SISTEM PRODUKSI II
DI Susun Oleh:
1. Ade Fauzan (161.02.1009)
2. Bagus Permadi (161.02.1016)
3. Bryan Crismon (161.02.1036)
4. Fauzan Burhanuddin (161.02.1048)
5. Ndaru Rela Huda (161.02.1073)
6. Rahmansyah Kurniadi (161.02.1080)
7. Ridwan Faozi (161.02.1066)
8. Shidqi Zaim (161.02.1027)
9. Yulio Edmundus (151.02.1060)
Puji syukur marilah kita sanjungkan kepada Tuhan yang maha esa. Yang telah
memberikan kami keselamatan, kesehatan rohani dan jasmani dan kesempatan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Produksi II.
Kedua sholawat dan salam tak lupa kita jujungkan kepada Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya. yang kita tunggu syafaat nya
di hari akhir nanti.
Makalah Sistem Produksi II ini kami susun guna untuk memenuhi tugas akhir
dalam perkuliahan Sistem Produksi II pada program study Tehnik Industri di IST
AKPRIND YOGYAKARTA.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem
perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang
atau jasa). Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang
mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah
produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri.
Sistem merupakan unsur-unsr yang saling dan tergantung serta saling
mempengaruhi satu dengan yang lain yang keseluruhan merupakan satu kesatuan
bagi pelaksanaan kegiatan bagi pencapaian tujuan tertentu. Definisi dari produksi
merupakan kegiatan untuk meningkatkan kegunaan suatu barang atau jasa
melalui proses transpormasi masukan menjadi keluaraan. Sistem Produksi
merupakan satu rangkaian operasi yang mengolah atau memproses input berupa
bahan mentah (raw material), bahan setengah jadi (intermediate product), part,
komponen dan/atau rakitan (subassembly) untuk menghasilkan output bernilai
tambah (value added product) atau produk akhir (finished good) dengan
mempergunakan sumber daya (resource) dari elemen teknologi (mesin,
peralatan, fasilitas produksi dan energi) dan elemen organisasi (tenaga kerja,
manajemen, informasi dan modal).
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui metode-metode yang digunakan dalam sistem produksi
didalam perusahaan.
2. Dapat diimplementasikan pada perusahaan dibidang apapun yang mengenai
sistem produksi.
C. Manfaat
1. Mengerti metode-metode yang digunakan dalam sistem produksi.
2. Mengerti bagaimana menerapkan materi sistem produksi pada perusahaan
nantinya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian JIT
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau
sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-
perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang
yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh
konsumen (Monden, 2000). Konsep just in time adalah suatu konsep di mana
bahan baku yang digunakan untuk aktivitas produksi didatangkan dari pemasok
atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi,
sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang /
penyimpanan barang / stocking cost. Just In Time adalah suatu keseluruhan
filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan
baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.
Tujuannya adalah untuk mengangkat produktivitas dan mengurangi
pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang
berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama
dengan komponen-komponen lainnya. Jus In Time (JIT) adalah filofosi
manufakturing untuk menghilangkan pemborosan waktu dalam total prosesnya
mulai dari proses pembelian sampai proses distribusi. Fujio Cho dari Toyota
mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: Segala sesuatu yang berlebih, di
luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat, dan waktu
kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk.
Kemudian diperoleh rumusan yang lebih sederhana pengertian pemborosan:
Kalau sesuatu tidak memberi nilai tambah itulah pemborosan.
2. Konsep Dasar JIT
Konsep dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan
perubahan permintaan, dengan cara membuat semua proses dapat menghasilkan
produk yang diperlukan, pada waktu yang diperlukan dan dalam jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan. Dalam sistem pengendalian produksi yang biasa,
syarat di atas dipenuhi dengan mengeluarkan berbagai jadwal produksi pada
semua proses, baik itu pada proses manufaktur suku cadang maupun pada lini
rakit akhir. Proses manufaktur suku cadang menghasilkan suku cadang yang
sesuai dengan jadwal, dengan menggunakan sistem dorong, artinya proses
sebelumnya memasok suku cadang pada proses berikutnya.
3. Empat konsep pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time
(JIT) :
1. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan
hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
2. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang
tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
3. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja
sesuai dengan fluktuasi permintaan.
4. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan
4. Elemen-elemen Just In Time
1. Pengurangan waktu set up
2. Aliran produksi lancar (layout)
3. Produksi tanpa kerusakan mesin
4. Produksi tanpa cacat
5. Peranan operator
6. Hubungan yang harmonis dengan pemasok
7. Penjadwalan produksi stabil dan terkendali
8. Sistem Kanban
1. Pengertian TOC
Throughput adalah suatu ukuran dimana suatu perusahaan menghasilkan
uang melalui penjualan. Persediaan, adalah semua dana yang dikeluarkan
perusahaan untuk mengubah bahan baku mentah melalui throughput. Bahan
persediaan dalam TOC merupakan semua aktiva yang dimiliki dan terrsedia
secara potensial untuk penjualan. Biaya-biaya operasional, yang dikeluarkan
perusahaan untuk mengubah persediaan menjadi throughput. Biaya operasi ini
terjadi untuk mendukung dan mengoptimalkan throughput dalam kendala.
2. Liama Langkah Dalam TOC
1. Identifikasi kendala sistem (identifying the constraint).
2. Eksploitasi kendala (exploiting the constraint).
3. Subordinasi sumber lainnya (subordinating the remaining resources).
4. Evaluasi kendala (Elevating the constraint).
5. Mengulangi proses keseluruhan (repeating the process).
3. Hubungan TOC dan JIT (Just In Time)
1. Menurunkan biaya modal dalam persediaan.
2. Mengurangi biaya overhead untuk pemindahan bahan.
3. Mengurangi resiko keusangan.
4. Meningkatkan daya tanggap bagi pelanggan dan mengurangi waktu
pengiriman.
J. Manajemen Distribusi
1. Pengertian
barang atau bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi maupun
digunakan untuk dijual dalam suatu periode tertentu. Sementara itu, dalam
yang meliputi seluruh barang milik perusahaan dengan tujuan untuk dijual
dalam kurun waktu tertentu, atau persediaan barang yang masih dalam proses
produksi.
2. Fungsi Persediaan
Kegunaan dari persediaan yang berbentuk bahan mentah, barang
setengah jadi, dan sampai barang jadi diantaranya adalah sebagai berikut
tersedia di pasaran.
3. Katagori Persediaan
Persediaan dapat dikatagorikan menjadi lima tipe dasar:
a. Bahan baku.
b. Barang setengah jadi
c. Barang jadi
d. Persediaan distribusi
e. Barang pemeliharaan, perbaikan dan operasi
Persediaan dilakukan karena adanya permintaan, dimana permintaan ada
dua macam yaitu:
a. Permintaan independen (independent demand)
Permintaan independen merupakan metode untuk mengelola produk
yang permintaannya dipengaruhi oleh permintaan pelanggan atau
permintaan pihak diluar kendali perusahaan atau bisa juga diartikan
sebagai permintaan untuk semua item yang terjadi secara terpisah tanpa
terkait dengan permintaan untuk item lain.
b. Permintaan dependen (dependent demand).
Permintaan dependen merupakan permintaan atas semua komponen
yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan independen atau diartikan
sebagai permintaan untuk suatu item yang terkait dengan permintaan
untuk item yang lain.
4. Manajemen Persediaan Distribusi
Manajemen persediaan logistik meliputi kegiatan memperoleh
material (pengadaan), memindahkan material melalui lingkungan manufaktur
(manufaktur produk) dan distribusi. Logistik dapat dikelompokan sebagai
berikut:
a. Perencanaan kebutuhan distribusi (Distribution Requirements Planning)
b. Perencanaan sumber daya distribusi (Distribution Resource Planning)
c. Persediaan distribusi meliputi semua persediaan di manapun dalam
sistem distribusi.
5. Sistem distribusi
Sistem distribusi itu sendiri, secara bebas dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
a. Sistem Tarik (Pull system)
Prinsip dari sistem ini adalah setiap pusat distribusi mengelola
persediaan produk yang dimilikinya. Model – model persediaan termasuk
dalam sistem tarik ini adalah:
1) Sistem titik pemesanan kembali (Re-Order Point)
2) Sistem pemesanan secara periodik (periodic review system)
3) Sistem titik pemesanan ganda
4) Sistem pengganti penjualan (the sales replacement system)
b. Sistem Dorong (Push System)
Sistem ini mendorong persediaan dari pabrik pusat ke gudang.
1) Keuntungan dari sistem dorong adalah tercapainya skala ekonomis
oleh satu sumber pusat, seperti pabrik.
2) Kerugiannya adalah kurang fleksibel dalam menanggapi kebutuhan
pelanggan lokal.
6. Perecanaan Kebutuhan Distribusi
Persediaan produk oleh banyak perusahaan dianggap sangat perlu, hal
ini dikarenakan adanya fluktuasi permintaan sehingga menyebabkan
kehilangan penjualan. Salah satu cara yang dapat menyelesaikan masalah
pengendalian persediaan adalah perencanaan kebutuhan distribusi atau biasa
dikenal dengan Distribution Requirement Planning (DRP).
Sistem DRP dimaksudkan untuk mengaitkan proses produksi (atau
tingkat peluang penjualan dari persediaan) kepada tingkatan persediaan yang
lain, kemudian turun dalam saluran distribusi
Proses DRP memerlukan; hasil ramalan, permintaan konsumen,
persediaan yang ada, barang yang sedang dalam perjalanan, rencana
pengangkutan, dan luas lantai gudang.
DRP terdiri dari; netting, explosion, time phasing, lotting, dan time
bucket pada DRP mirip seperti pada MRP. Namun demikian konsep DRP ini
dapat digabungkan dengan konsep MRP untuk tahap manufakturnya.
Di mana keluaran (hasil akhir) kebutuhan dari sistem distribusi secara
keseluruhan, yang tercermin pada kebutuhan produk dari pusat distribusi
(Central Distribution Center) akan menjadi masukan, yaitu berupa MPS,
kepada sistem.
A. Kesimpulan
Dari hasil mata kuliah tentang sistem produksi 2 ini kami dapat
memahami dan mengerti tentang materi-materi yang terdapat dalam simtem
produksi 2 yang memiliki keterkaitan antara materi yang satu dengan yang
lainnya. Sehingga diharapkan dapat di diterapkan kedalam perushaan kelak.
DAFAR PUSTAKA