Anda di halaman 1dari 28

1

I.

PENDAHULUAN

I.1. Letak Geografis


PT. Super Unggas Jaya Farm Cikembar 1 berada di Kampung Simpenan
RT 05 RW 07 Desa Cikembar Kecamatan Cikembar Kabupaten Sukabumi
Jawa Barat, memiliki luas tanah 1,2 Ha. Jarak dari perusahaan ke pemukiman
warga sekitar 100 m sedangkan jarak Kecamatan Cikembar 5 Km dan jarak
dari pusat kota sukabumi 25 Km.
Cikembar adalah salah satu Kecamatan dari 47 (empat puluh tujuh)
Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Sukabumi merupakan daerah
kawasan industri dan pertanian, dengan membawahi 10 (sepuluh) desa yang
meliputi 44 Dusun 103 RW dan 438 RT. Luas Wilayah Kecamatan Cikembar
adalah 8.651,83 Ha yang terdiri dari Tanah Sawah Luas 1.385,38 Ha dan
Tanah Kering luas 5.148,09 Ha. Iklim di Kecamatan Cikembar termasuk
beriklim sedang dengan temperatur suhu rata-rata 18-32 C dengan curah
hujan berkisar 1.200 s/d 2.200 mm/tahun .
Lokasi perusahaan tidak berdekatan dengan perusahaan sejenis, batas
antara perusahaan dengan pemukiman penduduk adalah pagar seng dan ram kawat
setinggi 2 m. Tujuan dari pemagaran yaitu supaya limbah dari dalam kandang
tidak mengganggu penduduk sekitar dan untuk mencegah binatang atau predator
yang masuk ke dalam area kandang.

I.2 Sejarah Perusahaan


PT. Super Unggas Jaya (SUJA) merupakan salah satu unit dari perusahaan
corporation di bawah Cheil Jedang yang berpusat di Korea Selatan. Awal
terbentuknya perusahaan adalah ingin membuat perusahaan pakan ternak, namun
memerlukan uji coba langsung terhadap ayam, sehingga didirikan peternakan
ayam breeding di Indonesia yang berpusat di Jakarta dan memiliki beberapa
cabang yang tersebar di Indonesia salah satunya di Sukabumi yaitu PT. Super
Unggas Jaya Farm Cikembar 1 yang berada di Desa Cikembar.
Perusahaan berdiri pada tahun 2012 dengan status kandang dan lahan sewa
milik Haryono santoso, sebelumnya merupakan kandang ayam petelur dengan
kandang open house dan beratap monitor. Namun karena terjadi krisis keuangan
akhirnya kandang disewakan yang kemudian kandang open house tadi
dimodifikasi menjadi kandang close house, yaitu dengan menggunakan terpal
untuk menutupi seluruh dinding dan atap hingga tidak ada celah.
Pengelompokan perusahaan ke dalam tiga sektor, yaitu sektor barat, sektor
utara dan sektor timur yang bergerak bidang produksi. PT. Super Unggas Jaya
Farm Cikembar 1 Sukabumi yang bergerak di bidang pemeliharaan ayam bibit
induk untuk menghasilkan telur ayam pedaging komersil, Ayam bibit induk
pedaging dipelihara mulai dari periode day old chick hingga ayam diafkir. Telur
yang dihasilkan ayam bibit induk pedaging ini kemudian dikirim ke Unit
Penetasan (Hatchery) yang ada di Cicurug Kabupaten Sukabumi, Jumlah
karyawan di perusahaan berjumlah 38 orang. Karyawan itu sendiri terdiri dari 1
orang farm head, 2 foreman, 1 HDC (health deases control), 16 pekerja kandang,
4 teknisi, 4 security, 2 umum, 6 gudang.

1.3.

Bidang Usaha
Bidang usaha yang di kembangkan oleh PT. Super Unggas Jaya farm unit

1 Cikembar yaitu pemeliharaan ayam bibit induk pedaging (Parent Stock). Ayam
yang di pelihara yaitu ayam strain Ross 308. Umur masing-masing kandang
berbeda akan tetapi masih sama-sama dalam fase pertumbuhan, Skala usaha
perusahaan tersebut termasuk kategori skala sedang, yang terdiri dari 7 kandang
dengan total populasi 30.976 ekor. Hasil utama pada usaha ini adalah telur yang
nantinya akan ditetaskan di hatchery hingga menghasilkan ayam day old chick
(DOC). Hasil sampingan usaha ini yaitu kotoran ayam dan ayam afkiran.

II.

II.1.

METODE

Materi
Materi yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja di perusahaan

Ayam Bibit PT. Super Unggas Jaya farm unit 1 Cikembar yaitu :
1.

Ayam parent stock strain Ross 308 kandang 7 dengan jumlah


ayam 6.532 ekor yang terdiri atas betina 5.451 ekor dan jantan 1.081 ekor
umur 5 minggu.

2.

Kandang close house dan perlengkapannya yang terdiri atas


hanging feeder, nipple, cooling pad, blower, tirai, indikator suhu, dan
lampu.

3.

Pakan Ayam Breeding Broiler Grower (BBG)

4.

Desinfektan

5.

Vaksin dan antibiotika yang terdiri atas ND Lasota, IB Mass, Tri


Reo, Coryza LE, AI Killed, ND, IB Multi dan IBD

6.

Fasilitas lain seperti truk pengangkut pakan dll

2.2. Cara Kerja


2.2.1. Kegiatan Rutin
1. Program biosecurity
2. Pemberian Pakan
3. Pemberian Minum
4. Vaksinasi
5. Pengamatan Kandang

2.2.2. Kegiatan Insidental


1. Pelaksanaan culling
2. Penimbangan bobot badan
3. Pengambilan sample darah
2.2.3. Kegiatan Penunjang
1. Diskusi
2.3. Waktu dan Tempat
Praktik Kerja dilaksanakan mulai tanggal 19 Januari 2016 sampai dengan 19
Februari 2016 di PT. Super Unggas Jaya farm unit 1 Cikembar, Kecamatan
Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat.

III. KEGIATAN DAN PEMBAHASAN


Kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan kerja praktek di PT. Super
Unggas Jaya farm unit 1 Cikembar adalah sebagai berikut :
3.1

Kegiatan Rutin
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan setiap hari selama jam

kerja,dimulai pada pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 11.30 WIB, kemudian
dilanjutkan pada pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.
3.1.1

Program Biosecurity
Asal kata biosecurity dari kata asing yaitu bio artinya hidup dan security

artinya perlindungan atau pengamanan. Berarti biosecurity adalah sejenis program


yang dirancang untuk melindungi kehidupan.
Tujuan dari program biosecurity adalah meminimalisasi masuknya sumber
dan penyebab penyakit yang dapat menyerang ternak. Program biosecurity ini
sangat penting dalam pelaksanaan manajemen pemeliharaan. Program biosecurity
yang meliputi biosecurity untuk karyawan atau staff dan visitor, biosecurity
kendaraan, lingkungan kandang, serta lingkungan farm.
3.1.1.1 Biosecurity Barang Pribadi Karyawan dan Visitor
Peningkatkan biosecurity tidak hanya di wilayah kandang saja, tetapi
pelaksanaan pengamanan harus di antisipasi dari semua penjuru dan bagian di
sebuah perusahaan peternakan tersebut. Pengenalan penyakit pada manusia yang
masuk dan keluar lingkungan farm menjadi sangat penting. Karena karyawan
farm dan visitor yang masuk ke lingkungan farm merupakan objek potensial dapat
berperan sebagai faktor atau pembawa mikroorganisme penyebab penyakit.

Biosecurity berlaku bagi karyawan atau staff dan visitor. Karyawan atau
staff dan visitor memasuki area farm diwajibkan melewati 2 shower. Shower yang
pertama terdapat di pintu masuk menuju area farm, sedangkan shower kedua
terletak sebelum pintu masuk area kandang. Desinfektan yang digunakan adalah
Bromoquad , dengan perbandingan 1 : 1000 air. Pemilihan bromoquad
(gambar 1) dan bestacid (gambar 1), sebagai desinfektan ruang shower karyawan
atau staff dan visitor karena sifatnya relatif aman bagi manusia dosis tersebut
masih bisa diterima atau ditoleransi oleh manusia.

Gambar 1. Bromoquad

Gambar 2. Bestacid

North dan Bell (1990) menyatakan bahwa semua disinfektan yang dipakai
memenuhi syarat sebagai berikut: (1) ampuh membunuh bakteri atau kuman
bakteri; (2) tidak beracun bagi manusia; (3) efektif pada material organik
berjumlah sedang; (4) tidak merusak dan menyebabkan noda; (5) dapat larut
dalam air; (6) mampu menembus materi-materi serta celah-celah; (7) mudah
dicari dan tidak mahal.
Tahapan biosecurity yang dilakukan sebelum memasuki lingkungan kantor
dan farm bagi semua karyawan atau staff dan visitor antara lain : 1) alas kaki

dilepas dan diletakkan dirak yang telah disediakan, 2) barang-barang pribadi


dimasukan ke dalm box ultraviolet, 3) melewati lorong shower, 4) masuk kedalam
kamar, semua pakaian dilepas (hanya menggunakan pakaian dalam) di ruang ganti
yang berada sebelum ruang shower (Gambar 3). Pakaian kemudian disimpan di
penggantung baju yang tersedia, 5) cairan desinfektan akan menyemprot secara
otomatis setelah pintu di buka 6) tubuh dibilas dengan mandi menggunakan sabun
dan shampo yang telah disediakan. Setelah itu mengenakan pakaian yang telah
disediakan yang berwarna biru, 7). Prosedur untuk memasuki kandang baik
karyawan atau staff dan visitor diwajibkan mengganti sepatu boot hijau dengan
sepatu boot putih, sebelum memasuki kandang tangan disemprot dengan
menggunakan TH4, dan kaki menginjak bak yang berisi kapur.
Apabila karyawan atau staff dan visitor keluar dari kandang melalui jalur
pintu keluar dan tidak perlu memasuki ruang shower 1 dan 2. Pakaian kotor
dimasukkan ke keranjang yang telah disediakan.

Gambar 3. Ruang Shower


Barang bawaan yang dibawa oleh karyawan atau staff dan visitor harus
melalui box ultraviolet (Gambar 4) bervolume 1 m3. Barang dimasukkan dan
didiamkan selama 3 menit bertujuan untuk mensucihamakannya. Bagian dalam

kotak ultraviolet dilengkapi dua lampu yang memancarkan sinar UV berwarna


ungu.

Gambar 4. Box Ultraviolet

3.1.1.2 Biosecurity Kendaraan


Setiap kendaraan yang keluar masuk area farm ataupun area kandang
harus melewati ruang semprot mobil (car sprayer). Mobil telah melewati car
sprayer dibolehkan memasuki area farm. Masing-masing

car sprayer

menggunakan desinfektan bernama Bromoquad dengan konsentrasi 1:1000.


Sedangkan bagian bawah mobil menggunakan larutan longlife dikarenakan sifat
larutan ini yang keras dan hanya untuk bagian tertentu saja.
3.1.1.4 Biosecurity Lingkungan Farm
Lingkungan farm secara umum membutuhkan kondisi yang mampu
menyokong keberlangsungan proses produksi peternakan secara lebih khusus.
Adapun pengendalian lingkungan farm perusahaan tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Pemotongan rumput dan penyemprotan lingkungan

10

Pemotongan rumput dilakukan secara rutin di seluruh area luar kandang.


Hal tersebut bertujuan mencegah berbagai hewan untuk hidup di antara rumput
yang tinggi dan juga setiap hari dilakukan penyemprotan di lingkungan dengan
larutan desinfektan.
b) Penyemprotan Insektisida
Penyemprotan insektisida dilakukan untuk membunuh serangga seperti
lalat yang berpotensi membawa bibit penyakit. Penyemprotan dilakukan di area
kandang. Penyemprotan lalat yang biasa digunakan adalah Agita dengan dosis 400

g dicampur dengan 12,6 air untuk luas kandang 80m2 (Gambar 5).

Gambar 5. Agita (semprot lalat)

c) Penyediaan Tempat Sampah


Penyediaan tempat sampah dilakukan untuk memudahkan membuang
sampah dan tempat penampungan sementara ayam yang mati. Ayam yang
ditampung selanjutnya diangkut menggunakan mobil kandang, kemudian
dimusnahkan atau dibakar di Insenerator
d) Sumur Bangkai
Tempat penguburan bangkai ayam terletak di bagian samping kandang 1
dan hanya berjarak 8 m dari kandang, bangkai dimasukan ke sumur lalu di

11

taburkan kapur.Bangkai ayam dikubur untuk mengurangi kemungkinan


berkembangbiaknya mikroorganisme pada ayam mati.
Biosecurity lainnya yang diterapkan untuk lingkungan sekitar farm yaitu
adanya pagar pembatas farm dengan lingkungan sekitar menggunakan pagar seng.
Program biosecurity ketat yang diterapkan oleh PT. Super Unggas Jaya farm unit
1 Cikembar bertujuan untuk meminimalisir kontaminasi dan penyebaran bibit
penyakit kepada ayam yang berasal dari luar area kandang maupun yang berasal
dari luar lingkungan area farm, sehingga menciptakan kondisi ayam yang sehat
serta memiliki produktifitas yang baik.
3.1.2

Pemberian Pakan
Pakan diberikan untuk memenuhi hidup pokok, pertumbuhan dan

perkembangan yang optimum, kematangan seksual, produksi serta fertilitas yang


diinginkan. Pemberian pakan yang baik menjamin pertumbuhan bobot badan
selama pertumbuhan dan penggemukan. Tiga faktor yang dipenuhi untuk
memperoleh hasil produksi yang baik yaitu meliputi breeding, feeding dan
management, bila ketiga faktor tersebut dapat dilaksanakan maka memungkinkan
diperoleh produksi yang baik dan sesuai target .
Jenis pakan yang diberikan adalah pakan jadi berbentuk crumble yang
berasal dari PT. Cheil Jedang Superfeed .keuntungan dari pakan ini adalah
mengurangi resiko pakan tercecer dan memudahkan dalam pemberian serta
memungkinkan untuk memperoleh gizi yang terkandung dalam bahan pakan.
Pakan bentuk crumble mempunyai keuntungan tidak berdebu, tidak mudah hilang
oleh angin meningkatkan konsumsi pakan dan formula pakan lebih efisien
sehingga pemborosan dapat ditekan (Kartadisastra, 1994)

12

Tabel 1. Kandungan Nutrien Pakan Periode Pertumbuhan

No

Zat Gizi Pakan

Jumlah (%)

1.

Kadar Air

Maks 13,0

2.

Protein

18 19

3.

Lemak

Min 2,5

4.

Serat

Max 5,0

5.

Abu

Max 7,5

6.

Kalsium

Min 0,50 - 1,80

7.

Phospor

Min 0,60 - 0,90

Sumber : PT. Super Unggas Jaya farm (2016)


Kadar air yang terkandung dalam pakan yang ditunjukkan pada Tabel 1
maksimal 13 %. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Wahju (1992) yang
menyatakan bahwa pakan dengan kadar air lebih dari 12 % akan merangsang
pertumbuhan jamur serta dapat menurunkan palatabilitas kandungan zat gizi yang
ada. Protein kasar yang terkandung pada pakan kode BBG sekitar 18,0-19,0 %,
sedangkan kandungan lemak kasar minimal 2,5 %.
Tabel 2. Evaluasi Pakan Umur 6 minggu
Kebutuhan
Pemberian
Kebutuhan
Evaluasi

Protein
8,93
23,53
-14,6

Energi
126,9
123,765
+3,135

Kebutuhan protein untuk ayam yang sedang tumbuh relatif lebih tinggi
karena untuk memenuhi tiga macam kebutuhan yaitu untuk pertumbuhan jaringan,
hidup pokok dan pertumbuhan bulu (Wahju, 1992). Kebutuhan protein didapat

13

dengan menghitung antara protein yang dibutuhkan untuk hidup pokok,


pertumbuhan jaringan dan pertumbuhan bulu. Berdasarkan data perhitungan
konsumsi protein pada ayam broiler yang diperoleh selama praktek kerja lapangan
dapat diketahui bahwa konsumsi protein ayam tidak memenuhi kebutuhan protein
(selengkapnya tercantum pada Tabel 2). Kekurangan konsumsi protein tidak
menjadi masalah karena diimbangi dengan konsumsi energi yang tinggi sehingga
tercapai rasio keseimbangan energi protein memadai dengan efeknya yang terlihat
pada pertambahan bobot badan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa kebutuhan energi metabolis berhubungan
erat dengan kebutuhan protein, yang mempunyai peranan penting pada
pertumbuhan ayam broiler selama masa pertumbuhan.
Secara umum zat-zat makanan secara esensial untuk unggas adalah air,
karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Unggas membutuhkan air bersih
dan segar setiap saat karena kandungan air yang tinggi dalam telur dan daging.
Karbohidrat dibutuhkan dalam pakan unggas dan umumnya dalam konsentrasi
yang tinggi. Lemak bersifat siap pakai dalam pakan untuk meningkatkan
kandungan energi pakan guna merangsang pertumbuhan yang cepat.
Penyusunan pakan dilakukan menggunakan point feed (kebutuhan pakan
per ekor). Point feed dapat disusun dengan melihat recording pada hari
sebelumnya. Tujuan sistem ini sendiri yaitu menghindari terjadinya over body
weight (kelebihan bobot badan), apabila hal ini terjadi dapat menyebabkan
kematian ayam saat bertelur. Cara mencari point feed dengan rumus
Point Feed=

jumlah pakan
x 1000
jumlah ayam

14

Pemberian pakan dilakukan pada pukul 07.30 dengan menggunakan cara


manual dengan menuangkan pakan ke hanging feeder. Pemberian pakan pada
ayam betina dengan menggunakan tempat pakan manual yaitu hanging feeder
(Gambar 7) pada ayam betina dilengkapi dengan jeruji besi (grill),. Sudaryani
(1994) menyatakan bahwa penggunaan grill dalam tempat pakan betina ini
berguna agar pemberian pakan untuk jantan lebih mudah dikontrol sehingga bobot
ayam betina lebih mudah dikendalikan. Selain itu penggunaan pakan lebih efisien
karena pakan yang terbuang akibat cara makan ayam yang salah dapat dikurangi.

Gambar 6. Hanging Betina

Gambar 7. Hanging Jantan

3.1.3 Pemberian Minum Pada Ayam


Air yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan ayam bibit pedaging
mempunyai kualitas yang baik, air bersih, tidak berbau, tidak mengandung
endapan dan tidak berwarna (Suprijatna et al. 2005). PT. Super Unggas Jaya farm
unit 1 Cikembar untuk memenuhi kebutuhan air berasal dari air murni yang
berasal dari air tanah, air tersebut kemudian diolah didalam bak penyaringan
kemudian masuk kedalam penampungan air (Gambar 8), kemudian dialirkan ke

15

tendon tiap kandang yang berkapasitas 1000 kemudian ditambahkan clorine


dan dosis tergantung kekeruhan air, kemudian air mengalir memasuki filter baru
mengalir ke nipple yang diatur oleh water meter.
Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum dengan menggunakan
nipple sebagai tempat minum ayam jantan dan betina. Sistem nipple merupakan
rangkaian aliran air melalui komponen-komponen yang distribusikan kedalam
kandang yang terdiri dari bak penampungan air, pompa air, penyaring (filter), dan
regulator.
Anggorodi (1995) menyatakan bahwa air minum pada ayam dalam
keadaan dingin dan bersih, sedangkan faktor yang mempengaruhi konsumsi air
minum antara lain bangsa ayam, besar ayam, jumlah dan jenis pakan, serta suhu
disekitarnya, selanjutnya dinyatakan bahwa untuk membunuh mikroorganisme
yang merugikan seperti E. Coli maka bak air ditambah kaporit.

Gambar 8. Tendon Kandang


Setiap line memilki satu buah regulator disesuaikan seiring dengan
pertambahan umur, bertujuan untuk memberikan kebutuhan air yang sesuai bagi
ayam yang dipelihara. Semakin tinggi tekanan regulator maka air yang keluar dari

16

putting nipple semakin keras. Pompa pendorong ini dilengkapi dengan pengukur
tekanan otomatis, sehingga akan berhenti apabila tekanan air sudah mencapai titik
yang ditentukan serta mendistribusikan obat seperti vitamin C, nopstress.
Pemberian vitamin ini dilakukan rutin tiga kali dalam sehari.
Jumlah putting nipple setiap kandang berbeda-beda tergantung luas
kandang, jaraknya yaitu 30 cm. Jarak dengan lantai disesuaikan dengan periode
dan besar ayam. Putting nipple berfungsi sebagai tempat keluarnya air minum,
kebocoran sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan litter menjadi basah
sehingga kadar amoniak akan naik dan tumbuh mikroorganisme yang tidak di
inginkan misalnya E-colli. Faktor yang menyebabkan kebocoran antara lain posisi
yang terlalu rendah, tekanan air terlalu tinggi dan temperature udara tinggi. Satu
putting nipple dapat dimanfaatkan untuk 10-12 ekor ayam.

Gambar 9. Nipple
Konsumsi air minum ayam per hari dapat diketahui dengan cara
menghitung jumlah konsumsi air jantan dan betina dibagi dua. Pemberian air
minum dilakukan secara otomatis dan sifatnya adlibitum atau tidak terbatas. Air
dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dan penghantar panas yang berasal

17

dari reaksi kimia dalam proses metabolisme, medium untuk aktivitas metabolik
dan membantu proses pencernaan (Tillman et al., 1991).
3.1.4

Vaksinasi
Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan,

digunakan untuk pembentukan zat kekebelan tubuh (antibodi) sehingga ternak


kebal terhadap suatu penyakit tertentu (Rahardi dan Setyowati, 1995). Kegiatan
vaksinasi merupakan salah satu faktor penting agar ayam sehat dan bebas dari
gangguan suatu penyakit dan dapat berproduksi secara optimum. Apabila ayam
sedang terserang penyakit, maka ayam tidak akan tumbuh dan bertelur sesuai
potensinya (Blakely dan Bade, 1991). Kesehatan ternak merupakan salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan, agar ayam bebas
dari gangguan penyakit dan dapat berproduksi secara optimum. Vaksinasi dapat
meningkatkan kekebalan tubuh ayam, karena adanya pembentukan antibodi sesuai
jenis bakteri atau virus yang dimasukkan ke dalam tubuhnya, sehingga saat
ternak terinfeksi oleh bakteri atau virus yang sama, maka ternak akan kebal
terhadap bakteri atau virus yang kompeten. Vaksinasi dilakukan dengan beberapa
metode diantaranya spray, wings web, intramuscular, sub cutanous, tetes mata,
tetes hidung dan tetes mulut (oral).
Kegiatan vaksinasi biasanya dikerjakan oleh anak kandang (caretaker).
Tahapan pelaksanaan vaksinasi dilakukan dengan cara membuat sekat-sekat
bertujuan untuk memudahkan pemisahan ayam yang belum di vaksin dengan
ayam yang telah di vaksin. Metode vaksinasi yang dilakukan antara lain: (1).
metode penyemprotan/spray, dilakukan pada ayam yang berumur 1 hari; (2).
metode cekok (oral), dengan cara memasukan vaksin melalui mulut(3). metode

18

tusuk sayap/wing web adalah metode vaksinasi individual, sehingga lebih mahal.
Vaksinasi ini dilakukan dengan menusukkan jarum ke sayap dan dilakukan pada
ayam yang berumur 21 hari, dan 10 minggu; (4). metode injeksi, baik melalui
bawah kulit/ sub cutaneus, dilakukan pada ayam yang berumur 1 hari, 7 hari, 14
hari, 21 hari, 8 minggu,18 minggu, dan 36 minggu. Metode injeksi di bawah otot/
intra musculer dilakukan pada ayam yang berumur 6 minggu, 8 minggu, 14
minggu, 16 minggu, dan 20 minggu, 24 minggu dan 36 minggu; (5). metode tetes
mata/ intra oculer, Vaksinasi ini telah berhasil jika lidah unggas telah berwarna
sama seperti larutan yang diteteskan. Dilakukan pada ayam yang berumur 1 hari,
7 hari, 21 hari, 8 minggu, dan 14 minggu, 20 minggu, 24 minggu, 29 minggu, 36
minggu dan 44 minggu; (7). tetes hidung/ intra nasal, vaksin diteteskan pada
hidung, dilakukan pada ayam yang berumur 10 minggu.
Vaksinasi dilaksanakan pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00
dilakukan oleh anak kandang (caretaker). Vaksin yang dilakukan adalah ND dan
IB untuk ayam berumur 24 minggu dan 27 minggu. Metode yang digunakan ialah
intra muscullar atau tusuk dada dengan dosis 500 ml untuk 1000 ekor atau 0,5 ml
per ekor. Vaksin IB digunakan untuk mencegah penyakit infectious bronchitis.
Vaksin ND untuk mencegah timbulnya penyakit newcastle disease. Metode yang
digunakan untuk vaksin ND dan IB adalah tetes mata (intra ocular) dengan dosis
30 ml untuk 1000 ekor atau 0,03 ml per ekor.

19

Tabel 3. Program Vaksinasi Periode Pertumbuhan PT. Super Unggas Jaya Farm
Unit 1 Cikembar.
Umur
5 minggu
6 minggu
7 minggu
8 minggu

Vaksin
MG Vaksin
Coryza A&C

Tipe Vaksin
Live
Live

IB 4/91
Caprivac AI Killed
SC
ND live (Lasota)
ND-IB Killed

Live
Killed
Live
Killed

Aplikasi
I/O
I/M (Leg) 0.5
cc/ekor
I/O
S/C (0,3 cc/ekor)
I/O
I/M (0.3 cc/ekor)

Merek
SHS, Ceva
SHS
Capri, Medion
SHS
SHS
Capri

Sumber : PT. Super Unggas Jaya Farm Unit 1 Cikembar. (2016)


Keterangan :
SC

: Sub Cutaneus (Bawah kulit)

IO

: Intra Ocular (Tetes mata)

WW

: Wing Web (Tusuk sayap)

IM

: Intra Muscular (Bawah otot)

IN

: Intra Nasal (Bawah hidung)

Keberhasilan vaksin ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah


keterampilan vaksinator, waktu vaksinasi, cara vaksinasi dan kondisi lingkungan.
Selain itu ketelitian juga merupakan salah satu hal yang penting agar saat
pelaksanaan vaksinasi tidak ada ayam yang lolos.
3.1.5

Pengamatan Kandang
Pengamatan dilakukan di kandang 7 yang terdiri dari 12 pen mempunyai

panjang 78,4 m dan lebar 16,2 m .Tipe kandang adalah close house dan dilengkapi
dengan alas full liter dari sekam padi. Fadilah (2005) menyatakan bahwa kriteria
bahan alas yang digunakan yakni dapat menyerap air, mudah didapat, murah, dan
tidak menimbulkan polusi. Bahan yang dipakai antara lain: sekam padi, serbuk
gergaji, jerami dan sebagainya. Atap kandang sebagian besar menggunakan seng,

20

Tipe atap yang digunakan adalah atap tipe gable (gambar 10) Atap yang terbuat
dari bahan seng, pada kondisi cuaca panas maka kandang menjadi panas begitu
pula sebaliknya, ketika cuaca dingin kandang pun menjadi dingin. Tetapi itu tidak
menjadi masalah karena sudah adanya sistem pengontrol suhu dalam kandang.
Ventilasi kandang diatur dari inlet dan outlet (blower). Temperatur
kandang diset dengan suhu 26-29,50C. Temperatur yang terlalu dingin
menyebabkan konsumsi pakan meningkat untuk mempertahankan temperatur
tubuh, suhu yang terlalu panas juga tidak baik untuk ayam karena dapat
menurunkan konsumsi pakan selain itu dapat meningkatkan stres pada ayam yang
dapat mengakibatkan produksi menurun. Ventilasi dan temperatur kandang diatur
secara otomatis menggunakan temptron yang dapat dikendalikan di panel box

Gambar 10. Kandang close house tipe atap gable

Design dan konstruksi kandang yang baik adalah apabila burung dan
binatang lainya tidak bisa keluar masuk kandang dengan bebas. Dinding kandang
yang terbuka ditutup dengan wire dengan jarak kawatnya 2 cm, dan lantai dibuat
permanen agar tikus tidak bisa menerobos (Sudhiana, 2001). Pemilihan bahan
atap kandang juga merupakan salah satu usaha untuk mengendalikan faktor

21

lingkungan sehingga ternak dapat hidup dengan nyaman dalam kandang, karena
masing-masing bahan atap kandang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda
dalam menyimpan dan menyebarkan panas lingkungan (Charles, l98l). Suhu
udara dalam kandang dipengaruhi oleh bahan atap kandang yang digunakan.
Masing-masing bahan atap yang digunakan mempunyai daya serap yang berbedabeda, dengan cara konveksi, konduksi, dan radiasi panas yang disebarkan ke
dalam ruangan kandang, yang dapat berpengaruh pada produktivitas ayam
(Esmay, l978).
Jenis atap dalam kandang ini yaitu menggunakan seng karena dapat
menjaga temperatur sesuai dengan kebutuhan ayam. Sebelah kanan dan kiri
dinding pada pen jantan menggunakan penyaring udara, tempat masuknya udara
yang disebut cooling pad (Gambar.11 ) yang berfungsi sebagai pendingin udara
yang masuk karena disemprotklan air di sela-sela cooling pad sehingga udara
yang masuk menjadi dingin.

Gambar 11. Cooling Pad


Alat penarik udara keluar kandang yaitu menggunakan blower yang
berjumlah 8 buah. Jumlah blower yang menyala disesuaikan dengan kebutuhan

22

udara untuk ayam dan untuk mengatur kecepatan angin di dalam kandang.
Pengaturan ini dilakukan oleh alat yaitu termpron (Gambar 12) yang mengatur
sistem kerja ventilasi.

Gambar 12.Temptron
Tempron juga biasa disebut dengan otak kandang, karena suhu yang sudah
diset sesuai kebutuhan ayam sehingga apabila suhu dalam kandang melebihi suhu
yang yang telah diset maka alarm akan berbunyi. Suhu yang diset menentukan
jumlah blower yang menyala, misalnya suhu 25C berarti kipas menyala 4 buah,
26 C berarti kipas menyala 5 buah, 29 C berarti kipas menyala 6 buah.
3.2 Kegiatan Insidental
3.2.1 Pelaksanaan Culling
Culling pada prinsipnya merupakan proses pemilihan individu ayam yang
cacat, lemah, tidak produktif dan terlihat tanda-tanda terserang penyakit, maka
ayam tersebut dikeluarkan dari kelompoknya. Kriteria untuk melakukan culling
dengan melihat adanya tanda-tanda kelainan atau cacat yang diderita ayam secara

23

fisik, ayam mengidap suatu penyakit, dan ayam kelainan yaitu ayam yang bukan
jantan dan betina, ini dilihat dari bentuk tubuh dan pial.

Gambar 13. Ayam Betina kelainan


3.2.2. Penimbangan Bobot Badan
Penimbangan dilakukan terhadap ayam sebanyak 5 % untuk ayam betina
dan 10 % untuk ayam pejantan per pan.salah satu penentu keberhasilan pada
periode grower yaitu keseragaman bobot ayam atau uniformity

Uniformity=

Jumlah sampel yang masuk standar (+10 BB)


x 100
Total Sampel

Uniformity=

151
x 100
200

=75,50 %

Uniformity sebagai salah satu indikator keberhasilan suatu usaha


pembibitan. Salah satunya membuat suatu target yang dicapai pada umur tertentu.
Target uniformity yang ingin dicapai pada ayam bibit betina umur 6 minggu
adalah 860 gram dengan simpang baku sebesar 10% artinya kisaran uniformity
yang baik berada diantara 774-946 gram,.

Berdasarkan hasil perhitungan

24

uniformity

pada

lampiran

yaitu

sebesar

75,50

%.

Terdapatnya

ketidakseragamaan yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor.

Menurut

Fadilah (2013) beberapa faktor tersebut diantaranya keseragaman DOC,


keberhasilan pemeliharaan periode pemanasan, kecukupan peralatan, distribusi
dan kualitas pakan kualitas udara serta status kesehatan.
Menurut Sudaryani (1994) untuk mendapatkan produksi yang baik, perlu
dilakukan kontrol bobot badan dan keseragaman ayam. Produksi yang baik dapat
tercapai bila populasi ayam mencapai bobot badan standar dengan tingkat
keseragaman 80%. Selain itu penimbangan bobot badan juga dilakukan sebagai
acuan untuk menentukan kebutuhan pakan pada minggu berikutnya. Penimbangan
bobot badan ayam dilakukan dengan mengambil sejumlah sampel ayam sebanyak
20 ekor betina dan 5 ekor jantan dari populasi ayam per pen. Ayam ditimbang
menggunakan timbangan digital (Gambar 14). Penimbangan dilakukan untuk
mengontrol pertumbuhan bobot badan agar sesuai dengan standar.

Gambar 14. Penimbangan Bobot Badan

25

3.2.3. Pengambilan Sampel Darah


Pengambilan sampel darah pada setiap kandang bertujuan mengetahui
adanya penyakit atau tidak. Sampel darah yang diambil adalah 24 ekor per
kandang yang di pilih secara acak. Satu ekor ayam di ambil 1 cc darah kemudian
Sampel darah tersebut dikirim ke laboratorium untuk diteliti. Angka titer berada di
range 0-12 yang di bagi menjadi 3 kelompok. Range pertama yaitu 0-4 atau low
titer, jika titer menunjukan angka 0 maka ayam tersebut tidak terkena vaksin
artinya pada saat vaksin dilakukan vaksin tersebut tidak masuk ke dalam tubuh
ayam. Range kedua yaitu 5-9 atau range normal, jika titer menunjukan angka
tersebut maka vaksin sudah masuk kedalam tubuh ayam. Range ketiga yaitu 10-12
atau chalange, jika ayam diindikasikan berada di range ini maka ayam justru
terkena penyakit. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit yang ada di
lapangan. Artinya vaksin yang diberikan tidak mampu melawan penyakit yang
menyerang tubuh ayam tersebut.
3.3. Kegiatan Penunjang
Evaluasi dan diskusi dilakukan seminggu sekali yang diadakan di kantor
manajer yang langsung dipandu oleh Farmhead dan Foreman. Evaluasi dan
diskusi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan kinerja
selama kerja praktek dua minggu sehingga apa yang belum diketahui bisa
diperjelas oleh Farmhead.

26

IV. KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu kegiatan usaha pemeliharaan ayam
bibit induk pedaging periode pertumbuhan di PT. Super Unggas Jaya farm unit 1
Cikembar sudah relaif baik. Hal tersebut dibuktikan data keseragaman atau
uniformity sebesar 75,5% selain itu Pakan yang diberikan pada ternak ayam bibit
induk pedaging telah memenuhi standar yang cukup baik.
4.2 Saran
Diharapkan adanya peratuaran yanag secara tegas lagi kepada para
karyawan atau staff perihal tata tertib yang sudah diterapkan di farm, karena
masih ada beberapa karyawan atau staff yang melanggar peraturan tersebut.

27

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, H.R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Blakely, J.H, dan D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi Keempat. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Charles, D.R. l98l. Practical Ventilation and Temperature Control for Poultry. pp.
l83 - l96. In. J.A. Clark, Ed. Environmental Aspect of Housing for Animal
Production. University of Nottingham.
Esmay, M.L. l978. Principles of Animal Environment. Avy Publishing Company,
Inc. Wesport, Connecticut.
Kartadisastra, H.R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam: Kiat Meningkatkan
Keuntungan dalam Agribisnis Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Nort,M.O. and D.D.Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. The
Van Nostrand Reinhold Publishing, New York.
Rahardi, F.I.S.Wibowo, dan R.N. Setyowati, 1995. Agribisnis Peternakan.
Panebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudaryani, T. dan Santoso. 1994. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sudhiana, W. 2001. Standart Operatin Prosedure (S.O.P) dan Key Performance
Indikator (K.P.I). P.T. Charoen Pokphand Jaya Farm. Jakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tillman, A.D.H Hartadi dan S, Reksohadiproyo. 1991. Ilmu Makanan Ternak
Dasar. UGM-Press. Yogyakarta
Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrien Unggas. Cetakan III. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. An Introduction to Animal Husbandry in
The Tropics. Longmans. London

28

Anda mungkin juga menyukai