Disusun Oleh :
Saepul Anwar
200110130172
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016
1
KATA PENGANTAR
1
11. Kepada rekan-rekan mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Sebelas
Mare surakarta dan Institut Pertanian Bogor yang telah bekerja sama dalam
pelaksanaan kegiatan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak lepas dari
Penulis
2
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................. v
3
II.6...........................................................Kesimpulan dan Saran
...........................................................................................16
II.6.1. Kesimpulan................................................................ 16
II.6.2. Saran.......................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................. 17
LAMPIRAN............................................................................... 18
4
DAFTAR ILUSTRASI
Nomor
Halaman
5
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
6
1
I
KEADAAN UMUM BALAI EMBRIO TERNAK (BET) CIPELANG
KABUPATEN BOGOR
dari akibat ketentuan peraturan baru yang dibuat pemerintah, khususnya pengguna
wilayah puncak sebagai kawasan wisata, mengharuskan terjadinya pemindahan
BPT-HMT Cisarua ke lokasi yang lain sesuai dengan persyaratan yang diperlukan
untuk mengembangkan tugasnya. Tanah seluas 90 Ha di Desa Cipelang,
Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, merupakan lokasi pengganti BPT-HMT
Cisarua, pemilihan lokasi tersebut ditunjuk setelah dilakukan peninjauan oleh
Departemen Pertanian dan dinyatakan memenuhi kriteria teknis bagi
pengembangan pembibitan ternak khususnya sapi, setelah dipindahkan dari
Cisarua BPT-HMT merubah nama menjadi Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang
pada tahun 1994, hal ini didorong karena terjadi perubahan fungsi dan tugasnya.
aula, masjid, gudang pakan, laboratorium in vivo dan in vitro, dan klinik hewan,
serta perkandangan yang terdiri dari; kandang ternak donor (kandang utama dan
kandang rearing), kandang ternak khusus resipien (kandnag sukhoi), kandang
ternak laktasi (kandang utama), kandang pejantan, kandang lelang, kandang
isolasi, dan kandang afkir. Bangunan kandang membujur dari arah utara ke selatan
dengan sistem perkandangan yang dipakai adalah sistem koloni, luas lahan
hijauan pakan ternak kurang lebih 20 Ha, tersebar di seluruh wilayah Balai
Embrio Ternak dengan luas tanah secara keseluruhan kurang lebih 90 Ha.
Subbagian
Tata Usaha
Komoditi ternak yang ada di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang Bogor
meliputi, ternak sapi perah dan sapi potong dengan bangsa sapi yang terdiri dari :
Sapi Bali, Freinds Holland, Simmental, Limousin, Wagyu, Angus, Brangus,
Brahman, Madura, Sumba onggole, dan Peranakan Onggole. Jumlah populasi
keseluruhan baik sapi penjantan, pedet dan betina sampai dengan tanggal 05
februari sebanyak 218 ekor. Produk yang dihasilkan di Balai Embrio Ternak
Cipelang ialah bibit sapi unggul dan embrio siap transfer, setiap tahun dilakukan
pendistribusian ke setiap propinsi yang ada di Indonesia, dengan jumlah embrio
yang disebarkan berbeda setiap tahunnya sesuai dengan keputusan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian.
Pakan hijauan dan konsentrat diolah di tempat yang terpisah dari kandang
namun jaraknya tidak jauh dari lokasi kandang utama. Pembuatan konsentrat
dilakukan sekali dalam sehari dengan jumlah produksi sebanyak 29 ton,
konsentrat yang dibuat berbeda komposisi disesuaikan dengan ternak, baik untuk
pedet, resipien, dan sapi donor, hal tersebut dilakukan untuk memenuhi semua
kebutuhan sapi yang ada. Pakan Hijauan di BET Cipelang diberikan sehari dua
kali dengan produksi setiap harinya berbeda-beda, tetapi dengan rata-rata
pencoperan sebanyak 21 ton untuk semua kandang. Hijauan atau rumput di BET
Cipelang didapatkan dari hasil menanam sendiri dan membeli dari luar Balai
dengan sistem pembelian dua minggu sekali denganpembelian sebanyak 20 ton
dalam sekali membeli.
II
PENANGANAN PASCA PANEN EMBRIO (FLUSHING) DI BALAI
EMBRIO TERNAK CIPELANG KABUPATEN BOGOR
Saepul Anwar
200110130172
2.1 Abstrak
Penanganan hasil panen embrio (flushing) yang dilakukan di BET Cipelang
harus melewati beberapa tahapan evaluasi embrio, dimulai dari proses penerimaan
media hasil flushing, penyaringan, searching, koleksi, seleksi, grading,
pengkodean, loading dan freezing. Tujuan evaluasi embrio yaitu untuk
mendapatkan embrio yang berkualitas baik dengan cara menilai embrio dibawah
mikroskop mengenai perkembangan sel dan kualitas embrio yang dihasilkan.
Kualitas embrio dibagi kedalam empat kelas yaitu kualitas 1 (excellent/good),
kualitas 2 (Fair), kualitas 3 (Poor), dan kualiatas 4 (Dead/Degeneration). Kualitas
tersebut ditentukan dari keadaan sel hidup embrio dan fase yang sedang terjadi,
untuk kualitas 1 dan 2 embrio dibekukan, untuk kualitas 3 akan dilakukan transfer
embrio secara segar, dan untuk kualitas 4 embrio tidak digunakan karena embrio
sudah mati. Metode yang dilakukan yaitu dengan metode observasi serta
wawancara yang dilakukan dengan petugas laboratorium in vivo dan in vitro.
2.2 Pendahuluan
Beberapa tahun terakhir ini, kebutuhan pangan produk peternakan di
Indonesia terus mengalami peningkatan yang sangat cepat. Meningkatnya
kebutuhan tersebut dapat terlihat dari permintaan masyarakat akan ketersediaan
daging yang berkualitas, terutama berasal dari ternak ruminansia besar, akan tetapi
permasalahan yang dihadapi untuk memenuhi kebutuhan tersebut masih
terkendala dengan rendahnya produktivitas dan mutu genetik ternak. Dalam
upaya mendukung usaha pemerintah dalam memenuhi kebutuhan sumber protein
hewani untuk masyarakat di Indonesia, maka dibutuhkan suatu teknologi dalam
menunjang ketersediaan kualitas ternak unggul, salah satu teknologi yang dapat
8
dengan diterapkan ialah transfer embrio. Transfer embrio merupakan salah satu
teknologi di bidang peternakan yang mempunyai keunggulan untuk peningkatan
kualitas ternak sapi perah dan potong melalui percepatan ketersediaan ternak
unggul sehingga membantu ketersediaan bahan pangan yang berkualitas baik,
menunjang upaya permuliaan dan pemurnian ternak lokal (Plasma Nutfah), dan
pemenuhan calon pejantan untuk BIB Nasional atau Daerah.
2.3 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah :
1. Mengetahui secara khusus cara penanganan pasca panen embrio
(flushing).
2. Mengetahui secara khusus mengenai penentuan kualitas embrio.
apa sehat atau tidak, dan agar dapat mengetahui status reproduksi (fase folikuler
atau fase luteal). Kriteria sapi donor untuk produksi embrio adalah :
1. Memiliki genetika unggul (Genetik Superiority).
2. Mempunyai catatan data individu dan riwayat hidup meliputi tanggal dan
lamanya birahi atau siklus birahi.
3. Bebas dari penyakit berbahaya dan menular.
4. Mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi dan sehat.
5. Telah mengalami kelahiran minimal sekali.
6. Umur tidak terlalu tua.
2.5.5 Embrio
Embrio adalah hasil fertilisasi dan penyatuan inti dari sel telur dan sperma
baik melalui proses in vivo atau in vitro, embrio hidup bebas di dalam tuba fallopii
atau uterus induk dan selama beberapa hari berkembang mencapai tahapan
11
morula sampai blastosis expand (Soeparna, 2014). Dalam uterus makanan embrio
diperoleh dari sekresi kelenjar-kelenjar uterus diantaranya bikarbonat, pyruvat dan
oksigen. Setelah implantasi embrio baru memperoleh makanan yang berasal dari
induknya lewat saluran darah induk.
Semua pembagian sel bersifat mitosis sehingga setiap sel embrio
mengandung kromosom diploid (2n), sejumlah besar DNA disintesa selama
clevage. Pada tingkatan 16 sampai 32 sel, selsel berkumpul menjadi satu
kelompok di dalam zona pellucida, pada tahap perkembangan embrio ini disebut
dengan tahapan morula dan diperkirakan butuh waktu 6 hari (Toliehere, 1979).
Pada waktu jumlah sel dalam zona pellucida mencapai 32 buah, embrio disebut
morulla. Cairan mulai terlihat terkumpul diantara beberapa sel dan berbentuk
rongga bagian dalam disebut blastosel, sedangkan embrio kini disebut blastocyst,
implantasi sapi terjadi pada hari ke 11-40 hari (Damayanti, 2014).
donor dilakukan pada hari ke-7 sampai hari ke-8 setelah birahi dimana sebagian
besar embrio sudah memasuki ujung kornua uteri pada keadaan tersebut.
1. Filtrasi
Filtrasi merupakan proses penyaringan hasil panen dan merupakan salah
satu tahapan dari evaluasi embrio, sebelum melakukan filtrasi harus terlebih
dahulu menyiapkan alat-alat dan bahan untuk tahapan ini. Setelah alat-alat dan
15
bahan disiapkan maka petugas akan mengambil botol hasil flushing dan
memastikan tertulis kode donor dan posisi kornua pada botol, kemudian petugas
akan menuliskan kode donor dan posisi kornua pada dinding samping petridsh
kotak bergaris. Sebelum melakukan penyaringan dilakukan pencatatan pada buku
catatan embrio sebagai data balai, tujuannya untuk evaluasi dari hasil pemanen
serta pengkodean embrio sehingga program embrio dapat menjadi lebih baik lagi..
Media hasil flushing yang pertama akan diambil yaitu bagian lendir atau
runtuhan dinding kornua yang terdapat pada cairan hasil flushing, dengan cara
menggunakan pipet yang terhubung dengan balon, tujuan dari pengambilan lendir
pada langkah pertama penyaringan ini adalah agar embrio yang ada pada media
tidak tertutupi oleh bagian lendiri yang ukurannya lebih besar sehingga tidak akan
memaksimalkan saat pencarian. Lendir yang telah diambil dimasukan ke dalam
petridish kotak, selanjutnya dilakukan penyaringan hasil fluhsing dengan filter
embrio sampai cairan dalam botol habis, kemudian botol penampung dibilas
sebanyak tiga kali dengan media yang baru, tujuannya agar embrio yang masih
menempel pada dinding botol dapat terbawa ke filter.
Pada filter media cairan disisakan kurang lebih seperempat hal ini
dimaksudkan cairan yang nanti dipindahkan ke petridish kotak tidak terlalu
penuh, sebelum dipindahkan dasar filter embrio ditiup-tiup tanpa menyentuh
bagian dasar tujuannya agar embrio yang berada didasar filter embrio tidak
menempel, sehingga saat dipindahkan ke petridish kotak dapat berpindah semua.
Sesudah dipindahkan media flushing menghasilkan gelembung-gelembung diatas
permukaan cairan, maka untuk menghilangkan gelembung tersebut digunakan
pematik tujuan pematikan yaitu untuk memudahkan petugas dalam melakukan
proses pencarian, tetapi dalam tahapan pematikan harus dilakukan dengan cepat
dan tepat, hal ini menghindari panas yang dihasilkan dari pematikan yang
digunakan tidak mengenai embrio yang berada dalam media.
Gambar 1. Berbagai
Tahapan Perkembangan
Embrio
Selain tahapan
perkembangan embrio
adapula untuk
menentukan kualitas
embrio maka dilakukan
pengkodean Excellent
dan Good (kode 1), Fair
(kode 2), Poor (kode 3),
Dead dan Degeneratif
(kode 4) dengan
melakukan identifikasi
melalui pemeriksaan
morfologi embrio,
sedangkan untuk kriteria klasifikasi kualitas embrio diuraikan sebagai berikut:
Kualitas Excellent/Good (kode 1):
1. Bentuk embrio simetris dan bulat seperti bola, dengan blastomare yang
seragam baik pada ukuran, warna, tekstur dan kepadatan.
2. Embrio harus memiliki bentuk yang konsisten dengan perkiraan fase
perkembangan embrio itu sendiri.
3. Zona pellucida harus bulat mulus, tidak menempel pada cawan petri atau
pipet.
4. Memiliki minimal 85% muterial seluler dalam keadaan intact dan masa
embrio hidup.
BET 80172
1.6.5
Gambar 2. Labeling Embrio
200LM309
a b c b c d c b c b e
Gambar 3. Loading embrio kedalam straw
(a: seal/powder; b: media; c: rongga udara; d: media+embrio; e: cotton plug).
Embrio yang berkualitas 1 atau 2 dimasukkan ke dalam straw, masing-masing
straw berisi 1 (satu) embrio.
2. Setelah suhu mencapai -7C, masukkan straw yang telah berisi embrio
kedalam mesin freezer yang berisi Metanol.
3. Dua menit kemudian, dilakukan seeding dengan tujuan membekukan media
di dalam straw
4. Dengan forsep dingin, jepit straw dibagian atas ( agak jauh dari posisi
embrio) sampai terbentuk kristal es (seeding), biarkan selama + 8 menit (total
pada titik seeding selama 10 menit).
5. Dinginkan lebih lanjut dengan kecepatan -0.3 C tiap menit sampai mencapai
suhu -30C. Sementara itu, Container yang berisi nitrogen cair diletakkan di
dekat freezer,
6. Setelah kurang lebih 1 jam 17 menit, tercapai suhu -30C pindahkan straw ke
dalam container tadi (-196C) dengan cepat untuk penyimpanan.
2.6 Kesimpulan dan Saran
2.6.1 Kesimpulan
1. Pelaksanaan panen embrio di BET Cipelang Bogor sudah terjadwal, sapi
donor akan dilakukan flushing setiap 3-4 bulan sekali sehingga dalam satu
tahun dapat dilakukan minimal tiga kali pemanenan.
2. Embrio adalah hasil fertilisasi dan penyatuan inti dari sel telur dan sperma
baik melalui proses in vivo atau in vitro, hidup bebas di dalam tuba fallopii
atau uterus induk dan selama beberapa hari berkembang mencapai tahapan
morula sampai blastocyst expand.
3. Kualitas embrio dibagi kedalam empat kelas kualitas (quality) yaitu,
kualitas 1 (excellent/good) yang memiliki 85% material seluler dalam
keadaan intact, kualitas 2 (Fair) yang memiliki sel intact dan massa
embrio hidup 60%, kualitas 3 (Poor) yang memiliki sel intact dan massa
embrio hidup 30-55%, dan kualiatas 4 (Dead/Degeneration) embrio yang
tidak berkembang lagi dan mati.
2.6.2 Saran
1. Untuk mendapatkan kualitas embrio yang baik harus lebih diperhatikan
kembali pakan yang diberikan, pengamatan siklus birahi sapi donor, dan
waktu inseminasi buatan yang dilakukan oleh inseminator.
21
BET. 2015. Prosedur Kerja Balai Embrio Ternak Cipelang Bogor. Balai Embrio
Ternak Cipelang. Bogor
Tita. Damayanti. L dan Ismudiono.2014. Ilmu Reproduksi Ternak. Airlangga
Univeristy Press. Surabaya. Hal 108
Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi Pada Ternak. Alfabeta. Bandung. Hal 135
Husnurrizal. 2008. Sinkronisasi Birahi Dengan Preparat Hormon Prostaglandin
(PGF2). Universitas Syiah Kuala. Malaysia
Norio. S. 1991. Manual of Embryo Transfer dan in vitro Fertilization in Cattle
National Livestock Breeding Center. Japan. Hal 29
Soeparna dan Nurcolidah. S. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. IPB Press Printing.
Bogor
Mozaes. Toliehere. R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa.
Bandung. Hal 247
22
LAMPIRAN