Anda di halaman 1dari 45

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BUKU PANDUAN
PRAKTIKUM DARING
FISIKA DASAR
Untuk Mahasiswa Tingkat I

Disusun oleh
Prof. Dr. Eng Camellia Panatarani
Dr. Lusi Safriani
Ferry Faizal PhD
Dr. Budi Adiperdana
Pengantar
Dalam masa pandemi covid19, kami memanjatkan puji syukur ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas secara bertahap selesainya
penyusunan panduan Praktikum Fisika Dasar untuk tingkat Universitas
di Lingkungan Universitas Padjadjaran. Dengan petunjuk praktikum ini
diharapkan praktikan yaitu mahasiswa tingkat I bidang eksakta di
Universitas Padjadjaran yang mengambil Praktikum Fisika Dasar
memiliki kemampuan dan pemahaman dalam beberapa hal pokok.
Pemahaman dan kemampuan dalam dasar-dasar pengukuran besaran
fisis, dasar-dasar analis grafik, analisis lanjut dalam sub-sub kajian fisika
dasar seperti mekanika dan elektronika yang tentu saja berhubungan erat
dengan bidang bidang-bidang lain semisal bidang rekayasa secara umum
(teknik), seni dan informatika.
Petunjuk praktikum ini terdiri atas beberapa modul dengan muatan
matematis dan statistik sebagai alat utama dalam kajian fisika. Beberapa
modul didesain untuk dilakukan berbantuan simulator online dan
beberapa dibuat untuk bisa dilakukan di rumah dengan alat alat ukur
sederhana. Praktikan memiliki keleluasaan untuk mengembangkan cara
berfikir kreatif dalam pengerjaan eksperimen yang terkait praktikum
fisika ini. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan dari kondisi para
praktikan di rumah masing-masing yang tentu saja memiliki keterbatasan
dalam ketersediaan instrumen ukur, tapi di sisi lain perlu tetap melatih
aspek psikomotorik praktikan yang sangat mustahil apabila keseluruhan
praktikum dilakukan penuh di depan komputer.
Kami berpesan kepada para praktikan, agar selama melaksanakan
kegiatan praktikum untuk tetap menerapkan protokol kesehatan berupa
pemakaian masker, menghindari kerumunan, serta mencuci tangan
sebelum dan setelah kegiatan eksperimen. Akhir kata tim penyusun
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang berkontribusi
dalam penyusunan petunjuk praktikum ini.

Tim Penyusun

2
Petunjuk Penulisan Artikel Jurnal Praktikum,
Peraturan dan Sistem Penilaian

Artikel Laporan

Pelaporan eksperimen dilakukan dengan format jurnal artikel ditulis


dengan pengolah kata (microsoft word, apple pages, libre-office, latex,
mana saja yang anda kuasai) dengan spasi vertikal 1.5 pt dan format
dasar.

Cover Judul Modul Praktikum, Logo Universitas, Identitas


Mahasiwa -Nama dan NPM-, Identitas asisten -Nama dan
NPM-
Abstrak Ringkasan memuat keseluruhan praktikum ditulis dalam
satu paragraf
I. Pendahuluan Prolog, berupa beberapa paragraf deskriptif
yang menjelaskan latar belakang, tujuan percobaan (studi
pustaka)
II. Metode Penelitian Mengkaji rumus yang digunakan (studi
pustaka), menguraikan alat dan langkah yang dilakukan dalam
praktikum.
III. Hasil dan Pembahasan Meliputi data yang didapat dalam
praktikum dalam bentuk tabel atau grafik, pengolahan data
hasil dan pembahasannya yang meliputi tugas akhir dalam
setiap modul.
IV. Kesimpulan Epilog berupa capaian yang menjelaskan apakah
tujuan di dalam prolog tercapai?
Daftar Pustaka Daftar Jurnal, handbook atau catatan yang
memiliki hak cipta, sehingga pengutipannya disesuaikan.

Untuk memudahkan penulisan jurnal, saat praktikum/eksperimen


praktikan diharapkan membuat catatan (logbook) berupa buku kampus
untuk mencatat data mentah dan langkah-langkah eksperimen/praktikum.
Isinya berupa catatan per modul, tanggal dan jam eksperimen, tujuan
(ringkas), alat-alat percobaan, langkah-kerja.
Logbook ini dikonsultasikan dengan asisten setiap selesai
eksperimen praktikum, berupa snapshot/foto ke drive masing-masing
asisten yang ditunjuk untuk memandu praktikum. Setelah logbook
3
disetujui oleh asisten (asisten dapat mengkoreksi pekerjaan praktikan
pada logbooknya dengan memberikan catatan melalui email), praktikan
dapat membuat artikel untuk pelaporan eksperimen.

Bobot Penilaian Per Modul

Artikel laporan dikumpulkan paling lambat dua minggu setelah


praktikum selesai dan logbook disetujui oleh asisten. Detail komponen
penilaian adalah sebagai berikut:

Logbook (proses eksperimen) dan diskusi pra-experimen dengan


asisten (35%).

Laporan Akhir (65%)

- Kelengkapan artikel (Cover, Identitas, Abstrak, 5%)


- Kejelasan dalam penguraian (Pendahuluan dan Metode, 20%)
- Data dan pembahasan (20 %)
- Kesimpulan dan kesesuaiannya dengan bagian Pendahuluan
(10%)
- Daftar Pustaka (10%)

Peraturan Umum

Apabila terjadi plagiasi (mengambil pekerjaan orang lain, berupa


data maupun tulisan) maka asisten dan dosen berhak memberikan nilai
nol untuk praktikan dalam modul tersebut.

4
Daftar Isi

Pengantar ...................................................................................................2
Petunjuk Penulisan Artikel Jurnal Praktikum, Peraturan dan Sistem
Penilaian ....................................................................................................3
Daftar Isi ....................................................................................................5
Modul 1 Dasar-Dasar Pengukuran dan Ketiakpastian ...............................6
Modul 2 Metode Kuadrat Terkecil...........................................................20
Modul 3 Gerak Bergulir di Bidang Miring ..............................................29
Modul 4 Bandul Matematis .....................................................................34
Modul 5 Resonator Pipa Udara................................................................38
Modul 6 Hukum Pendinginan Newton ....................................................42

5
Modul 1 Dasar-Dasar Pengukuran dan
Ketiakpastian

Kegiatan praktikum di laboratorium Fisika sangat erat hubungannya


dengan kegiatan pengukuran. Hasil suatu pengukuran sangat tergantung
kepada peralatan yang digunakan dan kemampuan orang yang
melakukan pengukuran. Banyak keterbatasan yang menyebabkan suatu
alat ukur tidak menunjukkan nilai sebagaimana mestinya. Oleh
karenanya pengukuran yang berulang-ulang pada umumnya akan
memberikan hasil yang bervariasi dalam batas batas tertentu. Dalam
topik praktikum kali ini kita akan menggunakan alat-alat ukur yang dapat
ditemui di rumah, semisal mistar, timbangan badan/ timbangan kue (jika
ada), alat ukur waktu (jam/stopwatch) dan termometer (bila ada).
Adapula simulator jangka sorong yang bisa dipakai di praktikum ini:

• https://flashyscience.com/experiments/open/callipers
• https://flashyscience.com/experiments/open/micrometer

Proses pengukuran erat kaitannya dengan pelaporan hasil


pengukuran atau bagaimana menuliskan hasil pengukuran secara benar
(angka pasti dan ketidakpastian)

KAJIAN TEORETIK

Akurasi suatu alat ukur menggambarkan seberapa dekat hasil suatu


pengukuran dengan nilai sebenarnya. Sedangkan perubahan nilai terkecil
yang dapat direspons oleh suatu alat ukur disebut presisi (ketelitian) alat.
Gambar 1.1 merupakan ilustrasi tentang beberapa tipe hasil pengukuran,
Sumbu-x dapat berupa unit satuan apapun, dengan hasil yang sebenarnya
ditandai oleh panah dan nilai hasil pengukuran ditandai dengan titik.

6
X X

Presisi tinggi;akurasi rendah Presisi rendah;akurasi tinggi

X X

Presisi dan akurasi rendah Presisi dan akurasi tinggi

Gambar 1.1. Ilustrasi hasil pengukuran

Ketidakakuratan hasil suatu pengukuran dapat diperbaiki dengan


melakukan kalibrasi alat ukur. Oleh karenanya kasus yang akan muncul
dalam kegiatan praktikum ini diasumsikan hanyalah ketidakpresisian
alat.

Mengukur
Mengukur adalah membandingkan nilai besaran yang dengan
besaran sejenis yang sudah memiliki kuantifikasi yang ditetapkan sebagai
satuan, sebagai contoh:

“Tinggi badan Amir adalah 150 cm.”


Tinggi badan = besaran.
150 = kuantitas pengukuran.
cm = satuan.

“Massa buku ini adalah 200 gram.”


Massa buku = besaran
200 = kuantitas pengukuran
gram = satuan

“Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal itu 90 menit.”


Waktu = besaran
90 = kuantitas pengukuran
menit = satuan

7
1. Beberapa alat ukur panjang:
a) Mistar
Mistar ada 2 macam, yaitu:
• Stik meter, yaitu mistar yang memiliki panjang satu meter dan
memiliki skala desimeter, sentimeter, dan milimeter.
• Mistar metrik yaitu mistar yang memiliki panjang 30 cm dan
memiliki skala sentimeter, milimeter, dan inchi.

Ketelitian mistar = 1 mm atau 0,1 cm.


b) Jangka Sorong
Bagian utama jangka sorong :
• Rahang tetap, yaitu bagian yang tetap yang berskala panjang.
• Rahang sorong, yaitu bagian yang dapat digeser-geser.

Skala

Skala nonius

Rahang sorong

Rahang tetap

Skala pada jangka sorong:


• skala utama
• nonius atau vernier, yaitu skala pendek yang panjang 9 mm dibagi
atas 10 bagian yang sama

Ketelitian jangka sorong: 0,05 mm


Contoh pembacaan dengan jangka sorong:
• Angka nol pada skala nonius antara 5,8 dan 5,9.
• Garis nonius yang berimpit dengan skala utama adalah
garis ke lima.
• Bacaan jangka sorong adalah 5,8 + 0,05 = 5,85 cm.
Kegunaan jangka sorong antara lain:

8
• Mengukur diameter bola atau silinder.
• Mengukur diameter dalam tabung.
• Mengukur kedalaman lubang.

d f
b
e
c
a

c) Mikrometer sekrup
Bagian-bagian utama mikrometer sekrup:
a. rahang atas b. rahang geser
c. kunci d. skala tetap

e. skala putar f. pemutar (teromol)

Ketelitian mikrometer sekrup: 0,01 mm


Contoh pembacaan pengukuran dengan mikrometer sekrup:

• Angka pada skala tetap antara 5 mm dan 6 mm


• Skala di bawah menunjukkan nilai tengah antara 5 mm dan
6 mm. Terlihat nilainya lebih dari 5,5 mm.
• Kelebihan 5,5 milimeter dihitung menggunakan skala
putar. Skala putar tepat menunjuk pada skala 28, yang
berarti harus ditambah 0,28 (0,01 ´ 28 = 0,28).

9
• Hasilnya 5 + 0,5 + 0,28 = 5,78.
Kegunaan mikrometer sekrup antara lain:
a) Mengukur diameter kawat.
b) Mengukur ketebalan kertas.
2. Beberapa alat ukur massa
1. Neraca pasar, yaitu neraca yang banyak digunakan di pasar
tradisional untuk menimbang kebutuhan pokok rumah
tangga seperti sayur mayur, minyak, dan gula.
2. Neraca analitis, yaitu neraca yang banyak digunakan penjual
emas dan peneliti di laboratorium.
3. Neraca tiga lengan, yaitu neraca yang banyak digunakan
untuk menimbang benda-benda di laboratorium.
4. Ketelitian: 10 mg.
5. Batas ukur: 500 gram–1.000 gram.
6. Neraca surat, yaitu neraca yang banyak dipergunakan kantor-
kantor pos, untuk menimbang surat.
7. Neraca elektronik, yaitu neraca yang memiliki tampilan
digital untuk menyatakan massa yang ditimbang.
3. Beberapa alat ukur waktu
1. Jam bayangan matahari, yaitu jam yang menggunakan
gerakan benda diam yang dibentuk oleh matahari untuk
menentukan waktu.
2. Jam pasir, yaitu jam yang didasarkan pada waktu yang
dibutuhkan pasir pada bagian atas gelas untuk jatuh ke
bagian bawah.
3. Jam air, yaitu jam yang didasarkan pada berapa lama waktu
yang dipakai untuk mengalirkan air keluar dari suatu tempat
melalui sebuah lubang.
4. Jam, misalnya jam dinding atau jam tangan (arloji)
5. Stop watch
6. Jam atom, yaitu jam yang diatur oleh gerakan atom cesium
dan diperkirakan hanya akan membuat kesalahan kira-kira 1
detik dalam waktu 6.000 tahun.

10
Ketidakpastian dalam Pengukuran
Berdasarkan kondisi di atas, maka penyajian suatu hasil pengukuran
harus disertai dengan ketidakpastiannya (sesatan), sebagai contoh:
X = X0 ± ΔX…………………………………. (1)

Persamaan (1) menyatakan nilai X berada pada interval:


X0 − X  X   X0 + X.
Nilai X sebaiknya dipilih sekecil mungkin yang masih dapat
dipertanggungjawabkan. Sebagai contoh jika dikatakan bahwa usia
seseorang (50 ± 45) tahun, maka tak banyak informasi yang dapat
diperoleh dari pernyataan tersebut. Berbeda halnya jika usia orang
tersebut dinyatakan sebagai (50 ± 2) tahun.
Banyaknya angka yang harus dituliskan bergantung kepada nilai
sesatannya. Jika angka pertama (selain nol) pada sesatannya bernilai 1, 2,
3 atau 4, maka sesatannya dapat dituliskan dengan dua angka berarti.
Sedangkan jika angka pertama tersebut lebih besar dari 4, maka
sesatannya dituliskan satu angka saja. Dalam hal ini akan terlibat aturan
pembulatan sebagai berikut :
• Jika angka awal yang akan dihilangkan kurang dari 5,
dibulatkan ke bawah.
• Jika angka awal yang akan dihilangkan lebih dari 5,
dibulatkan ke atas.
• Jika angka awal yang akan dihilangkan sama dengan 5,
diusahakan agar angka sebelumnya menjadi genap.
Contoh:
Hasil Pengukuran Pelaporan
5,1078 ± 0,0025 5,108 ± 0,002

0,345678 ± 0,0073 0,346 ± 0,007

19,348 ± 2,5 19 ± 3

525,342 ± 3,532 525,3 ± 3,5

987524 ± 5345 (9,88 ± 0,05)105

7545 ± 55 (7,54 ± 0,006)103

Masalahnya, bagaimana cara memperoleh X0 dan X?


11
Teknik Pengukuran
Pengukuran dalam fisika pada dasarnya dapat dibedakan atas
pengukuran secara langsung dan secara tak langsung. Pengukuran
langsung merupakan pengukuran pada besaran pokok. Pengukuran ini
dilakukan jika tersedia suatu alat ukur yang mampu mengukur besaran
fisis bersangkutan, misalnya untuk mengukur suhu tersedia thermometer,
untuk mengukur kuat arus tersedia amperemeter, dan lain sebagainya.
Sedangkan pada pengukuran tak langsung dilakukan dengan
menghubungkan sifat benda yang akan diukur dengan besaran yang telah
tersedia alat ukurnya.

Ketidakpastian pada Pengukuran Langsung


Pengukuran langsung ini dibedakan atas pengukuran sekali dan
pengukuran berulang. Jika pengukuran dilakukan sekali, maka nilai X0
merupakan hasil pembacaan, dan sesatannya merupakan sesatan taksiran.
Nilai sesatan taksiran ini bergantung resolusi alat dan keberanian
pengukur untuk memberi jaminan. Sebagai contoh, penunjukan panah
pada ilustrasi berikut dapat dilaporkan bahwa nilai X adalah:

21 22 23 24 25 26 27

X = 26,7 ± 0,2

Sesatannya dituliskan 0,2 karena orang yang melakukan pengukuran


yakin bahwa nilai X lebih besar dari 26,5 dan lebih kecil dari 26,9.
Namun demikian telah menjadi kelaziman bahwa nilai sesatan taksiran
tersebut diambil sebagai setengah dari resolusi alat (skala terkecil),
dengan tingkat kepercayaan 100%. Dengan perjanjian ini, maka nilai X
di atas dapat dituliskan sebagai : X  =  26,7 ± 0,5.
Jika pengukuran dilakukan berulang, maka baik nilai Xo maupun
ΔX ditentukan berdasarkan konsep statistik. Nilai X0 ditaksir dengan
nilai rata-rata X yaitu :
N

∑X
i =1
i
X =
N ……………………………(2)
Sesatan pada persamaan (2) merupakan sesatan statistik, dapat
dipilih simpangan baku terhadap nilai rata-rata :
12
N

∑ [X ]2
i −X
Sx i =1
Sx = =
N N ( N − 1) …………………………...(3)

dengan :

∑ [X ]
2
i −X
i =1
Sx =
N −1 ……..…….………………….…(4)

Makna statistik dari ungkapan ini adalah bahwa jika pengukuran


diulang berkali-kali, dan setiap kali pengulangan dihitung nilai rata-
ratanya, maka 68% dari nilai rata-rata yang diperoleh berada pada
X −S ≤ X ≤ X +S
x x . Ini berarti bahwa pemilihan sesatan
interval :
statistik ini akan memberikan tingkat kepercayaan 68%.

Ketidakpastian pada Pengukuran Tidak Langsung


Jika kita ingin mengetahui nilai suatu besaran (misalnya besaran F),
sedangkan yang bisa diukur hanyalah besaran X dan Y, di lain pihak kita
punya hubungan teoritis bahwa F  =  f (X, Y ) . Maka nilai F yang kita
peroleh dari f (X, Y ) akan terjangkiti oleh adanya sesatan pada
pengukuran X dan Y.
Penentuan sesatan dari pengukuran tak langsung tersebut dapat
dibedakan atas tiga masalah :

1. Semua sesatan pengukuran merupakan sesatan taksiran.


Jika semua sesatan pengukuran merupakan sesatan taksiran, maka
sesatan dari pengukuran tak langsung yang diperoleh dapat ditentukan
sebagai :
∂F ∂F
ΔF = Δx + Δy + ....
∂X x , y ,.. ∂y x , y ,..
………………………(4)
dengan tingkat kepercayaan 100%.

13
2. Semua sesatan pengukuran merupakan sesatan statistik.
Jika semua sesatan pengukuran berasal dari sesatan statistik, maka
dengan tingkat kepercayaan 68% penjalaran sesatannya dapat ditentukan
sebagai berikut :
2 2
⎛ ∂F ⎞ 2 ⎛ ∂F ⎞
ΔF = ⎜ ⎟ (Δx ) + ⎜⎜ ⎟⎟ (Δy )2 + ...
⎝ ∂x ⎠ x , y ⎝ ∂y ⎠ x , y
…………..…(5)
3. Sesatan pengukurannya merupakan campuran dari sesatan
taksiran dan sesatan statistik.
Sedangkan jika sesatan pengukurannya merupakan campuran dari
sesatan taksiran dan statistik, maka tingkat kepercayaannya dijadikan
68% dengan mengalikan kesalahan taksiran dengan 2/3, kemudian
digunakan rumus sesatan statistik (persamaan–5 )

Contoh
1. Tuliskan pelaporan hasil pengukuran berikut dengan benar :
a. 4,1663 ± 0,1229 4,17 ± 0,13
b. 1,3145 ± 0,05233 1,31 ± 0,05
c. 10 ± 0,0644 10,00 ± 0,06
d. 100 ± 0,5 100,0 ± 0,5
2. Seorang ayah tingginya 170 cm, sedangkan anaknya yang baru
lahir tingginya 50 cm, berapa tinggi rata-rata keduanya?
Pembahasan :
Rata-rata tinggi dari keduanya = (170 + 50) / 2 cm
= 110cm
Apa arti nilai rata-rata tersebut ?
Nilai rata-rata hanya punya makna jika nilai-nilai yang
dirata-ratakan selayaknya sama, sehingga jika datanya
diperbanyak akan membentuk distribusi normal. Dalam
hal soal ini, tak layak seorang bayi memiliki tinggi yang
sama dengan orang dewasa, sehingga rata-rata yang
dihitung tidak memiliki makna.
3. Misalkan dari suatu bangun dalam suatu bidang datar diukur
sepasang besaran X dan Y, diperoleh hasil sebagai berikut :

14
No X(cm) Y(cm)

1 1,10 4,10

2 1,45 3,95

3 1,90 4,05

4 2,55 4,15

5 3,15 4,00

6 3,90 4,05

7 4,50 4,15

8 9,00 4,10
Perlukah kesalahan/ketakpastian pengukuran dituliskan pada setiap
data? Dari data tersebut, tentukan nilai rata-rata dan simpangan baku dari
kedua besaran X dan Y!
Ketakpastian tidak perlu dituliskan pada setiap data, karena pada
pengukuran yang berulang-ulang akan digunakan ketakpastian statistik.
Terlihat bahwa nilai X makin kebawah makin besar, berawal dari 1,10
dan berakhir pada nilai 9,00. Tampaknya nilai X bukanlah sesuatu yang
seharusnya rata, sehingga kalaupun secara matematis dapat dihitung nilai
rata-ratanya, tetapi nilai tersebut tidak memiliki makna fisis.

i X(cm) (X i − X )2 i Y(cm) (Yi − Y ) 2

1 1,10 5,4756 1 4,10 0,0009765

2 1,45 3,9601 2 3,95 0,0141015

3 1,90 2,3716 3 4,05 0,0003515

4 2,55 0,7921 4 4,15 0,0066015

5 3,15 0,0841 5 4,00 0,0047265

6 3,90 0,2116 6 4,05 0,0003515

7 4,50 1,1236 7 4,15 0,0066015

8 9,00 30,9136 8 4,10 0,0009765


∑ 27,55 44,9323 ∑ 32,55 0,034687

15
X = 27,55 : 8 = 3,44375 Y = 32,55 : 8 = 4,06875
S X = 44,9323 / 7 = 2,533555 S Y = 0,0346870 / 7 = 0,0704
S Y = 0,02489

4. Jika dari pengukuran dengan sesatan taksiran diperoleh :


X = 6,00 ± 0,05 Y = 5,00 ± 0,5

5X
Z=
Maka tentukan nilai Z berikut sesatannya, jika Y !

Jawab :
Z = 5 x 6/5 = 6
∂Z ∂Z
ΔZ = Δx + Δy
∂x x , y ,.. ∂y x , y ,..

5 − 5x
ΔZ = Δx + Δy
y x , y ,..
y2 x , y ,..

5 5⋅6
ΔZ = 0,05 + 0,05
5 25
ΔZ = 0,05 + 0,06
ΔZ = 0,11 Jadi Z = 6,00 + 0,11

5. Untuk menentukan massa jenis benda padat yang berbentuk


kubus, massa benda ditimbang sekali dan diperoleh nilai m =
(74,50 ± 0,01) gram. Sedangkan rusuk benda tersebut (L)
diukur 12 kali sehingga L = (2,100 ± 0,006) cm.
Tentukan massa jenis benda tersebut berikut sesatan dan cara
pelaporannya.

Diketahui : m = (74,50 ± 0,01) gram


L = (2,100 ± 0,006) cm
Tentukan : ρ
m 74,50
ρ= = = 8,0445 gram / cm 3
Penyelesaian : L3 9,261
16
Sesatan dari ρ dapat dihitung dengan menjadikan tingkat
kepercayaannya 68%.
L = 2,1 ΔL = 0,004 m = 74,5 Δm = 0,01 x 2/3 = 0,07
2 2
⎛ ∂ρ ⎞ 2 ⎛ ∂ρ ⎞ 2
Δρ = ⎜ ⎟ (Δm ) + ⎜ ⎟ (ΔL )
⎝ ∂m ⎠ m , L ⎝ ∂L ⎠ m , L
2 2 2 2
⎛ Δm ⎞ ⎛ ΔL ⎞ Δρ ⎛ Δm ⎞ ⎛ 3ΔL ⎞
Δρ = ⎜ 3 ⎟ + ⎜ 3m 4 ⎟ = ⎜ ⎟ +⎜ ⎟
⎝ L ⎠ ⎝ L ⎠ ρ ⎝ m ⎠ ⎝ L ⎠
Dengan memasukkan nilai m, Δm, L, dan ΔL, akan diperoleh :
Δρ = 0,00597 g/cm3 Pelaporan akhir : ρ = (8,044 ± 0,006) g/cm3

TUGAS PENDAHULUAN

1. Tuliskan hasil pengukuran berikut ini secara benar :


a. 46,984354 ± 2,76832
b. 356,29874 ± 8,32469
c. 12,34234 ± 0,65123
d. 6567548 ± 23632
2. Tentukan perumusan kesalahan pada penentuan rapat massa
silinder aluminium jika massa silinder aluminium diukur
sekali pengukuran, sedangkan diameter dan panjang silinder
aluminium diukur berulang kali.

3. Apakah perbedaan makna antara


S x dan S x .

KEGIATAN EKSPERIMEN

Pada soal ini menyesuaikan dengan alat ukur yang ada di rumah
sehingga hanya perlu memilih satu buah kasus saja yang dianggap cocok.
Kasus dipilih supaya memperlihatkan pengukuran yang tidak
menghasilkan nilai yang sama pada skala cukup besar dikarenakan alat
ukur dengan ketelitian yang terbatas. Setiap pengukuran dilakukan
sebanyak 10 kali kecuali pada pengukuran berat badan yaitu hanya 5
kali.
a. Kasus Mistar:
Objek yang akan diukur adalah daun. Daun dapat dipilih sesuai yang
ada di sekitar rumah dengan bentuk sederhana. Tipe daun dibatasi
menjadi dua tipe seperti terlihat pada Gambar 1.2.

17
Gambar 1.2. ilustrasi tipe daun yang dapat dipilih sebagai objek
percobaan.
Apabila tipe daun yang dipilih adalah tipe (a), maka dibutuhkan 10
helai daun yang masing-masing akan diukur menggunakan mistar pada
urat utama daun yang ditandai garis putus-putus pada Gambar 1.2(a).
Apabila tipe daun yang dipilih adalah tipe (b), maka hanya dibutuhkan 1
helai daun yang lebarnya akan diukur menggunakan mistar pada 10 titik
yang berbeda (seperti yang terlihat sebagai garis terputus-putus pada
Gambar 1.2(b)).

b. Kasus Timbangan analog atau digital:


Objek yang akan diukur adalah berat badan dari peneliti dimulai dari
bangun sampai dengan tidur kembali. Berat badan diukur secara berkala
untuk melihat perubahannya dari waktu ke waktu. Pengukuran dilakukan
sebanyak 5 kali. Pemilihan waktu pengukuran dapat dilakukan dengan
rentang waktu yang sama (contoh setiap 1 jam), atau rentang waktu yang
berbeda. Waktu yang perlu untuk diteliti adalah waktu sesudah bangun,
setelah makan, setelah beraktifitas, dan sebelum tidur. Sebagai pengingat
waktu pengukuran dapat di set alarm pada HP sebanyak 5 kali.

c. Kasus Termometer raksa atau digital:


Objek yang akan diukur adalah air hangat pada gelas. Temperatur air
diukur secara berkala setiap 1 menit setelah diberi air hangat untuk
mengamati perubahan

d. Kasus Termometer Thermogun:


Objek yang akan diukur adalah tubuh manusia. Titik yang diukur
divariasikan tidak hanya pada satu titik, melainkan 10 titik pengamatan.
Pengukuran dapat dilakukan di seluruh badan untuk melihat variasi
temperatur akibat perbedaan titik pengamatan. Contoh pada Gambar 1.3
memperlihatkan 10 titik pengukuran pada tangan. Pengukuran tidak
terbatas pada contoh pada Gambar 1.3.
18
Gambar 1.3. Ilustrasi pengukuran temperatur tubuh pada 10
titik pengamatan. Titik pengukuran ditandai oleh lingkaran
merah.

TUGAS AKHIR

1. Foto objek yang diukur pada latar belakang putih seperti


kertas HVS dan beri keterangan (kecuali untuk kasus
timbangan berat badan)
2. Tuliskan data hasil pengamatan beserta ketidakpastiannya
3. Hitunglah nilai rata-rata untuk seluruh pengukuran beserta
ketidakpastian.

19
Modul 2 Metode Kuadrat Terkecil

Seringkali dalam menyajikan dan menganalisis data perlu


ditampilkan grafik suatu besaran (variabel terikat) yang berubah terhadap
besaran lain (variabel bebas) menurut suatu formulasi fisika. Formulasi
paling sederhana berupa persamaan linear. Dapat pula berupa persamaan
non linier yang dilinearisasi. Berdasarkan model ini dapat kita tentukan
garis lurus terbaik (trend) dari pasangan data yang secara teoritis
memiliki hubungan linear. Kemudian akan dibahas juga bagaimana
melinierisasi fungsi fungsi kuadratis sederhana dan menentukan
koefisien korelasi dari beberapa pasangan data.

KAJIAN TEORITIK

Dari suatu percobaan misalkan kita peroleh titik-titik data x1 ± Δx1


dan titik y1 ± Δy1, yang diperoleh dengan perhitungan, bukan dari
pengukuran langsung. Ketidakpastian (Δx1 dan Δy1) yang diperoleh
harus disesuaikan dengan ketidakpastian yang dimiliki kertas grafik Δxgr
dan Δygr, yaitu setengah dari jarak antara dua garis terdekat pada kertas
grafik tersebut. Dengan demikian asas ketidakpastian pada x dan y dapat
tetap kita terapkan.
Sebagai ilustrasi, kita ambil kertas grafik yang umum (kertas
millimeter), dimana jarak dua garis terdekat 1 mm. maka Δxg=0,5 mm
dan bila ukuran kertas grafik 10 cm x 10 cm, ketelitian terbesar (terbaik)
0,5
mm x 100% = 0,5%
yang dapat tercapai adalah : 100 . Dengan
demikian ketidakpastian hasil pengukuran dengan ketelitian misalnya
0,1% tidak dapat doplotkan pada kertas grafuk 10cm x 10cm tetapi harus
lebih besar lagi, yaitu 50cm x 50 cm. Contoh lain, kalau sebuah sumbu X
dengan panjang 10 cm kita beri nilai 100 Volt, ketidakpastian terkecil
0,5
mm x 100 volt = 0,5 V
yang dapat digambar adalah 100 . Jadi untuk
ΔX yang lebih kecil dari 0,5 kita harus mengecilkan pula nilai satuan
skala, dengan kata lain kertas yang diperlukan harus lebih luas. Tetapi
sering juga titik nol skala tidak perlu nampak pada grafik, sehingga kita
bisa saja menggunakan kertas grafik yang lebih kecil asal daerah harga xi
20
dan yi tercakup. Pada Gambar 2.1 Terlihat jelas bahwa memilih luas
kertas grafik memerlukan perencanaan yang bijak. Selain itu sebuah garis
grafik yang kita buat harus tampak penuh (mengisi seluruh luasan kertas
grafik) dengan cara memilih nilai skala mendatar maupun tegak yang
tepat.
Grafik V terhadap I Grafik V terhadap I

70 35

60 30

50 25
Tegangan (V)

Tegangan (V)
40 20

30 15

20 10

10 5

0 0
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
Arus (A) Arus (A)

Grafik yang kurang baik Grafik yang baik


Gambar 2.1 Contoh pelampiran grafik

Hal lain yang perlu kita ingat dan perhatikan dalam membuat grafik
antara lain adalah:
1. Judul grafik, ditulis pada bagian atas kertas grafik
2. Nama besaran pada sumbu mendatar dan sumbu tegak, harus
ditulis lengkap dengan satuannya, serta harga kalibrasinya jika
ada. Contoh: Tegangan (102 volt).
3. Pilih harga satuan skala sumbu-sumbu grafik dengan bilangan
bulat atau kelipatan puluhan. Misal : 1, 2, 3,… atau 5, 10, 15,
… , sebaiknya jangan 3, 6, 9,….
4. Perhatikan lebih dahulu bentuk fungsi dari besaran yang akan
kita gambarkan grafiknya, apa fungsi linier (garis lurus) atau
bentuk kuadratik (garis lengkung). Dengan demikian
bagaimanapun bentuk titik-titik data yang kita peroleh, kita
sudah tahu bentuk grafik yang akan kita gambar.
5. Bila grafik berupa fungsi, misal: Y=f(X), sebaiknya besaran
pengubah f(X) diplotkan pada sumbu mendatar, sedangkan
besaran yang diubah Y pada sumbu tegak.

21
Menentukan Garis Lurus Terbaik
Dari hasil pengukuran dan perhitungan, tidak semua titik-titik
data akan berada tepat pada satu garis lurus. Untuk itu ada beberapa cara
menarik garis lurus terbaik, yaitu:
1. Metoda memandang (Visual)
2. Mata apat dengan cukup baik melihat apakah sederetan titik
data terletak pada garis atau agak menyimpamg. Dengan cara
visual ini, dapat ditarik sebuah garis lurus.
3. Metoda Titik sentroid
4. Titik sentroid sekumpulan titik adalah titik dengan koordinat

X0 =
∑X i
Y0 =
∑Yi

5. N dan N , N = jumlah data.


6. Plotkan titik : X0, Y0 pada kertas grafik, kemudian tarik garis
lurus melaluinya sedemikian rupa, hingga jumlah titik-titik
yang terdapat diatasnya lebih kurang sama dengan jumlah
yang ada di bawahnya. Gunakan mistar plastik bening sebagai
alat Bantu, diputar-putar dengan titik sentroid sebagai poros
putaran..
7. Metoda Garis Sumbu
8. Dari sekumpulan titik data yang telah kita plotkan pada suatu
kertas grafik, kita tarik sebuah garis sembarang (gs) yang kira-
kira berada ditengah-tengah area titik data, sehingga titik-titik
data terbagi dua, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Buatlah
penggalan-penggalan garis dari setiap titik data yang tegak
lurus ke garis gs. Bila jumlah penggalan-penggalan garis yang
tegak lurus bagian atas sama (hamper sama) dengan jumlah
pengalan-penggalan garis yang tegak lurus bagian bawah,
maka garis gs yang telah kita buat merupakan garis lurus
terbaik yang telah melwakili semua titik-titik data..
9. Metoda Kuadrat terkecil
10. Misalnya kita punya hubungan y = ax + b dengan x dan y
merupakan variabel bebas, sedangkan a dan b merupakan
parameter. Jika kita punya sekumpulan data pasangan (x,y),
dan data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik pada kertas
grafik linear, maka akan diperoleh suatu garis lurus.

22
Dengan menganggap bahwa x memiliki sesatan yang lebih kecil dari
pada sesatan pada y, maka garis lurus terbaik dapat diperoleh
berdasarkan metode kuadrat terkecil (regresi terhadap y). Nilai a terbaik
dituliskan dengan notasi
at sedangkan nilai b terbaik dituliskan dengan

notasi
bt dengan :
N N N
N ∑ (xi y i )− ∑ xi ∑ y i
i =1 i =1 i =1
at = 2
N N
⎛ ⎞
N ∑ xi2 − ⎜ ∑ xi ⎟
i =1 ⎝ i =1 ⎠ ……………(1)
dan
N N N N

∑ xi2 ∑ yi − ∑ xi ∑ (xi yi )
i =1 i =1 i =1 i =1
bt = 2
N N
⎛ ⎞ 2
N ∑ x − ⎜ ∑ xi ⎟ i
i =1 ⎝ i =1 ⎠ ………………..(2)
Sesatan pada nilai a dan b bersifat statistik dan diperoleh :
N
Δat = S y 2
N
⎛ N ⎞ 2
N ∑ x − ⎜ ∑ xi ⎟i
i =1 ⎝ i =1 ⎠ ………… …..(3)
N
2
∑x
i =1
i
Δbt = S y 2
N
⎛ N ⎞ 2
N ∑ x − ⎜ ∑ xi ⎟i
i =1 ⎝ i =1 ⎠ ……………(4)
dengan :

1 N
Sy = ∑ {yi − (at xi + bt )}2
N − 1 i =1 …………..(5)
Sebaran titik-titik data dari garis lurus dapat diukur berdasarkan
nilai koefisien korelasinya (r) berdasarkan rumus :

23
N N N
N ∑ (xi y i )− ∑ xi ∑ y i
i =1 i =1 i =1
r=
2
⎡ N 2 ⎛ N ⎞ ⎤⎡ N 2 ⎛ N ⎞2 ⎤
⎢ N ∑ xi − ⎜ ∑ xi ⎟ ⎥ ⎢∑ y i − ⎜ ∑ y i ⎟ ⎥
⎢⎣ i =1 ⎝ i =1 ⎠ ⎥⎦ ⎢⎣ i =1 ⎝ i =1 ⎠ ⎥⎦
(6)
r
dengan nilai -1 ≤ r ≤ 1. Jika ≈ 1 berarti titik-titik datanya dekat
r
dengan garis terbaik. Sedangkan jika ≈ 0 titik-titik datanya berjauhan
dari garis lurus terbaik.
Beberapa fungsi yang tidak linier, dalam batas-batas tertentu dapat
dilinierkan. Setelah diperoleh fungsi linier dapat digunakan metode
kuadrat terkecil untuk menentukan parameter terbaiknya.
Contoh: Sebuah miliamperemeter telah dikalibrasi dan ditera dengan
baik. Sedangkan voltmeter yang dipakai memiliki kesalahan sistematik.
Alat tersebut digunakan untuk menentukan nilai suatu hambatan. Jika
dari pengukuran kuat arus dan tegangan pada suatu hambatan diperoleh
data seperti pada tabel berikut ini, tentukan nilai hambatan yang
dimaksud berikut cara pelaporannya!
Kuat Arus Tegangan (V)
No (I) mA volt R = V/I (kΩ) V.I = x . y I2 = x2
=x =y

1 1,00 2,30 2,30 2,30 1,00

2 1,50 3,20 2,13 4,80 2,25

3 2,00 4,20 2,10 8,40 4,00

4 2,50 4,90 1,96 12,25 6,25

5 3,00 6,10 2,03 18,30 9,00

6 3,50 7,30 2,09 25,55 12,25

7 4,00 8,70 2,18 34,80 16,00

8 4,50 9,20 2,04 41,40 20,25

9 5,00 9,80 1,96 49,00 25,00

10 5,50 10,50 1,91 57,75 30,25

  ∑I=32,50 ∑V = 66,20 ∑R=20,70 ∑VI=254,55 ∑I2=126,25

24
Karena voltmeternya tidak ditera dulu, maka mungkin terjadi
kesalahan kalibrasi. Maka dari persamaan
V − V0 = RI sehingga
V = RI + V0
Hubungan antara V dengan I merupakan hubungan linier, sehingga
R dapat ditentukan dari kemiringan grafik :

N N N
N ∑ (I iVi ) − ∑ I i ∑ Vi
i =1 i =1 i =1
R= 2
N
⎛ N ⎞
N ∑ I i2 − ⎜ ∑ I i ⎟
i =1 ⎝ i =1 ⎠
10 × 254,55 − 32,50 × 66,20
R= 2
10 × 126,25 − (32,50 )
R = 1.91 kΩ

N N N N

∑ I i ∑Vi − ∑ I i ∑ (I iVi )
i =1 i =1 i =1 i =1
Vo = 2
N N
⎛2 ⎞
N ∑ I − ⎜∑ Ii ⎟
i
i =1 ⎝ i =1 ⎠
Jika data dari soal dimasukkan ke dalam persamaan ini akan didapat
:
Vo = 0,41 volt
Untuk menghitung sesatan dari R dan Vo, terlebih dahulu dihitung
Sy sebagai :

1 N
Sy = ∑ {Vi − (R ⋅ I i + Vo )}2
N − 1 i =1

25
V V grafik = RI + V0 (V-Vgrafik)2

2,30 2,32 0,0004

3,20 3,28 0,0056

4,20 4,23 0,0009

4,90 5,19 0,0812

6,10 6,14 0,0016

7,30 7,10 0,0420

8,70 8,05 0,4225

9,20 9,01 0,0380

9,80 9,96 0,0256

10,50 10,92 0,1722

Jumlah : 0,7900

Diperoleh Sy = 0,30
Sesatan dari R atau ΔR dapat dihitung berdasarkan rumus :
N
ΔR = Sy 2
N
⎛ N 2 ⎞
N∑ I − ⎜∑ Ii ⎟
i
i =1 ⎝ i =1 ⎠
Diperoleh : ΔR = 0.07 KΩ.
Sedangkan sesatan dari Vo dapat dihitung dari :
N
2
∑I
i =1
i
ΔV0 = Sy 2
N
⎛ N ⎞
N ∑ I i2 − ⎜ ∑ I i ⎟
i =1 ⎝ i =1 ⎠
Diperoleh : ΔVo = 0,023 volt.
Jadi pelaporan hasil akhirnya : R = (1,91 ± 0,07) kΩ
Vo = (0,41 ± 0,02) volt

Grafik ploting dan linierisasi menggunakan metoda kuadrat terkecil


adalah seperti Gambar 2.2.
26
Grafik Tegangan terhadap Arus

12,00

10,00
Tegangan (Volt)

8,00

6,00

4,00

2,00

0,00
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

V = 1,91I + 0,41 Arus (mA)


R2 = 0,99

Gambar 2.2 Plot grafik hasil linierisasi

TUGAS PENDAHULUAN
1. Buktikan bahwa :
N N 2
2 ⎛ N ⎞
∑ (x i =1
i −x )
i =1
2
= ∑ x − ⎜∑ x⎟
i
1
N
⎝ i =1 ⎠
2. Suatu fungsi secara teoritis dinyatakan sebagai y = ax2 + bx.
Dalam hal ini x dan y merupakan variabel, sedangkan a dan b
merupakan parameter. Bagaimanakah kita harus memilih
sumbu koordinat agar diperoleh fungsi garis lurus.
3. Kerjakan seperti soal nomor 2 untuk fungsi y  =  a x 2 + b.

27
KEGIATAN PRAKTIKUM
1. Tabel 2.1 merupakan data yang akan diolah.
x y1 y2 y3

1 5,78 3,21 4,58

2 7,11 6,01 5,70

3 9,96 14,83 7,25

4 12,59 22,96 10,70

5 13,93 31,42 14,02

6 15,98 45,39 20,40

7 16,78 57,17 28,21

8 19,97 73,88 35,24

9 22,32 93,88 41,99

10 24,86 114,74 52,98

2. Untuk ketiga kelompok data tersebut, tentukan parameter a


dan b beserta sesatannya jika diperkirakan data tersebut
memenuhi fungsi :
• y1 = a x + b
• y2 = a x 2 + bx
• y3 = a x 2 + b
3. Tentukan koefisien korelasi untuk ketiga fungsi perkiraan pada
tugas nomor 2 di atas. Berdasarkan nilai koefisien korelasi
tersebut tentukan fungsi mana yang paling memenuhi data
yang tersedia.
4. Kerjakan seperti pada tugas 2 dan 3 di atas untuk ketiga
pasangan data
5. Buatlah Grafik linierisasi untuk masing-masing data tersebut
dengan metode kuadrat terkecil.

28
Modul 3 Gerak Bergulir di Bidang
Miring

Mekanika klasik merupakan salah satu ilmu dasar yang paling luas
penerapannya. Hampir di semua lini bidang rekayasa (engineering),
sains (science), hiburan (entertainment) dan seni (art) aplikasi mekanika
klasik dapat ditemukan. Gerak satelit, kendaraan, pesawat, roket hingga
persenjataan semisal peluru kendali merupakan contoh jenis-jenis yang
paling sering ditemui. Karakter pada permainan komputer (game)
dituntut untuk bergerak secara realistis dengan cara menerapkan hukum-
hukum mekanika klasik pada script kode perhitungan geraknya. Effek
gerak pada CGI film-film baru seperti tsunami, ledakan, gempa, dan
gerak lainnya didesain untuk selaras dengan persamaan-persamaan
mekanika (fluida, benda tegar, dan benda padat).
Pada kegiatan praktikum kali ini kita akan membahas gerak
berkaitan dengan peristiwa bergulirnya benda pada bidang miring.
Misalnya saat bermain dengan bola, silinder atau roda yang
menggelinding di jalanan miring. Contoh yang paling sederhana yaitu
silinder yang bergulir akibat gaya beratnya sendiri tanpa gaya luar, dapat
diukur beberapa besaran penting yang berhubungan dengan persamaan
gerak translasi dan rotasi. Modul ini didesain untuk bisa dicoba di rumah
dengan alat dan bahan yang biasa ditemui di kehidupan sehari-hari.

KAJIAN TEORETIK
Menggulirkan benda-benda berbentuk bola, roda atau tabung
biasanya adalah permainan yang digemari anak-anak. Meskipun tampak
sederhana, gerak ini mengandung prinsip yang sangat fundamental dalam
mekanika klasik karena merupakan gabungan dari dua jenis gerak yaitu
translasi dan gerak rotasi. Persamaan gerak benda bergulir ini secara
matematis tidak dapat dikategorikan sederhana pada mata kuliah Fisika
Dasar level Universitas akan tetapi sudah banyak dibahas dan diturunkan
bahkan sejak tingkatan sekolah menengah atas.

29
A

B
h
!

Lantai

Gambar 3.1 Roda padat bergulir di bidang miring

Pada Gambar 3.1 di atas tampak posisi mula-mula sebuah roda


silinder padat dari arah samping berada pada bagian atas sebuah papan
miring (titik A). Roda bergulir dan bergerak ke arah bagian yang lebih
rendah (titik B) dengan kemiringan sudut α . Pada titik A sesaat sebelum
roda bergulir karena pengaruh gaya berat, energi potensial silinder (Ep)
adalah maksimum (sama dengan energi total, ET) akan tetapi energi
kinetiknya masih nol (EK=0). Ini dapat dipahami karena benda baru akan
bergerak (belum bergerak). Sedangkan pada titik B, roda bergerak
dengan kecepatan maksimum (EK maksimum) akan tetapi energi
potensialnya sudah nol karena ketinggian (h) sudah pada titik referensi
(paling rendah).

Apabila kita tuliskan hubungan energi mekanik total dengan energi


potensial dan energi kinetik secara matematis:
ET = EP + EK
ET adalah energi total, EP energi potensial dan EK energi kinetik.
Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa Energi total ET akan selalu
tetap baik di titik A, di titik B maupun diantaranya. Dapat di tuliskan
EA = EB atau dengan notasi lain
EPmaks = EKmaks ………………….…. (1)
Jelas dari Gambar 3.1 bahwa energi potensial maksimum adalah
EPmaks = mgh (catatan, g dan h sebetulnya mempunyai arah vertikal,
tapi di sini kita tuliskan magnitude-nya karena merupakan perkalian
30
skalar saja sehingga tidak diberi notasi vektor). Untuk kasus roda
bergulir, energi kenetiknya terbagi menjadi energi kinetik rotasi (gerak
bergulir) dan energi kinetik translasi (bergeser) sehingga persamaan (1)
energi kinetiknya terurai menjadi dua suku.
EPmaks = EKrot + EKtrans…………………… (2)

Dari dinamika rotasi dapat diketahui energi kinetik rotasi dan energi
kinetik translasi
1 2
EKrot = Iω
2
1
EKtrans = mvB2,
2
I adalah momen inersia benda yang bergulir (tergantung kepada
bentuk/geometri) sedangkan ω adalah kecepatan sudut putaran tabung
saat bergulir. Untuk kasus roda berbentuk silinder padat, momen
1
inersianya adalah Icyl = m R2 dengan R adalah diameter silinder,
2
sehingga energi kinetik rotasi dapat dituliskan sebagai

2 (2 )
1 2 1 1
EKrot = Iω = m R 2 ω 2, ……………. (3)
2
Sementara itu kecepatan sudut dapat dinyatakan sebagai kecepatan
gerak di tepi tabung dengan dikalikan diameter v = ωR kecepatan gerak
tabung di tepinya akan sama dengan kecepatan gerak translasi apabila
bidang miring (papan) tidak licin/tabung tidak tergelincir. karena itu
persamaan (3) dapat ditulis

2 (2 )( R )
1 1 2
vB 2
EKrot = mR …… (4)

Kita masukan EPmaks , EKrot , dan EKtrans yang didapatkan ke


persamaan (2) sehingga
1 1
mgh = mvB 2 + mvB 2,
4 2
Karena semua suku persamaan di atas mengandung massa (m) maka
massa dapat dicoret dari persamaan, akan didapatkan:
1 1
gh = vB 2 + vB 2 atau
4 2
31
4
vB 2 = gh…………………..…. (5)
3
Di sisi lain jika panjang papan kita tuliskan sebagai d, maka dapat
dituliskan
h
sin α = atau h = d sin θ sehingga persamaan (5) ditulis
d
4
vB 2 = gd sin α
3
Kita ingat kembali bahwa percepatan di bidang miring untuk kasus
di atas (sumber referensi silahkan dicari) adalah:
vB 2 = vA 2 + 2a d,
Jika kecepatan di titik A sama dengan nol ( v A⃗ = 0), maka
4
gd sin α = 2a d,
3
Percepatan roda bergulir di bidang miring ini dapat didapatkan
2
a= g sin α……………. (6)
3
KEGIATAN EKSPERIMEN
1. Buatlah sistem seperti pada Gambar 3.1 memanfaatkan misalnya
papan, silinder kayu/besi padat, dsb.
2. Sediakan stopwatch atau jika tidak ada, boleh menggunakan
stopwatch dari ponsel pintar.
3. Ukur dimensi silinder dengan mistar, radius, tebal silinder beberapa
kali, catat datanya dengan pengukuran berulang (rata-rata dan
standard deviasi).
4. Tentukanlah posisi awal di bagian papan yang lebih tinggi (titik A)
dan posisi akhir di lantai (titik B).
5. Gulirkan silinder/roda dari titik A ke titik B dan ukur waktunya
dengan stopwatch, lakukan pengukuran berulang (lima kali, hitung
rata-rata dan standar deviasinya).
6. Variasikan (ubah) posisi titik A, sehingga lebih pendek (dari posisi
pada langkah nomor 4), ukur dan catat jaraknya, untuk jarak yang
baru ini lakukan kembali langkah seperti nomor 5.

32
7. Variasikan lagi posisi titik A lebih dekat ke B, dua atau tiga variasi
tambahan.
8. Buatlah grafik kecepatan (sebagai sumbu vertikal) terhadap waktu
(sumbu horizontal) dari data pada langkah nomor 4-7 dan dengan
metode kuadrat terkecil hitunglah percepatan (dari slope/
kemiringan grafik) yang dihasilkan dari data terserbut.
9. Hasil nomor 8 bandingkanlah dengan percepatan yang dihitung
dari persamaan (6) dan hitunglah kesalahan relatifnya (relative
error).
10. Jika benda yang bergulir berbentuk bola apakah bisa percepatannya
dihitung dengan persamaan (6)? Jelaskan alasannya!
11. Jika sudut kemiringan berubah (lebih curam atau lebih landai) apa
yang dapat anda simpulkan?
12. Dokumentasikan kegiatan praktikum anda pada laporan berbentuk
jurnal (format jurnal distandarkan dan dibantu oleh asisten
praktikum).

33
Modul 4 Bandul Matematis

Pada praktikum ini kita akan bereksperimen dengan tema gerak


harmonik. Bandul adalah perangkat berupa massa yang terhubung
dengan suatu titik acuan sehingga massa tersebut bisa berayun secara
bebas akibat pengaruh gaya (misalnya gaya gravitasi). Seperti halnya
kajian-kajian dalam ilmu Fisika, semua fenomena diawali dengan model-
model yang sederhana terlebih dahulu. Bandul yang paling sederhana
adalah bandul matematis dimana konsep yang dipakai adalah apabila ada
titik massa (m) terhubung dengan tali yang sangat ringan (massa tali bisa
diabaikan).
Tentu saja model yang sederhana ini dapat ditingkatkan lebih
realistis misalnya memperhitungkan massa tali penghubung dan geometri
perangkat (bandul seperti ini disebut bandul Fisis) dan selanjutnya dapat
pula diperhitungkan apabila gerak massa tersebut terhambat oleh udara
sekelilingnya. Untuk eksperimen kali ini kita bahas bandul matematis,
kemudian akan kita elaborasi dan analisis fenomena sederhana ini lewat
pengukuran.

KAJIAN TEORETIK
Perhatikan Gambar 4.1. Sebuah titik yang memiliki massa (m,
bayangkan bola logam kecil) terhubung dengan sebuah tali ke langit-
langit rumah membentuk bandul matematis. Bandul tersebut sedikit
disimpangkan ke kanan dan dilepas. Bola akan berayun karena pengaruh
percepatan gravitasi (g) ke arah kiri menuju garis vertikal, lanjut berayun
ke kiri garis vertikal kemudian kembali mengayun ke kanan dengan cara
yang sama. Peristiwa ini terjadi terus-menerus apabila tidak ada gesekan.
Gerakan seperti ini disebut gerak periodik.
Sekarang kita amati ilustrasi berupa panah-panah besaran fisika pada
Gambar 4.1. Panah biru mengarah ke bawah melambangkan gaya berat
dari bola (W = − mg). Panah kedua (ungu muda) mengarah dari pusat
bola ke luar (radial) menggambarkan gaya radial (FR = − mg cos θ).

34
!

Lintasan
ayun (s)
-m g sin ! -m g cos !
Gaya berat
(-m g)

Gambar 4.1 Ilustrasi Bandul Matematis

Panah ungu muda lainya menghimpit panah berwarna hijau (s)


melambangkan gaya searah lintasan ayun (gaya tangensial,
Fs = − mg sin θ). Dapat kita amati, bahwa gaya tangensial inilah yang
menyebabkan bola bergerak pada lintasan ayun dan berperan sebagai
gaya pemulih sampai bola berayun ke arah sebaliknya.
Untuk gaya arah radial ke luar Fr⃗ sudah teratasi oleh gaya tegang
tali ( Fl ⃗, tali menegang dan menahan bola tidak jatuh ke arah luar) hal ini

Fl ⃗ + FR ⃗ = 0
sudah sesuai dengan hukum Newton 1.

Sedangkan total gaya (magnitude) pada lintasan s (garis hijau putus


putus) kita beri nama
Fs = − mg sin θ ……………….. (1)
Sesuai hukum Newton ke 2, bahwa jika suatu benda dikenakan gaya
akan mengakibatkan percepatan gerak bola di lintasan ayun s, dituliskan
Fs = m a.
Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk turunan kedua
terhadap waktu sebagai
d 2s
Fs = m ……………..…………….(2)
d t2
kemudian, apabila persamaan (1) disubstitusi oleh persamaan (2)
maka didapatkan
35
d 2s
m = − mg sin θ..……..…………..….(3)
d t2
Jika kita mengingat kosep geometri bahwa panjang busur s adalah
radius putar(l) dikalikan sudut (θ) atau s = lθ , maka persamaan (3)
dapat dituliskan sebagai (kita tuliskan dalam bentuk skalar karena
magnitude g dan l konstan).
d 2lθ
m = − mg sin θ…………….…….…(4)
d t2
Dalam peristiwa ini panjang tali kita asumsikan tidak mulur atau
mengkerut sehingga variable panjang (l) tidak berubah secara fisis.
Secara matematis hal ini berarti panjang tali (l) dapat dikeluarkan dari
operator differensial (turunan terhadap waktu) karena besaran tersebut
tidak berubah terhadap waktu. Jika suku-suku pada persamaan (4) di atas
dibagi dengan massa (m) dan dibagi panjang tali (l) maka akan kita
dapatkan
d 2θ g
+ sin θ = 0………………………..(5)
d t2 l
Untuk simpangan awal yang dilakukan tidak terlalu besar (∠ 10o)
maka berlaku sin θ ≈ θ, sehingga persamaan (5) dapat dituliskan
d 2θ g
+ θ = 0………………………..…..(6)
d t2 l
Persamaan (6) adalah persamaan differensial linear orde dua dan
memiliki solusi umum:

( ℓ )
g
θ (t) = θ0 cos t ……………….……(7)

dengan syarat simpangan awal θ0 tidak terlalu besar seperti disebut


g
di atas. Bagian tidak lain adalah frekuensi sudut (ω) dan
l
hubungannya dengan frequensi adalah ω = 2π f.

KEGIATAN EKSPERIMEN
1. Buatlah bandul matematis dengan barang barang yang biasa anda
temui di rumah misalnya tali, benang, kelereng dll.
2. Potonglah tali dengan panjang tertentu (ukur menggunakan mistar)
sebanyak 5 variasi panjang (bebas nilainya)
3. Pasanglah pemberat pada ujung bawah benang dan gantungkan
ujung atas bandul pada benda yang bisa berperan sebagai

36
penggantung, misalnya panel pintu. Ukur kembali panjang benang
dan catat.
4. Simpangkan/ayunkan bandul, ukur waktu untuk 10 ayunan dengan
stop watch ulangi beberapa kali untuk mendapatkan rata-rata dan
standard deviasinya. Hitunglah periodenya (T) kemudian
frekuensinya (f).
5. Hitunglah percepatan gravitasi dari frekuensi yang sebelumnya di
hitung.
6. Turunkan persamaan penjalaran kesalahan pengukuran (error)
untuk percepatan gravitasi (g) dan hitung nilai kesalahan
pengukuran tersebut.
7. Buatlah jurnal pendek untuk melaporkan kegiatan eksperimen ini.

37
Modul 5 Resonator Pipa Udara

Musik adalah salah satu bidang seni yang banyak menerima


kontribusi ilmu Fisika. Hampir semua alat musik baik akustik dan
elektronik menggunakan konsep fisika sebagai prinsip kerjanya. Dalam
modul ini kita akan bahas salah satu elemen penting sebagai dasar dari
berbagai alat musik yaitu pipa udara terbuka atau ada yang menyebut
pipa organa. Konsep pipa udara akan kita coba untuk mendapatkan
besaran yang lain, baca baik-baik petunjuk praktikum ini.

KAJIAN TEORETIK
Pada sebuah pipa dengan kedua ujung terbuka. Jika udara
didalamnya digetarkan (ditiup misalnya) akan timbul beberapa
kemungkinan bentuk gelombang berdiri dimana amplitudo gelombang
adalah tekanan lokal pada udara. Beberapa kemungkinan bentuk
gelombang diilustrasikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.1 Pipa udara terbuka dengan beberapa panjang


gelombang

38
Kemungkinan ke-0 adalah adanya 1 simpul gelombang di tengah
tengah pipa. Kemungkinan ke-1 adalah adanya 2 simpul di tengah-tengah
dan seterusnya. Akan tetapi tidak dimungkinkan ada simpul gelombang
di tepi kiri dan kanan pipa karena kedua kolom udaranya terbuka.
Dari ilustrasi ke-0 pada gambar di atas kita hitung berapa panjang
gelombang (dan nantinya frekuensi) yang mungkin pada nada dasar ke-1.
Pada ilustrasi ke-0 ada setengah perut di tepi dan satu simpul di

(2 )
1
kanan, ini adalah setengah gelombang λ .Jika panjang pipa
1
adalah L maka L = λ , maka panjang gelombang yang mungkin
2
terjadi untuk nada dasar adalah λ = 2L.
Pada ilustrasi ke-1 ada setengah perut di kedua tepi, satu satu perut
di tengah diapit dua simpul, ini adalah satu panjang gelombang (λ).
Jika panjang pipa adalah L maka L = λ, maka panjang gelombang
yang mungkin terjadi untuk nada dasar adalah λ = L.
2
Pada ilustrasi ke-2 dengan cara yang sama akan diperoleh λ = L.
3
dst
Kemudian persamaan pada langkah langkah di atas dapat kita
rangkum dalam tabel persamaan berikut (persamaan di tabel silahkan
dilengkapi sendiri):

v
n λn fn =
λn

0 λ 0 = 2L v
f0 =
2L
1 λ1 = L v
f1 =
L
2 2 …
λ2 = L
3
3 …

4 …

39
Konsep ini kita perluas ke pipa udara tertutup. Pipa udara tertutup
ini sebetulnya lebih tepat disebut pipa udara setengah tertutup karena
hanya satu ujungnya saja yang tertutup seperti diilustrasikan di gambar
berikut ini.

Gambar 5.2 Pipa udara (setengah) tertutup


Dengan cara yang sama seperti pada pipa udara terbuka, untuk pipa
udara tertutup akan didapatkan (lengkapi titik titik kosong pada tabel
berikut).
λn v
n fn =
λn

0 λ 0 = 4L v
f0 =
4L
1 4 3v
λ1 = L f1 =
3 4L
2 4 …
λ2 = L
5
3 … …

KEGIATAN EKSPERIMEN
1. Unduh dan pasanglah aplikasi spectroid (Gambar 5.3) pada ponsel
pintar android atau iphone. Pelajari dan jelaskan cara kerja aplikasi
tersebut. Tes lah dengan bersiul dan catat berapa Hertz frekuensi
yang terukur dari siulan anda.
2. Kumpulkan beberapa botol kaca kosong mulai yang besar
menengah dan kecil.
3. Tiup bibir botol, ukur dan catat frekuensi nada dasarnya dengan
aplikasi spectroid (f0).
4. Berdasarkan dimensi (panjang) botol, bila botol dianggap sebagai
kolom udara tertutup, maka tentukan panjang gelombang bunyi λ 0 .

40
Gambar 5.3 Aplikasi spectroid di android
5. Dari frekuensi nada dasar yang terukur (langkah no. 3) dan panjang
gelombang pada nada dasar (langkah no. 4) tentukanlah kecepatan
rambat bunyi di udara v dan sesatannya. Kecepatan bunyi di udara
ini disebut kecepatan sonik dan kecepatan melebihi kecepatan
bunyi di udara disebut kecepatan supersonik.

Gambar 5.4 Botol diasumsikan sebagai kolom udara


(setengah tertutup).
6. Ulangi untuk ukuran botol yang lain, dan botol yang diisi air
sebagian.
7. Buatlah jurnal artikel untuk melaporkan kegiatan eksperimen
tersebut.

41
Modul 6 Hukum Pendinginan Newton

Dalam berbagai fenomena yang melibatkan perpindahan panas: suhu


mesin, suhu tubuh pasien, freezer/lemari es dll. Energi panas berpindah/
dipindahkan umumnya dengan tiga mekanisme dasar: konduksi,
konveksi dan radiasi.
Ilustrasi tiga peristwia dasar tersebut ditampilkan pada Gambar 6.1
Dalam kasus konveksi, energi panas berpindah dengan “menumpang”
pada berpindahnya massa (adanya flux massa disertai flux panas). Jika
air dipanaskan di bagian bawah poci logam yang berisi air maka air
panas di bagian bawah air bergerak ke atas karena pengaruh buoyancy.
Seiring waktu, bagian atas air pun menjadi panas (mendidih).

Gambar 6.1 Perpindahan panas secara konveksi, konduksi dan radiasi.


Masih pada ilustrasi yang sama, logam panas (oranye) dihubungkan
dengan logam dingin (biru) dengan bantuan silinder besi. Tanpa ada
perpindahan molekul besi, energi panas mampu berpindah dari kiri ke
kanan.
Peristiwa ke tiga pada Gambar 6.1 adalah antara matahari dan bumi.
Diantara matahari dan bumi tidak ada kontak materi, ruang diantaranya
hampa akan tetapi panas mampu berpindah dari matahari ke bumi
melalui ruang kosong (sebetulnya ada partikel kosmik, akan tetapi tidak
membawa panas dan terblok oleh magnetosfer).

42
KAJIAN TEORITIK
Isaac Newton mengamati bahwa laju panas yang berpindah antara
dua benda yang berbeda temperatur akan semakin besar jika perbedaan
temperatur antara dua benda tersebut juga besar. Demikian pula apabila
perbedaan temperatur antara kedua benda tersebut semakin sedikit maka
semakin sedikit pula laju perpindahan panasnya. Secara populer,
pernyataan ini disebut dengan hukum pendinginan Newton.
Contoh yang paling sederhana adalah ketika air panas di dalam gelas
dibiarkan mendingin seiring dengan waktu (transient). Pernyataan dari
hukum pendinginan Newton tersebut secara matematis dapat ditulis:

P = h ⋅ A ⋅ (T (t) − Tlin ) ……………….. (1)

dengan
• P = laju perubahan energi panas per satuan waktu atau
daya pemanasan/pendinginan (Watt)
• h = koefisien transfer panas (Watt/m2K)
• A = luas penampang kontak (m2)
• T(t) = Temperatur benda fungsi dari waktu (K)
• Tlin = Temperature lingkungan (K)

Dari sini kita perlu mengingat hukum ke 1 termodinamika yaitu


energi dalam pada suatu sistem adalah

dU = dQ − d W, ………….……………… (2)

dengan
• dU = perubahan energi dalam
• dQ = energi panas yang diserap atau dilepas sistem
• dW = kerja /energi mekanik pada sistem
Kerja pada sistem dicirikan oleh perubahan volume (dV) akibat
tekanan (p), dan dinyatakan sebagai dW = pdV. Pada volume tetap
(isokhorik), dV= 0, sehingga dW = 0. Persamaan (2) dapat ditulis

dU = dQ……………………….……………(3)

43
Dengan mengingat definisi kapasitas panas zat, yaitu perubahan
energi dalam terhadap temperatur pada volume tetap (Cv).

( dT )
dU
Cv = maka energi panas pada persamaan (3) dapat ditulis:
v

dU = Cv d T

Kapasitas panas yang memiliki satuan J/K, dapat dinyatakan dengan


panas jenis cv (J/kgK) dan massa (kg), sehingga perubahan energi
dalamnya.

dU = m cv d T …………………………..………..(4)

Pada benda yang sedang mengalami pendinginan akibat suhu


sekitarnya energi panas ditransfer ke lingkungan artinya ada daya yang
berkurang sejumlah -P, di sini energi dalam berubah terhadap waktu
sejumlah:

dU
= − P……………………………………… (5)
dt
Jika persamaan (1) dan persamaan (4) disubstitusikan ke persamaan
(5):
dT
m cv = − h A (T (t) − Tlin) yang bila disederhanakan:
dt
d T (t) hA
=− (T (t) − Tlin)………………….(6)
dt m cv

Persamaan (6) adalah persamaan differensial yang memiliki solusi


(sebagian dari anda akan dapatkan teknik penyelesainnya di kuliah
kalkulus lanjut):

T (t) = Tlin + (T0 − Tlin) e −kt ………………….(7)

dengan

44
hA
• k =
m cv
• T0 = Temperatur awal (K)
• Tlin = Temperatur lingkungan (K)
• t = waktu (detik)
Pola penurunan temperatur akibat pendinginan akan diukur apakah
akan sesuai dengan persamaan (7) melalui eksperimen sederhana berikut.
Sebagai catatan anda memerlukan termometer dalam percobaan ini
(dua buah lebih baik). Anda dapat membelinya di markeplace online
dengan kata kunci termometer alkohol (biasanya berwarna merah).

KEGIATAN EKSPERIMEN
1. Ukur suhu udara sekitar dengan membiarkan termometer
tergantung selama beberapa menit dan catat sebagai suhu
lingkungan(Tlin).
2. Rebus air sampai mendidih (kurang lebih 100oC).
3. Tuangkan ke dalam gelas penuh, ukur suhunya di gelas dan catat
sebagai suhu awal (T0).
4. Ukur suhu setiap dua menit dan catat suhu dan waktunya.
5. Ukur sampai suhunya mendekati suhu lingkungan/suhu ruang.
6. Ulangi prosedur 1 sampai 5 untuk air setengah gelas.
7. Plot suhu terhadap waktu dari grafik.
8. Dengan metode kuadrat terkecil tentukan nilai konstata k.

45

Anda mungkin juga menyukai