERKENA
NO. ABRASI KERUSAKAN
ABRASI
24. Abrasi Pantai Topang - Lapangan bola kaki sudah hilang sudah
hilang di Dusun Cinta Damai
Rumah sudah banyak yang relokasi
sendiri
Perkuburan ± tinggal 80 M dari Abrasi
di Dusun Cinta Damai
25. Abrasi Pantai Kundur Luas Terkena Abrasi : Jembatan Sidosari terkena Abrasi
Dusun I Pelayar ± 2 km Perkebunan, Perumahan Rusak
Dusun II Sido Sari ± 1 km
26. Abrasi Pantai Sungai Luas Terkena Abrasi ± 300 Kebun Sagu masyarakat hilang 15 ha
Tengah m Rumah sudah di evaluasi 10 rumah
Jalan pantai centai rusak dan hilang
Lapangan bola kaki, musholla dan
rumah ± 100 m lagi dari Abrasi
27. Abrasi Pantai Luas Terkena Abrasi ± Kebun Sagu masyarakat hilang 15 ha
Tanjung Gemuk 3000 m Rumah sudah di evaluasi 10 rumah
Jalan pantai centai rusak dan hilang
Lapangan bola kaki, musholla dan
rumah ± 100 m lagi dari Abrasi
28. Abrasi Tanjung Luas Terkena Abrasi ± 3 Demaga masyarakat yang rusak dan
Gadai km hilang
Perkebunan dan Pertanian terkena
banjir
Pintu air untuk persawahan rusak dan
Turap Dermaga
29. Abrasi Pantai Anak Luas Terkena Abrasi ± 3 Kebun masyarakat hilang
Setatah km Perkebunan dan Rumah yang rusak
30. Abrasi Pantai Luas Terkena Abrasi ± Jalan, Jembatan, Sekolah dan Fasilitas
Belitung 3000 m Umum lain nya yang rusak
depan SD 15, Sekolah SMP dan Kantor
Lurah Teluk Belitung
Sumber : BPBD (2018)
Abrasi yang terjadi di sejumlah wilayah Provinsi Riau dapat mengakibatkan
kerusakan jalan, rumah, fasilitas umum, perkebunan, jembatan, dermaga dan lainnya
sehingga diperlukan perhatian dari Pemerintah Provinsi Riau, Pemerintah
kabupaten/kota setempat dan masyarakat untuk mengurangi dampak abrasi yang
disebabkan oleh air laut maupun sungai ini. Luas daerah yang terkena abrasi ada yang
hingga 4 km.
Tingginya tingkat kerusakan ini disebabkan penyebaran pemukiman penduduk
di Provinsi Riau berada di daerah sepanjang aliran 4 sungai besar tersebut. Dalam
rangka membantu meringankan beban masyarakat yang terdampak oleh bencana banjir
tersebut, Pemerintah Provinsi Riau melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) memberikan bantuan berupa beras, dimana bantuan tersebut sangat bervariasi
sesuai dengan kondisi bencana dan ketersediaan anggaran yang ada. Bantuan terbanyak
diberikan pada tahun 2016, yaitu sebesar 40.000 kg dan yang terendah pada tahun 2015
sebanyak 2.700 kg. Khusus untuk tahun 2016 kondisi bencana alam banjir di Provinsi
Riau, sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.212. Bencana Alam Banjir Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Riau Tahun 2016
Korban (Jiwa) Rumah (Unit) Bantuan
Kabupaten/
No Frekuensi Beras
Kota Mati Menderita Hancur Rusak (Kg)
1 Kuantan Singingi - - - - - -
2 Indragiri Hulu 8 - 6.808 - 341 -
3 Indragiri Hilir - - - - - -
4 Pelalawan 5 - 11.360 - 568 -
5 Siak - - - - - -
6 Kampar 4 - 66.788 - 3.339 -
7 Rokan Hulu 6 - 27.312 - 1.365 -
8 Bengkalis - - - - - -
9 Kep, Meranti - - - - - -
10 Rokan Hilir - - - - - -
11 Pekanbaru - - - - - -
12 Dumai - - - - - -
Total - 112.268 - 5.613 40.000
Sumber: BPBD Provinsi Riau 2016
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa data pada tahun 2017 secara
keseluruhan mengalami penurunan yang drastis dari 4 (empat) tahun terakhir, dimana
pada tahun 2014 tercatat sebanyak 11.272 hotspot. Hal ini juga berdampak terhadap
kondisi udara di Provinsi Riau yang bebas asap pada tahun 2017. Dan ini merupakan
keberhasilan tersendiri bagi Provinsi Riau.
Nilai akuntabilitas Provinsi Riau dari tahun 2015 sampai tahun 2017
menunjukkan peningkatan, dimana tahun 2015 dengan predikat CC, naik menjadi B
pada tahun 2016 atau dengan nilai 60,62. Walaupun tahun 2017 masih dengan predikat
B, namun secara nilai mengalami peningkatan dari 60,62 menjadi 66,50 dengan nilai
masing-masing komponen perencanaan kinerja sebesar 21,32, pengukuran kinerja 15,15,
pelaporan kinerja 10,39, evaluasi internal 6,94 dan capaian kinerja 12,71. Nilai 66,50
tahun 2017 ini menunjukkan bahwa tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan
TAHUN
INDIKATOR
2013 2014 2015 2016 2017
Indeks Reformasi Birokrasi Provinsi Riau dari tahun 2015 sampai tahun 2017
menunjukkan peningkatan, dimana tahun 2015 dengan nilai 37,66, naik menjadi 52,88
pada tahun 2016 dan naik kembali menjadi 59,73 pada tahun 2017. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk usaha yang dilakukan pemerintah daerah telah dapat
meningkatkan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik, berintegrasi,
berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera,
berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara,
namun masih memerlukan perbaikan dan peningkatan untuk kedepannya agar dapat
menciptakan pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu
menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen pemerintahan
yang demokratis.
3 Rasio (Juta Rp/RT) 108,68 118,44 132,75 145,91 154,61 162,05 8,35
4 Rasio (Juta Rp/Kapita) 24,56 28,42 31,86 35,02 37,11 38,90 9,71
3 Rasio (Juta Rp/RT) 92,47 90,57 94,58 97,76 100,52 102,61 2,13
4 Rasio (Juta Rp/Kapita) 20,89 21,73 22,7 23,46 24,13 24,63 3,35
Sumber: BPS Provinsi Riau (PDRB Menurut Pengeluaran 2012-2017 dan Riau Dalam Angka, 2012-2018 dan Olahan)
dan Rp 32,00 juta/kapita/tahun atau 17,59% per kapita/tahun lebih rendah dari
Provinsi Riau.
Sementara itu pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan harga konstan
per kabupaten kota tahun 2017 menunjukkan bahwa Kota Pekanbaru masih
merupakan wilayah yang pengeluaran konsumsi rumah tangga tertinggi di
Provinsi Riau sebesar Rp 129,37 juta/RT/Tahun dan Rp 30,81 juta/kapita/tahun
atau lebih tinggi dari pengeluaran konsumsi RT/tahun provinsi Riau sebesar 27,32
juta/RT/tahun atau 26,78% dari pengeluaran konsumsi per kapita/tahun Provinsi
Riau. Sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga terendah pada harga
konstan per kabupaten kota tahun 2017 adalah Kabupaten Pelalawan dimana
pengeluaran konsumsi sebesar Rp 75,25 juta/RT/Tahun dan Rp19,06
juta/kapita/tahun dan masing-masing lebih rendah 26,26% dan 21,75% dari
Provinsi Riau.
Tabel 2.218. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (RT)
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2017
PDRB Harga Berlaku PDRB Harga Konstan
(Rupiah) (Rupiah)
Kabupaten/ Kota Jumlah RT Total Rp/ Total Rp/
Rp/RT Rp/RT
Pengeluaran Kapita Pengeluaran Kapita
(Juta) (Juta)
RT (Milyar) (Juta) RT (Milyar) (Juta)
Kuantan Singingi 80.554 12.833.168,28 159,31 39,95 8.132.887,23 100,96 25,32
Indragiri Hulu 103.300 15.369.134,83 148,78 36,09 10.179.669,43 98,54 23,90
Indragiri Hilir 176.645 26.297.564,31 148,87 36,41 16.964.516,49 96,04 23,49
Pelalawan 111.154 12.926.670,46 116,30 29,46 8.364.010,02 75,25 19,06
Siak 112.298 17.897.397,41 159,37 38,45 10.628.219,05 94,64 22,84
Kampar 199.793 33.239.400,00 166,37 39,93 20.879.400,00 104,51 25,08
Rokan Hulu 157.319 20.521.440,00 130,44 32,00 12.987.390,00 82,55 20,25
Bengkalis 130.667 25.190.350,00 192,78 45,06 15.377.200,00 117,68 27,50
Rokan Hilir 156.321 21.884.920,00 140,00 32,20 13.735.220,00 87,87 20,21
Kep. Meranti 41.164 6.332.775,63 153,84 34,55 4.192.833,41 101,86 22,87
Pekanbaru 259.849 55.386.047,18 213,15 50,76 33.616.297,91 129,37 30,81
Dumai 69.241 10.690.420,00 154,39 35,92 7.121.370,00 102,85 23,93
Riau 1.589.305 258.569.288,10 162,69 38,84 162.179.013,54 102,04 24,36
Sumber: BPS Provinsi Riau (PDRB Provinsi Riau 2017, Riau Dalam Angka, 2018 dan Olahan)
Tabel 2.219. Perkembangan Konsumsi Non Pangan Per Rumah Tangga (RT)
dan Per Kapita/Tahun Provinsi Riau Tahun 2012 – 2017
Tahun
Pertumbuhan/
No Uraian Tahun (%)
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Rasio (Juta
3 63,92 68,66 77,66 83,85 87,14 90,55 7,27
Rp/RT)
Rasio (Juta
4 14,44 16,48 18,64 20,12 20,92 21,74 8,61
Rp/Kapita)
B Harga Konstan (Milyar Rupiah)
Total
1 70.116,38 75.893,89 81.884,30 85.397,06 88.754,15 92.330,69 5,68
Pengeluaran RT
2 Jumlah RT 1.328.461 1.447.823 1.485.232 1.522.673 1.560.436 1.598.305 3,80
Rasio (Juta
3 52,78 52,42 55,13 56,08 56,88 57,77 1,84
Rp/RT)
Rasio (Juta
4 11,93 12,58 13,23 13,46 13,65 13,87 3,08
Rp/Kapita)
Sumber: BPS Provinsi Riau (PDRB Menurut Pengeluaran dan Riau Dalam Angka, 2012-2017 dan
Olahan)
RT/tahun dan 54,24% dari pengeluaran konsumsi non pangan per kapita/tahun
Provinsi Riau. Sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga non pangan
terendah pada harga berlaku per kabupaten kota tahun 2017 adalah Kabupaten
Pelalawan dimana pengeluaran konsumsi non pangan rumah tangganya lebih
rendah 7,43% per RT/tahun dan 13,14% per kapita/tahun lebih rendah dari
Provinsi Riau.
Sementara itu pengeluaran konsumsi rumah tangga non pangan pada
harga konstan per kabupaten kota tahun 2017 menunjukkan bahwa Kampar
merupakan wilayah yang pengeluaran konsumsi rumah tangga non pangan
tertinggi di Provinsi Riau sebesar Rp 87,60 juta/RT/tahun dan Rp 21,03
juta/kapita/tahun atau lebih tinggi 52,12% dari pengeluaran konsumsi non pangan
RT/tahun dan 52,56% dari pengeluaran konsumsi non pangan per kapita/tahun
Provinsi Riau. Sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga non pangan
terendah pada harga konstan per kabupaten kota tahun 2017 adalah di Kabupaten
Pelalawan dimana pengeluaran konsumsi non pangan rumah tangganya lebih
rendah 30,85% per RT/tahun dan 26,80% per kapita/tahun lebih rendah dari
Provinsi Riau.
Tabel 2.220. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Rumah Tangga (RT)
dan Per Kapita/Tahun Menurut Kabupaten Kota Se Provinsi Riau
Tahun 2017
PDRB Harga Berlaku PDRB Harga Konstan
(Rupiah) (Rupiah)
Kabupaten/ Jumlah
Rp/ Rp/
Kota RT Total Pengeluaran Rp/RT Total Pengeluaran Rp/RT
Kapita Kapita
RT (Milyar) (Juta) RT (Milyar) (Juta)
(Juta) (Juta)
Kuantan Singingi 80.554 6.882.479,99 85,44 21,43 4.417.123,33 54,83 13,75
Indragiri Hulu 103.300 8.926.393,51 86,41 20,96 5.912.352,00 57,23 13,88
Indragiri Hilir 176.645 15.867.950,30 89,83 21,97 10.236.389,25 57,95 14,17
Pelalawan 111.154 6.840.794,01 61,54 15,59 4.426.234,10 39,82 10,09
Siak 112.298 9.618.581,70 85,65 20,67 5.747.394,88 51,18 12,35
Kampar 199.793 27.861.265,08 139,45 33,47 17.501.113,08 87,60 21,03
Rokan Hulu 157.319 10.855.841,76 69,01 16,93 6.870.329,31 43,67 10,71
Bengkalis 130.667 13.611.100,00 104,17 24,35 8.461.120,00 64,75 15,13
Rokan Hilir 156.321 12.001.690,13 76,78 17,66 7.532.394,65 48,19 11,08
Kep. Meranti 41.164 3.455.015,44 83,93 18,85 2.299.161,51 55,85 12,54
Pekanbaru 259.849 31.431.581,77 120,96 28,81 19.077.249,06 73,42 17,48
Dumai 69.241 5.874.385,79 84,84 19,74 3.913.192,82 56,52 13,15
Riau 1.589.305 153.227.079,48 96,41 23,01 96.394.053,99 60,65 14,48
Sumber: BPS Provinsi Riau (PDRB Kabupaten Kota Provinsi Riau Menurut Pengeluaran, 2012-
2016)
tingginya biaya logistik sehingga berakibat pada indeks yang dibayar oleh petani
lebih tinggi dari pada yang diterima.
bekerja pada sektor tersebut mengalami penurunan dari 47.538 orang pada tahun
2013 menjadi 22.248 orang pada tahun 2017 atau turun sebesar 53,02%.
Produktivitas tertinggi dari tahun 2013-2017 masih didominasi oleh
sektor pertambangan dan penggalian, dan diikuti oleh sektor pengolahan. Pada
sektor industri pengolahan juga terjadi peningkatan jumlah penyerapan tenaga
kerja dari 163.894 orang pada tahun 2013 meningkat menjadi 169.642 orang pada
tahun 2017. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan struktur ekonomi
masyarakat dari sektor primer menjadi sektor sekunder. Upaya ke arah
pengembangan sektor sekunder dan tersier harus terus dilakukan melalui
peningkatan daya saing SDM yang didukung oleh pembangunan infastruktur dan
sarana dan prasarana ekonomi.
Produktivitas wilayah sektor industri pengolahan tidak sepenuhnya
ditunjang oleh perbaikan kinerja dari sektor tersebut, akan tetapi terjadi penurunan
sektor lain khususnya pertambangan dan penggalian akibat dari penurunan harga
komoditas utama tersebut sehingga berakibat pada menurunnya minat investasi
pada sektor tersebut. Oleh karena itu dengan tetap mengandalkan sektor
perekonomian ini dalam jangka panjang tanpa adanya perbaikan pengelolaan
sumberdaya baik pada sektor primer, sekunder dan tersier bukanlah kebijakan
yang tepat. Oleh karenanya upaya pengembangan sektor-sektor yang bersifat
renewable resources perlu digalakkan seperti sektor pertanian dan industri
pengolahan dengan mengarah pada produk akhir. Lebih lanjut dari Tabel 2.222
produktivitas wilayah dari tahun 2013-2017 dapat dilihat kinerja masing-masing
sektor.
Tabel 2.222. Perkembangan Produktivitas Pekerja Sektoral Provinsi Riau Tahun 2013 – 2017
Tahun
Lapangan Usaha PDRB Harga Konstan 2010
2013 2014 2015 2016 2017
Pengadaan Air, Listrik dan Gas, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 16,41 17,36 19,10 17,74 19,80
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 77,00 78,81 87,44 71,66 89,59
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 20,13 21,20 14,86 19,03 14,70
Jasa Keuangan, Asuransi dan Real Estate 116,62 120,71 148,91 111,26 142,36
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 64,82 64,79 60,78 57,62 56,20
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 19,28 20,57 22,00 19,43 21,50
Tabel 2.223. Perkembangan Produktivitas Pekerja Perwilayah KabupatenKota dan Provinsi Riau Tahun 2017
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Kota Produktivitas Produktivitas
Harga Konstan
Harga Berlaku Pekerja Harga Pekerja Harga
2010
Berlaku Konstan 2010
Kuantan Singingi 29.517.010 215,83 21.583.840 157,82
Sumber: BPS Provinsi Riau (Riau Dalam Angka, 2017) Data Olahan 2018
Gambar 2.98. Produktivitas (PDRB Dengan Migas Terhadap Pekerja)
Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2017
penurunan hingga LDR sebesar 88,61% lebih rendah dari standar ketentuan Bank
Indonesia sebesar 94%. Penurunan rasio LDR Provinsi Riau lebih cepat
dibandingkan nasional, dimana hal tersebut dapat dilihat dari persamaan regresi
dengan elatisitas -5,504. Sementara elastisitas LDR BPR nasional hanya -0,1551.
ciri khas dan karakteristik yang menempel sesuai dengan sumberdaya manusia,
struktur alam, dan letak geografisnya. Untuk mengetahui potensi ekonomi suatu
daerah berdasarkan sektor maka dihitung bagaimana dan seberapa besar
sumbangan masing-masing sektor tersebut terhadap PDRB dan kemampuan
masing-masing sektor tersebut dalam menyerap tenaga kerja. Sektor yang mampu
memberikan sumbangan terbesar dan sekaligus juga sebagai sektor yang dapat
melakukan penyerapan tenaga kerja tertinggi, akan menjadi potensi sebagai sektor
ekonomi unggulan (ekonomi basis) daerah tersebut.
Gambar 2.102. Nilai SLQ dan DLQ Sektoral di Provinsi Riau, 2017
2.4.8. Kriminalitas
Kriminalitas merupakan suatu permasalahan yang dihadapi oleh setiap
daerah terutama dalam meningkatkan pembangunan yang sangat bergantung
terhadap besar kecilnya hambatan dari kriminalitas. Peran aktif dan dukungan
pemerintah serta masyarakat akan optimal jika angka kriminalitas dapat ditekan
serendah-rendahnya. Dampak dari tingginya angka kriminalitas menyebabkan
banyaknya kerugian yang ditimbulkan baik itu kerugian ekonomi/materil, fisik,
moral dan psikologis. Upaya dalam menciptakan keamanan dan ketertiban dalam
masyarakat merupakan perwujudan stabilitas pembangunan.
Tahun Pertumbuhan/
No Kriminalitas
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Tahun (%)
1 Jumlah Kasus 5.732 6.036 6.629 6.885 5.407 5.483 4.774 -2,33
2 Jumlah Penduduk 5.726.241 5.879.109 6.033.268 6.188.442 6.344.402 6.500.971 6.657.900 2,54
Angka Kriminalitas
3 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 -
(1) / (2)
Sumber: BPS Provinsi Riau (Riau Dalam Angka Tahun 2011-2015) dan Bagdal Ops Roops
Polda Riau
yaitu sebanyak 680.400 orang dan 626.700 orang yang lebih banyak
membutuhkan pendidikan.
Untuk usia yang tidak produktif (>65 tahun), lebih banyak pada
kelompok usia 65-69 tahun yaitu sebanyak 91.300 orang, dan kelompok usia 70-
74 tahun sebanyak 55.400 orang dan 75+ sebanyak 53.200 yang sudah termasuk
kelompok manula yang butuh pemeliharaan kesehatan.
2.5 Evaluasi Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2014-2019
2.5.1 Evaluasi Sasaran Kepala Daerah
Misi 1 : Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur
Misi 5 : Mewujudkan Pemerintahan Yang Handal dan Terpercaya Serta Pemantapan Kehidupan Politik
ASPEK/FOKUS Interpretasi
Capaian Kinerja
belum tercapai
No BIDANG URUSAN/ INDIKATOR
Standar (<), sesuai (=),
KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 2015 2016 2017 melampaui (>)
(Target RPJMD)
ASPEK/FOKUS Interpretasi
Capaian Kinerja
belum tercapai
No BIDANG URUSAN/ INDIKATOR
Standar (<), sesuai (=),
KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 2015 2016 2017 melampaui (>)
(Target RPJMD)
penduduk)
b. Angka Kesakitan Malaria (per 1000 0.14 0.1 0.15 0 0.15 Sesuai
penduduk)
6 Jumlah Gedung Kesenian 6 6 6 0 6 Sesuai
7 Ketenagakerjaan
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja /TPAK 63.31 63.22 66,25 64 63.52 Melampaui
(%)
6.56 7.83 7,43 6.22 6.85
b. Tingkat Pengangguran Terbuka/TPT (%) Melampaui
I PELAYANAN UMUM
2.1. Pelayanan Urusan Wajib
2.1.1 Pendidikan
Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia
1
Sekolah
a. SD/MI (sekolah/penduduk 7-12 tahun) 204 223 224 216 225 Melampaui
b. SMP/MTS (sekolah/penduduk 13-15 tahun) 238 228 229 342 230 Belum tercapai
c. SMA/SMK/MA (sekolah/penduduk 16 - 18 44.74 44.59 42.44 40.62 41.62 Melampaui
tahun)
2 Rasio Murid terhadap Guru
a. SD/MI (murid/guru) 16 15 14.4 5.16 13.97 Melampaui
b. SMP/MTS (murid/guru) 14 11 15.01 14.69 15.38 Melampaui
c. SMA/SMK/MA (murid/guru) 14 12 14.16 45.74 14.16 Belum tercapai
3 Rasio Murid terhadap Kelas
ASPEK/FOKUS Interpretasi
Capaian Kinerja
belum tercapai
No BIDANG URUSAN/ INDIKATOR
Standar (<), sesuai (=),
KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 2015 2016 2017 melampaui (>)
(Target RPJMD)
a. SD/MI (jumlah murid/kelas) 22 24 22.67 20.08 22.17 Melampaui
b. SMP/MTS (jumlah murid/kelas) 28 28 26.67 27.39 25.67 Belum tercapai
c. SMA/SMK/MA (jumlah murid/kelas) 28 30 29.33 25.45 29.33 Melampaui
4 Rasio Guru Terhadap Kelas
a. SD/MI (jumlah guru/kelas) 0.72 0.6 0.65 5.44 0.67 Melampaui
b. SMP/MTS (jumlah guru/kelas) 0.49 0.41 0.43 1.8 0.45 Melampaui
c. SMA/SMK/MA (jumlah guru/kelas) 0.5 0.39 0.4 0.5 0.45 Melampaui
Tingkat Kelulusan Menurut Jenjang Pendidikan
5
(%)
a. SD 99.84 99.84 99.94 98.42 99.95 Belum tercapai
b. SLTP 99.29 99.19 99.42 99.69 99.53 Melampaui
c. SLTA 98.25 98.92 98.45 99.86 98.87 Belum tercapai
Jumlah Sekolah yang Menerapkan Kurikulum
6 Muatan Lokal Berbasis Budaya Melayu Sesuai na na na 0 50 Belum tercapai
Standar (sekolah)
2.1.2 Kesehatan
1 Rasio Puskesmas Per Satuan Penduduk
a. Rasio Puskesmas (per 100.000 penduduk) 3.41 3.34 3.28 3.22 3.22 sesuai
b. Rasio Pustu (per 100.000 penduduk) 15.08 14.71 15.04 14.72 15.2 Belum tercapai
c. Rasio Puskesmas Keliling (per 100.000 3.43 3.34 3.31 2.86 3.27 Belum tercapai
penduduk)
d. Rasio Total Puskesmas Melampaui
21.91 21.22 20.99 20.82 20.64
/Pustu/keliling (per 100.000 penduduk)
2 Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk 0.98 0.97 0.97 0.95 0.96 Belum tercapai
ASPEK/FOKUS Interpretasi
Capaian Kinerja
belum tercapai
No BIDANG URUSAN/ INDIKATOR
Standar (<), sesuai (=),
KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 2015 2016 2017 melampaui (>)
(Target RPJMD)
3 Rasio Dokter Persatuan Penduduk
a. Dokter Spesialis (per 100.000 penduduk) 13.4 13.5 14.47 20.3 15.22 Melampaui
b. Dokter Umum (per 100.000 penduduk) 18.8 19.1 19.73 10.89 20.28 Belum tercapai
c. Dokter Gigi (per 100.000 penduduk) 5.9 5.9 6.3 2.83 6.6 Belum tercapai
4 Rasio Tenaga Paramedis Per Satuan Penduduk
a. Perawat (Per 100.000 Penduduk) 119 113 123 68.48 129 Belum tercapai
b. Bidan (Per 100.000 Penduduk) 84.5 78 81.5 24.03 82.5 Belum tercapai
6 Cakupan Puskesmas (per kecamatan) 1.29 1.28 2 1.3 2.53 Belum tercapai
Cakupan Puskesmas Pembantu + Keliling (per
7 0.62 0.63 0.65 0.63 0.66 Belum tercapai
desa/kelurahan)
8 Prevalensi Balita Gizi Buruk
a. Gizi kurang 6.6 7.7 6.39 10.4 6.14 Belum tercapai
b. Gizi baik 90.2 88.78 90.01 84.1 90.86 Melampaui
c. Gizi lebih 2 2.4 2.47 1.1 1.99 Melampaui
2.1.3 Lingkungan Hidup
1 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 52.59 54.49 56.36 52.26 58.23 Belum tercapai
2.1.4 Pekerjaan Umum
1 Panjang Jalan Provinsi (km) 3,033.32 3,033.32 3.033,32 2,799.81 2.799,81 Sesuai
2 Kondisi Jalan Provinsi Berkondisi baik (km) 931.1 1,153.42 1,330.97 1,254.80 1,486.68 Belum tercapai
3 Kondisi Jalan Provinsi Berkondisi Sedang (km) 936.11 756.55 582.14 512.64 251.69 Melampaui
Kondisi Jalan Provinsi Berkondisi Rusak
4 544.88 383.65 410.98 361.22 148,65 Belum tercapai
Ringan (km)
5 Kondisi Jalan Provinsi Berkondisi Rusak Berat 621.23 739.7 709.23 671.15 1,015.04 Melampaui
ASPEK/FOKUS Interpretasi
Capaian Kinerja
belum tercapai
No BIDANG URUSAN/ INDIKATOR
Standar (<), sesuai (=),
KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 2015 2016 2017 melampaui (>)
(Target RPJMD)
(km)
Kondisi Jalan Provinsi Berkondisi Rusak
6 1,166.11 1,123.35 1,120.21 1,032.37 1,163.69 Melampaui
Ringan - Berat (km)
7 Panjang Jembatan Provinsi (m) 10,292.30 10,292.30 10,292.30 11,191 10,292.30 Melampaui
8 Panjang Irigasi/Rawa (km) 229 229 359 0 464 Belum tercapai
9 Banjir (frekuensi) 29 27 51.8 23 47 Melampaui
2.1.5 Penanaman Modal
1 PMDN (Rp Milyar) 7,707.50 9,943.04 6,613.75 10,829.80 10,955.61 Belum tercapai
2 PMA (US$ Juta) 1,369.56 653.39 869.11 1,061.10 1,015.53 Melampaui
2.1.6 Koperasi dan UKM
1 Jumlah Koperasi (unit) 4,993 5,145 5,342 5,063 5,417 Belum tercapai
2 Jumlah Anggota Koperasi (jiwa) 545,025 506,614 534,480 285,358 514,430 Belum tercapai
2.1.7 Kependudukan dan Catatan Sipil
1 Jumlah Penduduk (jiwa) 6,188,442 6,344,402 6,500,971 6,657,900 6,654,000 Melampaui
2 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 2.57 2.52 2,47 2.41 2.29 Belum tercapai
2.1.8 Ketenagakerjaan
1 Angka Partisipasi Angkatan Kerja (%) 63.31 63.22 66,25 64 63.52 Melampaui
2 Tingkat Pengangguran Terbuka/TPT (%) 6.56 7.83 7,43 6.22 7.53 Melampaui
2.2 Pelayanan Urusan Pilihan
2.2.1 Pertanian
1 Tanaman Pangan
a. Luas Panen (ha)
- Padi Sawah (ha) 85,062 86.218 79.475,5 80.680,1 102.082 Belum tercapai
ASPEK/FOKUS Interpretasi
Capaian Kinerja
belum tercapai
No BIDANG URUSAN/ INDIKATOR
Standar (<), sesuai (=),
KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 2015 2016 2017 melampaui (>)
(Target RPJMD)
- Padi Ladang (ha) 20,975 21.328 19.955,0 12.004,0 23,685 Belum tercapai
- Jagung (ha) 12,057 12.425 13.205,4 12.231,4 13,021 Belum tercapai
b. Produksi
- Padi Sawah (ton GKG) 337,233 387,819 451,971 342,258 473,427 Belum tercapai
- Padi Ladang (ton GKG) 48,242 52,436 52,580 31,279 52,724 Belum tercapai
- Jagung (ton) 28,651 24,697 30,933 33,173 30,026 Melampaui
c. Produktivitas
- Padi Sawah (ton GKG/ha/tahun) 3.96 3.68 4.01 4.17 4.05 Melampaui
- Padi Ladang (ton GKG/ha/tahun) 2.3 2.23 2.31 2.39 2.29 Melampaui
- Jagung (ton GKG/ha/tahun) 2.38 1.78 2.34 2.49 2.33 Melampaui
d. Produksi Beras (ton beras/tahun) 245,625 256,970 293,781 234,357 307,728 Belum tercapai
e. Produksi Sayur-Sayuran (ton/tahun) 171,189 152,315 189,129 10,421 191,957 Belum tercapai
f. Produksi Buah-Buahan (ton/tahun) 224,749 223,797 193,306 464,789 193,401 Melampaui
2.2.2 Ketahanan Pangan
a. Rasio Produksi Beras terhadap Konsumsi 0.37 0.38 0.27 0.22 0.22 sesuai
Penduduk Riau
b. Rasio Produksi Jagung terhadap Konsumsi 0.53 0.48 0.22 0.17 0.17 sesuai
Penduduk Riau
c. Rasio Produksi Sayur-Sayuran thd Konsumsi 0.58 0.51 0.39 0.41 0.41 sesuai
Penduduk Riau
d. Rasio Produksi Buah-Buahan thd Konsumsi 1.18 1.17 1.08 1.11 1.11 sesuai
Penduduk Riau
e. Rasio Produksi Daging Ruminansia terhadap 0.82 0.84 0.85 0.86 0.86 sesuai
Konsumsi Penduduk Riau
ASPEK/FOKUS Interpretasi
Capaian Kinerja
belum tercapai
No BIDANG URUSAN/ INDIKATOR
Standar (<), sesuai (=),
KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 2015 2016 2017 melampaui (>)
(Target RPJMD)
f. Rasio Produksi Daging Unggas thd Konsumsi 1.01 1.06 1.07 1.11 1.11 sesuai
Penduduk Riau
g. Rasio Produksi Ikan terhadap Konsumsi 1.26 0.91 0.92 0.99 0.99 sesuai
Penduduk Riau
2.2.3 Perkebunan
1 a. Luas Areal
- Kelapa Sawit (ha) 2,411,819 2,424,544 2,424,544 2,423,761 2,424,544 Melampaui
- Kelapa (ha) 516,895 515,167 512,347 510,949 509,800 Melampaui
- Karet (ha) 502,906 501,787 499,842 491,025 498,104 Belum tercapai
b. Produksi
- Kelapa Sawit (ton CPO) 7,761,293 7,841,947 7,923,608 7,762,159 7,972,386 Belum tercapai
- Kelapa (ton Kopra) 421,653 421,465 417,784 416,212 414,977 Melampaui
- Karet (Ton KKK) 367,260 374,900 386,115 363,734 396,437 Belum tercapai
c. Produktivitas
- Kelapa Sawit (ton CPO/ha/tahun) 3.94 3.75 3.27 3,710 3,762 Belum tercapai
- Kelapa (ton kopra/ha/tahun) 1.15 1.29 0.82 1,170 1,130 Melampaui
- Karet (ton KKK/ha/tahun) 1.12 1.12 0.77 1,100 1,187 Belum tercapai
2.2.4 Peternakan
1 Produksi Daging
a. Produksi Daging Ruminansia ######### 9,186,073 12,219,064 12,473,326 13,210,812 Belum tercapai
b. Produksi Daging Unggas 48,984,991 52,492,216 55,579,658 53,581,359 58,772,046 Belum tercapai
2.2.5 Perikanan
a. Produksi perikanan (ton) 180,562 178,283 511,749 348,704 541,253 Belum tercapai
ASPEK/FOKUS Interpretasi
Capaian Kinerja
belum tercapai
No BIDANG URUSAN/ INDIKATOR
Standar (<), sesuai (=),
KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 2015 2016 2017 melampaui (>)
(Target RPJMD)
b. Rasio Produksi Ikan terhadap Konsumsi 1.6 2 2.71 1.3 3.97 Belum tercapai
Penduduk Riau
2.2.6 Kehutanan
a. Luas Hutan Produksi Terbatas (ha) 1,031,600 1,031,600 1,031,600 1,017,318 1,031,600 Belum tercapai
b. Kerusakan Kawasan Hutan (ha) 1,289,493 1,187,172 158,467 0 158,467 Belum tercapai
c. Rehabilitasi Hutan & Lahan Kritis (ha) 152,455 158,531 151,287 224 150,000 Belum tercapai
d. Kebakaran Hutan dan Lahan (titik api) 4,400 1,916 1,000 66 900 Melampaui
e. Produksi (ton)
- Kayu Gergajian (m3) 10,676.33 56,709.71 56,000.00 59,451.40 56,000.00 Melampaui
- Kayu Lapis (m ) 3 81,234.42 117,685.10 117,000.00 67,397.80 117,000.00 Belum tercapai
- Chip (ton) 109,422.24 65,515.50 65,668.29 7,015,167.53 65,821.08 Melampaui
- Pulp (ton) 4,283,425.12 13,754,976.84 14,891,525.37 3,742,516.84 16,028,073.91 Belum tercapai
2.2.7 Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB
a. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB
24.22 24.27 24,69 25.32 24.65 Melampaui
Harga Konstan Dengan Migas (%)
b. Kontribusi sektor pertanian thd PDRB pada
30.88 30.39 30,47 30.68 29.71 Melampaui
Harga Konstan Tanpa Migas (%)
2.2.8 Pertambangan
Kontribusi Sektor Pertambangan terhadap
1
PDRB
a. Minyak dan Gas Bumi (%) 26.04 24.18 22.66 20.66 21.72 Belum tercapai
b. Pertambangan Tanpa Migas (%) 8.78 8.01 7.42 6.67 8.13 Belum tercapai
c. Penggalian (% ) 5.87 6.05 5.71 5.18 0.71 Melampaui
2.2.9 Pariwisata
ASPEK/FOKUS Interpretasi
Capaian Kinerja
belum tercapai
No BIDANG URUSAN/ INDIKATOR
Standar (<), sesuai (=),
KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 2015 2016 2017 melampaui (>)
(Target RPJMD)
a. Kunjungan Wisata Asing (jiwa) 47,934 52,971 61,742 92,087 70,509 Melampaui
b. Jumlah Destinasi Wisata yang 2 3 3 1 1 Sesuai
Dikembangkan (destinasi)
2.2.10 Perdagangan
a. Ekspor Bersih Termasuk Minyak Bumi (Ribu 21,865,160.00 14,371,730.00 14,527,074.87 14,726,179.92 14,684,094.85 Melampaui
US$)
b. Kontribusi Sektor Perdagangan terhadap 8.54 8.65 8.87 9.19 13.19 Belum tercapai
PDRB (%)
2.2.11 Industri
1 Kontribusi Sektor Industri thd PDRB
a. Industri Migas (%) 27.33 28.26 28.89 29.68 29.52 Melampaui
b. Industri Tanpa Migas (%) 31.77 32.43 32.78 33.16 32.9 Melampaui
III DAYA SAING DAERAH
3.1 Fokus Kemampuan Ekonomi
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Pengeluaran Konsumsi RT Harga Konstan
1 31.35 33.15 34.19 34.81 33.41 Melampaui
terhadap Total Pengeluaran/Tahun (%)
Pengeluaran Konsumsi Non Pangan/Bulan
2 435,740.00 510,187.00 529,122.00 587,899 566,258.00 Melampaui
(Rp.)
PDRB Per Jumlah Tenaga Kerja (Rp Milyar per
3 0.134 0.133 0.135 0.131 0.137 Belum tercapai
tenaga kerja)
4 Nilai Tukar Petani 95.02 95.03 102.23 102.97 103.95 Belum tercapai
a. Pangan 102.74 107.27 112.73 104 116.96 Belum tercapai
b. Hortikultura 97.88 96.05 97.59 94 98.83 Belum tercapai
c. Perkebunan 91.64 89.92 90.1 104.48 93.77 Melampaui
ASPEK/FOKUS Interpretasi
Capaian Kinerja
belum tercapai
No BIDANG URUSAN/ INDIKATOR
Standar (<), sesuai (=),
KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 2015 2016 2017 melampaui (>)
(Target RPJMD)
d. Peternakan 97.58 101.03 102.27 97.73 102.33 Belum tercapai
e. Perikanan 102.82 106.53 107.28 115.25 107.86 Melampaui
3.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastuktur
Jumlah Energi Listrik yang di Produksi (Mwh)
1 458.5 486.7 493 375 514 Belum tercapai
(Hal 280)
2 Persentase RT Akses Listrik PLN (%) 85.19 78.62 80.99 84.26 82.33 Melampaui
3 Persentase RT Akses Air Minum (%) 72.59 83.01 84 89.43 89.16 Melampaui
4 Panjang Irigasi/Rawa (km) na 154.7 - 0 - Belum tercapai
3.3 Fokus Iklim Berinvestasi
1 Angka Kriminalitas 7,043 7,799 9,183 9,629 9,629 Sesuai
2 Jumlah Potensi Konflik (konflik) 124 113 0 0 0 Sesuai
Persentase penyelesaian konflik antar umat
3 100 100 100 100 100 sesuai
beragama
3.4 Fokus Sumberdaya Manusia
1 Rasio ketergantungan (%) 58.54 59.68 60.82 50.71 61.97 Melampaui
Rasio lulusan (S1, S2 dan S3) per jumlah
2 4.73 5.02 5.33 0 5.64 Belum tercapai
penduduk
Rasio Ketergantungan Penduduk Non Produktif
3 51.96 51.56 50.64 50.71 50.17 Belum tercapai
per 100 Penduduk Produktif
Rasio Jumlah Tenaga kerja berpendidikan
sarjana terhadap total tenaga kerja
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
4
Anak
a. Indeks Pembangunan Gender (%) 87.62 97.3 88,00 88.08 106.39 Belum tercapai
5 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
ASPEK/FOKUS Interpretasi
Capaian Kinerja
belum tercapai
No BIDANG URUSAN/ INDIKATOR
Standar (<), sesuai (=),
KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 2015 2016 2017 melampaui (>)
(Target RPJMD)
a. Rasio Akseptor KB Aktif per Jumlah 0.68 0.72 0,73 0.52 0.75 Belum tercapai
Pasangan Usia Subur (%)
6 Pemerintahan Umum
a. Indeks Efektifitas Pemerintahan 2.5 2.6 2.95 0 3.24 Belum tercapai
b. Nilai Keterbukaan Informasi 17.4 30.57 35.16 42.91 40.43 melampaui
7 Administrasi Keuangan Daerah
a. Opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP Sesuai
b. Nilai Akuntabilitas CC CC B B BB Belum tercapai
c. Skor LPPD 2.5 2.6 2.95 0 3.24 Belum tercapai
d. Nilai Reformasi Birokrasi na 37.66 37.69 59.73 38,63 Melampaui
Jumlah Karya Cipta Seni Budaya Melayu yang
8 na 21 na 0 30 Belum tercapai
Dihasilkan (HAKI Karya Seni)
BAB III
GAMBARAN KEUANGAN DAERAH
Tabel 3.1
Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Riau Tahun Anggaran 2013-2017
(Dalam Juta Rupiah)
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
RATA-RATA
JENIS PENERIMAAN ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN
PERTUMBUHAN
2013 2014 2015 2016 2017
Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.725.623,91 3.245.087,75 3.476.960,10 3.110.656,14 3.359.978,65 5,92%
Pajak Daerah 2.110.997,53 2.496.771,21 2.572.777,21 2.417.976,75 2.755.332,42 7,31%
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 681.033,27 752.936,24 802.073,72 847.541,06 924.522,34 7,96%
Pajak Kendaraan di atas Air (PA 3) 0,00 125,29 42,71 0,00 0,00 N/A
Bea Balik Nama Kendaran Bermotor (BBN-KB) 744.536,13 797.749,91 705.571,36 602.973,47 752.976,83 1,48%
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB) 655.313,68 730.767,74 744.197,64 621.980,45 709.232,52 2,74%
Pajak Air Permukaan (AP) / PABT 30.114,44 33.859,94 29.015,81 29.012,97 27.473,66 -1,80%
Pajak Rokok 0,00 181.332,09 291.875,98 316.468,79 341.127,08 25,73%
Retribusi Daerah 24.359,50 16.992,12 21.571,22 12.444,46 12.516,84 -11,26%
Retribusi Jasa Umum 22.284,29 14.286,20 16.188,78 4.501,98 3.063,78 -31,68%
Retribusi jasa Usaha 2.050,20 2.685,41 4.522,82 4.494,57 5.955,82 32,82%
Retribusi Perizinan Tertentu 25,01 20,52 859,61 3.447,91 3.497,24 1093,43%
Rencana Penerimaan IMTA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
146.463,62 154.214,51 178.216,27 83.335,01 124.105,58 4,14%
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah 443.803,27 577.109,91 704.395,40 596.899,92 468.023,80 3,81%
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 2.226.231,96 2.698.594,35 1.074.930,74 827.647,31 749.548,07 -17,85%
Dana Alokasi Umum 726.630,92 820.984,58 654.220,25 738.378,74 1.457.997,07 25,75%
Dana Alokasi Khusus 38.738,32 43.737,51 63.362,19 1.421.530,29 1.607.851,49 553,60%
Lain-lain Pendapatan yang Sah 658.840,06 655.513,51 885.457,24 7.788,80 3.078,00 -31,26%
Dana Penyesuaian 636.219,96 655.513,51 880.913,25 5.000,00 0,00 -40,50%
Pendapatn Hibah 0,00 0,00 4.543,99 2.788,80 3.078,00 -14,13%
Pendapatan lainnya 22.620,10 0,00 0,00 0,00 0,00 N/A
Sumber: Laporan Keuangan Provinsi Riau Tahun 2013-2017
B. Belanja Daerah
Secara umum komponen belanja terdiri dari:
1. Belanja Tidak Langsung yang di dalamnya terdiri atas Belanja Pegawai,
Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial,
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah
Desa Lainnya, dan Belanja Tidak Terduga; dan
2. Belanja Langsung yang didalamnya terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja
Barang dan Jasa, serta Belanja Modal.
Pengukuran kinerja suatu daerah juga dapat dilihat dari seberapa besar
realisasi belanja terhadap anggaran, semakin besar realisasi belanja maka semakin
bagus kinerja suatu daerah. Alokasi anggaran belanja daerah sebagian besar
dialokasikan untuk pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat sehingga bisa
menggerakkan perekonomian. Realisasi belanja daerah tahun 2013-2017,
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Provinsi Riau Tahun Anggaran 2013-2017
(Dalam Juta Rupiah)
Tahun Anggaran Tahun Anggaran Tahun Anggaran Tahun Anggaran Tahun Anggaran Rata - Rata
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 Pertumbuhan
C. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Secara umum
komponen pembiayaan Provinsi Riau terdiri dari:
1. Penerimaan Pembiayaan Daerah yang di dalamnya terdiri atas Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran Tahun Lalu, Penerimaan Kembali Pemberian
Pinjaman, dan Penerimaan Piutang Daerah;
2. Pengeluaran Pembiayaan Daerah yang di dalamnya terdiri atas Pembentukan
Dana Cadangan, Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, dan
Pembayaran Pokok Utang; serta
3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan.
Rata-rata perkembangan/kenaikan realisasi penerimaan dan pengeluaran
daerah Provinsi Riau disajikan pada Tabel 3.3. berikut:
Tabel 3.3
Pembiayaan Daerah Provinsi Riau Tahun Anggaran 2013-2017
Rata-Rata
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Pertumbuhan
Pengeluaran Pembiayaan - - - - - -
Pembentukan Dana Cadangan - - - - - -
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah - - - - - -
Pembayaran Utang Kepada Pihak Ketiga - - - - - -
Pemberian Pinjaman Daerah - - - - - -
Piutang Tuntutan Ganti Rugi - - - - - -
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN - - - - - -
Sumber: Laporan Keuangan Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Pada Tabel 3.3 diatas, dapat diperoleh gambaran bahwa realisasi pembiayaan
mengalami kenaikan rata rata sebesar 17,34%, Penerimaan Pembiayaan mengalami
kenaikan dengan rata-rata kenaikan sebesar 17,34%. Sedangkan untuk realisasi
Pengeluaran tidak ada transaksi dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017.
Tabel 3.4
Neraca Daerah Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Rata-rata
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Pertumbuhan
ASET
ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas 1.468.076.372.216 3.985.016.536.050 3.135.730.002.798 1.356.489.967.275 72.003.756.602 -0,32%
Kas di Kas Daerah 1.424.522.235.324 3.924.516.763.341 3.105.760.353.730 1.314.932.112.380 18.500.678.314 -0,41%
Kas di Bendahara Penerimaan 1.259.977.671 3.101.361.382 299.071.897 87.668.709 145.006.447 12,63%
Kas di Bendahara Pengeluaran 30.878.980.107 6.468.481.952 7.225.462.682 5.250.366.609 12.330.894.530 10,04%
Kas di BLUD 11.415.179.113 50.929.929.375 22.445.114.488 36.219.819.578 41.027.177.312 91,22%
Piutang 389.144.833.343 137.356.626.532 -64,70%
Piutang Pendapatan 79.419.311.530 491.734.777.632 65.157.559.311 387.809.718.410 135.673.872.602 215,65%
Piutang Pajak Daerah 4.217.875.750 - -
Piutang Retribusi 5.520.111.054 5.142.156.805 2.711.837.013 1.053.722.615 687.207.776 -37,51%
Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang 1.329.548.382 1.303.716.269 833.388.605 711.310.553 - -17,56%
Dipisahkan
Piutang Lain-lain PAD yang Sah 7.794.643.639 35.586.940.419 61.503.833.693 69.532.396.782 134.986.664.826 134,14%
Piutang Transfer Pemerintah Pusat- 19.118.737.109 449.588.459.139 - 316.403.788.460 - 1110,97%
Dana Perimbangan
Piutang Pendapatan Lainnya - 113.505.000 108.500.000 108.500.000 - -2,20%
Piutang BLUD 43.404.091.419 - - - -
Rata-rata
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Pertumbuhan
Persediaan 253.534.588.987 235.976.443.663 262.485.084.634 350.575.200.231 315.274.562.585 6,95%
Jumlah Aset Lancar 1.805.570.168.241 4.711.911.224.322 3.461.690.285.139 2.077.140.439.018 472.973.654.788 4,30%
ASET TETAP
Tanah 6.411.174.832.959 6.368.740.465.586 6.402.236.108.446 11.866.610.816.191 12.237.227.502.926 22,08%
Peralatan dan Mesin 1.164.209.493.433 1.352.822.955.262 1.648.408.267.026 1.837.607.871.671 2.416.598.586.165 20,26%
Gedung dan Bangunan 3.820.699.054.570 3.805.087.325.950 4.959.946.478.149 5.271.788.936.809 6.859.689.353.832 16,59%
Jalan, Irigasi dan Jaringan 8.749.142.259.904 9.241.668.834.078 10.499.284.404.162 11.519.594.335.201 12.469.369.236.931 9,30%
Aset Tetap Lainnya 923.555.037.239 992.791.436.974 1.078.262.631.027 1.807.059.546.463 1.984.924.189.147 23,38%
Konstruksi Dalam Pengerjaan 1.732.764.568.584 1.771.490.981.564 833.279.806.002 729.799.999.535 870.726.687.584 -10,96%
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap - (2.651.097.656.070) (5.182.970.926.101) (7.468.014.753.246) 69,80%
Jumlah Aset Tetap 22.801.545.246.688 23.532.601.999.414 22.770.320.038.742 27.849.490.579.768 29.370.520.803.339 6,93%
Rata-rata
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Pertumbuhan
ASET LAINNYA
Tagihan Jangka Panjang - 8.874.575.977 10.491.868.980 10.162.562.879 9.980.282.506 4,43%
Tagihan Penjualan Angsuran 1.681.148.270 1.698.894.891 3.210.263.876 2.889.207.775 2.843.473.775 19,61%
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 6.995.184.068 7.175.681.086 7.281.605.104 7.273.355.104 7.136.808.731 0,52%
Kemitraan dengan Pihak Ketiga - 189.465.500.003 189.465.500.003 189.465.500.003 165.545.500.003 -4,21%
Aset Tidak Berwujud 15.777.236.887 25.653.194.776 31.572.249.069 40.754.267.216 57.603.442.412 39,02%
Goodwill - 431.566.000 431.566.000 - - 0,00%
Lisensi dan frenchise - 390.359.621 390.359.621 5.649.248.843 11.383.775.093 482,90%
Hak Cipta - 2.988.261.325 2.988.261.325 2.988.261.325 2.988.261.325 0,00%
Paten - -
Aset Tidat Berwujud Lainnya - 21.843.007.830 27.762.062.123 32.116.757.049 43.231.405.994 25,80%
Kemitraan dengan pihak ketiga 189.465.500.003 - - - -
Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud - - - (17.525.129.638) (24.575.032.652) 40,23%
Aset Lain-lain 13.269.798.068 32.876.264.034 7.749.657.350 97.223.307.844 101.780.372.682 307,64%
Akumulasi Penyusutan Aset Lain-lain - - (48.648.181.877) (87.247.160.689) (89.116.666.731) 40,74%
Aset Lain-lain - - - 9.976.147.155 12.663.705.951 26,94%
Jumlah Aset Lainnya 227.188.867.296 256.869.534.790 239.279.275.402 232.833.347.616 221.217.898.220 -0,37%
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 60.720.066 492.871.304 1.962.522.386 13.295.166.738 13.551.385.979 397,32%
Pendapatan Diterima Dimuka - 580.655.556 612.286.689 374.763.562 546.893.815 4,20%
Utang Belanja - 744.611.640.858 420.827.694.169 400.798.664.522 130.403.008.808 -38,57%
Utang Jangka Pendek Lainnya 34.925.042.643 8.203.207.932 1.836.399.398 6.075.198.828 151.275.019 -5,20%
Utang Pemotongan Pajak Pusat dan Titipan Lainnya 19.079.261.197 - - - -
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PPK)/Utang Belanja 505.921.193.474 - - - -
Utang Transfer Bagi Hasil Pendapatan 734.283.678.508 - - - -
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 1.294.269.895.888 753.888.375.649 425.238.902.642 420.543.793.650 144.652.563.621 -38,01%
Rata-rata
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Pertumbuhan
JUMLAH KEWAJIBAN 1.294.269.895.888 753.888.375.649 425.238.902.642 420.543.793.650 144.652.563.621 -38,01%
EKUITAS
EKUITAS 24.861.783.344.442 29.181.236.674.753 27.463.386.097.066 31.222.964.518.939 31.401.554.120.425 6,44%
1. Aset
Aset pemerintah daerah Provinsi Riau selama periode tahun 2013-2017
mengalami kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,19%. Aset lancar
pemerintah Provinsi Riau mengalami pertumbuhan dari tahun 2013 sampai
dengan 2017 dengan rata-rata kenaikan sebesar 4,30%. Investasi jangka panjang
pemerintah Provinsi Riau mengalami pertumbuhan dengan rata-rata sebesar
2,97%, total aset tetap Provinsi Riau pada tahun 2013 adalah Rp
22.801.545.246.688 dan meningkat menjadi Rp 29.370.520.803.339 di tahun 2017
dengan rata–rata pertumbuhan selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2017
sebesar 6,93%.
2. Kewajiban
Kewajiban pemerintah daerah Provinsi Riau selama periode tahun 2013
sampai dengan tahun 2017 mengalami penurunan dengan rata-rata 38,1%, yaitu di
tahun 2013 kewajiban jangka pendek sebesar Rp. 1.294.269.895.888 dan
diperiode tahun 2017 kewajiban jangka pendek sebesar Rp 144.652.563.620.
3. Ekuitas Dana
Perkembangan ekuitas dana Provinsi Riau selama tahun 2013-2017 tumbuh
rata-rata sebesar 6,44 %, dimana pada tahun 2013 sebesar Rp. 24.861.783.344.442
dan pada tahun 2017 sebesar Rp. 31.401.554.120.42. Berdasarkan dari posisi
keuangan provinsi Riau dari periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 dapat
diperhitungkan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas, dapat disajikan sebagaimana
Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5
Rasio Keuangan Daerah Provinsi Riau Tahun 2013-2017
2. Quick Rasio
Quick rasio digunakan untuk mengukur kemampuan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick rasio dengan
mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan, hal ini dikarenakan
persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan
sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi
likuiditas. Quick rasio menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang
lebih likuid. Rasio pada tahun 2013 sebesar 83,3,9 serta periode tahun 2017
quick rasio sebesar 91,7. Hal ini berarti kemampuan pemerintah Provinsi
Riau dalam membayar kewajiban jangka pendeknya sangat baik.
Tabel 3.6
Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Provinsi Riau Tahun 2013-2017
(dalam juta rupiah)
Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 Rata - Rata
Anggaran Realisasi (%) Anggaran Realiasi (%) Anggaran Realisasi (%) Anggaran Realisasi (%) Anggaran Realisasi (%) (%)
BELANJA 8.915.522 7.525.283 84,4 8.848.296 5.602.074 63,3 10.221.589 7.760.972 75,9 10.371.864 8.731.938 84,2 10.398.603 9.188.742 88,4 79,24
Belanja Tidak Langsung 3.981.934 3.292.873 82,7 4.133.454 3.431.471 83,0 5.507.355 4.133.738 75,1 5.394.540 4.457.823 82,6 5.657.315 4.938.559 87,3 82,14
Belanja Pegawai 989.122 877.503 88,7 1.071.791 937.258 87,4 - 979.664 1.178.087 1.007.962 85,6 2.367.414 1.978.968 83,6 69,06
Belanja Bunga
Belanja Hibah 1.541.920 1.251.676 81,2 1.061.183 751.854 70,9 1.024.487 936.850 91,4 1.315.890 1.303.798 99,1 1.163.217 1.148.844 98,8 88,26
Belanja Bantuan Sosial 30.840 20.888 67,7 22.179 13.015 58,7 - 855 - 10.000 6.649 66,5 10.000 3.289 32,9 45,16
Belanja Bagi Hasil 989.320 874.713 88,4 1.850.674 1.614.631 87,2 - 1.233.314 - 1.422.505 1.192.559 83,8 1.407.720 1.198.375 85,1 68,93
Belanja Bantuan Keuangan 420.233 263.094 62,6 117.625 114.713 97,5 2.831.376 983.054 34,7 1.413.395 945.142 66,9 698.559 609.083 87,2 69,78
Belanja Tidak Terduga 5.500 - 5.002 - - 208.900 - - 54.664 1.712 3,1 10.405 - - -
Belanja Langsung 4.933.588 4.232.410 85,8 4.714.842 2.170.604 46,0 4.714.234 3.627.235 76,9 4.977.324 4.274.115 85,9 4.741.288 4.250.183 89,6 76,86
Belanja Pegawai 348.199 319.820 91,8 263.402 188.188 71,4 285.242 215.518 75,6 321.547 287.835 89,5 395.239 374.319 94,7 84,61
Belanja Barang dan Jasa 1.987.575 1.667.283 83,9 2.996.575 1.358.772 45,3 2.092.236 1.397.229 66,8 2.320.001 1.950.645 84,1 2.153.613 1.934.648 89,8 73,98
Belanja Modal 2.597.814 2.245.307 86,4 1.454.865 623.644 42,9 2.336.756 2.014.488 86,2 2.335.776 2.035.636 87,2 2.192.437 1.941.215 88,5 78,24
TOTAL BELANJA 8.915.522 7.525.283 84,4 8.848.296 5.602.074 63,3 10.221.589 7.760.972 75,9 10.371.864 8.731.938 84,2 10.398.603 9.188.742 88,4 79,24
Sumber: Laporan Keuangan Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Tabel 3.7
Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Belanja makanan dan minuman pegawai***) 104.879.090.140,00 20.940.714.430 26.986.525.241 39.488.977.028,00 39.981.786.574
Belanja pakaian dinas dan atributnya**) 6.838.075.957,00 2.898.396.630,00 6.207.479.485,00 5.538.503.350,00 5.407.733.650
Tabel 3.8
Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Provinsi Riau
Tahun 2013-2017
Total pengeluaran
Total belanja untuk
(Belanja +
pemenuhan
Pembiayaan Persentase
No Uraian kebutuhan aparatur
Pengeluaran)
(Rp)
(Rp)
(a) (b) (a) / (b) x 100%
1 Tahun Anggaran 2017 2.267.736.110.983 9.188.741.983.688 24,7
2 Tahun Anggaran 2016 1.628.619.458.624 8.731.938.149.824 18,7
3 Tahun Anggaran 2015 1.331.075.600.840 7.760.972.468.296 17,2
4 Tahun Anggaran 2014 1.280.915.710.484 5.602.074.495.739 22,9
5 Tahun Anggran 2013 1.321.018.710.497 7.525.282.506.040 17,6
Sumber: diolah dari Laporan Keuangan Prov.Riau Tahun 2013-2017
Tabel 3.9
Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Rata-rata
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Pertumbuhan
Tabel 3.11
Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Provinsi Riau Tahun 2013-2017
(dalam juta rupiah)
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
Sisa Lebih Perhitungan
1 Anggaran (SiLPA) Tahun 1.977.901 1.447.674 3.981.422 3.131.884 1.343.195
Anggaran sebelumnya
2 Pencairan Dana Cadangan - - - - -
Hasil Penjualan Kekayaan
3 - - - - -
Daerah Yang di Pisahkan
Penerimaan Pinjaman
4 - - - - -
Daerah
Penerimaan Kembali
5 412 3.413 389 323 1.526
Investasi Non Permanen
6 Penerimaan Piutang Daerah - - - - -
Sisa lebih pembiayaan
7 1.447.676 3.981.422 3.131.884 1.343.195 58.452
anggaran tahun berkenaan
Sumber: Laporan Keuangan Provinsi Riau Tahun 2013-2017
Tabel 3.12
Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Provinsi Riau Tahun 2013-2017
(dalam jutaan rupiah)
2013 2014 2015 2016 2017
Rata-rata
No. Uraian % dari % dari % dari % dari % dari
Rp Rp Rp Rp Rp Petumbuhan
SiLPA SiLPA SiLPA SiLPA SiLPA
Jumlah SiLPA 1.447.676,41 100,00 3.981.422,30 100,00 3.133.468,41 100,00 1.343.194,80 100,00 55.400,65 100,00 0,18
Pelampauan
1 243.988,49 16,85 298.176,06 7,49 69.025,85 2,20 (385.492,75) -28,70 (499.289,02) -901,23 -170,90
penerimaan PAD
Pelampauan
2 penerimaan dana (187.275,80) -12,94 426.536,47 10,71 (579.176,45) -18,48 88.475,41 6,59 (653.598,14) -1179,77 -379,39
perimbangan
Pelampauan
penerimaan lain-lain
3 212,75 0,01 7.077,48 0,18 13.717,76 0,44 (36,20) 0,00 (47,00) -0,08 812,50
pendapatan daerah
yang sah
Sisa penghematan
4 belanja atau akibat 1.390.239,53 96,03 3.246.221,80 81,53 3.629.493,74 115,83 1.639.925,69 122,09 1.209.860,67 2183,84 16,07
lainnya
Kewajiban kepada
pihak ketiga sampai
5 - - - -
dengan akhir tahun
belum terselesaikan
6 Kegiatan lanjutan - - - -
Penerimaan
7 511,45 0,04 3.410,49 0,09 407,51 0,01 322,65 0,02 (1.525,86) -2,75 -28,74
Pembiayaan
Sumber: Laporan Keuangan Provinsi Riau Tahun 2013-2017
khususnya dari dana bagi hasil pajak dan dana alokasi umum. Kebijakan yang
akan dilaksanakan guna mengotimalkan pendapatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan dan retribusi daerah, baik
melalui penyempurnaan regulasi, penyederhanaan prosedur, kemudahan
akses pelayanan dan pelayanan perpajakan/retribusi daerah berbasis
teknologi informasi;
2. Meningkatan kuantitas dan kualitas petugas pemungut pajak;
3. Memperluas basis penerimaan, antara lain dengan mengidentifikasi wajib
pajak/retribusi baru dan potensial, memperbaiki basis data objek
pajak/retribusi, mendesain ulang dasar pengenaan pajak dan struktur
besaran tarif retribusi, memperbaiki penilaian dan menghitung kapasitas
penerimaan dari setiap jenis pajak/retribusi daerah, dan memberikan
insentif berupa pengurangan maupun pembebasan tarif pajak sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. Memperkuat proses pemungutan, dengan melakukan review dan revisi
serta menyempurnakan petunjuk teknis pelaksanaan pemungutan serta
memperkuat kapasitas SDM pemungut pajak dan retribusi;
5. Meningkatkan pengawasan dengan melakukan pemeriksaan secara
insidentil maupun berkala, menyempurnakan proses pengawasan, dan
menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak/retribusi;
6. Meningkatkan peran dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan
Pendapatan melalui perbaikan pelayanan, membangun sinergi dan
kerjasama pemungutan pajak/retribusi dengan kabupaten/kota;
7. Meningkatkan kontribusi BUMD dalam penerimaan PAD;
8. Meningkatkan kinerja pengelolaan BLUD;
9. Meningkatkan pemanfaatan dan penjualan barang milik daerah yang tidak
dipisahkan;
10. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat terkait optimalisasi
penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber
Daya Alam, DAU dan DAK;
1. Pajak Daerah
1.1 Intensifikasi penerimaan pajak daerah dilaksanakan sebagai berikut :
1.1.1 Peningkatan Efisiensi Dan Efektifitas Administrasi Pajak Daerah, dengan
tujuan meningkatnya indeks kepuasan masyarakat atas layanan perpajakan
daerah :
a. Meningkatkan kualitas regulasi/SOP/SPP pajak daerah;
b. Meningkatkan waktu pelayanan penyelesaian pembayaran pajak daerah;
c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pemenuhan sarana dan prasarana
sesuai standard pelayanan;
d. Meningkatkan akurasi perencanaan penerimaan pajak daerah.
1.1.2 Peningkatan Intensitas Dan Efektivitas Penagihan Pajak Daerah, dengan
tujuan menurunnya persentase angka tunggakan pajak daerah :
a. Meningkatkan jumlah wajib pajak kendaraan bermotor yang mendaftar
ulang setiap tahun untuk melakukan pengesahan STNK;
b. Meningkatkan jumlah wajib pajak yang melakukan pembayaran secara
elektronik;
c. Membentuk Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan juru sita pajak
daerah.
1.2 Ekstensifikasi pajak daerah dilaksanakan sebagai berikut :
1.2.1 Memperluas Basis Data Pajak Daerah, dengan tujuan meningkatnya
persentase potensi wajib pajak :
a. Meningkatkan jumlah potensi wajib pajak tervalidasi;
b. Meningkatkan jumlah wajib pajak yang melakukan pendaftaran obyek
pajak secara online;
2. Retribusi Daerah
2.1. Intensifikasi Retribusi Daerah dilaksanakan sebagai berikut:
a. Melaksanakan penyusunan petunjuk pelaksanaan/SOP pemungutan
retribusi pada setiap OPD penghasil;
b. Meningkatkan kualitas SDM pelaksana pemungutan, penatausahaan,
penagihan dan pemeriksaan retribusi daerah;
c. Modernisasi pemungutan retribusi daerah dengan memanfaatkan
teknologi informasi;
d. Melakukan penilaian, pengawasan dan penagihan bekerjasama dengan
unsure terkait.
2.2. Ekstensifikasi Retribusi Daerah dilaksanakan sebagai berikut :
a. Melaksanakan pendataan obyek dan wajib pajak retribusi baru;
b. Melaksanakan review dan memperbaharui obyek dan tarif retribusi
sesuai perkembangan ekonomi;
c. Mendesaian struktur dan besaran tarif retribusi yang lebih realistis dan
tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi;
d. Meningkatkan koordinasi antar OPD Penghasil.
5. Dana Perimbangan
Peningkatan penerimaan dari Dana Bagi Hasil Pajak/Dana Hasil Bukan
Pajak dilakukan sebagai berikut :
a. Menerapkan NPWP Cabang bagi pelaku usaha yang melakukan
usaha/pekerjaan di Provinsi Riau;
b. Meningkatkan sinergi dan kerjasama dengan Kanwil Direktorat Jenderal
Pajak Riau dalam upaya optimalisasi Penerimaan Pajak Pusat dan Daerah;
c. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dengan melaksanakan
rekonsiliasi secara berkala dalam rangka penetapan Dana Bagi Hasil;
d. Mendorong Pemerintah Pusat agar melaksanakan penyaluran dana
perimbangan sesuai alokasi secara tepat waktu.
Tabel 3.14
Jumlah Kendaraan Bermotor Provinsi Riau
Tahun 2014-2018 (unit)
REALISASI
URAIAN
2014 2015 2016 2017 2018
Penjualan Nasional R4 atau lebih*) 1.208.028 1.013.518 1.062.694 1.077.365 1.151.284
BBN KB I R4 atau Lebih (Riau) 32.870 28.826 24.714 28.996 33.663
Market Share (%) 2,72% 2,84% 2,33% 2,69% 2,92%
Penjualan Nasional R2/R3 atau lebih*) 7.867.195 6.480.155 5.931.285 5.886.103 6.383.108
BBN KB I R2/R3 atau Lebih (Riau) 196.663 173.995 136.849 167.608 179.533
Market Share (%) 2,50% 2,69% 2,31% 2,85% 2,81%
Total BBNKB I (Riau) 229.533 202.821 161.563 196.604 213.196
Sum ber data: *) GAIKINDO da n AISI
Tabel 3.18
Jumlah Wajib Pajak dan Volume Pemanfaatan Air Permukaan
Tahun 2014-2018
Tabel 3.19
Jumlah Penduduk Riau dan Proporsi Penghitungan Pajak Rokok
Tahun 2014-2024
Tabel 3.20
Jenis dan Obyek Retribusi Daerah
JENIS RETRIBUSI JUMLAH OBJEK RETRIBUSI
Tabel 3.21
Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi Riau s.d tahun 2018
Jumlah Penyertaan Jumlah Dividen Yang
BUMD Modal sampai Disetor sampai Tahun %
31 Des 2018 2018
PT. Bank Riau Kepri 419.168.200.405 1.371.020.753.535 127
PT. Pemodalan Ekonomi Rakyat (PER) 80.014.185.000 19.295.847.218 24
PT. Pengembangan Investasi Riau (PIR) 124.990.600.000 15.780.028.222 13
PT. SPKR/Jamkrida Riau 25.463.000.000 6.181.908.685 24
PT. Sarana Pembangunan Riau (SPR) 49.010.951.646 10.526.288.001 21
PT. Riau Airlines 149.700.000.000 655.942.238 1
PT. Riau Petroleum 7.500.000.000 0.00 0
Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi Riau :
PT. Bumi Siak Pusako (BSP) 45.000.000.000 229.045.430.044 308
PT. Asuransi Bangun ASKRIDA 1.250.000.000 4.233.643.840 138
Koperasi Korpri 2.000.000.000 233.442.817 12
Jumlah 904.096.937.051 1.656.973.284.600
Dana perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak/Dana
Bagi Hasil (DBH) Bukan Pajak atau Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum
(DAU) serta Dana Alokasi Khusus (DAK) diproyeksikan mengalami peningkatan
rata-rata sebesar 2,94% per tahun. Proyeksi peningkatan Dana Bagi Hasil (DBH)
diupayakan melalui pelaksanaan tindaklanjut Kesepakatan Bersama antara
Pemerintah Provinsi Riau dengan Kanwil DJP Riau tentang Optimalisasi
Penerimaan Pajak Pusat dan Daerah serta peningkatan koordinasi dengan
Pemerintah Pusat terkait Rekonsiliasi Penerimaan Dana Bagi Hasil (DBH) dan
Penyaluran Dana Bagi Hasil tersebut. Disamping itu Peningkatan Dana Alokasi
Umum (DAU) diperkirakan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya
kebutuhan fiskal. Peningkatan Dana Alokasi Khusus (DAK) non fisik diupayakan
melalui usulan kegiatan dari Perangkat Daerah ke Kementerian Teknis terkait.
Belanja daerah Provinsi Riau baik belanja langsung maupun belanja tidak
langsung untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah pada tahun 2020 diproyeksi mencapai 9,8 triliun rupiah dan pada akhir
RPJMD tahun 2024 meningkat hingga mencapai 11,8 triliun rupiah dengan rata-
rata pertumbuhan belanja daerah sebesar 3,2 persen.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam proyeksi belanja daerah Provinsi
Riau tahun 2019-2024, adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan pengangkatan calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
2. Kenaikan gaji pokok dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil serta pemberian gaji
ketiga belas dan gaji keempat belas.
3. Kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan
mutasi pegawai.
4. Kenaikan realisasi penerimaan pajak yang menjadi kewenangan Provinsi
untuk dibagihasilkan kepada kabupaten/kota.
Tabel 3.22
Proyeksi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Riau Tahun 2019-2024
(dalam juta rupiah)
Realisasi APBD PROYEKSI Rata - Rata
KODE URAIAN
2018* 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Pertumbuhan (%)
1. PENDAPATAN DAERAH 8.478.990 9.129.044 9.897.419 10.270.203 10.759.731 11.304.470 11.868.212 5,78
1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 3.638.995 3.609.064 3.919.276 4.193.912 4.493.453 4.817.492 5.167.457 6,07
1.1.1. Pajak Daerah 3.075.986 3.124.921 3.365.286 3.614.661 3.884.226 4.175.752 4.491.174 6,53
1.1.2. Retribusi Daerah 10.701 19.171 21.399 22.041 22.923 23.840 25.032 17,8
1.1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 132.226 138.312 143.703 149.811 155.986 163.149 170.440 4,32
Dipisahkan
1.1.4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 420.081 326.660 388.888 407.399 430.318 454.751 480.811 3,1
1.2. DANA PERIMBANGAN 4.827.923 5.507.158 5.959.951 6.043.029 6.217.946 6.423.576 6.622.283 5,5
1.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak/ 1.721.610 1.953.509 2.406.302 2.418.306 2.520.729 2.652.414 2.775.698 8,54
Sumber Daya Alam
1.2.2. Dana Alokasi Umum 1.465.117 1.548.578 1.548.578 1.579.550 1.611.141 1.643.364 1.676.231 2,28
1.2.3. Dana Alokasi Khusus 1.641.194 2.005.071 2.005.071 2.045.173 2.086.076 2.127.798 2.170.354 5,03
1.3. LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG 12.072 12.822 18.192 33.262 48.332 63.402 78.472 38,53
SAH
1.3.1. Pendapatan Hibah 3.072 2.975 3.192 3.262 3.332 3.402 3.472 2,11
1.3.4. Dana Penyesuaian Dan Otonomi Khusus 9.000 9.847 15.000 30.000 45.000 60.000 75.000 45,01
JUMLAH PENDAPATAN 8.478.990 9.129.044 9.897.419 10.270.203 10.759.731 11.304.470 11.868.212 5.78
2 BELANJA DAERAH 8.469.509 9.179.044 9.947.424 10.317.707 10.804.860 11.347.340 11.908.941 5,86
2.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 5.209.813 5.076.484 5.507.247 5.631.985 5.796.893 5.969.281 6.149.621 2,85
2.1.1. Belanja Pegawai 2.232.870 2.415.452 2.164.973 2.219.097 2.274.575 2.331.439 2.389.725 1,3
2.1.4. Belanja Hibah 1.306.128 1.095.745 1.363.839 1.390.049 1.416.783 1.444.052 1.471.867 2,68
2.1.5. Belanja Bantuan Sosial 10.443 22.000 22.000 22.000 22.000 22.000 22.000 18,44
2.1.6. Belanja Bagi Hasil Kepada 1.275.322 1.414.073 1.517.243 1.561.647 1.644.343 1.732.598 1.826.837 6,2
Provinsi/Kabupaten/Kota Dan Pemerintahan Desa
2.1.7. Belanja Bantuan Keuangan Kepada 385.048 99.040 429.192 429.192 429.192 429.192 429.192 43,18
Provinsi/Kabupaten/ Kota Dan Pemerintahan Desa
2.1.8. Belanja Tidak Terduga 0 30.174 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 -13,37
2.2. BELANJA LANGSUNG 3.259.695 4.102.560 4.440.177 4.685.722 5.007.967 5.378.059 5.759.320 10,16
JUMLAH BELANJA 8.469.509 9.179.044 9.947.424 10.317.707 10.804.860 11.347.340 11.908.941 5,86
Tabel 3.24
Realisasi dan Proyeksi Belanja Tidak Langsung dan Pengeluaran Pembiayaan Provinsi Riau Tahun 2019-2024
(dalam juta rupiah)
Realisasi APBD PROYEKSI Rata - Rata
KODE URAIAN
2018* 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Pertumbuhan
A BELANJA TIDAK LANGSUNG 5.209.811 5.076.484 5.507.246 5.631.985 5.796.893 5.969.282 6.149.621 2,85
2.1.1. Belanja Pegawai 2.232.870 2.415.452 2.164.973 2.219.097 2.274.575 2.331.439 2.389.725 1,30
2.1.4. Belanja Hibah 1.306.128 1.095.745 1.363.839 1.390.049 1.416.783 1.444.052 1.471.867 2,68
2.1.5. Belanja Bantuan Sosial 10.443 22.000 22.000 22.000 22.000 22.000 22.000 18,44
2.1.6. Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota 1.275.322 1.414.073 1.517.243 1.561.647 1.644.343 1.732.598 1.826.837 6,20
Dan Pemerintahan Desa
2.1.7. Belanja Bantuan Keuangan Kepada 385.048 99.040 429.192 429.192 429.192 429.192 429.192 43,18
Provinsi/Kabupaten/ Kota Dan Pemerintahan Desa
2.1.8. Belanja Tidak Terduga 0 30.174 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 -13,37
Tabel 3.25
Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Provinsi Riau Tahun 2018-2024
(dalam juta rupiah)
Realisasi APBD PROYEKSI Rata - Rata
KODE URAIAN
2018* 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Pertumbuhan
A PENDAPATAN DAERAH 8.478.990 9.129.044 9.897.419 10.270.203 10.759.731 11.304.470 11.868.212 5,78
B PENERIMAAN PEMBIAYAAN 58.831 50.000 50.000 47.500 45.125 42.869 40.725 -5,84
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 58.831 50.000 50.000 47.500 45.125 42.869 40.725 -5,84
Tahun Sebelumnya
Penerimaan Pinjaman Daerah *
TOTAL (A+B) 8.537.822 9.179.044 9.947.419 10.317.703 10.804.856 11.347.339 11.908.937 5,72
C BELANJA TIDAK LANGSUNG 5.209.813 5.076.484 5.507.247 5.631.985 5.796.893 5.969.281 6.149.621 2,85
D PENGELUARAN PEMBIAYAAN 0 0 0 0 0 0 0 0
Pembayaran Pokok Hutang *
TOTAL (C+D) 5.209.813 5.076.484 5.507.247 5.631.985 5.796.893 5.969.281 6.149.621 2,85
KAPASITAS RIIL KEUANGAN 3.328.009 4.102.560 4.440.172 4.685.718 5.007.963 5.378.058 5.759.316 9,73
DAERAH (A+B) -(C+D)
Sumber: hasil analisis, 2018* un audited, dan APBD 2019.
Keterangan *: Besaran Penerinaan Pinjaman Daerah dan Pembayaran Pokok Hutang disesuaikan dengan kebijakan pada perencanaan/penganggaran tahunan.
Tabel 3.26
Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Provinsi Riau Tahun Anggaran 2020-2024
PROYEKSI
Uraian
2020 2021 2022 2023 2024
KAPASITAS RIIL KEMAMPUAN KEUANGAN 4.440.172,00 4.685.718,00 5.007.963,00 5.378.058,00 5.759.316,00
DAERAH
PRIORITAS I 2.114.849,86 2.231.802,92 2.385.287,71 2.561.561,90 2.652.004,13
BAB IV
PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH
SMA/SMK baru mencapai 63,81% atau terdapat 36,19% penduduk usia sekolah
SMA/SMK yang belum bersekolah.
Pada tahun 2017 rasio ketersediaan sekolah masih belum memenuhi
standar, dimana rasio ketersediaan sekolah SD/MI sebesar 25,17 dan SMP/MTs
sebesar 38,09 menurut Permendikbud Nomor 20 tahun 2017 adalah 20 paling
sedikit dan 32 paling banyak. Sedangkan Rasio Ketersediaan Sekolah
SMA/SMK/MA sebesar 40,62 (lihat Tabel 2.48), melebihi standar Permendikbud
Nomor 17 tahun 2017 (15 orang paling sedikit dan 36 orang paling banyak).
Ruangan sekolah pada tahun 2017 yang mengalami kerusakan untuk
tingkat SD/MI sebesar 70,11%, SMP/MTs sebesar 69,66%, dan SMA/SMK
sebanyak 52,34% (lihat tabel 2.50, 2.51, dan 2.52).
Dari sisi kualifikasi guru, pada tahun 2017 masih terdapat 14,69% yang
belum berkualifikasi S-1/D-IV di tingkat SD, 8,83% guru di tingkat SMP dan
sebanyak 4,33% di tingkat SMA/SMK (lihat gambar 2.58, 2.59, dan 2.60).
Pendidikan luar biasa pada tahun 2018 untuk jenjang SD/MI baru
mencapai 87,84%, SMP/MTs sudah mencapai 97,21% dan SMA/SMK/MA
79,21%, ini berarti masih terdapat usia sekolah pada jenjang pendidikan untuk
disabilitas yang belum atau tidak bersekolah, sehingga untuk pemenuhan SPM
bidang pendidikan harus dipastikan seluruh jenjang usia pendidikan bersekolah.
2) Urusan Kesehatan
Pada tahun 2018 masih terdapat 11 kabupaten/kota kecuali Kota
Pekanbaru yang capaian angka harapan hidupnya dibawah rata-rata Provinsi Riau
sebesar 71,19 (lihat Gambar 2.61). Rendahnya angka harapan hidup pada masing-
masing kabupaten tersebut menunjukan masih rendahnya tingkat aksesibilitas
masyarakat terhadap layanan kesehatan. Hal ini terlihat dari rasio Puskesmas
dengan jumlah penduduk 1:30.967 yang belum memenuhi standar Kemenkes
1:30.000.
Pravalensi Balita Gizi Buruk pada tahun 2017 masih tinggi yakni 1,64%
dan Gizi Kurang 6,9%. Kondisi tersebut terjadi kerana belum diimbangi dengan
pemberian makanan pendamping ASI kepada anak usia 6-24 bulan, baru
mencapai 76,94% bagi keluarga miskin pada tahun 2017. Permasalahan kesehatan
c) Sumberdaya Air
Permasalahan utama pada bidang Sumber Daya Air adalah:
Masih rendahnya kualitas dan kuantitas jaringan irigasi pada tahun 2017
untuk mendukung produktivitas lahan pertanian (Tabel 2.81). Menurunnya
daya tampung sungai dan sistem drainase mangakibatkan kerentanan
resiko genangan banjir. Hal ini tergambar dari frekuensi banjir (Tabel
2.212) akibat tidak idealnya Koefisien Regim Aliran (Tabel 2.88) dan
Koefisien Aliran Tahunan (Tabel 2.91) pada DAS utama di Provinsi Riau.
Selain itu, tingginya sedimentasi pada DAS utama menambah potensi
terjadinya banjir.
Tingginya tingkat abrasi di wilayah pesisir akibat karakter pantai timur
yang pada umumnya berlumpur dengan kondisi kritis 121,5 Km pada
tahun 2017. Kondisi ini diperparah dengan tingginya kehilangan ekosistem
mangrove di daerah pesisir yang merupakan penjaga utama daerah pesisir
dari hantaman ombak.
Tingginya ancaman kerusakan sistem tata air di lahan basah/gambut
mengakibatkan 3 macam bencana yaitu: lahan gambut mudah terbakar,
terjadinya kondisi yang dinamakan land subsidence (penurunan tanah),
emisi gas CO2 semakin meningkat yang mengakibatkan climate change
(perubahan iklim).
6) Urusan Sosial
Meningkatnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial selama
kurun waktu 5 tahun terakhir sebanyak 470.891 orang tahun 2017. Sementara
jumlah PMKS yang tertangani atau diberdayakan hanya 1,19% pada tahun yang
sama (lihat Tabel 2.103). Disamping itu masih terdapat ketimpangan antara sarana
dan prasarana sosial dengan jumlah penyandang masalah sosial. Jumlah
penyandang yang membutuhkan panti sebanyak 470.891 orang sementara yang
tertangani 5.593 orang pada tahun 2017 (Tabel 2.103). Keadaan ini menunjukkan
bahwa belum optimalnya pemberdayaan dan penanganan penyandang masalah
kesejahteraan sosial. Masih ada 1 (satu) SPM bidang sosial yang belum tertangani,
yaitu rehabilitasi sosial dasar tuna sosial khususnya gelandangan dan pengemis di
dalam panti.
3) Urusan Pangan
Belum optimalnya upaya pengembangan potensi pangan lokal dalam
mendukung ketahanan pangan, hal tersebut dapat dilihat dari produksi beras
Provinsi Riau dari tahun 2013-2017 cenderung menurun, dengan tingkat
penurunan sebesar 4,07%. Di sisi lain, kebutuhan konsumsi beras penduduk
Riau dari tahun 2013-2017 meningkat dengan tingkat pertumbuhan 2,04
persen/tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat ketergantungan
Provinsi Riau terhadap pasokan beras dari luar masih tinggi dan semakin
meningkat. Pada tahun 2013 kemampuan produksi beras hanya dapat
mencukupi 42,00% dari kebutuhan konsumsi masyarakat Riau, rasio ini juga
memperlihatkan selama kurun waktu 5 tahun terakhir memiliki trend rata-rata
semakin menurun dengan tingkat penurunan 5,74% (lihat Tabel 2.113)
Mengacu pada kondisi tersebut maka perlu mengembangkan potensi pangan
lokal dalam mendukung ketahanan pangan. Salah satu komoditas pangan
lokal potensial yang telah dikembangkan namun belum optimal adalah sagu.
Berdasarkan data Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis Perkebunan
Provinsi Riau Tahun 2017-2021 yang disusun oleh Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau bekerjasama dengan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Riau, tercatat luas
areal tanaman sagu pada tahun 2015 seluas 83.691,40 hektar. Berdasarkan
hasil analisis daya dukung dan daya tampung dapat dinyatakan bahwa luas
areal perkebunan sagu masih dapat ditambah hingga mencapai 38.568,57
hektar.
Rendahnya pengawasan terhadap mutu dan keamanan pangan segar, dimana
pengawasan dan pembinaan keamanan pangan segar sudah dilakukan untuk
kelompok buah dan sayur dengan tingkat pengawasan baru mencapai di
bawah 84,50%. Pengawasan dan pembinaan dilakukan terhadap unsur fisik,
kimia dan biologis dari pangan asal tumbuhan tersebut. Sementara itu,
pengawasan terhadap mutu produk relatif masih jauh lebih rendah.
Pengawasan mutu produk idealnya dilakukan melalui registrasi dan sertifikasi
produk pangan segar yang ada di Provinsi Riau dan pengawasan pangan asal
tumbuhan yang beredar di Provinsi Riau. Dalam melakukan pengawasan dan
pembinaan keamanan dan mutu pangan segar perlu dilakukan koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi antara Dinas Ketahanan Pangan dengan Balai POM,
Badan Karantina dan OPD lain untuk semua komoditas pangan segar.
Belum optimalnya pengelolaan cadangan pangan daerah, sesuai Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, mengamanatkan bahwa
Pemerintah Daerah Provinsi menyediakan cadangan pangan beras sebanyak
200 ton dan Pemerintah Kabupaten/Kota sebanyak 100 ton. Per 31 Desember
2017, cadangan pangan beras pada tingkat Provinsi Riau sebanyak 305 ton,
Kabupaten Indragiri Hulu sebanyak 60 ton, Kabupaten Indragiri 23 ton,
Kabupaten Pelalawan 23 ton, dan Kabupaten Bengkalis 20 ton, sementara itu
di kabupaten/kota lainnya tidak tersedia cadangan beras (lihat tabel 2.121).
Keterbatasan (belum optimalnya) pengelolaan cadangan pangan daerah ini
akan berdampak pada:
a. Instabilitas pasokan pangan antar waktu dan antar daerah
4) Urusan Pertanahan
Bahwa pada saat ini sedang dilaksanakan pembebasan tanah/lahan jalan tol
Pekanbaru-Dumai yang merupakan implementasi dari tahapan pelaksanaan
pasca dilaksanakannya tahapan persiapan oleh Tim Persiapan yang dibentuk
oleh Gubernur, sebagaimana di atur dengan Ketentuan Pasal 13 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum. Masih tingginya konflik lahan di Provinsi Riau,
hal ini berpotensi memicu gangguan ketenteraman dan ketertiban umum.
Menurut Imparsial Mediator Networking (IMN) konflik agraria yang terjadi
di Riau sepanjang tahun 2017 sebanyak 37 konflik yang merupakan jumlah
konflik terbanyak di Indonesia.
guna, fungsi hutan dan lahan gambut, serta okupasi kawasan konservasi,
dimana lokasinya berada dalam empat (4) daerah aliran sungai (DAS) utama
yaitu DAS Siak, Rokan, Indragiri dan Kampar. Kondisi ini menjadi salah satu
penyebab status mutu air 4 sungai besar yaitu Sungai Siak, Rokan, Indragiri
dan Sungai Kampar dalam katagori tercemar berat. Tingginya kerusakan
lingkungan akibat Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI), yang terjadi di
bagian hulu Sungai Indragiri dan bagian Hulu Sungai Kampar.
9) Urusan Perhubungan
Permasalahan utama bidang perhubungan adalah:
1. Terjadi fluktuasi kedatangan dan keberangkatan pesawat dari dan ke
Provinsi Riau selama periode 2013-2017 sebesar 24,03%.
2. Belum berkembangnya sistem transportasi massal dan integrasi antar moda
angkutan dengan terbatasnya trayek dan volume bus angkutan massal yang
tersedia. Masih tingginya demand terhadap angkutan pribadi baik
kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Untuk itu diperlukan
peningkatan kinerja angkutan massal misalnya mempersingkat waktu
tunggu, memperbanyak sosialisasi, memperluas rute trayek.
3. Belum mencukupinya kesediaan rambu-rambu lalu lintas, sebagai upaya
untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan raya. Hal tersebut dapat
dilihat dari persediaan rambu-rambu lalu lintas baru mencapai 23,02% dari
kebutuhan sebanyak 12.133 unit pada tahun 2016.
4. Belum optimalnya pelabuhan yang ada dalam melayani pergerakan orang
dan barang antar pulau dalam Provinsi Riau dan antar provinsi dengan
provinsi lainnya.
menjadi 25,9% di tahun 2016. Oleh karena itu yang menjadi isu terkini
adalah pentingnya dilakukan kegiatan kampanye penggunaan internet
sehat dan benar, peningkatan web security terhadap konten-konten
pornografi dan kekerasan.
b) Cakupan layanan telekomunikasi di Provinsi Riau dalam waktu 5 (lima)
tahun terakhir cenderung fluktuatif. Terjadi penurunan layanan
telekomunikasi dari tahun 2012 ke 2016 sebesar 26,88 persen. Terbatasnya
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam
penyelenggaraan pemerintahan serta belum optimalnya penyebarluasan
informasi terkait kebijakan pemerintah. Sehingga perlu lebih intensif
dalam mewujudkan kebijakan pemanfaatan teknologi informasi dan
kebijakan satu data dengan menggunakan bank data (data centre).
c) Belum optimalnya pengelolaan persandian dalam rangka pengamanan
informasi di lingkup Pemerintah Provinsi Riau.
d) Belum tersedianya sumber daya manusia yang berdaya saing untuk
mendukung sistem teknologi informasi. Isu strategisnya adalah
peningkatan kegiatan capacity building berupa pendidikan dan latihan.
2) Urusan Pariwisata
Masih rendahnya kunjungan wisatawan mancanegara, dimana pada tahun
2017 hanya 102.645 orang, jika dilihat dari potensi destinasi objek wisata
yang merupakan situs nasional, seperti Candi Muara Takus, Istana Sultan
Siak dan acara berskala internasional seperti Bakar Tongkang dan Tour De
Siak.
3) Urusan Pertanian
a) Rendahnya intensitas pemanfaatan lahan.
Lahan yang dapat ditanami dua kali setahun sebesar 19,17 persen
(16.264,7 ha dari total lahan sawah seluas 84.816,4 ha) pada tahun 2017.
b) Masih rendahnya produktifitas lahan sawah
Produktifitas lahan sawah dari tahun 2013-2017 hanya tumbuh sebesar
1,31 persen, dengan produktifitas per hektar pada tahun 2017 hanya
sebesar 4,18 ton.
c) Kondisi tanaman tua rusak terutama perkebunan kelapa seluas 114.811ha
pada tahun 2017, kelapa sawit seluas 40.363 ha dan karet seluas 85.039 ha.
4) Urusan Kehutanan
Tingginya kerusakan kawasan hutan.
Kerusakan kawasan hutan di Provinsi Riau meningkat signifikan dari tahun
2013-2017 sebesar 82,66 persen atau dari 1.536.633,99 ha pada tahun 2013
meningkat menjadi 4.804.120,30 ha pada tahun 2017 (lihat tabel 2.188)
Upaya untuk menekan lajunya kerusakan kawasan hutan dan lahan di
Provinsi Riau diperlukan kebijakan pembangunan berkelanjutan melalui
program Riau Hijau.
6) Urusan Perdagangan
Menurunnya kinerja perdagangan.
Tren ekspor bersih Provinsi Riau menurun pada periode 2013-2017 sebesar
4,20 persen pertahun. Hal ini terutama sekali disebabkan oleh penurunan
7) Urusan Perindustrian
1. Belum berkembangnya industri hilir berbasis sumber daya lokal.
Provinsi Riau yang kaya akan sumberdaya alam baik di darat maupun di
laut masih mengandalkan pada ekspor produk-produk primer dan produk-
produk antara dalam mengembangkan perekonomiannya. Belum
berkembangnya industri hilir sektor migas dan non migas sebagai
keunggulan komparatif Provinsi Riau menyebabkan manfaat yang
diperoleh masyarakat Riau masih sangat rendah. Dengan
mengembangkan industri hilir yang menghasilkan produk-produk yang
siap saji dan siap konsumsi akan meningkatkan nilai tambah produk yang
dinikmati masyarakat Riau. Pengembangan industri hilir mengindikasikan
bahwa Provinsi Riau mampu meningkatkan keunggulan komparatif yang
dimiliki menjadi keunggulan kompetitif.
2. Belum maksimalnya operasi kawasan industri.
Dari 3 kawasan Industri yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Riau, yaitu
Kawasan Industri Dumai di Pelintung Kota Dumai, Kawasan Industri
Tanjung Buton di Kabupaten Siak dan Kawasan Industri Kuala Enok di
Kabupaten Indragiri Hilir; baru kawasan industri di Dumai yang sudah
berjalan dengan baik. Sementara Kawasan Industri Tanjung Buton dan
Kuala Enok, masih memerlukan waktu untuk pengembangannya.
2) Urusan Keuangan
Semakin rendahnya kontribusi PAD dan lain-lain pendapatan daerah yang sah
terhadap total pendapatan daerah. Bila dilihat dari kontribusi terhadap
pendapatan daerah, pada tahun 2017 pendapatan asli daerah memberikan
kontribusi sebesar 40,71%, sedangkan tahun 2015 memberikan kontribusi
sebesar 46%. Ini berarti terjadi penurunan sebesar 5,29%. Sementara dana
perimbangan kontribusinya justru semakin meningkat dari 42,23% pada
tahun 2015 menjadi 54,20%. Demikian pula halnya dengan lain-lain
pendapatan daerah yang sah, juga terjadi penurunan dari 11,77% pada tahun
2015 menjadi 5,09%. Untuk masa yang akan datang, kondisi ini harus
menjadi perhatian Pemerintah Daerah dimana diharapkan kontribusi
pendapatan asli daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah harus
semakin besar terhadap total pendapatan daerah Provinsi Riau.
5) Urusan Pengawasan
Permasalahan dalam urusan pengawasan adalah belum optimalnya pembinaan
dan pengawasan yang dilakukan. Walaupun terjadi penurunan temuan selama
kurun waktu 2013-2017, namun secara kuantitas jumlah temuan masih relatif
banyak. Pada tahun 2017 total temuan dari aparatur pemeriksa secara
keseluruhan sebanyak 370 temuan. Sedangkan tindak lanjut dari temuan
terlihat bervariasi antara instansi pemeriksa yang antara lain Irjen
Kementerian sebanyak 100% yang ditindaklanjuti, BPK sebesar 21,4%,
sedangkan inspektorat sebanyak 44,21%. Ini berarti masih terdapat sebanyak
78,6% temuan BPK yang belum ditindaklanjuti dan 55,79% temuan
Inspektorat yang belum ditindaklanjuti.
yang timbul karena adanya tenaga kerja asing di Indonesia antara lain
sebagai berikut:
a. Masuknya ilmu dan teknologi baru di sebuah bidang pekerjaan
Dengan adanya tenaga kerja asing, maka kita akan mendapatkan ilmu
baru di sebuah bidang pekerjaan. Ilmu baru ini bisa kita dapatkan dari
tenaga kerja asing yang mungkin biasa dilakukan di negara asalnya.
Dengan adanya ilmu baru ini maka menambah inovasi di Indonesia.
Tidak hanya ilmu baru saja, namun juga teknologi baru. Tenaga kerja
asing membawa teknologi yang digunakan dari negara asalnya untuk
diterapkan di Indonesia. Hal ini akan sangat menguntungkan apabila
tenaga kerja asing berasal dari negara maju di bidangnya.
b. Pengembangan suatu bidang menjadi lebih cepat
Pengembangan suatu bidang pekerjaan sangat didukung oleh sumber
daya manusia yang berkualitas dan ahli. Penggunaan tenaga kerja
asing yang sudah berpengalaman di suatu bidang akan dapat menjadi
sarana pengembangan yang baik di suatu bidang pekerjaan. Dan
pengalaman yang baik ini bisa ditularkan untuk orang-orang lokal
Indonesia.
c. Adopsi teknologi baru cepat terjadi
Adopsi teknologi akan mudah dilakukan apabila ada tenaga yang ahli
di bidangnya. Teknologi dari negara maju akan mudah dilakukan
apabila didukung oleh seseorang yang berpengalaman, apalagi dari
negara asal teknologi tersebut.
d. Terjadinya peningkatan investasi di Indonesia
Dengan adanya tenaga kerja asing yang datang di Indonesia maka
diperkirakan akan adanya peningkatan investasi di Indonesia. Hal ini
juga didapatkan dari hasil perekrutan tenaga kerja asing tersebut.
e. Memicu produktivitas tenaga kerja lokal
Persaingan tenaga kerja asing dan lokal pastinya akan memicu
semangat tenaga kerja lokal untuk terus memacu dirinya agar dapat
tetap bertahan dalam persaingan.
Selain dampak positif, selanjutnya ada pula dampak negatif dari masuknya
tenaga asing di Indonesia yaitu adanya peraturan pemerintah mengenai
penggunaan tenaga kerja asing memang menuai banyak kotroversi di
kalangan masyarakat. Hal ini karena mempertimbangkan kemungkinan
dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari masuknya tenaga kerja asing di
Indonesia yaitu :
a. Mempersempit kesempatan kerja tenaga kerja lokal
Dampak negatif masuknya tenaga kerja asing yang paling terasa
adalah terasa menyempitnya lapangan pekerjaan di dalam negeri. Hal
ini karena jumlah tenaga kerja akan bertambah banyak. Jika tidak
diimbangi dengan peningkatan usaha di dalam negeri maka lapangan
pekerjaan akan terasa semakin sempit.
b. Menjadi ancaman bagi tenaga kerja lokal yang tidak memiliki
keterampilan lebih
Kedatangan tenaga kerja asing ke Indonesia menjadi ancaman
tersendiri bagi tenaga kerja lokal, terlebih yang tidak mempunyai
keterampilan sama sekali. Jika tidak diasah, maka tenaga kerja lokal
tidak akan bisa bersaing dengan tenaga kerja asing.
BAB V
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
5.1.2 Misi
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam
mewujudkan Visi Provinsi Riau 2019-2024 maka Misi Pembangunan Jangka
Menengah Provinsi Riau Tahun 2019-2024 meliputi:
Misi 1:
Mewujudkan sumber daya manusia yang beriman, berkualitas dan berdaya
saing global melalui pembangunan manusia seutuhnya.
Misi ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
berdaya saing melalui peningkatan derajat pendidikan masyarakat, derajat
kesehatan masyarakat dan kesetaraan gender. Selain itu, untuk mewujudkan
sumber daya yang beriman melalui peningkatan kerukunan umat beragama.
Misi 2:
Mewujudkan pembangunan infrastruktur daerah yang merata,
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Misi ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas infrastruktur melalui
peningkatan pelayanan transportasi, cakupan pelayanan air minum dan sanitasi
rumah tangga, cakupan layanan listrik bagi rumah tangga, infrastruktur
pengelolaan dan konservasi sumber daya air. Juga diarahkan untuk mewujudkan
pembangunan yang berwawasan lingkungan (Riau Hijau) melalui peningkatan
indeks kualitas lingkungan hidup dan penurunan emisi gas rumah kaca.
Misi 3:
Mewujudkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri dan berdaya
saing.
Misi ini diarahkan untuk mewujudkan perekonomian yang mandiri dan berdaya
Misi 4:
Mewujudkan budaya Melayu sebagai payung negeri dan mengembangkan
pariwisata yang berdaya saing.
Misi ini diarahkan untuk meningkatkan pemajuan Budaya Melayu melalui
peningkatan perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan
kebudayaan Melayu Riau. Untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing
pariwisata melalui peningkatan kunjungan dan kenyamanan wisatawan
mancanegara.
Misi 5:
Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan pelayanan publik
yang prima berbasis teknologi informasi.
Misi ini diarahkan untuk meningkatkan kinerja ASN dan pelayanan publik
melalui penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bersih, transparan, dan
akuntabel.
Sasaran RPJMD Provinsi Riau selain menerjemahkan tujuan dari visi dan
misi gubernur dan wakil gubernur terpilih juga berisi sasaran pokok RPJPD
Provinsi Riau periode keempat. Hal ini dimaksudkan agar tercipta keselarasan
antara pembangunan jangka panjang dengan pembangunan jangka menengah.
Dengan demikian, amanat pembangunan jangka panjang Provinsi Riau akan
dilaksanakan secara bertahap oleh sasaran pembangunan jangka menengah.
Tujuan dan sasaran RPJMD merupakan dasar penilaian sistem
akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan Provinsi Riau. Untuk itu, setiap tujuan
dan sasaran RPJMD dilengkapi dengan indikator kinerja tujuan dan sasaran
(impact) yang terukur, relevan dengan apa yang akan diubah, dan ditetapkan
untuk setiap tahun selama 5 (lima) tahun mulai tahun 2020 sampai dengan 2024.
Tabel 5.1
Rumusan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator RPJMD
Provinsi Riau 2019-2024
Kondisi
Target Kondisi
No. Tujuan/Sasaran Indikator Awal
Akhir
2018 2020 2021 2022 2023 2024
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
VISI: TERWUJUDNYA RIAU YANG BERDAYA SAING, SEJAHTERA, BERMARTABAT DAN UNGGUL DI INDONESIA (RIAU BERSATU)
Misi 1: Mewujudkan sumber daya manusia yang beriman, berkualitas dan berdaya saing global melalui pembangunan manusia seutuhnya
1.1 Meningkatkan kualitas Indeks Pembangunan 72,44 72,97 73,13 73,29 73,44 73,60 73,60
SDM yang berdaya Manusia (IPM)
saing (indeks)
1.1.1 Meningkatnya Rata-Rata Lama 8,92 8,97 9,04 9,11 9,18 9,24 9,24
derajat Sekolah penduduk
pendidikan umur >15 tahun
masyarakat (tahun)
Harapan Lama 13,11 13,57 13,74 13,92 14,10 14,28 14,28
Sekolah (tahun)
1.1.2 Meningkatnya Angka Harapan Hidup 71,19 71,56 71,67 71,79 71,91 72,03 72,03
derajat (tahun)
kesehatan
masyarakat
1.1.3 Meningkatnya Indeks Pembangunan 88,37 88,53 88,98 89,39 89,79 90,20 90,20
kesetaraan Gender (IPG)
gender (indeks)
1.2 Mewujudkan Indeks Kerukunan 71,20* 73,34 74,22 75,11 76,01 76,92 76,92
sumberdaya manusia umat Beragama
yang beriman
1.2.1 Meningkatnya Indeks Keurukunan 71,20* 73,34 74,22 75,11 76,01 76,92 76,92
kerukunan hidup Umat Beragama
beragama (indeks)
Misi 2: Mewujudkan pembangunan infrastruktur daerah yang merata, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
2.1 Meningkatkan kualitas Rata-rata capaian 52,20 53,76 54,62 55,53 56,41 57,31 57,31
infrastruktur pelayanan infrastuktur
Kondisi
Target Kondisi
No. Tujuan/Sasaran Indikator Awal
Akhir
2018 2020 2021 2022 2023 2024
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
dasar (%)
2.1.1 Meningkatnya Persentase peningkatan 0,57* 0,61 0,63 0,65 0,67 0,69 0,69
pelayanan pergerakan
transportasi orang/barang melalui
terminal/dermaga/
bandara pertahun (%)
2.1.2 Meningkatnya Persentase rumah 68,43 71,84 73,44 75,31 77,01 78,82 78,82
cakupan tangga yang memiliki
pelayanan akses terhadap layanan
infrastruktur sumber air minum (%)
permukiman
Persentase rumah 77,17 78.21 78.73 79.25 79.77 80.29 80,29
tangga yang memiliki
akses terhadap layanan
sanitasi layak (%)
2.1.3 Meningkatnya Rasio elektrifikasi (%) 90,53 92,85 94,00 95,14 96,29 97,43 97,43
cakupan layanan
listrik bagi
rumah tangga
2.1.4 Meningkatnya Persentase lahan 24,30 25,30 26,30 27,30 28,30 29,30 29,30
infrastruktur pertanian yang
pengelolaan dan teririgasi dengan baik
konservasi (%)
sumber daya air
2.2 Mewujudkan Indeks kualitas 63,87 67,62 68,00 68,35 68,70 69,08 69,08
pembangunan yang lingkungan hidup
berwawasan lingkungan (indeks)
(Riau Hijau)
2.2.1 Meningkatnya Indeks Kualitas Air 57,50 58,30 58,60 58,80 59,00 59,20 59,20
kualitas (indeks)
lingkungan Indeks Kualitas Udara 89,91 90,30 90,60 90,90 91,20 91.60 91.60
hidup (indeks)
Kondisi
Target Kondisi
No. Tujuan/Sasaran Indikator Awal
Akhir
2018 2020 2021 2022 2023 2024
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Indeks Kualitas 56,59 57,59 58,09 58,59 59,09 59,59 59,59
Tutupan Lahan
(indeks)
2.2.2 Menurunnya Emisi gas rumah kaca 384.651 343.988 302.901 297.332 297.275 282.075 282.075
emisi gas rumah (GgCO2-e)
kaca
Misi 3: Mewujudkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri dan berdaya saing
3.1 Mewujudkan Laju pertumbuhan 2,34 2,81 2,93 3,06 3,19 3,31 3,31
Perekonomian yang ekonomi (%)
mandiri dan berdaya
saing
3.1.1 Meningkatnya Nilai PDRB ADHK 482.087,21 500.882,707 510.942,99 520.328,45 530.188,85 540.867,40 540.867,40
kemandirian (milyar rupiah)
ekonomi dan
menurunkan
kesenjangan
pendapatan
Koefisien Gini (10.1.1) 0,327 0,296 0,284 0,272 0,262 0,249 0,249
(indeks)
3.1.2 Meningkatnya Nilai Pembentukan 144.910,00* 158.703,07 163.296,86 167.919,66 172.524,94 177.333,00 177.333,00
investasi daerah Modal Tetap Bruto
(PMTB)
(juta rupiah)
3.1.3 Meningkatnya Indeks Ketahanan 50,91* 52,00 54,00 56,00 58,00 60,00 60,00
ketahanan Pangan (indeks)
pangan daerah
3.1.4 Menurunnya Persentase penduduk 7,21 6,75 6,62 6,50 6,40 6,28 6,28
angka miskin (%)
kemiskinan dan
pengangguran
Kondisi
Target Kondisi
No. Tujuan/Sasaran Indikator Awal
Akhir
2018 2020 2021 2022 2023 2024
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Tingkat pengangguran 6,20 6,02 5,96 5,89 5,83 5,76 5,76
terbuka (%)
Misi 4: Mewujudkan budaya Melayu sebagai payung negeri dan mengembangkan pariwisata yang berdaya saing
4.1 Meningkatkan Persentase Pemajuan 0 9,09 18,18 27,27 36,36 45,45 45,45
Pemajuan Budaya Budaya Melayu Riau
Melayu (%)
4.1.1 Menigkatnya Persentase Objek 68,69 72,00 78,00 82,00 90,00 95,00 95,00
Kebudayaan Pemajuan Kebudayaan
Melayu Riau Melayu Riau yang
yang Mendapatkan
Mendapatkan Perlindungan (%)
Perlindungan,
Pengembangan,
Pemanfaatan
dan Pembinaan
Persentase Objek - 5 10 15 20 25 25
Pemajuan Kebudayaan
Melayu Riau yang
Mendapatkan
Pengembangan (%)
Persentase Pemajuan - 5 10 15 20 25 25
Kebudayaan Melayu
Riau yang
Mendapatkan
Pemanfaatan (%)
4.2 Meningkatkan Nilai Jumlah pengeluaran 1.244,97 1.787,16 2.058,26 2.329,36 2.600,46 2.871,56 2.871,56
Tambah Pariwisata wisatawan
mancanegara (Milyar
Rupiah)
Kondisi
Target Kondisi
No. Tujuan/Sasaran Indikator Awal
Akhir
2018 2020 2021 2022 2023 2024
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
4.2.1 Meningkatnya Jumlah kunjungan 146,935 177,707 200,319 227,748 251,966 278,325 278,325
kunjungan wisatawan
wisatawan mancanegara (jiwa)
mancanegara
4.2.2 Meningkatnya Rata-rata lama tinggal 2,67 3,51 3,57 3,63 3,70 3,76 3,76
kenyamanan wisatawan
wisatawan mancanegara
mancanegara (hari)
Misi 5: Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan pelayanan publik yang prima berbasis teknologi informasi
5.1 Meningkatkan Indeks reformasi 59,73 63,87 65,25 66,63 68,01 69,39 69,39
penyelenggaraan birokrasi (indeks)
pemerintahan daerah
yang bersih, transparan,
dan akuntabel
5.1.1 Meningkatnya Indeks reformasi 59,73 63,87 65,25 66,63 68,01 69,39 69,39
penerapan birokrasi (indeks)
reformasi
birokrasi
5.1.2 Meningkatnya Sistem Pemerintahan 3,02 3,17 3,25 3,33 3,42 3,50 3,50
penerapan e- Berbasis Elektronik
government
Sumber: hasil analisis
Tabel 5.2
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Riau
Tahun 2020 – 2024
Kabupaten/ Pertumbuhan Ekonomi (%)
No
Kota 2020 2021 2022 2023 2024
1 Kuantan Singingi 4,76 5,04 5,12 5,29 5,46
2 Indragiri Hulu 4,17 4,33 4,36 4,45 4,54
3 Indragiri Hilir 4,84 4,89 4,92 4,98 5,03
4 Pelalawan 4,50 4,63 4,77 4,90 5,03
5 Siak 2,17 2,27 2,38 2,48 2,58
6 Kampar 3,09 3,19 3,20 3,26 3,31
7 Rokan Hulu 5,92 6,04 6,16 6,28 6,40
8 Bengkalis 1,05 1,24 1,43 1,61 1,80
9 Rokan Hilir 3,05 3,14 3,22 3,31 3,39
10 Kep Meranti 4,01 4,07 4,13 4,18 4,24
11 Pekanbaru 6,51 6,65 6,78 6,92 7,06
12 Dumai 5,11 5,17 5,22 5,28 5,33
Provinsi Riau 2,81 2,93 3,06 3,19 3,31
Sumber : Proyeksi dan hasil analisis
Tabel 5.3
Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Riau
Tahun 2020 – 2024
Kabupaten/ Tingkat Kemiskinan (%)
No
Kota 2020 2021 2022 2023 2024
1 Kuantan Singingi 8,40 8,33 8,27 8,20 8,14
2 Indragiri Hulu 6,25 5,98 5,64 5,34 5,01
3 Indragiri Hilir 6,38 6,29 6,20 6,11 6,02
4 Pelalawan 8,53 8,42 8,30 8,19 8,07
5 Siak 4,79 4,45 4,11 3,77 3,43
6 Kampar 7,65 7,52 7,40 7,27 7,15
7 Rokan Hulu 9,44 9,38 9,32 9,26 9,20
8 Bengkalis 5,91 5,81 5,71 5,60 5,50
9 Rokan Hilir 6,89 6,85 6,81 6,77 6,73
10 Kep Meranti 23,82 22,53 21,30 20,01 18,71
11 Pekanbaru 2,77 2,71 2,61 2,53 2,44
12 Dumai 3,57 3,27 2,97 2,62 2,23
Provinsi Riau 6,75 6,62 6,50 6,40 6,28
Sumber : Proyeksi dan hasil analisis
Tabel 5.4
Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota di Provinsi Riau
Tahun 2020 – 2024
Kabupaten/ Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
No
Kota 2020 2021 2022 2023 2024
1 Kuantan Singingi 5,03 4,97 4,91 4,85 4,79
2 Indragiri Hulu 3,98 3,92 3,86 3,79 3,73
3 Indragiri Hilir 3,81 3,77 3,72 3,68 3,63
4 Pelalawan 3,41 3,36 3,32 3,27 3,22
5 Siak 4,07 4,01 3,93 3,85 3,72
6 Kampar 5,06 4,99 4,92 4,84 4,77
7 Rokan Hulu 5,21 5,13 5,05 4,97 4,89
8 Bengkalis 8,22 8,18 8,13 8,09 8,04
9 Rokan Hilir 4,39 4,36 4,32 4,29 4,26
10 Kep Meranti 4,30 4,26 4,22 4,18 4,14
11 Pekanbaru 8,26 8,21 8,15 8,10 8,04
12 Dumai 5,61 5,30 5,14 4,87 4,58
Provinsi Riau 6,02 5,96 5,89 5,83 5,76
Sumber : Proyeksi dan hasil analisis
Tabel 5.5
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Riau
Tahun 2020 – 2024
Kabupaten/ Indeks Pembangunan Manusia
No
Kota 2020 2021 2022 2023 2024
1 Kuantan Singingi 70,36 70,50 70,64 70,78 70,91
2 Indragiri Hulu 70,96 71,18 71,40 71,62 71,84
3 Indragiri Hilir 67,16 67,33 67,49 67,66 67,82
4 Pelalawan 71,72 71,91 72,10 72,29 72,47
5 Siak 74,24 74,42 74,59 74,77 74,95
6 Kampar 72,85 73,00 73,15 73,29 73,44
7 Rokan Hulu 70,88 71,53 72,16 72,84 73,62
8 Bengkalis 73,67 74,12 74,61 75,09 75,54
9 Rokan Hilir 68,84 69,01 69,17 69,34 69,51
10 Kep Meranti 66,41 66,60 66,79 66,98 67,17
11 Pekanbaru 81,33 81,83 82,31 82,76 83,14
12 Dumai 74,38 74,53 74,69 74,84 74,99
Provinsi Riau 72,97 73,13 73,29 73,44 73,60
Sumber : Proyeksi dan hasil analisis
BAB VI
STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Tabel 6.1
Strategi dan Arah Kebijakan RPJMD
Provinsi Riau 2020-2024
IK
NO TUJUAN SASARAN SATUAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
TUJUAN/SASARAN
Misi 1: Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Beriman, Berkualitas dan Berdaya Saing Global Melalui Pembangunan Manusia Seutuhnya
1.1 Meningkatkan Indeks Pembangunan Indeks
kualitas SDM Manusia (IPM)
yang berdaya 1.1.1 Meningkatnya derajat Rata-rata lama sekolah Tahun Peningkatan Meningkatkan ketersediaan
saing pendidikan masyarakat penduduk umur ≥15 aksesibilitas dan kualitas akses pendidikan dan
tahun pendidikan mendorong pengembangan
pendidikan vokasi
Harapan lama sekolah Tahun Meningkatkan kualitas dan
pemerataan tenaga pendidik
Meningkatkan pendidikan
inklusif bagi penyandang
disabilitas
1.1.2 Meningkatnya derajat Angka harapan hidup Tahun Peningkatan Meningkatkan pelayanan
kesehatan masyarakat aksesibilitas masyarakat kesehatan terutama
terhadap pelayanan masyarakat miskin, kurang
kesehatan mampu dan terdampak krisis
kesehatan akibat bencana dan
kejadian luar biasa
Menyediakan dan
meningkatkan mutu sarana
dan prasarana kesehatan
Meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
Peningkatan budaya Meningkatkan pembinaan,
olahraga masyarakat dan pengembangan dan
prestasi olahraga pengelolaan keolahragaan
IK
NO TUJUAN SASARAN SATUAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
TUJUAN/SASARAN
1.1.3 Meningkatnya kesetaraan Indeks pembangunan Indeks Peningkatan Meningkatkan kualitas hidup
gender gender (IPG) pengarustamaan gender dan peran perempuan di
berbagai bidang
pembangunan
Meningkatkan perlindungan
perempuan dan anak dari
berbagai tindak kekerasan
Meningkatkan akses semua
anak terhadap pelayanan
yang berkualitas dalam
rangka mendukung tumbuh
kembang dan kelangsungan
hidup
IK
NO TUJUAN SASARAN SATUAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
TUJUAN/SASARAN
Misi 2: Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur Daerah Yang Merata, Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan
2.1 Meningkatkan Rata-rata capaian Persen
kualitas pelayanan infrastuktur
infrastruktur dasar
2.1.1 Meningkatnya pelayanan Persentase peningkatan Persen Pembangunan Memantapkan jalan dan
transportasi pergerakan orang/barang konektivitas jembatan
melalui terminal/ Mengembangkan sistem
dermaga/ bandara jaringan transportasi yang
pertahun terintegrasi
2.1.2 Meningkatnya cakupan Persentase rumah tangga Persen Peningkatan cakupan Meningkatkan ketersediaan
pelayanan infrastruktur yang memiliki akses pelayanan air minum air minum
permukiman terhadap layanan sumber
air minum
Persentase rumah tangga Persen Peningkatan pemenuhan Membangun sarana prasarana
yang memiliki akses akses sanitasi bagi sanitasi
terhadap layanan sanitasi masyarakat
layak
Penanganan kawasan Meningkatkan infrastruktur
kumuh permukiman kawasan permukiman kumuh
2.1.3 Meningkatnya cakupan Rasio elektrifikasi Persen Peningkatan Akses Meningkatkan akses dan
layanan listrik bagi rumah Ketenagalistrikan infrastruktur energi ke
tangga seluruh wilayah
Mempercepat penyediaan
dan pemanfaatan berbagai
jenis sumber energi baru dan
terbarukan
2.1.4 Meningkatnya Persentase lahan Persen Peningkatan pengaturan Meningkatkan layanan irigasi
infrastruktur pengelolaan pertanian yang teririgasi air dan penanganan dan penanganan abrasi/banjir
dan konservasi sumber dengan baik abrasi/banjir
daya air
IK
NO TUJUAN SASARAN SATUAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
TUJUAN/SASARAN
IK
NO TUJUAN SASARAN SATUAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
TUJUAN/SASARAN
Misi 3: Mewujudkan Pembangunan Ekonomi yang Inklusif, Mandiri dan Berdaya Saing
3.1 Mewujudkan Laju pertumbuhan Persen
perekonomian ekonomi
yang mandiri dan 3.1.1 Meningkatnya Nilai PDRB ADHK Milyar Peningkatan daya saing Meningkatkan produksi hasil
berdaya saing kemandirian ekonomi dan rupiah sektor unggulan industri
menurunkan kesenjangan Koefisien Gini Indeks Meningkatkan produksi
pendapatan pertanian
3.1.2 Meningkatnya investasi Nilai Pembentukan Rupiah Peningkatan daya tarik Memperbaiki iklim dan
daerah Modal Tetap Bruto investasi promosi Investasi
(PMTB)
3.1.3 Meningkatnya ketahanan Indeks ketahanan pangan Indeks Peningkatan ketahanan Menjamin distribusi,
pangan daerah pangan menuju keamanan dan kualitas bahan
kemandirian pangan pangan
3.1.4 Menurunnya angka Persentase penduduk Persen Peningkatan pemenuhan Meningkatkan pemenuhan
kemiskinan dan miskin kebutuhan dasar kebutuhan dasar masyarakat
pengangguran masyarakat miskin miskin
Peningkatan kapasitas Meningkatkan peran
kelembagaan ekonomi BUMDES dalam pengelolaan
masyarakat desa usaha desa
Tingkat pengangguran Persen Peningkatan akses Meningkatkan keterampilan
terbuka masyarakat terhadap dan kompetensi tenaga kerja
lapangan kerja
Peningkatan Meningkatkan kompetensi
kewirausahaan pemuda wirausaha muda
IK
NO TUJUAN SASARAN SATUAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
TUJUAN/SASARAN
Misi 4: Mewujudkan Budaya Melayu Sebagai Payung Negeri dan Mengembangkan Pariwisata Yang Berdaya Saing
4.1 Meningkatkan Persentase Pemajuan Persen
Pemajuan Budaya Budaya Melayu Riau
Melayu
4.1.1 Meningkatnya Persentase Objek Persen Peningkatan pengelolaan Meningkatkan pengelolaan
Kebudayaan Melayu Riau Pemajuan Kebudayaan dan pengembangan dan pengembangan pemajuan
yang mendapatkan Melayu Riau yang pemajuan kebudayaan kebudayaan Melayu Riau
perlindungan, Mendapatkan Melayu Riau
pengembangan, Perlindungan
pemanfaatan dan Persentase Objek Persen
pembinaan Pemajuan Kebudayaan
Melayu Riau yang
Mendapatkan
Pengembangan
Persentase Pemajuan Persen
Kebudayaan Melayu
Riau yang Mendapatkan
Pemanfaatan
4.2 Meningkatkan Jumlah Pengeluaran Rupiah
Nilai Tambah wisatawan mancanegara
Pariwisata 4.2.1 Meningkatnya kunjungan Jumlah kunjungan Jiwa Peningkatan pengelolaan Meningkatkan aksesibilitas
wisatawan Mancanegara wisatawan mancanegara destinasi wisata destinasi wisata
(Wisman)
4.2.2 Meningkatnya Rata-rata lama tinggal Hari Peningkatan promosi Meningkatkan promosi dan
kenyamanan wisatawan wisatawan mancanegara pariwisata kelembagaan pariwisata
Mancanegara
Mengembangkan ekonomi
kreatif secara terpadu
IK
NO TUJUAN SASARAN SATUAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
TUJUAN/SASARAN
Misi 5: Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Pelayanan Publik Yang Prima Berbasis Teknologi Informasi
5.1 Meningkatkan Indeks reformasi Indeks
penyelenggaraan birokrasi
pemerintahan 5.1.1 Meningkatnya penerapan Indeks reformasi Indeks Peningkatan penataan Meningkatkan kualitas
daerah yang reformasi birokrasi birokrasi dan reformasi birokrasi manajemen kinerja birokrasi
bersih, secara berkelanjutan
transparan, dan
akuntabel Meningkatkan kualitas
manajemen kearsipan
Meningkatkan pengelolaan
administrasi pemerintahan
5.1.2 Meningkatnya penerapan Sistem Pemerintah Indeks Peningkatan Meningkatkan kapasitas
e-government Berbasis Elektronik pemanfaatan teknologi penyelenggara pelayanan
informasi dalam publik
pemerintahan untuk
menunjang kinerja
birokrasi
Meningkatkan kualitas,
kapasitas sarana prasarana
dan sistem teknologi
informasi
Sumber: hasil analisis
Gambar 6.1
Tema/Fokus Pembangunan Lima Tahunan
Provinsi Riau 2020-2024
Tabel 6.2
Arah Kebijakan Tahunan Pembangunan Provinsi Riau Tahun 2020-2024
Arah Kebijakan
No Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
1 Meningkatkan Meningkatkan produksi Memperbaiki iklim Memperbaiki iklim Meningkatkan
ketersediaan akses hasil industri dan promosi investasi dan promosi investasi aksesibilitas menuju
pendidikan destinasi wisata
2 Meningkatan kualitas Meningkatkan produksi Menjamin distribusi, Menjamin distribusi, Meningkatkan promosi
dan pemerataan tenaga pertanian keamanan dan kualitas keamanan dan kualitas dan kelembagaan
pendidik bahan pangan bahan pangan pariwisata
3 Meningkatkan Memperbaiki iklim dan Meningkatkan Meningkatkan Mengembangkan
pendidikan inklusif bagi promosi investasi pemenuhan kebutuhan pemenuhan kebutuhan ekonomi kreatif secara
penyandang disabilitas dasar masyarakat dasar masyarakat terpadu
miskin miskin
4 Meningkatkan Menjamin distribusi, Meningkatkan peran Meningkatkan peran Memperbaiki iklim
pelayanan kesehatan keamanan dan kualitas BUMDES dalam BUMDES dalam dan promosi investasi
terutama masyarakat bahan pangan pengelolaan usaha pengelolaan usaha
miskin, kurang mampu desa desa
dan terdampak krisis
kesehatan akibat
bencana dan kejadian
luar biasa
5 Menyediakan dan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Menjamin distribusi,
meningkatkan mutu pemenuhan kebutuhan keterampilan dan keterampilan dan keamanan dan kualitas
sarana dan prasarana dasar masyarakat kompetensi tenaga kompetensi tenaga bahan pangan
kesehatan miskin kerja kerja
Arah Kebijakan
No Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
6 Meningkatkan kualitas Meningkatkan peran Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan
pelayanan kesehatan BUMDES dalam kompetensi wirausaha kompetensi wirausaha pemenuhan kebutuhan
pengelolaan usaha desa muda muda dasar masyarakat
miskin
7 Meningkatan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan peran
Pembinaan, keterampilan dan produksi hasil industri produksi pertanian BUMDES dalam
Pengembangan, dan kompetensi tenaga pengelolaan usaha desa
Pengelolaan kerja
Keolahragaan
8 Meningkatkan kualitas Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan
hidup dan peran kompetensi wirausaha produksi pertanian produksi hasil industri keterampilan dan
perempuan di berbagai muda kompetensi tenaga
bidang pembangunan kerja
9 Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan
perlindungan perempuan pengelolaan dan pengelolaan dan kualitas, kapasitas kompetensi wirausaha
dan anak dari berbagai pengembangan pengembangan sarana prasarana dan muda
tindak kekerasan pemajuan kebudayaan pemajuan kebudayaan sistem teknologi
Melayu Riau Melayu Riau informasi
10 Meningkatkan akses Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan
semua anak terhadap aksesibilitas menuju aksesibilitas menuju kapasitas produksi pertanian
pelayanan yang destinasi wisata destinasi wisata penyelenggara
berkualitas dalam rangka pelayanan publik
mendukung tumbuh
kembang dan
kelangsungan hidup
Arah Kebijakan
No Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
11 Meningkatkan Meningkatkan promosi Meningkatkan promosi Meningkatkan kualitas Meningkatkan
pemahaman dan dan kelembagaan dan kelembagaan manajemen kinerja produksi hasil industri
pengamalan agama pariwisata pariwisata birokrasi secara
dalam kehidupan berkelanjutan
masyarakat
12 Meningkatkan Mengembangkan Mengembangkan Meningkatkan Meningkatkan
pembangunan dan ekonomi kreatif secara ekonomi kreatif secara pengelolaan pengelolaan dan
pelayanan sarana terpadu terpadu administrasi pengembangan
keagamaan pemerintahan pemajuan kebudayaan
Melayu Riau
13 Memantapkan jalan dan Memantapkan jalan dan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan
jembatan jembatan kualitas, kapasitas pengelolaan dan ketersediaan akses
sarana prasarana dan pengembangan pendidikan
sistem teknologi pemajuan kebudayaan
informasi Melayu Riau
14 Memantapkan pelabuhan Memantapkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatan kualitas
pelabuhan kapasitas aksesibilitas menuju dan pemerataan tenaga
penyelenggara destinasi wisata pendidik
pelayanan publik
15 Mengembangkan sistem Mengembangkan Meningkatkan kualitas Meningkatkan promosi Meningkatkan
jaringan transportasi sistem jaringan manajemen kinerja dan kelembagaan pendidikan inklusif
yang terintegrasi transportasi yang birokrasi secara pariwisata bagi penyandang
terintegrasi berkelanjutan disabilitas
16 Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Mengembangkan Meningkatkan
ketersediaan air baku ketersediaan air baku pengelolaan ekonomi kreatif secara pelayanan kesehatan
Arah Kebijakan
No Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
dan sanitasi yang dan sanitasi yang administrasi terpadu terutama masyarakat
berkualitas berkualitas pemerintahan miskin, kurang mampu
dan terdampak krisis
kesehatan akibat
bencana dan kejadian
luar biasa
17 Meningkatan akses dan Meningkatan akses dan Memantapkan jalan Memantapkan jalan Menyediakan dan
infrastruktur energi infrastruktur energi dan jembatan dan jembatan meningkatkan mutu
keseluruh wilayah keseluruh wilayah sarana dan prasarana
kesehatan
18 Meningkatkan Meningkatkan Memantapkan Memantapkan Meningkatkan kualitas
infrastruktur kawasan infrastruktur kawasan pelabuhan pelabuhan pelayanan kesehatan
permukiman kumuh permukiman kumuh
19 Meningkatkan layanan Meningkatkan layanan Mengembangkan Mengembangkan Meningkatan
irigasi dan penanganan irigasi dan penanganan sistem jaringan sistem jaringan Pembinaan,
abrasi/banjir abrasi/banjir transportasi yang transportasi yang Pengembangan, dan
terintegrasi terintegrasi Pengelolaan
Keolahragaan
20 Memulihkan kawasan Memulihkan kawasan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan kualitas
yang sudah dalam yang sudah dalam ketersediaan air baku ketersediaan air baku hidup dan peran
kondisi kritis kondisi kritis dan sanitasi yang dan sanitasi yang perempuan di berbagai
(terdegradasi/tercemar) (terdegradasi/tercemar) berkualitas berkualitas bidang pembangunan
yang terlantar secara yang terlantar secara
terkoordinasi terkoordinasi
Arah Kebijakan
No Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
21 Meningkatkan Meningkatkan Meningkatan akses Meningkatan akses Meningkatkan
pengelolaan pra pengelolaan pra dan infrastruktur dan infrastruktur perlindungan
bencana, tanggap bencana, tanggap energi keseluruh energi keseluruh perempuan dan anak
bencana dan pasca bencana dan pasca wilayah wilayah dari berbagai tindak
bencana bencana kekerasan
22 Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan akses
pemeliharaan dan pemeliharaan dan infrastruktur kawasan infrastruktur kawasan semua anak terhadap
pemanfaatan keaneka- pemanfaatan keaneka- permukiman kumuh permukiman kumuh pelayanan yang
ragaman hayati ragaman hayati berkualitas dalam
(KEHATI) secara (KEHATI) secara rangka mendukung
berkelanjutan berkelanjutan tumbuh kembang dan
kelangsungan hidup
23 Meningkatkan kualitas Meningkatkan kualitas Meningkatkan layanan Meningkatkan layanan Meningkatkan
pengelolaan sumber pengelolaan sumber irigasi dan penanganan irigasi dan penanganan pemahaman dan
daya pesisir, laut dan daya pesisir, laut dan abrasi/banjir abrasi/banjir pengamalan agama
DAS DAS dalam kehidupan
masyarakat
24 Menurunkan emisi gas Menurunkan emisi gas Memulihkan kawasan Memulihkan kawasan Meningkatkan
rumah kaca di Provinsi rumah kaca di Provinsi yang sudah dalam yang sudah dalam pembangunan dan
Riau Riau kondisi kritis kondisi kritis pelayanan sarana
(terdegradasi/tercemar) (terdegradasi/tercemar) keagamaan
yang terlantar secara yang terlantar secara
terkoordinasi terkoordinasi
Arah Kebijakan
No Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
25 Meningkatkan produksi Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Memantapkan jalan
hasil industri ketersediaan akses pengelolaan pra pengelolaan pra dan jembatan
pendidikan bencana, tanggap bencana, tanggap
bencana dan pasca bencana dan pasca
bencana bencana
26 Meningkatkan produksi Meningkatan kualitas Meningkatkan Meningkatkan Memantapkan
pertanian dan pemerataan tenaga pemeliharaan dan pemeliharaan dan pelabuhan
pendidik pemanfaatan keaneka- pemanfaatan keaneka-
ragaman hayati ragaman hayati
(KEHATI) secara (KEHATI) secara
berkelanjutan berkelanjutan
27 Memperbaiki iklim dan Meningkatkan Meningkatkan kualitas Meningkatkan kualitas Mengembangkan
promosi Investasi pendidikan inklusif pengelolaan sumber pengelolaan sumber sistem jaringan
bagi penyandang daya pesisir, laut dan daya pesisir, laut dan transportasi yang
disabilitas DAS DAS terintegrasi
28 Menjamin distribusi, Meningkatkan Menurunkan emisi gas Menurunkan emisi gas Meningkatkan
keamanan dan kualitas pelayanan kesehatan rumah kaca di Provinsi rumah kaca di Provinsi ketersediaan air baku
bahan pangan terutama masyarakat Riau Riau dan sanitasi yang
miskin, kurang mampu berkualitas
dan terdampak krisis
kesehatan akibat
bencana dan kejadian
luar biasa
Arah Kebijakan
No Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
29 Meningkatkan Menyediakan dan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatan akses dan
pemenuhan kebutuhan meningkatkan mutu ketersediaan akses ketersediaan akses infrastruktur energi
dasar masyarakat miskin sarana dan prasarana pendidikan pendidikan keseluruh wilayah
kesehatan
30 Meningkatkan peran Meningkatkan kualitas Meningkatan kualitas Meningkatan kualitas Meningkatkan
BUMDES dalam pelayanan kesehatan dan pemerataan tenaga dan pemerataan tenaga infrastruktur kawasan
pengelolaan usaha desa pendidik pendidik permukiman kumuh
31 Meningkatkan Meningkatan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan layanan
keterampilan dan Pembinaan, pendidikan inklusif pendidikan inklusif irigasi dan penanganan
kompetensi tenaga kerja Pengembangan, dan bagi penyandang bagi penyandang abrasi/banjir
Pengelolaan disabilitas disabilitas
Keolahragaan
32 Meningkatkan Meningkatkan kualitas Meningkatkan Meningkatkan Memulihkan kawasan
kompetensi wirausaha hidup dan peran pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan yang sudah dalam
muda perempuan di berbagai terutama masyarakat terutama masyarakat kondisi kritis
bidang pembangunan miskin, kurang mampu miskin, kurang mampu (terdegradasi/tercemar)
dan terdampak krisis dan terdampak krisis yang terlantar secara
kesehatan akibat kesehatan akibat terkoordinasi
bencana dan kejadian bencana dan kejadian
luar biasa luar biasa
33 Meningkatkan Meningkatkan Menyediakan dan Menyediakan dan Meningkatkan
pengelolaan dan perlindungan meningkatkan mutu meningkatkan mutu pengelolaan pra
pengembangan perempuan dan anak sarana dan prasarana sarana dan prasarana bencana, tanggap
pemajuan kebudayaan dari berbagai tindak kesehatan kesehatan bencana dan pasca
Melayu Riau kekerasan bencana
Arah Kebijakan
No Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
34 Meningkatkan Meningkatkan akses Meningkatkan kualitas Meningkatkan kualitas Meningkatkan
aksesibilitas menuju semua anak terhadap pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan pemeliharaan dan
destinasi wisata pelayanan yang pemanfaatan keaneka-
berkualitas dalam ragaman hayati
rangka mendukung (KEHATI) secara
tumbuh kembang dan berkelanjutan
kelangsungan hidup
35 Meningkatkan promosi Meningkatkan Meningkatan Meningkatan Meningkatkan kualitas
dan kelembagaan pemahaman dan Pembinaan, Pembinaan, pengelolaan sumber
pariwisata pengamalan agama Pengembangan, dan Pengembangan, dan daya pesisir, laut dan
dalam kehidupan Pengelolaan Pengelolaan DAS
masyarakat Keolahragaan Keolahragaan
36 Mengembangkan Meningkatkan Meningkatkan kualitas Meningkatkan kualitas Menurunkan emisi gas
ekonomi kreatif secara pembangunan dan hidup dan peran hidup dan peran rumah kaca di Provinsi
terpadu pelayanan sarana perempuan di berbagai perempuan di berbagai Riau
keagamaan bidang pembangunan bidang pembangunan
37 Meningkatkan Meningkatkan
perlindungan perlindungan
perempuan dan anak perempuan dan anak
dari berbagai tindak dari berbagai tindak
kekerasan kekerasan
38 Meningkatkan akses Meningkatkan akses
semua anak terhadap semua anak terhadap
pelayanan yang pelayanan yang
berkualitas dalam berkualitas dalam
Arah Kebijakan
No Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Tahun 2023 Tahun 2024
rangka mendukung rangka mendukung
tumbuh kembang dan tumbuh kembang dan
kelangsungan hidup kelangsungan hidup
39 Meningkatkan Meningkatkan
pemahaman dan pemahaman dan
pengamalan agama pengamalan agama
dalam kehidupan dalam kehidupan
masyarakat masyarakat
40 Meningkatkan Meningkatkan
pembangunan dan pembangunan dan
pelayanan sarana pelayanan sarana
keagamaan keagamaan
Tabel 6.3
Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Provinsi Riau
No Fungsi Pusat Fungsi/Pelayanan
1 PKN (Pusat a. Kota Pekanbaru Pusat pemerintahan
Kegiatan Pusat perdagangan dan jasa
Nasional) b. Kota Dumai Pusat perdagangan, jasa, industri
2 PKW (Pusat a. Bangkinang Pusat pemerintahan
Kegiatan Pusat perdagangan dan jasa
Wilayah) b. Teluk Kuantan Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan dan jasa
Pusat wisata religi
c. Bengkalis Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan dan jasa
Pusat wisata budaya
d. Bagan Siapi-api Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan dan jasa
e. Tembilahan Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan dan jasa
Pusat wisata budaya
f. Rengat Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan dan jasa
g. Pangkalan Kerinci Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan dan jasa
Pusat wisata budaya
h. Pasir Pangaraian Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan dan jasa
i. Siak Sri Indrapura Pusat pemerintahan
Pusat perdagangan dan jasa
3 PKSN (Pusat a. Dumai Pintu gerbang internasional
Kegiatan Pusat perdagangan, jasa dan industri
Strategis b. Bengkalis Pusat perdagangan dan jasa
Nasional)
4 PKWp (Pusat a. Selat Panjang Pusat pemerintahan
Kegiatan Wilayah b. Kuala Enok Pusat agroindustri
Promosi) c. Tanjung Buton Pusat industry
5 PKL (Pusat a. Ujung Tanjung Pusat perdagangan dan jasa
Kegiatan Lokal) b. Ujung Batu Pusat perkebunan
c. Sungai Pakning Pusat perdagangan dan jasa
d. Bagan Batu Pusat perkebunan
e. Duri Pusat perdagangan, jasa dan industri
f. Perawang Pusat industry
g. Air Molek Pusat perkebunan
h. Sungai Guntung Pusat perkebunan
i. Sungai Apit Pusat pertanian
j. Pulau Kijang Pusat perkebunan
k. Tanjung Samak Pusat perikanan
l. Benai
m. Tapung
Sumber: RTRW Provinsi Riau Tahun 2018-2038
Arah kebijakan penataan ruang yang termuat dalam RTRW Provinsi Riau
2018-2038 selain terkait dengan struktur dan pola ruang, juga memperhatikan
arahan pengembangan kawasan strategis provinsi. Kawasan strategis provinsi
adalah wilayah penataan ruangnya yang diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh yang sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,
budaya dan/atau lingkungan. Berikut ini diuraikan kawasan strategis Provinsi
Riau.
A. Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan analisa yang bertumpu kepada peluang pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat, kawasan strategis di
wilayah Provinsi Riau terdiri atas:
1. Kawasan Strategis PEKANSIKAWAN
Pengembangan Kawasan PEKANSIKAWAN (Pekanbaru – Siak –
Kampar – Pelalawan) dimaksudkan dalam rangka peningkatan efisiensi
dan efektifitas pelayanan publik, percepatan pengembangan daerah
perbatasan, pengelolaan potensi daerah dengan saling menguntungkan
demi kepentingan masyarakat. Objek kesepakatan bersama ini meliputi:
bidang sosial budaya, bidang sosial ekonomi, bidang tata ruang dan
lingkungan hidup, dan bidang sarana dan prasarana, mulai dari aspek
perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pengendalian dan evaluasi.
Secara umum, lahan Pulau Rupat cukup sesuai untuk ditanami padi
sawah, padi gogo, jagung, tomat dan cabe, demikian juga untuk
tanaman tahunan yaitu kelapa sawit dan karet. Sementara itu 4.500 Ha
lahan di Selat Morong tersedia untuk pengembangan perikanan,
terutama ikan kakap dan udang.
Dari sejumlah kawasan strategis Provinsi yang diuraikan diatas, dengan
pertimbangan pencapaian visi misi Gubernur, Proyek Strategis Nasional
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, rekomendasi Kajian
Lingkungan Hidup Strategis RTRW Provinsi Riau Tahun 2018-2038
dan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau tahun 2018-2038, maka
kebijakan kewilayahan difokuskan pada kerjasama pembangunan
antar wilayah (Kawasan Strategis PEKANSIKAWAN dan SIAP
BEDELAU), Kawasan Industri Dumai, Kawasan Industri Tanjung
Buton, Kawasan Pengembangan Pulau Rupat, Kuala Enok - Pulau
Burung dan Kawasan Industri Tenayan.
B. Sosial Budaya
Kawasan strategis budaya untuk Provinsi Riau mencakup dua lokasi yaitu:
1. Kawasan Istana Siak Sri Indrapura dan Sekitarnya
Kawasan Istana Siak diwarnai oleh kekayaan potensi yang beragam
yaitu mulai dari abad kejayaan Kerajaan Siak Indrapura sampai dengan
budaya peninggalannya beserta alam atau panorama yang sangat indah.
Kerajaan Siak Sri Indrapura merupakan kerajaan Melayu terbesar di
provinsi Riau dengan wilayah terbentang dari kuala kampar sampai
perbatasan Sumatera Utara. Kerajaan Siak awalnya merupakan bagian
wilayah Kerajaan Melayu Johor. Sebagai bentuk eksistensi dan
kebesaran Kerajaan Siak Sri Indrapura di masa lalu maka sampai
sekarang masih dijumpai Istana Siak, Masjid Kerajaan, Makam Koto
Tinggi, dan Balai Karapatan Tinggi. Peninggalan kerajaan ini
mengandung nilai sosial dan budaya yang tinggi yang perlu dilestarikan
dan diposisikan sebagai penghargaan atas eksistensinya di masa lalu
dan menjadi motivasi bagi generasi mendatang.
Dengan demikian eksistensi Istana Siak dan sekitarnya amat penting
bagi pelestarian nilai-nilai budaya Melayu serantau, sehingga
diharapkan nilai-nilai budaya yang tinggi ini tidak hilang dan dapat
dilestarikan serta diwariskan ke generasi-generasi mendatang.
besar, juga potensial menjadi sumber air baku serta untuk keperluan
pengairan/irigasi untuk mendukung sektor pertanian di daerah
hinterlandnya. Danau PLTA Koto Panjang juga menyimpan potensi
wisata yang besar. Keindahan danau tersebut membutuhkan sentuhan
professional sehingga dapat diciptakan objek wisata unggulan di masa
mendatang. Mengingat vitalnya fungsi Danau PLTA Koto Panjang maka
perlu langkah-langkah mendesak untuk perlindungan dan pelestarian
kawasan ini guna tetap menjaga kesinambungan suplai energi sekaligus
pelestarian kawasan Danau PLTA Koto Panjang.
2. Kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil – Bukit Batu;
3. Kawasan Koridor Riau – Jambi – Sumatera Barat (RIMBA).
Strategi dan arah kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai sasaran
pembangunan jangka menengah Provinsi Riau akan dijabarkan dalam program.
Program adalah penjabaran kebijakan perangkat daerah dalam bentuk upaya yang
berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan
untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan tugas dan fungsi.
Pada subbab ini akan disajikan program pembangunan daerah, yaitu
program strategis daerah yang dilaksanakan oleh perangkat daerah sebagai
instrumen arah kebijakan untuk mencapai sasaran RPJMD. Program
pembangunan daerah disusun dalam RPJMD untuk menggambarkan keterkaitan
program perangkat daerah dalam mencapai sasaran pembangunan melalui strategi
dan arah kebijakan yang dipilih.
Visi dan misi pembangunan 5 (lima) tahunan menjadi dasar keselarasan
dan pencapaian kinerja pembangunan daerah melalui program dan kegiatan
perangkat daerah secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penyajian
program pembangunan daerah Provinsi Riau Tahun 2019-2024 disajikan per misi
yang selanjutnya dijabarkan berdasarkan tujuan dan sasarannya masing-masing.
Lebih detail mengenai program pembangunan daerah Provinsi Riau tahun 2019-
2024 disajikan pada tabel dibawah.
Jumlah siswa miskin yang - 1.700,00 - 2.400,00 - 2.400,00 - 2.400,00 - 2.400,00 - 2.400,00 -
dibantu
Jumlah siswa dan 2.724,00 3.635,00 - 3.792,00 - 3.808,00 - 3.808,00 - 3.808,00 - 3.808,00 -
mahasiswa yang diberikan
beasiswa
Program Bantuan Operasional Menurunnya angka putus 0,71 0,54 686.722,57 0,46 724.698,93 0,38 774.537,68 0,31 831.776,48 0,24 890.742,76 0,24 3.908.478,42 Dinas Pendidikan
Sekolah sekolah
Program pendidikan khusus dan Persentase anak 88,08 88,62 181.315,37 89,32 191.342,27 90,02 204.501,20 90,72 219.613,96 91,42 235.182,83 91,42 1.031.955,63 Dinas Pendidikan
layanan khusus berkebutuhan khusus yang
mendapatkan akses
pendidikan
Sasaran 1.1.2: Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Angka harapan hidup 71,19 71,56 568.777,62 71,67 600.231,52 71,79 641.510,44 71,91 688.918,44 72,03 737.757,24 72,03 3.237.195,25
(Tahun)
Program peningkatan kesehatan Persentase capaian 80 87,00 8.738,11 90,00 9.221,34 90,00 9.855,51 90,00 10.583,83 90,00 11.334,14 90,00 49.732,93 Dinas Kesehatan
masyarakat pelayanan penunjang klinik
dan non klinik rumah sakit
Arifin Achmad
Persentase capaian 35 40,00 11.099,95 50,00 11.713,79 60,00 12.519,36 70,00 13.444,55 80,00 14.397,66 80,00 63.175,31
pelayanan penunjang klinik
dan non klinik rumah sakit
Petala Bumi
Persentase capaian 50 53,00 5.233,77 60,00 5.523,21 66,00 5.903,05 73,00 6.339,29 80,00 6.788,69 80,00 29.788,00
pelayanan penunjang klinik
dan non klinik rumah sakit
Jiwa Tampan
Persalinan di fasilitas 71,4 80,00 7.435,17 85,00 7.846,34 90,00 8.385,94 95,00 9.005,67 100,00 9.644,10 100,00 42.317,21
kesehatan
Kunjungan Antenatal (k4) 81,90 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 100,00 -
Prevalensi Stunting (pendek 25,2 22,80 20,50 18,20 15,90 13,60 13,60 -
dan sangat pendek) pada
anak di bawah lima
tahun/balita
Kunjungan Neonatal lengkap 83,57 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 100,00 -
(KN lengkap )
Prevalensi Stunting (pendek 25,2 22,80 20,50 18,20 15,90 13,60 13,60 -
dan sangat pendek) pada
anak di bawah lima
tahun/balita
Persentase capaian standar 85,00 87,00 29.985,47 90,00 31.643,69 93,00 33.819,88 95,00 36.319,19 95,00 38.893,93 95,00 170.662,14 Rumah Sakit Jiwa Tampan
pelayanan minimal Rumah
Sakit Jiwa Tampan
Persentase capaian standar 82,00 93,00 15.325,00 95,00 16.172,49 97,00 17.284,69 100,00 18.562,04 100,00 19.877,94 100,00 87.222,17 Rumah Sakit Umum Petala Bumi
pelayanan minimal Rumah
Sakit Petala Bumi
program pencegahan dan Persentase Odha yang 12 23,00 2.300,75 28,00 2.427,99 33,00 2.594,97 38,00 2.786,73 43,00 2.984,29 43,00 13.094,73 Dinas Kesehatan
pengendalian penyakit diobati
Success Rate TB paru 34 80,00 90,00 95,00 95,00 95,00 95,00 -
Annual Parasit Indeks (API) 0,01 < 1 / 1000 < 1 / 1000 < 1 / 1000 < 1 / 1000 penduduk < 1 / 1000 penduduk < 1 / 1000 -
penduduk penduduk penduduk penduduk
Persentase capaian 71 93,00 93,00 94,00 94,00 95,00 95,00 -
Imunasasi Dasar Lengkap
(IDL) pada bayi usia 0-11
bulan
Persentase Kab/Kota yang 100 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 -
merespon Alert sinyal
kewaspadaan dini Kejadian
Luar Biasa (KLB) > 80%
Persentase sarana dan 80 83,00 11.456,01 85,00 12.089,54 87,00 12.920,95 90,00 13.875,82 93,00 14.859,51 93,00 65.201,83
prasarana rs memenuhi
standar untuk mendukung
akreditasi rumah sakit Jiwa
Tampan
Program pelayanan kefarmasian dan Persentase fasyankes yang 43,20 51,00 3.874,10 56,00 4.088,35 61,00 4.369,51 68,00 4.692,42 74,00 5.025,07 74,00 22.049,45 Dinas Kesehatan
Alkes melakukan pelayanan
kefarmasian sesuai standar
Persentase produksi dan 52,50 55,00 58,00 60,00 63,00 65,00 65,00 -
distribusi farmasi dan alkes
sesuai standar
Persentase ketersediaan 90,50 98,00 99,00 100,00 100,00 100,00 100,00 -
obat,vaksin dan logistik
Program peningkatan pelayanan Pesentase capaian indikator 25,00 35,00 15.375,15 45,00 16.225,41 55,00 17.341,26 65,00 18.622,79 75,00 19.943,00 75,00 87.507,61 Dinas Kesehatan
kesehatan kinerja fktl sesuai standar
Persentase fktp sesuai 100 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 -
standar
Persentase pelayanan 100 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 -
kesehatan bagi penduduk
terdampak krisis kesehatan
akibat bencana dan atau
berpotensi bencana
Sasaran 1.1.3: Meningkatnya kesetaraan gender Indeks pembangunan gender 88,17* 89,11 3.415,84 89,38 3.604,73 89,69 3.852,64 89,91 4.137,35 90,21 4.430,66 90,21 19.441,21
(IPG)
Program Peningkatan Peran Serta Persentase perempuan dalam 28,13 28,18 450,00 28,20 474,89 28,22 507,54 28,24 545,05 28,26 583,69 28,26 2.561,17 Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Dan Kesetaraan Gender Dalam peningkatan ekonomi Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk
Pembangunan dan Keluarga Berencana
Program Penguatan Kelembagaan Persentase kelembagaan 40 50,00 650,00 55,00 685,95 60,00 733,12 65,00 787,30 70,00 843,11 70,00 3.699,47 Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Pengarusutamaan Gender Dan Anak pengarusutamaan Gender Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk
yang aktif dan Keluarga Berencana
Program Peningkatan Kualitas Persentase Kasus Kekerasan 60 70,00 2.315,84 75,00 2.443,90 80,00 2.611,97 85,00 2.805,00 90,00 3.003,85 90,00 13.180,57 Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Hidup Dan Perlindungan Perempuan Perempuan dan Anak yang Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk
ditangani dan Keluarga Berencana
Persentase Kabupaten/kota 66 74,00 75,00 84,00 85,00 89,00 89,00 -
menuju Kabupaten/Kota
layak anak
Tujuan 1.2: Mewujudkan sumber daya yang beriman Indeks kerukunan umat 71,20* 73,34 141.219,13 74,22 149.028,67 75,11 159.277,62 76,01 171.048,33 76,92 183.174,28 76,92 803.748,03
beragama (Poin)
Sasaran 1.2.1: Meningkatnya kerukunan umat beragama Indeks kerukunan umat 71,20* 73,34 141.219,13 74,22 149.028,67 75,11 159.277,62 76,01 171.048,33 76,92 183.174,28 76,92 803.748,03
beragama (Poin)
Misi 2: Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur Daerah yang Merata, Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan
Tujuan 2.1: Meningkatkan kualitas infrastruktur Rata-rata capaian pelayanan 52,20 53,76 1.061.312,60 54,62 1.120.004,11 55,53 1.197.028,66 56,41 1.285.489,79 57,31 1.376.620,71 57,31 6.040.455,87
infrastruktur dasar (%)
Sasaran 2.1.1: Meningkatnya pelayanan transportasi Persentase peningkatan 0,57* 0,61 921.051,12 0,63 971.986,05 0,65 1.038.831,15 0,67 1.115.601,39 0,69 1.194.688,59 0,69 5.242.158,31
pergerakan orang/barang melalui
terminal/dermaga/bandara
pertahun (%)
Program pembangunan jalan dan Persentase Kondisi Jalan 50,60 51,08 535.790,36 51,54 565.420,04 52,00 604.304,91 52,46 648.963,41 52,92 694.969,71 52,92 3.049.448,43 Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang,
jembatan berdasarkan Perkerasan Perumahan, Kawasan Permukiman dan
(Aspal) Pertanahan
Persentase Kondisi Jalan 16,44 17,84 18,54 19,24 19,94 20,64 20,64 -
berdasarkan Perkerasan
(Rigid)
Persentase Kondisi Jalan 21,51 19,65 18,72 17,79 16,86 15,93 15,93 -
berdasarkan Perkerasan
(Kerikil)
Persentase Kondisi Jalan 11,88 11,40 11,16 10,92 10,68 10,44 10,44 -
berdasarkan Perkerasan
(Tanah)
Program Preservasi jalan dan Presentase kemantapan ruas 60,80 63,80 340.769,76 65,30 359.614,62 66,80 384.345,92 68,30 412.749,31 69,80 442.009,93 69,80 1.939.489,55 Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang,
jembatan jalan Provinsi Perumahan, Kawasan Permukiman dan
Pertanahan
Program perhubungan laut Presentase tersediaanya 39,25 39,87 7.142,89 44,94 7.537,89 49,37 8.056,29 53,80 8.651,65 57,59 9.264,98 57,59 40.653,70 Dinas Perhubungan
prasana perhubungan laut
yang layak
Program bina sistem transportasi Persentase sistem 32.00 35,00 27.149,75 38,00 28.651,16 41,00 30.621,54 44,00 32.884,49 47,00 35.215,74 47,00 154.522,69 Dinas Perhubungan
transportasi antar dan inter
moda yang terintegrasi
Program perhubungan darat Presentase tersediaanya 17,23 18,78 10.198,36 21,01 10.762,34 23,78 11.502,49 27,08 12.352,53 31,34 13.228,22 31,34 58.043,94 Dinas Perhubungan
prasana perhubungan darat
yang layak
Sasaran 2.1.2: Meningkatnya cakupan pelayanan Persentase rumah tangga 68,43 71,84 102.803,75 73,44 108.488,88 75,31 115.949,85 77,01 124.518,61 78,82 133.345,98 78,82 585.107,07
infrastruktur permukiman yang memilik akses terhadap
layanan sumber air minum
Persentase rumah tangga 77,17 78,21 78,73 79,25 79,77 80,29 80,29
yang memiliki akses
terhadap layanan sanitasi
layak
Program penyelenggaraan air minum Presentase peningkatan 5,15 5,15 55.554,65 5,15 58.626,87 7,22 62.658,74 32,99 67.289,25 32,99 72.059,52 32,99 316.189,03 Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang,
dan penyehatan lingkungan layanan air minum Perumahan, Kawasan Permukiman dan
Pertanahan
Presentase peningkatan 69,82 70,99 73,53 75,69 77,86 79,73 79,73 -
layanan sanitasi
Program Pengembangan Persentase legalitas 13,46 38,46 5.228,01 53,85 5.517,13 69,23 5.896,55 76,92 6.332,31 100,00 6.781,22 100,00 29.755,20 Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
kegeologian pengusahaan air tanah
Sasaran 2.1.3: Meningkatnya cakupan layanan listrik bagi Rasio elektifikasi 90,53 92,82 26.751,04 93,97 28.230,40 95,11 30.171,85 96,26 32.401,57 97,40 34.698,58 97,43 152.253,44
rumah tangga Program pengembangan energi dan Rasio Desa Berlistrik 95,92 96,73 26.751,04 97,55 28.230,40 98,37 30.171,85 99,18 32.401,57 100,00 34.698,58 100,00 152.253,44 Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
ketenagalistrikan
Sasaran 2.1.4: Meningkatnya infrastruktur pengelolaan dan Persentase lahan pertanian 24,30 25,30 10.706,69 26,30 11.298,77 27,30 12.075,81 28,30 12.968,22 29,30 13.887,56 29,30 60.937,05
konservasi sumber daya air yang teririgasi dengan baik
(%)
Program Pengembangan, Persentase daerah rawan 9,59 9,75 10.706,69 9,97 11.298,77 10,28 12.075,81 10,58 12.968,22 10,88 13.887,56 10,88 60.937,05 Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang,
Pengelolaan dan Konservasi Sungai, abrasi yang ditangani Perumahan, Kawasan Permukiman dan
Danau dan Sumber Daya Air Pertanahan
Lainnya
Persentase saluran irigasi 51* 53,00 55,00 57,00 59,00 61,00 61,00
dalam kondisi baik
Tujuan 2.2.: Mewujudkan pembangunan yang berwawasan Indeks kualitas lingkungan 63,87 67,62 34.693,83 68,00 36.612,43 68,35 39.130,32 68,70 42.022,08 69,08 45.001,11 69,08 197.459,76
lingkungan (RIAU HIJAU) hidup (Indeks)
Sasaran 2.2.1: Meningkatnya indeks kualitas lingkungan Indeks Kualitas Air 57,5 58,30 30.227,05 58,60 31.898,64 58,80 34.092,36 59,00 36.611,80 59,20 39.207,29 59,20 172.037,13
hidup
Indeks Kualitas Udara 89,91 90,30 90,60 90,90 91,20 91,60 91,60
Indeks Kualitas Tutupan 56,59 57,59 58,09 58,59 59,09 59,59 59,59
Lahan
Program pengendalian pencemaran Persentase Peningkatan n/a 0,30 8.973,50 0,77 9.469,75 0,66 10.121,00 0,66 10.868,94 0,77 11.639,46 0,77 51.072,65 Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dan perusakan lingkungan hidup Kualitas Udara
Program pengelolaan dan Persentase peningkatan 76,00 80,00 5.740,02 84,00 6.057,45 87,00 6.474,03 91,00 6.952,46 95,00 7.445,34 95,00 32.669,30 Dinas Kelautan dan Perikanan
perlindungan ekosistem pesisir dan kesadaran hukum (pelaku
laut usaha yang taat hukum)
Persentase pemanfaatan 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00 22,00 22,00 -
sumberdaya kelautan dan
perikanan
Program penyelenggaraan Persentase penyelenggaraan 100,00 100,00 4.238,10 100,00 4.472,47 100,00 4.780,05 100,00 5.133,30 100,00 5.497,21 100,00 24.121,14 Badan Penanggulangan Bencana Daerah
penanggulangan bencana penanggulangan bencana
Sasaran 2.2.2: Menurunnya emisi gas rumah kaca Emisi gas rumah kaca 384.651 343.988,00 4.466,77 302.901,00 4.713,79 297.332,00 5.037,97 297.275,00 5.410,27 282.075,00 5.793,82 282.075,00 25.422,62
(GgCO2-e)
Program perlindungan dan Persentase penurunan luasan n/a 1,00 4.466,77 1,00 4.713,79 1,00 5.037,97 1,00 5.410,27 1,00 5.793,82 294.849,00 25.422,62 Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
rehabilitasi hutan dan lahan lahan kritis
Misi 3: Mewujudkan Pembangunan Ekonomi yang Inklusif, Mandiri dan Berdaya Saing
Tujuan 3.1: Mewujudkan perekonomian yang mandiri dan Laju pertumbuhan ekonomi 2,34 2,81 249.782,89 2,93 263.596,11 3,06 281.724,05 3,19 302.543,62 3,31 323.991,54 3,31 1.421.638,21
berdaya saing (%)
Sasaran 3.1.1: Meningkatnya kemandirian ekonomi dan Nilai PDRB ADHK (Milyar 482.087,21 500.882,71 85.663,40 510.942,99 90.400,66 520.328,45 96.617,66 523.188,85 103.757,77 540.867,40 111.113,36 540.867,40 487.552,85
menurunkan kesenjangan pendapatan rupiah)
Koefisien gini (Indeks) 0,327 0,296 0,284 0,272 0,262 0,249 0,249
Program kerjasama, fasilitasi dan Jumlah Kawasan Industri - 1,00 2.342,68 1,00 2.472,23 2,00 2.642,25 2,00 2.837,51 3,00 3.038,67 294.849,00 13.333,33 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi,
pengembangan perwilayahan yang Beroperasi Usaha Kecil dan Menengah
industri
Program pemberdayaan penyuluhan Persentase sdm yang 0,48 3,00 209,81 3,00 221,41 3,00 236,64 3,00 254,13 3,00 272,14 294.849,00 1.194,12 Dinas Perkebunan
perkebunan ditingkatkan kompetensinya
Program Pencegahan Dan Persentase angka kematian 3,80 3,40 12.074,88 3,10 12.742,63 2,80 13.618,96 2,50 14.625,41 2,20 15.662,23 294.849,00 68.724,11 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Penanggulangan Penyakit Ternak ternak
Program pengembangan budidaya Jumlah produksi perikanan 115.149,60 124.800,00 5.545,41 129.792,00 5.852,08 134.983,68 6.254,53 140.383,03 6.716,75 145.998,35 7.192,91 294.849,00 31.561,68 Dinas Kelautan dan Perikanan
perikanan budidaya
Program pengembangan perikanan Jumlah produksi perikanan 143.921,30 145.744,31 7.072,54 146.744,31 7.463,66 148.211,75 7.976,95 149.963,87 8.566,45 151.190,81 9.173,74 294.849,00 40.253,34 Dinas Kelautan dan Perikanan
tangkap tangkap
Sasaran 3.1.2: Meningkatnya investasi daerah Nilai Pembentukan Modal 144.910,00* 158.703,07 4.009,84 163.296,86 4.231,58 167.919,66 4.522,60 172.524,94 4.856,82 177.333,00 5.201,13 177.333,00 22.821,97
Tetap Bruto (PMTB)
Program peningkatan investasi Jumlah nilai realisasi 22,89 T 24.4 T 2.154,40 24.8 T 2.273,54 25.2 T 2.429,90 25.6 T 2.609,47 26.10 T 2.794,46 294.849,00 12.261,76 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
investasi PMA/PMDN Terpadu Satu Pintu
Program penyelenggaraan perizinan Indeks kepuasan masyarakat 82,00 91,00 1.855,44 92,00 1.958,04 93,00 2.092,70 94,00 2.247,35 95,00 2.406,67 294.849,00 10.560,21 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Sasaran 3.1.3: Meningkatnya ketahanan pangan daerah Indeka ketahanan pangan 50,91 52,00 9.933,82 54,00 10.483,17 56,00 11.204,11 58,00 12.032,10 60,00 12.885,08 60,00 56.538,28
(indeks)
Program peningkatan dan Persentase terfasilitasi 100,00 100,00 2.492,50 100,00 2.630,33 100,00 2.811,22 100,00 3.018,98 100,00 3.233,00 294.849,00 14.186,03 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi,
pengembangan perdagangan dalam ketersediaan barang pokok Usaha Kecil dan Menengah
dan luar negeri
Program peningkatan ketahanan Skor PPH ketersediaan 86,02 86,03 1.933,78 87,03 2.040,72 87,06 2.181,06 87,06 2.342,24 87,06 2.508,29 294.849,00 11.006,08 Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan
pangan Hortikultura
Skor PPH konsumsi 84,09 84,00 85,50 - 86,00 - 86,00 - 86,00 - 294.849,00 -
Sasaran 3.1.4: Menurunnya angka kemiskinan dan Persentase penduduk miskin 7,21 6,75 144.444,47 6,62 152.432,37 6,50 162.915,40 6,40 174.954,95 6,28 187.357,85 6,28 822.105,04
pengangguran (%)
Program Pemberdayaan dan Jumlah Usaha kecil yang - 12,00 7.562,50 14,00 7.980,72 16,00 8.529,57 18,00 9.159,91 20,00 9.809,27 294.849,00 43.041,96 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi,
Pengembangan Koperasi dan ditingkatkan skala usahanya Usaha Kecil dan Menengah
UMKM
Jumlah koperasi aktif yang 2,00 6,00 9,00 12,00 15,00 18,00 294.849,00 -
bersertifikat A
Program pengembangan perumahan Persentase peningkatan 78,78 79,15 122.820,14 79,33 129.612,20 79,52 138.525,85 79,70 148.762,99 79,89 159.309,10 294.849,00 699.030,29 Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang,
akses rumah sehat layak Perumahan, Kawasan Permukiman dan
huni bagi rumah tangga Pertanahan
miskin
Program perlindungan dan jaminan Jumlah pmks yang 480,00 53.392,00 1.070,03 53.392,00 1.129,21 53.358,00 1.206,87 53.353,00 1.296,05 53.332,00 1.387,93 294.849,00 6.090,09 Dinas Sosial
sosial mendapatkan perlindungan
dan jaminan sosial
Program penanganan fakir miskin Jumlah pmks yang 4,00 129,00 476,20 129,00 502,53 129,00 537,09 129,00 576,79 129,00 617,68 294.849,00 2.710,29 Dinas Sosial
diberdayakan
Program rehabilitasi sosial Jumlah pmks yang 524,00 6.605,00 8.224,66 6.605,00 8.679,49 6.580,00 9.276,39 6.575,00 9.961,92 6.555,00 10.668,15 294.849,00 46.810,62 Dinas Sosial
mendapatkan pelayanan dan
rehabilitasi dasar
kesejahteraan sosial
Program pemberdayaan sosial Jumlah potensi sumber 3,00 5.648,00 1.513,24 5.648,00 1.596,93 5.649,00 1.706,75 5.649,00 1.832,88 5.648,00 1.962,82 294.849,00 8.612,62 Dinas Sosial
kesejahteraan sosial (psks)
yang diberdayakan
Program pembinaan dan Persentase lembaga desa 15,00 35,00 2.777,68 40,00 2.931,29 45,00 3.132,88 50,00 3.364,40 55,00 3.602,91 294.849,00 15.809,17 Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa,
pemberdayaan lembaga di desa aktif Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Tingkat pengangguran 6,20 6,02 5.731,37 5,96 6.048,32 5,89 6.464,27 5,83 6.941,99 5,76 7.434,12 5,76 32.620,07
terbuka (%)
Program peningkatan kualitas dan Persentase tenaga kerja yang 30,00 35,00 2.118,53 40,00 2.235,69 45,00 2.389,44 50,00 2.566,02 55,00 2.747,93 294.849,00 12.057,63 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
produktivitas tenaga kerja ditingkatkan kapasitas
sdmnya
Program penempatan tenaga kerja Persentase tenaga kerja yang 10,83 25,00 444,34 30,00 468,91 35,00 501,16 40,00 538,19 45,00 576,35 294.849,00 2.528,94 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
ditempatkan
Program peningkatan kapasitas Jumlah pemuda pelopor 25,00 25,00 3.168,50 25,00 3.343,72 25,00 3.573,67 25,00 3.837,77 25,00 4.109,84 294.849,00 18.033,50 Dinas Kepemudaan dan Olahraga
pemuda dan kepemudaan
Jumlah pemuda kader 528,00 1.000,00 1.200,00 - 1.400,00 - 1.600,00 - 1.800,00 - 294.849,00 -
Jumlah wirausaha muda 80,00 100,00 150,00 - 200,00 - 250,00 - 300,00 - 294.849,00 -
Misi 4: Mewujudkan Budaya Melayu sebagai Payung Negeri dan Mengembangkan Pariwisata yang Berdaya Saing
Tujuan 4.1: Meningkatkan Pemajuan Budaya Melayu Persentase Pemajuan 0 9,09 8.190,52 18,18 8.643,47 27,27 9.237,89 36,36 9.920,58 45,45 10.623,87 45,45 46.616,33
Budaya Melayu Riau
Sasaran 4.1.1: Meningkatnya Kebudayaan Melayu Riau Persentase Objek Pemajuan 68,69 72,00 8.190,52 78,00 8.643,47 82,00 9.237,89 90,00 9.920,58 95,00 10.623,87 95,00 46.616,33
yang mendapatkan perlindungan, pengembangan, Kebudayaan Melayu Riau
pemanfaatan dan pembinaan yang Mendapatkan
Perlindungan
Persentase Objek Pemajuan n/a 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 25,00
Kebudayaan Melayu Riau
yang Mendapatkan
Pengembangan
Tujuan 4.2: Meningkatkan Nilai Tambah Pariwisata Jumlah Pengeluaran 1.244,97 1.787,16 22.596,97 2.058,26 23.846,60 2.329,36 25.486,58 2.600,46 27.370,05 2.871,56 29.310,37 11.646,80 128.610,56
wisatawan mancanegara
(Milyar rupiah)
Sasaran 4.2.1: Meningkatnya kunjungan wisatawan Jumlah kunjungan 146.935 177.707 4.336,36 200.319 4.576,16 222.748 4.890,87 251.966 5.252,31 278.325 5.624,66 278.325,00 24.680,37
Mancanegara wisatawan Mancanegara
(Wisman)
Program Pengembangan Destinasi Jumlah destinasi dan n/a 1,00 4.336,36 3,00 4.576,16 5,00 4.890,87 6,00 5.252,31 7,00 5.624,66 294.849,00 24.680,37 Dinas Pariwisata
Pariwisata Kawasan Strategis
Pariwisata Provinsi yang
ditingkatkan daya tariknya
Sasaran 4.2.2: Meningkatnya kenyamanan wisatawan Rata-rata lama tinggal 2,67 3,51 18.260,61 3,57 19.270,44 3,63 20.595,70 3,70 22.117,74 3,76 23.685,71 3,76 103.930,20
Mancanegara wisatawan Mancanegara
(wisman)
Program Pemasaran Pariwisata Jumlah produk pariwisata 45,00 58,00 10.451,06 69,00 11.029,01 73,00 11.787,50 74,00 12.658,60 79,00 13.556,00 294.849,00 59.482,17 Dinas Pariwisata
yang berhasil dipasarkan
Program pengembangan sumber Jumlah sdm profesi 676,00 824,00 2.486,06 832,00 2.623,54 838,00 2.803,96 842,00 3.011,18 848,00 3.224,65 294.849,00 14.149,38 Dinas Pariwisata
daya pariwisata pariwisata yang dibina
Program pengembangan ekonomi Jumlah pelaku ekonomi 659,00 290,00 5.323,49 320,00 5.617,89 350,00 6.004,24 380,00 6.447,96 410,00 6.905,06 294.849,00 30.298,64 Dinas Pariwisata
kreatif kreatif
Jumlah produk ekonomi 13,00 9,00 9,00 9,00 10,00 10,00 294.849,00 -
kreatif
-
Misi 5: Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Pelayanan Publik yang Prima Berbasis Teknologi Informasi
Tujuan 5.1: Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan Indeks reformasi birokrasi 59,73 63,87 88.689,59 65,25 93.594,21 66,63 100.030,84 68,01 107.423,17 69,39 115.038,62 69,39 504.776,43
daerah yang bersih, transparan, dan akuntabel
Sasaran 5.1.1: Meningkatnya penerapan reformasi birokrasi Indeks reformasi birokrasi 59,73 63,87 55.436,71 65,25 58.502,41 66,63 62.525,72 68,01 67.146,41 69,39 71.906,55 69,39 315.517,80
Program Pencegahan dan Persentase jumlah laporan 56,67 100,00 1.057,09 100,00 1.115,55 100,00 1.192,27 100,00 1.280,37 100,00 1.371,14 294.849,00 6.016,42 Inspektorat
Pemberantasan Korupsi hasil evaluasi dan jumlah
opd yang difasilitasi
Program reformasi birokrasi Persentase perangkat daerah 58,00 62,00 1.356,42 65,00 1.431,43 68,00 1.529,88 70,00 1.642,94 73,00 1.759,41 294.849,00 7.720,08 Sekretariat Daerah
yang melaksanakan area
perubahan reformasi
Program Pembinaan Persentase desa dan 6,00 15,00 2.720,62 20,00 2.871,07 25,00 3.068,52 30,00 3.295,28 35,00 3.528,89 294.849,00 15.484,38 Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa,
Penyelenggaraan Pemerintahan kelurahan dengan tata kelola Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Desa pemerintahan yang baik
Program Pengembangan Persentase peningkatan - 95,00 13.695,88 95,00 14.453,27 96,00 15.447,25 97,00 16.588,81 98,00 17.764,83 294.849,00 77.950,04 Badan Pengembangan Sumber Daya
Kompetensi Sumber Daya Manusia kompetensi sumber daya Manusia
manusia
Program Pembinaan Kearsipan dan Penilaian/ predikat kearsipan - 77,00 261,60 78,00 276,07 79,00 295,05 80,00 316,86 81,00 339,32 294.849,00 1.488,90 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Pengelolaan Arsip
Program pembinaan dan Indeks kepuasan masyarakat 82,00 91,00 1.855,44 92,00 1.958,04 93,00 2.092,70 94,00 2.247,35 95,00 2.406,67 294.849,00 10.560,21 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
pengembangan perpustakaan
Program penataan administrasi Persentase tertib - 45,00 2.360,30 60,00 2.490,83 75,00 2.662,12 80,00 2.858,86 90,00 3.061,53 294.849,00 13.433,63 Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa,
kependudukan administrasi kependudukan Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Program Pelayanan Administrasi Persentase pelayanan asn 85,71 100,00 3.691,47 100,00 3.895,61 100,00 4.163,52 100,00 4.471,20 100,00 4.788,17 294.849,00 21.009,97 Badan Kepegawaian Daerah
Aparatur Sipil Negara yang terselesaikan
Program Perencanaan Pembangunan Persentase pencapaian target 90,80 91,50 10.468,56 92,20 11.047,48 92,90 11.807,23 93,60 12.679,79 94,30 13.578,69 294.849,00 59.581,74 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Daerah program pembangunan Penelitian dan Pengembangan/Setda
daerah
Program pengendalian dan evaluasi Jumlah dokumen 9.00 12,00 1.099,39 12,00 1.160,18 12,00 1.239,97 12,00 1.331,61 12,00 1.426,01 294.849,00 6.257,15 Sekretariat Daerah
pembangunan pengendalian evaluasi
pembangunan
Program pembinaan dan Persentase pengelolaan 100,00 100,00 6.192,95 100,00 6.535,42 100,00 6.984,87 100,00 7.501,06 100,00 8.032,83 294.849,00 35.247,13 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
pengelolaan keuangan daerah keuangan daerah yang Daerah
berkualitas
Program pelayanan pengadaan Persentase pelayanan 98,40 100,00 1.771,23 100,00 1.869,18 100,00 1.997,73 100,00 2.145,36 100,00 2.297,45 294.849,00 10.080,94 Sekretariat Daerah
barang dan jasa pemerintah pengadaan barang dan jasa
pemerintah
Program pembinaan dan Persentase pengelolaan aset 100,00 100,00 2.293,48 100,00 2.420,31 100,00 2.586,76 100,00 2.777,92 100,00 2.974,85 294.849,00 13.053,31 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
pengelolaan aset daerah daerah yang berkualitas Daerah
Program penelitian, pengembangan Persentase pemanfaatan 55,30 100,00 5.037,56 100,00 5.316,14 100,00 5.681,74 100,00 6.101,63 100,00 6.534,18 294.849,00 28.671,26 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
dan kerjasama pembangunan hasil kelitbangan Penelitian dan Pengembangan/Setda
Persentase kerjasama yang 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 294.849,00 -
difasilitasi
Sasaran 5.1.2: Meningkatnya penerapan e-government Sistem Pemerintah Berbasis 2,95 3,17 33.252,88 3,25 35.091,79 3,33 37.505,12 3,42 40.276,77 3,50 43.132,07 3,50 189.258,62
Elektronik
Program Peningkatan Sistem Persentase realisasi 43,75 100,00 8.532,65 100,00 9.004,51 100,00 9.623,77 100,00 10.334,97 100,00 11.067,63 294.849,00 48.563,53 Inspektorat
Pengawasan Internal Dan audit/jumlah laporan hasil
Pengendalian Pelaksanaan audit
Kebijakan KDH
Program penegakan peraturan Persentase peraturan daerah 100,00 100,00 455,00 100,00 480,16 100,00 513,18 100,00 551,11 100,00 590,18 294.849,00 2.589,63 Satuan Polisi Pamong Praja
daerah yang ditegakkan
Program peningkatan pelayanan Persentase layanan terhadap 100,00 100,00 1.958,29 100,00 2.066,59 100,00 2.208,71 100,00 2.371,93 100,00 2.540,09 294.849,00 11.145,61 Badan Penghubung
badan penghubung stakeholder
Program peningkatan pelayanan Persentase pencapaian 100,00 100,00 7.990,05 100,00 8.431,91 100,00 9.011,78 100,00 9.677,76 100,00 10.363,83 294.849,00 45.475,33 Sekretariat Daerah
informasi dan kehumasan pelaksanaan kegiatan
pelayanan administrasi
informasi dan kehumasan
Program Pengembangan Persentase sistem informasi - 75,00 805,90 80,00 850,47 85,00 908,96 90,00 976,13 95,00 1.045,33 294.849,00 4.586,79 Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik
Infrastruktur Komunikasi dan dan aplikasi yang dikelola
Informatika
Program penyelenggaraan sistem Persentase indikator spbe - 75,00 12.110,43 80,00 12.780,15 85,00 13.659,06 90,00 14.668,47 95,00 15.708,35 294.849,00 68.926,46 Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik
pemerintahan berbasis elektronik yang terpenuhi
Program penyelenggaraan Persentase perangkat daerah 60,40 75,00 736,86 80,00 777,61 85,00 831,09 90,00 892,50 95,00 955,78 294.849,00 4.193,84 Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik
persandian yang telah menerapkan
sistem manajemen keamanan
informasi
Program penyelenggaraan statistik Persentase data sektoral 60,40 75,00 663,70 80,00 700,40 85,00 748,57 90,00 803,89 95,00 860,88 294.849,00 3.777,45 Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik
yang tersusun
BAB VII
KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM
PERANGKAT DAERAH
Bab ini memuat program prioritas dalam pencapaian visi dan misi serta
seluruh program yang dirumuskan dalam Renstra Perangkat Daerah beserta
indikator kinerja, pagu indikatif target, dan Perangkat Daerah penanggung jawab
berdasarkan bidang urusan.
Penyajian Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Provinsi Riau
Tahun 2020 – 2024 disajikan pada Tabel 7.1 sedangkan Indikasi Rencana
Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan Provinsi Riau disajikan
pada Tabel 7.2.
BAB VII - KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII - 2
TABEL 7.2
Indikasi Rencana Program Prioritas Disertai Kebutuhan Pendanaan RPJMD Provinsi Riau 2019 - 2024
9.810.674.367.823,15 10.066.344.994.340,10
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
7.546,98 15.644,66 10.463,04 (215.360,03)
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 16.673,31 100,00 17.595,36 100,00 18.805,43 100,00 20.195,16 100,00 21.626,83 100,00 94.896,09 Dinas Pendidikan
pelayanan administrasi perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 1.820,00 100,00 1.920,65 100,00 2.052,73 100,00 2.204,43 100,00 2.360,71 100,00 10.358,52 Dinas Pendidikan
Prasarana Aparatur
Program Penyelenggaraan Pendidikan Menengah APK SMA Sederajat 83,87 85,26 309.434,26 85,56 326.546,25 85,86 349.003,38 86,16 374.794,94 86,46 401.364,89 86,46 1.761.143,71 Dinas Pendidikan
APM SMA Sederajat 63,81 67,17 69,32 71,51 73,68 75,55 75,55
Akreditasi sekolah SMA sederajat 81,49 82,63 82,83 83,03 83,23 83,43 83,43
dengan nilai minimal b
Program Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Persentase anak berkebutuhan 88,08 88,62 181.315,37 89,32 191.342,27 90,02 204.501,20 90,72 219.613,96 91,42 235.182,83 91,42 1.031.955,63 Dinas Pendidikan
khusus yang mendapatkan akses
pendidikan
Program Bantuan Operasional sekolah Menurunnya angka putus sekolah 0,71 0,54 686.722,57 0,46 724.698,93 0,38 774.537,68 0,31 831.776,48 0,24 890.742,76 0,24 3.908.478,42 Dinas Pendidikan
Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kualifikasi guru SMA/SMK dengan 753,00 162,00 139.748,88 175,00 147.477,12 150,00 157.619,36 150,00 169.267,53 116,00 181.267,24 753,00 795.380,13 Dinas Pendidikan
Kependidikan tingkat pendidikan > D4/S1
Jumlah siswa miskin yang dibantu - 1.700,00 2.400,00 - 2.400,00 2.400,00 2.400,00 11.300,00
Jumlah siswa dan mahasiswa yang 2.724,00 3.635,00 3.792,00 - 3.808,00 3.808,00 3.808,00 18.851,00
diberikan beasiswa
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00% 100,00 7.744,64 100,00 8.172,93 100,00 8.735,00 100,00 9.380,52 100,00 10.045,52 100,00 44.078,61 Dinas Kesehatan
pelayanan administrasi perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00% 100,00 1.687,41 100,00 1.780,73 100,00 1.903,19 100,00 2.043,84 100,00 2.188,73 100,00 9.603,90 Dinas Kesehatan
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00% 100,00 575,40 100,00 607,22 100,00 648,98 100,00 696,94 100,00 746,35 100,00 3.274,89 Dinas Kesehatan
Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat Persalinan di fasilitas kesehatan 71,40 80,00 7.435,17 85,00 7.846,34 90,00 8.385,94 95,00 9.005,67 100,00 9.644,10 100,00 42.317,21 Dinas Kesehatan
Kunjungan Antenatal (k4) 81,90 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 100,00
Kunjungan Neonatal lengkap (KN 83,57 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 100,00
lengkap )
Prevalensi Stunting (pendek dan 25,2 22,80 20,50 18,20 15,90 13,60 13,60
sangat pendek) pada anak di bawah
lima tahun/balita
Program Pembiayaan Kesehatan Persentase masyarakat miskin yang - 100,00 189.036,39 100,00 199.490,26 100,00 213.209,54 100,00 228.965,85 100,00 245.197,70 100,00 1.075.899,74 Dinas Kesehatan
mempunyai jaminan kesehatan
Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Pesentase capaian indikator kinerja 25,00 35,00 15.375,15 45,00 16.225,41 55,00 17.341,26 65,00 18.622,79 75,00 19.943,00 75,00 87.507,61 Dinas Kesehatan
FKTL sesuai standar
Persentase FKTP sesuai standar 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Persentase pelayanan kesehatan bagi 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
penduduk terdampak krisis
kesehatan akibat bencana dan atau
berpotensi bencana
Persentase manajemen kesehatan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
dengan sistem informasi kesehatan
Persentase kepuasan pelanggan atas 55,00 60,00 65,00 70,00 75,00 80,00 80,00
pelayanan laboratorium
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Persentase Odha yang diobati 12,00 23,00 2.300,75 28,00 2.427,99 33,00 2.594,97 38,00 2.786,73 43,00 2.984,29 43,00 13.094,73 Dinas Kesehatan
Success Rate TB paru 34,00 80,00 90,00 95,00 95,00 95,00 95,00
Annual Parasit Indeks (API) 0,01 < 1 / 1000 < 1 / 1000 < 1 / 1000 < 1 / 1000 < 1 / 1000 < 1 / 1000 penduduk
penduduk penduduk penduduk penduduk penduduk
Persentase capaian Imunasasi Dasar 71,00 93,00 93,00 94,00 94,00 95,00 95,00
Lengkap (IDL) pada bayi usia 0-11
bulan
Persentase Kab/Kota yang merespon 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Alert sinyal kewaspadaan dini
Kejadian Luar Biasa (KLB) > 80%
Persentase penderita Diabetes 13,70 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 100,00
Mellitus yang mendapat pelayanan
kesehatan sesuai standar
Persentase penderita Hipertensi yang 33,20 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 100,00
mendapat pelayanan kesehatan
sesuai standar
Program Pelayanan Kefarmasian dan Alkes Persentase fasyankes yang 43,20 51,00 3.874,10 56,00 4.088,35 61,00 4.369,51 68,00 4.692,42 74,00 5.025,07 74,00 22.049,45 Dinas Kesehatan
melakukan pelayanan kefarmasian
sesuai standar
Persentase produksi dan distribusi 52,50 55,00 58,00 60,00 63,00 65,00 65,00
farmasi dan alkes sesuai standar
Persentase ketersediaan obat,vaksin 90,50 98,00 99,00 100,00 100,00 100,00 100,00
dan logistik
BAB VII - KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII - 3
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program Kondisi Kinerja awal Perangkat Daerah
Kode 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangunan (Outcome) RPJMD (2018) Penanggung Jawab
Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
Program pengembangan dan pendayagunaan Persentase pelaksanaan diklat 80,00 100,00 9.730,66 100,00 10.268,77 100,00 10.974,97 100,00 11.786,03 100,00 12.621,56 100,00 55.381,98 Dinas Kesehatan
Sumberdaya Manusia Kesehatan kesehatan yang sesuai standar
Persentase Sumber Daya Manusia 30,00 45,00 60,00 75,00 90,00 100,00 100,00
Kesehatan yang mempunyai
kompetensi sesuai standar
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Persentase fasyankes yang 61,92 65,00 228,31 67,00 240,94 70,00 257,51 72,00 276,54 75,00 296,14 75,00 1.299,45 Dinas Kesehatan
Kesehatan mempunyai sarana dan prasarana
kesehatan sesuai standar
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD 512.641,06 540.990,56 578.195,38 620.924,37 664.942,92 2.917.694,29
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00% 100,00 42.908,52 100,00 45.281,40 100,00 48.395,48 100,00 51.971,93 100,00 55.656,33 100,00 244.213,66 Rumah Sakit Umum
pelayanan administrasi perkantoran Daerah Arifin Achmad
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00% 100,00 14.545,69 100,00 15.350,08 100,00 16.405,73 100,00 17.618,13 100,00 18.867,11 100,00 82.786,75 Rumah Sakit Umum
Prasarana Aparatur Daerah Arifin Achmad
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00% 100,00 4.074,68 100,00 4.300,01 100,00 4.595,73 100,00 4.935,36 100,00 5.285,24 100,00 23.191,02 Rumah Sakit Umum
Daerah Arifin Achmad
Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat Persentase capaian pelayanan 80,00 87,00 8.738,11 90,00 9.221,34 90,00 9.855,51 90,00 10.583,83 90,00 11.334,14 90,00 49.732,93 Rumah Sakit Umum
penunjang klinik dan non klinik Daerah Arifin Achmad
rumah sakit arifin achmad
Persalinan di fasilitas kesehatan 71,40 80,00 85,00 90,00 95,00 100,00 100,00
Kunjungan Antenatal (k4) 81,90 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 100,00
Kunjungan Neonatal lengkap (KN 83,57 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 100,00
lengkap )
Prevalensi Stunting (pendek dan 25,2 22,80 20,50 18,20 15,90 13,60 13,60
sangat pendek) pada anak di bawah
lima tahun/balita
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan Persentase capaian standar akreditasi 100,00 100,00 2.548,77 100,00 2.689,71 100,00 2.874,69 100,00 3.087,13 100,00 3.305,99 100,00 14.506,29 Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Arifin Achmad Daerah Arifin Achmad
Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana Persentase sarana dan prasarana rs 73,31 75,00 184.825,29 83,00 195.046,29 88,00 208.459,94 95,00 223.865,26 97,00 239.735,51 97,00 1.051.932,28 Rumah Sakit Umum
rumah sakit memenuhi standar untuk Daerah Arifin Achmad
mendukung akreditasi rumah sakit
Arifin Achmad
Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan pada BLUD Persentase capaian standar 71,00 73,00 255.000,00 75,00 269.101,72 78,00 287.608,30 80,00 308.862,72 84,00 330.758,61 84,00 1.451.331,35 Rumah Sakit Umum
RS pelayanan minimal Rumah Sakit Daerah Arifin Achmad
Arifin Achmad
RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN 72.986,58 77.022,80 82.319,79 88.403,27 94.670,35 415.402,78
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 21.632,50 100,00 22.228,80 100,00 23.798,77 100,00 25.601,86 100,00 27.459,36 100,00 120.721,29 Rumah Sakit Jiwa
pelayanan administrasi perkantoran Tampan
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 500,00 100,00 527,65 100,00 563,94 100,00 605,61 100,00 648,55 100,00 2.845,75 Rumah Sakit Jiwa
Prasarana Aparatur Tampan
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 600,00 100,00 600,00 100,00 600,00 100,00 600,00 100,00 2.400,00 Rumah Sakit Jiwa
Tampan
Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat Persentase capaian pelayanan 50,00 53,00 5.233,77 60,00 5.523,21 66,00 5.903,05 73,00 6.339,29 80,00 6.788,69 80,00 29.788,00 Rumah Sakit Jiwa
penunjang klinik dan non klinik Tampan
rumah sakit Jiwa Tampan
Persalinan di fasilitas kesehatan 71,40 80,00 85,00 90,00 95,00 100,00 100,00
Kunjungan Antenatal (k4) 81,90 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 100,00
Kunjungan Neonatal lengkap (KN 83,57 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 100,00
lengkap )
Prevalensi Stunting (pendek dan 25,2 22,80 20,50 18,20 15,90 13,60 13,60
sangat pendek) pada anak di bawah
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan lima tahun/balita
Persentase capaian standar akreditasi 100,00 100,00 4.178,83 100,00 4.409,92 100,00 4.713,20 100,00 5.061,50 100,00 5.420,32 100,00 23.783,77 Rumah Sakit Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Tampan Tampan
Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana Persentase sarana dan prasarana rs 80,00 83,00 11.456,01 85,00 12.089,54 87,00 12.920,95 90,00 13.875,82 93,00 14.859,51 93,00 65.201,83 Rumah Sakit Jiwa
rumah sakit memenuhi standar untuk Tampan
mendukung akreditasi rumah sakit
Jiwa Tampan
Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan pada BLUD Persentase capaian standar 85,00 87,00 29.985,47 90,00 31.643,69 93,00 33.819,88 95,00 36.319,19 95,00 38.893,93 95,00 170.662,14 Rumah Sakit Jiwa
RS pelayanan minimal Rumah Sakit Jiwa Tampan
Tampan
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PETALA BUMI 63.574,86 67.090,61 71.704,54 77.003,55 82.462,48 361.836,03
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00% 100,00 7.728,96 100,00 8.156,38 100,00 8.717,30 100,00 9.361,52 100,00 10.025,17 100,00 43.989,32 Rumash Sakit Umum
pelayanan administrasi perkantoran Petala Bumi
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00% 100,00 1.366,68 100,00 1.442,25 100,00 1.541,44 100,00 1.655,35 100,00 1.772,70 100,00 7.778,43 Rumash Sakit Umum
Prasarana Aparatur Petala Bumi
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00% 100,00 116,50 100,00 122,94 100,00 131,39 100,00 141,10 100,00 151,11 100,00 663,04 Rumash Sakit Umum
Petala Bumi
Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat Persentase capaian pelayanan 35,00 40,00 11.099,95 50,00 11.713,79 60,00 12.519,36 70,00 13.444,55 80,00 14.397,66 80,00 63.175,31 Rumash Sakit Umum
penunjang klinik dan non klinik Petala Bumi
rumah sakit Petala Bumi
Persalinan di fasilitas kesehatan 71,4 80,00 85,00 90,00 95,00 100,00 100,00
Kunjungan Antenatal (k4) 81,90 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 100,00
Kunjungan Neonatal lengkap (KN 83,57 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 100,00
lengkap )
Prevalensi Stunting (pendek dan 25,2 22,80 20,50 18,20 15,90 13,60 13,60
sangat pendek) pada anak di bawah
lima tahun/balita
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan Persentase capaian standar akreditasi 67,12 90,00 2.582,69 93,00 2.725,52 95,00 2.912,95 97,00 3.128,22 100,00 3.349,99 100,00 14.699,37 Rumash Sakit Umum
Rumah Sakit Petala Bumi Petala Bumi
BAB VII - KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII - 4
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program Kondisi Kinerja awal Perangkat Daerah
Kode 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangunan (Outcome) RPJMD (2018) Penanggung Jawab
Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana Persentase sarana dan prasarana rs 80,00 83,00 25.355,09 85,00 26.757,25 87,00 28.597,39 90,00 30.710,75 93,00 32.887,90 93,00 144.308,39 Rumash Sakit Umum
rumah sakit memenuhi standar untuk Petala Bumi
mendukung akreditasi rumah sakit
Petala Bumi
Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan pada BLUD Persentase capaian standar 82,00 93,00 15.325,00 95,00 16.172,49 97,00 17.284,69 100,00 18.562,04 100,00 19.877,94 100,00 87.222,17 Rumash Sakit Umum
RS pelayanan minimal Rumah Sakit Petala Bumi
Petala Bumi
1 1 03 PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 1.101.100,12 1.161.991,92 1.241.904,04 1.333.681,49 1.428.228,81 6.266.906,37
DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG, 1.101.100,12 1.161.991,92 1.241.904,04 1.333.681,49 1.428.228,81 6.266.906,37
PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN
PERTANAHAN
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00% 100,00 43.294,12 100,00 45.688,32 100,00 48.830,38 100,00 52.438,97 100,00 56.156,48 100,00 246.408,26 Dinas Pekerjaan Umum,
pelayanan administrasi perkantoran Penataan Ruang,
Perumahan, Kawasan
Permukiman dan
Pertanahan
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00% 100,00 3.226,00 100,00 3.404,40 100,00 3.638,53 100,00 3.907,42 100,00 4.184,42 100,00 18.360,76 Dinas Pekerjaan Umum,
Prasarana Aparatur Penataan Ruang,
Perumahan, Kawasan
Permukiman dan
Pertanahan
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00% 100,00 455,00 100,00 480,16 100,00 513,18 100,00 551,11 100,00 590,18 100,00 2.589,63 Dinas Pekerjaan Umum,
Penataan Ruang,
Perumahan, Kawasan
Permukiman dan
Pertanahan
Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Persentase Kondisi Jalan berdasarkan 50,6 51,08 535.790,36 51,54 565.420,04 52,00 604.304,91 52,46 648.963,41 52,92 694.969,71 52,92 3.049.448,43 Dinas Pekerjaan Umum,
Perkerasan (Aspal) Penataan Ruang,
Perumahan, Kawasan
Permukiman dan
Pertanahan
Persentase Kondisi Jalan berdasarkan 16,44 17,84 18,54 19,24 19,94 20,64 20,64
Perkerasan (Rigid)
Persentase Kondisi Jalan berdasarkan 21,51 19,65 18,72 17,79 16,86 15,93 15,93
Perkerasan (Kerikil)
Persentase Kondisi Jalan berdasarkan 11,88 11,40 11,16 10,92 10,68 10,44 10,44
Perkerasan (Tanah)
Program Preservasi Jalan dan Jembatan Presentase kemantapan ruas jalan 60,80 63,80 340.769,76 65,30 359.614,62 66,80 384.345,92 68,30 412.749,31 69,80 442.009,93 69,80 1.939.489,55 Dinas Pekerjaan Umum,
Provinsi Penataan Ruang,
Perumahan, Kawasan
Permukiman dan
Pertanahan
Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Persentase daerah rawan abrasi yang 9,59 9,75 10.706,69 9,97 11.298,77 10,28 12.075,81 10,58 12.968,22 10,88 13.887,56 10,88 60.937,05 Dinas Pekerjaan Umum,
Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya ditangani Penataan Ruang,
Perumahan, Kawasan
Permukiman dan
Pertanahan
Persentase saluran irigasi dalam 51* 53,00 55,00 57,00 59,00 61,00 61,00
kondisi baik
Program Penataan Bangunan dan Lingkungan Persentase bangunan dan kawasan 5,00 7,00 109.117,00 10,00 115.151,27 12,00 123.070,41 15,00 132.165,39 20,00 141.534,86 20,00 621.038,93 Dinas Pekerjaan Umum,
strategis provinsi yang ditangani Penataan Ruang,
Perumahan, Kawasan
Permukiman dan
Pertanahan
Program Penyelenggaraan Air Minum dan Penyehatan Presentase peningkatan layanan air 5,15 5,15 55.554,65 5,15 58.626,87 7,22 62.658,74 32,99 67.289,25 32,99 72.059,52 32,99 316.189,03 Dinas Pekerjaan Umum,
Lingkungan minum Penataan Ruang,
Perumahan, Kawasan
Permukiman dan
Pertanahan
Presentase peningkatan layanan 69,82 70,99 73,53 75,69 77,86 79,73 79,73
sanitasi
Program Penataan Ruang Persentase kesesuaian pemanfaatan 15,00 25,00 2.186,55 30,00 2.307,47 35,00 2.466,15 40,00 2.648,40 45,00 2.836,15 45,00 12.444,72 Dinas Pekerjaan Umum,
ruang Penataan Ruang,
Perumahan, Kawasan
Permukiman dan
Pertanahan
1 1 04 PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN 164.841,23 173.957,10 185.920,41 199.660,04 213.814,34 938.193,12
DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG, 164.841,23 173.957,10 185.920,41 199.660,04 213.814,34 938.193,12
PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN
PERTANAHAN
Program Penataan dan Peningkatan Kualitas Penurunan luasan kawasan 208,01 188,01 42.021,09 168,01 44.344,89 148,01 47.394,56 128,01 50.897,05 108,01 54.505,24 108,01 239.162,83 Dinas Pekerjaan Umum,
Permukiman dan Kawasan Permukiman permukiman kumuh Penataan Ruang,
Perumahan, Kawasan
Permukiman dan
Pertanahan
1 1 05 KETENTRAMAN, KETERTIBAN UMUM, DAN 13.347,25 14.085,36 15.054,04 16.166,54 17.312,62 75.965,80
PERLINDUNGAN MASYARAKAT
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA 13.347,25 14.085,36 15.054,04 16.166,54 17.312,62 75.965,80
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 1.588,75 100,00 1.676,61 100,00 1.791,91 100,00 1.924,33 100,00 2.060,75 100,00 9.042,35 Satuan Polisi Pamong
pelayanan administrasi perkantoran Praja
BAB VII - KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII - 5
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program Kondisi Kinerja awal Perangkat Daerah
Kode 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangunan (Outcome) RPJMD (2018) Penanggung Jawab
Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 543,50 100,00 573,56 100,00 613,00 100,00 658,30 100,00 704,97 100,00 3.093,33 Satuan Polisi Pamong
Prasarana Aparatur Praja
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 100,00 21,00 100,00 22,16 100,00 23,69 100,00 25,44 100,00 27,24 100,00 119,52 Satuan Polisi Pamong
Praja
Program Penegakan Peraturan Daerah Persentase peraturan daerah yang 100,00 100,00 455,00 100,00 480,16 100,00 513,18 100,00 551,11 100,00 590,18 100,00 2.589,63 Satuan Polisi Pamong
ditegakkan Praja
Program Peningkatan Ketentraman dan Ketertiban Persentase ketentraman dan 77,00 100,00 10.739,00 100,00 11.332,88 100,00 12.112,26 100,00 13.007,36 100,00 13.929,48 100,00 61.120,97 Satuan Polisi Pamong
Umum ketertiban umum yang dilaksanakan Praja
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 3.665,36 100,00 3.868,06 100,00 4.134,07 100,00 4.439,58 100,00 4.754,31 100,00 20.861,38 Dinas Sosial
pelayanan administrasi perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 495,00 100,00 522,37 100,00 558,30 100,00 599,56 100,00 642,06 100,00 2.817,29 Dinas Sosial
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 100,00 300,00 100,00 316,59 100,00 338,36 100,00 363,37 100,00 389,13 100,00 1.707,45 Dinas Sosial
Program Perlindungan Dan Jaminan Sosial Jumlah pmks yang mendapatkan 480,00 53.392,00 1.070,03 53.392,00 1.129,21 53.358,00 1.206,87 53.353,00 1.296,05 53.332,00 1.387,93 266.827,00 6.090,09 Dinas Sosial
perlindungan dan jaminan sosial
Program Rehabilitasi Sosial Jumlah pmks yang mendapatkan 524,00 6.605,00 8.224,66 6.605,00 8.679,49 6.580,00 9.276,39 6.575,00 9.961,92 6.555,00 10.668,15 32.920,00 46.810,62 Dinas Sosial
pelayanan dan rehabilitasi dasar
kesejahteraan sosial
Program Pemberdayaan Sosial Jumlah potensi sumber 3,00 5.648,00 1.513,24 5.648,00 1.596,93 5.649,00 1.706,75 5.649,00 1.832,88 5.648,00 1.962,82 28.242,00 8.612,62 Dinas Sosial
kesejahteraan sosial (psks) yang
diberdayakan
Program Penanganan Fakir Miskin Jumlah pmks yang diberdayakan 4,00 129,00 476,20 129,00 502,53 129,00 537,09 129,00 576,79 129,00 617,68 645,00 2.710,29 Dinas Sosial
1 2 URUSAN WAJIB NON PELAYANAN DASAR 185.542,09 195.802,73 209.268,40 224.733,46 240.665,26 1.056.011,94
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 9.454,98 9.977,85 10.664,04 11.452,12 12.263,98 53.812,96
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 4.353,20 100,00 4.593,94 100,00 4.909,87 100,00 5.272,71 100,00 5.646,50 100,00 24.776,22 Dinas Tenaga Kerja dan
pelayanan administrasi perkantoran Transmigrasi
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 475,00 100,00 501,27 100,00 535,74 100,00 575,33 100,00 616,12 100,00 2.703,46 Dinas Tenaga Kerja dan
Prasarana Aparatur Transmigrasi
Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Persentase tenaga kerja yang 30,00 35,00 2.118,53 40,00 2.235,69 45,00 2.389,44 50,00 2.566,02 55,00 2.747,93 55,00 12.057,63 Dinas Tenaga Kerja dan
Kerja ditingkatkan kapasitas sdmnya Transmigrasi
Program Penempatan Tenaga Kerja Persentase tenaga kerja yang 10,83 25,00 444,34 30,00 468,91 35,00 501,16 40,00 538,19 45,00 576,35 45,00 2.528,94 Dinas Tenaga Kerja dan
ditempatkan Transmigrasi
Program Perlindungan Tenaga Kerja dan Pengawasan Persentase penyelesaian kasus 75,00 75,00 2.063,91 80,00 2.178,04 85,00 2.327,83 90,00 2.499,86 95,00 2.677,08 95,00 11.746,72 Dinas Tenaga Kerja dan
Ketenagakerjaan hubungan industrial Transmigrasi
Persentase perusahaan yang 70,00 70,00 75,00 80,00 85,00 90,00 90,00
mendapatkan pembinaan hubungan
industrial perusahaan yang
Persentase 9,00 12,00 17,00 24,00 36,00 46,00 46,00
mendapatkan pembinaan peraturan
ketenagakerjaan
Persentase penyelesaian kasus norma 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
ketenagakerajaan
1 2 02 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN 5.856,51 6.180,38 6.605,41 7.093,56 7.596,43 33.332,30
ANAK
DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN 5.856,51 6.180,38 6.605,41 7.093,56 7.596,43 33.332,30
PERLINDUNGAN ANAK, PENGENDALIAN PENDUDUK
DAN KELUARGA BERENCANA
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 2.093,64 100,00 2.109,42 100,00 2.261,37 100,00 2.435,87 100,00 2.615,65 100,00 11.515,95 Dinas Pemberdayaan
pelayanan administrasi perkantoran Perempuan dan
Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 347,03 100,00 366,22 100,00 391,41 100,00 420,33 100,00 450,13 100,00 1.975,13 Dinas Pemberdayaan
Prasarana Aparatur Perempuan dan
Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 400,00 Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana
Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Persentase kelembagaan 40,00 50,00 650,00 55,00 685,95 60,00 733,12 65,00 787,30 70,00 843,11 70,00 3.699,47 Dinas Pemberdayaan
Gender Dan Anak pengarusutamaan Gender yang aktif Perempuan dan
Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana
Program Peningkatan Kualitas Hidup Dan Perlindungan Persentase Kasus Kekerasan 60,00 70,00 2.315,84 75,00 2.443,90 80,00 2.611,97 85,00 2.805,00 90,00 3.003,85 90,00 13.180,57 Dinas Pemberdayaan
Perempuan Perempuan dan Anak yang ditangani Perempuan dan
Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana
Persentase Kabupaten/kota menuju 66,00 74,00 75,00 84,00 85,00 89,00 89,00
Kabupaten/Kota layak anak
BAB VII - KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII - 6
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program Kondisi Kinerja awal Perangkat Daerah
Kode 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangunan (Outcome) RPJMD (2018) Penanggung Jawab
Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
Program Peningkatan Peran Serta Dan Kesetaraan Persentase perempuan dalam 28,13 28,18 450,00 28,20 474,89 28,22 507,54 28,24 545,05 28,26 583,69 28,26 2.561,17 Dinas Pemberdayaan
Gender Dalam Pembangunan peningkatan ekonomi Perempuan dan
Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana
DINAS PANGAN, TANAMAN PANGAN DAN 1.933,78 2.040,72 2.181,06 2.342,24 2.508,29 11.006,08
HORTIKULTURA
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Skor PPH Ketersediaan 86,03 1.933,78 87,03 2.040,72 87,06 2.181,06 87,06 2.342,24 87,06 2.508,29 87,06 11.006,08 Dinas Pangan, Tanaman
86,02 Pangan dan Hortikultura
Skor PPH Konsumsi 84,09 84,00 85,50 86,00 86,00 86,00 86,00 -
DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG, 300,35 316,96 338,76 363,79 389,58 1.709,43
PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN
PERTANAHAN
Program Penyelenggaraan Pertanahan Persentase urusan pertanahan yang 100,00 300,35 100,00 316,96 100,00 338,76 100,00 363,79 100,00 389,58 100,00 1.709,43 Dinas Pekerjaan Umum,
terfasilitasi Penataan Ruang,
Perumahan, Kawasan
Permukiman dan
Pertanahan
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 16.550,70 17.465,97 18.667,13 20.046,65 21.467,79 94.198,25
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 7.121,95 100,00 6.885,80 100,00 7.402,67 100,00 7.996,29 100,00 8.607,83 100,00 38.014,54 Dinas Lingkungan Hidup
pelayanan administrasi perkantoran dan Kehutanan
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 455,25 100,00 480,43 100,00 513,47 100,00 551,41 100,00 590,50 100,00 2.591,05 Dinas Lingkungan Hidup
Prasarana Aparatur dan Kehutanan
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 630,00 100,00 630,00 100,00 630,00 100,00 630,00 100,00 2.520,00 Dinas Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
Program Pengendalian Pencemaran Dan Perusakan Persentase Peningkatan Kualitas n/a 0,30 8.973,50 0,77 9.469,75 0,66 10.121,00 0,66 10.868,94 0,77 11.639,46 3,93 51.072,65 Dinas Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup Udara dan Kehutanan
Persentase Peningkatan Kualitas Air n/a 0,01 0,02 0,01 0,01 0,01 0,08
1 2 06 ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN 6.156,77 6.497,24 6.944,07 7.457,24 7.985,90 35.041,20
SIPIL
DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, DESA, 6.156,77 6.497,24 6.944,07 7.457,24 7.985,90 35.041,20
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 2.619,57 100,00 2.764,43 100,00 2.954,55 100,00 3.172,89 100,00 3.397,82 100,00 14.909,27 Dinas Pemberdayaan
pelayanan administrasi perkantoran Masyarakat, Desa,
Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 1.038,90 100,00 1.096,35 100,00 1.171,75 100,00 1.258,34 100,00 1.347,55 100,00 5.912,88 Dinas Pemberdayaan
Prasarana Aparatur Masyarakat, Desa,
Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
Program Peningkatan Disiplin Aparatur 100,00 100,00 138,00 100,00 145,63 100,00 155,65 100,00 167,15 100,00 179,00 100,00 785,43 Dinas Pemberdayaan
Masyarakat, Desa,
Persentase tingkat kehadiran ASN Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
Program Penataan Administrasi Kependudukan Persentase tertib administrasi 45,00 2.360,30 60,00 2.490,83 75,00 2.662,12 80,00 2.858,86 90,00 3.061,53 90,00 13.433,63 Dinas Pemberdayaan
kependudukan Masyarakat, Desa,
Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
1 2 07 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 5.498,30 5.802,36 6.201,40 6.659,69 7.131,80 31.293,55
DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, DESA, 5.498,30 5.802,36 6.201,40 6.659,69 7.131,80 31.293,55
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
Program Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Persentase desa dan kelurahan 6,00 15,00 2.720,62 20,00 2.871,07 25,00 3.068,52 30,00 3.295,28 35,00 3.528,89 35,00 15.484,38 Dinas Pemberdayaan
Desa dengan tata kelola pemerintahan Masyarakat, Desa,
yang baik Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
Program Pembinaan dan Pemberdayaan Lembaga di Persentase lembaga desa aktif 15,00 35,00 2.777,68 40,00 2.931,29 45,00 3.132,88 50,00 3.364,40 55,00 3.602,91 55,00 15.809,17 Dinas Pemberdayaan
Desa Masyarakat, Desa,
Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
1 2 08 PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA 1.912,00 2.017,74 2.156,50 2.315,86 2.480,04 10.882,14
BERENCANA
DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN 1.912,00 2.017,74 2.156,50 2.315,86 2.480,04 10.882,14
PERLINDUNGAN ANAK, PENGENDALIAN PENDUDUK
DAN KELUARGA BERENCANA
Program Keluarga Berencana Persentase KB aktif 52,28 52,54 1.912,00 52,67 2.017,74 52,80 2.156,50 52,93 2.315,86 53,06 2.480,04 53,06 10.882,14 Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana
BAB VII - KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII - 7
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program Kondisi Kinerja awal Perangkat Daerah
Kode 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangunan (Outcome) RPJMD (2018) Penanggung Jawab
Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 2 09 PERHUBUNGAN 54.824,68 57.856,54 61.835,43 66.405,10 71.112,69 312.034,44
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 7.972,27 100,00 8.413,15 100,00 8.991,73 100,00 9.656,23 100,00 10.340,78 100,00 45.374,16 Dinas Perhubungan
pelayanan administrasi perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 2.261,31 100,00 2.386,36 100,00 2.550,48 100,00 2.738,96 100,00 2.933,13 100,00 12.870,23 Dinas Perhubungan
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 100,00 100,10 100,00 105,64 100,00 112,90 100,00 121,24 100,00 129,84 100,00 569,72 Dinas Perhubungan
Program Perhubungan Darat Presentase tersediaanya prasana 17,23 18,78 10.198,36 21,01 10.762,34 23,78 11.502,49 27,08 12.352,53 31,34 13.228,22 31,34 58.043,94 Dinas Perhubungan
perhubungan darat yang layak
Program Perhubungan Laut Presentase tersediaanya prasana 39,25 39,87 7.142,89 44,94 7.537,89 49,37 8.056,29 53,80 8.651,65 57,59 9.264,98 57,59 40.653,70 Dinas Perhubungan
perhubungan laut yang layak
Program Bina Sistem Transportasi Persentase sistem transportasi antar 32.00 35,00 27.149,75 38,00 28.651,16 41,00 30.621,54 44,00 32.884,49 47,00 35.215,74 47,00 154.522,69 Dinas Perhubungan
dan inter moda yang terintegrasi
1 2 010 KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 15.724,02 16.593,57 17.734,74 19.045,34 20.395,51 89.493,17
DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN STATISTIK 15.724,02 16.593,57 17.734,74 19.045,34 20.395,51 89.493,17
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 2.577,68 100,00 2.720,23 100,00 2.907,31 100,00 3.122,16 100,00 3.343,50 100,00 14.670,88 Dinas Komunikasi,
pelayanan administrasi perkantoran Informatika dan Statistik
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 160,00 100,00 168,85 100,00 180,46 100,00 193,80 100,00 207,53 100,00 910,64 Dinas Komunikasi,
Prasarana Aparatur Informatika dan Statistik
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 100,00 70,00 100,00 73,87 100,00 78,95 100,00 84,79 100,00 90,80 100,00 398,40 Dinas Komunikasi,
Informatika dan Statistik
Program Pengembangan Infrastruktur Komunikasi dan Persentase sistem informasi dan - 75,00 805,90 80,00 850,47 85,00 908,96 90,00 976,13 95,00 1.045,33 95,00 4.586,79 Dinas Komunikasi,
Informatika aplikasi yang dikelola Informatika dan Statistik
Program Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Persentase indikator spbe yang - 75,00 12.110,43 80,00 12.780,15 85,00 13.659,06 90,00 14.668,47 95,00 15.708,35 95,00 68.926,46 Dinas Komunikasi,
Berbasis Elektronik terpenuhi Informatika dan Statistik
1 2 011 KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH 7.562,50 7.980,72 8.529,57 9.159,91 9.809,27 43.041,96
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI, 7.562,50 7.980,72 8.529,57 9.159,91 9.809,27 43.041,96
USAHA KECIL DAN MENENGAH
Program Pemberdayaan dan Pengembangan Koperasi Jumlah Usaha kecil yang - 12,00 7.562,50 14,00 7.980,72 16,00 8.529,57 18,00 9.159,91 20,00 9.809,27 80,00 43.041,96 Dinas Perindustrian,
dan UMKM ditingkatkan skala usahanya Perdagangan, Koperasi,
Usaha Kecil dan
Menengah
Jumlah koperasi aktif yang 2,00 6,00 9,00 12,00 15,00 18,00 60,00
bersertifikat A
DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN 6.999,67 7.386,76 7.894,76 8.478,19 9.079,22 39.838,60
TERPADU SATU PINTU
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 2.664,83 100,00 2.662,20 100,00 2.805,60 100,00 3.027,72 100,00 3.206,54 100,00 14.366,90 Dinas Penanaman Modal
pelayanan administrasi perkantoran dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 325,00 100,00 281,97 100,00 342,56 100,00 351,65 100,00 399,06 100,00 1.700,24 Dinas Penanaman Modal
Prasarana Aparatur dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 211,00 100,00 224,00 100,00 242,00 100,00 272,50 100,00 949,50 Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu
Program Peningkatan Investasi Jumlah nilai realisasi investasi 22,89 T 24.4 T 2.154,40 24.8 T 2.273,54 25.2 T 2.429,90 25.6 T 2.609,47 26.10 T 2.794,46 26.10 T 12.261,76 Dinas Penanaman Modal
pma/pmdn dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu
Program Penyelenggaraan Perizinan Indeks kepuasan masyarakat 82,00 91,00 1.855,44 92,00 1.958,04 93,00 2.092,70 94,00 2.247,35 95,00 2.406,67 95,00 10.560,21 Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu
1 2 013 KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA 32.531,80 34.330,84 36.691,83 39.403,37 42.196,76 185.154,59
DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA 32.531,80 34.330,84 36.691,83 39.403,37 42.196,76 185.154,59
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 6.762,19 100,00 7.136,14 100,00 7.626,91 100,00 8.190,54 100,00 8.771,18 100,00 38.486,96 Dinas Kepemudaan dan
pelayanan administrasi perkantoran Olahraga
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 370,00 100,00 390,46 100,00 417,31 100,00 448,15 100,00 479,92 100,00 2.105,85 Dinas Kepemudaan dan
Prasarana Aparatur Olahraga
Program Peningkatan Kapasitas Pemuda dan Jumlah pemuda pelopor 25,00 25,00 3.168,50 25,00 3.343,72 25,00 3.573,67 25,00 3.837,77 25,00 4.109,84 125,00 18.033,50 Dinas Kepemudaan dan
Kepemudaan Olahraga
Jumlah pemuda kader 528,00 1.000,00 1.200,00 1.400,00 1.600,00 1.800,00 7.000,00
Jumlah wirausaha muda 80,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 1.000,00
Program Pembinaan Dan Pengembangan Olahraga Jumlah atlet dan cabang olahraga 125 Orang/13 cabor 125 Orang/13 cabor 22.231,11 85 Orang/15 cabor 23.460,51 125 Orang/15 cabor 25.073,93 90 Orang/15 cabor 26.926,91 125 Orang/15 cabor 28.835,81 125 Orang/15 cabor 126.528,28 Dinas Kepemudaan dan
yang berprestasi Olahraga
DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN STATISTIK 663,70 700,40 748,57 803,89 860,88 3.777,45
Program Penyelenggaraan Statistik Persentase data sektoral yang 60,40 75,00 663,70 80,00 700,40 85,00 748,57 90,00 803,89 95,00 860,88 95,00 3.777,45 Dinas Komunikasi,
tersusun Informatika dan Statistik
BAB VII - KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII - 8
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program Kondisi Kinerja awal Perangkat Daerah
Kode 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangunan (Outcome) RPJMD (2018) Penanggung Jawab
Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 2 015 PERSANDIAN 736,86 777,61 831,09 892,50 955,78 4.193,84
DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN STATISTIK 736,86 777,61 831,09 892,50 955,78 4.193,84
Program Penyelenggaraan Persandian Persentase perangkat daerah yang 60,40 75,00 736,86 80,00 777,61 85,00 831,09 90,00 892,50 95,00 955,78 95,00 4.193,84 Dinas Komunikasi,
telah menerapkan sistem manajemen Informatika dan Statistik
keamanan informasi
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 4.020,74 100,00 4.243,09 100,00 4.534,90 100,00 4.870,03 100,00 5.215,27 100,00 22.884,03 Dinas Kebudayaan
pelayanan administrasi perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 1.137,46 100,00 1.150,37 100,00 1.217,92 100,00 1.327,73 100,00 1.425,40 100,00 6.258,87 Dinas Kebudayaan
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 50,00 100,00 65,00 100,00 50,00 100,00 50,00 100,00 215,00 Dinas Kebudayaan
Program Pengelolaan dan Pengembangan Kebudayaan Persentase objek pemajuan yang n/a 10,00 8.190,52 25,00 8.643,47 40,00 9.237,89 60,00 9.920,58 80,00 10.623,87 80,00 46.616,33 Dinas Kebudayaan
dikelolaan dan dikembangkan
DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN 5.225,14 5.514,10 5.893,31 6.328,83 6.777,49 29.738,86
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 4.580,62 100,00 4.833,93 100,00 5.166,37 100,00 5.548,17 100,00 5.941,49 100,00 26.070,58 Dinas Perpustakaan dan
pelayanan administrasi perkantoran Kearsipan
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 314,24 100,00 331,62 100,00 354,43 100,00 380,62 100,00 407,60 100,00 1.788,51 Dinas Perpustakaan dan
Prasarana Aparatur Kearsipan
Program Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Indeks kepuasan masyarakat 82,00 91,00 330,28 92,00 348,54 93,00 372,51 94,00 400,04 95,00 428,40 95,00 1.879,78 Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan
DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN 261,60 276,07 295,05 316,86 339,32 1.488,90
Program Pembinaan Kearsipan dan Pengelolaan Arsip Penilaian/ predikat kearsipan - 77,00 261,60 78,00 276,07 79,00 295,05 80,00 316,86 81,00 339,32 81,00 1.488,90 Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan
DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN 23.860,96 25.180,50 26.912,20 28.901,03 30.949,88 135.804,57
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 5.100,86 100,00 5.262,94 100,00 5.633,14 100,00 6.048,30 100,00 6.477,09 100,00 28.522,32 Dinas Kelautan dan
pelayanan administrasi perkantoran Perikanan
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 402,13 100,00 312,37 100,00 333,55 100,00 372,27 100,00 409,60 100,00 1.829,93 Dinas Kelautan dan
Prasarana Aparatur Perikanan
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 232,00 100,00 240,00 100,00 244,80 100,00 251,20 100,00 968,00 Dinas Kelautan dan
Perikanan
Program Pengembangan Budidaya Perikanan Jumlah produksi perikanan budidaya 115.149,60 124.800,00 5.545,41 129.792,00 5.852,08 134.983,68 6.254,53 140.383,03 6.716,75 145.998,35 7.192,91 675.957,06 31.561,68 Dinas Kelautan dan
Perikanan
Program Pengembangan Perikanan Tangkap Jumlah produksi perikanan tangkap 143.921,30 145.744,31 7.072,54 146.744,31 7.463,66 148.211,75 7.976,95 149.963,87 8.566,45 151.190,81 9.173,74 741.855,05 40.253,34 Dinas Kelautan dan
Perikanan
Program Pengelolaan dan Perlindungan Ekosistem Persentase peningkatan kesadaran 76,00 80,00 5.740,02 84,00 6.057,45 87,00 6.474,03 91,00 6.952,46 95,00 7.445,34 95,00 32.669,30 Dinas Kelautan dan
Pesisir dan Laut hukum (pelaku usaha yang taat Perikanan
hukum)
Persentase pemanfaatan sumberdaya 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00 22,00 22,00
kelautan dan perikanan
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 5.763,57 100,00 6.047,59 100,00 6.462,03 100,00 6.897,57 100,00 7.392,46 100,00 32.563,22 Dinas Pariwisata
pelayanan administrasi perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 869,72 100,00 867,81 100,00 930,93 100,00 1.003,42 100,00 1.078,10 100,00 4.749,99 Dinas Pariwisata
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 84,71 100,00 88,57 100,00 133,42 100,00 133,42 100,00 440,13 Dinas Pariwisata
Program Pemasaran Pariwisata Jumlah produk pariwisata yang 45,00 58,00 10.451,06 69,00 11.029,01 73,00 11.787,50 74,00 12.658,60 79,00 13.556,00 353,00 59.482,17 Dinas Pariwisata
berhasil dipasarkan
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Jumlah destinasi dan Kawasan n/a 1,00 4.336,36 3,00 4.576,16 5,00 4.890,87 6,00 5.252,31 7,00 5.624,66 7,00 24.680,37 Dinas Pariwisata
Strategis Pariwisata Provinsi yang
ditingkatkan daya tariknya
Program Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Jumlah sdm profesi pariwisata yang 676,00 824,00 2.486,06 832,00 2.623,54 838,00 2.803,96 842,00 3.011,18 848,00 3.224,65 4.184,00 14.149,38 Dinas Pariwisata
dibina
Program Pengembangan Ekonomi Kreatif Jumlah pelaku ekonomi kreatif 659,00 290,00 5.323,49 320,00 5.617,89 350,00 6.004,24 380,00 6.447,96 410,00 6.905,06 1.750,00 30.298,64 Dinas Pariwisata
Jumlah produk ekonomi kreatif 13,00 9,00 9,00 9,00 10,00 10,00 47,00
DINAS PANGAN, TANAMAN PANGAN DAN 31.217,78 32.944,15 35.209,77 37.811,79 40.492,34 177.675,83
HORTIKULTURA
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 4.413,48 100,00 4.507,55 100,00 4.806,86 100,00 5.154,80 100,00 5.574,69 100,00 24.457,37 Dinas Pangan, Tanaman
pelayanan administrasi perkantoran Pangan dan Hortikultura
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 435,78 100,00 359,88 100,00 412,50 100,00 468,75 100,00 465,25 100,00 2.142,16 Dinas Pangan, Tanaman
Prasarana Aparatur Pangan dan Hortikultura
BAB VII - KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII - 9
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program Kondisi Kinerja awal Perangkat Daerah
Kode 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangunan (Outcome) RPJMD (2018) Penanggung Jawab
Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 250,00 100,00 250,00 100,00 250,00 100,00 250,00 100,00 1.000,00 Dinas Pangan, Tanaman
Pangan dan Hortikultura
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produksi Padi 365.744,00 460.531,20 26.046,89 492.472,90 27.487,31 537.487,10 29.377,66 580.585,20 31.548,69 614.428,90 33.785,23 2.685.505,30 148.245,78 Dinas Pangan, Tanaman
Hasil Pertanian Pangan dan Hortikultura
Produktivitas tanaman utama (padi) 39,46 39,60 39,76 40,31 40,44 40,73 40,73
Produktivitas tanaman utama 32,16 34,73 36,02 37,30 38,59 39,87 39,87
(jagung)
Persentase petani yang menerapkan 52,00 53,20 53,70 54,20 54,70 55,20 55,20
teknologi pasca panen
Program Pemberdayaan Kelembagaan Penyuluhan Persentase penyuluh yang - 3,00 321,62 3,00 339,41 3,00 362,75 3,00 389,56 3,00 417,17 3,00 1.830,52 Dinas Pangan, Tanaman
Pertanian ditingkatkan kompetensinya Pangan dan Hortikultura
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 3.008,81 100,00 3.125,20 100,00 3.343,57 100,00 3.594,35 100,00 3.852,71 100,00 16.924,64 Dinas Perkebunan
pelayanan administrasi perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 201,86 100,00 163,02 100,00 177,67 100,00 194,50 100,00 211,83 100,00 948,89 Dinas Perkebunan
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 400,00 Dinas Perkebunan
Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produksi kelapa sawit 7.611.636,40 7.918.313,20 5.874,74 8.071.651,60 6.199,61 8.224.990,00 6.625,97 8.378.328,40 7.115,64 8.531.666,80 7.620,08 41.124.950,00 33.436,03 Dinas Perkebunan
Hasil Perkebunan
Produksi kelapa 388.178,00 389.457,00 391.457,00 393.457,00 395.457,00 397.457,00 1.967.285,00
Produktivitas tanaman perkebunan 3,45 4,02 4,08 4,14 4,20 4,26 4,26
(kelapa sawit/CPO)
Produktivitas tanaman perkebunan 0,93 2.649,00 2.662,00 2.676,00 2.689,00 2.703,00 13.379,00
(kelapa)
Produktivitas tanaman perkebunan 1,05 1.236,00 1.239,00 1.242,00 1.259,00 1.271,00 6.247,00
(karet)
Produktivitas tanaman perkebunan 7,49 7.609,00 7.690,00 7.809,00 7.903,00 8.003,00 39.014,00
(sagu)
Program Pemberdayaan Penyuluhan Perkebunan Persentase sdm yang ditingkatkan 0,48 3,00 209,81 3,00 221,41 3,00 236,64 3,00 254,13 3,00 272,14 3,00 1.194,12 Dinas Perkebunan
kompetensinya
DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 40.439,12 42.675,44 45.610,30 48.980,92 52.453,28 230.159,05
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 5.709,84 100,00 5.905,59 100,00 6.294,07 100,00 6.753,60 100,00 7.239,52 100,00 31.902,62 Dinas Peternakan dan
pelayanan administrasi perkantoran Kesehatan Hewan
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 820,23 100,00 838,60 100,00 917,04 100,00 994,79 100,00 1.066,08 100,00 4.636,75 Dinas Peternakan dan
Prasarana Aparatur Kesehatan Hewan
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 147,00 100,00 154,00 100,00 161,00 100,00 164,50 100,00 626,50 Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan
Program Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Persentase angka kematian ternak 3,8 3,40 12.074,88 3,10 12.742,63 2,80 13.618,96 2,50 14.625,41 2,20 15.662,23 2,50 68.724,11 Dinas Peternakan dan
Ternak Kesehatan Hewan
Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Jumlah populasi ternak 492.749 501.632,00 21.834,17 519.341,00 23.041,62 537.688,00 24.626,23 556.696,00 26.446,12 576.390,00 28.320,94 2.691.747,00 124.269,07 Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 15.742,20 16.612,76 17.755,25 19.067,37 20.419,09 89.596,67
Program Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Luasan pemanfaatan dan 1.971.652 350.000,00 11.275,43 700.000,00 11.898,97 700.000,00 12.717,28 700.000,00 13.657,09 700.000,00 14.625,27 3.150.000,00 64.174,04 Dinas Lingkungan Hidup
penggunaan kawasan hutan dan Kehutanan
Program Perlindungan dan Rehabilitasi Hutan dan Persentase penurunan luasan lahan n/a 1,00 4.466,77 1,00 4.713,79 1,00 5.037,97 1,00 5.410,27 1,00 5.793,82 5,00 25.422,62 Dinas Lingkungan Hidup
Lahan kritis dan Kehutanan
2 1 05 ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL 43.647,20 46.060,93 49.228,61 52.866,64 56.614,46 248.417,84
DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 43.647,20 46.060,93 49.228,61 52.866,64 56.614,46 248.417,84
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 8.367,33 100,00 8.539,05 100,00 9.146,31 100,00 9.843,73 100,00 10.562,20 100,00 46.458,62 Dinas Energi dan
pelayanan administrasi perkantoran Sumber Daya Mineral
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 371,18 100,00 391,71 100,00 418,64 100,00 449,58 100,00 481,45 100,00 2.112,56 Dinas Energi dan
Prasarana Aparatur Sumber Daya Mineral
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 291,00 100,00 291,00 100,00 291,00 100,00 291,00 100,00 1.164,00 Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral
Program pengelolaan pertambangan Persentase peningkatan pemegang 7,69 7,14 2.929,64 6,67 3.091,65 6,25 3.304,27 5,88 3.548,45 5,56 3.800,01 5,56 16.674,01 Dinas Energi dan
iup yang tertib (administrasi, teknis, Sumber Daya Mineral
Program Pengembangan Energi dan Ketenagalistrikan lingkungan dan keuangan)
Rasio Desa Berlistrik 95,92 96,73 26.751,04 97,55 28.230,40 98,37 30.171,85 99,18 32.401,57 100,00 34.698,58 100,00 152.253,44 Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral
Program Pengembangan kegeologian Persentase legalitas pengusahaan air 13,46 38,46 5.228,01 53,85 5.517,13 69,23 5.896,55 76,92 6.332,31 100,00 6.781,22 100,00 29.755,20 Dinas Energi dan
tanah Sumber Daya Mineral
BAB VII - KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII - 10
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program Kondisi Kinerja awal Perangkat Daerah
Kode 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangunan (Outcome) RPJMD (2018) Penanggung Jawab
Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
2 1 06 PERDAGANGAN 8.000,04 8.442,45 9.023,05 9.689,86 10.376,79 45.532,20
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI, 8.000,04 8.442,45 9.023,05 9.689,86 10.376,79 45.532,20
USAHA KECIL DAN MENENGAH
Program Perlindungan Konsumen Dan Pengamanan Persentase pengaduan masyarakat n/a 100,00 5.507,55 100,00 5.812,12 100,00 6.211,83 100,00 6.670,89 100,00 7.143,80 100,00 31.346,18 Dinas Perindustrian,
Perdagangan terhadap harga / mutu produk yang Perdagangan, Koperasi,
tidak sesuai standar yang Usaha Kecil dan
diselesaikan Menengah
Program peningkatan dan pengembangan perdagangan Persentase terfasilitasi ketersediaan 100,00 100,00 2.492,50 100,00 2.630,33 100,00 2.811,22 100,00 3.018,98 100,00 3.233,00 100,00 14.186,03 Dinas Perindustrian,
dalam dan luar negeri barang pokok Perdagangan, Koperasi,
Usaha Kecil dan
Menengah
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI, 13.018,75 13.738,70 14.683,53 15.768,65 16.886,52 74.096,16
USAHA KECIL DAN MENENGAH
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 4.674,29 100,00 4.632,79 100,00 4.972,02 100,00 5.361,63 100,00 5.762,99 100,00 25.403,72 Dinas Perindustrian,
pelayanan administrasi perkantoran Perdagangan, Koperasi,
Usaha Kecil dan
Menengah
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 1.661,12 100,00 1.652,98 100,00 1.773,53 100,00 1.911,99 100,00 2.054,62 100,00 9.054,23 Dinas Perindustrian,
Prasarana Aparatur Perdagangan, Koperasi,
Usaha Kecil dan
Menengah
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 400,00 100,00 400,00 100,00 400,00 100,00 400,00 100,00 1.600,00 Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi,
Usaha Kecil dan
Menengah
Program kerjasama, fasilitasi dan pengembangan Jumlah Kawasan Industri yang n/a 1,00 2.342,68 1,00 2.472,23 2,00 2.642,25 2,00 2.837,51 3,00 3.038,67 9,00 13.333,33 Dinas Perindustrian,
perwilayahan industri Beroperasi Perdagangan, Koperasi,
Usaha Kecil dan
Menengah
Jumlah SIKIM yang beroperasi 2,00 3,00 3,00 4,00 4,00 5,00
Program penumbuhan dan pengembangan industri Persentase pertumbuhan industri 0,80 1,00 4.340,67 1,00 4.580,71 1,00 4.895,73 1,00 5.257,53 1,00 5.630,25 5,00 24.704,88 Dinas Perindustrian,
besar Perdagangan, Koperasi,
Usaha Kecil dan
Menengah
Persentase pertumbuhan nilai output 16,29 28,01 10,94 9,86 8,98 8,24 66,03
industri
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 1.528,67 1.613,21 1.724,15 1.851,56 1.982,83 8.700,41
Program Penyelenggaraan Ketransmigrasian Persentase pengembangan kawasan 57,14 57,14 1.528,67 71,43 1.613,21 85,71 1.724,15 85,71 1.851,56 85,71 1.982,83 85,71 8.700,41 Dinas Tenaga Kerja dan
transmigrasi Transmigrasi
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, 31.388,35 33.124,15 35.402,16 38.018,40 40.713,60 178.646,66
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 10.912,87 100,00 11.516,36 100,00 12.308,36 100,00 13.217,96 100,00 14.155,00 100,00 62.110,55 Badan Perencanaan
pelayanan administrasi perkantoran Pembangunan Daerah,
Penelitian dan
Pengembangan/Setda
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 2.290,62 100,00 2.417,29 100,00 2.583,54 100,00 2.774,46 100,00 2.971,15 100,00 13.037,06 Badan Perencanaan
Prasarana Aparatur Pembangunan Daerah,
Penelitian dan
Pengembangan/Setda
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 100,00 1.104,00 100,00 1.165,05 100,00 1.245,17 100,00 1.337,19 100,00 1.431,99 100,00 6.283,41 Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah,
Penelitian dan
Pengembangan/Setda
Program Pengembangan Data/Informasi Pembangunan Persentase ketersediaan data dan 86,80 88,60 1.574,74 90,40 1.661,83 92,20 1.776,11 94,00 1.907,37 95,90 2.042,59 95,90 8.962,64 Badan Perencanaan
Daerah informasi perencanaan pembangunan Pembangunan Daerah,
daerah Penelitian dan
Pengembangan/Setda
Program Perencanaan Pembangunan Daerah Persentase pencapaian target 90,80 91,50 10.468,56 92,20 11.047,48 92,90 11.807,23 93,60 12.679,79 94,30 13.578,69 94,30 59.581,74 Badan Perencanaan
program pembangunan daerah Pembangunan Daerah,
Penelitian dan
Pengembangan/Setda
Program Penelitian, Pengembangan dan Kerjasama Persentase pemanfaatan hasil 55,30 100,00 5.037,56 100,00 5.316,14 100,00 5.681,74 100,00 6.101,63 100,00 6.534,18 100,00 28.671,26 Badan Perencanaan
Pembangunan kelitbangan Pembangunan Daerah,
Penelitian dan
Pengembangan/Setda
Persentase kerjasama yang difasilitasi 100,00 100,00 100,00 - 100,00 - 100,00 - 100,00 100,00
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 19.483,39 100,00 20.000,84 100,00 21.399,84 100,00 23.023,80 100,00 24.771,76 100,00 108.679,64 Badan Pendapatan
pelayanan administrasi perkantoran Daerah
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 977,78 100,00 1.016,85 100,00 1.102,81 100,00 1.184,31 100,00 1.193,26 100,00 5.475,00 Badan Pendapatan
Prasarana Aparatur Daerah
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 575,00 100,00 575,00 100,00 575,00 100,00 575,00 100,00 2.300,00 Badan Pendapatan
Daerah
Program Pengelolaan Pendapatan Daerah Angka penerimaan daerah 3.638.988.362.800,48 3.919.278.559.684,71 12.888,18 4.193.914.759.379,25 13.600,90 4.493.455.298.149,30 14.536,26 4.817.492.896.003,26 15.610,50 5.167.459.312.168,76 16.717,16 22.591.600.825.385,30 73.352,99 Badan Pendapatan
Daerah
BAB VII - KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII - 11
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program Kondisi Kinerja awal Perangkat Daerah
Kode 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangunan (Outcome) RPJMD (2018) Penanggung Jawab
Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET 17.066,85 18.010,66 19.249,28 20.671,82 22.137,28 97.135,89
DAERAH
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 7.544,75 100,00 7.830,78 100,00 8.409,54 100,00 9.038,40 100,00 9.686,24 100,00 42.509,71 Badan Pengelolaan
pelayanan administrasi perkantoran Keuangan dan Aset
Daerah
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 1.035,68 100,00 1.092,95 100,00 1.136,91 100,00 1.198,80 100,00 1.274,32 100,00 5.738,65 Badan Pengelolaan
Prasarana Aparatur Keuangan dan Aset
Daerah
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 131,20 100,00 131,20 100,00 155,64 100,00 169,05 100,00 587,09 Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset
Daerah
Program Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Persentase pengelolaan keuangan 100,00 100,00 6.192,95 100,00 6.535,42 100,00 6.984,87 100,00 7.501,06 100,00 8.032,83 100,00 35.247,13 Badan Pengelolaan
daerah yang berkualitas Keuangan dan Aset
Daerah
Program Pembinaan dan Pengelolaan Aset Daerah Persentase pengelolaan aset daerah 100,00 100,00 2.293,48 100,00 2.420,31 100,00 2.586,76 100,00 2.777,92 100,00 2.974,85 100,00 13.053,31 Badan Pengelolaan
yang berkualitas Keuangan dan Aset
Daerah
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 5.716,59 100,00 6.032,72 100,00 6.447,60 100,00 6.924,08 100,00 7.414,95 100,00 32.535,94 Badan Kepegawaian
pelayanan administrasi perkantoran Daerah
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 800,00 100,00 844,24 100,00 902,30 100,00 968,98 100,00 1.037,67 100,00 4.553,20 Badan Kepegawaian
Prasarana Aparatur Daerah
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 100,00 240,00 100,00 253,27 100,00 270,69 100,00 290,69 100,00 311,30 100,00 1.365,96 Badan Kepegawaian
Daerah
Program Pelayanan Administrasi Aparatur Sipil Negara Persentase pelayanan ASN yang 85,71 100,00 3.691,47 100,00 3.895,61 100,00 4.163,52 100,00 4.471,20 100,00 4.788,17 100,00 21.009,97 Badan Kepegawaian
terselesaikan Daerah
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA 20.326,81 21.450,90 22.926,12 24.620,37 26.365,76 115.689,96
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 4.609,56 100,00 4.864,47 100,00 5.199,01 100,00 5.583,22 100,00 5.979,03 100,00 26.235,29 Badan Pengembangan
pelayanan administrasi perkantoran Sumber Daya Manusia
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 1.916,37 100,00 2.022,35 100,00 2.161,43 100,00 2.321,16 100,00 2.485,71 100,00 10.907,02 Badan Pengembangan
Prasarana Aparatur Sumber Daya Manusia
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 100,00 105,00 100,00 110,81 100,00 118,43 100,00 127,18 100,00 136,19 100,00 597,61 Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Program Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Persentase peningkatan kompetensi - 95,00 13.695,88 95,00 14.453,27 96,00 15.447,25 97,00 16.588,81 98,00 17.764,83 98,00 77.950,04 Badan Pengembangan
Manusia sumber daya manusia Sumber Daya Manusia
Program Pembinaan Dan Pengembangan Aparatur Persentase pembinaan dan 76,47 100,00 5.617,47 100,00 5.928,12 100,00 6.335,81 100,00 6.804,03 100,00 7.286,38 100,00 31.971,80 Badan Kepegawaian
pengembangan apratur Daerah
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH 6.839,26 7.217,48 7.713,84 8.283,90 8.871,16 38.925,64
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 2.166,16 100,00 2.185,95 100,00 2.343,16 100,00 2.523,71 100,00 2.709,71 100,00 11.928,70 Badan Penanggulangan
pelayanan administrasi perkantoran Bencana Daerah
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 435,00 100,00 459,06 100,00 490,63 100,00 526,88 100,00 564,24 100,00 2.475,80 Badan Penanggulangan
Prasarana Aparatur Bencana Daerah
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 400,00 Badan Penanggulangan
Bencana Daerah
Program Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Persentase penyelenggaraan 100,00 100,00 4.238,10 100,00 4.472,47 100,00 4.780,05 100,00 5.133,30 100,00 5.497,21 100,00 24.121,14 Badan Penanggulangan
penanggulangan bencana Bencana Daerah
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 3.946,71 100,00 4.164,96 100,00 4.451,39 100,00 4.780,35 100,00 5.119,24 100,00 22.462,66 Badan Penghubung
pelayanan administrasi perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 992,50 100,00 1.047,39 100,00 1.119,42 100,00 1.202,14 100,00 1.287,36 100,00 5.648,81 Badan Penghubung
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 100,00 40,00 100,00 42,21 100,00 45,12 100,00 48,45 100,00 51,88 100,00 227,66 Badan Penghubung
Program Peningkatan Pelayanan Badan Penghubung Persentase layanan terhadap 100,00 100,00 1.958,29 100,00 2.066,59 100,00 2.208,71 100,00 2.371,93 100,00 2.540,09 100,00 11.145,61 Badan Penghubung
stakeholder
BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK 4.220,77 4.454,18 4.760,50 5.112,31 5.474,73 24.022,48
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 1.702,07 100,00 1.686,86 100,00 1.800,82 100,00 1.931,90 100,00 2.076,88 100,00 9.198,52 Badan Kesatuan Bangsa
pelayanan administrasi perkantoran dan Politik
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 188,80 100,00 199,24 100,00 212,94 100,00 228,68 100,00 244,89 100,00 1.074,56 Badan Kesatuan Bangsa
Prasarana Aparatur dan Politik
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 - - 100,00 109,34 100,00 118,91 100,00 129,70 100,00 130,87 100,00 488,82 Badan Kesatuan Bangsa
dan Politik
Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan Persentase pengembangan wawasan 100,00 100,00 1.492,91 100,00 1.575,47 100,00 1.683,82 100,00 1.808,26 100,00 1.936,45 100,00 8.496,91 Badan Kesatuan Bangsa
kebangsaaan dan Politik
Program Pendidikan Politik Persentase pendidikan politik 75,00 100,00 836,98 100,00 883,27 100,00 944,01 100,00 1.013,77 100,00 1.085,64 100,00 4.763,67 Badan Kesatuan Bangsa
dan Politik
BAB VII - KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII - 12
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program Prioritas Indikator Kinerja Program Kondisi Kinerja awal Perangkat Daerah
Kode 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangunan (Outcome) RPJMD (2018) Penanggung Jawab
Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta) Target Rp. (juta)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
4 1 FUNGSI PENDUKUNG 371.659,00 392.212,07 419.185,15 450.163,18 482.076,14 2.115.295,54
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 60.235,27 100,00 63.566,33 100,00 67.937,90 100,00 72.958,55 100,00 78.130,72 100,00 342.828,78 Sekretariat Daerah
pelayanan administrasi perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 11.298,00 100,00 11.922,79 100,00 12.742,74 100,00 13.684,44 100,00 14.654,55 100,00 64.302,52 Sekretariat Daerah
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 100,00 150,00 100,00 158,30 100,00 169,18 100,00 181,68 100,00 194,56 100,00 853,72 Sekretariat Daerah
Program Peningkatan dan Pelayanan Kedinasan Kepala Persentase terfasilitasinya pelayanan 100,00 100,00 19.041,93 100,00 20.094,97 100,00 21.476,93 100,00 23.064,09 100,00 24.699,15 100,00 108.377,06 Sekretariat Daerah
Daerah/Wakil Kepala Daerah kedinasan pimpinan
Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan Persentase rancangan produk hukum 100,00 100,00 2.346,86 100,00 2.476,64 100,00 2.646,97 100,00 2.842,58 100,00 3.044,10 100,00 13.357,15 Sekretariat Daerah
daerah yang sesuai dengan peraturan
Program Reformasi Birokrasi perundang-undangan
Persentase perangkat daerah yang 58,00 62,00 1.356,42 65,00 1.431,43 68,00 1.529,88 70,00 1.642,94 73,00 1.759,41 73,00 7.720,08 Sekretariat Daerah
melaksanakan area perubahan
Program Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa reformasi
Persentase pelayanan pengadaan 98,40 100,00 1.771,23 100,00 1.869,18 100,00 1.997,73 100,00 2.145,36 100,00 2.297,45 100,00 10.080,94 Sekretariat Daerah
Pemerintah barang dan jasa pemerintah
Program Peningkatan Pelayanan Informasi dan Persentase pencapaian pelaksanaan 100,00 100,00 7.990,05 100,00 8.431,91 100,00 9.011,78 100,00 9.677,76 100,00 10.363,83 100,00 45.475,33 Sekretariat Daerah
Kehumasan kegiatan pelayanan administrasi
Program Penataan Pemerintahan dan Otonomi Daerah informasi dan
Persentase kehumasan penataan
terfasilitasinya n/a 20,00 3.453,68 40,00 3.644,67 60,00 3.895,32 80,00 4.183,19 100,00 4.479,74 100,00 19.656,59 Sekretariat Daerah
pemerintahan dan otonomi daerah
Program Penataan Kebijakan Pemerintahan Bidang Persentase penataan kebijakan 100,00 100,00 19.033,23 100,00 20.085,79 100,00 21.467,12 100,00 23.053,55 100,00 24.687,86 100,00 108.327,55 Sekretariat Daerah
Keagamaan dan Kesejahteraan Sosial pemerintahan bidang keagamaan dan
Program Penataan Kebijakan Pemerintahan Bidang kesejahteraan
Jumlah sosial
laporan penataan kebijakan n/a 6,00 575,74 6,00 607,58 6,00 649,36 6,00 697,35 6,00 746,79 30,00 3.276,83 Sekretariat Daerah
Perekonomian dan Sumber Daya Alam pemerintah bidang perekonomian dan
Program Pembinaan Pengelolaan BUMD sumber daya
Persentase alam berkinerja baik
BUMD n/a 100,00 393,28 100,00 415,03 100,00 443,57 100,00 476,35 100,00 510,12 500,00 2.238,36 Sekretariat Daerah
Program Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Jumlah dokumen pengendalian 9.00 12,00 1.099,39 12,00 1.160,18 12,00 1.239,97 12,00 1.331,61 12,00 1.426,01 60,00 6.257,15 Sekretariat Daerah
evaluasi pembangunan
4 1 02 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH 242.913,92 256.347,27 273.976,70 294.223,74 315.081,85 1.382.543,49
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 20.434,93 100,00 21.565,00 100,00 23.048,06 100,00 24.751,33 100,00 26.506,00 100,00 116.305,32 Sekretariat DPRD
pelayanan administrasi perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 10.132,79 100,00 10.693,14 100,00 11.428,53 100,00 12.273,10 100,00 13.143,17 100,00 57.670,73 Sekretariat DPRD
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 100,00 234,00 100,00 246,94 100,00 263,92 100,00 283,43 100,00 303,52 100,00 1.331,81 Sekretariat DPRD
Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Presentase peningkatan kapasitas 91,00 91,00 212.112,20 92,00 223.842,19 93,00 239.236,19 94,00 256.915,89 95,00 275.129,16 95,00 1.207.235,63 Sekretariat DPRD
Rakyat Daerah lembaga perwakilan rakyat daerah
212.112.198.708,00
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Persentase pemenuhan kebutuhan 100,00 100,00 2.701,27 100,00 2.850,65 100,00 3.046,70 100,00 3.271,85 100,00 3.503,80 100,00 15.374,27 Inspektorat
pelayanan administrasi perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Pemenuhan sarana dan 100,00 100,00 476,18 100,00 502,52 100,00 537,07 100,00 576,76 100,00 617,65 100,00 2.710,19 Inspektorat
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Persentase tingkat kehadiran ASN 100,00 100,00 95,63 100,00 100,91 100,00 107,85 100,00 115,82 100,00 124,03 100,00 544,25 Inspektorat
Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal Dan Persentase realisasi audit/jumlah 43,75 100,00 8.532,65 100,00 9.004,51 100,00 9.623,77 100,00 10.334,97 100,00 11.067,63 100,00 48.563,53 Inspektorat
Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH laporan hasil audit
Program Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Persentase jumlah laporan hasil 56,67 100,00 1.057,09 100,00 1.115,55 100,00 1.192,27 100,00 1.280,37 100,00 1.371,14 100,00 6.016,42 Inspektorat
evaluasi dan jumlah opd yang
difasilitasi
BAB VII - KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH VII - 13
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau
Tahun 2019-2024
BAB VIII
KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
2.1.2 KESEHATAN
Persentase Penurunan Kematian Ibu ±7 ≥5 ≥5 ≥5 ≥5 ≥5 ≥5
Persentase Penurunan Kematian Bayi ≥ 20 ≥ 10 ≥ 10 ≥ 10 ≥ 10 ≥ 10 ≥ 10
Persentase Penurunan Kematian Balita ≥ 25 ≥ 10 ≥ 10 ≥ 10 ≥ 10 ≥ 10 ≥ 10
Persentase Stunting 25,20 24,00 22,00 20,00 19,00 18,00 18,00
Persentase ODHA yang diobati 12,00 23,00 28,00 33,00 38,00 43,00 43,00
Persentase Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan yang disebabkan 40,00 60,00 70,00 100,00 100,00 100,00 100,00
oleh Penyakit Tidak Menular
Persentase Pencapaian Universal Health Coverage 84,70 85,70 87,00 90,00 92,00 95,00 95,00
Success Rate (SR) 82,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00
Persentase Pelayanan Kesehatan bagi Penduduk berdampak Krisis Kesehatan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
akitab dan/atau berpotensi Bencana
Persentase Pelayanan Kesehatan bagi Penduduk terdampak dan berisiko pada 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
situasi KLB Provinsi
Indek Keluarga Sehat 0,123 0,126 0,130 0,150 0,200 0,300 0,300
Persentase Fasilitas Kesehatan yang Terakreditasi 84,00 85,00 88,00 90,00 93,00 95,00 95,00
Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan 84,00 85,00 86,00 87,00 88,00 89,00 89,00
Persentase manajemen kesehatan dengan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
sistem informasi kesehatan
Persentase kepuasan pelanggan atas 55,00 60,00 65,00 70,00 75,00 80,00 80,00
pelayanan laboratorium
Persentase Odha yang diobati 12,00 23,00 28,00 33,00 38,00 43,00 43,00
Success Rate TB paru 34,00 80,00 90,00 95,00 95,00 95,00 95,00
Annual Parasit Indeks (API) 0,01 < 1 / 1000 penduduk < 1 / 1000 penduduk < 1 / 1000 penduduk < 1 / 1000 penduduk < 1 / 1000 penduduk < 1 / 1000 penduduk
Persentase capaian Imunasasi Dasar 71,00 93,00 93,00 94,00 94,00 95,00 95,00
Lengkap (IDL) pada bayi usia 0-11 bulan
Persentase Kab/Kota yang merespon Alert 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
sinyal kewaspadaan dini Kejadian Luar
Biasa (KLB) > 80%
Persentase penderita Diabetes Mellitus 13,70 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 100,00
yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai
standar
Persentase penderita Hipertensi yang 33,20 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 100,00
mendapat pelayanan kesehatan sesuai
standar
Persentase fasyankes yang melakukan 43,20 51,00 56,00 61,00 68,00 74,00 74,00
pelayanan kefarmasian sesuai standar
Persentase produksi dan distribusi farmasi 52,50 55,00 58,00 60,00 63,00 65,00 65,00
dan alkes sesuai standar
Persentase ketersediaan obat,vaksin dan 90,50 98,00 99,00 100,00 100,00 100,00 100,00
logistik
Persentase pelaksanaan diklat kesehatan 80,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
yang sesuai standar
Persentase daerah rawan abrasi yang 9,59 9,75 9,97 10,28 10,58 10,88 10,88
ditangani
Persentase saluran irigasi dalam kondisi 51* 53,00 55,00 57,00 59,00 61,00 61,00
baik
Persentase bangunan dan kawasan strategis 5,00 7,00 10,00 12,00 15,00 20,00 20,00
provinsi yang ditangani
Presentase peningkatan layanan air minum 5,15 5,15 5,15 7,22 32,99 32,99 32,99
Presentase peningkatan layanan sanitasi 69,82 70,99 73,53 75,69 77,86 79,73 79,73
Persentase kesesuaian pemanfaatan ruang 15,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 45,00
Jumlah warga Negara yang memperoleh kebutuhan air 5,15 5,15 5,15 7,22 32,99 32,99 32,99
minum curah lintas kabupaten/kota (%)
2.1.4 PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN
Persentase Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman - 10.34 10.34 10.34 10.34 10.34 10.34
Persentase Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Permukiman 24,00 36.66 49.33 62,00 74.67 87.33 87.33
Persentase Peningkatan Akses Rumah Sehat Layak Huni Bagi Rumah Tangga 78,97 79.15 79.33 79.52 79.70 79.89 79.89
Jumlah potensi sumber kesejahteraan sosial 3,00 5.648,00 5.648,00 5.649,00 5.649,00 5.648,00 5.648,00
(psks) yang diberdayakan
Jumlah pmks yang diberdayakan 4,00 129,00 129,00 129,00 129,00 129,00 129,00
Jumlah Warga Negara Penyandang disabilitas telantar yang 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
mendapat rehabilitas sosial dasar penyandang disabilitas
telantar di dalam panti (%)
Jumlah Warga Negara anak telantar yang mendapatkan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
rehabilitas sosial dasar anak terlantar (%)
Jumlah Warga Negara lanjut usia telantar yang mendapatkan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
rehabilitas sosial dasar lanjut usia di dalam panti (%)
Jumlah Warga Negara gelandangan dan pengemis yang 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
mendapatkan rehabilitas sosial dasar tuna sosial di dalam
panti (%)
Jumlah Warga Negara korban bencana provinsi yang 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
mendapatkan perlindungan dan jaminan sosial pada saat dan
setelah tanggap darurat bencana bagi korban bencana
provinsi (%)
Persentase Pemenuhan pengaturan syarat - Syarat Kerja 15,00 16,00 17,00 18,00 19,00 20,00 20,00
Persentase Pemenuhan Hak-Hak Normatif Tenaga Kerja 9,00 11,00 13,00 14,00 16,00 18,00 18,00
Kawasan Transmigrasi yang diberdayakan dan 3,00 3,00 4,00 5,00 6,00 6,00 6,00
dikembangkan
Persentase tenaga kerja yang ditingkatkan 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00 55,00 55,00
kapasitas sdmnya
Persentase tenaga kerja yang ditempatkan 10,83 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 45,00
Persentase penyelesaian kasus hubungan 75,00 75,00 80,00 85,00 90,00 95,00 95,00
industrial
Persentase perusahaan yang mendapatkan 70,00 70,00 75,00 80,00 85,00 90,00 90,00
pembinaan hubungan industrial
Persentase perusahaan yang mendapatkan 9,00 12,00 17,00 24,00 36,00 46,00 46,00
pembinaan peraturan ketenagakerjaan
Persentase penyelesaian kasus norma 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
ketenagakerajaan
2.2.2 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) 88,17 88,58 88,98 89,39 89,79 90,20 90,20
Prevalensi Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak 75,36 77,88 79.15 80.41 81.67 82.93 82.93
Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang mendapatkan 60,00 70,00 75,00 80,00 85,00 90,00 90,00
Penanganan Pengaduan oleh Petugas terlatih di dalam Unit Layanan Terpadu
Persentase Sumbangan Pendapatan Perempuan 28,15 28.18 28.20 28.22 28.24 28.26 28.26
Persentase Ketewakilan Perempuan dilegislatif dan 40,00 50,00 55,00 60,00 65,00 70,00 70,00
Persentase Perempuan sebagai Tenaga Profesional
Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang 60,00 70,00 75,00 80,00 85,00 90,00 90,00
mendapatkan Penanganan Pengaduan oleh Petugas terlatih di
dalam Unit Layanan Terpadu
Persentase kelembagaan pengarusutamaan 40,00 50,00 55,00 60,00 65,00 70,00 70,00
Gender yang aktif
Persentase Kasus Kekerasan Perempuan 60,00 70,00 75,00 80,00 85,00 90,00 90,00
dan Anak yang ditangani
Persentase Kabupaten/kota menuju 66,00 74,00 75,00 84,00 85,00 89,00 89,00
Kabupaten/Kota layak anak
Persentase perempuan dalam peningkatan 28,13 28,18 28,20 28,22 28,24 28,26 28,26
ekonomi
2.2.3 PANGAN
Indeks ketahanan pangan 49,00 50,00 52,00 54,00 56,00 58,00 58,00
Persentase Keamanan Pangan Segar 60,00 65,00 70,00 75,00 80,00 85,00 85,00
Skor PPH Konsumsi 83,50 84,00 84.50 85,00 85.50 86,00 86,00
Skor PPH Ketersediaan 86,00 86,00 87,00 88,00 89,00 90,00 90,00
Skor PPH Ketersediaan 86,02 86,03 87,03 87,06 87,06 87,06 87,06
Skor PPH Konsumsi 84,09 84,00 85,50 86,00 86,00 86,00 86,00
Jumlah pelaku ekonomi kreatif 659,00 290,00 320,00 350,00 380,00 410,00 410,00
Jumlah produk ekonomi kreatif 13,00 9,00 9,00 9,00 10,00 10,00 10,00
2.3.3 PERTANIAN
Meningkatkan NTUP Perkebunan 98,54 99,55 100,10 100,60 102,10 102,60 102,60
Meningkatkan NTUP Tanaman Pangan 115,55 115,65 115,70 115,75 115,80 115,85 115,85
Meningkatkan NTUP Hortikultura 114,15 115,65 115,70 115,75 115,80 115,85 115,85
Jumlah Produksi Padi (Ton) 365.744* 460.531,20 492.472,90 537.487,10 580.585,20 614.428,90 614.428,90
Jumlah Produksi Jagung 30.768* 35.053,70 36.016,80 36.979,90 37.943,00 38.906,10 38.906,10
Jumlah Produksi kelapa sawit 7.458.298* 7.939.955,00 8.098.754,00 8.260.729,00 8.425.943,00 8.594.462,00 8.594.462,00
Jumlah produksi kelapa 390.899* 414.239,00 434.951,00 456.698,00 479.533,00 503.510,00 503.510,00
Jumlah produksi karet 355.909* 377.816,00 385.373,00 393.080,00 400.942,00 408.961,00 408.961,00
Jumlah Produksi Sagu 339.007* 359.757,00 366.952,00 374.291,00 381.777,00 389.412,00 389.412,00
Produksi Padi 365.744,00 460.531,20 492.472,90 537.487,10 580.585,20 614.428,90 614.428,90
Produksi Jagung 30.768,00 35.053,70 36.016,80 36.979,90 37.943,00 38.906,10 38.906,10
Produktivitas tanaman utama (padi) 39,46 39,60 39,76 40,31 40,44 40,73 40,73
Produktivitas tanaman utama (jagung) 32,16 34,73 36,02 37,30 38,59 39,87 39,87
Persentase petani yang menerapkan 52,00 53,20 53,70 54,20 54,70 55,20 55,20
teknologi pasca panen
Produktivitas tanaman utama (padi) 39,46 39,60 39,76 40,31 40,44 40,73 40,73
Produktivitas tanaman utama (jagung) 32,16 34,73 36,02 37,30 38,59 39,87 39,87
Persentase penyuluh yang ditingkatkan - 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00
kompetensinya
Produksi kelapa sawit 7.611.636,40 7.918.313,20 8.071.651,60 8.224.990,00 8.378.328,40 8.531.666,80 8.531.666,80
Produksi kelapa 388.178,00 389.457,00 391.457,00 393.457,00 395.457,00 397.457,00 397.457,00
Produksi karet 363.145,50 377.618,50 384.855,00 392.091,50 399.328,00 406.564,50 406.564,50
Produktivitas tanaman perkebunan (kelapa 3,45 4,02 4,08 4,14 4,20 4,26 4,26
sawit/CPO)
Produktivitas tanaman perkebunan (kelapa) 0,93 2.649,00 2.662,00 2.676,00 2.689,00 2.703,00 2.703,00
Produktivitas tanaman perkebunan (karet) 1,05 1.236,00 1.239,00 1.242,00 1.259,00 1.271,00 1.271,00
Produktivitas tanaman perkebunan (sagu) 7,49 7.609,00 7.690,00 7.809,00 7.903,00 8.003,00 8.003,00
Persentase sdm yang ditingkatkan 0,48 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00
kompetensinya
Persentase pemakaian dan pengusahaan air tanah yang melakukan upaya 75 % 80 % 85,71 % 88,89 % 90 % 92,31 % 92,31 %
konservasi
Jumlah rumah tangga yang teraliri listrik (KK) 1.449.675,00 1.467.695,00 1.485.873,00 1.503.894,00 1.521.598,00 1.540.092,00 1.540.092,00
Intensitas Energi (TOE/Milyar Rupiah) 8,52 8,50 8,47 8,43 8,38 8,38
Persentase peningkatan pemegang iup yang 7,69 7,14 6,67 6,25 5,88 5,56 5,56
tertib (administrasi, teknis, lingkungan dan
keuangan)
Rasio Desa Berlistrik 95,92 96,73 97,55 98,37 99,18 100,00 100,00
Persentase legalitas pengusahaan air tanah 13,46 38,46 53,85 69,23 76,92 100,00 100,00
2.3.7 PERDAGANGAN
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 72,44 72,97 73,13 73,29 73,44 73,60 73,60
Pengeluaran per kapita 10.968,00 11.029,00 11.146,00 11.264,00 11.381,00 11.498,00 11.498,00
Persentase pengaduan masyarakat terhadap n/a 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
harga / mutu produk yang tidak sesuai
standar yang diselesaikan
Persentase terfasilitasi ketersediaan barang 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
pokok
2.3.8 PERINDUSTRIAN
Nilai PDRB (Milyar) - 495.481,49 503.647,60 511.403,53 520.664,90 529.357,87 529.357,87
Porsentase Peningkatan Produktivitas Total Daerah - 495.481,49 503.647,60 511.403,53 520.664,90 529.357,87 529.357,87
Nilai PDRB (Milyar) - 495.481,49 503.647,60 511.403,53 520.664,90 529.357,87 529.357,87
Persentase peningkatan Produktivitas total daerah - - - - - - -
Jumlah Kawasan Industri yang Beroperasi - 1,00 1,00 2,00 2,00 3,00 3,00
Jumlah SIKIM yang beroperasi 2,00 3,00 3,00 4,00 4,00 5,00 5,00
Persentase pertumbuhan industri besar 0,80 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Persentase pertumbuhan nilai output 16,29 28,01 10,94 9,86 8,98 8,24 8,24
industri
2.3.9 TRANSMIGRASI
Persentase Kawasan Transmigrasi yang diberdayakan dan 3,00 3,00 4,00 5,00 6,00 6,00 6,00
dikembangkan
Persentase pengembangan kawasan 57,14 57,14 71,43 85,71 85,71 85,71 85,71
transmigrasi
Persentase pencapaian target program 90,80 91,50 92,20 92,90 93,60 94,30 94,30
pembangunan daerah
Persentase pemanfaatan hasil kelitbangan 55,30 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Persentase kerjasama yang difasilitasi 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
2.4.2 KEUANGAN
Opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Persentase APBD/APBD-P sesuai ketentuan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Persentase Penatausahaan Keuangan sesuai ketentuan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Persentase Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Sesuai 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Persentase pengelolaan keuangan daerah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
yang berkualitas
Persentase pengelolaan aset daerah yang 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
berkualitas
Angka Penerimaan Daerah 3.609.065.922.066,65 3.919.278.559.684,71 4.193.914.759.379,25 4.493.455.298.149,30 4.817.492.896.003,26 5.167.459.312.168.76 5.167.459.312.168.76
Persentase Meningkatnya Pendapatan Daerah 3.919.278.559.684,71 4.193.914.759.379,25 4.493.455.298.149,30 4.817.492.896.003,26 5.167.459.312.168.76 5.167.459.312.168.76
Angka penerimaan daerah 3.638.988.362.800,48 3.919.278.559.684,71 4.193.914.759.379,25 4.493.455.298.149,30 4.817.492.896.003,26 5.167.459.312.168,76 5.167.459.312.168,76
2.4.3 KEPEGAWAIAN
Indeks Profesionalitas ASN 40,00 45,00 50,00 55,00 60,00 65,00 65,00
Indeks Kepuasan Pelayanan Administrasi Kepegawaian 65,00 65,00 65,00 70,00 70,00 70,00 70,00
Presentase ASN Provinsi Riau yang mempunyai kinerja baik 70,00 70,00 75,00 80,00 82,00 85,00 85,00
Persentase pelayanan ASN yang 85,71 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
terselesaikan
2.4.4 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Persentase ASN yang telah mengikuti Pengembangan Kompetensi minimal 20 7,11 7,20 7,50 8,50 9,00 10,50 10,50
jam pelajaran per orang per tahun
Indeks Kepuasan Pelayanan Diklat - 82,00 84,00 86,00 88,00 90,00 90,00
Persentase Kelulusan Peserta Diklat - 95,00 95,00 96,00 97,00 98,00 98,00
Persentase peningkatan kompetensi sumber - 95,00 95,00 96,00 97,00 98,00 98,00
daya manusia
Persentase pembinaan dan pengembangan 76,47 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
apratur
2.4.5 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Persentase hasil kelitbangan yang diimplementasikan - 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
Persentase hasil kerjasama pembangunan yang difasilitasi - 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
Persentase peningkatan kapasitas pelayanan aparatur 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
Persentase hasil Kelitbangan yang diimplementasikan - 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
Persentase kerjasama yang difasilitasi - 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
Persentase pelayanan, sarana, prasarana dan kedisiplinan 100,00 20,34 19,49 20,34 19,49 20,34 20,34
2.4.6 FUNGSI LAINNYA
Indeks Demokrasi Indonesia 73,35 73,50 73,60 73,75 73,85 74,00 74,00
Indeks Lembaga Demokrasi 73,35 73,50 73,60 73,75 73,85 74,00 74,00
Indeks Kebebasan Sipil 73,35 73,50 73,60 73,75 73,85 74,00 74,00
Indeks Hak-Hak Politik 73,35 73,50 73,60 73,75 73,85 74,00 74,00
Persentase pengembangan wawasan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
kebangsaaan
Persentase pendidikan politik 75,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
BAB IX
PENUTUP