Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH REVIEUW MATERI

SISTEM PRODUKSI II

DI Susun Oleh:
1. Ade Fauzan (161.02.1009)
2. Bagus Permadi (161.02.1016)
3. Bryan Crismon (161.02.1036)
4. Fauzan Burhanuddin (161.02.1048)
5. Ndaru Rela Huda (161.02.1073)
6. Rahmansyah Kurniadi (161.02.1080)
7. Ridwan Faozi (161.02.1066)
8. Shidqi Zaim (161.02.1027)
9. Yulio Edmundus (151.02.1060)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita sanjungkan kepada Tuhan yang maha esa. Yang telah
memberikan kami keselamatan, kesehatan rohani dan jasmani dan kesempatan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Produksi II.

Kedua sholawat dan salam tak lupa kita jujungkan kepada Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya. yang kita tunggu syafaat nya
di hari akhir nanti.

Makalah Sistem Produksi II ini kami susun guna untuk memenuhi tugas akhir
dalam perkuliahan Sistem Produksi II pada program study Tehnik Industri di IST
AKPRIND YOGYAKARTA.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki,


penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak senantiasa untuk peningkatan
berikutnya.

Yogyakarta, Juli 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem
perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang
atau jasa). Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang
mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah
produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri.
Sistem merupakan unsur-unsr yang saling dan tergantung serta saling
mempengaruhi satu dengan yang lain yang keseluruhan merupakan satu kesatuan
bagi pelaksanaan kegiatan bagi pencapaian tujuan tertentu. Definisi dari produksi
merupakan kegiatan untuk meningkatkan kegunaan suatu barang atau jasa
melalui proses transpormasi masukan menjadi keluaraan. Sistem Produksi
merupakan satu rangkaian operasi yang mengolah atau memproses input berupa
bahan mentah (raw material), bahan setengah jadi (intermediate product), part,
komponen dan/atau rakitan (subassembly) untuk menghasilkan output bernilai
tambah (value added product) atau produk akhir (finished good) dengan
mempergunakan sumber daya (resource) dari elemen teknologi (mesin,
peralatan, fasilitas produksi dan energi) dan elemen organisasi (tenaga kerja,
manajemen, informasi dan modal).
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui metode-metode yang digunakan dalam sistem produksi
didalam perusahaan.
2. Dapat diimplementasikan pada perusahaan dibidang apapun yang mengenai
sistem produksi.
C. Manfaat
1. Mengerti metode-metode yang digunakan dalam sistem produksi.
2. Mengerti bagaimana menerapkan materi sistem produksi pada perusahaan
nantinya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Materi Sistem Produksi

Gambar 3.1 Hubungan materi Sistem Produksi


B. Material Requirement Planning (MRP)
1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP)
Material Requirement Planning (MRP) dapat didefinisikan sebagai
suatu teknik atau set prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas
serta waktu dalam proses pengendalian kebutuhan bahan terhadap
komponen-komponen permintaan yang saling bergantungan (Saleh, 2012).
MRP lebih dari sekedar metode proyeksi kebutuhan-kebutuhan
akan komponen individual dari suatu produk. Sistem MRP mempunyai
tiga fungsi utama: kontrol tingkat persediaan, penugasan komponen
berdasar urutan prioritas, dan penentuan kebutuhan kapasitas (capacity
requirement) pada tingkat yang lebih detail dari pada proses perencanaan
pada rough-cut capacity-requirements.
2. Tujuan Material Requirement Planning (MRP)
Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan
sebagai berikut:
a. Meminimalkan Persediaan
MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen
diperlukan disesuaikan dengan Jadwal Induk Produksi (JIP). Dengan
menggunakan komponen ini, pengadaan (pembelian) atas komponen
yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas
yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan.
b. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengriman
MRP mengidentifikasikan banyaknya bahan dan komponen yang
diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan
waktu tenggang produksi maupun pengadaan atau pembelian
komponen, sehingga memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang
akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi.
c. Komitmen yang realistis
MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan
rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dilakukan
secara lebih realistis. Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan
kepercayaan konsumen.
d. Meningkatkan efisiensi
MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah
persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat
direncanakan lebih baik sesuai dengan Jadwal Induk Produksi (JIP).
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan MRP (Material
Requirements Planning), yaitu:
1) Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat. Kapan pekerjaan
harus selesai atau material harus tersedia agar Jadwal Induk
Produksi (JIP) dapat terpenuhi.
2) Menentukan kebutuhan minimal setiap item melalui sistem
penjadwalan.
3) Menentukan pelaksanaan rencana pemesanaan. Kapan pemesanan
atau pembatalan pemesanan harus dilakukan.
4) Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal
yang harus direncanakan didasarkan pada kapasitas yang ada.
3. Kelebihan Material Requirement Planning
Berikut merupakan kelebihan dari Material Requirement Planning
a. Memberi catatan kemajuan sehingga manager dapat merencanakan
order sebelum pesanan aktual dirilis.
b. Memberitahu kapan memperlambat akan sebaik mempercepat.
c. Menunda atau membatalkan pesanan.
d. Mengubah kuantitas pesanan.
e. Memajukan atau menunda batas waktu pesanan.
f. Respon terhadap permintaan pasar lebih baik.
g. Kemampuan mengubah jadwal induk.
h. Mengurangi biaya setup
i. Mengurangi waktu menganggur
4. Kelemahan Material Requirement Planning
Problem utama penggunaan sistem MRP adalah integritas data. Jika
terdapat data salah pada data persediaan, bill material data/master
schedule kemudian juga akan menghasilkan data salah. Problem utama
lainnya adalah MRP systems membutuhkan data spesifik berapa lama
perusahaan menggunakan berbagai komponen dalam memproduksi
produk tertentu (asumsi semua variable). Desain sistem ini juga
mengasumsikan bahwa "lead time" dalam proses in manufacturing sama
untuk setiap item produk yang dibuat.
Proses manufaktur yang dimiliki perusahaan mungkin berbeda
diberbagai tempat. Hal ini berakibat terjadinya daftar pesanan yang
berbeda karena perbedaaan jarak yang jauh. The overall ERP system dapat
digunakan untuk mengorganisaisi sediaan dan kebutuhan menurut
individu perusaaannya dan memungkinkan terjadinya komunikasi antar
perusahaan sehingga dapat mendistribuskan setiap komponen pada
kebutuan perusahaan.
C. Manufacturing Resource Planning (MRP II)
1. Pengertian Manufacturing Resource Planning (MRP II)
MRP II Merupakan suatu sistem informasi manufakturing formal
dan eksplisit yang mengintegrasikan fungsi-fungsi utama dalam industri
manufaktur, seperti keuangan, pemasaran, dan produksi. Sistem MRP II
mencakup dan mengintegrasikan semua aspek bisnis dari perusahaan
industri manufaktur, sejak perencanaan strategik bisnis pada tingkat
manajemen puncak (top management) sampai perencanaan dan
pengendalian terperinci pada tingkat manajemen menengah dan
supervisor.
2. Tujuan Manufacturing Resource Planning (MRP II)
Berikut merupakan tujuan Manufacturing Resource Planning (MRP II)
a. MRP II mengkonversikan kebutuhan sumberdaya (fasilitas, peralatan,
personel, dan material) ke dalam ukuran kebutuhan finansial.
b. Untuk mengintegrasikan MRP dengan semua sistem yang
mempengaruhi pengelolaan material.
3. Manfaat Manufacturing Resource Planning (MRP II)
Berikut merupakan manfaat Manufacturing Resource Planning (MRP II)
a. Penggunaan sumber daya yang lebih efisien
1) Mengurangi inventori
2) Lebih sedikit waktu Idle
3) Lebih sedikit kemacetan
b. Perancangan prioritas lebih baik
1) Memulai produksi lebih cepat
2) Jadwal flexibel
c. Meningkatkan pelayanan pelanggan
1) Sesuai dengan tanggal pengiriman
2) Meningkatkan kualitas
3) Kemungkinan harga lebih rendah
4. Aktivitas perencanaan dalam Manufacturing Resource Planning (MRP II)
a. Business Forecasting
Business forecasting mengevaluasi faktor politis, ekonomi,
demografi, teknologi dan kompetitif yang akan mempengaruhi
permintaan produk perusahaan. Top manajemen merespon semua
aktivitas
b. Product & Sales Planning
Product & sales planning mengacu pada keputusan yang
berhubungan dengan lini produk dan layanan pasar (meliputi target
daerah demografi dan geografi). Hal ini sulit dilakukan pada jangka
pendek, karena keputusan marketing sangat mempengaruhi
pertumbuhan perusahaan.
c. Production Planning
Production Planning menggunakan hasil peramalan dan
product & sales planning untuk membuat rencana produksi agregat.
Dalam rencana produksi agregat, output dalam satuan agregat yang
mungkin seperti ton, barel, yard, dollar, atau standard jam kerja.
d. Rencana Kebutuhan Sumber (Resources Requirement Planning)
Rencana jangka panjang merupakan masalah yang kompleks.
Jenis produk, penjualan, dan rencana produksi seharusnya berkaitan
dengan rencana kebutuhan sumber. Keputusan yang berhubungan
dengan jenis produk penjualan dan tingkat output seharusnya
konsisten dengan kapasitas fasilitas, perlengkapan, dan tenaga
kerjanya.
e. Financial Planning
Produk, penjualan, dan rencana produksi membutuhkan
sumber lain berupa keuangan. Operasi yang normal akan
membutuhkan modal kerja sekaligus menghasilkan pendapatan dari
penjualan. Kemampuan keuangan perusahaan harus diperhatikan
untuk rencana jangka panjang.
f. Distribution Requirement Planning (DRP)
DRP merupakan kebutuhan dari pihak warehousing.
Kebutuhan ini muncul karena adanya perbedaan antara permintaan
konsumen dengan tingkat persediaan yang ada. DRP dibuat dengan
harapan terdapat keterkaitan yang baik antara pihak warehousing
dengan manufacturing dalam hal jumlah dan waktu pemenuhan order.
g. Demand Management
Fungsi demand manajemen adalah menentukan demand
agregat. Penentuan ini merupakan refleksi dari hasil peramlan dan
order konsumen yang diterima, order dari warehouse, order pabrik
lain, promosi khusus, dan kebutuhan safety stock. Output dari demand
management berupa jumlah demand per periode yang telah
dikelompokkan dalam famili.
h. Master Production Schedule (MPS)
MPS adalah rencana berbasis waktu berupa jumlah yang akan
diproduksi per item, yang mempertimbangkan demand dan kapasitas
yang dimiliki. Biasanya dalam periode 1 sampai 18 bulan atau lebih,
dalam jangka pendek dan atau menengah. Dalam jangka pendek,
output dari MPS ini diperlukan dalam menentukan kebutuhan
material.
5. Tahapan perencanaan dalam MRP II

Gambar 3.2 Tahapan perencanaan dalam MRP II


Tampak bahwa sistem MRP II berawal dari perencanaan strategik
bisnis yang terkait dengan peramalan permintaan (demand forecasting),
perencanaan keuangan dan pemasaran. Selanjutnya bagian pemasaran,
keuangan, dan produksi, melalui suatu tim kerja sama (team work) akan
mengembangkan rencana produksi dan jadwal produksi induk (Master
Production Schedule = MPS) yang memenuhi permintaan pasar dengan
menggunakan semua sumber daya yang tersedia dalam perusahaan itu. Tim
kerja sama ini harus mempertimbangkan sumber-sumber daya keuangan,
pemasaran, dan manufakturing, ketika mengembangkan rencana produksi dan
jadwal produksi induk. Berikutnya dilakukan perencanaan kebutuhan material
(Material Requirement Planning = MRP). Kemudian perencanaan kebutuhan
kapasitas (Capacity Requirement Planning = CRP) dilakukan untuk
membandingkan pesanan-pesanan produksi yang direncanakan, untuk
mengetahui apakah kapasitas yang tersedia itu menjadi kelebihan beban
(overloads) atau kekurangan (underloads). Jika rencana kapasitas (capacity
plan) dapat diterima, output dari MRP akan menjadi basis bagi pesanan
produksi (production orders) untuk diteruskan ke lantai produksi (shop floor)
dan basis bagi pesanan pembelian (purchase orders) untuk diteruskan ke
pemasok eksternal (outside suppliers). Proses ini akan berlanjut terus dengan
selalu memperbaharui jadwal produksi induk (MPS) berdasarkan sumber-
sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran strategik bisnis itu.
D. Shop floor control (SFC)
1. Pengertian
Pengendalian lantai pabrik (production activity control /shop floor
control) merupakan bagian yang menjadi closed loop dari MRP II yang
memberikanumpan balik informasi progress implementasi dari rencana
yang telah dibuat.PAC/SFC merupakan proses yang berkaitan dengan
keputusan-keputusanuntuk membuat aktivitas produksi sesuai dengan
rencana yang dibuat,melaporkan kemajuan pelaksanaan produksi, dan
juga memperbaiki rencana jika diperlukan.
Menurut Browne (1988), pengendalian lantai pabrik menggambarkan
prinsip dan teknik yang digunakan managemen untuk perencanaan jangka
pendek, pengendalian dan evaluasi aktivitas produksi pada organisasi
manufaktur.
2. Fungsi dan Tujuan Pengendalian Lantai Pabrik
a. Fungsi pengendalian lantai pabrik
Fungsi dari pengendalian lantai pabrik yaitu:
1) Agar aktivitas sesuai rencana.
2) Pembuatan laporan
3) Perbaikan rencana

Gambar 3.3 Skema aktivitas produksi


b. Tujuan pengendalian lantai pabrik
Tujuan dari pengendalian lantai pabrik adalah:
a. Peningkatan pelayanan terhadap pelanggan (Customer service
level)
b. Pemanfaatan investasi persediaan (Inventory investment)
c. Efisiensi pengoperasian (Operating efficiency)
3. Bentuk Manufaktur dan sifat pengendalinnya
Setiap bentuk sistem manufaktur membutuhkan pengendalian
lantai pabrik yang berbeda. Pengendalian lantai pabrik untuk Project
based (make to order) dikaitkan dengan pesanan, pemesan, waktu
penyerahan. Sedangkan pengendalian lantai pabrik untuk repetitive
flow lines dikaitkan dengan pemenuhan jadwal induk produksi, dan
lain-lain. Namun terdapat bentuk umum dari aktivitas pengendalian
lantai pabrik. Bentuk manufaktur dan sifat pengendaliannya antara
lain:
a. JOB SHOP
Job Shop digunakan secara bersama-sama oleh bermacam-
macam order dalam prosesnya. PAC dengan based MTO Karena
berkaitan dengan pesanan, pemesan, waktu penyerahan.
Tujuan PAC pada JOB SHOP:
1) minimasi manufacturing lead time.
2) minimasi work in process,
3) minimasi lateness,
b. FLOW SHOP
Flow Shop khususnya hanya untuk satu jenis produk, secara
berulang terus menerus jika ada order baru yang datang, karena
berkaitan pemenuhan jadwal induk produksi.

Tujuan PAC pada FLOW SHOP :


1) meminimasi dan akhirnya menghilangkan
2) waktu yang diperlukan untuk changeover
E. Enterprise Resource Planning (ERP)
1. Pengertian Enterprise Resource Planning (ERP)
Enterprise Resource Planning (ERP) menurut James A. Hall (2011)
adalah suatu model sistem informasi yang memungkinkan organisasi
untuk mengotomatisasi dan mengintegrasikan proses bisnis utama.
ERP merupakan aplikasi sistem informasi manajemen terintegrasi
untuk bisnis/organisasi yang mencakup multi fungsionalitas seperti
penjualan, pembelian, produksi, gudang, akuntansi & finansial,
penggajian, sumberdaya manusia.
Aplikasi ERP menjadi tulang punggung (backbone/ back- office)
sistem informasi manajemen untuk meningkatkan efisiensi operasi bisnis
dan efektivitas pengambilan keputusan. Aplikasi ERP memiliki peran
yang strategis untuk kepentingan persaingan bisnis
2. Manfaat ERP
Menurut O’Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2010), sistem ERP
memberikan nilai bisnis yang signifikan bagi perusahaan. Nilai bisnis
tersebut yaitu :
a. Kualitas dan efisiensi
ERP menciptakan kerangka kerja untuk mengintegrasikan dan
meningkatkan proses bisnis internal perusahaan yang memberikan
peningkatan secara signifikan bagi perusahaan. Contohnya, dalam
segi kualitas dan efisiensi dari pelayanan pelanggan, produksi, dan
distribusi.
b. Mengurangi biaya
Banyak perusahaan yang melaporkan bahwa adanya penurunan
yang signifikan dalam transaksi pengolahan biaya, hardware,
software, dan staf IT support.
c. Pengambilan keputusan
Sistem ERP dapat dengan cepat memberikan laporan/
informasi penting dalam kinerja bisnis kepada manajer, sehingga
dapat meningkatkan kemampuan manajer dalam membuat keputusan
yang baik dan tepat di dalam perusahaan.
d. Enterprise agility
Memberikan fleksibilitas pada struktur organisasi, tanggung
jawab manajerial, dan peran kerja, sehingga perusahaan dapat lebih
mudah dalam memanfaatkan peluang bisnis yang baru.
3. Sejarah Perkembangan Enterprise Resource Planning (ERP)
Sejarah perkembangan Enterprise Resource Planning menurut Leon
(2008) dibagi menjadi empat tahap, yaitu :

Gambar 3.4 Sejarah Perkembangan Enterprise Resource Planning


(ERP)

a. Material Requirement Planning (MRP)


Material Requirement Planning (MRP) merupakan hasil pengolahan
atau pemrosesan dari Bill of Material (BOM) yang dimulai pada
tahun 1960an dan mulai terkenal pada tahun 1970-an. Saat itu, orang
yang bekerja pada manufaktur dan perencanaan produksi sedang
mencari metode yang lebih baik dan lebih efisien untuk memesan
bahan baku dan menemukan MRP sebagai solusi sempurna untuk
kebutuhan manufaktur dan perencanaan produksi karena mampu
memecahkan masalah-masalah utama yang ada.
b. Closed-loop MRP
Sistem MRP berubah menjadi sesuatu sistem yang lebih baik
dari hanya sekadar cara untuk memesan. Sistem MRP dapat
mengelola tanggal jatuh tempo dari pemesanan dan dapat mendeteksi
serta memberikan peringatan ketika suatu barang tidak diterima pada
saat tanggal jatuh tempo. Terdapat beberapa tools yang
dikembangkan untuk mendukung perencanaan penjualan dan
produksi, pengembangan jadwal produksi, peramalan, perencanaan
kapasitas, dan pemrosesan pemesanan. Pengembangan tersebut
menghasilkan closed-loop MRP, dimana sistem tidak hanya sekadar
untuk perencanaan kebutuhan material, tetapi juga dapat untuk
mengotomatisasi proses produksi.
c. Manufacturing Resource Planning II (MRP II)
Tahap ketiga perkembangan dari ERP disebut dengan MRP II
yang merupakan metode untuk perencanaan yang efektif dari sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur. MRP II terbentuk
darikumpulan berbagai fungsi yang saling terhubung, fungsi-fungsi
tersebut adalah perencanaan bisnis, perencanaan operasional dan
penjualan, manajemen permintaan, perencanaan produksi, master
scheduling, perencanaan kebutuhan material, perencanaan kebutuhan
kapasitas, serta pelaksanaan sistem pendukung untuk kapasitas dan
material. Hasil dari sistem tersebut akan terintegrasi dengan laporan
keuangan seperti perencanaan bisnis, laporan pembelian, biaya
pengiriman, proyeksi inventory, dan sebagainya.
d. Enterprise Resource Planning (ERP)
ERP merupakan tahap terakhir dari perkembangan ERP,
dimana konsep dasar ERP sama dengan konsep MRP II. Perusahaan
software menciptakan ERP dengan sekumpulan proses bisnis yang
luas dalam hal ruang lingkup dan memiliki kemampuan untuk
menangani beberapa fungsi bisnis tambahan serta integrasi yang baik
dan kuat dengan fungsi finansial dan akuntansi. ERP juga mampu
mengintegrasikan tools lain seperti CRM (Customer Relationship
Management), SCM (Supply Chain Management), dan sebagainya.
Selain itu, ERP juga dapat mendukung proses bisnis yang melibatkan
pihak luar perusahaan.
F. Customer Relationship Management (CRM)
a. Pengertian CRM
Manajemen Hubungan Pelanggan (Customer Relationship Management
disingkat CRM) adalah suatu jenis manajemen yang secara khusus membahas
teori mengenai penanganan hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya
dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan di mata para pelanggannya.
Pengertian lain mengatakan bahwa CRM adalah sebuah sistem informasi yang
terintegrasi yang digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan, dan
mengendalikan aktivitas-aktivitas pra-penjualan dan pasca-penjualan dalam
sebuah organisasi. CRM melingkupi semua aspek yang berhubungan dengan
calon pelanggan dan pelanggan saat ini, termasuk di dalamnya adalah pusat
panggilan (call center), tenaga penjualan, pemasaran, dukungan teknis
(technical support) dan layanan lapangan Bagaimana pengembangan dan
implementasi CRM dengan menggunakan Sistem/Teknologi Informasi?dengan
menggunakan Data pelanggan secara rajin dan teliti dicatat, sehingga setiap
mereka menggunakan jasa/produk kita, kita bisa melayani sesuai riwayat data
transaksi.
b. Kunci proses-proses di dalam CRM adalah sebagai berikut :
1. Marketing (Pemasaran): proses pemasaran melibatkan keputusan yang
menunjuk kepada pelanggan dan target, bagaimana memberikan target
kepada konsumen, produk apa yang ditawarkan, bagaimana harga
produknya, dan bagaimana untuk memanajemen kampanye secara langsung
yang menargetkan kepada pelanggan.
2. Penjualan: proses penjualan berfokus pada penjualan langsung kepada
seorang konsumen (dibandingkan dengan pemasaran dimana proses tersebut
lebih berfokus kepada menyediakan tenaga penjualan dengan informasi yang
mereka butuhkan dalam melaksanakan penjualan dan melakukan penjualan
secara langsung.
3. Manajemen Pemesanan: proses dari mengatur pesanan pelanggan berjalan
dalam sebuah perusahaan adalah sangat penting bagi konsumen untuk
melacak pesanannya dan untuk perusahaan adalah untuk merencakan dan
memenuhi pesanan tersebut.
4. Call/Service Center: sebuah service center atau call center (pusat
pengaduan) biasanya sebagai poin utama dari kontak antara perusahaan dan
pelanggan. Sebuah Call/Service Center membantu pelanggan untuk
pemesanan, penyaranan produk, memecahkan masalah dan menyediakan
informasi terhadap status pesanan.

G. Suplly Chain Management (SCM)


a. Pengertian SCM
SCM merupakan suatu filosofi manajemen yang menekankan pada
perluasan aktivitas intra perusahaan dengan melibatkan partner dengan tujuan
optimasi dan efisiensi. Jaringan perusahaan yang saling berinteraksi untuk
mengirimkan produk/ jasa pada konsumen akhir dan menghubungkan aliran
dari bahan mentah sampai pengiriman akhir. Jaringan organisasi yang saling
berhubungan dan membentuk aliran dari hulu sampai hilir, memiliki proses dan
aktivitas yang berbeda satu sama lain dalam menghasilkan nilai produk/ jasa
untuk disampaikan pada konsumen akhir. Jaringan organisasi yang saling
berhubungan dan membentuk aliran dari hulu sampai hilir, memiliki proses dan
aktivitas yang berbeda satu sama lain dalam menghasilkan nilai produk/ jasa
untuk disampaikan pada konsumen akhir. SCM bertujuan membangun
kepercayaan, saling tukar menukar informasi kebutuhan pasar,
mengembangkan produk baru, dan mereduksi basis pemasok menjadi OEM
dalam suatu hubungan jangka panjang.
b. Empat Tahap Evolusi SCM yaitu:
1. Kesendirian dan ketidak-saling-tergantungan fungsi produksi dan fungsi
logistik
2. Pentingnya integrasi perencanaan walaupun dalam bidang yang masih
terbatas
3. Internal integration
4. Tahap sebenarnya dari supply chain integration
c. Prinsip-prinsip SCM yaitu:
1. Segmentasi pelanggan berdasarkan kebutuhannya.
2. Sesuaikan jaringan logistik
3. Dengarkan signal pasar
4. Diferensiasi produk pada titik yang lebih dekat dengan konsumen dan
percepat konversinya di sepanjang rantai supply.
5. Kelola sumber-sumber supply secara strategis
6. Kembangkan strategi teknologi
7. Adopsi pengukuran kinerja

H. Just In Time (JIT)

1. Pengertian JIT
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau
sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-
perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang
yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh
konsumen (Monden, 2000). Konsep just in time adalah suatu konsep di mana
bahan baku yang digunakan untuk aktivitas produksi didatangkan dari pemasok
atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi,
sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang /
penyimpanan barang / stocking cost. Just In Time adalah suatu keseluruhan
filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan
baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.
Tujuannya adalah untuk mengangkat produktivitas dan mengurangi
pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang
berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama
dengan komponen-komponen lainnya. Jus In Time (JIT) adalah filofosi
manufakturing untuk menghilangkan pemborosan waktu dalam total prosesnya
mulai dari proses pembelian sampai proses distribusi. Fujio Cho dari Toyota
mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: Segala sesuatu yang berlebih, di
luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat, dan waktu
kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk.
Kemudian diperoleh rumusan yang lebih sederhana pengertian pemborosan:
Kalau sesuatu tidak memberi nilai tambah itulah pemborosan.
2. Konsep Dasar JIT
Konsep dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan
perubahan permintaan, dengan cara membuat semua proses dapat menghasilkan
produk yang diperlukan, pada waktu yang diperlukan dan dalam jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan. Dalam sistem pengendalian produksi yang biasa,
syarat di atas dipenuhi dengan mengeluarkan berbagai jadwal produksi pada
semua proses, baik itu pada proses manufaktur suku cadang maupun pada lini
rakit akhir. Proses manufaktur suku cadang menghasilkan suku cadang yang
sesuai dengan jadwal, dengan menggunakan sistem dorong, artinya proses
sebelumnya memasok suku cadang pada proses berikutnya.
3. Empat konsep pokok yang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time
(JIT) :
1. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan
hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
2. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang
tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
3. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja
sesuai dengan fluktuasi permintaan.
4. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan
4. Elemen-elemen Just In Time
1. Pengurangan waktu set up
2. Aliran produksi lancar (layout)
3. Produksi tanpa kerusakan mesin
4. Produksi tanpa cacat
5. Peranan operator
6. Hubungan yang harmonis dengan pemasok
7. Penjadwalan produksi stabil dan terkendali
8. Sistem Kanban

I. Theory Of Constraints (TOC)

1. Pengertian TOC
Throughput adalah suatu ukuran dimana suatu perusahaan menghasilkan
uang melalui penjualan. Persediaan, adalah semua dana yang dikeluarkan
perusahaan untuk mengubah bahan baku mentah melalui throughput. Bahan
persediaan dalam TOC merupakan semua aktiva yang dimiliki dan terrsedia
secara potensial untuk penjualan. Biaya-biaya operasional, yang dikeluarkan
perusahaan untuk mengubah persediaan menjadi throughput. Biaya operasi ini
terjadi untuk mendukung dan mengoptimalkan throughput dalam kendala.
2. Liama Langkah Dalam TOC
1. Identifikasi kendala sistem (identifying the constraint).
2. Eksploitasi kendala (exploiting the constraint).
3. Subordinasi sumber lainnya (subordinating the remaining resources).
4. Evaluasi kendala (Elevating the constraint).
5. Mengulangi proses keseluruhan (repeating the process).
3. Hubungan TOC dan JIT (Just In Time)
1. Menurunkan biaya modal dalam persediaan.
2. Mengurangi biaya overhead untuk pemindahan bahan.
3. Mengurangi resiko keusangan.
4. Meningkatkan daya tanggap bagi pelanggan dan mengurangi waktu
pengiriman.

J. Manajemen Distribusi
1. Pengertian

Menurut Tuerah (2014) mendefinisikan persediaan sebagai barang-

barang atau bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi maupun

digunakan untuk dijual dalam suatu periode tertentu. Sementara itu, dalam

Herliana (2013), mengungkapkan bahwa persediaan merupakan seluruh aktiva

yang meliputi seluruh barang milik perusahaan dengan tujuan untuk dijual

dalam kurun waktu tertentu, atau persediaan barang yang masih dalam proses

pengerjaan atau persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya

dalam suatu proses produksi. Wahyudi (2015) mendefinisikan manejemen

persediaan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,


pelaksanaan, pengawasan penentuan kebutuhan material, dan kegiatan

menentukan tingkat dan komposisi persediaan dalam melindungi kelancaran

produksi.

2. Fungsi Persediaan
Kegunaan dari persediaan yang berbentuk bahan mentah, barang

setengah jadi, dan sampai barang jadi diantaranya adalah sebagai berikut

(Herliana et al, 2013):

a. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya bahan yang dibutuhkan.

b. Mengurangi risiko penerimaan bahan baku yang dipesan akan tetapi

tidak sesuai dengan pesanan sehingga harus dikembalikan.

c. Menyimpan barang atau bahan yang dihasilkan secara musiman

sehingga dapat digunakan apabila barang atau bahan tersebut tidak

tersedia di pasaran.

d. Mempertahankan stabilitas proses produksi perusahaan atau menjamin

kelancaran proses produksi

e. Upaya penggunaan mesin yang optimal, karena terhindar dari

terhentinya operasi produksi akibat ketidakadaan persediaan.

f. Memberikan pelayanan kepada pelanggan secara lebih baik.

3. Katagori Persediaan
Persediaan dapat dikatagorikan menjadi lima tipe dasar:
a. Bahan baku.
b. Barang setengah jadi
c. Barang jadi
d. Persediaan distribusi
e. Barang pemeliharaan, perbaikan dan operasi
Persediaan dilakukan karena adanya permintaan, dimana permintaan ada
dua macam yaitu:
a. Permintaan independen (independent demand)
Permintaan independen merupakan metode untuk mengelola produk
yang permintaannya dipengaruhi oleh permintaan pelanggan atau
permintaan pihak diluar kendali perusahaan atau bisa juga diartikan
sebagai permintaan untuk semua item yang terjadi secara terpisah tanpa
terkait dengan permintaan untuk item lain.
b. Permintaan dependen (dependent demand).
Permintaan dependen merupakan permintaan atas semua komponen
yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan independen atau diartikan
sebagai permintaan untuk suatu item yang terkait dengan permintaan
untuk item yang lain.
4. Manajemen Persediaan Distribusi
Manajemen persediaan logistik meliputi kegiatan memperoleh
material (pengadaan), memindahkan material melalui lingkungan manufaktur
(manufaktur produk) dan distribusi. Logistik dapat dikelompokan sebagai
berikut:
a. Perencanaan kebutuhan distribusi (Distribution Requirements Planning)
b. Perencanaan sumber daya distribusi (Distribution Resource Planning)
c. Persediaan distribusi meliputi semua persediaan di manapun dalam
sistem distribusi.
5. Sistem distribusi
Sistem distribusi itu sendiri, secara bebas dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
a. Sistem Tarik (Pull system)
Prinsip dari sistem ini adalah setiap pusat distribusi mengelola
persediaan produk yang dimilikinya. Model – model persediaan termasuk
dalam sistem tarik ini adalah:
1) Sistem titik pemesanan kembali (Re-Order Point)
2) Sistem pemesanan secara periodik (periodic review system)
3) Sistem titik pemesanan ganda
4) Sistem pengganti penjualan (the sales replacement system)
b. Sistem Dorong (Push System)
Sistem ini mendorong persediaan dari pabrik pusat ke gudang.
1) Keuntungan dari sistem dorong adalah tercapainya skala ekonomis
oleh satu sumber pusat, seperti pabrik.
2) Kerugiannya adalah kurang fleksibel dalam menanggapi kebutuhan
pelanggan lokal.
6. Perecanaan Kebutuhan Distribusi
Persediaan produk oleh banyak perusahaan dianggap sangat perlu, hal
ini dikarenakan adanya fluktuasi permintaan sehingga menyebabkan
kehilangan penjualan. Salah satu cara yang dapat menyelesaikan masalah
pengendalian persediaan adalah perencanaan kebutuhan distribusi atau biasa
dikenal dengan Distribution Requirement Planning (DRP).
Sistem DRP dimaksudkan untuk mengaitkan proses produksi (atau
tingkat peluang penjualan dari persediaan) kepada tingkatan persediaan yang
lain, kemudian turun dalam saluran distribusi
Proses DRP memerlukan; hasil ramalan, permintaan konsumen,
persediaan yang ada, barang yang sedang dalam perjalanan, rencana
pengangkutan, dan luas lantai gudang.
DRP terdiri dari; netting, explosion, time phasing, lotting, dan time
bucket pada DRP mirip seperti pada MRP. Namun demikian konsep DRP ini
dapat digabungkan dengan konsep MRP untuk tahap manufakturnya.
Di mana keluaran (hasil akhir) kebutuhan dari sistem distribusi secara
keseluruhan, yang tercermin pada kebutuhan produk dari pusat distribusi
(Central Distribution Center) akan menjadi masukan, yaitu berupa MPS,
kepada sistem.

K. Lean Manufacturing (LM)


1. Pengertian
Lean adalah suatu upaya terus menerus untuk mengilangkan
waste dan meningkat- kan nilai tambah (value added) produk (barang/jasa)
agar memberikan nilai kepada pelanggan.
The Machine That Changed The World kemudian berlanjut melalui
buku kedua Lean Thinking. Mereka menjelaskan bahwa lean manufacturing
jauh lebih baik dari sekedar teknik. Lean manufacturing merupakan cara
berpikir dan pendekatan seluruh sistem yang menciptakan budaya dimana
semua orang dalam organisasi terus-menerus meningkatkan operasinya.
Berdasarkan APICS (American Production and Inventory Control
Society): Lean Manufacturing adalah sebuah filosofi produksi yang
memberikan penekanan tentang meminimalisasi sumber daya yang ada
(termasuk waktu) pada seluruh aktivitas perusahaan. Fokus utama dari lean
adalah mengeliminasi waste (pemborosan) yang tidak memberikan nilai
tambah pada sebuah produk.
2. Tujuan
Tujuan Lean adalah meningkatkan customer value melalui peningkatan
terusmenrus rasio antara nilai tambah terhadap pemborosan. Lean berfokus
pada identifikasi dan eliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah dalam
desain produksi atau operasi dan supply chain management yang berkaitan
langsung dengan pelanggan.
3. Keuntungan perusahaan menggunakan teknik Lean Manufacturing
a. Merampingkan Proses Perusahaan
Menerapkan Lean memungkinkan produsen merampingkan prosesnya
di seluruh bagian organisasi, mulai dari front office hingga area distribusi.
Efisiensi dilakukan dan membuat pekerjaan lebih maksimal. Hal ini
menyebabkan biaya produksi berkurang dan meningkatkan percepatan
penjualan ke target pasar.
b. Menghilangkan Pemborosan
Dengan menghilangkan pemborosan di berbagai area, perusahaan
memiliki kesempatan memangkas waktu yang dihabiskan untuk tugas-
tugas yang tidak perlu
c. Membangun Komitmen Tim
Saat akan menerapkan operasi Lean, perusahaan harus menyadari
bahwa ada kebutuhan untuk perubahan dan memerlukan fokus dari semua
anggota tim. Dalam banyak kasus, saat memanfaatkan teknik Lean,
proses manufaktur dapat dinilai secara keseluruhan yang dapat
membangun kerjasama tim.
d. Pekerjaan yg berkesinambungan
Elemen kunci Lean adalah “perbaikan terus-menerus.” Ini artinya
kesempatan untuk menjadi lebih efisien pun ada terus menerus dalam
setiap proses yang dilakukan.
4. Prinsip Lean Manufacturing
a. Prinsip Medefinisikan Nilai Produk (Define Value Principle)
Mendefinisikan Nilai suatu produk berdasarkan panda-ngan dan
perspektif pelanggan melalui konsep QCDS + PME (Quality, Cost,
Delivery, Service + Productivity, Motivation and Environment) Dalam
prinsip peng- definisian Nilai suatu produk perlu melakukan proses
Value Stream identification
b. Prinsip Pemborosan (Waste EliminatiMenghilangkanon Principle)
Pemborosan adalah suatu pekerjaan ataupun proses yang tidak
memberikan Nilai Tambah terhadap produk dan kepuasan pelanggan.
Untuk lebih jelasnya anda dapat melihat artikel 7 Waste yang harus
dihindari dalam Produksi.
c. Prinsip Pendukungan Karyawan (Support the Workers Principle)
Memberikan pengetahuan tentang alat-alat (tools) yang diperlukan
untuk melaksanakan Lean Manufacturing dan pelatihan yang memadai
kepada karyawan-karyawati dalam perusahaan. Hal ini dikarenakan
Karyawanlah yang merupakan orang yang langsung berhadapan
dengan pekerjaan penerapan Lean Manufacturing dan merekalah yang
menjalankan operasional harian produksi dalam suatu industri.
5. Strategi Lean Manufactur
a. Pull System Strategy (Strategi Sistem Tarik)
Sistem penarikan material saat diperlukan saja, tujuan dari Pull system
ini adalah untuk meningkatkan fleksibilitas dan dapat merespon dengan
cepat kebutuhan pelanggan serta menghindari pemborosan yang akan
terjadi.
b. Quality Assurance Strategy (Strategi Penjaminan Kualitas)
Dalam Lean Manufacturing, Kualitas adalah dibangun dalam proses
produksinya. Dengan kata lain, produksi sendirilah yang harus menjamin
kualitas produk itu sendiri. Beberapa Teknik dan metodologi yang dapat
dipakai dalam menjamin kualitas dalam produksi diantaranya adalah
Metodologi Six Sigma dan Konsep dasar Kualitas yaitu Jangan
Menerima barang Reject, Jangan Membuat Reject dan Jangan
melewatkan Reject.
c. Plan Layout & Work assignment Strategy (Strategi Perencanaan Layout
& Pembagian Tugas)
Yaitu strategi dalam merencanakan Layout produksi agar dapat
mengurangi pemborosan (waste) dalam proses serta pembagian tugas
yang jelas pada masing-masing prosesnya.
d. Continous Improvement Strategy (Strategi Peningkatan yang
berkesinambungan)
Melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap proses secara terus
menerus dalam segala aspek seperti mengurangi pemborosan (waste),
meningkatkan keselamatan kerja ataupun pengurangan biaya produksi.
Kebudayaan Kaizen (Peningkatan yang berkesinambungan) ini harus
diterapkan ke semua level karyawan di perusahaan.
e. Decision Making Strategy (Strategi Pengambilan Keputusan)
Pengambilan Keputusan yang benar merupakan hal yang sangat
penting dalam menjalankan peningkatan proses yang terus menerus.
Contohnya Keputusan-keputusan dalam mengubah Layout
produksi, penggunaan peralatan kerja maupun penentuan pembagian
tugas. Pengambilan keputusan yang dianjurkan dalam Lean
Manufacturing adalah pengambilan keputusan secar mufakat yang artinya
dapat didukung oleh semua pihak yang berkaitan dengan penerapan Lean
Manufacturing dalam suatu Industri.
f. Supplier Partnering Strategy (Strategi kerjasama dengan Pemasok)
Supplier atau pemasok merupakan salah satu pihak yang terpenting
dalam memberikan dukungan dalam menjalankan Lean Manufacturing
disebuah perusahaan seperti memberikan dukungan dalam pengiriman
yang tepat waktu, menyediakan material (bahan produksi) yang
berkualitas tinggi atau bebas dari kerusakan. Supplier (pemasok) harus
dianggap sebagai bagian dari perusahaan yang menerapkan Lean
Manufacturing sehingga diperlukan pengembangan dan pelatihan
terhadap suppliernya.
L. Agile Manufacturing
1. Pengertian
Hormozi (2001) menyebutkan agility sebagai kemampuan untuk
melakukan konfigurasi ulang terhadap operasi, proses dan hubungan bisnis
secara efisien pada saat yang bersamaan sehingga mampu berjalan dengan
baik di lingkungan yang terus-menerus mengalami perubahan.
Konsep dasar tentang agility pertama kali diperkenalkan oleh
sekelompok ahli dari Iacocca Institute di Universitas Lehigh di Amerika
Serikat pada tahun 1991. Mereka mengamati bahwa lingkungan bisnis
mengalami perubahan dengan sangat cepat, melebihi kemampuan beradaptasi
yang dimiliki oleh organisasi manufaktur tradisional. Dengan demikian
dipandang perlu dikembangkan suatu sistem manufaktur baru, yang dapat
mendorong perusahaan terus berkembang dan memiliki keunggulan
kompetitif dalam menghadapi persaingan lokal maupun global.
2. Dua aspek yang terkandung dalam agility yang bersifat interdependent
a. Pada level strategik dibutuhkan pendekatan yang berorientasi ke luar
perusahaan dengan aktivitas utamanya adalah mengamati lingkungan dan
menilai pengaruh dari trend industri, teknologi, kekuatan kompetitif,
perubahan selera pelanggan, dan dinamika segmen pasar.
b. Aspek operasional menyangkut segala sesuatu yang terjadi dalam
organisasi, terutama proses produksi, pemeliharaan dan proses inovasi.
3. Pendorong Munculnya Agility
Kekuatan utama yang mendorong agility adalah perubahan. Beberapa
perubahan kebutuhan manufaktur yang terjadi tersebut adalah:
a. Pertimbangan otomatisasi dan harga/biaya.
Harga menjadi faktor dominan yang menentukan preferensi
konsumen. Hal ini mendorong otomatisasi besar-besaran dari proses
produksi untuk menghasilkan produksi barang-barang secara sekaligus
dalam kuantitas cukup besar. Tujuan yang paling penting dari usaha
manufaktur adalah produksi massal barang-barang dengan harga yang
lebih rendah.
b. Keinginan dan ragam pilihan konsumen yang semakin lebar.
Keinginan konsumen semakin bervariasi demikian pula halnya
dengan pilihan yang tersedia sehingga akhirnya konsumen memiliki
posisi tawar yang tinggi. Guna memenangkan persaingan merebut
pelanggan maka tuntutan adanya peningkatan kualitas produk menjadi
tidak terelakkan lagi.
c. Prioritas kompetitif.
Guna mendukung perusahaan dapat memberikan layanan superior
kepada pelanggannya maka ada beberapa prioritas kompetitif yang perlu
diperhatikan meliputi tanggapan, perkenalan produk baru, pengiriman,
fleksibilitas, kualitas, perhatian terhadap lingkungan dan daya saing
internasional.
d. Integrasi dan sifat proaktif.
Paradigma yang selama ini ada dalam manajemen manufaktur adalah
sifat reaktif, di mana perusahaan akan merespon perubahan yang terjadi.
Tetapi dalam pasar yang kompetitif produsen harus dapat bertindak
secara proaktif dengan berusaha untuk menyatu dengan konsumen. Hal
ini bermakna perusahaan harus selalu berusaha mengidentifikasi masalah
dan kebutuhan pelanggan dan mengembangkan kapabilitas yang dimiliki
mendahului kebutuhan tersebut, sehingga setiap saat dapat merespon
keinginan baru pelanggan dengan cepat.
e. Mencapai adanya sinergi kebutuhan manufacturing.
Perusahaan yang sukses haruslah dapat memperoleh sinergi
kapabilitas untuk meraih dan mengeksplorasi keunggulan kompetitif.
Integrasi sisi teknis maupun sosial dari teknologi, mesin, fungsi, strategi,
orang dan manajemen merupakan dasar dari kapabilitas kompetitif
tersebut.
4. Model Agile Manufacturing
a. Product-market or output-related change. Wujudnya berupa perubahan
dalam permintaan produk, munculnya produk dan konsumen baru,
hilangnya produk dan pelanggan yang telah ada.
b. Faktor-market or input-related change, yaitu adanya sumber bahan
mentah baru yang menawarkan keuntungan signifikan, rusaknya
keberadaan sumber bahan mentah yang telah ada.
c. Transformation- process-related change, yang berupa adanya proses
teknologi baru yang radikal, penerapan peraturan baru mengenai
lingkungan.
5. karakteristik agile control system
a. Control.
Sistem harus proaktif mengurangi biaya dari usaha penyediaan solusi
total bagi konsumen, dan sesuai dengan lingkungan operasional
perusahaan.
b. Forward looking.
Sistem harus memungkinkan dibuatnya penilaian terhadap
kemungkinan penyediaan solusi bagi konsumen di masa depan,
memberikan potensi pengembangan tanpa harus tergantung strategi
perusahaan di masa depan.
c. Outward looking.
Sistem berhubungan dengan lingkungan eksternal perusahaan
termasuk intra dan inter enterprise dan mampu menyediakan informasi
berharga yang membantu pengembangan return yang layak bagi
perusahaan.
d. Dynamic.
Sistem berfokus pada implikasi sumber daya jangka panjang dan
mendukung pengembangan pengetahuan dan keahlian dalam perusahaan.
6. Konsep Inti Agile Manufacturing
Pada dasarnya ada beberapa konsep inti yang terkandung dalam
pengertian agile manufacturing yaitu:
a. Core competence management.
b. Virtual enterprise.
c. Capability for configuration.
d. Knowledge-driven enterprise
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil mata kuliah tentang sistem produksi 2 ini kami dapat
memahami dan mengerti tentang materi-materi yang terdapat dalam simtem
produksi 2 yang memiliki keterkaitan antara materi yang satu dengan yang
lainnya. Sehingga diharapkan dapat di diterapkan kedalam perushaan kelak.
DAFAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai