Oleh:
EKADARA LARASATI
I111 12 276
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
Oleh :
EKADARA LARASATI
I111 12 276
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
: Ekadara Larasati
No. Stambuk
: I111 12 276
Program Studi
: Peternakan
Jurusan
: Peternakan
Makassar,
Maret 2016
Telah Disetujui
Pembimbing Utama
Praktek Kerja Lapang
Pembimbing Lapangan
Praktek Kerja Lapang
Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
bimbingan dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah laporan
Praktek Kerja Lapang (PKL) yang berjudul Prosessing Semen Beku. Penulis dengan
rendah hati mengucapakan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Herry Sonjaya, DEA, DES sebagai pembimbing utama dan Adrianus
Mario, S.Pt., M.Si selaku pembimbing lapangan yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan nasihat serta motivasi
dalam penyusunan laporan ini.
2.
Kedua orang tua dan saudari serta keluarga yang tel ah memberikan doa, bantuan
dan dukungan sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat waktu.
3.
Teman-teman partner PKL yang telah banyak meluangkan waktu untuk berbagi
ilmu, pengalaman dan telah banyak membantu saat pelaksanaan PKL juga Solkars
yang telah memberikan banyak bantuan.
4.
Kepala UPTD-IB dan staf pegawai Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Sulawesi Selatan yang telah membimbing sehingga kegiatan PKL ini dapat
terlaksana.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan membantu kesempurnaan dan
kemajuan ilmu pengetahuan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi
saya sendiri. Amin.
Makassar,
Maret 2016
Ekadara Larasati
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ii
iii
iv
vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
vii
viii
I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................
Maksud dan Tujuan.............................................................................
1
2
4
4
4
III. PEMBAHASAN
Keadaan Umum UPTD-IB ..................................................................
Keadaan Khusus (aspek yang dikerjakan) ...........................................
A. Penampungan Semen...............................................................
B. Pemeriksaan Semen Segar .......................................................
C. Printing Straw .........................................................................
D. Filling and Sealing ..................................................................
E. Proses Equilibrasi ....................................................................
F. Proses Pre-Freezing .................................................................
G. Freezing ..................................................................................
H. Penyimpanan dan Handling Semen..........................................
I. Post Thawing Motility (PTM) .................................................
5
8
8
13
21
22
24
24
25
27
28
IV. PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................
Saran .................................................................................................
31
31
32
LAMPIRAN ..............................................................................................
34
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
15
19
29
vi
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
7
8
10
11
12
14
15
18
20
21
21
23
24
24
25
26
27
28
29
30
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Teks
Halaman
34
34
34
35
35
35
36
36
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Inseminasi buatan (IB) adalah suatu proses mengawinkan ternak dengan
cara buatan atau beternak secara modern yang sudah diterapkan dalam sejumlah
usaha peternakan, yang sangat efisien untuk meningkatkan produktifitas ternak.
Pada perkawinan secara alami pejantan hanya bisa mengawini satu ekor betina
dalam satu kali kawin, berbeda dengan perkawinan secara IB dimana semen atau
sperma yang dihasilkan oleh seekor pejantan dalam satu kali ejakulasi
(pemancaran sperma) dapat digunakan untuk melayani lebih banyak betina setelah
semen tersebut sudah diproses dan dalam bentuk straw. Inseminasi buatan di
Indonesia pertama kali pada permulaan tahun 1950, namun baru pada permulaan
tahun 1973 untuk pertama kali semen beku di impor ke Indonesia atas kerjasama
pemerintah Indonesia dengan pemerintah Inggris dan Selandia Baru. Sejak saat itu
semen beku yang diperoleh dalam bentuk straw telah dipakai pada hampir semua
program IB pada sapi (Toelihere dan Taurin, 1979)
Semen segar merupakan sekresi organ kelamin jantan yang diejakulasikan
dan dapat dikoleksi kemudian dibekukan untuk keperluan IB (Suzanna, 2008).
Sebelum dibekukan kualitas semen segar harus dievaluasi terlebih dahulu.
Penerapan manajemen kualitas semen beku di UPTD IB Pucak dimulai dari tahap
praproduksi, proses produksi, dan pascaproduksi. Pada tahap praproduksi
dilakukan evaluasi kualitas semen segar secara makroskopis (volume, warna,
kekentalan, dan pH), dan evaluasi spermatozoa secara mikroskopis (gerak massa,
motilitas, dan konsentrasi), tahap proses produksi dilakukan pengolahan semen
seputar
proses
pengambilan
semen,
proses
evaluasi
semen,
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG
langsung kegiatan
yang
berkenaan
dengan
manajemen
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
kebijaksanaan
mengembangkan
Balai
desentralisasi
Inseminasi
IB
Buatan
dimana
dengan
setiap
tujuan
daerah
dapat
untuk
lebih
Pemerintah
Provinsi
Sulawesi
Selatan
dalam
rangka
3. Fungsi
Memelihara ternak unggul
Produksi dan penyimpanan semen beku
Pencatatan dan pemantauan penggunaan semen beku serta pengawasan
mutu semen
Member saran teknik produksi semen beku benih unggul
Member pelayanan teknik kegiatan produksi semen beku
Pemberian informasi dan dokumentasi hasil kegiatan inseminasi buatan
Distribusi dan pemasaran semen beku unggul
Urusan tata usaha dan rumah tangga UPTD
4. Motto
Dengan Mani Membangun Sulawesi Selatan
5. Janji Layanan
Janji layanan UPTD-IB adalah PRIMA
Priority
Ready
Inovative
6. Visi
Menjadi produsen semen beku terdepan di Indonesia Timur pada tahun
2016 yang berkualitas nasional dab berprestasi serta turut mengembangkan
teknologi inseminasi buatan.
7. Misi
Melaksanakan produksi, penyimpanan dan distribusi serta pemasaran
semen beku dalam rangka pelayanan prima kepada masyarakat.
Menggali potensi Penerimaan daerah Bukan Pajak (PDBP) melalui
optimalisasi pemanfaatn asset dalam menunjang tugas pokok dan fungsi
Unit Pelaksana Teknis Daerah.
Menyelenggarakan dan menggerakkan penyempurnaan teknik dan metode
untuk pengembangan inseminasi buatan.
Mendorong terciptanya peluang dan kesempatan kerja mandiri untuk
peningkatan kesejahteraan peternak.
8. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi UPTD Inseminasi Buatan Provinsi Sulawesi Selatan
sesuai Peraturan Gubernur Nomor 77 tahun 2009, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas (UPTD) Inseminasi Buatan (IB) pada
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan.
KEPALA UPTD
Ka. Sie.
PEMELIHARAAN
TERNAK
A. Penampungan Semen
Sebelum melakukan penampungan semen di UPTD IB Pucak Maros
dilakukan beberapa persiapan seperti persiapan alat yang akan digunakan dalam
penampungan dan petugas yang akan menampung. Persiapan yang dilakukan di
UPTD IB Pucak Maros adalah:
1. Peralatan
Dalam penampungan semen di UPTD IB Pucak Maros dibutuhkan
beberapa alat yang digunakan untuk menampung semen serta mesin untuk
mensterilkan alat. Peralatan yang dipakai untuk penampungan semen dan
mesin sterilisasi alat di UPTD IB Pucak Maros dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peralatan yang dipakai dalam penampungan semen dan sterilisasi alat
dan
kandang
kawin
pejantan.
Peralatan
harus
dijaga
serta
diatur
kekenyalannya
sedemikian
rupa
sehingga
10
3. Pejantan
Dalam penampungan persiapan bull teaser (pemancing) dilakukan
terlebih dahulu. Persiapan bull teaser (pemancing) di UPTD IB Pucak Maros
dapat dilihat pada Gambar 4.
11
4. Petugas
Petugas yang bertugas untuk menampung semen harus sudah siap
dengan pakaian, sepatu boot dan vagina buatan (AV) yang akan digunakan
untuk menamung semen. Petugas yang bertugas untuk menampung semen
dinamakan collector. Persiapan petugas dan peralatan yang dipakai untuk
penampungan dapat dilihat pada Gambar 5.
12
13
1. Pengencer Sperma
Bahan pengencer adalah suatu bahan dengan syarat-syarat tertentu yang
ditambahkan kedalam semen segar dengan perbandingan tertentu, sehingga
volume semen bertambah. Bahan pengencer yang digunakan adalah andromed
dan aquabides dengan perbandingan 1 : 4 pengencer yang telah dibuat
disimpan dengan inkubator bersuhu 360C- 370C. Tahapan yang dilakukan
adalah:
Proses Pengenceran
Pengenceran yang telah dibuat dalam gelas ukur dan disimpan dalam
inkubator. Suhu dalam inkubator diatur sesuai dengan suhu vagina betina
dengan suhu 370C. Selanjutnya pengencer yang telah dibuat dicampur dengan
sperma segar dengan menggunakan pipet tetes dan disimpan di objek glass lalu
diuji secara mikroskopis. Penyimpanan pengencer yang disimpan dalam
inkubator dapat dilihat pada Gambar 6.
14
dan daya reproduksi pejantan dan lebih khusus lagi untuk menentukan kadar
pengenceran.
Data dari hasil pemeriksaan semen secara makroskopis di UPTD IB
Pucak Maros disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data hasil pemeriksaan semen secara makroskopis
Volume
Tanggal
Nama Bull
Bau
pH
Konsistensi
(ml)
19 February
Kahu
7
Khas
6
Encer
2016
Bento
2
Khas
6
Sedang
TB (Sanrego)
1,5
Khas
6
Sedang
Gowa
4
Khas
6
Sedang
Kabere
5
Khas
6
Sedang
23 February
Bento
3
Khas
6
Sedang
2016
Kahu
8
Khas
6
Encer
TB (Sanrego)
0,5
Khas
6
Sedang
Leang
6,5
Khas
6
Sedang
Kaero
1
Khas
6
Sedang
26 February
Kahu
9
Khas
6
Encer
2016
Bento
7
Khas
6
Sedang
TB (Sanrego)
1,5
Khas
6
Sedang
Leang
8
Khas
6
Sedang
1 Maret 2016 Leang
8,5
Khas
6
Encer
Bento
2
Khas
6
Sedang
Kahu
7,5
Khas
6
Encer
TB (Sanrego)
1
Khas
6
Kental
Kaero
1
Khas
6
Sedang
Kabere
8
Khas
6
Sedang
Lapakkanna
3
Khas
6
Sedang
Sumber : Data Penampungan UPTD IB Pucak Maros, 2016.
Warna
Krem
Krem
Krem
Krem
Krem
Krem
Krem
Krem
Krem
Krem
Krem
Krem
Krem
Kekuningan
Krem
Krem
Krem
Krem
Krem
Krem
Krem
Volume
Tabel 1 menunjukkan bahwa volume semen segar dari beberapa
Konsistensi
Tabel 1 menunjukkan bahwa konsistensi (kekentalan) dari semen
16
Bau
Tabel 1 menunjukkan bahwa bau dari semen pejantan adalah berbau
khas semen. Bau semen yang normal memiliki bau yang khas dan tidak
pesing atau tecampur dengan urine. Menurut Jumiatin dkk. (2012), bahwa
semen yang normal memiliki aroma khas semen. Jika berbau pesing maka
semen tersebut telah tercampur dengan urine.
Warna
Tabel 1 menunjukkan bahwa warna semen pejantan memiliki warna
krem dan adapula yang berwarna kekuningan. Warna semen yang normal
adalah krem sedangkan warna semen yang kekuningan adalah semen yang
tercampur dengan urine. Menurut Feradis (2010), bahwa semen sapi normal
berwarna seperti susu atau krem keputih keputihan dan keruh.
Namun pada kenyataannya memungkinkan juga ditemukan warna
kemerahan pada semen yang didapatkan menunjukkan bahwa semen telah
terkontaminasi oleh darah, sedangkan apabila warnanya berubah coklat
menunjukkan bahwa semen yang telah terkontaminasi darah mengalami
dekomposisi pada darahnya. Warna semen kehijauan merupakan indikasi
adanya bakteri pembusuk (Jumiatin dkk, 2012).
pH
Tabel 1 menunjukkan bahwa pH dari semen segar adalah 6.
17
18
19
20
C. Printing Straw
Printing straw merupakan salah satu tahap dari prosessing semen karena
proses ini adalah tahap awal sebelum membuat semen beku. Mesin printing straw
berfungsi untuk memberikan label pada straw yang akan digunakan untuk
prosessing semen beku. Mesin printing straw yang digunakan di UPTD IB Pucak
Maros dapat dilihat pada Gambar 11.
21
Limousine
: pink
Simental
: putih bening
Brahman
: biru muda
Bali
: merah
Kerbau
: ungu
Kambing
: kuning
Nyalakan mesin printing monitor, masukkan bangsa bull, nama bull, kode
bull, kode batch, jumlah straw yang akan di printing.
Mengecek hasil printing.
22
23
E. Proses Equilibrasi
Proses equilibrasi dilakukan agar semen yang telah dimasukkan dalam
straw tidak mengalami cold shock. Setelah straw diisi, selanjutnya diatur dalam
rak straw dan dimasukkan dalam kulkas selama 4 jam pada suhu 3-40C (proses
equilibrasi). Setelah 4 jam dilakukan evaluasi untuk mengetahui motilitas
spermatozoa, sebaiknya penurunan motilitas tidak terlalu drastis (maksimal 5%).
Proses equilibrasi dapat dilihat pada Gambar 14.
F. Proses Pre-Freezing
Setelah proses equilibrasi selama 4 jam, straw tersebut dipindahkan ke
dalam box cerofon yang berisi nitrogen cair (N2 cair) yang memiliki suhu -1100C,
agar semen tidak mengalami cold shock atau kejutan dingin yang membunuh
sperma. Tahap free freezing proses penurunan suhu dari 40C menjadi -1100C
24
sampai -1200C, dengan cara straw yang berada di atas rak dipindahkan ke dalam
box cerofon yang berisi N2 cair yang di tempatkan 8 cm diatas permukaan N2
cair dengan suhu -1100C sampai -1200C selama 15 menit. Proses pre-freezing di
dalam box cerofon dapat dilihat pada Gambar 15.
G. Freezing
Setelah Pre-Freezing selanjutnya adalah tahap freezing. Freezing
merupakan proses penurunan suhu semen menjadi -1960C, straw dipindahkan ke
dalam goblet kemudian demasukkan ke canister dan direndam dalam nitrogen cair
yang suhunya -1960C di dalam container bibit. Penurunan suhu secara perlahanlahan dari mulai -400C sebelum dibekukan dan diproses pra-pembekuan -1100C
sampai -1200C serta proses pembekuan atau freezing dengan suhu -1960C,
bertujuan untuk mengatasi problema cold shock terhadap spermatozoa.
25
26
membrane sperma terjadi pada proses pembekuan dan thawing antara suhu -150C
sampai -600C tetapi tidak terjadi selama penyimpanan di nitrogen cair.
27
Gambar 18.
Penampungan Semen
Segar
Pemeriksaan Semen Segar Makroskopis dan Mikroskopis
Pengenceran Semen
Printing Straw
Proses Equilibrasi
Proses Pre-Freezing
Freezing
28
Untuk bahannya adalah semen beku (straw), air hangat dan pengencer (andromed
dan aquabides). Langkah yang dilakukan adalah :
1. Pertama-tama mengambil semen beku (straw) yang sudah melalui tahap
freezing di dalam canister dengan menggunakan pinset.
2. Straw tersebut lalu direndam di dalam baskom yang berisi air hangat
selama 30 detik 1 menit.
3. Kemudian ujung straw digunting dan sperma di dalam straw dituangkan
pada deglass lalu diberi pengencer dan dilapisi cover glass untuk melihat
pegerakan sperma dibawah mikroskop.
Proses post thawing motility yang dilakukan di UPTD IB Pucak Maros
dapat dilihat pada Gambar 19
29
dan proses thawing yang terlalu lama yaitu kisaran 30 detik - 1 menit. Hal ini
didukung oleh pendapat Soepriondho (1985), bahwa suhu yang tinggi dalam
media thawing akan menyebabkan proses metabolisme spermatozoa meninggi
sehingga memerlukan energi yang tinggi pula. Kondisi demikian menyebabkan
spermatozoa akan cepat kehilangan energi sehingga berakibat kematian pada
spermatozoa. Suhu yang rendah akan mempenggaruhi metabolisme spermatozoa.
Pemeriksaan motilitas semen beku di UPTD IB Pucak Maros dapat dilihat
pada Gambar 20.
30
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja lapang (PKL) di UPTD-IB Pucak,
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan memiliki
prosedur penampungan dan proses produksi semen beku yang memenuhi standar
SNI 01-4869.1: 2008 .
IV.2. Saran
Diperlukan perbaikan manajemen pemeliharaan ternak Di UPTD-IB Pucak
khususnya pada pemberian pakan pada musim kemarau sehingga ternak tidak
mengalami kekurangan pakan dan terjangkit penyakit serta akan mempengaruhi
kualitas semen unggul yang akan dijadikan bibit.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
33
LAMPIRAN
34
35
36