Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN AKHIR ASPEK KHUSUS

PENERAPAN METODE DAN PENGUKURAN KERJA


PADA PROSES PENGANTONGAN DI GUDANG
PENGANTONGAN II PT PUPUK
KALIMANTAN TIMUR

PUTRA PANGESTU YUDHISTIRA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

1. Penulis menyatakan bahwa Laporan Akhir dengan judul Penerapan Metode


dan Pengukuran Kerja pada Proses Pengantongan di Gudang Pengantongan II
PT Pupuk Kalimantan Timur adalah karya saya yang dibuat dengan arahan
dari pembimbing lapangan dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun.
2. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir laporan ini. Saya melimpahkan hak cipta dari karya
tulis saya kepada Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2019

Putra Pangestu Yudhistira


RINGKASAN
PUTRA PANGESTU YUDHISTIRA.Penerapan Metode dan Pengukuran Kerja
pada Proses Pengantongan di Gudang Pengantongan II PT Pupuk Kalimantan
Timur. Dibimbing oleh ANNISA KARTINAWATI.
PT PKT (Pupuk Kalimantan Timur) merupakan anak perusahaan dari PT
Pupuk Indonesia (Persero), dan saat ini memiliki kapasitas produksi Urea 3,43
juta ton per tahun, Amoniak sebanyak 2,74 juta ton per tahun dan NPK 350 ribu
ton per tahun. PT PKT mempunyai salah satu misi yaitu menjadi perusahaan di
bidang industri pupuk, kimia dan agribisnis kelas dunia yang tumbuh dan
berkelanjutan. PT PKT memiliki dua gudang pengantongan yaitu Gudang
Pengantongan I dan Gudang Pengantongan II. Gudang Pengantongan II
merupakan gudang pengantongan yang mengolah produk pupuk urea non subsidi,
sedangkan Gudang Pengantongan II diperuntukan untuk pengolahan dan
pengemasan produk pupuk urea bersubsidi.
Garis besar permasalahan yang ditemukan di PT PKT adalah penetapan
standar pengantongan yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 18 bag per menit
pada produk pupuk urea subsidi dengan berat bersih karung yaitu 50 Kg.
Penetapan standar tersebut menyebabkan terjadinya beberapa kendala seperti
tingginya tingkat kelelahan pekerja dan sistem rolling pekerjaan yang terlalu
cepat.
Laporan akhir ini membahas teknik tata cara dan pengukuran kerja yang
termasuk ke dalam aspek perancangan. Laporan akhir ini memuat mengenai
beberapa pembahasan antara lain mengenenai ergonomi, peta kerja, studi gerakan,
ekonomi gerakan, dan pengukuran waktu baku. Seluruh pengamatan dilakuka
pada kegiatan pengantongan urea bersubsidi yang meliputi proses filling, folding,
penjahitan, dan cutting.
Pengukuran waktu baku menggunakan metode jam henti (stopwatch).
Pengukuran waktu baku dilakukan pada proses filling dengan waktu siklus 2.5
detik, waktu normal 3.125 detik, dan waktu baku sebesar 3.78 detik. Lalu untuk
proses folding waktu siklus yang didapatkan sebesar 2.4 detik, waktu normal 2.93
detik, dan waktu baku sebesar 3.54 detik. Lalu, proses penjahitan yang
memperoleh waktu siklus sebesar 2.6 detik, waktu normal 2.78 detik, dan waktu
baku 3.26 detik. Kegiatan cutting dengan waktu siklus sebesar 2.3 detik, waktu
normal 2.4 detik, dan waktu baku 2.80 detik.
Langkah preventif yang ditawarkan dalam mengurangi rasa kelelahan yang
dialami oleh perkerja pengantongan yaitu dengan cara menyediakan fasilitas
pendukung kegiatan pengantongan berupa kursi kerja. Desian kursi kerja yang
dibuat didapatkan dengan mengukur rata-rata postur tubuh para pekerja
pengantongan serta memperhatikan jarak antara mesin serta conveyor terhadap
anggota tubuh yang berhubungan langsung dengan mesin dan conveyor.

Kata Kunci : cutting, filling, folding, Pengantongan, total loss time, Urea
i

PENERAPAN METODE DAN PENGUKURAN KERJA


PADA PROSES PENGANTONGAN DI GUDANG
PENGANTONGAN II PT PUPUK
KALIMANTAN TIMUR

PUTRA PANGESTU YUDHISTIRA

Laporan Akhir Aspek Khusus


Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
pada
Program Studi Manajemen Industri

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
i

Judul Laporan Akhir : Penerapan Metode dan Pengukuran Kerja pada Proses
Pengantongan II di PT Pupuk Kalimantan Timur
Nama : Putra Pangestu Yudhistira
Nim : J3K116106

Disetujui Oleh,

Annisa Kartinawati, STP, MT


Pembimbing

Diketahui Oleh,

Dr. Ir. Arief Darjanto, MEc Ir. Pramono D. Fewidarto, MS


Dekan Ketua Program Studi

Tanggal Lulus :
ii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan dengan judul “Perbandingan
Standar Waktu Pekerja Pengantongan Terhadap Waktu Baku dengan
Menggunakan Metode Stopwatch pada Gudang Pengantongan II PT PKT”. Tugas
Akhir ini berhasil terselesaikan tidak terlepas dari bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Annisa Kartinawati, STP, MT selaku dosen pembimbing topik khusus
yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat
selama penyusunan tugas akhir.
2. Bapak Dr Doni Yusri, SP, MM selaku dosen Penguji Sidang Ujian Laporan
Akhir.
3. Bapak Ir Pramono D Fewidarto, MS sebagai Ketua Program Studi
Manajemen Industri yang telah banyak memberikan waktu, ilmu, motivasi,
serta bimbingannya yang sangat berarti bagi penulis.
4. Seluruh dosen Program Studi Manajemen Industri yang telah memberikan
ilmu dan waktunya.
5. Bapak Rully Darmawan dan Tri Haryaka selaku pembimbing lapang di PT
PKT.
6. Bapak Ronald Yudistira dan Amilia Lastianadhari selaku orang tua yang
senantiasa memberikan doa serta dukungan dalam penulisan Laporan Praktik
Kerja Lapangan.
7. Teman-teman penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini belum sempurna, baik dari segi
pengetahuan, tata cara penulisan karena keterbatasan penulis yang masih dalam
tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan agar dapat memberi perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.

Bogor, Agustus 2019

Putra Pangestu Yudhistira


iii
iv

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
1 PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Tujuan 6
1.3 Manfaat 6
1.4 Ruang Lingkup 6
2 TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Teori Dasar 7
2.1.1 Peta Kerja 7
2.1.2 Ergonomi 8
2.1.3 Studi Gerakan 9
2.1.4 Ekonomi Gerakan 10
2.1.5 Pengukuran Kerja 11
2.1.6 Langkah persiapan waktu kerja 11
2.2 Metode Perhitungan 13
2.2.1 Tahapan Metode Stopwatch 13
2.2.2 Penyesuaian 17
2.2.3 Kelonggaran 18
2.3 Aktivitas Produksi dan Hasil Produksi 19
2.3.1 Proses Produksi 19
2.3.2 Jenis Hasil Produksi 19
2.4 Struktur Organisasi Departemen PP 21
3 TATA CARA PRAKTIK KERJA LAPANGAN 23
3.1 Kerangka Kerja 23
3.2 Data yang Dibutuhkan 25
3.3 Lokasi Praktik Kerja Lapangan 25
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26
4.1 Deskripsi Permasalahan 26
4.2 Peta Kerja 26
4.3 Ergonomi 27
4.3.1 Kondisi Lingkungan Kerja 27
4.3.2 Display 28
4.4 Kegiatan Pengukuran Kerja 28
4.5 Studi Gerakan 29
4.6 Ekonomi Gerakan 31
4.7 Tahapan Sebelum Melakukan Pengukuran 33
4.8 Pengukuran dan perhitungan (Stopwatch Time Study) 35
4.9 Perbandingan Hasil Perhitungan Waktu Baku 42
4.10 Identifikasi MasalahTeknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja 43
4.11 Analisis Kelelahan Pekerja 44
4.12 Alternatif Solusi Terkait Kelelahan Pekerja 47
5 SIMPULAN DAN SARAN 49
5.1 Simpulan 49
ii

5.2 Saran 49
LAMPIRAN 53
RIWAYAT HIDUP 80

DAFTAR TABEL
1 Simbol pada peta kerja 7
2 Gerakan menurut therblig 9
3 Nilai k umum 16
4 Data operator yang diamati 34
5 Data pengukuran waktu kerja filling 35
6 Data pengukuran kerja kegiatan folding 36
7 Data pengukuran kerja kegiatan penjahitan 36
8 Data pengukuran kerja kegiatan cutting 37
9 Rata-rata setiap kegiatan 37
10 Hasil perhitungan standar deviasi sub grup 38
11 Nilai batas kendali atas dan batas kendali bawah 38
12 Nilai pengujian kecukupan data 41
13 Nilai penyesuaian 41
14 Nilai kelonggaran 42
15 Nilai waktu siklus,waktu normal dan waktu baku 42
16 Perbandingan jumlah produksi standar dengan hasil waktu baku 43
17 Permasalahan Aspek TTCK 43
18 Data keluhanan tiap operator 45
19 Nilai keluhan 46
20 Desain ukuran kursi 47

DAFTAR GAMBAR
1 Alur pengukuran 13
2 Control chart keseragaman data 16
3 Proses Produksi Urea 19
4 Urea Pupuk Indonesia 20
5 Phonska Pupuk Indonesia 20
6 Urea Granul Daun Buah 21
7 NPK Pelangi 21
8 Kerangka Kegiatan PKL 24
9 Denah pengukuran lingkungan kerja 27
10 Peta tangan kiri tangan kanan filling 30
11 Peta tangan kiri dan tangan kanan kegiatan folding 30
12 Peta tangan kiri dan tangan kanan kegiatan penjahitan 31
13 Peta tangan kiri dan tangan kanan kegiatan cutting 31
14 Control chart proses filling 39
15 Control chart proses folding 39
16 Control chart proses penjahitan 40
17 Control chart proses cutting 40
iii

18 Diagram persentase keluhan perkerja 46


19 Sumber kelelahan pekerja 47
20 Desain kursi 48

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kebutuhan data dan informasi topik khusus 53
2 Standar penyesuaian pengukuran kerja 56
3 Standar penyesuaian pengukuran kerja 60
4 Standar penyesuaian pengukuran kerja 62
5 Struktur Organisasi Departemen PP 64
6 Peta Proses Operasi 65
7 Peta Aliran Proses 66
8 Diagram Alir 67
9 Display 68
10 Perhitungan Standar Deviasi 70
11 Nilai Penyesuaian dan Kelonggaran 72
12 Nilai Kelonggaran 74
13 Waktu baku 78
14 Why-why analysis masalah TTCK 79
iv
5

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi hanya salah satu


faktor penentu dari perkembangan sebuah industri.Sumber daya manusia yang
kompetitif dan memiliki skill yang tinggi pun merupakan sebuah tolak ukur
perkembangan suatu industri.
Salah satu tujuan utama perusahaan adalah menciptakan Sumber daya
Manusia yang kompetitif dan mempunyai skill, tata cara kerja sangat diperlukan
dalam diri seorang pekerja pada suatu perusahaan dalam bidang apapun. Tata cara
kerja adalah ilmu yang terdiri dari prinsip-prinsip dan teknik-teknik untuk
mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang baik. Teknik dan prinsip ini
digunakan untuk mengatur komponen-komponen sistem kerja yang terdiri dari
manusia dengan sifat dan kemampuan, bahan, perlengkapan serta peralatan kerja
maupun lingkungan kerja untuk mencapai efisiensi dan produktifitas tinggi sesuai
waktu, tenaga yang dihabiskan (Sutalaksana et al. 2006).
Suatu industritentu ingin memiliki SDM yang mempunyai keterampilan
dalam melakukan pekerjaan. Hal tersebut dikarenakan dalam suatu industriakan
terdapat suatu aturan tersendiri pada saat melakukan sebuah pekerjaan. Dengan
tertanamnya keterampilan pada SDM, maka kinerjanya dapat dinilai dan diukur.
Dari hasil pengukuran tersebut, akan didapatkan kesimpulan bahwa pekerjaan
tersebut berjalan dengan efektif dan efisien atau sebaliknya.
Idealnya, dalam setiap pekerjaan diharuskan memiliki sebuah pengukuran
kerja.Adanya pengukuran kerja dapat menghasilkan waktu baku dari setiap bagian
pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat mengevaluasi seberapa
tinggi produktivitas dari para pekerjanya.
Pupuk Kalimantan Timur (PT PKT) merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk
Indonesia (Persero), dan di tahun 2018 memiliki kapasitas produksi Urea 3,43 juta
ton per tahun, Amoniak sebanyak 2,74 juta ton per tahun dan NPK 350 ribu ton
per tahun. Perusahaan ini resmi berdiri pada 7 Desember 1977 dan berlokasi di
Bontang, Kalimantan Timur.
Perusahaan agar mampu memenuhi kapasitas permintaan konsumennya
harus memperbaiki sistem produksi,dimana akan dievaluasi dan diperbaiki metode
kerja karyawan agar tidak terjadi keterlambatan produksi sehingga mesin dan
manusia dapat bekerja secara optimal, dan tercapainya target khusus perusahaan
yaitu dapat berproduksi tepat waktu sesuai dengan jumlah dan kapasitas produksi
yang diharapkan. Keadaan aktual yang ditemukan di PT PKT adalah target
pengantongan yang ditetapkan perusahaan saat ini yaitu 18 bag per menit. Satu
bag pupuk urea memiliki berat 50 Kg. Standar yang ditetapkan ini menimbulkan
beberapa permasalahan yang ditemukan di lapangan yaitu pekerja yang cepat
kelelahan, cepatnya pola pergantian pekerjaan, dan banyaknya produk pupuk yang
tidak lulus kualitas akibat kesalahan pekerja. Hal ini yang menjadi acuan dalam
penysusunan Tugas Akhir Topik Teknik dan Tata Cara Pengukuran Kerja di PT
PKT sebagai syarat kelulusan bagi setiap mahasiswa Sekolah Vokasi IPB
khususnya Program Studi Manajemen Industri.
6

1.2 Tujuan

Penulisan laporan akhir aspek khusus ini memiliki beberapa tujuan teknis
yang berhubungan dengan subtansi dari laporan yang diharapkan dapat
memberikan manfaat yang baik pada perusahaan. Adapun tujuan dari penulisan
laporan antara lain sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi penerapan metode dan pengukuran kerja di PT PKT.
2. Mengukur waktu kerja untuk dijadikan acuan standar waktu baku di area
pengantongan pada kegiatan filling, folding, penjahitan, dan cutting.

1.3 Manfaat

Kegiatan praktik kerja lapangan diharapkan dapat memberikan manfaat


bagi perusahaan, diantaranya adalah memberikan masukan terhadap akar
permasalahan di area pengantongan pada kegiatan filling, folding, penjahitan, dan
cutting.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup berfungsi untuk membuat sebuah kegiatan ilmiah menjadi


lebih fous dan konsisten pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu,
batasan ini juga memudahkan mahasiswa dalam pencapaian tujuan awal yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Aspek khusus yang menjadi kajian penulis dalam kegiatan Praktik Kerja
Lapangan adalah aspek perancangan berupa Teknik Tata Cara Kerja di PT PKT
yang mencangkup beberapa kajian yaitu:
1. Peta kerja keseluruhan (PPO, PAP dan Diagram Alir).
2. Ergonomi (kondisi lingkungan dan display).
3. Studi gerakan (ekonomi gerakan) `
4. Pengukuran menggunakan metode jam henti (stopwatch).
Pengukuran kerja kegiatan pengantongan dilakukan di Gudang
Pengantongan II PT PKT. Gudang pengantongan II merupakan Gudang yang
digunakan untuk mengantongi pupuk urea bersubsidi, sedangkan Gudang
Pengantongan I merupakan gudang pengantongan yang digunakan untuk
mengantongi produk pupuk non subsidi. Pemilihan Gudang Pengantongan II
sebagai lokasi pengamatan pengukuran kerja dikarenakan gudang pengantongan II
memiliki kapasitas produksi yang besar yaitu sebesar 10 000 ton dan kegiatan
pengantongan yang rutin dilakukan selama 3 shift dalam sehari.
7

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar


2.1.1 Peta Kerja
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita dapat
melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari
mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku); kemudian menggambarkan semua
langkah yang dialaminya, seperti; transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan
perakitan; sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau
merupakan bagian dari suatu produk lengkap. Peta kerja memiliki lambang-
lambang yang digunakan (Tabel 1)
Tabel 1 Simbol pada peta kerja
Simbol Nama Simbol Keterangan
Kegiatan operasi terjadi apabila
suatu proyek (material) akan
Operasi mengalami perubahan sifat baik fisik
maupun kimiawi dalam suatu proses
transformasi.
Kegiatan transportasi terjadi bila
fasilitas kerja lainnya yang dianalisa
Transportasi bergerak berpindah tempat yang
bukan merupakan bagian dari suatu
operasi kerja.
Kegiatan inspeksi atau pemeriksaan
Inspeksi terjadi apabila suatu objek diperiksa
baik pemeriksaan pada segi kualitas
maupun kuantitas.

Proses menunggu terjadi apabila


Menunggu material, benda kerja, operator atau
fasilitas kerja dalam kondisi berhenti
dan tidak terjadi kegiatan apapun.
Proses penyimpanan terjadi apabila
Menyimpan obyek disimpan dalam jangka waktu
yang cukup lama.

Sumber :Sutalaksana et al. (2006)


Pada dasarnya peta-peta bias dibagi dalam dua kelompok besar berdasarkan
kegiatannya, yaitu:
1. Peta Kerja Keseluruhan
Disebut keseluruhan bila melibatkan sebagian besar atau semua sistem
kerja yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan.Yang
termasuk kelompok kegiatan kerja keseluruhan, yaitu Peta Proses Operasi
(PPO), Peta Aliran Proses (PAP), Peta Proses Kelompok Kerja, dan Diagram
8

Alir.
2. Peta Kerja Setempat
Sedangkan yang dimaksud peta kerja setempat, apabila hal itu
menyangkut hanya satu sistem kerja saja yang biasanya melibatkan orang dan
fasilitas dalam jumlah terbatas.Yang termasuk kelompok kegiatan kerja
setempat, yaitu Peta Pekerja serta Mesin dan Peta Tangan Kanan-Tangan
Kiri.
2.1.2 Ergonomi
Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem
itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu
dengan efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien.
Tidak hanya dalam hubungannya dengan alat, ergonomi juga mencangkup
pengkajian interaksi antara manusia dengan unsur-unsur sistem kerja lain, yaitu
bahan dan lingkungan. Kondisi lingkungan yang baik dapat diperoleh dengan ilmu
pengetahuan dan juga melalui tahapan-tahapan pengujian atas unsurnya yang
dapat mempengaruhi kinerja dari pekerjanya, seperti:
1. Suhu
Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal
ini dengan suatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi diluar
tubuhnya.Batas kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri pada kondisi
diluar tubuhnya tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan untuk kondisi
dingin tidak lebih dari 35%.
2. Kelembapan
Kelembapan adalah banyaknya air yang gterkanduung dalam udara, yang
biasa dinyatakan dalam presenyase.Dalam mempengaruhi kegiatan dari
pekerjanya, kelembapan sangat berhubungan dengan suhu udara dan kecepatan
bergerak udara.
3. Sirkulasi udara
Tercukupinya kebutuhan atas oksigen dipengaruhi oleh sirkulasi udara
yang baik, dengan begitu udara di sekitar tempat kerja menjadi bersih dan
sehat. Karena kotornya udara di lingkungan tempat kerja dapat berakibat buruk
bagikesehatan dan akan mempercepat proses kelelahan.
4. Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat
suatu objek secara jelas.Pencahayaan yang redup atau terlalu terang dapat
berakibat pada kelelahan pada mata yang akhirnya menyebabkan turunnya
produktivitas pada manusia.
5. Kebisingan
Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga
manusia yang dapat mengganggu ketenangan dalam bekerja dan bahkan dapat
menyebabkan rusaknya pada sistem pendengaran.
6. Getaran mekanis
Getaran mekanis merupakan getaran yang ditimbulkan oleh alat
mekanis.Besarnya getaran ditentukan oleh intensitas (meter/detik) dan
frekuensi getarnya (getar/detik).Dampak dari getaran mekanis ini dapat
9

mempengaruhi konsentrasi dalam bekerja, mempercepat timbulnya rasa lelah,


dan dapat berpengaruh pada kesehatan.
7. Bau-bauan
Bau-bauan dapat dikatakan sebagai pencemaran udara yang dapat
mengganggu konsentrasi pada kegiatan manusia.Bau-bauan dapat timbul
karena adanya faktor lingkungan, yaitu suhu dan kelembapan yang dapat
mempengaruhi tingkat ketajaman pada penciuman.
8. Warna
Penataan warna pada suatu ruangan sangat penting untuk meningkakan
kemampuan manusia dalam melihat suatu objek dan dapat berpengaruh secara
psikologis bagi para pekerja.

2.1.3 Studi Gerakan


Studi gerakan adalah analisis yang dilakukan terhadap beberapa gerakan
bagian tubuh pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Yang diharapkan agar
gerakan-gerakan yang tidak perlu dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan
sehingga akan diperoleh penghematan baik dalam bentuk tenaga, waktu kerja,
maupun biaya. Frank B Gilbreth beserta istrinya, Lilian telah menguraikan
gerakan ke dalam 17 gerakan dasar atau elemen gerakan yang dinamakan
therblig.Sebagia besar dari therblig-therblig ini merupakan gerakan-gerakan dasar
dari tangan.Hal ini mudah dimengerti karena setiap pekerjaan produksi gerakan
tangan merupakan gerakan yang paling umum dijumpai, terlebih lagi dalam
pekerjaan yang bersifat manual.
Kemampuan yang baik untuk menguraikan suatu pekerjaan ke dalam
therblig-therblig sanga diperlukan, karena dengan demikian akan memudahkan
dalam analisisnya (Tabel 2).
Tabel 2 Gerakan menurut therblig
Nama Therblig Lambang Nama Therblig Lambang
Therblig Therblig
Mencari (Search) SH Memeriksa (Inspection) I
Memilih (Select) ST Merakit (Assemble) A
Memegang (Grasp) G Lepas rakit(Desassemble) DA
Menjangkau (Reach) RE Memakai (Use) U
Membawa (Move) M Kelambatan yang tak UD
terhindar (Unavoidabledelay)
Memegang untuk H Kelambaan yang dapat AD
memakai (Hold) dihindarkan (Avoidabledelay)
Melepas (Released RL Merencana (Plan) Pn
load)
Pengarahan (Position) P Istirahat untukmenghilangkan R
fatique(Rest to
overcomefatique)
Pengarahan sementara PP
(Pre Position)
Sumber : Sutalaksana et al. (2006)
10

2.1.4 Ekonomi Gerakan


Mendapatkan hasil kerja yang baik diperlukan perancangan sistem kerja
yang baik pula.Oleh karena itu, sistem kerja harus dirancang sedemikian sehingga
dapat memberikan hasil kerja yang diinginkan.
1. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh
manusiadangerakan-gerakannya:
a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat
yang sama.
b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali
pada waktu istirahat.
c. Gerakan tangan akan lebih mudah jika satu terhadap yang lainnya
simetris dan berlawanan arah.
d. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dehemat. Gerakan hanya bagian
badan yang diperlukan saja untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-
baiknya.
e. Sebaiknya memanfaatkan momentum untuk membantu gerakan.
f. Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan memperlambat
gerakan tersebut.
g. Gerakan balistik (gerakan bebas) akan lebih cepat, menyenangkan dan
lebih teliti daripada gerakan yang dikendalikan.
h. Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika
memungkinkan irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah bagi si
pekerja.
i. Usahakan sesedikit mungkin gerakan mata.
2. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak
tempat kerja:
a. Sebaiknya diusahakan agar badan dan peralatan mempunyai tempat yang
tetap.
b. Tepatkan bahan-bahan dan peralatan di tempat yang mudah, cepat, dan
enak untuk dicapai.
c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya
memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai
selalu tersedia ditempat yang dekat untuk diambil.
d. Mekanisme yang baik untuk menyalurkan objek yang sudah selesai
dirancang.
e. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa
sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urut-urutan terbaik.
f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga
alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan
suatu hal yang menyenangkan.
g. Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya
bersikap (mempunyai postur) yang baik.
h. Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa
sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.
3. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan:
a. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila
penggunaan perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakan dengan
kaki dapat ditingkatkan
11

b. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar mempunyai lebih


dari satu kegunaan
c. Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan
dalam pemegangan dan penyimpanan
d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, misalnya
seperti pekerjaan mengetik. Beban yang didistribusikan pada jari harus
sesuai dengan kekuatan masing-masing jari
e. Roda tangan, palang, dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya
diatur sedemikian sehingga beban dapat melayaninya dengan posisi yang
baik serta dengan tenaga yang minimum.

2.1.5 Pengukuran Kerja


Pengukuran waktu kerja operator adalah kegiatan yang bertujuan untuk
menilai dan mengevaluasi kecepatan operator dalam melakukan suatu pekerjaan
dan menormalkan waktu kerja.Pengukuran waktu kerja adalah aktivitas untuk
menentukan lama kerja yang diperlukan seorang operator terlatih dan memenuhi
standar dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang khusus pada tingkat kecepatan
kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Secara garis
besar teknik-teknik pengukuran waktu dibagi kedalam dua bagian, yaitu:
1. Pengukuran langsung:
a. Waktu Jam Henti (Stopwatch)
b. Work Sampling
2. Pengukuran tidak langsung:
a. Data Waktu Baku
b. Data Waktu Gerakan

2.1.6 Langkah Persiapan Waktu Kerja


Hasil yang baik dapat dipertanggungjawabkan, maka tidak cukup sekadar
melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan jam henti, apalagi
jam biasa. Banyak faktor yang harus deperhatikan agar akhirnya dapat diperoleh
waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan
dengan kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran, dan lain-lain. Di
bawah ini adalah sebagian langkah yang perlu diikuti agar maksud di atas dapat
tercapai:
1. Penetapan tujuan pengukuran
Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan
kegiatan harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal-hal
penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah peruntukan penggunaan
hasil pengukuran, tingkat ketelitian, dan tingkat keyakinan yang diinginkan
dari hasil pengukuran tersebut.
2. Melakukan penelitian pendahuluan
Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu adalah memperoleh
waktu yang pantas untuk diberikan kepada pekerja dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan.Tentu suatu sistem kerja dengan kondisi yang telah ada
selama ini termasuk di antara yang dapat dicarikan waktu yang pantas
tersebut. Artinya akan didapat juga waktu yang pantas untuk menyelesaikan
pekerjaan, namun dengan kondisi yang bersangkutan itu. Suatu perusahaan
biasanya menginginkan waktu kerja yang sesingkat–singkatnya agar dapat
12

meraih keuntungan yang sebesar–besarnya. Keuntungan demikian tidak akan


diperoleh jika kondisi kerja dari pekerjaan–pekerjaan yang ada di perusahaan
tersebut tidak menunjang tercapainya hal tadi.
3. Memilih operator
Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang
yang begitu saja diambil dari tempat kerja. Orang ini harus memenuhi
beberapa persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan dengan baik
dan dapat diandalkan hasilnya.Syarat–syarat tersebut adalah berkemampuan
normal dan dapat diajak bekerjasama. Jika jumlah pekerja yang tersedia di
tempat kerja yang bersangkutan berjumlah banyak dan kemampuan mereka
dibandingkan akan terlihat perbedaan di antaranya dari yang berkemampuan
rendah sampai tinggi. Pada umumnya orang–orang yang berkemampuan
rendah dan tinggi jumlahnya sedikit, sedangkan orang yang berkemampuan
rata–rata jumlahnya banyak.
4. Melatih operator
Walaupun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang masih
diperlukan adanya latihan bagi operator tersebut terutama bila kondisi dan
cara kerja yang dipakai tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator.
Hal ii terjadi jika yang akan diukur adalah sistem kerja baru sehingga
operator tidak berpengalaman menjalankannya. Bahkan bila sistem kerjanya
adalah yang sudah ada selama ini, operator pun bias kurang menguasai
pekerjaannya terutama bila banyak perubahan rancangan yang dilakukan.
Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum
diukur operator harus sudah terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah
ditetapkan (dan telah dibakukan). Harap diingat bahwa yang dicari adalah
waktu penyelesaian pekerjaan yang didapat dari suatu penyelesaian wajar dan
bukan penyelesaian dari orang yang bekerja kaku dengan berbagai kesalahan.
5. Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan
Pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan gerakan
bagian dari pekerjaan yang bersangkutan.Elemen-elemen inilah yang diukur
waktunya.Waktu siklusnya adalah jumlah dari waktu setiap elemen. Waktu
siklus adalah waktu penyelesaian suatu satuan produk sejak bahan baku mulai
diproses di tempat kerja yang bersangkutan.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan penguraian
pekerjaan atas elemen–elemennya. Pertama,untuk menjelaskan catatan
tentang tata cara kerja yang dibakukan. Bila kondisi dan cara kerja yang telah
dianggap baik dilakukan, dinyatakan secara tertulis untuk kemudian
digunakan sebagai pegangan sebelum, pada saat-saat, dan sesudah
pengukuran waktu. Alasan kedua adalah untuk memungkinkan mmelakukan
penyesuaian bagi setiap elemen karena keterampilan bekerjanya operator
belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan kerjanya. Alasan
ketiga adalah untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak
baku yang mungkin saja dilakukan pekerja. Alasan keempat adalah untuk
memungkinkan dikembangkannya data waktu standar untuk tempat kerja
yang bersangkutan.
6. Menyiapkan perlengkapan pengukuran
Setelah kelima langkah diatas dijalankan dengan baik, maka saatnya
melakukan langkah terakhir sebelum pengukuran, yaitu menyiapkan
13

perlengkapan yang dibutuhkan. Hal-hal tersebut adalah jam henti, lembar


pengamatan, alat tulis, dan papan pengamatan.

2.2 Metode Perhitungan


2.2.1 Tahapan Metode Stopwatch
Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-
waktu kerja, baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat
yang telah disiapkan.Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran
pendahuluan, yang dilakukan agar nantinya mendapatkan perkiraan statistical dari
banyaknya pengukuran yang harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan
keyakinan yang diinginkan.
Pengukuran pendahuluan pertama dilakukan dengan melakukan beberapa
kali pengukuran yang banyaknya dilakukan oleh pengukur.Setelah pengukuran
pertama dijalankan, tahap kegiatan menguji keseragaman data dan menghitung
jumlah pengukuran yang harus dilakukan.Bila jumlah pengukuran yang dilakukan
belum mencukupi, maka harus melakukan pengukuran tambahan untuk mengejar
jumlah minimum yang diperlukan.Setelah pengukuran memenuhi syarat
kecukupan data, maka dilakukan uji keseragaman data dan perhitungan
kecukupan data.Bila data yang terhitung sudah cukup, maka pengukuran
dihentikan. Namun,bila belum cukup, perlu adanya lagi pengukuran tambahan dan
proses pun berulang. Proses pengukuran dapat dilakukan dengan cara:

Gambar 1 Alur pengukuran


Kelompokkan data dalam subgroup-subgrup yang masing-masing berisi data
Proses pengukurannya dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Kelompokkan data dalam subgroup-subgrup yang masing-masing berisi data
pengukuran yang diperoleh secara berturut-turut dan hitung rata-ratanya.
14
15

2. Hitung rata-rata dari rata-rata subgroup dengan:

Σxi
x̿ =
k
Keterangan :
x̿ : rata-rata dari harga rata-rata subgrup
xi : harga rata-rata dari subgrup pertama
k : harga banyaknya subgrup yang t
3. Hitung standard deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan:

√∑(𝑋𝑗 − 𝑥̿ )2
𝜎=
𝑁−1

Keterangan :
𝜎 : standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian
N : jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan
xj : waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan yang
telah dilakukan
4. Hitung standard deviasidari distribusi rata-rata subgroup dengan:

σ
σX̅ =
√n

Keterangan :
𝜎x̅ : standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgrup
𝜎 : standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian
n : besarnya subgrup
5. Tentukan batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB)

BKA = x̿+ k σX̅


BKB = x̿ - k σX̅
Keterangan :
BKA : batas kendali atas
BKB : batas kendali bawah
x̿ : rata-rata dari harga rata-rata subgrup
𝜎x̅ : standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgrup
k : konstanta tigkat keyakinan
Jika semua rata-rata subgrup berada dalam batas kontrol maka semua nilai
yang ada dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran atau tingkat
kecukupan data yang diperlukan. Berikut bagan kendali disajikan pada Gambar 2.
16

waktu

Subgrup

Gambar 2 Control chart keseragaman data


Tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil
pengukuran dari waktu penyelesaian, sedangkan tingkat keyakinan menunjukan
besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil pengukuran yang diperoleh telah
memenuhi syarat ketelitian.Dapat disimpulkan bahwa tingkat keyakinan dan
tingkat ketelitian adalah pencerminan tingkat kepastihan yang diinginkan setelah
memutuskan melakukan pengukuran dalam jumlah tertentu. Kecukupan data dapat
dicari dengan rumus:
2
𝑘/𝑠√N ∑ Xj2 − (∑ Xj)2
N′ = [ ]
∑ Xj

N′ : jumlah pengamatan yang dibutuhkan


: jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan
Xj : waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan
telah dilakukan
k : konstanta sesuai tingkat keyakinan (Tabel 3).
s : tingkat ketelitian

Tabel 3Nilai k umum


Tingkat keyakinan yang diinginkan (%) Nilai k
90.00 1.65
95.00 1.96
95.45 2.00
99.00 2.58
99.73 3.00
Sumber : Heizer dan Render (2009)
Seandainya jumlah pengukuran yang diperlukan ternyata masih lebih besar
dari pada jumlah pengukuran yang telah dilakukan (N’>N), maka pengukuran
tahap ketiga harus dilakukan. Pada tahap ini urutan pekerjaan tetap sama dengan
tahap-tahap sebelumnya. Demikian seterusnya hingga jumlah pengukuran yang
diperlukan sudah dilampaui oleh jumlah yang telah dilakukan (N’ N).
Bila pengukuran waktu telah selesai, yaitu semua data yang didapat
memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan jumlah telah memenuhi tingkat-
tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka selesailah kegiatan
17

pengukuran waktu. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga


memberikan waktu siklus waktu normal dan waktu baku.Waktu siklus dihitung,
yaitu dengan rumus :
∑ 𝑥𝑖
𝑊𝑠 =
𝑁
Keterangan :
𝑥𝑖 : waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluanyang telah
dilakukan.
𝑁: jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan.
Nilai kelonggaran dibutuhkan untuk memperoleh waktu baku. Waktu baku
adalah waktu normal yang telah ditambah dengan nilai kelonggaran. Waktu baku
dihitung, yaitu dengan rumus :
Wb = Wn ( 1 + i)
Keterangan :
Wb : waktu baku
Wn : waktu normal
i : kelonggaran yang diberikan pada pekerja
2.2.2 Penyesuaian
Sutalaksana et al. (2006) mengemukakan bahwa penyesuaian dilakukan
dengan cara mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan
suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Jika pengukur berpendapat bahwa
operator bekerja terlalu cepat maka harga p nya lebih besar dari satu (p>1), jika
operator bekerja terlalu lambat maka harga p nya akan lebih kecil dari satu
(p<1),dan apabila operator bekerja dengan wajar maka harga p nya sama dengan
satu (p=1).
Cara menentukan faktor penyesuaian menggunakan caraWestinghouse,
dimana cara tersebut mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap
menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja. Faktor tersebut antara
lain keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi
dalam kelas–kelas dengan nilainya masing-masing.
Keterampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara
kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya
sampai ke tingkat tertentu saja, tingkat yang merupakan kemampuan maksimal
yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan.Keterampilan juga dapat
menurun, yaitu bila terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut atau
karena sebab–sebab lain, seperti kesehatan terganggu, rasa fatique yang
berlebihan, pengaruh lingkungan sosial dan sebagainya. Untuk keperluan
penyesuaian, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri–ciri dari setiap
kelas.
Penyesuaian juga bisa dilakukan dengan cara objektif dan cara ini lebih
melihat jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang operator dan memperhatikan
faktor kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan. Kecepatan kerja adalah
kecepatan dalam melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa.Pengukur harus
melakukan penilaian tentang kewajaran kecepatan kerja yang ditunjukan oleh
operator (Sutalaksanaet al. 2006).
18

Nilai penyesuaian dibutuhkan untuk memperoleh waktu normal.Waktu


normal adalah waktu siklus yang telah ditambahkan dengan nilai penyesuaian.
Waktu normal dihitung, yaitu dengan rumus:
Wn = Ws x p
Keterangan :
Wn :waktu normal
Ws : waktu siklus
p : faktor penyesuaian (persentase untuk menormalkan waktu siklus)
2.2.3 Kelonggaran
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi
menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak dapat
dihindarkan.Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh
pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun
dihitung. Oleh karena itu, sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu
normal, kelonggaran perlu ditambahkan diantaranya adalah :
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi disini adalah minum, ke kamar
kecil dan bercakap-cakap. Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk
kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari suatu pekerjaan ke pekerjaan
lainnya karena setiap pekerjaan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Besarnya kelonggaran bagi pekerja pria berbeda dari pekerja wanita, misalnya
untuk pekerjaan-pekerjaan ringan pada kondisi-kondisi kerja normal pria
memerlukan 0% - 2.5% dan wanita 2 - 5% (persentase ini adalah dari waktu
normal).
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa keletihan (fatique)
Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik
jumlah maupun kualitas. Salah satu cara untuk menentukan besarnya
kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja
dan mencatat saat-saat dimana hasil produksi menurun. Kesulitan dalam
menentukan pada saat-saat mana menurunnya hasil produksi disebabkan oleh
timbulnya rasa fatique karena masih banyak kemungkinan lainnya yang dapat
menyebabkan.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan
Seorang pekerja tidak akan lepas dari yang namanya hambatan. Ada
hambatan yang dapat dihindarkan seperti bercakap-cakap di luar kegiatan
kerjanya, ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada di
luar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Beberapa contoh yang
termasuk ke dalam hambatan tak terhindarkan adalah:
a. Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas.
b. Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin.
c. Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong
yang patah, memasang kembali ban yang lepas, dan sebagainya.
d. Mengasah peralatan potong.
e. Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang.
f. Hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan.
g. Mesin berhenti karena matinya aliran listrik.
19

2.3 Aktivitas Produksi dan Hasil Produksi


2.3.1 Proses Produksi
Pembuatan urea dilaksanakan atas reaksi pengurutan yaitu pembentukan
karbamat dari amoniak dan karbamat dioksida dan dilanjutkan dengan dehidrasi
karbamat menjadi urea dan H2O. Proses produksi tersebut meliputi
persiapan,sintesis,resirkulasi,evaporasi dan Finishing, serta Pengolahan air
buangan.
Urea adalah senyawa yang larut dalam air, CO(NH2)2, dengan sebagian
besar adalah kandungan nitrogen yang merupakan komponen utama dari urine
mamalia dan organisme lain, sebagai hasil akhir dari metabolisme protein. Pupuk
Urea ini diproduksi dan disiapkan dalam bentuk curah dan butiran.Amoniak cair
dan Gas Karbon Dioksida yang datang dari pabrik Amoniak direaksikan di mixer
dan terbentuk Ammonium Karbamat yang selanjutnya dihidrolisa didalam reaktor
menjadi Urea dan Air. Urea yang terbentuk selanjutnya dipisahkan dari
Ammonium Karbamat dan Air dengan cara proses Flashing. Pada proses ini
Ammonium Karbamat akan terpecah kembali menjadi Gas Amoniak dan Karbon
Dioksida dan kedua reaktan ini dikembalikan ke mixer. Proses ini disebut
Resirkulasi yang dilakukan dalam dua tahap. Untuk memisahkan Urea dari larutan
dilakukan proses pemekatan dengan cara penguapan. Larutan yang sudah sangat
pekat akan terbentuk kristal, kristal urea dicairkan kembali dan dikirim ke menara
pembutir (Prilling Tower). Butir butir urea yang terjadi dikirim ke gudang pupuk
curah dengan conveyor dan elevator sebelum di kapalkan, dan sebagian dikemas
di Unit Pengantongan. Dalam proses pembuatan Urea di pabrik Kaltim 2 dan 3
menggunakan proses Stripping yaitu proses yang lebih mutakhir (Gambar 3)
.

Gambar 3 Proses Produksi Urea


2.3.2 Jenis Hasil Produksi
PT PKT merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk Indonesia yang
membantu para petani untuk menghasilkan hasil tani yang berkualitas untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.PT PKT saat ini menghasilkan
bermacam-macam pupuk, Pupuk tersebut terdiri dari produk subsidi dan produk
non subsidi. Jenis-jenis hasil produksi PT PKT antara lain sebagai berikut:
20

1. Produk subsidi
a. Urea Pupuk Indonesia
Pupuk urea, disebut juga pupuk nitrogen (N), memiliki kandungan
nitrogen 46%. Urea dibuat dari reaksi antara amoniak dengan karbon
dioksida dalam suatu proses kimia menjadi urea padat dalam bentuk prill
(ukuran 1-3 mm) atau granul (ukuran 2-4 mm) yang keduanya diproduksi
oleh PT PKT. Urea prill paling banyak digunakan untuk segmen tanaman
pangan dan industri, sedangkan urea granul lebih cocok untuk segmen
perkebunan, meskipun dapat juga untuk tanaman pangan. Pupuk Urea
dipasarkan dan dijual dengan merek dagang Daun Buah dan Pupuk
Indonesia. Khusus urea bersubsidi dengan merek Pupuk Indonesia, produk
urea berwarna merah muda. Urea Pupuk Indonesia adalah merek yang
digunakan khusus untuk pupuk Urea Bersubsidi, berwarna merah muda dan
diperuntukkan ke tanaman pangan.

Gambar 4 Urea Pupuk Indonesia

b. Phonska Pupuk Indonesia


Produk pupuk majemuk NPK dari PT PKT terdiri dari dua jenis, yaitu
NPK Simple blending dan NPK Fusion. NPK produk Pupuk Kaltim bisa
dibuat dalam berbagai komposisi, sesuai kebutuhan tanaman dan jenis
tanah. Jenis pupuk ini mengandung tiga unsur hara makro yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman. Semua bahan baku NPK berupa unsur N
(nitrogen), P (fosfat) dan K (kalium) berkualitas tinggi.Phonska Pupuk
Indonesia adalah merek yang digunakan untuk produk pupuk majemuk NPK
(Compound) Bersubsidi, komposisi hara 15-15-15, berwarna merah muda
dan diperuntukkan ke tanaman pangan.Phonska Pupuk Indonesia adalah
merek yang digunakan untuk produk pupuk majemuk NPK (Compound)
Bersubsidi, komposisi hara 15-15-15, berwarna merah muda dan
diperuntukkan ke tanaman pangan.

Gambar 5 Phonska Pupuk Indonesia


21

2. Produk non subsidi


a. Urea Daun Buah
Urea Daun Buah adalah merek yang digunakan untuk pupuk UreaNon
Subsidi produksi PT PKT, berwarna putih dengan ukuran butiran 2 – 4,75
mm. Produk pupuk Urea Daun Buah dipasarkan pada Kawasan Indonesia
Bagian Timur. Satu karung pupuk urea non subsidi memiliki berat bersih
yaitu sebesar 50 Kg. Produk Urea Daun Buah ini akan menjadi fokus
penulis dalam melakukan penulisan laporan tugas akhir.

Gambar 6 Urea Granul Daun Buah

b. NPK Pelangi
NPK Pelangi adalah merek yang digunakan untuk produk-produk
Pupuk Majemuk NPK (Blending) Non Subsidi, tampilan pupuk berwarna-
warni, diproduksi oleh PT PKT dalam beberapa jenis komposisi unsur hara.

Gambar 7 NPK Pelangi

2.4 Struktur Organisasi Departemen PP


Struktur organisasi perusahaan dibentuk untuk mempersatukan dan
menggalang semua aktivitas yang ada untuk mencapai tujuan. Departemen PP
merupakan salah satu organisasi di PT PKT yang bertanggung jawab mengenai
penangangan produk urea. Selain aspek penanganan, Departemen PP juga
bertanggung jawab dalam memastikan kestabilan stok di gudang pengantongan
urea maupun gudang urea curah. Departemen PP dipimpin oleh seorang
superintendent dan wakil superintendent yang dibantu oleh supervisor, foreman,
dan beberapa operator. Struktur organisasi Departemen PP dapat dilihat pada
Lampiran 2. Adapun tanggung jawab dan wewenang komponen pekerja pada
Departemen PP adalah sebagai berikut:
22

1. Superintendent Departemen PP memiliki tugas memimpin tugas yang


berkaitan dengan Departemen PP dan bertanggung jawab kepada Manajer
Pabrik 6.
2. Wakil Superintendent memiliki tugas membantu superintendent dalam
seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan Departemen PP. Wakil
Superintendent juga bertugas menggantikan tugas superintendent jika
superintendent sedang tidak berada di lingkungan pabrik.
3. Supervisor bertanggung jawab dalam pengawasan seluruh kegiatan
penyimpanan penanganan produk. Supervisor juga berfungsi mencatat
persediaan pupuk setiap akhir shift dan menyusun perencanaan pemuatan
pupuk ke kapal.
4. Foreman berfungsi memimpin regu kerja pada Departemen PP pada saat
kegiatan operasional berlangsung.Foreman di Departemen PP dibagi menjadi
dua jenis yaitu foreman untuk produk urea curah dan foreman pada bagian
pengantogan.
5. Operator Panel berfungsi memastikan kelancaran kegiatan penanganan
produk dengan menggunakan panel monitor. Selain itu, operator panel juga
berfungsi mengatur pergerakan conveyor gate agar produk pupuk dapat
dialirkan menuju gudang yang telah ditentukan oleh supervisor.
6. Operator Lapangan berfungsi sebagai pengawas dan memonitoring kegiatan
penanganan produk secara langsung. operator lapangan juga memiliki tugas
melakukan test run sebelum kegiatan pengantongan di Gudang
Pengantongan.
Selain itu terdapat juga unsur bantuan yang terdiri dari tenaga kerja
outsourcing pada kegiatan pengantongan dan operator forklift. Tenaga kerja
outsourcing berasal dari anak perusahaan PT PKT antara lain PT Kaltim
Adhiguna, PT Kaltim Nusa Etika, dan PT Yepeka Usaha Mandiri. Selain itu,
terdapat pula teknisi dari Departemen Keandalan yg bertugas memastikan seluruh
mesin pada Departemen PP berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
23

3 TATA CARA PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Kerangka Kerja


Kerangka kerja bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan kerja
lapangan (Gambar 8). Tahapan dari kajian aspek khusus perbandingan standar
waktu pekerja pengantongan terhadap waktu baku dengan metode stopwatch pada
gudang pengantongan II PT PKTadalah sebagai berikut :
1. Menentukan permasalahan yang terkait aspek metode dan pengukuran kerja
diataranya berkaitan dengan permasalahan pada penerapan peta kerja,
ergonomi, studi gerakan, dan pengukuran kerja.
2. Menentukan tujuan dari kajian aspek khusus yaitu mengidentifikasi
penerapan metode dan pengukuran kerja di PT PKT, mengevaluasi
efektivitas metode kerja dengan aspek kajian peta kerja, ergonomi, dan studi
gerakan serta mengukur waktu kerja untuk dijadikan acuan standar waktu
baku di area pengantongan pada kegiatan filling, folding, penjahitan, dan
cutting.
3. Menentukan lingkup aspek kajian khusus. Kajian tersebut dibatasi pada area
pengantongan di gudang pengantongan II PT PKT.
4. Menentukan hasil pencapaian tujuan aspek khusus yaitu untuk perbaikan
peta kerja, ergonomi, studi gerakan, serta mendapatkan waktu baku.
5. Mengidentifikasi permasalahan implementasi atau penerapan hasil
pencapaian tujuan kajian aspek khusus yang berkaitan dengan ergonomi,
studi gerakan,dan waktu baku.
6. Mengevaluasi solusi pemecahan masalah yang berkaitan dengan ergonomi,
studi gerakan,dan waktu baku.
7. Mengkonfirmasi alternatif solusi kepada PT PKT.
8. Membuat laporan.
Setiap poin-poin yang dijabarkan diatas kemudian dibuat menjadi kerangka
kerja. Kerangka kerja bertujuan untuk meninjau progress dan perencanaan
penyusunan Tugas Akhir Aspek Khusus. Semua proses yang dijabarkan pada
poin-poin diatas diharuskan dikerjakan secara berurutan agar penyusunan tugas
akhir dapat berjalan sesuai dengan ketentuan. Maka dari itu untuk
menggambarkan pergerakan progres penyusunan, dibuatlah kerangka kerja
dengan delapan poin yang telah dijabarkan penulis.
24

Perbandingan Standar Waktu Pekerja Pengantongan Terhadap Waktu Baku dengan Menggunakan
Metode Stopwatchpada Gudang Pengantongan II PT PKT

Mengidentifikasi permasalahan terkait dengan metode dan tata cara pengukuran kerja

1. Mengevaluasi waktu standar yang 2. Impelentasi penggunaan fasilitas penunjang


diterapkan perusahaan terhadap pekerjaan agar target produksi aktual tetap
waktu aktual dengan menggunakan tercapai
waktu baku

1. Peta kerja keseluruhan yaitu PPO, PAP dan Diagram Alir.


2. Ergonomi.
3. Studi gerakan
4. Pengukuran menggunakan metode jam henti (stopwatch).

1. Perbaikan waktu loss time yang 2. mengusulkan pengadaan fasilitas penunjang


diijinkan perusahaan agar waktu baku kerja yang telah dirancang
dapat meningkat

Mengevaluasi pemecahan masalah terkait penerapan tata cara dan pengukuran kerja

Konfirmasi dan prioritas pemecahan masalah

Pelaporan

Gambar 8 Kerangka Kegiatan PKL


25

Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan sekunder.Data primer
adaalah data yang diperoleh dari observasi secara langsung, wawancara, dan
kuesioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari media
informasi atau dokumen perusahaan.Metode pengumpulan data yaitu:
1. Observasi langsung adalah melakukan pengamatan secara langsung pada
proses produksi, kondisi dan lingkungan kerja, tata cara kerja,dan penanganan
bahan
2. Wawancara secara mendalam dengan Kepala Bagian di perusahaan
3. Studi pustaka dilakukan dengan mencari data-data dan membaca literatur yang
ada pada perusahaan.

3.2 Data yang Dibutuhkan


. Selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan, harus mencari berbagai data
sebagai bahan penulisan yang dibutuhkan baik untuk topik khusus, disajikan
dalam Lampiran 1.Rencana Pelaksanaan Kegiatan PKL disajikan pada Tabel 4.

3.3 Lokasi Praktik Kerja Lapangan


PKL ini dilaksanakan di PT PKT Jl. James Simandjuntak No.1 Bontang,
Kalimantan Timur selama 2 bulan terhitung dari 4 April sampai dengan 4 Juni
2019. Waktu efektif PKL 45 hari kerja atau 360 jam kerja dengan asumsi rata-rata
delapan jam kerja per hari.
26

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Permasalahan


PT PKT merupakan salah satu perusahaan produsen pupuk terbesar di
Indonesia. Tingkat permintaan yang tinggi dan luasnya jaringan distribusi
membuat PT PKT harus sigap dalam melakukan kegiatan produksi agar dapat
mempertahankan kualitas dan tujuan PT PKT sebagai perusahaan yang
berorientasi pada kepuasan mitra bisnis. Maka dari itu, efektivitas seluruh sumber
daya terkait kegiatan produksi dikerahkan seoptimal mungkin demi mencapat
utilisasi yang tinggi. Selain optimasi proses yang didominasi oleh mesin, optimasi
sumber daya manusia pun dioptimalkan oleh PT PKT dengan cara menetapkan
standar atau acuan pada pekerja kegiatan pengantongan pupuk yaitu 18 bag per
menit.
Sebelum ditetapkan, PT PKT masih belum memiliki standar waktu
pengantongan, dan standar yang diperoleh saat ini hanya berorientasi pada
kecepatan mesin pengantongan tanpa memperhatikan penyesuaian dan
kelonggaran pekerja terhadap standar tersebut. Kondisi di lapangan menunjukkan
bahwa standar waktu tersebut menimbulkan beberapa kendala antara lain para
karyawan pengantongan yang cepat mengalami kelelahan, tidak fokus dalam
bekerja, dan terjadi swing position yang relatif lebih cepat dari biasanya. Maka
dari itu penulis tertarik untuk menghitung waktu baku aktual dengan
memperhatikan penyesuaian dan kelonggaran dengan menggunakan metode
stopwatch. Hasil dari laporan akhir ini akan membandingkan dan mengevaluasi
kemampuan pekerja pengantongan terhadap standar waktu yang ditetapkan
perusahaan. Selain itu, laporan ini juga akan membahas proyek mengenai
perancangan fasilitas kerja bagi karyawan pengantongan yang dimaksudkan agar
pekerja tidak mudah mengalami kelelahan dan dapat menyesuaikan standar waktu
yang ditetapkan perusahaan.
4.2 Peta Kerja
Peta kerja merupakan salah satu alat yang menggambarkan kegiatan
kerja mulai dari tahap awal berbentuk bahan baku sampai jadi barang jadi atau
tahap akhir. Peta kerja dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk
mengetahui proses pembuatan pupuk urea, dan pupuk NPK. Peta kerja terdiri
dari Peta Proses Operasi (PPO), Peta Aliran Proses (PAP), dan Diagram Alir
(DA).
a. Peta Proses Operasi
Peta proses operasi di PT PKT menggambarkan langkah proses
produksi pupuk yang berurutan dan tahapan yang sesuai, selain kegiatan
operasi terdapat juga kegiatan inspeksi. Peta proses operasi pupuk urea
dapat dilihat pada Lampiran 6.
b. Peta Aliran Proses
Peta aliran proses di PT PKT menunjukan bahwa kegiatan produksi
selama ini sudah baik, untuk produksi pupuk urea tidak terdapat
delay/menunggu karena kegiatan transportasi cukup banyak dengan lokasi
mesin yang berbeda, namun hal tersebut tidak menghambat proses produksi
karena transportasi dilakukan menggunakan pipa, dan untuk pupuk urea
27

jarak dari gudang bahan baku produksi yang tidak jauh dengan pabrik
produksi. Peta aliran proses pembuatan pupuk urea dapat dilihat pada
Lampiran 7.
c. DiagramAlir
Diagram alir merupakan suatu gambaran yang menunjukan lokasi
dari aktivitas pembuatan pupuk urea. Proses operasi dari dihasilkannya
ammonia sebagai bahan baku untuk pembuatan pupuk urea yang dilakukan
pada area ammonia untuk proses kristalisasi urea dilaksanakan di area urea
pabrik 5 dan untuk proses pengantongan urea dari hasil area pabrik 5
dilaksanakan di unit Baggingpabrik 5 secara langsung atau ke bagging
Departemen PPU (Penanganan Pengantongan Urea (Lampiran 8).

4.3 Ergonomi
4.3.1 Kondisi Lingkungan Kerja
Keadaan lingkungan kerja merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap hasil kerja manusia dan untuk kenyamanan bekerja. Kondisi lingkungan
kerja di PT PKT setelah pengujian oleh laboratorium. Faktor-faktor yang
mempengaruhi lingkungan kerja di PT PKT yang menurut standar
permenakertrans No. 13 tahun 2011 tentang NAB faktor fisika dan faktor kimia di
tempat kerja. Dalam pengamatan lingkungan kerja, penulis telah membuat titik
pengukuranlingkungan kerja yang telah disetujui oleh departemen hyperkes
Pupuk Kaltim. Titik pengukuran dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 9 Denah pengukuran lingkungan kerja


28

a. Kebisingan
Kebisingan merupakan bunyi-bunyian yang dalam jangka pendek dapat
mengurangi ketenangan kerja, mengganggu konsentrasi, dan menyulitkan
komunikasi sedangkan dalam jangka panjang dapat merusak pendengaran. Nilai
ambang batas kebisingan untuk suatu perusahaan adalah 85db. Tingkat kebisingan
gudang pengantongan II yang ada di PT PKT berkisar 57db – 65db yang berasal
dari bunyi forklfit, truk trailer, pelletizer, dan mesin pengantongan. Dari hasil
yang didapatkan, disimpulkan bahwa kebisingan di Gudang Pengantongan II PT
PKT belum melewati batas dan tidak perlu menggunakan alat pelindung diri untuk
telinga.
b. Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat
obyek secara jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahyaan di PT Pupuk
Pupuk Kalimantan Timur sudah sangat baik karena banyak lokasi hasil pengujian
pencahayaan yang memenuhi syarat atau standar (Lux). Tingkat pencahayaan
pada Gudang Pengantongan II PT PKT adalah sebesar 310 Lux yang berarti
pencahayaan di Gudang Pengantongan sudah memadai karena sudah melewati
standar pencahayaan yg ditetapkan.
c. Iklim kerja
Iklim kerja adalah faktor-faktor termis dalam lingkungan kerja yang
mempengaruhi kesehatan manusia. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
keseimbangan suhu tubuh adalah suhu panas atau dingin yang berlebihan. PT
PKT mengukur iklim kerja menggunakan alat ukur Wet Bulb Globe Temperature
Meter (WBGT). Standar suhu yang ideal untuk lingkungan kerja di daerah tropis
menurut penelitian Lippmeier adalah 26ᵒC - 30ᵒC. hasil pengukuran menunjukkan
suhu di Gudang Pengantongan II PT PKT adalah sebesar 30.3ᵒC yang berarti suhu
sudah sedikit melewati range angka yang diijinkan tetapi masih termasuk ke
dalam batas kendali.
4.3.2 Display
Display adalah suatu alat berupa gambar baik dinamis maupun statis.
Display dapat berupa peringatan bahaya ataupun petunjuk untuk para pekerja.
Display yang terdapat di PT PKT seperti persyaratan untuk masuk area pabrik
dan petunjuk penggunaan alat pelindung diri jika memasuki area pabrik, adapula
display larangan penggunaan telepon genggam serta mesin check clock karyawan
dan display lainnya (Lampiran 9).

4.4 Kegiatan Pengukuran Kerja


Pengukuran kerja yang diamati di PT PKT adalah proses pengantongan
pupuk urea. Pertimbangan penulis memilih kegiatan ini karena kegiatan
pengantongan masih menggunakan tenaga manusia dan dapat diukur
kecepatannya. Proses pengantongan memiliki empat kegiatan ini yaitu filling,
folding, penjahitan, dan cutting. Terdapat 4 operator yang bertugas melakukan
kegiatan pengantongan. Dengan kata lain 1 operator menangani 1 kegiatan. Dalam
melakukan kegiatannya, operator dibantu oleh conveyor dalam menjalankan
proses pengantongan. Hal ini dikarenakan pengantongan pupuk bersifat flow,
berkaitan, dan saling berhubungan satu sama lain.
29

1. Filling (mengisi urea kedalam kantong)


Proses filling adalah kegiatan pengisian pupuk urea ke dalam kantong
yangberkapasitas 50 Kg. Kegiatan ini membutuhkan satu orang operator yang
berfunngsi sebagai operator pengisian kantong urea. Kegiatan dimulai ketika
operator mengambil karung dan menempatkan karung pada bagging scale.
Bagging scale adalah mesin pengantongan otomatis yang dapat menyalurkan
pupuk urea sebanyak 50 Kg ke dalam karung. Tugas operator filling meliputi
pengambilan kantong dan meletakkan serta mengarahkan kantong ke bagging
scale.
2. Folding(merapikan kantong urea)
Folding adalah kegiatan melipat inner plastic yang terdapat dalam
kantong urea. Kegiatan ini bertujuan agar inner plastic dapat tersusun rapi dan
tidak menganggu proses penjahitan. Kegiatan folding dilakukan oleh satu
operator yang bertugas melipat dan merapikan inner plastic menggunakan
kedua tangannya.
3. Menjahit
Pupuk Urea yang inner plastic nya telah dirapikan selanjutnya akan
menuju proses penjahitan. Proses penjahitan kantong dilakukan dengan
menggunakan mesin jahityang langsung menjahit bagian mulut kantong.
Kegiatan ini dibantu dengan conveyor agar proses penjahitan dapat berjalan
secara otomatis. Dibutuhkan satu operator yang bertugas menahan mulut
kantong agar proses penjahitan dapat berjalan sempurna.
4. Cutting
Setelah proses penjahitan berlangsung, karung pupuk urea akan
menyisakan benang jahit yang belum terpotong, oleh karena itu terdapat satu
pekerja yang bertugas memotong benang dan mengarahkan karung agar tetap
berjalan susai alur conveyor.

4.5 Studi Gerakan


Studi Gerakan dapat diartikan sebagai kegiatan analisis yang dilakukan
terhadap gerakan-gerakan bagian tubuh pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Dalam melakukan pengamatan, studi gerakan yang penulis ambil
antara lain proses filling, proses folding, proses jahit, dan proses cutting. Studi
gerrakan merupakan studi yang mempelajari mengenai pergerakan aktivitas yang
dilakukan pekerja dalam melakukan sebuah pekerjaan. Studi gerakan juga dapat
menjadi bahan pengamatan apakah gerakan yang dilakukan karyawan per setiap
proses sudah sesuai dengan tujuan pekerjaan dan tidak menghabiskan waktu yang
banyak.
Pada proses filling, folding, penjahitan, dan cutting, kegiatan-kegiatan
tersebut digambarkan dan disajikan dengan menggunakan peta tangan kiri dan
tangan kanan. Peta tangan kiri dan tangan kanan merupakan sebuah visualisasi
yang menggambarkan pekerjaan pada kegiatan filling, folding, penjahitan, dan
cutting. Peta ini juga mencantumkan jumlah waktu yang dibutuhkan dalam proses
pengantongan satu karung pupuk urea ber subsidi. Peta tangan kiri dan tangan
kanan dapat dilihat pada tabel berikut :
30

Gambar 10 Peta tangan kiri tangan kanan filling


Setelah melalui proses pengisian, pupuk urea yang sudah terisi akan
dibawa menuju kegiatan checking dengan menggunakan belt conveyor. checking
adalah kegiatan meratakan dan menekan inner plastik pada pinggiran karung
dengan tujuan mempermudah proses penjahitan. Penjelasan kegiatan folding
terdapat pada gambar berikut.

Gambar 11 Peta tangan kiri dan tangan kanan kegiatan folding


Proses selanjutnya adalah proses penjahitan karung, karung yang sudah
terisi pupuk akan dibawa belt conveyor menuju mesin penjahitan dan operator
31

yang berfungsi menahan karung pada saat dijahit. Rincian gerakan proses
penjahitan akan dijelaskan pada gambar berikut.

Gambar 12 Peta tangan kiri dan tangan kanan kegiatan penjahitan


Proses terakhir dari kegiatan pengantongan pupuk urea adalah proses
cutting. Cutting adalah kegiatan memotong benang bekas jahitan agar kemasan
karung menjadi lebih rapih. Detail kegiatan pemotongan benang dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 13 Peta tangan kiri dan tangan kanan kegiatan cutting

4.6 Ekonomi Gerakan


Ekonomi gerakan merupakan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan
tubuh manusia, tata letak, tempat kerja dan peralatan pekerjaan yang dirancang
sehingga memungkinkan menghemat gerakan secara ekonomis. Penghematan
gerakan secara ekonomis yaitu menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak
diperlukan dalam bekerja seperti menghilangkan gerakan tubuh berputar,
32

mengambil barang yang memiliki jarak terlalu jauh sehingga sulit dijangkau oleh
pekerja, atau mengurangi gerakan patah-patah yang terdapat pada pekerjaan
sehingga memperlambat pekerjaan. Berikut ekonomi gerakan pada kegiatan
pengantongan pupuk urea pabrik pengantongan II:
1. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan
gerakan-gerakannya yaitu:
a. Gerakan tangan memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama.
Pekerjaan dimulai dari gerakan pekerja folding dan jahit yang
menggunakan kedua tangan dalam memulai pekerjaannya. Sedangkan
kegiatan filling dan cutting menggunakan tangan kanan.
b. Gerakan kedua tangan tidak menganggur pada saat yang sama kecuali
istirahat. Kedua tangan pekerja pengantongan pupuk tidak menganggur
pada waktu yang sama pada saat karyawan menunggu terisinya pupuk ke
dalam karung.
c. Gerakan tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya berlawanan
arah. Gerakan tangan pada karyawan sering kali berlawanan, seperti pada
saat proses pemotongan tangan kiri karyawan menahan benang dan tangan
kanan yang memotongnya.
d. Pekerjaan sebaiknya dirancang mudah dan mengikuti irama yang alamiah
bagi operator. Irama kerja pada karyawan sudah seirama dengan
pekerjaannya. Hal ini terbukti dari kegiatan pengantongan yang bersifat
process flow yang membuat seluruh aktivitas di dalam kegiatan
pengantongan menjadi searah.
e. Gerakan mata diusahakan sedikit mungkin. Gerakan mata yang dilakukan
oleh karyawan pengantongan tidak terlalu sering. Dikarenakan pada saat
pengisian,penenakanan,penjahitan, dan pemotongan tidak memerlukan
konsentrasi penglihatan yang tinggi.
2. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak
tempat kerja yaitu:
a. Usahakan badan dan peralatan memiliki tempat yang tepat. Alat
perlengkapan mesin filling, mesin jahit dan lainnya diletakkan di sekitar
karyawan sehingga memudahkan untuk pengoperasian.
b. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah dan nyaman
untuk dicapai. Alat-alat penunjang kegiatan seperti gunting berada di
tempat yang dekat dan mudah dijangkau oleh karyawan. Begitu pula
dengan bahan penunjang seperti karung dan benang ditempatkan masing-
masing disamping karyawan yang sesuai dengan kegiatannya.
c. Mekanisme yang baik untuk menyalurkan objek yang sudah selesai
dirancang. Penempatan pupuk yang sudah dikemas akan langsung dibawa
oleh belt conveyor menuju pallet dan mempermudah pengangkutan oleh
forklfit untung dibawa ke gudang penyimpanan.
d. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa
sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan terbaik.
3. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan
yaitu:
a. Tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan peralatan
yang digunakan dengan kaki dapat ditingkatkan. Semua aktivitas kerja
33

pada proses pengantongan urea pabrik pengantongan II tidak dapat


menggunakan kaki, karena seluruh kegiatan kerja menggunakan tangan.
b. Peralatan dirancang agar memiliki lebih dari satu data kegunaan. Suatu
alat dapat dirancang memiliki beberapa kegunaan dalam pemakaianya,
maka diharapkan alat tersebut meningkatkan efisiensi dalam bekerja.
Elemen-elemen gerakan pada proses pengantongan pupuk (Filling,
folding, penjahitan,dan cutting) dapat diuraikan menjadi beberapa elemen
gerakan. Tidak terdapat pemakaian alat yang memiliki kegunaan lebih dari
satu kegunaan.
c. Peralatan dirancang sehingga dapat memudahkan dalam pemegangan dan
penyimpanan. Pada Proses cutting, gunting disimpan di dekat karyawan
pemotongan sehingga mempermudah karyawan dalam memotong benang.
Selain itu, disediakan pula gunting cadangan jika seandainya gunting yang
biasa digunakan tiba-tiba tidak dapat ditemukan.
4.7 Tahapan Sebelum Melakukan Pengukuran
Aktivitas pengukurusan kerja yang dilakukan di PT PKT dilakukan pada
proses pengantongan (bagging). Aktivitas ini dipilih dengan alasan proses
pengantongan masih menggunakan tenaga manusia dan perusahaan masih belum
menentukan waktu baku untuk pekerja di semua kegiatan pengantongan.
Perusahaan juga berorientasi agar pengukuran kerja ini dapat dijadikan
standarisasi dalam waktu baku operator. Sehhingga perusahaan dapat mengukur
produktivitas atau kesanggupan pekerja dalam memproduksi jumlah produk pada
waktu tertentu.
Metode stopwatch atau metode jam henti adalah metode yang dipilih penulis
dalam mengukur waktu baku kegiatan pengantongan. Pengambilan data
pengukuran dilaksanakan pada tanggal 13 April 2019 pada proses filling, folding,
penjahitan, dan cutting. Sebelum melakukan pengkuruan, terdapat beberapa
tahapan yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Menentukan Tujuan Pengukuran
Menetapkan tujuan dalam pengkuruan waktu kerja adalah untuk
mengetahui hal-hal penting seperti untuk apa pengukuran waktu kerja
digunakan dan menetapkan besar tingkat ketelitian yaitu 10% dan tingkat
keyakinan 95.45% dari hasil pengukuran.
Tujuan pengukuran waktu kerja ini bertujuan untuk mendapatkan waktu
yang optimal operator dalam menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang ada dalam
proses pengantongan. Selain itu, pengukuran ini ditujukan agar pihak
perusahaan dapat menentukan seberapa efektif pekerja dalam menghasilkan
produk dalm satu kali siklus produksi.
2. Melakukan Penelitian Pendahuluan
Mengamati dan mempelajari kondisi lingkungan kerja dan kondisi
lapangan pada unit kerja pengantongan urea yang akan dilakukan untuk
penelitiaan terhadap sistem kerja dalam operasi pengantogan pupuk urea.
Sistem kerja yang digunakan pada kegiatan pengantongan sudah cukup baik
yang dapat dilihat dari ketangkasan pekerja dalam menyelesaikan target
pengantongan. Kondisi lingkungan juga sudah cukup memadai walaupun
masih terdapat beberapa kekurangan yang mungkin dapat diperbaiki dan
ditambahkan kedepannya.
34

3. Memilih operator
Pemilihan operator adalah langkah yang cukup penting sebelum
melakukan kegiatan pengukuran. Operator yang dipilih tidak dapat ditentukan
begitu saja tanpa adanya bebarapa pertimbangan. Adapaun pertimbangan yang
ditentukan dalam pemilihan opereator dalam pengukuran kerja adalah sebagai
berikut :
a. Mempunyai kemampuan kerja yang standar diantara pekerja yang lain
(tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat).
b. Sudah bekerja setidaknya diatas 1 bulan.
c. Operator yang dipilih dapat bekerja sama dan kooperatif dalam kegiatan
pengukuran waktu baku.
Selain dari faktor diatas, penentuan operator juga dipilih berdasarkan
pertimbangan dan rekomendasi pembimbing lapang selama kegiatan PKL. Proses
kegiatan pengantongan terdiri dari kegiatan yang berbeda-beda akan tetapi saling
berhubungan satu sama lain. Penulis telah mendata opaerator yang akan menjadi
objek pengukuran yang selanjutnya akan diamati agar mendapatkan dan
membandingkan waktu baku yang akan dihitung oleh penulis (Tabel 8).
Tabel 4 Data operator yang diamati

Lama Bekerja
No. Nama Operator Umur Jenis Kelamin Pekerjaan
(tahun)

1. Depi 32 tahun Laki-laki Filling 2 tahun

2. Hamka 35 tahun Laki-laki pressing 1 tahun

3. Jaiz 29 tahun Laki-laki penjahitan 8 bulan

4. Murjisin 40 tahun Laki-laki cutting 2 tahun


4. Melatih Operator
Sebelum melakukan pengukuran dan pengamatan maka dilakukan
pelatihan terlebih dahulu. Pelatihan dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan
setiap kegiatam dengan harapan agar tidak terdapat gerakan yang kaku dan
operator dapat melakukan kegiatannya dengan ideal. Pelatihan ini didampingi
langsung oleh pembimbing lapang yang juga menjabat sebagai superintendet
proses bagging.
5. Menguraikan Proses Atas Elemen Pekerjaan
Proses pengantongan urea dibagi menjadi empat kegiatan utama. Setaip
kegiatan dikerjakan oleh operator yang berbeda. Empat kegiatan yang
dilakukan antara lain sebagai berikut :
a. Proses pengisian urea ke dalam karung (filling)
b. Proses pelipatan plastik karung kedalam dan pelipatan karung (folding)
c. Proses penjahitan menggunakan mesin jahit khusus.
d. Proses pemotongan sisa benang pasca penjahitan (cutting)
35

6. Menyiapkan peralatan pengukuran


Langkah terkahir sebelum dilakukan proses pengukuran kerja adalah
menyiapkan alat-alat pengkuruan kerja yang antara lain kertas atau tabel
pengamatan, stopwatch, papan jalan, pulpen.

4.8 Pengukuran dan perhitungan (Stopwatch Time Study)


Kegiatan pengukuran waktu baku merupakan pekerjaan mengamati dan
mencatat waktu-waktu kerja baik setiap elemen, kegiatan, maupun siklus.
Pengukuran tahap pertama dilakukan dengan melakukan pengukuran dengan
jumlah sampel tertentu yang ditentukan oleh pengukur. Setelah pengukuran tahap
pertama dilakukan selanjutnya dilakukan tahapan kegiatan menguji kesergaman
data yang diukur dan menghitung jumlah waktu pengamatan yang ideal. Jika
jumlah pengamatan belum mencukupi sesuai dengan waktu pengukuran yang
ideal, maka dilakukab pengukuran pendahuluan kedua, begitu seterusnya sampai
jumlah pengukuran mencukupi dengan tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan
yang dikehendaki.Berikut ini adalah tahapan dari pengukuran dan perhitungan
kerja :
1. Pengelompokkan data menjadi sub grup
Pengukuran setiap kegiatan dilakukan selama satu hari, jumlah data
yang diambil adalah sebanyak 20 data yang dibabgi menjadi empat sub grup.
Pembagian empat sub grup pengamatan berdasarkan jumlah hari kerja yang
karyawan pengantongan. Maka dari itu, dipilih empat sub grup sebagai
gambaran bahwa pengambilan data dilakukan selama empat hari sesuai
dengan hari kerja yang diamati. Data-data pengukuran kerja yang diperoleh
proses filling (Tabel 5), pressing (Tabel 6), penjahitan (Tabel 7), dan cutting
(Tabel 8). Selain itu, didapatkan rata-rata setiap kegiatan yang telah dihitung
untu mencari pergerakan setiap data untuk meningkatkan tingkat konsistensi
dan kecukupan data (Tabel 9).
Tabel 5 Data pengukuran waktu kerja filling
Sub grup I Sub grup II Sub grup III Sub grup IV
Pengukuran
pendahuluan
2.42 2.47 2.45 2.42
1.
2.56 2.43 2.59 2.43
2.
2.52 2.56 2.59 2.6
3.
2.55 2.47 2.43 2.53
4.
2.53 2.41 2.54 2.52
5.
12.58 12.34 12.6 12.5
Jumlah (detik)

̅)
Rata-rata (𝒙 2.52 2.47 2.52 2.50
(detik)
Kegiatan folding merupakan kegiatan kedua yang diukur pada proses
pengantongan pupuk urea. Kegiatan folding meruapakan kegiatan melipat
36

plastik inner pupuk urea ke dalam karung agar tidak terjadi kesalahan pada
saat kegiatan penjahitan. Rentang waktu yang didapatkan pada kegiatan
folding adalah 2.42 detik – 2.59 detik.
Tabel 6 Data pengukuran kerja kegiatan folding
Sub Sub Sub Sub
Pengukuran grup I grup II grup III grup IV
pendahuluan
2.31 2.39 2.31 2.37
1.
2.38 2.34 2.36 2.42
2.
2.36 2.38 2.34 2.34
3.
2.33 2.43 2.41 2.36
4.
2.37 2.31 2.31 2.32
5.
11.75 11.85 11.73 11.81
Jumlah (detik)

̅)
Rata-rata (𝒙 2.35 2.37 2.35 2.36
(detik)
Kegiatan penjahitan merupakan kegiatan menjahit karung pupuk dengan
menggunakan mesin jahit. Kegiatan ini dilakukan agar kemasan dapat bertahan
lama dan terlindung dari kontaminasi benda-benda asing. Pengambilan data pada
proses penjahitan dilakukan dengan membagi seluruh data pengukuran menjadi
empat sub grup.
Tabel 7 Data pengukuran kerja kegiatan penjahitan
Sub Sub Sub Sub
Pengukuran grup I grup II grup III grup IV
pendahuluan
2.63 2.64 2.54 2.63
1.
2.6 2.53 2.66 2.69
2.
2.66 2.69 2.55 2.59
3.
2.51 2.52 2.62 2.54
4.
2.63 2.65 2.64 2.55
5.
13.03 13.03 13.01 13.00
Jumlah (detik)

̅)
Rata-rata (𝒙 2.61 2.61 2.60 2.60
(detik)
Cutting adalah tahapan akhir dalam kegiatan pengantongan pupuk urea.
Kegiatan ini adalah kegiatan memotong benang sisa proses penjahitan agar
kemasan menjadi lebih rapi. Proses cutting merupakan proses yang memiliki
waktu pengerjaan yang lebih singkat dibandingkan dengan proses filling, folding,
dan penjahitan.
37

Tabel 8 Data pengukuran kerja kegiatan cutting


Sub Sub Sub Sub
Pengukuran grup I grup II grup III grup IV
pendahuluan
2.2 2.25 2.2 2.25
1.
2.19 2.25 2.25 2.28
2.
2.2 2.22 2.23 2.24
3.
2.28 2.18 2.28 2.19
4.
2.2 2.19 2.22 2.24
5.
11.07 11.09 11.18 11.2
Jumlah (detik)

̅)
Rata-rata (𝒙 2.21 2.22 2.24 2.24
(detik)

2. Rata-rata total sub grup


Rata-rata total sub grup adalah rata-rata yang didapatkan dengan cara
membagi seluruh rata-rata tiap sub grup dengan jumlah sub grup yang telah
dilakukan selama pengamatan. Rata-rata total sub grup menggambarkan rata-
rata pada data pengukuran yang merupakan nilai tengah atau titik ideal
pengambilan data. Rumus yang digunakan untuk mencari sub grup yaitu :

∑𝑥̅ 𝑖
𝑋̿= 𝐾
Tabel 9 Rata-rata setiap kegiatan
Proses Produksi ∑𝒙
̿ (detik)
No
Filling 2.5
1.
Folding 2.36
2.
Penjahitan 2.6
3.
Cutting 2.23
4.
Selanjutnya, hasil data yang di dapatkan dengan menghitung nilai rata-rata
sub grup maka dilakukan perhitungan standar deviasi dari waktu penyelesaian.
3. Standar deviasi
Standar deviasi dari waktu penyelesaian digunakan untuk menghitung
standar deviasi dari distribusi nilai rata-rata sub grup yang dapat memudahkan
dalam membuat batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB).
Lampiran perhitungan standar deviasi dapat dilihat pada lampiran sekian.
Adapun rumus standar deviasi waktu penyelesaian (σ)
∑(𝑋𝑗−𝑥̿ )2
σ=√ 𝑁−1
38

Rumus standar deviasi dari distribusi nilai rata-rata sub grup (σ𝑥̅ )
𝜎
σ𝑥̅ = 𝑛

Tabel 10 Nilai standar deviasi rata-rata sub grub dan hasil perhitungan standar
deviasi sub grup
Proses produksi σ (detik) σ𝒙
̿ (detik)
No
Filling 0.105 0.0525
1
Folding 0.082 0.041
2
Penjahitan 0.107 0.053
3
Cutting 0.067 0.033
4
4. Batas Kendali Atas dan Batas Kendali Bawah
Perhtiungan standar deviasi yang telah dihitung akan dimasukkan ke
dalam BKA dan BKB yang digunakan sebagai penentu batas kendali atas dan
kendali bawah dari sampel data. Selain itu, penentuan batas kendali juga
memerlukan tingkat ketelitian dan keyakinan atau toleransi penyimpangan.
Rumus yang digunakan dalam perhtiungan yaitu :

BKA = 𝑥̿ + 2 σx
BKB = 𝑥̿ - 2 σx

Perhitungan BKA dan BKB baru dapat dihitung dengan mencari nilai k
terlebih dahulu. k merupakan konstanta sesuai dengan tingkat keyakinan,
maka tingkat keyakinan dalam mengambil data yaitu 95,45% nilai k yaitu 2
dapat dilihat pada tabel k. Perhitungan batas kendali dapat dilihat di Lampiran
10 dan berikut adalah hasil perhitungan BKA dan BKB yang didapatkan dapat
dilihat pada tabel 15.
Tabel 11Nilai batas kendali atas dan batas kendali bawah
Kegiatan BKA (detik) BKB (detik)
No.
1. Filling 2.61 2.40
2. Folding 2.44 2.28
3. Penjahitan 2.71 2.50
4. Cutting 2.29 2.16
39

Setelah nilai batas atas dan batas bawah telah didapatkan, maka dapat
dibuat bagan kendali dari masing-masing kegiatan pada aktivitas
pengantongan. Bagan kendali digunakan untuk mengetahui apakah nilai rata-
rata setiap sub grup melewati batas kendali atas dan batas kendali bawah.
Bagan kendali dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini :

2.65
2.6
2.55
2.52 2.52 rata-rata sub grup
2.5 2.5
2.47 x bar bar
2.45
2.4 BKA
2.35 BKB
2.3
2.25
1 2 3 4

Gambar 14 Control chart proses filling


Pada control chart diatas digambarkan bahwa persebaran rata-rata sub
grup tidak melewati batas kendali batas kendali atas dan batas kendali bawah.
Selain itu, persebaran data tidak terlalu menjauhi rata-rata dan bergerak
fluktuatif. Hal ini menggambarkan bahwa data pada kegiatan filling sudah
seragam.

2.5

2.45

2.4 rata-rata subgrup


2.37
2.35 2.36 x bar bar
2.35 2.35
BKA
2.3
BKB
2.25

2.2
1 2 3 4

Gambar 15 Control chart proses folding


Pergerakan data pada kegiatan folding menggambarkan jika persebaran
tiap rata-rata subgrup berada pada batas kendali yang ditentukan. Hal ini dapat
dilihat pada nilai rata-rata sub grup tidak ada yang melewati batas kendali atas
maupun batas kendali bawah. Pergerakan data cendrung menurun pada
beberapa rata-rata sub grup akan tetapi persebarannya tetap terkendali dan
masih berada pada rata-rata persebaran data.
40

2.75
2.7
2.65
2.6 2.61 2.61 2.6 2.6 rata-rata subgrup

2.55 x bar-bar

2.5 BKA

2.45 BKB

2.4
2.35
1 2 3 4

Gambar 16 Control chart proses penjahitan


Pada control chart diatas, dapat dilihat pergerakan dan pola persebaran
data tiap-tiap sub grup yang telah dirata-ratakan. Pergerakan data rata-rata
relatif berfluaktif, akan tetapi pergerakan rata-rata tersebut masih di dalam
batas kendali atas dan bawah yang telah ditentukan. Berdasarkan hal tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa data pada kegiatan penjahitan sudah seragam.

2.3

2.25
2.24 2.24
2.22 rata-rata subgrup
2.2 2.21
x bar-bar
2.15 BKA
BKB
2.1

2.05
1 2 3 4

Gambar 17 Control chart proses cutting


Dapat dilihat jika semua nilai rata-rata sub grup tidak ada yang
melampaui batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB) yang
telah ditetapkan pada masing-masing kegiatan. Maka dari itu dapat
disimpukan bahwa data-data yang dimbil selama pengamatan sudah seragam.
Setelah itu, data dapat dilanjutkan untuk menghitung banyaknya waktu yang
diperlukan, dengan mengguakan tingkat ketelitian 10% dan keyakinan
95,45%. Maksud dari angka tersebut membolehkan rata-rata hasil
pengukurannya menyimpang sejauh 10% dari rata-rata sebenarnya.
5. Pengujian kecukupan data
Pengujian kecukupan data dimaksudkan untuk mengetahui apakah
jumlah data yang diambil pada pengukuran pertama telah sesuai berdasarkan
nilai keyakinan dan ketelitian yang digunakan. Kecukupan data pada tabel
𝐾
sekian dan dapat dilihat perhitungan kecukupan data dan nilai 𝑆 pada lampiran
sekian berikut rumus yang digunakan untuk mengetahui kecukupan data :
41

2
20√𝑁 ∑𝑋𝑗 2 − (∑𝑋𝑖)2
N′ = [ ]
∑𝑋𝑖

Tabel 12 Nilai pengujian kecukupan data


Kegiatan N N`
No
Filling 20 2
1.
Folding 20 1
2.
Penjahitan 20 1
3.
Cutting 20 1
4.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pengukuran pendahuluan yang
telah dilakukan cukup dan tidak perlu adanya penambahan data. Data dapat
dikatakan cukup karena N`<N. Selanjutnya jumlah data dapat dilanjutkan
dengan melakukan perhitungan waktu baku.
6. Nilai Penyesuaian dan Kelonggaran
a. Penyesuaian
Penyesuaian sepenuhnya ditentukan dengan cara melakukan
pengamatan selama pengukuran sampling waktu. Tujuan penentuan
penyesuaian adalah agar angka hasil perhitungan waktu menjadi wajar dan
kecepatannya dianggap stabil (tidak terlalu cepat atau lambat). Dalam
penentuan penyesuaian, penulis menggunakan metode objektif yang
memperhatikan 2 faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan
pekerjaan. Data nilai penyesuaian dapat dilihat pada lampiran (sekian) dan
berikut tabel perhitungan nilai penyesuaian dengan cara objektif (tabel
sekian).
Tabel 13 Nilai penyesuaian
No Kegiatan Penyesuaian Objektif (%)
1 Filling 25
2 Folding 22
3 Penjaitan 7
4 Cutting 7

b. Kelonggaran
Dalam menentukan kelonggaran, terdapat 3 hal yang harus
dipertimbangkan yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah, dan
hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Kelonggaran merupakan
hal-hal yang dibutuhkan oleh perkerja, tetapi tidak diamati selama proses
pengukuran. Kelonggaran di PT PKT sudah ditentukan dengan aturan dan
prosedur yang berlaku (Tabel 20).
42

Tabel 14 Nilai kelonggaran


No Kegiatan Kelonggaran (%)
1 Filling 21
2 Folding 21
3 Penjahitan 21
4 Cutting 21

7. Perhitungan waktu baku


Prosedur perhitungan waktu baku diawali dengan mencari waktu siklus
dan waktu normal, tahapan pertama mencari waktu siklus atau waktu rata-rata
dari data yang didapatkan. Selanjutnya waktu silus ditambahkan dengan waktu
penyesuaian dan didapatkan lah waktu normal. Setelah itu waktu normal
ditambbhkan dengan waktu kelonggaran agar mendapatkan waktu baku.
Perhitungan waktu baku dapat dilihat pada lampiran sekian dan hasil
perhitungan waktu baku dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15 Nilai waktu siklus,waktu normal dan waktu baku
Kegiatan Waktu Waktu normal Waktu baku
No siklus (detik) (detik)
(detik)
Filling 2.5 3.125 3.78
1.
Folding 2.36 2.88 3.48
2.
Penjahitan 2.6 2.7 3.26
3.
Cutting 2.23 2.38 2.87
4.

4.9 Perbandingan Jumlah Produksi Standar dengan Hasil Perhitungan


Waktu Baku
Pada sub bab deskripsi masalah, penulis telah menjelaskan bahwa tujuan
dari penyusunan tugas akhir ini adalah untuk mengukur waktu baku dan
kemampuan kerja para pekerja pengantongan yang ideal dan dapat dikerjakan
oleh karyawan. Selain itu, tujuan dari membandingkan antara kuantitas jumlah
produksi standar dan kuantitas produksi menggunakan waktu baku adalah untuk
mengukur apakah standar yang diberikan PT PKT sudah sesuai dengan kondisi
aktual berdasarkan dari aspek pekerjanya sendiri. Perbandingan data jumlah
produksi standar dan jumlah data produksi dengan waktu baku pada masing-masig
kegiatan dapat dilihat pada Tabel 16.
43

Tabel 16 Perbandingan jumlah produksi standar dengan hasil waktu baku

Jumlah produk Jumlah produk


No. Kegiatan (standar) bag/menit (dengan waktu baku)
bag/menit

1. Filling 18 16

2. Folding 18 17

3 Penjahitan 18 19

4. Cutting 18 21
Pengamatan ini menghasilkan hasil bahwa pada beberapa kegiatan, masih
belum memenuhi standar yang ditentukan perusahaan. Beberapa alasan yang
menjadi faktor ketidaksesuaian kuantitas adalah pihak manajemen tidak
memperhatikan dan memperhtiungkan penyesuaian dan kelonggaran pekerja.
Dari analisa yang penulis lakukan, perusahaan sebaiknya memperhatikan
penyesuaian dan kelonggaran pekerja. Hal ini didasari terhadap 2 faktor yaitu
kecepatan bekerja dan tingkat kesulitan pekerja yang menentukan nilai
penyesuaian dalam mendapatkan waktu normal. Selain itu, kondisi lingkungan
kerja juga dapat memperbaiki dan meningkatkan kecepatan pekerja pada kegiatan
pengantongan. Pemasangan exhaust fan dan pemberian kursi pada beberapa
kegiatan tertentu akan mengurangi kelelahan pekerja yang berdampak pada
peningkatan kualitas kerja.

4.10 Identifikasi Masalah dan Alternatif Solusi Teknik Tata Cara dan
Pengukuran Kerja
Aspek teknik tata cara dan pengukuran kerja di Gudang Pengantongan II
memiliki beberapa permasalahan. Penulis telah mengidentifikasikan masalah
tersebut serta memberikan alternatif solusi yang dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Permasalahan Aspek TTCK
No. Permasalahan Lokasi Alternatif solusi
1 Pekerja cepat Unit Pengantongan Menambahkan
berkeringat sehingga exhaust fan pada unit
tidak focus dalam kerja pengantongan.
bekerja.
2 Pekerja pengantongan Unit Pengantongan Menetapkan standar
sering cepat mengalami kecepatan
kelelahan sehingga pengantongan baru
tidak tercapai target dengan menggunakan
produksi. metode pengantongan
waktu baku.
44

4.11 Analisis Kelelahan Pekerja


Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan kesimpulan bahwa standar waktu
pengantongan perusahaan tidak sejalan dengan kemampuan aktual pekerja dalam
memenuhi standar tersebut. Penetapan standar sebesar 18 bag per menit nyatanya
hanya dapat direalisasikan sebesar 16 bag per menit untuk kegiatan filling sebagai
aktivitas pertama. Hal ini tentu saja berdampak pada ketidaksesuaian target dan
mempengaruhi produktivitas produksi. beberapa faktor yang berpotensi sebagai
masalah utama dalam kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Besarnya waktu kelonggaran
Berdasarkan kaidah perhitungan waktu baku,semakin besar nilai
kelonggaran maka semakin kecil waktu produktif yang dimiliki tenaga kerja
dalam mencapai target produksi. dari hasil pengukuran, didapatkan nilai waktu
produktif sebesar 79% dari total waktu kerja yang dimiliki. Beberapa kegiatan
yang dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan pengantongan diduga menjadi
penyebab tingginya nilai kelonggaran tersebut. Maka dari itu, waktu
kelonggaran dikategorikan sebagai salah satu akar penyebab masalah dalam
rendahnya nilai aktual proses pengantongan dalam satuan menit.
2. Kelelahan fisik
Waktu kerja yang panjang dan kegiatan yang dilakukan secara berulang-
ulang tentu saja menjadi salah faktor timbulnya kelalahan pekerja dalam
kegiatan pengantongan. Faktor ini dapat dilihat secara langsung berdasarkan
pengamatan penyesuaian objektif yang sudah dilakukan. Dari hasil
pengamatan beberapa jenis pekerjaan pada kegiatan pengantongan berpotensi
menyebabkan tingginya potensi kelelahan yang dialami pekerja. Salah satu
contoh dari masalah ini adalah penggunaan kedua tangan secara bersamaan
pada kegiatan filling dan folding yang menimbulkan potensi kelelahan dan
penyesuaian pekerjaan mencapai 25% dari total elemen pekerjaan.
Posisi kerja yang tidak konstan dan minimnya sarana kerja juga menjadi
alasan spesifik munculnya kelelahan yang dialami pekerja. Pengadaan kursi
yang minim menimbulkan beberapa pekerja pada beberapa kegiatan harus
melakukan pekerjaannya dengan cara berdiri dengan durasi waktu pekerjaan
yang cukup panjang. Hal ini menyebabkan potensi kelelahan fisik semakin
tinggi. Dari hasil pengumpulan data dan wawancara kepada beberapa pekerja,
didapatkan data kelelahan anggota tubuh pada pekerja pengantongan. Terdapat
10 responden dalam wawancara kelelahan di unit pengantongan urea.
Identifikasi kelelahan fisik dilakukan denga metode checklist keluhan
yang dirasakan pekerja. Dalam pengsisian checklist ini, terdapat 4 keluhan
yang dirasakan dan skor yang diberikan dari empat keluhan. Empat keluhan
tersebut antara lain yaitu :
45

Tabel 18 Skor keluhan pekerja

No. Kriteria Skor

1. Tidak ada kelulahan 0

2. Kesemutan 1

3 Pegal 2

4. Sakit atau nyeri 3


Data kelelahan dan jenis kelelahan tubuh pekerja didapatkan
berdasarkan wawancara bersama superintendent Departemen K3. Penentuan
jenis kelelahan tersebut dipetakan berdasarkan tingkat kelelahan pekerja yaitu
kesemutan, pegal, dan sakit. Alasan kesemutan menjadi salah satu indikator
dikarenakan pekerja sering mengalami kesemutan pada saat melakukan
pengantongan sehingga pergantian tugas kerja semakin cepat. Nyeri dan sakit
juga menjadi indikator kelelahan karena gejala tersebut sering dirasakan
selepas pekerjaan pengantongan selesai.
Dari keluhan tersebut dikumpulkan beberapa keluhan yang ditampilkan
pada tabel berikut :
Tabel 19 Data keluhanan tiap operator
No Bagian Tubuh Jumlah Keluhan
Tidak ada Kesemutan Pegal Sakit
1 Leher - - 6 4
2 Bahu 1 - 5 4
3 Lengan 1 - 2 7
4 Punggung - - 7 3
5 Pinggang - - 9 1
6 Bokong 9 - 1 -
7 Siku 10 - - -
8 Tangan - 3 5 2
9 Paha 6 3 1 -
10 Lutut 7 - 2 1
11 Kaki (betis) - 1 2 7
12 Pergelangan - 5 5 -
kaki
Data keluhan lalu diolah menggunakan bobot yang telah ditetapkan dan
menghasilkan persentase nilai kelelahan fisik yang dialami pekerja
pengantongan. Data bobot kelelahan pekerja pengantongan dapat dilihat pada
tabel 20
46

Tabel 20 Nilai keluhan


Nilai keluhan
Bagian Tota Persentas
No Tidak
Tubuh Kesemutan Pegal Sakit l e
ada
1 Leher 0 0 12 12 24 11.7 %
2 Bahu 0 0 10 12 22 10.7 %
3 Lengan 0 0 4 21 25 12.2 %
4 Punggung 0 0 14 9 23 11.2 %
5 Pinggang 0 0 18 3 21 10.3 %
6 Bokong 0 0 2 0 2 0.1 %
7 Siku 0 0 0 0 19 9.8 %
8 Tangan 0 3 10 6 16 7.8 %
9 Paha 0 3 1 0 4 2%
10 Lutut 0 0 4 3 7 3%
Kaki
11 0 1 4 21 26 12.9 %
(betis)
Pergelanga
12 0 5 10 0 15 7.3 %
n kaki
204 100 %
Persentase diatas dapat menggambarkan tingkat kelelahan dominan yang
menjadi titik masalah yang harus diselesaikan. Diagram keluhan pekerja dapat
dilihat pada gambar 18.

Keluhan Pekerja
14.00% 12.90%
11.70% 12.20%
12.00% 10.70% 11.20%
10.30% 9.80%
10.00%
7.80% 7.30%
8.00%
6.00%
4%
4.00%
2%
2.00%
0.10%
0.00%

keluhan pekerja

Gambar 18 Diagram persentase keluhan perkerja


Persebaran diagram menggambarkan bahwa kaki (betis) dan lengan
memiliki presentase terbesar dalam keluhan pekerja terhadap kelelahan fisik.
(Gambar 18) karena pekerja di area pengantongan dominan menggunakan
tubuh bagian kaki (betis) dan lengan.
47

Gambar 19 Sumber kelelahan pekerja

4.12 Alternatif Solusi Terkait Kelelahan Pekerja


Kedua masalah yang telah dijabarkan diatas merupakan permasalahan utama
yang dapat ditemukan alternatifnya agar mendukung produktivitas serta optimasi
target produksi yang telah ditetapkan perusahaan. Adapun beberapa alternatif
solusi yang dapat disarankan penulis antara lain berikut :
1. Memangkas waktu kelonggaran atau memadatkan waktu kelonggaran
Kelonggaran adalah suatu kegiatan di luar aktivitas utama yang tidak
dapat dihindarkan. Memangkas kegiatan yang tidak perlu dapat membantu
mengurangi jam kerja non efektif dengan pertimbangan kegiatan yang
dipangkas tidak mempengaruhi kegiatan utama dan tidak menjadi
penghambat dalam kegiatan produksi. Alternatif yang kedua adalah
memadatkan beberapa kegiatan yang ada di prosedur menjadi satu kegiatan.
Hal ini dapat direalisasikan dengan catatan bahwa personil yang bertanggung
jawab dalam kegiatan tersebut merupakan bukan orang yang sama dalam
melakukan kegiatan tersebut.
2. Mendesain kursi untuk pekerja filling, penjahitan, dan cutting
Pengadaan kursi kerja pada kegiatan pengantongan merupakan salah
satu solusi dalam meningkatkan produktivitas pekerja dalam mencapai target
produksi. akar masalah yaitu beberapa bagian tubuh yang mengalami
kelelahan dapat diminimalisir dengan pengadaan kursi kerja. Kursi kerja
harus didesain sesuai dengan kondisi yang ada di bagian pengantongan. Yang
dimaksud dengan kondisi lingkungan yaitu jarak kursi terharap perlatan,
ukuran kursi terhadap pengguna, dan material kursi dalam menunjang
kenyamanan pekerja pengantongan.
Dalam pengukuran desain kursi, penulis melakukan wawancara dan
pengukuran langsung terhadap lingkungan kerja. Adapun ukuran yang telah
didapatkan adalah sebagai berikut.
Tabel 21 Desain ukuran kursi
Objek pengukuran Ukuran (cm2)
Tinggi kaki kursi 80
Tinggi sandaran 34
Lebar sandaran 44
Panjang jok kursi 50
Lebar jok depan 45
Lebar jok belakang 44
48

Ukuran desain kursi di bawah sudah berdasarkan wawancara dengan para


pekerja, mengukur jangkauan anggota tubuh terhadap mesin dan peralatan, serta
memperhatikan gerakan tubuh yang diperlukan ketika melakukan pekerjaan.
Gambar desain kursi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 20 Desain kursi

Alasan memilih jenis tipe kursi yang memiliki empat kaki dengan
pertimbangan kondisi lantai pabrik yang licin dan tidak rata. Jika menggunakan
kursi yang hanya memiliki satu kaki atau penumpu maka potensi kecelakaan
kerja menjadi lebih besar dan kenyamanan pekerja dapat terganggu akibat
goyangnya kursi yang diakibatkan struktur lantai yang tidak rata. Pengadaan
kursi ini diharapkan agar memunjang dan merangsang produktivitas pekerja
dalam kegiatan pengantongan urea dan meminimalisir kelelahan pada bagian
tubuh tertentu.
49

5. Simpulan dan Saran

5.1. Simpulan
1. Gambaran peta kerja di PT PKT meliputi PPO (Peta Proses Operasi), PAP
(Peta Aliran Proses), dan DA (Diagram Alir) menggambarkan proses
kegiatan produksi urea yang menggambarkan kegiatan operasi, inspeksi,
tranportasi atau transfer, serta penyimpanan tanpa memiliki delay pada setiap
gambaran proses.
2. Kondisi lingkungan kerja di PT PKT sudah sesuai dengan nilai ambang batas
yang ditentukan..akan tetapi, suhu di PT PKT sudah melewati nilai ambang
atas yaitu 30.3ᵒ C sehingga pekerja merasa cepat kepanasan.
3. Gerakan yang dihasilkan dari setiap kegiatan unit pengantongan dirasa sudah
sangat efektif karena meminimalisir munculnya kelelahan.
4. Pengukuran waktu baku menggunakan metode jam henti (stopwatch).
Pengukuran waktu baku dilakukan pada proses filling dengan waktu siklus
2.5 detik, waktu normal 3.125 detik, dan waktu baku sebesar 3.78 detik. Lalu
untuk proses folding waktu siklus yang didapatkan sebesar 2.4 detik, waktu
normal 2.93 detik, dan waktu baku sebesar 3.54 detik. Lalu, proses penjahitan
yang memperoleh waktu siklus sebesar 2.6 detik, waktu normal 2.78 detik,
dan waktu baku 3.26 detik. Kegiatan cutting dengan waktu siklus sebesar 2.3
detik, waktu normal 2.4 detik, dan waktu baku 2.80 detik.
5. Perhitungan waktu baku menunjukkan bahwa standar waktu produksi yang
ditetapkan perusahaan belum dapat dicapai oleh aktual waktu baku para
pekerja.
6. Kelelahan pekerja merupakan salah satu faktor utama terjadi penuruanan
kualitas waktu kerja di bagian pengantongan.
5.2. Saran
1. Pengadaan kursi yang sesuai dengan spesifikasi pada kegiatan penjahitan dan
cutting dapat membantu mengurangi kelelahan pekerja dan dapat menjaga
konsistensi pekerja dalam kegiatan pengantongan urea.
2. Penambahan fasilias pendukung lingkungan kerja seperti sirkluasi udara,
APD yang memadai, dan beberapa fasilitas lain dapat membantu tenaga kerja
dalam meningkatkan kenyamanan kerja.
3. Perusahaan disarankan untuk meninjau kembali standar yang diterapkan agar
tidak terjadi kesalahan target produksi yang diakibatkan keterlambatan
pekerja dalam menghasilkan produk.
4. Suhu yang saat ini diukur di Gudang Pengantongan II PT PKT sudah sedikit
melewati range suhu yang ideal. Suhu yang ada saat ini dapat diturunkan
dengan pengadaan exhaust fan tambahan pada gudang pengantongan II agar
sirkulasi udara dan suhu berada pada range yang ideal.
50
51

DAFTAR PUSTAKA

Handoko H. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta:


BPFE-YOGYAKARTA
Heizer J, Render B. 2011. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat
Kusuma H. 2004. Manajemen Produksi. Yogyakarta (ID): ANDI
Sutalaksana, Iftikar Z, Anggawisastra, R, Tjakraatmadja JH. 2006. Teknik
Perancangan Sistem Kerja. Ed ke-2. Bandung (ID): ITB.
52
53

LAMPIRAN
54
53

Lampiran 1Kebutuhan data dan informasi topik khusus


No Aspek Data dan Informasi Hasil yang diharapkan
Kajian
1. Aspek Umum
1.1 Perancangan Peta Kerja Keseluruhan 1 Pemahaman terhadap
Peta Kerja Membuat Peta Proses proses produksi
Produksi 2 Rekomendasi perbaikan
Membuat Peta Aliran Proses proses produksi
Membuat Peta Kelompok
Kerja
Membuat Diagram Aliran
Peta Kerja Setempat
Membuat Peta Tangan Kiri
Tangan Kanan
Membuat Peta Pekerja Mesin
1.2 Ergonomi Mengidentifikasi display Rekomendasi penggunaan
informasi display informasi
berdasarkan kaidah-kaidah
display yang baik
Mengidentifikasi hasil kerja Rekomendasi pengaturan
manusia dan proses kerja dikaitkan dengan
pengendaliannya kelelahan, kecepatan dan
 Proses terjadinya ketelitian kerja
kelelahan
 Faktor kecepatan dan
ketelitian kerja
Mengidentifikasi alat dan Rekomendasi pemanfaatan
tempat kerja alat dan tempat kerja
berdasarkan prinsip-prinsip
antrhopometri
Mengidentifikasi lingkungan Rekomendasi pengaturan
kerja (suhu, kelembaban, lingkungan kerja
sirkulasi udara, pencahayaan, berdasarkan ketentuan yang
kebisingan, getaran mekanis, berlaku
bau-bauan dan warna
fasilitas)
54

2 Aspek Khusus
2.1 Studi Menyusun elemen-elemen 1. Evaluasi studi gerakan
Gerakan gerakan suatu pekerjaan berdasarkan prinsip-
berdasarkan 17 gerakan prinsip ekonomi gerakan,
therblig 2. Rekomendasi perbaikan
studi gerakan
2.2 Pengukuran Langkah sebelum pengukuran Kesiapan sebelum
kerja 1. Penetapan Tujuan pengukuran kerja
dengan pengukuran
metode jam 2. Melakukan penelitian
henti (stop pendahuluan
watch) 3. Memilih operator
4. Melatih operator
5. Menguraikan pekerjaan
atas elemen-elemen
gerakan kerja dan
perbaikannya berdasarkan
ekonomi gerakan
6. Menyiapkan alat
pengukuran
Melakukan pengukuran Hasil pengukuran
pendahuluan berdasarkan pendahuluan
tingkat ketelitian dan
keyakinan yang diinginkan
Menghitung keseragaman  Batas kontrol atas dan
data dan kecukupan data batas kontrol bawah
(BKA dan BKB)
 Jumlah kecukupan data
 Waktu siklus
Menghitung waktu normal Waktu normal
dengan memasukan faktor
penyesuaian
Menghitung waktu baku Waktu baku yang
dengan memasukan nilai digunakan untuk
kelonggaran  Memperkirakan upah
kerja
 Estimasi biaya produksi
 Menetapkan dasar untuk
estimasi tujuan
produktivitas
 Meningkatkan performa
pekerja
 Evaluasi alternatif
proses, peralatan
55

2.3 Pengukuran Langkah sebelum pengukuran Kesiapan sebelum


kerja 1. Menetapkan tujuan pengukuran kerja
dengan pengukuran
metode 2. Penelitian pendahuluan
sampling untuk mendapatkan sistem
pekerjaan kerja terbaik
3. Memilih operator
4. Melatih operator
5. Melakukan pemisahan
kegiatan berdasarkan
penugasan operator
6. Menyiapkan peralatan
Menentukan waktu Tabel waktu
pengamatan secara acak kunjungan/pengamatan

Melakukan pengukuran Hasil pengukuran


pendahuluan berdasarkan pendahuluan
tingkat ketelitian dan
keyakinan yang diinginkan
untuk mendapatkan jumlah
kegiatan produktif dan non
produktif
Menghitung keseragaman  Batas kontrol atas dan
data dan kecukupan data batas kontrol bawah
(BKA dan BKB)
 Jumlah kecukupan data
 Waktu siklus
Menghitung waktu normal Waktu normal
dengan memasukan faktor
penyesuaian
Menghitung waktu baku Waktu baku yang
dengan memasukan nilai digunakan untuk
kelonggaran  Memperkirakan upah
kerja
 Estimasi biaya produksi
 Menetapkan dasar untuk
estimasi tujuan
produktivitas
 Meningkatkan performa
pekerja
 Evaluasi alternatif
proses, peralatan
56

Lampiran 2 standar penyesuaian pengukuran kerja


Faktor Kelas Lambang Penyesuaian (Nilai)
Keterampilan Superskill A1 +0,15
A2 +0,13
Excellent B1 +0,11
B2 +0,08
Good C1 +0,06
C2 +0,03
Average D 0,00
Fair E1 -0,05
E2 -0,10
Poor F1 -0,16
F2 -0,22
Usaha Excessive A1 +0,13
A2 +0,12
Excellent B1 +0,10
B2 +0,08
Good C1 +0,05
C2 +0,02
Average D 0,00
Fair E1 -0,04
E2 -0,08
Poor F1 -0,12
F2 -0,17
Kondisi Kerja Ideal A +0,06
Excellent B +0,04
Good C +0,02
Average D 0
Fair E -0,03
Poor F -0,07
Konsistensi Perfect A +0,04
Exellent B +0,03
Good C +0,01
Average D 0
Fair E -0,02
Poor F -0,04
Sumber : Sutalaksana (2006)
Untuk keperluan penyesuaian, keterampilan dibagi menjadi enam kelas
dengan ciri-ciridari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut.
Super skill
1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
2. Bekerja dengan sempurna
3. Tampak telah terlatih dengn sangat baik
4. Gerakan-gerakannya halis tapi sangat cepat sehingga sangat sulit untuk
diikuti.
5. Kadang-kadang terkesan tidak jauh berbeda dengan gerakan mesin.
6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lain terlampau tidak
57

terlihat karena lancarnya.


7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencaana tenang
apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis).
8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah
pekerja yang sangat baik.

Excellent skill
1. Percaya pada diri sendiri.
2. Tampak cocok dengn pekerjannya
3. terlihat telah terlatih baik.
4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan penngukuran atau
pemeriksaan lagi.
5. Gerakan kerja dan urutannya dijalankan tanpa kesalahan.
6. Menggunakan peralatan dengan baik.
7. Bekerja dengan cepat tanpa mengorbankan mutu.
8. Bekerja dengan cepat tetapi dengan gerakan yang halus.
9. Bekerja berirama dan terkoordinasi.

Good skill
1. Kualitas hasil baik.
2. Bekerja tampak lebih baik dari kebanyakan pekerja pada umumnya.
3. Dapat memberi petunjuk kepada pekerja lain yang keterampilannya lebih
rendah.
4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.
5. Tidak memerlukan banyak pengawasan.
6. Tiada keragu-raguan.
7. Bekerja dengan stabil
8. Gerakanya terkoordinasi dengan baik.
9. Gerakannya cepat.

Average skill
1. Tampak adanya kepecayaan pada diri sendiri.
2. Gerakannya tidak cepat tetapi tidak juga lambat.
3. Terlihat adanya pekerjaan perencanaan.
4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.
5. Gerkannya cukup menunjukan tidak adanya keragu-raguan.
6. Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik.
7. Tmpak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk
pekerjaannya.
8. Bekerja cukup teliti.
9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.
Fair skill
1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.
2. Mengenal peralatan dan lingkungan dengan secukupnya.
3. Terlihat adanya perencanaan sebelum melakukan gerakan-gerakan.
4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya.
6. Mengetahui apa yang dilakukan tapi tampak tidak selalu yakin.
58

7. Sebagian waktunya terbuang karena kesalahan-kesalahannya sendiri.


8. Jika tidak bekerja secara sungguh-sungguh outputnya akan rendah.
9. Biasanya tidak ragu dalam menjalanjkan gerakannya.

Poor skill
1. Tidak bisa mengkoordinasikan tagan dan pikiran.
2. Gerakannya kaku.
3. Terlihat ketidakykinannnya pada urutan-urutan gerakan.
4. Seperti yang tidak terlatih untukpekerjaan yangberkaskutan.
5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.
6. Ragu-rgu dalam melaksanakan gerakan-gerakan kerja.
7. Sering melakukan kesalahan.
8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.

Usaha atau effort cara Westinghouse membagi juga kelas-kelas dengan ciri-ciri
tersendiri.

Excessive effort
1. Kecepatan sangat berlebihan
2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan
kesehatannya.
3. Kecepatan yang ditimbulkan tidak dapat dipertahankan sepanjang hari
kerja.

Excellent effort
1. Jelas terlihat kecepatannya sangat tinggi.
2. Gerakan lebih ekonomis dari pada operator pada umumnya.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Banyak memberi saran.
5. Memberi saran-saran petunjuk dengan senang.
6. Pecaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
7. Tidak bertahan lebih dari beberapa hari.
8. Bangga atas kelebihannya.
9. Gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.
10. Bekerjanya sangat sistematis.
11. Karena lancarnya, perpindahan dari satu elemen lain tidak terlihat.

Good effort
1. Bekerja berirama.
2. Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Senang pada pekerjaannya.
5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.
6. Percaya pada kebaikan kegiatan pengukuran waktu.
7. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.
8. Dapat memberi saran untuk perbaikan kerja.
9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapih.
59

10. Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik.


11. Memeliharadengan baik kondisi peralatan.

Average effort
1. Tidak sebaik good, tapi lebih baik dari pada poor.
2. Bekerja dengan stabil.
3. Menerima saran tapi tidak melaksanakannya.
4. Set up dilaksanakan dengan baik.
5. Melakukan kegiatan perencanaan.

Fair effort
1. Saran perbaikan diterima dengan kesal.
2. Kadang perhtian tidak ditujuhkan pada pekerjaannya.
3. Kurang sungguh-sungguh.
4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.
5. Terjadi sedikit penyimpangan dari kerja baku.
6. Alat-alat yang dipakaitidak selalu yang terbaik.
7. Terlihat adanya kecenderungan kurag perharian pada pekerjaannya.
8. Terlampau hati-hati.
9. Sistematika kerjanya sedang saja.
10. Gerakannya tidak terencana.

Poor effort
1. Banyak membuang-buang waktu.
2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja.
3. Tidak mau menerima saran.
4. Tampak malas dan lambat bekerja.
5. Melakukan gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan.
6. Tempat kerjanya tidak diatur rapih.
7. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai.
8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
9. Set upkerjanya terlihat tidak baik.

Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu, Ideal, Excellent, Good,
Average, Fair, dan Poor. Kondisiyag tidak ideal tidak selalu sama setiap
pekerjaan karena berdasarkan karakteristiknya masing-masing pekerja
membutuhkan kondisi ideal sendiri-sendiri. Pada dasarnya kondisi idel adalah
kondisi yang paling cocok untuk yang bersangkutan.

Konsistensi juga dibagi menjadi enam kelas yaitu Perfect, Excellent,


Good, Average, Fair, dan Poor.
60

Lampiran 3 standar penyesuaian pengukuran kerja


Keadaan Lambang Penyesuaian (Nilai)
Anggota Badan Yang Terpakai
Jari A 0
Pergelangan tangan dan jari B 1
Lengan bawah, pergelangan tangan dan
C 2
jari
Lengan atas, lengan bawah dst D 5
Badan E 8
Mengangkat beban dari lantai dengan kaki E2 10

Pedal Kaki
Tanpa pedal, atau satu pedal dengan
F 0
sumbu dibawah kaki.
Satu atau dua pedal dengan sumbuh, tidak
G 5
dibawah kaki

Penggunaan Tangan
Kedua tangan saling bantu atau bergantian H 0
Kedua tangan mengerjakan gerakan yang
H2 18
sama

Koordinasi mata dengan tangan


Sangat sedikit I 0
Cukup dekat J 2
Konstan dan dekat K 4
Sangat dekat L 7
Lebih kecil dari 0,04 cm M 10

Peralatan
Dapat ditangani dengan mudah N 0
Dengan sedikit control O 1
Perlu control dan penekanan P 2
Perlu penekanan dan hati-hati Q 3
Mudah pecah, patah R 5
61

Lampiran 4 standar penyesuaian


pengukuran kerja (Lanjutan)
Beban Berat (Kg) Tangan Kaki
0,45 B-1 2 1
0,90 B-2 5 1
1,35 B-3 6 1
1,80 B-4 10 1
2,25 B-5 13 3
2,70 B-6 15 3
3,15 B-7 17 4
3,60 B-8 19 5
4,05 B-9 20 6
4,50 B-10 22 7
4,95 B-11 24 8
5,40 B-12 25 9
5,85 B-13 27 10
6,30 B-14 28 10
Sumber : Sutalaksana (2006)
62

56
lampiran 5 standar penyesuaian pengukuran kerja
Faktor Contoh pekerjaan Ekivalen Beban Kelonggaran (%)
Tenaga yang dikeluarkan Pria Wanita
Dapat diabaikan Bekerja di meja, duduk Tanpa beban 0,0-6,0 0,0-6,0
Sangat ringan Bekerja di meja berdiri 0,00-2,25kg 6,0-7,5 6,0-7,5
Ringan Menyekop, ringan 2,25-9,00 7,5-12,0 7,5-16,0
Sedang Mencangkul 9,00-18,00 12,0-19,0 16,0-30,0
Berat Mengayun palu yang berat 18,00-27,00 19,0-30,0
Sangat berat Memanggul beban 27,00-50,00
Luar biasa berat Memanggul karung 30,0-50,00
Di atas 50kg
berat

Sikap kerja
Duduk Bekerja duduk, ringan 0,00-1,0
Berdiri di atas dua kaki Badan tegak, ditumpu dua kaki 1,0-2,5
Berdiri di atas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat control 2,5-4,0
Berbaring Pada bagian sisi, belakang, atau depan badan 2,5-4,0
Membungkuk Badan dibungkukan bertumpu pada kedua kaki 4,0-10,0

Gerakan kerja
Normal Ayunan bebas dari palu 0
Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 0-5
Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan 0-5
Pada anggota-anggota badan yang terbatas Bekerja dengan tangan diatas kepala 5-10
Seluruh anggota badan terbatas Bekerja dilorong pertambangan yang sempit 10-15

Kelelahan mata *) Pencahayaan baik Buruk


Pandanganyang terputus-putus Membawa alat ukur 0,0-6,0 0,0-6,0
Pandangan yang hampir terus-menerus Pekerjaan-pekerjaan yang teliti 6,0-7,5 6,0-7,5
Pandangan yang terus-menerus dengan focus tetap Pemeriksaan yang sayang teliti 7,5-12,0 7,5-16,0
Pandangan terus-menerus dengan focus berubah-ubah Memeriksa cacat pada kain 12,0-19,0 16,0-30,0
Pandangan terus-menerus degan konsentrasi tinggi dan fokus tetap 19,0-30,0
63

Pandangan terus-menerus dengan konsentrasi tinggi dan focus berubah-ubah 30,0-50,0

Keadaan suhu tempat kerja Suhu (oC) Kelelahan normal Berlebihan


Beku Di bawah 0 Diatas 10 Diatas 12
Rendah 0-13 10-0 12-5
Sedang 13-22 5-0 8-0
Normal 22-28 0-5 0-8
Tinggi 28-38 5-40 8-100
Sangat tinggi Di atas 38 Diatas 40 Diatas 100

Keadaan atmosfer
Baik Ruangan yang berventilasi baik 0
Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak
0-5
berbahaya)
Kurang baik Ada debu-debu beracun atau tidak beracun tapi
5-10
banyak
Buruk Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan
10-20
menggunakan alat bantu pernapasan

Keadaan lingkungan yang baik


Bersih, sehat, cerag den kebisingan yang rendah 0
Siklis kerja berulang antara 5-10 detik 0-1
Siklus kerja berulang antara 0-5 detik 1-3
Sangat bising 0-5
Jika faktor yang berpengaruh dapat menurunkan
0-5
kualitas
Terasa adanya getaran
5-10
lantai
Keadaan yang luar biasa 5-15
64

Lampiran 6 Struktur Organisasi Departemen PP


65

lampiran 7 Peta Proses Operasi


PETA PROSES OPERASI

NAMA OBYEK: UREA


NOMOR PETA: 01
DIPETAKAN OLEH: KELOMPOK PKL IPB PT PUPUK KALTIM
TANGGAL DIPETAKAN: 22 MARET 2018

Ringkasan
Kegiatan Jumlah Waktu

Jumlah 10 135 menit


66

lampiran 8 Peta Aliran Proses


PETA ALIRAN PROSES
Ringkasan Pekerjaan: Proses produksi urea
Kegiatan sekarang usulan beda Nomor peta : 01
jumlah waktu jumlah waktu jumlah waktu orang : Bahan :
Operasi 7 sekarang : Usulan :
Inspeksi - Dipetakan oleh : Kelompok PKL PKT
Transportasi 5
Delay - tanggal dipetakan : 28 April 2019
Storage 1

jarak
jumlah
waktu (detik)
No urutan kegiatan Lambang Analisa catatan Tindakan

apa

ruang
gabung

orang
kapan

urutan
dimana

siapa
bagaimana

tempat

perbaiki
1 CO2 dibawa menuju compressor CO2, 15
Amoniak dibawa menuju amoniak
recervoire dari pabrik amoniak
2 CO2 dinaikkan tekanannya di CO2 210
Compressor, amoniak dinaikkan
tekanannya di HP Pump amoniak
3 CO2 dan Amoniak menuju tangki reaktor 15
di unit sintesa
4 CO2 dan amoniak bereaksi di tabung 360
reaktor unit sintesa membentuk urea
5 unit sintesa pada tabung stripper 225
melepaskan CO2 dan karbamat
menyisakan urea dengan kepekatan 49%

6 urea yang terbentuk masuk ke tabung 15


Hp dekomposer di unit purifikasi
7 urea di hp dekomposer dipekatkan 270
8 urea masuk ke tabung LP dekomposer 5
9 Urea di Lp dekomposer dipekatkan 140
menjadi urea dengan kepekatan 67-68%

10 urea masuk ke unit evaporasi 5


11 dipanaskan dengan 2 tingkat pemanas di 1030
unit evaporasi menghasilkan urea
dengan kepekatan 96%
12 urea masuk ke unit granulator 10
13 urea di granulasi di unit granulator 360
14 Granul di kirim ke unit pengantongan 5100
15 pengisian pupuk urea ke dalam karung 66

16 kemasan pupuk di bawa menuju 7


palletizer
17 penyusunan kemasan pupuk 20
menggunakan palletizer
18 Pupuk dibawa menggunakan forklift 240
19 Pupuk disimpan di gudang 0
pengantongan
67

lampiran 8 Diagram Alir


PETA PROSES OPERASI

NAMA OBYEK: AMONIAK


NOMOR PETA: 02
DIPETAKAN OLEH: KELOMPOK PKL IPB PT PUPUK KALTIM
TANGGAL DIPETAKAN: 22 MARET 2018

67
68

Lampiran 9Display
No Gambar Keterangan Evaluasi
1. Display ini Penggunaan warna pada display
berfungsi sudah cukup baik karena telah
sebagai membedakan antara kewajiban
himbauan sebelum memasuki pabrik dan
pekerja hal-hal yang dilarang di area
mengenai aturan pabrik, akan tetapi keterangan
penggunaan display yang terlalu kecil dapat
APD dan mempersulit pembaca dalam
beberapa hal memahami isi display
yang dilarang
pada saat
memasuki area
pabrik.
2. Berfungsi Penjelasan display mengenai
sebagai petunjuk bunyi sirine sudah tergambar
makna bunyi dengan jelas berdasarkan
sirine jika terjadi frekuensi yang ditampilkan
kecelakaan secara visual. Display ini juga
industri di PT telah disediakan disetiap lini
PKT. pabrik yang menandakan bahwa
display tersebut penerapannya
sudah merata.
3. Menghimbau Himbauan ini telah
pekerja agar menggunakan warna yang
mematikan atau sangat tepat. Hal ini
meninggalkan dikarenakan pemilihan warna
handphone merah menggambarkan standar
ketika berada di bentuk display larangan.
ruang terbuka Tulisan warna putih juga
pabrik. membuat pembaca mengerti isi
tulisan dengan baik

4. Menghimbau Display ini tidak ditempatkan


pekerja agar dengan baik. Hal ini
mematikan dikarenakan penempatan
handphone display diletakkan di belakang
sebelum kaca dan menghalangi cahaya.
meninggalkan Hal ini membuat pembaca
ruang operasi. kesulitan membaca pesan
display dan warna display
rentan luntur akibat cahaya
matahari.
69

Lampiran 9 Display (Lanjutan)


No Gambar Keterangan Evaluasi
5. Stairs direction Stairs directionpada PT
berfungsi sebagai PKT sudah diterapkan
penunjuk jalur dengan jelas. Hal ini
bagi pengguna dikarenakan pemilihan
yang hendak warna pada arah tangga
naik atau turun sudah dibedakan
tangga agar berdasarkan arus tangga.
perlintasan di Akan tetapi, masih
tangga teratur terdapat tanda panah
serta tidak yang tidak ditempatkan
terhambat. pada anak tangga
sehingga penerapan
display tidak maksimal.
6. Berfungsi Penerapan display
sebagai petunjuk tersebut telah
tempat evakuasi menggunakan pemilihan
ketika terjadi warna yang baik.
kecelakaan Penempatan display juga
industri di PT sudah ditempatkan di
PKT. tempat-tempat yang
sesuai sebagai langkah
preventif ketika terjadi
kecelakaan kerja

7. Batas maksimal Display ini ditempatkan


kecepatan pada tiktik-titik ruas
kendaraan di PT jalan pada kawasan
PKT berfungsi sekitar pabrik. Hal ini
menghimbau dapat mengurangi
pengguna potensi kecelakaan lalu
kendaraan lintas di kawasan pabrik.
bermotor agar Tulisan pada display juga
menyesuaikan dapat terbaca dari jarak
kecepatan tidak yang jauh sehingga dapat
melebihi dipahami dengan baik.
30km/jamketika
memasuki area
PT PKT.
70

Lampiran 10 Perhitungan Standar Deviasi

1) Proses Filling
∑𝑋𝑗−𝑋̿ 0.08
𝜎=√ =√ = 0.105
𝑁−1 20−1

σ 0.105
σ𝑥̿ = = = 0.0525
√𝑛 √4

2) Proses folding
∑𝑋𝑗−𝑋̿ 0.03
σ=√ =√ = 0041
𝑁−1 20−1

σ 0.082
σ𝑥̿ = = = 0.068
√𝑛 √4

3) Proses jahit
∑𝑋𝑗−𝑋̿ 0.06
σ=√ =√ = 0.107
𝑁−1 20−1

σ 0.107
σ𝑥̿ = = = 0.053
√ 𝑛 √4

4) proses cutting
∑𝑋𝑗−𝑋̿ 0.020
σ=√ =√ = 0.067
𝑁−1 20−1

σ 0.067
σ𝑥̿ = = = 0.033
√𝑛 √4

batas kendali

1) proses filling
BKA = 𝑥̿ + k 𝜎𝑥̅ = 2,5 + 2 (0.0525) = 2.61
BKB = 𝑥̿ - k 𝜎𝑥̅ = 2.5 – 2 (0.0525) = 2,40

2) proses folding
BKA = 𝑥̿ + k 𝜎𝑥̅ = 2.36 + 2 (0.068) = 2.44
BKB = 𝑥̿ - k 𝜎𝑥̅ = 2.36 – 2 (0.068) = 2.28

3) proses jahit
BKA = 𝑥̿ + k 𝜎𝑥̅ = 2.6 + 2(0.053) = 2.71
BKB = 𝑥̿ - k 𝜎𝑥̅ = 2.6 – 2 (0.053) = 2.50
71

4) proses cutting
BKA = 𝑥̿ + k 𝜎𝑥̅ = 2.23 + 2 (0.033) = 2.29
BKB = 𝑥̿ - k 𝜎𝑥̅ = 2.23 – 2 (0.033) = 2.16

1) Proses filling
𝑘 2
N′ = = = 20
𝑠 0.1

2
20√20 (125.18)− (50.02)2
N′ = [ ] = 1.01 ~ 2 data
50.02

2) Proses folding
𝑘 2
N′ = = = 20
𝑠 0.1

2
20√20 (111.13)− (47.14)2
N′ = [ ] = 0.094 ~ 1 data
47.15

3) Proses Jahit
𝑘 2
N′ = = = 20
𝑠 0.1

2
20√20 (135.628)− (52.07)2
N′ = [ ] = 0.18 ~ 1 data
52.07

4) Proses Cutting
𝑘 2
N′ = = = 20
𝑠 0.1
2
20√20 (99.21)− (44.54)2
N′ = [ ] = 0.081 ~ 1 data
44.54
72

lampiran 11 Nilai Penyesuaian dan Kelonggaran


Nilai Penyesuaian Filling
No Keadaan Lambang Penyesuaian (%)
1. Anggota badan terpakai : D 5
Lengan atas, lengan bawah, dst
2. Pedal kaki : Tanpa pedal F 0
3. Penggunaan tangan : Kedua H2 18
tangan mengerjakan gerakan
yang sama
4. Koordinasi mata dengan tangan : I 0
Sangat sedikit
5. Perlatan : Dapat ditangani N 0
dengan mudah
6. Berat beban : < 0.264 kg B-1 2
Nilai Penyesuaian Jumlah 25

Nilai Penyesuaian Pressing


No Keadaan Lambang Penyesuaian (%)
1. Anggota badan terpakai : C 2
Lengan bawah, pergelangan
tangan, dan jari
2. Pedal kaki : Tanpa pedal F 0
3. Penggunaan tangan : Kedua H2 18
tangan mengerjakan gerakan
yang sama
4. Koordinasi mata dengan tangan : J 2
Cukup dekat
5. Perlatan : Dapat ditangani N 0
dengan mudah
6. Berat beban : < 0.264 kg B-1 2
Nilai Penyesuaian Jumlah 22

Nilai Penyesuaian Pressing


No Keadaan Lambang Penyesuaian (%)
1. Anggota badan terpakai : C 2
Lengan bawah, pergelangan
tangan, dan jari
2. Pedal kaki : Tanpa pedal F 0
3. Penggunaan tangan : Kedua H 0
tangan saling bantu atau
bergantian
4. Koordinasi mata dengan tangan : J 2
Cukup dekat
5. Perlatan : Dapat ditangani O 1
dengan mudah
6. Berat beban : < 0.264 kg B-1 2
Nilai Penyesuaian Jumlah 7
73

Nilai Penyesuaian Cutting


No Keadaan Lambang Penyesuaian (%)
1. Anggota badan terpakai : D 5
Lengan atas, lengan bawah, dst
2. Pedal kaki : Tanpa pedal F 0
3. Penggunaan tangan : Kedua H 0
tangan saling bantu atau
bergantian
4. Koordinasi mata dengan tangan : I 0
Sangat sedikit
5. Perlatan : Dapat ditangani N 0
dengan mudah
6. Berat beban : < 0.264 kg B-1 2
Nilai Penyesuaian Jumlah 7
74

Lampiran 12 Nilai Kelonggaran


Kegiatan Filling
No. Kegiatan Shift 1 Shift 2 Shift 3
(Loss time yang Senin-Minggu Senin-Minggu Senin-Minggu
diijinkan) (07.00 – 15.00) (15.00 – 23.00) (23.00 – 07.00)
Waktu kerja 420 menit 420 menit 420 menit
1. APD 10 menit 10 menit 10 menit
2. Briefing checkes 10 menit 10 menit 10 menit
3. Persiapan karung 20 menit 20 menit 20 menit
4. Cek warna 15 menit 15 menit 15 menit
5. Cheksheet mesin 10 menit 10 menit 10 menit
6. Cek kontrol panel 1 menit 1 menit 1 menit
7. Test running dan 10 menit 10 menit 10 menit
conveyor
8. 5R 10 menit 10 menit 10 menit

Total Loss Time 86 86 86


Operation time ratio 79% 79% 79%
(OTR)
Average 79%

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)− 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑠𝑠 𝑇𝑖𝑚𝑒


1. Operation Time Ratio : 𝑋 100% =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
420−86
a. Operation Time Ratio : 𝑋 100% = 79%
420
420−86
b. Operation Time Ratio : 𝑋 100% = 79%
420
420−86
c. Operation Time Ratio : 𝑋 100% = 79%
420
2. Nilai kelonggaran yang diijinkan yaittu :
a. Menjumlahkan nilai OTR : 79% + 79% + 79% = 237
237
b. Total nilai OTR dibagi 3 : = 79%
3

Nilai Kelonggaran yang diijinkan yaitu 21% dari 100% waktu kerja dikurang
dengan 79% waktu aktual kegiatan yang dibutuhkan.
75

Lampiran 13 Nilai Kelonggaran (Lanjutan)


Kegiatan Folding
No. Kegiatan Shift 1 Shift 2 Shift 3
(Loss time yang Senin-Minggu Senin-Minggu Senin-Minggu
diijinkan) (07.00 – 15.00) (15.00 – 23.00) (23.00 – 07.00)
Waktu kerja 420 menit 420 menit 420 menit
1. APD 10 menit 10 menit 10 menit
2. Briefing checkes 10 menit 10 menit 10 menit
3. Persiapan karung 20 menit 20 menit 20 menit
4. Cek warna 15 menit 15 menit 15 menit
5. Cheksheet mesin 10 menit 10 menit 10 menit
6. Cek kontrol panel 1 menit 1 menit 1 menit
7. Test running dan 10 menit 10 menit 10 menit
conveyor
8. 5R 10 menit 10 menit 10 menit

Total Loss Time 86 86 86


Operation time ratio 79% 79% 79%
(OTR)
Average 79%

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)− 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑠𝑠 𝑇𝑖𝑚𝑒


3. Operation Time Ratio : 𝑋 100% =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
420−86
a. Operation Time Ratio : 𝑋 100% = 79%
420
420−86
b. Operation Time Ratio : 𝑋 100% = 79%
420
420−86
c. Operation Time Ratio : 𝑋 100% = 79%
420
4. Nilai kelonggaran yang diijinkan yaittu :
a. Menjumlahkan nilai OTR : 79% + 79% + 79% = 237
237
b. Total nilai OTR dibagi 3 : = 79%
3

Nilai Kelonggaran yang diijinkan yaitu 21% dari 100% waktu kerja dikurang
dengan 79% waktu aktual kegiatan yang dibutuhkan.
76

Lampiran 14 Nilai Kelonggaran (Lanjutan)


Kegiatan Menjahit
No. Kegiatan Shift 1 Shift 2 Shift 3
(Loss time yang Senin-Minggu Senin-Minggu Senin-Minggu
diijinkan) (07.00 – 15.00) (15.00 – 23.00) (23.00 – 07.00)
Waktu kerja 420 menit 420 menit 420 menit
1. APD 10 menit 10 menit 10 menit
2. Briefing checkes 10 menit 10 menit 10 menit
3. Persiapan karung 20 menit 20 menit 20 menit
4. Cek warna 15 menit 15 menit 15 menit
5. Cheksheet mesin 10 menit 10 menit 10 menit
6. Cek kontrol panel 1 menit 1 menit 1 menit
7. Test running dan 10 menit 10 menit 10 menit
conveyor
8. 5R 10 menit 10 menit 10 menit

Total Loss Time 86 86 86


Operation time ratio 79% 79% 79%
(OTR)
Average 79%

waktu kerja (menit)− 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑠𝑠 𝑇𝑖𝑚𝑒


5. Operation Time Ratio : 𝑋 100% =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
420−86
a. Operation Time Ratio : 𝑋 100% = 79%
420
420−86
b. Operation Time Ratio : 𝑋 100% = 79%
420
420−86
c. Operation Time Ratio : 𝑋 100% = 79%
420
6. Nilai kelonggaran yang diijinkan yaittu :
a. Menjumlahkan nilai OTR : 79% + 79% + 79% = 237
237
b. Total nilai OTR dibagi 3 : = 79%
3

Nilai Kelonggaran yang diijinkan yaitu 21% dari 100% waktu kerja dikurang
dengan 79% waktu aktual kegiatan yang dibutuhkan.
77

Lampiran 15 Nilai Kelonggaran (Lanjutan)


Kegiatan Cutting
No. Kegiatan Shift 1 Shift 2 Shift 3
(Loss time yang Senin-Minggu Senin-Minggu Senin-Minggu
diijinkan) (07.00 – 15.00) (15.00 – 23.00) (23.00 – 07.00)
Waktu kerja 420 menit 420 menit 420 menit
1. APD 10 menit 10 menit 10 menit
2. Briefing checkes 10 menit 10 menit 10 menit
3. Persiapan karung 20 menit 20 menit 20 menit
4. Cek warna 15 menit 15 menit 15 menit
5. Cheksheet mesin 10 menit 10 menit 10 menit
6. Cek kontrol panel 1 menit 1 menit 1 menit
7. Test running dan 10 menit 10 menit 10 menit
conveyor
8. 5R 10 menit 10 menit 10 menit

Total Loss Time 86 86 86


Operation time ratio 79 % 79% 79%
(OTR)
Average 79%

waktu kerja (menit)− 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑠𝑠 𝑇𝑖𝑚𝑒


7. Operation Time Ratio : 𝑋 100% =
Waktu Kerja (menit)
420−86
a. Operation Time Ratio : 𝑋 100% = 79%
420
420−86
b. Operation Time Ratio : 𝑋 100% = 79%
420
420−86
c. Operation Time Ratio : 𝑋 100% = 79%
420
8. Nilai kelonggaran yang diijinkan yaitu :
a. Menjumlahkan nilai OTR : 79% + 79% + 79% = 237
237
b. Total nilai OTR dibagi 3 : = 79%
3

Nilai Kelonggaran yang diijinkan yaitu 21% dari 100% waktu kerja dikurang
dengan 79% waktu aktual kegiatan yang dibutuhkan.
78

lampiran 16 Waktu baku


1. Proses Filling
∑𝑥𝑖 10.00
Waktu siklus = 𝑁 = 4 =2.5
Waktu normal = waktu siklus × (1 + nilai penyusuaian objektif)
= 2.5 × (1 + 0.25 )
=3.125
Waktu baku = waktu normal × (1 + nilai kelonggaran)
= 3.125 × (1 + 0.21)
= 3.78

2. Proses Folding
∑𝑥𝑖 9.43
Waktu siklus = 𝑁 = 4 =2.36
Waktu normal = waktu siklus × (1 + nilai penyusuaian objektif)
= 2.4 × (1 + 0.22)
= 2.879
Waktu baku = waktu normal × (1 + nilai kelonggaran)
= 2.879 × (1 + 0.21)
= 3.48

3. Proses Menjahit
∑𝑥𝑖 10.41
Waktu siklus = 𝑁 = 4 = 2.6
Waktu normal = waktu siklus × (1 + nilai penyusuaian objektif)
= 2.6 × (1 + 0.21)
= 2.7
Waktu baku = waktu normal × (1 + nilai kelonggaran)
= 2.7 × (1 + 0.21)
= 3.26

4. Proses Cutting
∑𝑥𝑖 8.91
Waktu siklus = 𝑁 = 4 =2.23
Waktu normal = waktu siklus × (1 + nilai penyusuaian objektif)
= 2.23 × (1 + 0.07)
=2.38
Waktu baku = waktu normal × (1 + nilai kelonggaran)
= 2.38 × (1 + 0.21)
= 3.8
79

Lampiran 17 why-why analysis masalah TTCK

Pekerja cepat berkeringat dan tidak fokus dalam bekerja

Suhu yang ada di unit pengantongan sudah melebihi nilai ambang batas yang
ditentukan

Minimnya sirkulasi udara di bagian pengantongan

Kurangnya exhaust fan pada unit kerja pengantongan

Pekerja pengantongan sering cepat mengalami kelelahan sehingga tidak


tercapai target produksi

perusahaan hanya berorientasi pada kecepatan mesin

standar kecepatan pengantongan perusahaan tidak memperhatikan penyesuaian


dan kelonggaran di unit kerja pengantongan

belum ada penghitungan waktu baku dengan memperhatikan penyesuaian dan


kelonggaran dalam menetapkan standar kecepatan pengantongan
80

RIWAYAT HIDUP
Putra Pangestu Yudhistira, Penulis lahir di Bontang pada
tanggal 13 Oktober 1998. Penulis merupakan anak pertama
dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Ronald
dan Ibu Amalia. Penulis telah menyelesaikan pendidikan
sekolah dasar di SD YPDV pada tahun 2010, lalu
menyelesaikan pendidikan SMP di SMP YPDV pada tahun
2012, dan penulis menyelesaikan pendidikan jenjang
menengah atas di SMA YPDV pada tahun 2016. Penulis
melanjutkan jenjang pendidikan di Sekolah Vokasi Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama
menempuh pendidikan di Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor, penulis aktif
dalam kegiatan olahraga futsal dan pernah mewakili Sekolah Vokasi IPB dalam
ajang Olimpiade Mahasiswa IPB 2016 pada cabang olahraga futsal. Selain itu
penulis juga pernah terlibat dalam acara fieldtrip manajamen industri tahun 2018
sebagai anggota koordinator lapangan (KORLAP).

Anda mungkin juga menyukai