BUKU PANDUAN
PRAKTIKUM DARING
FISIKA DASAR
Untuk Mahasiswa Tingkat I
Disusun oleh
Prof. Dr. Eng Camellia Panatarani
Dr. Lusi Safriani
Ferry Faizal PhD
Dr. Budi Adiperdana
Pengantar
Dalam masa pandemi covid19, kami memanjatkan puji syukur ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas secara bertahap selesainya
penyusunan panduan Praktikum Fisika Dasar untuk tingkat Universitas
di Lingkungan Universitas Padjadjaran. Dengan petunjuk praktikum ini
diharapkan praktikan yaitu mahasiswa tingkat I bidang eksakta di
Universitas Padjadjaran yang mengambil Praktikum Fisika Dasar
memiliki kemampuan dan pemahaman dalam beberapa hal pokok.
Pemahaman dan kemampuan dalam dasar-dasar pengukuran besaran
fisis, dasar-dasar analis grafik, analisis lanjut dalam sub-sub kajian fisika
dasar seperti mekanika dan elektronika yang tentu saja berhubungan erat
dengan bidang bidang-bidang lain semisal bidang rekayasa secara umum
(teknik), seni dan informatika.
Petunjuk praktikum ini terdiri atas beberapa modul dengan muatan
matematis dan statistik sebagai alat utama dalam kajian fisika. Beberapa
modul didesain untuk dilakukan berbantuan simulator online dan
beberapa dibuat untuk bisa dilakukan di rumah dengan alat alat ukur
sederhana. Praktikan memiliki keleluasaan untuk mengembangkan cara
berfikir kreatif dalam pengerjaan eksperimen yang terkait praktikum
fisika ini. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan dari kondisi para
praktikan di rumah masing-masing yang tentu saja memiliki keterbatasan
dalam ketersediaan instrumen ukur, tapi di sisi lain perlu tetap melatih
aspek psikomotorik praktikan yang sangat mustahil apabila keseluruhan
praktikum dilakukan penuh di depan komputer.
Kami berpesan kepada para praktikan, agar selama melaksanakan
kegiatan praktikum untuk tetap menerapkan protokol kesehatan berupa
pemakaian masker, menghindari kerumunan, serta mencuci tangan
sebelum dan setelah kegiatan eksperimen. Akhir kata tim penyusun
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang berkontribusi
dalam penyusunan petunjuk praktikum ini.
Tim Penyusun
2
Petunjuk Penulisan Artikel Jurnal Praktikum,
Peraturan dan Sistem Penilaian
Artikel Laporan
Peraturan Umum
4
Daftar Isi
Pengantar ...................................................................................................2
Petunjuk Penulisan Artikel Jurnal Praktikum, Peraturan dan Sistem
Penilaian ....................................................................................................3
Daftar Isi ....................................................................................................5
Modul 1 Dasar-Dasar Pengukuran dan Ketiakpastian ...............................6
Modul 2 Metode Kuadrat Terkecil...........................................................20
Modul 3 Gerak Bergulir di Bidang Miring ..............................................29
Modul 4 Bandul Matematis .....................................................................34
Modul 5 Resonator Pipa Udara................................................................38
Modul 6 Hukum Pendinginan Newton ....................................................42
5
Modul 1 Dasar-Dasar Pengukuran dan
Ketiakpastian
• https://flashyscience.com/experiments/open/callipers
• https://flashyscience.com/experiments/open/micrometer
KAJIAN TEORETIK
6
X X
X X
Mengukur
Mengukur adalah membandingkan nilai besaran yang dengan
besaran sejenis yang sudah memiliki kuantifikasi yang ditetapkan sebagai
satuan, sebagai contoh:
7
1. Beberapa alat ukur panjang:
a) Mistar
Mistar ada 2 macam, yaitu:
• Stik meter, yaitu mistar yang memiliki panjang satu meter dan
memiliki skala desimeter, sentimeter, dan milimeter.
• Mistar metrik yaitu mistar yang memiliki panjang 30 cm dan
memiliki skala sentimeter, milimeter, dan inchi.
Skala
Skala nonius
Rahang sorong
Rahang tetap
8
• Mengukur diameter bola atau silinder.
• Mengukur diameter dalam tabung.
• Mengukur kedalaman lubang.
d f
b
e
c
a
c) Mikrometer sekrup
Bagian-bagian utama mikrometer sekrup:
a. rahang atas b. rahang geser
c. kunci d. skala tetap
9
• Hasilnya 5 + 0,5 + 0,28 = 5,78.
Kegunaan mikrometer sekrup antara lain:
a) Mengukur diameter kawat.
b) Mengukur ketebalan kertas.
2. Beberapa alat ukur massa
1. Neraca pasar, yaitu neraca yang banyak digunakan di pasar
tradisional untuk menimbang kebutuhan pokok rumah
tangga seperti sayur mayur, minyak, dan gula.
2. Neraca analitis, yaitu neraca yang banyak digunakan penjual
emas dan peneliti di laboratorium.
3. Neraca tiga lengan, yaitu neraca yang banyak digunakan
untuk menimbang benda-benda di laboratorium.
4. Ketelitian: 10 mg.
5. Batas ukur: 500 gram–1.000 gram.
6. Neraca surat, yaitu neraca yang banyak dipergunakan kantor-
kantor pos, untuk menimbang surat.
7. Neraca elektronik, yaitu neraca yang memiliki tampilan
digital untuk menyatakan massa yang ditimbang.
3. Beberapa alat ukur waktu
1. Jam bayangan matahari, yaitu jam yang menggunakan
gerakan benda diam yang dibentuk oleh matahari untuk
menentukan waktu.
2. Jam pasir, yaitu jam yang didasarkan pada waktu yang
dibutuhkan pasir pada bagian atas gelas untuk jatuh ke
bagian bawah.
3. Jam air, yaitu jam yang didasarkan pada berapa lama waktu
yang dipakai untuk mengalirkan air keluar dari suatu tempat
melalui sebuah lubang.
4. Jam, misalnya jam dinding atau jam tangan (arloji)
5. Stop watch
6. Jam atom, yaitu jam yang diatur oleh gerakan atom cesium
dan diperkirakan hanya akan membuat kesalahan kira-kira 1
detik dalam waktu 6.000 tahun.
10
Ketidakpastian dalam Pengukuran
Berdasarkan kondisi di atas, maka penyajian suatu hasil pengukuran
harus disertai dengan ketidakpastiannya (sesatan), sebagai contoh:
X = X0 ± ΔX…………………………………. (1)
19,348 ± 2,5 19 ± 3
21 22 23 24 25 26 27
X = 26,7 ± 0,2
∑X
i =1
i
X =
N ……………………………(2)
Sesatan pada persamaan (2) merupakan sesatan statistik, dapat
dipilih simpangan baku terhadap nilai rata-rata :
12
N
∑ [X ]2
i −X
Sx i =1
Sx = =
N N ( N − 1) …………………………...(3)
dengan :
∑ [X ]
2
i −X
i =1
Sx =
N −1 ……..…….………………….…(4)
13
2. Semua sesatan pengukuran merupakan sesatan statistik.
Jika semua sesatan pengukuran berasal dari sesatan statistik, maka
dengan tingkat kepercayaan 68% penjalaran sesatannya dapat ditentukan
sebagai berikut :
2 2
⎛ ∂F ⎞ 2 ⎛ ∂F ⎞
ΔF = ⎜ ⎟ (Δx ) + ⎜⎜ ⎟⎟ (Δy )2 + ...
⎝ ∂x ⎠ x , y ⎝ ∂y ⎠ x , y
…………..…(5)
3. Sesatan pengukurannya merupakan campuran dari sesatan
taksiran dan sesatan statistik.
Sedangkan jika sesatan pengukurannya merupakan campuran dari
sesatan taksiran dan statistik, maka tingkat kepercayaannya dijadikan
68% dengan mengalikan kesalahan taksiran dengan 2/3, kemudian
digunakan rumus sesatan statistik (persamaan–5 )
Contoh
1. Tuliskan pelaporan hasil pengukuran berikut dengan benar :
a. 4,1663 ± 0,1229 4,17 ± 0,13
b. 1,3145 ± 0,05233 1,31 ± 0,05
c. 10 ± 0,0644 10,00 ± 0,06
d. 100 ± 0,5 100,0 ± 0,5
2. Seorang ayah tingginya 170 cm, sedangkan anaknya yang baru
lahir tingginya 50 cm, berapa tinggi rata-rata keduanya?
Pembahasan :
Rata-rata tinggi dari keduanya = (170 + 50) / 2 cm
= 110cm
Apa arti nilai rata-rata tersebut ?
Nilai rata-rata hanya punya makna jika nilai-nilai yang
dirata-ratakan selayaknya sama, sehingga jika datanya
diperbanyak akan membentuk distribusi normal. Dalam
hal soal ini, tak layak seorang bayi memiliki tinggi yang
sama dengan orang dewasa, sehingga rata-rata yang
dihitung tidak memiliki makna.
3. Misalkan dari suatu bangun dalam suatu bidang datar diukur
sepasang besaran X dan Y, diperoleh hasil sebagai berikut :
14
No X(cm) Y(cm)
1 1,10 4,10
2 1,45 3,95
3 1,90 4,05
4 2,55 4,15
5 3,15 4,00
6 3,90 4,05
7 4,50 4,15
8 9,00 4,10
Perlukah kesalahan/ketakpastian pengukuran dituliskan pada setiap
data? Dari data tersebut, tentukan nilai rata-rata dan simpangan baku dari
kedua besaran X dan Y!
Ketakpastian tidak perlu dituliskan pada setiap data, karena pada
pengukuran yang berulang-ulang akan digunakan ketakpastian statistik.
Terlihat bahwa nilai X makin kebawah makin besar, berawal dari 1,10
dan berakhir pada nilai 9,00. Tampaknya nilai X bukanlah sesuatu yang
seharusnya rata, sehingga kalaupun secara matematis dapat dihitung nilai
rata-ratanya, tetapi nilai tersebut tidak memiliki makna fisis.
15
X = 27,55 : 8 = 3,44375 Y = 32,55 : 8 = 4,06875
S X = 44,9323 / 7 = 2,533555 S Y = 0,0346870 / 7 = 0,0704
S Y = 0,02489
5X
Z=
Maka tentukan nilai Z berikut sesatannya, jika Y !
Jawab :
Z = 5 x 6/5 = 6
∂Z ∂Z
ΔZ = Δx + Δy
∂x x , y ,.. ∂y x , y ,..
5 − 5x
ΔZ = Δx + Δy
y x , y ,..
y2 x , y ,..
5 5⋅6
ΔZ = 0,05 + 0,05
5 25
ΔZ = 0,05 + 0,06
ΔZ = 0,11 Jadi Z = 6,00 + 0,11
TUGAS PENDAHULUAN
KEGIATAN EKSPERIMEN
Pada soal ini menyesuaikan dengan alat ukur yang ada di rumah
sehingga hanya perlu memilih satu buah kasus saja yang dianggap cocok.
Kasus dipilih supaya memperlihatkan pengukuran yang tidak
menghasilkan nilai yang sama pada skala cukup besar dikarenakan alat
ukur dengan ketelitian yang terbatas. Setiap pengukuran dilakukan
sebanyak 10 kali kecuali pada pengukuran berat badan yaitu hanya 5
kali.
a. Kasus Mistar:
Objek yang akan diukur adalah daun. Daun dapat dipilih sesuai yang
ada di sekitar rumah dengan bentuk sederhana. Tipe daun dibatasi
menjadi dua tipe seperti terlihat pada Gambar 1.2.
17
Gambar 1.2. ilustrasi tipe daun yang dapat dipilih sebagai objek
percobaan.
Apabila tipe daun yang dipilih adalah tipe (a), maka dibutuhkan 10
helai daun yang masing-masing akan diukur menggunakan mistar pada
urat utama daun yang ditandai garis putus-putus pada Gambar 1.2(a).
Apabila tipe daun yang dipilih adalah tipe (b), maka hanya dibutuhkan 1
helai daun yang lebarnya akan diukur menggunakan mistar pada 10 titik
yang berbeda (seperti yang terlihat sebagai garis terputus-putus pada
Gambar 1.2(b)).
TUGAS AKHIR
19
Modul 2 Metode Kuadrat Terkecil
KAJIAN TEORITIK
70 35
60 30
50 25
Tegangan (V)
Tegangan (V)
40 20
30 15
20 10
10 5
0 0
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
Arus (A) Arus (A)
Hal lain yang perlu kita ingat dan perhatikan dalam membuat grafik
antara lain adalah:
1. Judul grafik, ditulis pada bagian atas kertas grafik
2. Nama besaran pada sumbu mendatar dan sumbu tegak, harus
ditulis lengkap dengan satuannya, serta harga kalibrasinya jika
ada. Contoh: Tegangan (102 volt).
3. Pilih harga satuan skala sumbu-sumbu grafik dengan bilangan
bulat atau kelipatan puluhan. Misal : 1, 2, 3,… atau 5, 10, 15,
… , sebaiknya jangan 3, 6, 9,….
4. Perhatikan lebih dahulu bentuk fungsi dari besaran yang akan
kita gambarkan grafiknya, apa fungsi linier (garis lurus) atau
bentuk kuadratik (garis lengkung). Dengan demikian
bagaimanapun bentuk titik-titik data yang kita peroleh, kita
sudah tahu bentuk grafik yang akan kita gambar.
5. Bila grafik berupa fungsi, misal: Y=f(X), sebaiknya besaran
pengubah f(X) diplotkan pada sumbu mendatar, sedangkan
besaran yang diubah Y pada sumbu tegak.
21
Menentukan Garis Lurus Terbaik
Dari hasil pengukuran dan perhitungan, tidak semua titik-titik
data akan berada tepat pada satu garis lurus. Untuk itu ada beberapa cara
menarik garis lurus terbaik, yaitu:
1. Metoda memandang (Visual)
2. Mata apat dengan cukup baik melihat apakah sederetan titik
data terletak pada garis atau agak menyimpamg. Dengan cara
visual ini, dapat ditarik sebuah garis lurus.
3. Metoda Titik sentroid
4. Titik sentroid sekumpulan titik adalah titik dengan koordinat
X0 =
∑X i
Y0 =
∑Yi
22
Dengan menganggap bahwa x memiliki sesatan yang lebih kecil dari
pada sesatan pada y, maka garis lurus terbaik dapat diperoleh
berdasarkan metode kuadrat terkecil (regresi terhadap y). Nilai a terbaik
dituliskan dengan notasi
at sedangkan nilai b terbaik dituliskan dengan
notasi
bt dengan :
N N N
N ∑ (xi y i )− ∑ xi ∑ y i
i =1 i =1 i =1
at = 2
N N
⎛ ⎞
N ∑ xi2 − ⎜ ∑ xi ⎟
i =1 ⎝ i =1 ⎠ ……………(1)
dan
N N N N
∑ xi2 ∑ yi − ∑ xi ∑ (xi yi )
i =1 i =1 i =1 i =1
bt = 2
N N
⎛ ⎞ 2
N ∑ x − ⎜ ∑ xi ⎟ i
i =1 ⎝ i =1 ⎠ ………………..(2)
Sesatan pada nilai a dan b bersifat statistik dan diperoleh :
N
Δat = S y 2
N
⎛ N ⎞ 2
N ∑ x − ⎜ ∑ xi ⎟i
i =1 ⎝ i =1 ⎠ ………… …..(3)
N
2
∑x
i =1
i
Δbt = S y 2
N
⎛ N ⎞ 2
N ∑ x − ⎜ ∑ xi ⎟i
i =1 ⎝ i =1 ⎠ ……………(4)
dengan :
1 N
Sy = ∑ {yi − (at xi + bt )}2
N − 1 i =1 …………..(5)
Sebaran titik-titik data dari garis lurus dapat diukur berdasarkan
nilai koefisien korelasinya (r) berdasarkan rumus :
23
N N N
N ∑ (xi y i )− ∑ xi ∑ y i
i =1 i =1 i =1
r=
2
⎡ N 2 ⎛ N ⎞ ⎤⎡ N 2 ⎛ N ⎞2 ⎤
⎢ N ∑ xi − ⎜ ∑ xi ⎟ ⎥ ⎢∑ y i − ⎜ ∑ y i ⎟ ⎥
⎢⎣ i =1 ⎝ i =1 ⎠ ⎥⎦ ⎢⎣ i =1 ⎝ i =1 ⎠ ⎥⎦
(6)
r
dengan nilai -1 ≤ r ≤ 1. Jika ≈ 1 berarti titik-titik datanya dekat
r
dengan garis terbaik. Sedangkan jika ≈ 0 titik-titik datanya berjauhan
dari garis lurus terbaik.
Beberapa fungsi yang tidak linier, dalam batas-batas tertentu dapat
dilinierkan. Setelah diperoleh fungsi linier dapat digunakan metode
kuadrat terkecil untuk menentukan parameter terbaiknya.
Contoh: Sebuah miliamperemeter telah dikalibrasi dan ditera dengan
baik. Sedangkan voltmeter yang dipakai memiliki kesalahan sistematik.
Alat tersebut digunakan untuk menentukan nilai suatu hambatan. Jika
dari pengukuran kuat arus dan tegangan pada suatu hambatan diperoleh
data seperti pada tabel berikut ini, tentukan nilai hambatan yang
dimaksud berikut cara pelaporannya!
Kuat Arus Tegangan (V)
No (I) mA volt R = V/I (kΩ) V.I = x . y I2 = x2
=x =y
24
Karena voltmeternya tidak ditera dulu, maka mungkin terjadi
kesalahan kalibrasi. Maka dari persamaan
V − V0 = RI sehingga
V = RI + V0
Hubungan antara V dengan I merupakan hubungan linier, sehingga
R dapat ditentukan dari kemiringan grafik :
N N N
N ∑ (I iVi ) − ∑ I i ∑ Vi
i =1 i =1 i =1
R= 2
N
⎛ N ⎞
N ∑ I i2 − ⎜ ∑ I i ⎟
i =1 ⎝ i =1 ⎠
10 × 254,55 − 32,50 × 66,20
R= 2
10 × 126,25 − (32,50 )
R = 1.91 kΩ
N N N N
∑ I i ∑Vi − ∑ I i ∑ (I iVi )
i =1 i =1 i =1 i =1
Vo = 2
N N
⎛2 ⎞
N ∑ I − ⎜∑ Ii ⎟
i
i =1 ⎝ i =1 ⎠
Jika data dari soal dimasukkan ke dalam persamaan ini akan didapat
:
Vo = 0,41 volt
Untuk menghitung sesatan dari R dan Vo, terlebih dahulu dihitung
Sy sebagai :
1 N
Sy = ∑ {Vi − (R ⋅ I i + Vo )}2
N − 1 i =1
25
V V grafik = RI + V0 (V-Vgrafik)2
Jumlah : 0,7900
Diperoleh Sy = 0,30
Sesatan dari R atau ΔR dapat dihitung berdasarkan rumus :
N
ΔR = Sy 2
N
⎛ N 2 ⎞
N∑ I − ⎜∑ Ii ⎟
i
i =1 ⎝ i =1 ⎠
Diperoleh : ΔR = 0.07 KΩ.
Sedangkan sesatan dari Vo dapat dihitung dari :
N
2
∑I
i =1
i
ΔV0 = Sy 2
N
⎛ N ⎞
N ∑ I i2 − ⎜ ∑ I i ⎟
i =1 ⎝ i =1 ⎠
Diperoleh : ΔVo = 0,023 volt.
Jadi pelaporan hasil akhirnya : R = (1,91 ± 0,07) kΩ
Vo = (0,41 ± 0,02) volt
12,00
10,00
Tegangan (Volt)
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00
TUGAS PENDAHULUAN
1. Buktikan bahwa :
N N 2
2 ⎛ N ⎞
∑ (x i =1
i −x )
i =1
2
= ∑ x − ⎜∑ x⎟
i
1
N
⎝ i =1 ⎠
2. Suatu fungsi secara teoritis dinyatakan sebagai y = ax2 + bx.
Dalam hal ini x dan y merupakan variabel, sedangkan a dan b
merupakan parameter. Bagaimanakah kita harus memilih
sumbu koordinat agar diperoleh fungsi garis lurus.
3. Kerjakan seperti soal nomor 2 untuk fungsi y = a x 2 + b.
27
KEGIATAN PRAKTIKUM
1. Tabel 2.1 merupakan data yang akan diolah.
x y1 y2 y3
28
Modul 3 Gerak Bergulir di Bidang
Miring
Mekanika klasik merupakan salah satu ilmu dasar yang paling luas
penerapannya. Hampir di semua lini bidang rekayasa (engineering),
sains (science), hiburan (entertainment) dan seni (art) aplikasi mekanika
klasik dapat ditemukan. Gerak satelit, kendaraan, pesawat, roket hingga
persenjataan semisal peluru kendali merupakan contoh jenis-jenis yang
paling sering ditemui. Karakter pada permainan komputer (game)
dituntut untuk bergerak secara realistis dengan cara menerapkan hukum-
hukum mekanika klasik pada script kode perhitungan geraknya. Effek
gerak pada CGI film-film baru seperti tsunami, ledakan, gempa, dan
gerak lainnya didesain untuk selaras dengan persamaan-persamaan
mekanika (fluida, benda tegar, dan benda padat).
Pada kegiatan praktikum kali ini kita akan membahas gerak
berkaitan dengan peristiwa bergulirnya benda pada bidang miring.
Misalnya saat bermain dengan bola, silinder atau roda yang
menggelinding di jalanan miring. Contoh yang paling sederhana yaitu
silinder yang bergulir akibat gaya beratnya sendiri tanpa gaya luar, dapat
diukur beberapa besaran penting yang berhubungan dengan persamaan
gerak translasi dan rotasi. Modul ini didesain untuk bisa dicoba di rumah
dengan alat dan bahan yang biasa ditemui di kehidupan sehari-hari.
KAJIAN TEORETIK
Menggulirkan benda-benda berbentuk bola, roda atau tabung
biasanya adalah permainan yang digemari anak-anak. Meskipun tampak
sederhana, gerak ini mengandung prinsip yang sangat fundamental dalam
mekanika klasik karena merupakan gabungan dari dua jenis gerak yaitu
translasi dan gerak rotasi. Persamaan gerak benda bergulir ini secara
matematis tidak dapat dikategorikan sederhana pada mata kuliah Fisika
Dasar level Universitas akan tetapi sudah banyak dibahas dan diturunkan
bahkan sejak tingkatan sekolah menengah atas.
29
A
B
h
!
Lantai
Dari dinamika rotasi dapat diketahui energi kinetik rotasi dan energi
kinetik translasi
1 2
EKrot = Iω
2
1
EKtrans = mvB2,
2
I adalah momen inersia benda yang bergulir (tergantung kepada
bentuk/geometri) sedangkan ω adalah kecepatan sudut putaran tabung
saat bergulir. Untuk kasus roda berbentuk silinder padat, momen
1
inersianya adalah Icyl = m R2 dengan R adalah diameter silinder,
2
sehingga energi kinetik rotasi dapat dituliskan sebagai
2 (2 )
1 2 1 1
EKrot = Iω = m R 2 ω 2, ……………. (3)
2
Sementara itu kecepatan sudut dapat dinyatakan sebagai kecepatan
gerak di tepi tabung dengan dikalikan diameter v = ωR kecepatan gerak
tabung di tepinya akan sama dengan kecepatan gerak translasi apabila
bidang miring (papan) tidak licin/tabung tidak tergelincir. karena itu
persamaan (3) dapat ditulis
2 (2 )( R )
1 1 2
vB 2
EKrot = mR …… (4)
32
7. Variasikan lagi posisi titik A lebih dekat ke B, dua atau tiga variasi
tambahan.
8. Buatlah grafik kecepatan (sebagai sumbu vertikal) terhadap waktu
(sumbu horizontal) dari data pada langkah nomor 4-7 dan dengan
metode kuadrat terkecil hitunglah percepatan (dari slope/
kemiringan grafik) yang dihasilkan dari data terserbut.
9. Hasil nomor 8 bandingkanlah dengan percepatan yang dihitung
dari persamaan (6) dan hitunglah kesalahan relatifnya (relative
error).
10. Jika benda yang bergulir berbentuk bola apakah bisa percepatannya
dihitung dengan persamaan (6)? Jelaskan alasannya!
11. Jika sudut kemiringan berubah (lebih curam atau lebih landai) apa
yang dapat anda simpulkan?
12. Dokumentasikan kegiatan praktikum anda pada laporan berbentuk
jurnal (format jurnal distandarkan dan dibantu oleh asisten
praktikum).
33
Modul 4 Bandul Matematis
KAJIAN TEORETIK
Perhatikan Gambar 4.1. Sebuah titik yang memiliki massa (m,
bayangkan bola logam kecil) terhubung dengan sebuah tali ke langit-
langit rumah membentuk bandul matematis. Bandul tersebut sedikit
disimpangkan ke kanan dan dilepas. Bola akan berayun karena pengaruh
percepatan gravitasi (g) ke arah kiri menuju garis vertikal, lanjut berayun
ke kiri garis vertikal kemudian kembali mengayun ke kanan dengan cara
yang sama. Peristiwa ini terjadi terus-menerus apabila tidak ada gesekan.
Gerakan seperti ini disebut gerak periodik.
Sekarang kita amati ilustrasi berupa panah-panah besaran fisika pada
Gambar 4.1. Panah biru mengarah ke bawah melambangkan gaya berat
dari bola (W = − mg). Panah kedua (ungu muda) mengarah dari pusat
bola ke luar (radial) menggambarkan gaya radial (FR = − mg cos θ).
34
!
Lintasan
ayun (s)
-m g sin ! -m g cos !
Gaya berat
(-m g)
Fl ⃗ + FR ⃗ = 0
sudah sesuai dengan hukum Newton 1.
( ℓ )
g
θ (t) = θ0 cos t ……………….……(7)
KEGIATAN EKSPERIMEN
1. Buatlah bandul matematis dengan barang barang yang biasa anda
temui di rumah misalnya tali, benang, kelereng dll.
2. Potonglah tali dengan panjang tertentu (ukur menggunakan mistar)
sebanyak 5 variasi panjang (bebas nilainya)
3. Pasanglah pemberat pada ujung bawah benang dan gantungkan
ujung atas bandul pada benda yang bisa berperan sebagai
36
penggantung, misalnya panel pintu. Ukur kembali panjang benang
dan catat.
4. Simpangkan/ayunkan bandul, ukur waktu untuk 10 ayunan dengan
stop watch ulangi beberapa kali untuk mendapatkan rata-rata dan
standard deviasinya. Hitunglah periodenya (T) kemudian
frekuensinya (f).
5. Hitunglah percepatan gravitasi dari frekuensi yang sebelumnya di
hitung.
6. Turunkan persamaan penjalaran kesalahan pengukuran (error)
untuk percepatan gravitasi (g) dan hitung nilai kesalahan
pengukuran tersebut.
7. Buatlah jurnal pendek untuk melaporkan kegiatan eksperimen ini.
37
Modul 5 Resonator Pipa Udara
KAJIAN TEORETIK
Pada sebuah pipa dengan kedua ujung terbuka. Jika udara
didalamnya digetarkan (ditiup misalnya) akan timbul beberapa
kemungkinan bentuk gelombang berdiri dimana amplitudo gelombang
adalah tekanan lokal pada udara. Beberapa kemungkinan bentuk
gelombang diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
38
Kemungkinan ke-0 adalah adanya 1 simpul gelombang di tengah
tengah pipa. Kemungkinan ke-1 adalah adanya 2 simpul di tengah-tengah
dan seterusnya. Akan tetapi tidak dimungkinkan ada simpul gelombang
di tepi kiri dan kanan pipa karena kedua kolom udaranya terbuka.
Dari ilustrasi ke-0 pada gambar di atas kita hitung berapa panjang
gelombang (dan nantinya frekuensi) yang mungkin pada nada dasar ke-1.
Pada ilustrasi ke-0 ada setengah perut di tepi dan satu simpul di
(2 )
1
kanan, ini adalah setengah gelombang λ .Jika panjang pipa
1
adalah L maka L = λ , maka panjang gelombang yang mungkin
2
terjadi untuk nada dasar adalah λ = 2L.
Pada ilustrasi ke-1 ada setengah perut di kedua tepi, satu satu perut
di tengah diapit dua simpul, ini adalah satu panjang gelombang (λ).
Jika panjang pipa adalah L maka L = λ, maka panjang gelombang
yang mungkin terjadi untuk nada dasar adalah λ = L.
2
Pada ilustrasi ke-2 dengan cara yang sama akan diperoleh λ = L.
3
dst
Kemudian persamaan pada langkah langkah di atas dapat kita
rangkum dalam tabel persamaan berikut (persamaan di tabel silahkan
dilengkapi sendiri):
v
n λn fn =
λn
0 λ 0 = 2L v
f0 =
2L
1 λ1 = L v
f1 =
L
2 2 …
λ2 = L
3
3 …
…
4 …
…
39
Konsep ini kita perluas ke pipa udara tertutup. Pipa udara tertutup
ini sebetulnya lebih tepat disebut pipa udara setengah tertutup karena
hanya satu ujungnya saja yang tertutup seperti diilustrasikan di gambar
berikut ini.
0 λ 0 = 4L v
f0 =
4L
1 4 3v
λ1 = L f1 =
3 4L
2 4 …
λ2 = L
5
3 … …
KEGIATAN EKSPERIMEN
1. Unduh dan pasanglah aplikasi spectroid (Gambar 5.3) pada ponsel
pintar android atau iphone. Pelajari dan jelaskan cara kerja aplikasi
tersebut. Tes lah dengan bersiul dan catat berapa Hertz frekuensi
yang terukur dari siulan anda.
2. Kumpulkan beberapa botol kaca kosong mulai yang besar
menengah dan kecil.
3. Tiup bibir botol, ukur dan catat frekuensi nada dasarnya dengan
aplikasi spectroid (f0).
4. Berdasarkan dimensi (panjang) botol, bila botol dianggap sebagai
kolom udara tertutup, maka tentukan panjang gelombang bunyi λ 0 .
40
Gambar 5.3 Aplikasi spectroid di android
5. Dari frekuensi nada dasar yang terukur (langkah no. 3) dan panjang
gelombang pada nada dasar (langkah no. 4) tentukanlah kecepatan
rambat bunyi di udara v dan sesatannya. Kecepatan bunyi di udara
ini disebut kecepatan sonik dan kecepatan melebihi kecepatan
bunyi di udara disebut kecepatan supersonik.
41
Modul 6 Hukum Pendinginan Newton
42
KAJIAN TEORITIK
Isaac Newton mengamati bahwa laju panas yang berpindah antara
dua benda yang berbeda temperatur akan semakin besar jika perbedaan
temperatur antara dua benda tersebut juga besar. Demikian pula apabila
perbedaan temperatur antara kedua benda tersebut semakin sedikit maka
semakin sedikit pula laju perpindahan panasnya. Secara populer,
pernyataan ini disebut dengan hukum pendinginan Newton.
Contoh yang paling sederhana adalah ketika air panas di dalam gelas
dibiarkan mendingin seiring dengan waktu (transient). Pernyataan dari
hukum pendinginan Newton tersebut secara matematis dapat ditulis:
dengan
• P = laju perubahan energi panas per satuan waktu atau
daya pemanasan/pendinginan (Watt)
• h = koefisien transfer panas (Watt/m2K)
• A = luas penampang kontak (m2)
• T(t) = Temperatur benda fungsi dari waktu (K)
• Tlin = Temperature lingkungan (K)
dU = dQ − d W, ………….……………… (2)
dengan
• dU = perubahan energi dalam
• dQ = energi panas yang diserap atau dilepas sistem
• dW = kerja /energi mekanik pada sistem
Kerja pada sistem dicirikan oleh perubahan volume (dV) akibat
tekanan (p), dan dinyatakan sebagai dW = pdV. Pada volume tetap
(isokhorik), dV= 0, sehingga dW = 0. Persamaan (2) dapat ditulis
dU = dQ……………………….……………(3)
43
Dengan mengingat definisi kapasitas panas zat, yaitu perubahan
energi dalam terhadap temperatur pada volume tetap (Cv).
( dT )
dU
Cv = maka energi panas pada persamaan (3) dapat ditulis:
v
dU = Cv d T
dU = m cv d T …………………………..………..(4)
dU
= − P……………………………………… (5)
dt
Jika persamaan (1) dan persamaan (4) disubstitusikan ke persamaan
(5):
dT
m cv = − h A (T (t) − Tlin) yang bila disederhanakan:
dt
d T (t) hA
=− (T (t) − Tlin)………………….(6)
dt m cv
dengan
44
hA
• k =
m cv
• T0 = Temperatur awal (K)
• Tlin = Temperatur lingkungan (K)
• t = waktu (detik)
Pola penurunan temperatur akibat pendinginan akan diukur apakah
akan sesuai dengan persamaan (7) melalui eksperimen sederhana berikut.
Sebagai catatan anda memerlukan termometer dalam percobaan ini
(dua buah lebih baik). Anda dapat membelinya di markeplace online
dengan kata kunci termometer alkohol (biasanya berwarna merah).
KEGIATAN EKSPERIMEN
1. Ukur suhu udara sekitar dengan membiarkan termometer
tergantung selama beberapa menit dan catat sebagai suhu
lingkungan(Tlin).
2. Rebus air sampai mendidih (kurang lebih 100oC).
3. Tuangkan ke dalam gelas penuh, ukur suhunya di gelas dan catat
sebagai suhu awal (T0).
4. Ukur suhu setiap dua menit dan catat suhu dan waktunya.
5. Ukur sampai suhunya mendekati suhu lingkungan/suhu ruang.
6. Ulangi prosedur 1 sampai 5 untuk air setengah gelas.
7. Plot suhu terhadap waktu dari grafik.
8. Dengan metode kuadrat terkecil tentukan nilai konstata k.
45