Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN MAGANG

BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN


HIJAUAN PAKAN TERNAK (BPTU-HPT)
SEMBAWA

LEYLA NUR’AZIZAH
E0F118012

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN HEWAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
PRAKARTA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yanag Maha Kuasa yang
telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan magang dengan tepat waktu.

Laporan ini disusun berdasarkan kegiatan magang yang telah dilakukan.


Kepada semua pihak yang telah membantu penulis ucapkan terima kasih. Penulis
menyadari dalam penulisan laporan masih banyak terdapat kekurangan maupun
kesalahan, penulis harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Dan
semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Jambi, Oktober 2020

Leyla Nur’azizah

i
DAFTAR ISI

Halaman
PRAKATA.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR BAGAN............................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Tujuan................................................................................................... 2
1.3. Manfaat................................................................................................. 2
BAB II. PROSEDUR KEGIATAN.................................................................... 3
2.1. Waktu dan Tempat................................................................................ 3
2.2. Prosedur kerja....................................................................................... 3
2.3. Analisis Data......................................................................................... 4
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 5
3.1. Keadaan Umum BPTU-HPT Sembawa............................................... 5
3.2. Kegiatan Di BPTU-HPT Sembawa...................................................... 11
3.2.1. Kegiatan Bidang Hijauan Pakan Ternak (HPT)............................ 11
3.2.2. Kegiatan Bidang Pemeliharaan...................................................... 11
3.2.3. Kegiatan Bidang Kesehatan Hewan.............................................. 12
BAB IV. PENUTUP........................................................................................... 17
4.1. Kesimpulan........................................................................................... 17
4.2. Saran...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 18
LAMPIRAN........................................................................................................ 20

ii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Struktur organisasi BPTU-HPT Sembawa............................................ 8

Bagan 2 Pelayanan di BPTU-HPT Sembawa..................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT)
Sembawa Sumatera Selatan sebagai salah satu Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian yang merupakan salah
satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Struktur Organisai berdasarkan Keputusan
Menteri Pertanian Nomor : 313/Kpts/Org/5/1978 tertanggal 25 Mei 1978
dengan Tugas Pokok melaksanakan penyediaan akan kebutuhan Bibit Ternak
dan Bibit Hijauan Pakan ternak yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
Masyarakat setempat.Dalam rangka meningkatkan Usaha Peternakan, Balai
Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Sembawa mampu melayani
kebutuhan terutama bagi 4 Propinsi : Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dan
Jambi. Dengan mengikuti Perkembangan Pembangunan Peternakan kedepan
perananan BPTU-SDA, Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan
Ayam Sembawa adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis UPT pada tanggal 16
April 2002 melalui surat keputusan Menteri Pertanian Nomor :
291/Kpts/OT.210/4/2012. BPT- HMT berubah menjadi Balai Pembibitan Ternak
Unggul Sapi Dwiguna dan Ayam Sembawa (BPTU-SDA) dengan tugas pokok
melaksanakan pemuliaan, produksi, dan pemasaran bibit sapi dwiguna maupun
ayam unggul.
Dalam rangka penyempurnaan Organisasi Tata Kerja peningkatan Kualitas
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Peraturan Menteri Pertanian Lingkup Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, maka melalui Peraturan Menteri
Pertanian Nomor : 56/Permentan/OT.140/5/2013 tanggal 24 Mei 2013 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan
Ternak ( BPTU HPT) Sembawa , Nomen Kelatur atas keputusan
Menteri Pertanian No291/Kpts/OT.210/4/2002 tanggal 16 April 2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna
dan Ayam (BPTU-SDA) Sembawa. Melalui keputusan Menteri Pertanian

1
Republik Iindonesia berubah menjadi Balai Pembibitan Ternak Unggul dan
Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Sembawa, sampai sekarang.
Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT)
Sembawa adalah salah satu Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) di bawah Direktorat
Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan yang membidangi fungsi pembibitan
ternak unggul dan merupakan satu-satunya instansi pemerintah yang
mengembangkan pembibitan Sapi Brahman dan PO (Peranakan Ongole). Sistem
pemeliharaan ternak sapi di BPTU-HPT Sembawa menerapkan sistem
penggembalan dan rumput potong . pemeliharaan dan pengembangan ternak sapi
mengacu pada penerapan cara pembibitan yang baik.

1.2 Tujuan
Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengasah kemampuan,
keterampilan, menambah wawasan mahasiswa sehingga mendapatkan
pengalaman dilapangan.

1.3 Manfaat
Kegiatan magang ini dilakukan sebagai sarana mengasah kemampuan,
keterampilan, menambah wawasan dan mendapatkan pengalaman, agar
mahasiswa lebih siap untuk terjun ke lapangan setelah lulus.

2
BAB II
PROSEDUR KEGIATAN

2.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan magang ini dimulai pada tanggal 1 juli – 15 agustus 2020 pukul
06.30 – 16.30 WIB. Bertempat di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan
Pakan Ternak (BPTU-HPT) Sembawa, Kecamatan Sembawa, Kabupaten
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

2.2. Prosedur Kerja


Prosedur pelaksanaan magang di BPTU-HPT Sembawa yaitu dengan ikut
terlibat langsung dan aktif terhadap kegiatan di setiap penempatan lokasi seperti
sebagai berikut:
- Orientasi umum
Pengenalan dengan karyawan di lapangan yang dipimpin oleh pembimbing
lapangan.
- Kegiatan Bidang Hijauan Pakan Ternak (HPT)
Kegiatan di bagian HPT yaitu menggembalakan sapi ke padangan, melakukan
perawatan di kebun rumput, membuat silase, pemupukkan dan pembenihan serta
pembuatan pupuk bokasi.
- Kegiatan Bidang Pemeliharaan
Kegiatan di bagian pemeliharaan meliputi pemuliaan, produksi dan
reproduksi. Seperti inseminasi buatan (IB), pemeriksaaan kebuntingan (PKB),
lepas sapih, pengamatan birahi, palpasi, Asisten Teknisi Reproduksi (ATR), dan
Uji Performance.
- Kegiatan Bidang Kesehatan Hewan
Kegiatan pada bagian kesehatan hewan diantaranya adalah pemeriksaan fisik,
pemeriksaan rutin, pengobatan kelompok, pemberantasan ektoparasit, suci hama,
dan uji laboratorium.

3
2.2. Analisis Data
Data yang terdapat pada laporan kegiatan magang diperoleh dari data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pihak BPTU-HPT sembawa.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari pengamatan, tindakan langsung, dan
wawancara kepada Dokter Hewan maupun petugas lainnya.

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Keadaan Umum BPTU-HPT Sembawa


A. Sejarah Singkat
Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT)
Sembawa Sumatera Selatan sebagai salah satu Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian yang merupakan salah
satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Struktur Organisai berdasarkan Keputusan
Menteri Pertanian Nomor : 313/Kpts/Org/5/1978 tertanggal 25 Mei 1978
dengan Tugas Pokok melaksanakan penyediaan akan kebutuhan Bibit Ternak
dan Bibit Hijauan Pakan ternak yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
Masyarakat setempat.Dalam rangka meningkatkan Usaha Peternakan, Balai
Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Sembawa mampu melayani
kebutuhan terutama bagi 4 Propinsi : Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dan
Jambi.
Dengan mengikuti Perkembangan Pembangunan Peternakan kedepan
perananan BPTU-SDA, Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan
Ayam Sembawa adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis UPT pada tanggal 16
April 2002 melalui surat keputusan Menteri Pertanian Nomor :
291/Kpts/OT.210/4/2012. BPT- HMT berubah menjadi Balai Pembibitan Ternak
Unggul Sapi Dwiguna dan Ayam Sembawa (BPTU-SDA) dengan tugas pokok
melaksanakan pemuliaan, produksi, dan pemasaran bibit sapi dwiguna maupun
ayam unggul.
Dalam rangka penyempurnaan Organisasi Tata Kerja peningkatan Kualitas
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Peraturan Menteri Pertanian Lingkup Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, maka melalui Peraturan Menteri
Pertanian Nomor : 56/Permentan/OT.140/5/2013 tanggal 24 Mei 2013 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan
Ternak ( BPTU HPT) Sembawa , Nomen Kelatur atas keputusan
Menteri Pertanian No291/Kpts/OT.210/4/2002 tanggal 16 April 2002 tentang

5
Organisasi dan Tata Kerja Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna
dan Ayam (BPTU-SDA) Sembawa. Melalui keputusan Menteri Pertanian
Republik Iindonesia berubah menjadi Balai Pembibitan Ternak Unggul dan
Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Sembawa, sampai sekarang.

Visi, Misi dan Motto


Visi :
Menjadikan BPTU-HPT Sembawa yang professional dalam menghasilkan bibit
sapi, ayam, dan hijauan Pakan Temak berkualitas dan berkelanjutan.

Misi :
1. Mewujudkan kinerja BPTU-HPT Sembawa yang professional
2. Melaksanakan pemuliaan melalui seleksi, pengaturan perkawinan, uji
performance, serta pencatatan temak bibit sapi, ayam dan hijauan Pakan
Ternak yang berkelanjutan
3. Melaksanakan pemeliharaan yang efektif melalui penerapan teknologi
peternakan.
4. Melaksanakan distribusi dan Pelayanan Prima

Motto:
"Bibit Unggul Peternak Makmur"

Tugas dan Fungsi


Tugas :
Melaksanakan pemeliharaan, produksi, pemuliaan, pengembangan,
penyebaran, dan distribusi bibit tenak unggul, serta produksi dan distribusi
benih/bibit hjauan pakan ternak.

Fungsi :
1. Penyusunan program, rencana kerja, dan anggaran, pelaksanaan kerja sama,
serta penyiapan evaluasi dan pelaporan .

6
2. Pelaksanaan pemeliharaan, produksi dan pemuliaan bibit ternak
unggul.Pelaksanaan uji performance dan uji zuriat ternak unggul.
3. Pelaksanaan recording pembibitan ternak unggul.
4. Pelaksanaan pelestarian plasma nutfah.
5. Pelaksanaan pengembangan bibit ternak unggul .
6. Pemberian bimbingan teknis pemeliharaan, produksi, dan pemuliaan
ternak unggul.
7. Pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan hewan, dan pelaksanaan diagnosa
penyakit hewan.
8. Pelaksanaan pengawasan mutu pakan ternak
9. Pengelolaan pakan ternak dan hijauan pakan ternak
10. Pemberian informasi, dokumentasi, penyebaran, dan distribusi hasil
produksi bibit ternak unggul bersertifikat dan hijauan pakan ternak
11. Pelaksanaan evaluasi kegiatan pembibitan ternak unggul dan hijauan
pakan ternak unggul
12. Pemberian pelayanan teknis pemeliharaan bibit ternak unggul
13. Pemberian pelayanan teknis pemuliaan dan produksi bibit ternak unggul
14. Pengelolaan sarana dan prasarana teknis
15. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Kantor BPTU-HPT

B. Lokasi
Pusat kegiatan Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak
(BPTU-HPT) Sembawa terletak pada 103,180 LS dan 104,080 BT, berlokasi di
Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan , lokasi ±
2 km dari jalan raya berdampingan dengan Balai penelitian Sembawa dan Sekolah
Pertanian Pembangunan (SPP) Negeri Sembawa dan berdekatan dengan Balai
Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Sumatera Selatan.
Luas area keseluruhan BPTU-HPT Sembawa kurang lebih 268,04 Ha, ini
berdasarkan surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah TK.1 Sumatera Selatan
SK.DA Nomor : 593.3/226/III/1984 tanggal 14 November 1984 sebagai hak pakai
dan sertifikat tanah Nomor: 9053570 tanggal 13 september 1985.

7
C. Susunan Organisasi
Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor : 56/Permentan/OT/5/2013 tanggal 24 mei 2013 Tentang Organisasi dan
tata kerja BPTU-HPT Sembawa terdiri atas (a) Kepala Balai; (b) Subbagian Tata
Usaha; (c) Seksi Pelayanan teknis (d) Seksi Prasarana Dan Sarana Teknis (e)
Seksi Informasi dan Jasa Produksi (f) Kelompok Jabatan Fungsional (Pengawasan
Bibit Ternak, Pengawas Mutu Pakan, Para Medik).

Bagan I. Struktur Organisasi BPTU-HPT Sembawa


STRUKTUR ORGANISASI BPTU-HPT SEMBAWA

KEPALA BALAI

Subba TATA USAHA

SEKSI PELAYANAN TEKNIS PRASANA SEKSI INFORMASI


TEKNIS DAN SARANA TEKNIS DAN JASA
PRODUKSI

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

MEDIK DAN
WASBITNAK WASTUKAN
PARAMEDIK

Jenis Ternak

1. Sapi Brahman 6. Ayam Kapas


2. Sapi PO 7. DOC
3. Ayam Arab Sembawa 8. Ayam Sensi
4. Ayam Merawang 9. Pupuk Bokasi
5. Ayam KUB 10. Telur Tetas

8
Jenis Hijauan Pakan Ternak

1. Rumput 2. Leguminosa
a) Kingress a) Gamal (Gliricida speum)
b) Gajah Mini/ Odot b) Indigopera sp
c) BD (Brachiaria decumbens) c) Lamtoro (Leucaena
d) Setaria Spacielata leucocephala)
e) Panicum maximum d) Turi (Sesbania grandiflora)
e) Klitoria (Clitoria ternatea)
f) Sentro (Centrosema pubescens

Penerapan Teknologi Peternakan

1. Teknologi Reproduksi

a. Inseminasi Buatan (IB) pada sapi


b. Inseminasi Buatan (IB) pada ayam
c. Transfer Embrio (TE) pada sapi
d. Pemeriksaaan Kebuntingan (PKb) pada sapi
e. Asistensi Teknik Reproduksi (ATR) pada sapi
f. Program Kawin Alam Terencana (Hand Mating)
2. Teknologi Pakan
a. Fermentasi Jerami
b. Hay
c. Silase
d. Amoniasi
3. Teknologi Hasil Limbah
a. Biogas
b. Bokasi

Pelayanan Jasa Informasi & Produksi


BPTU-HPT Sembawa memberikan pelayanan terhadap instansi terkait baik
pemerintah, swasta koperasi ataupun masyarakat di bidang :

9
1. Penjualan Produk : Bibit Sapi, Bibit Ayam, Telur Tetas, Rumput
Leguminosa(Hijauan Pakan Ternak) dan hasil samping : Telur konsumsi dan
pupuk bokasi
2. Pelayanan jasa : Teknis, Konsultasi, penelitian, pelatihan magang,
pengembangan sentra bibit, pembinaan kelompok tani, kunjungan/ Bimtek dll.

Bagan 2. Pelayanan di BPTU-HPT Sembawa

BPTU-HPT SEMBAWA SIAP MELAYANI

Penjualan Produk

Sapi Bibit

Day Old Chiken (DOC)

Telur Tetas
z

Bibit Rumput dan Legum

Hasil Samping : Telur Komsumsi dan Pupuk Vokasi

Pelayaan Teknis ( IB, PKB, ATR, TE, Keswan)

Bimbingan Teknis

Konsultasi dan Pembinaan

Magang/PKL/Penelitian/Kunjungan

10
11
3.2. Kegiatan di BPTU-HPT Sembawa
3.2.1. Kegiatan Bidang Hijauan Pakan Ternak (HPT)
Kegiatan di bagian HPT yaitu menggembalakan sapi ke padangan
melakukan perawatan di kebun rumput seperti penanaman, penyiraman, dan
pemanenan rumput menggunakan grammower.
Ketika di gudang pakan kami mengaduk konsentrat dan melakukan
distribusi pakan ke setiap kandang. Pada kegiatan pengawetan hijauan pakan kami
memfermentasikan pembuatan silase kotak untuk persiapan musim kemarau yan
akan datang. Silase merupakan pakan ternak yang masih memiliki kadar air tinggi
sebagai hasil awetan hijuan makan ternak yang melalui proses fermentasi yang
dibantu oleh mikroorganisme anaerob.
Pada bagian pemupukan kami melakukan pembuatan pupuk bokasi dan
penyebaran pupuk kimia. Serta melakukan pembenihan leguminosa dan rumput-
rumput seperti rumput Brachiaria Decumbens (BD), Brachiaria Humidicola
(BH), Mombaca, kinggrass.
Hijauan pakan ternak adalah semua bentuk bahan pakan berasal dari
tanaman atau rumput termasuk leguminosa baik yang belum dipotong maupun
yang dipotong dari lahan dalam keadaan segar (Akoso, 1996).

3.2.2. Kegiatan Bidang Pemeliharaan


Kegiatan di bagian pemeliharaan meliputi pemuliaan, produksi dan
reproduksi. Seperti inseminasi buatan (IB), pemeriksaaan kebuntingan (PKB),
lepas sapih, pengamatan birahi, palpasi, Asisten Teknisi Reproduksi (ATR), dan
Uji Performance.
Menurut Hafez (1980) bahwa Pemeriksaan Kebuntingan melalui palpasi
rektal, merupakan cara pemeriksaan yang sederhana, namun membutuhkan
ketrampilan dan latihan yang intensif sehingga mampu menegakan diagnosa
kebuntingan. Palpasi rektal di lakukan dengan cara memasukkan tangan ke dalam
rektum hingga tercapai perabaan terhadap uterus dan ovarium sehingga dapat
diketahui kondisi organ, kelainan, serta siklus reproduksi yang terjadi pada
seekor ternak.

12
Pengamatan birahi dilakukan pada pagi hari , apabila ada yang birahi maka
segera dilaporkan pada petugas untuk di IB pada sore harinya. Pemeriksaan
kebuntingan dilakukan oleh petugas dan kami di ajari untuk palpasi.
Palpasi rektal dilakukan untuk belajar mencari dan mengenali serviks agar
bisa melakukan inseminasi buatan. Inseminasi merupakan teknologi tepat guna
dalam bidang pembiakkan ternak, karena banyaknya manfaat dari hasil IB yaitu
meningkatkan mutu genetik sapi, mengatur jarak kebuntingan, mengurangi
penyebaran penyakit kelamin dan berbagai manfaat lainnya.
Langkah kerja proses inseminasi buatan sebagai berikut
- Memasukkan sapi yang akan di IB ke dalam kandang jepit
- Lalu siapkan alat dan bahan untuk inseminasi buatan
- Mengambil Straw yang akan digunakan kemudian di thawing ke dalam air
hangat (suhu 370c) selama 15 detik.
- Straw yang telah di thawing dimasukan ke dalam Insemination Gun dan
gunting ujung Straw.
- Memasang plastik Sheath ke Insemination Gun
- Kemudian ambil posisi siap untuk IB setelah itu melakukan palpasi melalui
rektum untuk mengetahui status reproduksi.
- Vulva di bersihkan menggunakan tisu dan Insemination Gun di masukan ke
cervix kemudian ditembakkan ke dalam cervix.
Uji performance dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan sapi dan
mendata populasinya. Uji performance dilakukan dengan melakukan pengukuran
pada tinggi pundak, tinggi pinggul, panjang badan, lingkar dada, berat badan, dan
lingkar skortum.

3.2.3. Kegiatan Bidang Kesehatan Hewan


Kegiatan pada bagian kesehatan hewan diantaranya adalah pemeriksaan
fisik, pemeriksaan rutin, pengobatan kelompok, pemberantasan ektoparasit, suci
hama, dan uji laboratorium.
Kesehatan hewan adalah hal yang sangat penting dalam peternakan karena
kesehatan akan berpengaruh terhadap keberhasilan produksi dari ternak, ternak
dalam kondisi sakit biasanya akan timbul gejala anoreksia, terjatuh/tidak bisa

13
bangun yang akan mempengaruhi konsumsi pakan dan minum yang berakibat
pada penuruan bobot badan dan bisa berakibat pada kematian.
Program Post Partus adalah program pemberian obat pada indukan sapi
yang baru melahirkan agar sapi tidak mengalami kelemahan. Obat yang diberikan
pada indukan sapi yaitu vitol ADE 10 ml, calcidex 50 ml intracin 40 ml dan
fluxiside 40 ml. Pada sapi pedet yang baru dilahirkan tali pusar di potong 3 cm
dari pangkal pusar kemudian diberikan povidone dan di semprot gusanex.
Retensi Plasenta adalah suatu kondisi tertahannya plasenta karena vili
kotiledon fetus masih bertaut dengan kripta karunkula induk dan gagal
melepaskan diri antara keduanya. Dalam keadaan normal kotiledon fetus biasanya
keluar 3 sampai 8 jam setelah melahirkan. Menurut (Manan, 2002) Jika plasenta
tidak keluar 8 sampai 12 jam maka dapat dikategorikan bahwa ternak sapi tersebut
telah mengalami retensi plasenta. sedangkan menurut Sammin et al., (2009)
plasenta yang tidak keluar dalam 12 jam berarti ternak tersebut telah mengalami
retensio sekundinae. Shenavai et al., (2010) menyatakan bahwa plasenta yang
tidak keluar lebih dari 24 jam setelah melahirkan maka dianggap sebagai kondisi
patologis yang disebut retensio sekundinae.
Terjadinya retensio sekundinae diakibatkan karena gangguan pemisahan dan
pelepasan villi fetalis (kotiledon) dari kripta maternal koronkula (Kurniawan,
2007). Menurut Islam et al (2013) pada dasarnya retensi sekundinae atau Retensi
Plasenta adalah kegagalan pelepasan villi kotiledon foetal dari kripta karankula
maternal. Pada sapi, retensi plasenta dapat disebabkan beberapa faktor yaitu:
a. Gangguan mekanis (hanya 0,3% kasusnya), yaitu selaput fetus yang
sudah terlepas dari dinding uterus, tetapi tidak dapat terlepas dan keluar dari alat
kelamin karena kanalis servikalis yang terlalu cepat menutup, sehingga selaput
fetus terjepit.
b. Gangguan pelepasan sekundinae yang berasal dari karankula induk. Ini
adalah kasus yang paling sering terjadi dan dapat mencapai 98%. Hal ini
disebabkan karena induk kekurangan kekuatan untuk mengeluarkan sekundinae
setelah melahirkan. Kekurangan kekuatan pada induk diakibatkan karena pada
saat partus atau melahirkan, induk mengalami perejanan yang cukup lama sampai
pedet keluar. Akibat dari perejanan tersebut, terjadi atoni uteri (uterus tidak

14
berkontraksi). Selanjutnya proses pathogenesis akan dijelaskan pada bagian
berikutnya.
Gejala yang terlihat pada kasus retensio sekundinae adalah adanya plasenta
yang menggantung diluar alat kelamin (Hardjopranjoto, 1995) dan ada juga yang
menetap dalam uterus atau vagina. Pemeriksaan melalui uterus dapat dilakukan
dalam waktu 24 sampai 36 jam setelah melahirkan. Kesulitan dalam memasukan
tangan kedalam uterus dan serviks biasanya terjadi setelah 48 jam setelah
melahirkan.
Menurut Toelihere ,(1985) kontraksi serviks akan terhambat jika plasenta
berada didalam serviks. Sekitar 75 sampai 80% sapi dengan retensio sekundinae
tidak menunjukkan gejala sakit dan sekitar 20 sampai 25% memperlihatkan
gejala-gejala metritis seperti anoreksia, depresi, suhu badan tinggi, Pulsus
meningkat dan berat badan turun (Toelihere, 1985).
Sapi yang akan mengalami retensi plasenta biasanya mengalami penurunan
sistem imun nonspesifik yang terjadi 1 sampai 2 minggu sebelum melahirkan
(Kimura et al., 2002). Hewan yang mengalami masalah keseimbangan energi
negatif atau suboptimal kadar vitamin E pada minggu terakhir sebelum
melahirkan akan lebih rentan untuk mengalami retensio sekundinae (LeBlanc et
al., 2004). Kejadian retensi plasenta berhubungan erat dengan faktor lingkungan,
fisiologis dan nutrisi. Penderita retensi plasenta tidak menunjukkan tanda-tanda
sakit dan hanya 20-25 % yang menunjukkan gejala sakit. Gejala yang terjadi
berupa peningkatan pulsus, respirasi cepat, temperatur meningkat, vulva bengkak
dan merah, anoreksia, diare, depresi, produksi susu dan berat badan menurun
(Hemayatul, 2012).
Menurut Rista (2011) bahwa Patologi kejadian retensio sekundinae adalah
kegagalan pelepasan vili kotiledon fetal dari kripta karunkula maternal. Setelah
fetus keluar dan korda umbilikalis putus, tidak ada darah yang mengalir ke vili
fetal sehingga vili tersebut berkerut dan mengendur terhadap kripta karankula.
Uterus mengalami atoni uteri (uterus tidak berkontraksi) akibat dari proses
perejanan saat partus, meyebabkan sejumlah darah yang mengalir ke uterus tidak
terkendali. Pada saat itu karunkula tidak berdilatasi, menyebabkan kotiledon yang
tadinya mengendur terhadap karankula tetap terjepit karena suplai darah yang

15
tidak terkendali. Akibat dari semua itu vili kotiledon tidak lepas dari kripta
karankula sehingga terjadi retensi plasenta.
Diagnosa retensi plasenta dilapangan didasarkan pada anamnesa dari
pemilik hewan, gejala klinis, dan pemeriksaan intra vaginal. Berdasarkan
anamnesa biasanya pemilik hewan ataupun petugas kandang melaporkan bahwa
plasenta belum kelahiran 8 jam pasca melahirkan. Dari gejala klinis, dapat dilihat
adanya selaput plasenta yang masih menggantung pada daerah vulva. Palpasi intra
vaginal untuk memastikan penyebab dari terjadinya retensi plasenta (Hanafi,
2011).
Metode pengobatan yang digunakan untuk kasus Retensi Plasenta pada sapi
yaitu pengeluaran plasenta secara manual dan pemberian antibiotik intrauterin
sistemik dengan atau tanpa oksitosin dan PGF 2α (Drillich et al., 2006). Menurut
Lukman et al. (2007), tujuan pengobatan adalah untuk mendorong terjadi
kontraksi uterus sehingga menyebabkan keluarnya plasenta. Mekanisme kerja
oksitosin yaitu Oksitosin yang beredar akan berefek jika terdapat reseptor pada
membran sel otot polos sehingga merangsang pelepasan sel yang akan
menyebabkan kontraksi uterus. oksitosin terikat pada reseptornya, yaitu membran
sel Myometrium. Oksitosin bekerja dengan menimbulkan depolarisasi potensial
membrane sel. oksitosin merangsang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot polos
uterus. oksitosin mempunyai waktu paruh yang sangat singkat, yaitu dalam
beberapa menit (2-5 menit) karena itu pemberiannya harus diulang untuk
mempertahankan kadarnya didalam plasma (Theresia, 2004) . Obat antibiotika
lain pada retensi plasenta adalah oksitetrasiklin dalam kapsul sebanyak 250 mg,
dimasukkan empat kapsul kedalam uterus ( Lukman et al., 2007).Diare sering
menyerang anak sapi. Penderita diare akan mengalami kekurangan cairan yang
mengandung garam mineral atau elektrolit sehingga terjadi dihidrasi yang dapat
menyebabkan kematian. Penanganan dilakukan dengan memberi injeksi intertrim
LA 4 ml dan Vitol ADE 3 ml.
Abses merupakan kumpulan nanah yang berada dalam jaringan tubuh yang
biasanya pada daerah kulit dan menimbulkan luka yang cukup serius karena
infeksi dari bakteri pembusuk. Gejala khas abses adalah peradangan, merah,

16
hangat, bengkak, sakit, bila abses membesar biasanya di ikuti gejala demam,
selain itu bila ditekan terasa adanya terowongan ( Boden 2005).
Nekropsi merupakan penentuan kausa penyakit dengan melakukan
diskripsio lesi makroskopis dan mikroskopis dari jaringan dan denganmelakukan
pemeriksaan serologis dan mikrobiologis yang memadai.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT)
Sembawa adalah salah satu Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) di bawah Direktorat
Jendral Peternakan dan kesehatan Hewan yang membidangi fungsi pembibitan
ternak unggul. Melaksanakan kegiatan magang disana memberi pengalaman yang
sangat banyak dan belum pernah saya temui di bangku perkuliahan.

4.2. Saran
Adapun saran setelah melaksanakan kegiatan magang di BPTU-HPT
Sembawa yaitu semoga untuk yang akan datang mahasiswa lebih mempersiapkan
materi yang cukup sebelum turun ke lapangan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Achjadi. 2005.Petunjuk Pemeliharaan Sapi Brahman Cross. BPTU Sapi Dwiguna


dan Ayam Sembawa. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen
Pertanian.
Achjadi. 2005. Kasus keracunan pada hewan di Indonesia dari tahun
1992−2005.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 21−22
Agustus 2007.Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Anonimus. 2008. Metritis and Endometritis. Merck & Co., Inc. Whitehouse
Station, NJ, USA.
Akoso, B.T. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius, Yogyakarta.
Blakely, J., Bade, DH. 1992. Ilmu Peternakan. Edisi Ke-empat. Terjemahan B.
Srigandono. UGM-Press, Yogyakarta.

Bowen, R. 2000. Placentation in Ruminants. http://www.vivo.colostate.edu/


hbooks/pathphys/reprod/placenta/ruminants.html. 24 November 2013
(02.1v\8).

Drillich, M., U. Reichert, M. Mahlstedt, and W. Heuwieser. 2006. “Comparison


of Two Strategies for Systemic Antibiotic Treatment of Dairy Cows with
Retained Fetal Membranes: Preventive vs. Selective Treatment.” Journal
of Dairy Science 89(5):1502–8. doi: 10.3168/jds.S0022-0302(06)72217-
2.
Islam, Md Hemayatul, Md Jalal Uddin Sarder, Syed Sarwar Jahan, Moizur
Rahman, Marefa Zahan, Md Abdul Kader, and K. M. Mozaffor Hossain.
2013. “Retained Placenta of Dairy Cows Associated with Managemental
Factors in Rajshahi, Bangladesh.” Veterinary World. doi:
10.5455/vetworld.2013.180-184.
Hafez, ESE, Jainudeen MR, Rosnina Y. 2000. Hormones, Growth Factors and
Reproduction. Di dalam: Reproduction. In Farm Animals. Ed-3.
Lippincoot W illiams & Wilkins. Philadelphia. Hlm 31-54.
Hafez, E. S. E. 1980. Reproduction in Farm Animals. 4 th ed. Lea and Febiger.
Philadelphia.

19
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Surabaya. Airlangg
a University Press.
Manan, D. 2001. Ilmu Kebidanan pada Ternak. Direktorat Pembinaan Penelitian
dan Pengabdian pada Masyarakat DIKTI. Jakarta.

Rahmi E, M Hanafiah, Amaliah S, Hambal, Farid W, 2010. Insidensi Nematoda


Gastrointestinal dan Protozoa pada Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) Liar di Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Weh Sabang.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol. XIII, No. 6: 286-291.

Toelihere, M.R. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

20
LAMPIRAN

Orientasi Umum dan Pembuatan Draf Laporan


Sumber. Azizah 2020

Pemberian Infus Antiseptik Melalui Intra Uteri


Sumber. Azizah 2020

21
Pengambilan Darah
Sumber. Azizah 2020

Injeksi Intramuscular
Sumber. Azizah 2020

22
Injeksi Subcutan
Sumber. Azizah 2020

Palpasi Intra Vagina


Sumber. Azizah 2020

23
Pembuatan Silase Kotak
Sumber. Azizah 2020

Pemupukan Kimia secara mekanik


Sumber. Azizah 2020

24
Uji Performance
Sumber. Azizah 2020

Pemilahan Indigofera
Sumber. Azizah 2020

25
Pemberian Kolostrum pada Pedet
Sumber. Azizah 2020

Palpasi Rektal
Sumber. Azizah 2020

26
Nekropsi pada Pedet Jantan
Sumber. Azizah 2020

Foto Bersama Kepala Balai BPTU-HPT Sembawa


Sumber. Azizah 2020

27
Penyerahan Plakat Di Bagian Kantor
Sumber. Azizah 2020

Penyerahan Plakat Di Bidang Pemeliharaan


Sumber. Azizah 2020

28
Penyerahan Plakat Di Bidang Keswan
Sumber. Azizah 2020

Penyerahan Plakat Di Bidang Kantor


Sumber. Azizah 2020

29
Kegiatan Senam Pagi
Sumber. Azizah 2020

Kunjungan ke Farm Ayam Pedaging Ibu Wani


Sumber. Azizah 2020

30

Anda mungkin juga menyukai