DISUSUN OLEH :
NAMA : Arnentis
NPM : E1C016023
DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. Endang Sulistyowati M.Sc
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karuniaNya
saya dapat menyelesaikan laporan Kerja Lapang tanpa ada hambatan yang berarti dan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat yang harus
saya kerjakan dalam memenuhi mata kuliah Kerja Lapang. Hasil yang saya buat di dalam
laporan ini diperoleh berdasarkan Praktek Kerja Lapang yang telah kami laksanakan selama
14 hari yang dilaksanakan di UPTD Inseminasi Buatan di Bengkulu, serta mencari dari
literature di internet.
Dalam penulisan laporan ini saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini :
1. Kepada Dr. Ir. Endang Sulistyowati M.Sc selaku dosen pembimbing Kerja Lapang.
2. Kepada seluruh staf UPTD Inseminasi Buatan di Bengkulu
3. Teman-teman Kerja Lapang, Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama 14
hari kegiatan Kerja Lapang ini sehingga dapat membantu dalam penyelesaian laporan
KL ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. Untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan sebagai pedoman bagi saya
dalam penulisan laporan selanjutnya. Terima Kasih.
Arnentis
E1C016023
BAB I.......................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................................ 7
Jadwal KL ............................................................................................................................. 21
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 34
3. Pakan ............................................................................................................................. 37
4. Kesehatan ...................................................................................................................... 38
BAB IV ..................................................................................................................................... 52
PENUTUP ................................................................................................................................ 52
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 55
PENDAHULUAN
Penampungan semen merupakan salah satu mata rantai kegiatan Inseminasi Buatan (IB)
untuk mendapatkan semen dengan kualitas yang optimal, sehingga seluruh mata rantai yang
terdiri dari pengamatan ternak di lapangan, pengamatan kesehatan ternak, hijauan makanan
ternak, konsentrat serta seluruh personil teknis dan nonteknis terlibat aktif dalam tugas
inseminasi buatan.
Bull bisa dikatakan sebagai pejantan yang unggul, dan semennya bisa dikoleksi untuk
program inseminasi buatan dapat dilihat dari performa fisiknya atau morfologi dari pejantan
itu sendiri, selain itu bisa juga dilihat dari recording atau catatan reproduksinya. Semen yang
berkualitas memang sangat menunjang keberhasilan IB dan juga bisa menurunkan pedet yang
1.2 Tujuan
1. Memberikan gambaran kepada mahasiswa kondisi aktual perkembangan dan
penerapan ilmu peternakan di lapangan.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai ilmu peternakan dalam
bidang industri peternakan.
3. Mengetahui manajemen pemeliharaan sapi pejantan untuk keperluan Inseminasi
Buatan.
4. Mengetahui cara handling sapi.
5. Mengetahui cara penampungan semen pada sapi.
6. Mengetahui proses pembuatan semen beku.
7. Mengetahui cara penilaian atau evaluasi semen.
8. Menegetahui ukuran tubuh yang penting yaitu panjang badan, tinggi badan dan lingkar
dada.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan dan aplikasi ilmu peternakan di
perusahaan ataupun industri peternakan.
2. Mahasiswa dapat membandingkan ilmu peternakan yang dipelajari di perkuliahan
dengan kondisi di lapangan.
TINJAUAN PUSTAKA
Keberadaan UPTD Inseminasi Buatan ini diharapkan dapat menjawab tantangan dalam
pembangunan daerah melalui peningkatan produksi dan kualitas ternak, terutama ternak sapi.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan teknologi di daerah dan untuk
memenuhi permintaan masyarakat akan bibit ternak, maka sejak tahun 2010 UPTD
Inseminasi Buatan telah memproduksi semen cair dan pada tahun 2013 mulai mencoba
memproduksi semen beku. Kemudian pada tahun 2014 produksi semen beku produksi UPTD
Inseminasi Buatan sudah dapat digunakan oleh masyarakat Bengkulu untuk mendukung
program pemerintah dalam swasembada daging sapi.
Untuk meningkatkan produksi dan produktivitas semen beku yang dihasilkan UPTD
Inseminasi Buatan, diperlukan beberapa terobosan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas.
Hal ini penting untuk mendukung pembangunan peternakan di provinsi Bengkulu dengan
peningkatan kualitas bibit ternak melalui Inseminasi buatan, terutama peningkatan
produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi lokal.
Gedung BIBD, tersedia pada awal tahun 2013 yang berlokasi di Jl. WR.Supratman KM.8
Talang Kering Pematang Gubernur Kec. Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu. Luas bangunan
9 X 12m2, kandang ternak kapasitas 8 ekor bull (pejantan), kebun rumput 2 Ha dan lahan
exercise 40 X 25 m2.
Misi : 1. Memproduksi dan mendistribusikan semen beku dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Tugas Pokok
Fungsi :
Motto :
KEPALA UPTD
TATA USAHA
- Pengadministrasian Umum
- Analisis Tata Usaha
- Pengadministrasian
Persuratan
- Sekretaris
- Pranata Komputer
- Pengolah Data
Tinjauan Pustaka
Manajemen Pemeliharaan
a. Perkandangan
Kandang harus nyaman bagi sapi serta kandang harus dekat jaraknya dengan tempat
penyimpanan pakan dan minum agar mudah memberiu pakannya. Pembangunan kandang
harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan
menjaga kebersihan lingkungan serta dengan mudah dapat membantu untuk menghandling
sapi. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga dan sapi
akan lebih nyaman dari predator atau gangguan cuaca. Menurut Siregar (2006) pembuatan
kandang untuk sapi memerlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :
Menurut Hartadi (1986) konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama
bahan pakan lain untuk meningkatkan keseimbangan nutrisi dari keseluruhan bahan pakan
dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap. Menurut Murtidjo (1990)
bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan.
1)Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan
berupa daun-daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain.
Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa hijauan segar
dan kering. 2) pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar
relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan pakan penguat meliputi bahan pakan yang berasal
dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak,
bungkil kelapa, tetes. yang berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai nutrient pada
bahan pakan lain yang nilai nutriennya rendah. 3) pakan tambahan biasanya berupa vitamin,
mineral, dan urea. Pakan tambahan dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang
hidupnya berada dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain
vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea.
Hijauan yang merupakan sumber makanan ternak terutama ternak ruminansia selain
merupakan kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan sumber tenaga, juga merupakan
komponen yang sangat menunjang bagi produksi dan reproduksi ternak. Jenis hijauan seperti
rumput maupun kacang-kacangan (leguminosa) dalam bentuk segar atau kering haruslah
tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang tahun karena jenis hijauan ini umum dikonsumsi
oleh ternak. Pada prinsipnya hijauan yang disajikan pada ternak perlu memiliki sifat-sifatyaitu
disukai (palatable), mudah dicerna, nilai gizinya tinggi dan dalam waktu yang pendek maupun
tumbuh kembali. Hijauan pakan ternak dibagi kedalam dua bagian yaitu bangsa rumput-
rumputan dan leguminosa (semak dan pohon). Hijauan merupakan makanan utama bagi
ternak ruminansia dan berfungsi tidak hanya sebagai pengenyang tetapi juga berfungsi
sebagai sumber nutrisi, yaitu protein, energi, vitamin dan mineral. Hijauan yang bernilai gizi
tinggi cukup memegang peranan penting karena dapat menyumbangkan zat pakan yang baik
bagi ternak (Herlinae, 2003).
Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi
ternak yang dimiliki. Kendala utama di dalam penyediaan hijauan pakan untuk ternak
terutama produksinya tidak dapat tetap sepanjang tahun. Pada saat musim penghujan,
produksi hijauan makanan ternak akan melimpah, sebaliknya pada saat musim kemarau
tingkat produksinya akan rendah, atau bahkan dapat berkurang sama sekali.
Laporan Kerja Lapang UPTD Inseminasi Buatan Page 12
Hijauan makanan ternak secara umum dapat dibagi atas 3 golongan yaitu rumput
(Gramineae), leguminosa/legum (Leguminoseae) dan golongan non rumput dan non
leguminosa. Rumput mempunyai produksi bahan kering (BK) dan kandungan serat kasar
yang lebih tinggi disbanding legum,sementara itu legum mempunyai kandungan protein kasar
yang lebih tinggi dari rumput. (Kamal, 1998).
2.4 Produksi Semen Beku
a. Teknik Penampungan Semen
Semen atau mani dalam alat reproduksi merupakan zat cair yang keluar dari tubuh melalui
penis sewaktu kopulasi (Partodiharjo, 1982). Penampungan semen bertujuan untuk
memperoleh semen yang jumlah volumenya banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih
lanjut untuk keperluan inseminasi buatan (Kartasudjana, 2001).
Metode penampungan semen khususnya pada ternak sapi telah mengalami perubahan dari
tahun ke tahun, dan perubahan – perubahan ini merupakan langkah yang penting dalam
peningkatan dan perkembangan IB, (Toelihere, 1981) menyatakan bahwa penampungan
semen merupakan suatu proses pengambilan semen pejantan yang sudah dewasa kelamin
pada saat ejakulasi dengan menggunakan vagina buatan, elektroejakulator dan pemijatan. Hal
yang penting didalam program inseminasi buatan adalah proses penampungan semen yang
benar, hal ini meliputi pengaturan interval pejantan yang baik pada saat penampungan semen,
persiapan pejantan, dan teknik yang benar didalam penampungan semen (Hafez, 1993).
Faktor yang mempengaruhi penampungan semen terbagi menjadi dua yaitu faktor internal
dan faktor eksternal, faktor internal meliputi hormonal, metabolisme, keturunan, umur dan
kesehatan. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan, cuaca, sarana dan prasarana, dan
hewan pemancing. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh menjaga kualitas dan kuantitas
dari semen. Foster et al (1970) menyatakan bahwa seorang penampung harus mempelajari
agar dapat memanfaatkan tersebut semaksimal mungkin, khususnya dalam penampungan
semen. Penampungan semen dilakukan apabila penis sudah benar – benar tegang dan
tampak kemerahan serta sapi tersebut sudah menaiki pemancing sebanyak 3 – 4 kali.
Kolektor yang bertugas memegang vagina buatan dengan tangan kanan sementara tangan kiri
memegang praepetium dan berdiri di sebelah kanan teaser dengan posisi vagina buatan
memebentuk sudut 45 derajat garis dengan horizontal. Penis diarahkan ke vagina buatan yang
dipegang dengan menggunakan tangan kanan. Disusul dengan tekanan kedepan dan terjadi
ejakulasi. Saat ejakulasi pejantan harus dibiarkan mendorong penisnya sendiri kedalam
vagina buatan untuk memperoleh ejakulasi yang optimal (Salisbury dan van demark, 1985).
(Hale dan almquist, 1960) menyatakan bahwa rangsangan yang ditimbulkan oleh satu
Semen atau air mani adalah cairan yang terdiri dari hasil sekresi kelenjar kelamin
aksesoris dan spermatozoa yang sudah masak dari epididimis seekor sapi pejantan dewasa.
(Hafez, 1993 ) menyatakan bahwa semen terdiri dari campuran spermatozoa yang dihasilkan
oleh jaringan testis didalam tubulus semineferus dan plasma semen yang berasal dari kelenjar
kelamin pelengkap. Plasma semen berfungsi sebagai medium semigelatinous yang membawa
spermatozoa dari saluran reproduksi hewan jantan kedalam saluran reproduksi hewan betina
(Toelihere, 1981).
Saat ejakulasi penjantan harus dibiarkan mendorong penisnya sendiri kedalam vagina
buatan untuk memperoleh ejakulasi yang optimal (Salisbury dan Van Demark, 1985).
Rangsangan yang ditimbulkan oleh satu pemancing akan terus menurun pada setiap
penampungan berikutnya dan pada akhirnya pejantan akan menolak menaiki pemancing
tersebut, dengan mengganti pemancing umumnya libido dapat dipulihkan kembali dan bahkan
dapat dilakukan beberapa kali penampungan (Hale dan Almquist, 1960).
Jumlah semen dan konsentrasi antara spesies berbeda – beda. Sifat fisik dan kimiawi
semen sebagian besar ditentukan oleh plasma semen. (Hale dan Almquist 1960) menyatakan
bahwa berat badan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pejantan menjadi lamban, sulit
untuk berkopulasi karena kemalasannya, kelemahan kaki – kaki belakang dan penurunan
libido. Lebih lanjut dikatakan bahwa belum dapat dibuktikan bahwa gerak badan dapat
mempengaruhi produksi spermatozoa secara kualitatif dan kuantitatif.
Vagina buatan terdiri dari silinder karet tebal dan keras, di dalamnya dilapisi silinder karet
tipis dan merupakan kantung yang dapat diisi air panas. Salah satu ujung vagina buatan
dipasang karet berbentuk corong untuk menampung semen. Vagina buatan yang telah diisi air
Laporan Kerja Lapang UPTD Inseminasi Buatan Page 14
panas dan di bagian dalam diberi pelicin, akan berfungsi untuk menampung semen (Salisbury
and VanDemark, 1985).
b. Pemeriksaan Semen Segar
Salisbury dan Van Demark, 1985 menyatakan bahwa volume semen akan bertambah
banyak sesuai dengan besar tubuh, Kesehatan reproduksi, daya kekuatan dan frekuensi
penggunaan pejantan. Produksi semen yang tinggi diperoleh dari volume tiap pancaran semen
yang tinggi dengan konsentrasi yang tinggi, (Hardjopranjoto, 1991).
Kisaran ph yang normal menurut ( Hale dan Almquist 1960) sebesar 6,2 – 6,7. pH semen
yang cenderung asam mencerminkan aktifitas sperma pada kondisi anaerob, sperma yang
menghasilkan asam laktat semakin rendah nilai ph, maka motilitas sperma akan semakin
rendah pula. pH semen biasanya berasal pada kondisi netral atau asam lemah 6,5 – 6,8). pH
semen dipengaruhi oleh sekresi kelenjar aksesori, pH semen yang berlebih memperlihatkan
fungsi abnormal organ tersebut atau kemungkinan tercampuri oleh bahan lain (urin).
Pemeriksaan semen secara mikroskopis meliputi gerakan massa, motilitas, konsentrasi,
persentase sperma hidup dan abnormalitas sperma dilakukan secara berurutan. Semen yang
baik memiliki pola mikroskopis gelombang massa baik hingga sangat baik. Sperma dikatakan
berkualitas apabila mengandung sperma yang bergerak aktif denagn gerakan massa yang
tinggi. Gerakan massa sperma dinilai berdasarkan dengan kecenderungan sperma bergerak ke
satu arah (Toelihere, 1985).
Pergerakan sperma meliputi gerakan massa maju atau progresif, mundur atau reverse,
bergetar atau vibratory, dan berbutir atau sirculatory (Partodihardjo, 1982). Stimulus awal
bagi motilitas sperma berasal dari isi kelenjar aksesoris saat semen diejakulasikan.
Semen yang telah ditampung harus segera mungkin untuk diencerkan dengan pengencer
semen karena semen yang dibiarkan pada suhu ruang tanpa diencerkan akan menyebabkan
kematian pada spermatozoa dengan cepat hanya dalam kurun waktu sekitar kurang dari 2 jam
(Rizal dan Herdis, 2008).
Pengenceran merupakan campuran dari bahan – bahan yang bisa mencukupi zat – zat
makanan bagi sel mani. Sehingga kebutuhan hidupnya diluar saluran reproduksi dapat
terpenuhi. Lebih lanjut dikatakan bahwa bahan yang banyak digunakan sebagai pengencer
adalah bahan – bahan yang berupa susu, kuning telur, glukosa dan gliserin dalam
perbandingan tertentu. Bahan tersebut masih ditambahkan antibiotic dan penicillin guna
mencegah penyebaran kuman – kuman.
Fungsi dari pengencer adalah untuk memperbanyak volume sehingga semen yang didapat
itu dapat dibagi - bagi untuk menginseminasi banyak betina dari satu ejakulat, sumber nutrisi
spermatozoa untuk mempertahankan hidupnya, melindungi spermatozoa dan sebagai
bakteriostatik dimana pengencer harus mengandung zat - zat ini sehingga zat - zat renik dalam
semen dapat dihentikan aktifitasnya serta sebagai pelindung spermatozoa terhadap perubahan
- perubahan temperature atau anti shok (Toelihere, 1981).
Pengenceran semen dapat dilakukan dengan menambahan bahan – bahan tertentu yang
mampu memberikan makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa dan dapat
memperpanjang daya hidup spermatozoa di luar tubuh (Rosmaidar et al, 2013). Konsentrasi
semen yang lebih pekat pada umumnya mempunyai konsentrasi sperma yang lebih tinggi.
Konsentrasi sperma berbeda nyata dari pejantan yang satu dengan yang lain diantaranya;
kelompok umur pejantan berbeda, Perbedaan musim dalam setahun, perbedaan tempat
geografis, perkembangan seksual dan kedewasaan sapi jantan, kualitas pakan yang diberikan
dan kesehatan reproduksinya (Salisbury dan Van Demark, 1985).
Konsentrasi merupakan jumlah sperma tiap unit volume semen dan penting untuk
menentukan rasio pengenceran semen yang akan diproses lebih lanjut (Hafez, 1993). Produksi
sperma dapat terganggu akibat chryptorchidismus, testis yang tersembunyi, penyakit kulit,
deman dan kelembaban yang tinggi. Penurunan semen normal (Toelihere, 1981). Pengenceran
dan penyimpanan semen merupakan usaha mempertahankan kualitas spermatozoa dalam
periode yang lebih lama yakni untuk memperpanjang daya hidup spermatozoa, motilitas, dan
daya fertilitasnya (Herdiawan, 2009).
Printing straw adalah proses mencetak identitas pejantan pada yang jumlahnya
disesuaikan dengan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan, identitas tersebut meliputi, jenis
pejantan, nama pejantan, nomor, kode pejantan, batch number dan nama produsen semen
beku. Warna straw yang digunakan juga bervariasi hal ini disesuaikan dengan jenis pejantan
yang semennya akan diproses atau diproduksi. Warna straw untuk jenis pejantan Brahman
(biru tua), Simmental (bening), limousine (merah muda), untuk FH (abu - abu). Menurut
Toelihere (1981). Pelaksanaan printing straw dilakukan bersamaan dengan waktu
pengenceran semen setelah diketahui jumlah straw yang akan dicetak. Volume semen yang
dapat ditampung untuk setiap straw adalah 0,25 cc. straw yang telah dibuat atau telah
diprinting disimpan dalam cool top.
Filling dan sealing adalah suatu proses pengisian mini straw dengan 0,25 cc semen yang
telah diencerkan setelah itu menyumbat ujung straw dengan alat yang bekerja secara otomatis.
Proses filling dan sealing dilakukan didalam cool top yang bersuhu 40c hal ini bertujuan
untuk mempertahankan motilitas semen. Menurut Toelihere (1981) menyatakan bahwa
jumlah semen dalam straw adalah 0,5 ml, sedangkan untuk mimi straw 0,25 ml. Dimana
konsentrasi sperma harus jauh lebih tinggi dan tetap mengandung minimal 12 juta sel untuk
setiap straw. Proses filling dan sealing menggunakan mesin yang bekerja secara otomatis,
cara kerjanya sebagai berikut: 1) memasang jarum pengisap dan corong tempat semen dan
jarum pengisi pada tempatnya, 2) mejalankan mesin dan mengatur letak straw, 3) mengatur
jarum supaya bisa masuk kedalam straw dan memasukkan semen kedalam corong semen, 4)
menjalankan vacuum pengisap dan mesin bronsor, 5) mesin filling dan sealing dijalankan dan
mengawasi straw sedang diisi, kemudian menghitung straw dengan menggunakan rak. Waktu
pengisian semen untuk setiap straw adalah 0,18 detik.
f. Equilibrasi
Menurut pendapat Hafez (1987) yang mengatakan bahwa ekuilibrasi dapat mencegah
pengaruh negatif gliserol terhadap antibiotik yang ditambahkan kedalam pengencer dan lama
waktu yang disarankan berkisar antara 4-6 jam.
Pembekuan adalah suatu proses untuk menghentikan aktifitas sperma agar daya hidup
sperma dapat diperpanjang sampai batas waktu yang lama. Apabila suatu larutan dibekukan
maka pelarut air membeku menjadi kristal – kristal es dan bahan – bahan terlarut tidak bersatu
Batas suhu terendah untuk penyimpanan semen sapi adalah pada suhu -196 derajat C.
bahan yang digunakan untuk membekukan semen tersebut adalah N2 cair (Salisbury dan Van
Demark, 1985). Toelihere (1993) mengetakan bahwa ekuilibrasi adalah waktu yang
dibutuhkan spermatozoa untuk menyesuaikan diri sebelum dilakukan pembekuan sehingga
kematian spermatozoa yang berlebihan dapat dicegah.
Straw yang telah terisi oleh semen dibekukan didalam mesin yang diatur penurunan
suhunya oleh uap nitrogen cair dan apabila suhu -80 derajat C sudah dicapai, semen
didinginkan lebih cepat lagi sehingga mencapai suhu -196 derajat C. Lebih lanjut dikatakan
pembekuan dapat pula dilakukan dengan menempatkan ampul – ampul didalam uap nitrogen
cair.
g. Penyimpanan
Penyimpanan semen beku pada suhu beku ditujukan agar semen tersebut dapat digunakan
secara optimal sebagai sarana pembuahan atau sebagai sarana untuk mempertahankan daya
fertilisasi dengan jalan menghambat seminimal mungkin secara fisik dan kimiawi semua
aktifitas yang penting dalam spermatozoa, sehingga proses metabolisme yang terjadi dapat
dikurangi (Hardjoprandjoto, 1991).
Konsep dasar dari teknologi Inseminasi Buatan adalah bahwa seekor pejantan secara
alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin jantan (spermatozoa) per hari, sedangkan
untuk membuahi satu sel telur (oosit) pada hewan betina diperlukan hanya satu spermatozoon.
Potensi terpendam yang dimiliki seekor pejantan sebagai sumber informasi genetik, apalagi
yang unggul dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak betina (Hafez, 1993).
Penerapan bioteknologi IB pada ternak ditentukan oleh empat faktor utama, yaitu semen
beku, ternak betina sebagai akseptor IB, keterampilan tenaga pelaksana (inseminator) dan
pengetahuan zooteknis peternak. Keempat faktor ini berhubungan satu dengan yang lain dan
bila salah satu nilainya rendah akan menyebabkan hasil IB juga akan rendah, dalam
pengertian efisiensi produksi dan reproduksi tidak optimal (Toelihere, 1981). Penerapan
bioteknologi IB pada ternak ditentukan oleh empat faktor utama, yaitu semen beku, ternak
betina sebagai akseptor IB, keterampilan tenaga pelaksana (inseminator) dan pengetahuan
zooteknis peternak. Keempat faktor ini berhubungan satu dengan yang lain dan bila salah satu
nilainya rendah akan menyebabkan hasil IB juga akan rendah, dalam pengertian efisiensi
produksi dan reproduksi tidak optimal (Toelihere, 1981).
Pada kawin alam, seekor pejantan hanya dapat melayani 50-70 ekor sapi betina dalam
sefahun, sedangkan dengan IB seekor pejantan mampu melayani 5000-10.000 ekor betina
dalam setahun. IB juga menjanjikan tingkat kebuntingan yang tinggi pada sapi betina yang
telah dewasa tubuh (+ 18 bulan), sehat, organ reproduksinya normal, dan tidak memiliki cacat
-genetik (Toelihere, 1 981).
i. Pengukuran Ternak
Menurut Guntoro (2002), umur sapi bali dapat diketahui dengan melihat gigi serinya. Sapi
dengan gigi seri tetap satu pasang, sapi berumur 1,5-2 tahun. Bila sapi dengan gigi seri tetap
dua pasang maka sapi berumur 2,5 tahun. Sapi dengan gigi seri tetap tiga pasang, sapi
berumur 3-3,5 tahun. Dan bila sapi dengan gigi seri tetap empat pasang berarti sapi berumur
empat tahun atau lebih. Jadi, umur sapi bisa dilihat dari rumus gigi walaupun belum akurat
berapa pasti umurnya.
Pengukuran lingkar dada dan panjang badan dapat memberikan petunjuk bobot badan
seekor ternak dengan tepat. (Wiliamson dan Payne, 1983). Ukuran tubuh ternak dapat
menggambarkan kemampuan dan produksi yang baik dari seekor ternak, ukuran-ukuran tubuh
tersebut antara lain,panjang badan, tinggi gumba, lingkar dada, dalam dada, lebar dada, dan
indeks kepala, (Sumadiet a, 2008).
Suharno & Nazarudin (1994) menyatakan bahwa sapi bali dewasa, tinggi badannya
mencapai 1-2 meter dengan berat antara 300-400 kg. Sapi bali kaki pendek tetapi badannya
panjang dan lingkar dada cukup besar. Pane (1986) menyatakan berat sapibali jantan dewasa,
sekitar 400 kg, lingkar dada 192 cm,tinggi gumba, 127 cm, dan panjang badan 140 cm. Berat
sapibali betina, dewasa,sekitar 260 kg, lingkar dada 165 cm, tinggi gumba 114 cm, dan
panjang badan 120 cm.
Menurut Gafar (2007), rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menduga bobot
badan adalah Rumus yang telah dikenal adalah rumus Schoorl yang
mengemukakan pendugaan bobot ternak sapi berdasarkan lingkar dada sebagai berikut :
Bobot badan (kg) = (lingkar dada (cm) + 22)2
100
Jadwal KL
Tabel 1. Jadwal KL
Nama Kelompok
No Nama NPM
1 Arnentis E1C016023
Pakan
Alat Bahan
1. Ember 1. Konsentrat Pabrik, Pelet
2. Sekop 2. Garam
3. Arit 3. Cattle Mix
4. Kamera (hp) 4. Rumput
5. Motor roda tiga
6. Tali
7. Sarung tangan
8. Batu asahan
9. Bak pakan konsentrat
Kesehatan
Alat Bahan
1. Injeksi 1. Desinfektan (destan)
2. Sepatu boot 2. Air
3. Alat tulis (rekording).
4. Kamera (HP).
5. Tangki semprot.
6. Masker.
Penampungan semen
Alat Bahan
1. Handuk bersih 1. Air panas
Alat Bahan
1. Cooltop 1. Air
2. Automatic photometer 2. Desinfektan
3. TV
4. Mikroskop
5. Layar monitor
6. Objek gelas
7. Gunting
8. Kontainer
9. Pinset
10. straw
11. Gelas ukur
12. Kamera (hp)
Pengenceran Semen
Alat Bahan
1. Gelas Ukur Volume 10 ml 1, Andromed
2. Gelas Ukur Volume 100 ml 2.Aquabides
Printing Straw
Alat Bahan
1. Mesin Automatic Filling & Sealing 1. Semen yang sudah diencerkan
2. Straw Volume 0,25 cc
3. Selang
4. Rak straw
Ekuilibrasi
Alat Bahan
1. Rak straw 1. Straw hasil filling & silling
2. Cold handling cabinet (cold top)
3. Tiang rak straw
Freezing (Pembekuan)
Alat Bahan
1. Rak straw 1. N2 Cair
2. Tiang rak straw 2. Straw yang sudah di ekuilibrasi
3. Bull Freezing Semen
Penyimpanan Straw
Alat Bahan
1. Canister 1. N2 Cair
2. Container 2. Goblet
3. Goblet
4. Straw
Alat Bahan
Distribusi
Alat
1. Container
2. Canister
3. Straw
Sterilisasi Peralatan
Alat Bahan
1. Object glass 1. Air
2. Cover glass 2. Air sabun
3. Gelas ukur
4. Lap
5. Sikat gosok
Alat
1. Tongkat Ukur
2. Pita Ukur
1. Menguji atau memeriksa semen hasil penampungan apakah layak untuk diproses atau
tidak. Uji yang dilakukan yaitu uji makroskopis dan uji mikroskopis.
2. Semen hasil penampungan diproses yaitu dengan menguji semen secara makroskopis,
untuk mengetahui volume, kekentalan, warna, bau dan pH. Memperhatikan kecepatan
aliran semen pada tabung reaksi yang dimiringkan untuk menguji kekentalan serta
mengecek pH menggunakan pH meter (kertas lakmus).
Laporan Kerja Lapang UPTD Inseminasi Buatan Page 31
3. Selanjutnya yaitu menguji semen secara mikroskopis, untuk mengetahui uji gerakan
massa, gerakan individu dan konsentrasi, dengan menggunakan mikroskop.
Memperhatikan gelombang yang ditimbulkan untuk uji gerakan massa serta gerakan
masing-masing individu sperma untuk uji gerakan yang dapat dilihat pada layar
monitor yang telah terhung dengan mikroskop.
4. Mengambil sampel semen untuk diuji konsentrasinya menggunakan alat fotometer.
Pengenceran Semen
1. Melakukan pengenceran semen dengan nilai perbandingan yang didapatkan dari hasil
uji konsentrasi. Bahan yang digunakan sebagai pengemcer ialah andromed dan
aquabides
2. Menuangkan Andromed dan aquabides ke dalam gelas ukur. Lalu mencamput
keduaanya dalam 1 gelas ukut dan goyangkan gelas itu hingga larutan homogeny atau
tercamur merata.
3. Mencampurkan semen dan bahan pengencer menjadi satu atau hingga homogeny dan
masukkan kedalam cool top.
Printing Straw
1. Memeriksa bangsa bull dengan warna straw.
2. Mengatur posisi label bangsa pejantan, nama pejantan, kode pejantan, kode batch,
produsen (BIBD Provinsi Bengkulu) yang akan dicetak.
3. Menyiapkan jumlah straw yang akan dicetak.
4. Mencetak straw tersebut dengan mesin easy coder.
5. Mengecek hasil printing.
Filling & Sealing Straw
1. Menghubungkan alat Automatic Filling and Sealing didalam cooltop dengan semen
yang sudah siap menggunakan selang kecil serta menyusun straw kosong kedalam alat
tersebut, dan jangan sampai straw yang disusun terbalik, tidak rapi.
2. Menekan tombol power ketika sudah siap, serta mengontrol proses pengisian semen
kedalam straw tersebut.
3. Memeriksa hasil filling & sealing.
4. Menyusun straw yang telah terisi semen diatas rak straw dengan kapasitas 100 straw.
5. Memeriksa straw yang tidak bagus atau rusak.
Ekuilibrasi
1. Menyusun straw diatas rak straw dengan kapasitas hingga 100 buah straw.
Sterilisasi Peralatan
1. Mencuci alat dengan air bersih dan air sabun.
2. Menggosok dengan sikat dan air sabun.
3. Membilas kembali dengan air bersih dan meniriskannya.
4. Mensterilisaisi dengan memasukkan alat-alat tadi ke dalam oven, memanaskan pada
suhu 99,9 ºC.
5. Setelah sterilisasi selesai, selama pendinginan pintu oven tidak boleh dibuka
(perbedaan suhu antara di dalam oven dengan di luar oven yang tinggi dapat
menyebabkan pecahnya alat-alat dari kaca.
PEMBAHASAN
A. Pemeliharaan Bull
Tabel 3. Nama ternak bull, bangsa, kode, BB dan Asal ternak di UPTD IB Bengkulu
Nama
No. Bangsa Kode Berat Badan Asal
Ternak
1 Antasena Bali 10117 558 kg BPTU HPT Denpasar
2 Baladewa Bali 10116 570 kg BPTU HPT Denpasar
3 Ramayana Bali 10088 572 kg BPTU HPT Denpasar
4 Bima Bali 10134 578 kg BPTU HPT Denpasar
5 Krisna Bali 10103 610 kg BPTU HPT Denpasar
6 Caisar Simmental 60152 730 kg BPTU HPT Padang Mangatas
7 King Simmental 60153 770 kg BPTU HPT Padang Mangatas
8 Arthur Limousine 80151 844 kg BPTU HPT Padang Mangatas
Catatan : Tabel diatas merupakan jenis ternak, kode tenak , berat badan ternak, serta asal
ternak yang ada di UPTD Inseminasi Buatan di provinsi Bengkulu.
Populasi ternak di UPTD Inseminasi Buatan di Provinsi Bengkulu berjumlah 8 ekor
yang merupakan bull semua. Dari 5 ekor bull tersebut 5 ekor jenis sapi Bali, 2 ekor
Simmental dan 1 ekor Limousine.
Kandang ternak jantan unggul (Bull) yang ada di UPTD Inseminasi Buatan di
Bengkulu dibangun dengan ukuran 3 x 3,5 m, lantai semen sebagian ditambah dengan karpet
dari karet berwarna hitam, berdinding tembok semi terbuka, atap menggunakan seng, tempat
pakan dan minum yang terbuat dari semen bangunan. Perawatan kandang dilakukan dengan
cara membersihkan kandang setiap hari, setiap pagi dan sore. Kandang dibersihkan bersamaan
dengan memandikan sapi, bagian yang dibersihkan meliputi tempat pakan, lantai dan dinding.
Untuk menjaga kandang agar tetap bersih dan bebas dari penyakit biasanya dilakukan
penyemprotan desinfektan dan pengapuran pada kandang juga ada juga penyemprotan untuk
menghilangkan caplak atau serangga lain yang mengganggu sapi. Sapi juga dimandikan
dengan sabun yang diracik khusus oleh dokter hewan yang ada di UPTD Inseminasi Buatan
ini.
3. Pakan
Pada kegiatan Kerja Lapang yang telah dilakukan, pemberian pakan bull dilakukan
pada pagi hari, agak siang setelah mengarit dan sore hari. Pakan yang diberikan yaitu berupa
hijauan dan konsentrat. Hijauan yang diberikan yaitu king grass ( Pennisetum purpuroides ) ,
indigofera dan Thailand grass, namun yang paling sering dan yang utama adalah king grass.
Pakan hijauan diberikan sebesar 10% dari berat badan. Pakan sangat dibutuhkan oleh ternak,
yaitu untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi. Dalam hal ini, yang dimaksud produksi
yaitu produksi sperma. Jika pakan yang dikonsumsi oleh ternak kurang, maka produksinya
tidak akan maksimal. Selain itu, jika kualitas pakan rendah dapat mengakibatkan kekurangan
nutrisi pada ternak yang juga mempengaruhi produksinya, sehingga dalam manajemen pakan
harus memperhatikan kualitas dan kuantitas pakan yang akan diberikan untuk ternak.
Kemudian biasanya sehari sebelum penampungan ternak diberikan toge yang jumlah totalnya
4,2 kg untuk 8 ekor ternak. Karena penampungan dilakukan setiap hari senin dan kamis, maka
toge diberikan hari minggu dan rabu. Toge disini berperan agar semen yang ditampung bagus
dan tidak encer serta membuat ternak memiliki libido yang tinggi jadi tidak susah untuk
menampung semennya.
4. Kesehatan
Kesehatan hewan merupakan suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh sel
yang menyusunnya dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi normal.
Kesehatan hewan ternak adalah mengetahui ciri hewan ternak sapi yang sehat yaitu ciri hewan
ternak sapi yang sakit dan pencegahan penyakit. Jadi kesehatan ternak terutama bull itu sangat
penting.
1. Pemberian Vitamin, Pemberian vitamin pada sapi dilakukan apabila kondisi ternak
dalam keadaan stress, seperti kurang nafsu makan, terkena infeksi dan sakit.Vitamin
yang diberikan antara lain vitamin B12 dan vitamin A, D, dan E.
2. Penanganan Kesehatan Hewan, Penanganan kesehatan hewan ini dilakukan dengan
cara pengontrolan penyakit pada ternak setiap hari pada pagi dan sore hari yang
dilakukan oleh dokter hewan yang bertujuan apabila ditemukan adanya bibit penyakit
pada hewan dapat segera ditangani. Tanda awal dari ternak yang sakit yaitu nafsu
makan yang berkurang, lesu, banyak mengeluarkan air liur, mata terlihat pucat dan
banyak terdapat lelehan bekas air mata.
3. Desinfeksi kandang, Desinfeksi kandang ternak dilakukan secara rutin minimal
satukali selama seminggu, apabila terlihat gejala-gejala penyakit, penyemprotan
desifektan dilakukan setiap hari. Tujuan desinfeksi kandang untuk membunuh
mikroorganisme patogen penyebab penyakit dan mengurangi lalat dan nyamuk yang
terdapat disekitar kandang dan selokan kandang.
4. Pengobatan, Pengobatan dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami ternak.
Apabila kondisi ternak tidak memungkinkan untuk ditampung semennya, maka ternak
di istirahatkan untuk sementara waktu sampai kondisi ternak tersebut pulih dan normal
kembali.
Untuk sapi Bali yang mudah stress, diberi penanganan khusus selama masa karantinanya
yaitu 14 hari. Untuk ternak yang didatangkan dari daerah lain misalnya dari Bali, Lembang,
dsb, harus memenuhi syarat yaitu terbebas dari 12 macam penyakit seperti PMK, Anthrax,
Brucellosis, Parasit Darah, Surra, Jembrana, SE.
5.Lahan Pastura
Luas lahan HMT dan kantor yang ada di UPTD Inseminasi Buatan di Bengkulu yaitu
2,5 hektar, lahan kantor 0,5 hektar dan yang 2 hektar lahan HMT. Akan tetapi dari luas lahan
2 hektar tersebut yang benar-benar memproduksi rumput dengan baik hanya 1 hektar, hal ini
dikarenakan sebagian lahannya masih berupa rawa gambut sehingga tidak menghasilkan
Waktu pemanenan hijauan itu sendiri dilakukan 45-60 hari sekali, dengan cara
membuat blok-blok atau dikira-kira untuk menentukan bagian mana yang akan dipanen
terlebih dahulu. Pemanenanya menggunakan alat manual yaitu disabit. Penyabitan dilakukan
pada pagi hari kemudian hijauan dibawa ke kandang dan ditegakkan (leacing). Setelah
dilakukan pemanenan rumput, pada keesokan harinya dilakukan penyiangan dan pemupukan
pada bagian pokok tanaman. Pupuk yang diberikan yaitu berupa feses baru dari kandang Bull
dan pelet yang busuk, selain itu ada juga pemberian pupuk urea. Biasanya rumput yang dicari
itu sebanyak 10 ikatan dan pulangnya rumput dibawa dengan mobil bak terbuka VIAR.
Penampungan semen dilakukan pada hari senin dan kamis. Sebelum melakukan
penampungan semen dimulai terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan agar
penampungan bisa berjalan. Persiapan yang di lakukan yaitu:
Menyiapkan vagina buatan dan alat lain yang akan di gunakan seperti plastik glove,
dan sepatu besi. Vagina buatan yang akan digunakan untuk menampung semen
sebelumnya diisi dengan air hangat dengan suhu 410C-440C dan di ujung dari vagina
buatan dilengkapi dengan tabung penampung semen., menyiapkan juga pelicin untuk
mengolesi vagina buatan sehingga mirip seperti aslinya dan tidak keras atau kaku.
Mempersiapkan teaser atau penggoda, teaser di letakkan di dalam kandang jepit dan di
ikat, teaser disini adalah sapi jantan lain yang jinak dan ukuran tubuhnya agak pendek
serta mudah dihandling.
Menyiapkan Bull atau pejantan unggul yang akan di tampung semennya. Bull di bawa
dan dikendalikan oleh Master Bull atau orang yang bisa menghandlenya.
Dalam proses penampungan semen, orang yang menampung harus dalam keadaan siap
dan Master Bull juga selalu melihat pergerakan Bull dan mengendalikannya agar tidak
menyerang penampung dan juga orang yang menonton proses penampungan harus diam agar
bull yang akan ditampung tidak stress. Penampung melakukan penampungan pada saat penis
sudah tegang dan berwarna merah yang menandakan bahwa Bull sudah berada dalam puncak
ingin ejakulasi. Pada saat mounting yang ketiga kali dan tanda-tanda tadi sudah terlihat maka
Pemeriksaan makroskopis yaitu proses pemeriksaan semen segar yang dilakukan secara
langsung menggunakan mata telanjang. Pemeriksaan secara makroskopis antara lain yaitu
pemeriksaan warna, volume, pH, konsistensi. warna semen yang baik adalah krem dan putih
susu, jika ada warna coklat pada semen maka semen terkontaminasi kotoran. Untuk pH semen
yaitu berkisar antara 6-7, konsistensi yaitu kental, sedang, dan encer. Konsistensi semen yang
ditampung akan menentukan banyaknya pengencer yang akan digunakan. Standar operasional
pemeriksaan semen segar secara makroskopis di UPTD Inseminasi Buatan adalah volume
semen yang dapat diproses rata-rata 5 cc dan minimal 3 cc, warna putih susu sampai krem, pH
6-7, bau (khas sperma agak amis), kekentalan (kental). Apabila semen yang dihasilkan tidak
memenuhi standar yang ditentukan maka semen tersebut dibuang dan pejantannya
diperhatikan secara khusus (kesehatan dan pemberian pakan) agar semen yang dihasilkan
pada penampungan berikutnya dapat diproses lebih lanjut. Selain itu stress pejantan juga
harus diperhatikan karena stress juga mempengaruhi produksi semen.
Pemeriksaan Secara Mikroskopis
Motilitas
Motilitas/gerakan individu semen merupakan salah satu cara untuk mengetahui
persentase sperma hidup dalam setiap ml semen. Sesuai dengan pernyataan Afiati (2013)
bahwa motilitas merupakan satu-satunya cara penentuan kualitas semen sesudah pengenceran
sebagai ukuran kesanggupan membuahi pada saat digunakan untuk IB. Penentuan persentase
motilitas sperma yaitu dengan cara :
1. Semen 4 ml dicampur dengan 15 ml pengencer andromed dan aquabides dicampur secara
merata sampai homogen lalu diperiksa di bawah mikroskop.
c. Pengenceran
Setelah semen selesai diperiksa secara makroskopis dan mikroskopis, jika semen
tersebut layak proses selanjutnya dilakukan pengenceran semen. Pengencer yang di gunakan
yaitu andromed dan aquabides. Perbandingan yang digunakan antara andromed dan aquabides
yaitu 1 : 4. Pengencerannya di lakukan dengan menggunakan alat berpa tabung yang
disiapkan takaran untuk andromed dan aquabides yaitu 1 banding 4 kemudian dilakukan
pengocokan secara perlahan, dan kemudian semen dicampurkan dengan bahan pengencer
memakai alat semen cone.
Fungsi dari pengencer adalah untuk memperbanyak volume sehingga semen yang
didapat itu dapat dibagi - bagi untuk menginseminasi banyak betina dari satu ejakulat, sumber
nutrisi spermatozoa untuk mempertahankan hidupnya, melindungi spermatozoa dan sebagai
bakteriostatik dimana pengencer harus mengandung zat – zat ini sehingga zat – zat renik
dalam semen dapat dihentikan aktifitasnya serta sebagai pelindung spermatozoa terhadap
perubahan – perubahan temperature atau anti shock (Toelihere, 1981).
Berdasarkan hasil yang telah dipelajari selama KL, diperoleh bahwa syarat bahan
pengencer yaitu murah, mengandung unsur yang hamper sama sifat fisisk dan kimianya
dengan semen, memiliki tekanan osmotic yang sama dengan spermatozoa. Fungsi bahan
pengencer adalah untuk penyedia makanan dan melindungi dari cold shock, hal ini sesuai
dengan literatur yang saya dapatkan.
d. Printing Straw
Printing Straw merupakan suatu proses mencetak straw. Yang dimaksud mencetak
straw disini adalah memberi informasi berupa tulisan pada permukaan straw yaitu berupa
bangsa sapi, kode sapi, nama sapi dan hal- hal yang diperlukan lainnya dengan pipet straw
sesuai bangsanya . Pencetak straw dilakukan oleh mesin yang dinamai Easy Coder yang dapat
mencetak straw dalam jumlah banyak. Hal yang harus diperhatikan dalam percetakan straw
adalah letak posisi straw itu sendiri, jangan sampai terbalik. Menurut Toelihere (1981) bahwa
Filling and Sealing merupakan suatu proses pengisian straw yang sudah di beri label,
proses ini dilakukan juga oleh mesin yang canggih yaitu dinamai Automatic feeling and
sealing ( dengan kapasitas 4235 straw perjam ). Proses pengisian straw dengan semen yang
sudah diencerkan secara homogen dan didiamkan selama 30 menit serta menyumbat ujung
straw dengan sumbat mesin kemudian menghitung straw dan menyusun diatas rak. Hal ini
sangat sesuai dengan pernyatan Feradis (2010), filling and sealing adalah proses pengisian
semen yang telah diencerkan dan penjepitan straw dengan menggunakan automatic filling and
sealing machine. Sesuai dengan pernyataan toelihere (1981) bahwa jumlah semen dalam
straw adalah 0,5 ml, sedangkan untuk mini straw 0,25 ml. Dimana konsentrasi sperma harus
jauh lebih tinggi dan tetap mengandung minimal 12 juta sel untuk setiap straw. Pada proses
filling and sealing, straw harus dipastikan benar-benar terisi semen. Kemudian, rak hitung
straw biasanya berisi 175 buah untuk mini straw.
f. Equilibrasi
Equlibrasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menurunkan suhu dalam straw
dengan cara straw dimasukkan ke cooltop dengan suhu 5 derajat celcius, setelah proses filling
and sealing. Straw yang kualitasnya bagus (terisi dan tertutup dengan sempurna) dihitung dan
disusun dalam rak penghitung straw. Rak penghitung straw yang ada di UPT IB Provinsi
Bengkulu memiliki kapasitas 175 buah. Suhu yang diperlukan dalam proses equilibrasi
dalam cold handling cabinet (cold top) adalah 5oC dengan waktu selama 4-6 jam.
Pada dasarnya prinsip dalam proses equilibrasi dalam cold handling cabinet (cold top)
adalah tidak diperbolehkan untuk dibuka selama waktu yang ditentukan karena dapat
mempengaruhi perubahan suhu dan kualitas straw. Apabila waktu yang ditentukan untuk
proses equilibrasi sudah tercapai (4 jam) maka dilanjutkan dengan proses freezing (proses
pembekuan). Sebelum pembekuan juga ada tahap pra freezing.
g. Pra freezing
Pada proses pra freezing, semen yang sudah di equilibrasi selama 4 sampai 6 jam
kemudian dikeluarkan dan dilakukan penguapan dengan nitrogen cair. Hal ini di lakukan
dengan cara menyiapkan nitrogen cair yang dimasukkan ke dalam alat bull freezing semen
yang diatur suhunya dari 5 derajat celcius. Straw kemudian dimasukkan kedalam alat tersebut
setelah proses equilibrasi.
h. Freezing
Proses pembekuan semen dilakukan dengan cara menempatkan straw yang telah diisi
dengan semen diatas N2cair dengan suhu – 1300C selama kurang lebih 10 menit agar sel
spermatoza yang ada dalam straw tetap terjaga kelangsungan hidupnya. Jika kurang dari
waktu yang ditentukan maka sel spermatozoa yang ada didalam straw kualitasnya kurang
baik, waktu ini didapatkan secara otomatis dari alat yang bernama bull semen freezing. Pada
saat pra freezing juga memakai alat ini. Selain itu freezing yang artinya pembekuan memang
khusus untuk menurunkan suhu sperma sebelum disimpan di container.
Untuk penyimpanan straw, straw disimpan di alat yang namanya container yang berisi
nitrogen cair. Straw disimpan dalam container dengan suhu -196 derajat celcius dengan
keadaan straw terendam di nitrogen cair. perlakuan ini dilakukan agar semen didalam straw
membeku. Straw yang sudah disimpan di container sebaiknya dilakukan evaluasi semen
setelah 24 jam dari proses penyimpanan. Selain itu tata cara mengambil straw harus
diperhatikan serta memperhatikan juga bahwa penyimpanan di container ini sangat
memerlukan nitrogen cair. Tanpa nitrogen cair semen bisa rusak. Straw yang sudah
dimasukkan ke container maka siap dilakukan distribusi.
Jumlah
No. Wilayah Ket
Straw
1 Bengkulu Utara Baik
2 Bengkulu Tengah Baik
3 Bengkulu Selatan Baik
4 Rejang Lebong Baik
5 Seluma Baik
2.000
6 Mukomuko Baik
straw
7 Lebong Baik
8 Kaur Baik
9 Kepahiang Baik
10 Kota Bengkulu Baik
2.000
Jumlah Baik
straw
Pada tahun 2018 hanya dimuko-muko saja karena SK dari UPTD Inseminasi Buatan
ini belum keluar atau baru keluar pada beberapa bulan mendekati akhir tahun.
Lingkar
No. Nama Bull Umur BB (kg) Tinggi Pundak
Skrotum
4.5
1 Antasena/ Bali 504 115 29
tahun
4.5
2 Baladewa/Bali 527 131 27
tahun
4.5
3 King/Simmental 562 138 35
tahun
6
4 Ramayana/Bali 536 126 27
tahun
7.5
5 Bima/Bali 502 127 28
tahun
7.5
6 Krisna/Bali 547 130 26
tahun
7 Caisar/Simmental 3 tahun 538 144 38
8 Arthur/Limousine 3 tahun 610 133 42.5
Berdasarkan data ini diperoleh bahwa ukuran tubuh ternak juga penting untuk
penampungan semen, terutama lingkar skrotum, karena di skrotum ada testis yang merupakan
tempat penghasil sperma. Untuk pengukuran berupa lingkar dada penting untuk memprediksi
berat ternak. Selain itu untuk mengetahui apakah BCS ternak sesuai dengan BCS untuk
ditampung semennya atau tidak. Jadi ukuran-ukuran tubuh ini sangat penting untuk diketahui
dan diukur dengan teratur seperti sebulan sekali. Untuk mengukur panjang badan dan tinggi
gumba alat yang disediakan di UPTD IB ini adalah tongkat ukur. Sedangkan untuk mengukur
lingkar skrotum dan lingkar dada disediakan pita ukur. Selain itu sebelum sapi akan diukur,
sapi diikat di kandang khusus terlebih dahulu, karena tidak semua sapi bisa jinak maka sapi
akan diberi pakan dan dielus perlahan badannya agar tenang. Orang yang mengukur juga
harus memperhatikan atau harus hati-hati karena jika salah gerakan dalam mengukur, sapi
bisa saja stress.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Praktek Kuliah Lapang yang dilaksanakan UPTD Inseminasi Buatan
di Bengkulu, dapat disimpulkan bahwa :
1. Manajemen pemeliharaan Bull yang ada di UPTD IB Talang Kering Bengkulu dilakukan
dengan cara: sanitasi, penyemprotan desinfektan, pemberian vitamin dan antibiotik,
pengobatan kaki, penimbangan Bull rutin sebulan sekali, dan pemeriksaan penyakit
2. Manajemen pakan dan HMT dilakukan dengan cara memberikan pakan hijauan dan
konsentrat.
3. Manajemen produksi semen beku meliputi: tahap penampungan semen, pemeriksaan
semen, pengenceran semen, pencetakan straw, filling and sealing, equilibrasi, freezing,
pre freezing dan penyimpanan
4. Untuk Produksi Semen perlu juga diperhatikan ukuran tubuh ternak seperti, lingkar
skrotum, panjang badan, tinggi gumba, lingkar dada, dan berat badan karena mempunyai
pengaruh juga.
5. Ukuran tubuh bisa diukur dengan tongkat ukur dan pita ukur
5.2 Saran
Diharapkan UPTD IB Provinsi Bengkulu bisa menjaga kualitas dan kuantitas dari
semen beku ( Straw ) sehingga nantinya peternak ataupun inseminator tetap mendapatkan
bibit yang baik dan unggul. Kemudian diharapkan agar kekurangan sarana seperti mesin
pemotong rumput atau alat pemotong kuku sapi diadakan dan juga proses pengolahan hijauan
berupa hay atau silase dapat dilakukan serta pengolahan limbah atau feses sapi juga bisa
diterapkan ketika jumlah sapinya memadai. Terima Kasih.
Afiati, F. 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buatan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Almquist , J.O. 1968. Dairy Cattle. Dalam : E.J Perry (E.d). The Artifical Inseminasi of Farm
Animal. Fourth Revised Edition. Rutgers University Press, New Jersey.
Herdiawan.2004. Pengaruh Laju Penurunan Suhu dan Jenis Pengencer Terhadap Kualitas
Semen Beku Domba Priangan. JITV9(2): 98—107. Bogor.
Herdis, M.Rizal.2008. Viabilitas dan keutuhan membran plasma spermatozoa epididymis
kerbau belang pada penambahan maltosa dalam pengencer andromed®.Jurnal
Pengembangan Peternakan Tropis. Semarang : Undip Press.
Herlinae. 2003. Evaluasi nilai nutrisi dan potensi hijauan asli lahan gambut pedalaman di
Kalimantan Tengah sebagai pakan ternak [Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Kartasudjana R.2001. Teknik Inseminasi Buatan Pada Ternak. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak. Laboratorium Makanan Ternak, Jurusan
Nutrisi dan Makan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.
Murtidjo, B. 1990. Beternak sapi Potong. Penerbit Kanisius. Yogyakrta.
Rosmaidar.2013. Pengaruh Penambahan Sari Buah Tomat Dalam Media Pengencer Terhadap
Salisbury, G.W.dan N.L. Van Denmark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan
pada Sapi. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Toelihere, M.R. dan M.B. Taurin. 1979. Semen Beku edisi ketiga. Departemen Reproduksi
Institute Pertanian Bogor, Bogor.
Gambar 9. Alat Suntik Vitamin untuk Sapi Gambar 10. Vitamin Untuk Bull
Gambar 11. Alat menimbang berat badan sapi Gambar 12. Penyemprotan anti lalat di
kandang
Gambar 23. Melihat pergerakan sperma atau melihat motilitas Gambar 24. Larutan
Pengencer,
Gambar 29. Automatic Filling and Sealing Gambar 30. Proses ketika akan menyusun di
rak