Anda di halaman 1dari 18

Makalah Teknologi Hasil Ternak

Penanganan Kulit Sapi yang Baik


Disusun Oleh :
Kelas: D
Kelompok 3
Gugun Ahmad Gunawan

200110120216

Desra Isma Diana

200110120219

Chandra Kusuma Putra

200110120210

Muhammad Adirahman C

200110120211

Hadiansyah

200110120212

Andira Bram Falatansa

200110120213

Gina Nafsil Mutmainah

200110120214

Deny Nugraha

200110120215

Attin Syahnurotin

200110120216

Saeful Anwar

200110120217

Nielvy Riani Gaghana

200110120218

Iif Chalifah

200110120219

Agung Dwi Pambudi W

200110120242

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014

I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sapi merupakan ternak ruminansia yang di domestikasi dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, seperti daging, kulit, susu, feses dll.
Kulit merupakan produk sampingan dari suatu peternakan. Kulit memiliki fungsi
salah satunya Kulit pada ternak memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah
sebagai : (1) pelindung ternak/hewan dari pengaruh luar, (2) pelindung jaringan
yang ada dibawahnya, (3) pemberi bentuk pada tubuh ternak, (4) penerima
rangsangan dari lingkungan luar, (4) pengatur suhu tubuh (termoregulator), (5)
penyimpan cadangan makanan, (6) pengatur kadar garam dan air pada cairan
tubuh.
Untuk sebagian orang kulit merupakan limbah dari suatu pemotongan
akan tetapi jika adanya pengolahan dimana kulit biasanya dijadikan dompet,
sabuk, jaket, celana dll. Dengan melalui pengolahan yang baik maka nilai kulit
tersebut akan tinggi.
Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah
menjadi kulit jadi. Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang
didorong perkembangannya sebagai penghasil devisa non migas. Industri
Penyamakan kulit sebagai salah satu industri yang berpotensi menghasilkan
limbah, terutama tanin, kromium, suspensi solid, BOD, COD dan klorida.
1.2 Maksud dan Tujuan

Mengetahui pengertian dari kulit sapi


Mengetahui cara penanganan dan pengolahan pada kulit sapi
Mengetahui produk produk dari bahan kulit sapi

II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kulit Sapi
Kulit merupakan organ terbesar dari tubuh yang menutupi seluruh
permukaan tubuh dan mempunyai beberapa fungsi yang penting besarnya 1012% dari tubuh. Kulit sapi ialah bagian paling luar daging sapi. Yang berfungsi
untuk Melindungi tubuh dari kehilangan cairan tubuh yang berlebihan,
Memelihara temperatur tubuh, sebagai organ peraba, untuk menyimpan lemak
dalam lapisan subcutan, untuk memelihara tubuh, serta rambut pada kulit yang
mempunyai fungsi sebagai isolasi untuk mencegah kepanasan/kedinginan, dan
warnanya yang dapat digunakan untuk menyamar.
Kulit sapi biasanya dikeringkan dan digoreng menjadi rambak. Kulit
merupakan organ tunggal tubuh paling berat, pada sapi sekitar 6-8%, dan domba
8-12%, dengan demikian kulit juga merupakan hasil ikutan ternak yang paling
tinggi nilai ekonominya yaitu sekitar 59% dari nilai keseluruhan by-product yang
dihasilkan oleh seekor ternak.
Pada ternak hidup, kulit mempunyai banyak fungsi antyara lain sebagai
alat perasa, pelindung jaringan di bawahnya, memberi bentuk, mengatur suhui
tubuh, tempat sintesis vitamin D, alat gerak pada ular, alat pernapasan
pada amfibi,

dan

pada domba dan babi.

tempat
Fungsi

menyimpan
utama

kulit

cadangan
adalah

energi

terutama

melindungi

kerusakan

daninfeksi mikroba jaringan yang ada di bawahnya. Setelah ternak dipotong, kulit
akan kehilangan fungsinya, dan menjadi hasil ikutan yang akan segera turun
kualitasnya bila tidak segera disamak atau diawetkan.
Secara

histologi,

kulit

tersusun

dari

tiga

lapisan

yaitu epidermis, dermis dan hipodermis. Epidermis merupakan bagian kulit paling
atas tersusun dari sel epitel pipih kompleks, pada lapisan ini juga terdapat asesori

epidermis seperti rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat, dan otot penegak
rambut. Di bawahnya terletak lapisan dermis atau kulit jangat yang tersusun dari
jaringan ikat padat. Pada lapisan paling bawah terdapat hipodermis yang tersusun
dari jaringan ikat longgar, jaringan adiposa, dan sisa daging.
Pada proses penyamakan, kulit jangat inilah yang akan disamak dan
diubah menjadi kulit samak yang bersifat lentur, fleksibel, kuat dan tahan terhadap
pengaruh cuaca dan serangan mikroba. Lapisan epidermis tersusun dari jaringan
ikat keratin yang relatif tahan terhadap serangan bahan kimia maupun
agen biologi (mikroba dan ensim). Pada kulit terdapat dua jenis keratin yaitu
keratin lunak yang menyusun akar rambut dan lapisan epidermis bawah, dan
keratin keras menyusun batang rambut. Keratin lunak mudah larut dan mudah
diserang oleh ensim (misal alkalin protease), sedangkan keratin keras sangat tahan
terhadap bahan kimia dan ensim kecuali sulfida dan keratinase.
Lapisan epidermis harus dihilangkan sebelum disamak, biasanya
menggunakan bahan kima kapur dan Na2S. Lapisan epidermis juga dapat
dihilangkan secara ensimatis menggunakan sedikit kapur dan Na2S dan ensim
alkalin protease atau keratinase. Lapisan hipodermis dibuang dari kulit secara
mekanis pada proses buang daging (fleshing). Kulit segar tersusun dari 64% air,
33% protein, 2% lemak, 0,5% garam mineral dan 0,5% penyusun lainnya
misalnya vitamin dan pigmen. komponen penyusun kulit terpenting adalah protein
terutama protein kolagen.
Protein kulit terdiri dari protein kolagen, keratin, elastin, albumin, globulin
dan musin. Protein albumin, globulin dan musin larut dalam larutan garam dapur.
Protein kolagen, keratin dan elastin tidak larut dalam air dan pelarut organik.
Protein kolagen inilah yang akan direaksikan menjadi bahan penyamak kulit
untuk menghasilkan kulit samak. Protein kolagen sangat menetukan mutu kulit
samak.

Kulit samak adalah kulit hewan yang telah diubah secara kimia guna
menghasilkan bahan yang kuat, lentur, dan ntahan terhadap pembusukan. Hampir
semua kulit samak diproduksi dari kulit sapi, domba dan kambing. Kadangkadang

kulit

samak

juga

dihasilkan

dari

kulit kuda, babi, kangguru, rusa, reptil, lumba-lumba dan singa laut. Akhir-akhir
ini kulit ikan kakap, kulit ikan pari dan ikan tuna juga telah disamak.
Kulit samak digunakan untuk menghasilkan berbagai macam barang
seperti sepatu, sendal, tas, ikat

pinggang, koper,jaket, topi,

jok

mobil,

sarung HP, dompet dan cindera mata seperti gantungan kunci. Barang kerajinan
lain yang dihasilkan dari kulit mentah misalnya wayang kulit, hiasan
dinding, kaligrafi, beduk, genderang, kendang, dan kipas. Kulit juga dapat
digunakan untuk produksi krupuk kulit, gelatin dan lem kulit.

2.2 Penanganan Kulit Sapi


2.2.1 Pengawetan pada Kulit Mentah
Pengawetan kulit secara umum didefinisikan sebagai suatu cara atau
proses untuk mencegah terjadinya lisis atau degradasi komponen-komponen
dalam jaringan kulit. Prinsip pengawetan kulit adalah menciptakan kondisi yang
tidak cocok bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme perusak
kulit.

Hal tersebut dilakukan dengan menurunkan kadar air sampai tingkat

serendah mungkin dengan batas tertentu sehingga mikroorganisme tidak mampu


untuk tumbuh ( 5-10%).
Pengawetan kulit memiliki beberapa tujuan antara lain :
a.

Mempertahankan struktur dan keadaan kulit dari pengaruh lingkungan untuk

sementara waktu sebelum dilakukan proses pengolahan/penyelesaian


b.

Untuk tujuan penyimpanan dalam waktu yang relatif lebih lama Agar kulit

dapat terkumpul sehingga dapat dikelompokkan menurut besar dan kualitasnya

serta mengantisipasi terjadinya over produksi karena stok kulit yang terlalu
banyak
Secara umum proses pengawetan kulit mentah yang dikenal di Indonesia
terdiri atas 4 macam, yakni :
a.

Pengawetan dengan cara pengeringan + zat kimia


Kulit segar yang baru dilepas dari ternak selanjutnya dilakukan
pengawetan dengan maksud untuk mengurangi kadar air yang terdapat
dalam kulit hingga mencapai batas minimum kadar air yang diperlukan
untuk persyaratan hidup bakteri perusak. Adapun urutan pelaksanaannya
adalah sebagai berikut :
1) Pencucian dan pembuangan daging
2) Pengetusan (pentirisan)
3) Pemberian zat kimia
4) Pementangan
5) Pengeringan
6) Pelipatan

b.

Pengawetan dengan cara kombinasi penggaraman dan pengeringan


Kulit segar setelah bersih dari lemak, darah, sisa-sisa daging maupun

kotoran yang melekat (seperti cara -1) kemudian direndam dalam dalam cairan
garam (NaCl) jenuh dengan kadar kepekatan garam (salinitas) 20-24oBe selama
1-2 hari. Tingkat kepekatan garam tidak boleh berada dibawah 20oBe. Kadar
salinitas tersebut diukur dengan alat yang disebut Baume meter. Bila tingkat
salinitas mengalami penurunan maka sebaiknya ditambah dengan garam.
Dalam proses ini memiliki beberapa keuntungan maupun kerugian antara
lain :

Keuntungan:
- Selama waktu pengeringan kulit tidak lekas menjadi busuk sekalipun
pengeringannya memerlukan waktu yang relatif lama misalnya pada
-

saat musim penghujan.


Kualitas kulit menjadi lebih baik dari pada yang dikeringkan saja

(cara-1) oleh karena serat-serat kulit tidak melekat satu sama lain.
Kulit sangat baik untuk disamak terutama dalam proses perendaman
(soaking) yang tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama lagi

Kerugian:
- Biaya pengawetan yang dibutuhkan menjadi lebih banyak dibanding

cara-1 karena jumlah penggunaan garamnya bertambah pula.


c. Pengawetan dengan cara garam basah
Kulit yang telah bersih dimasukkan ke dalam garam jenuh selama
24 jam (seperti pada cara-2).

Setelah perendaman, kulit tidak lagi

dikeringkan seperti (cara-2), tetapi kulit diletakkan pada lantai miring


yang diatasnya telah ditaburi dengan garam. Kulit yang berada pada
posisi paling bawah diletakkan dengan bagian bulu menghadap ke lantai
dan bagian berdaging menghadap keatas.
Seperti halnya cara-2 jenis pengawetan ini memiliki beberapa

keuntungan dan kerugian antara lain :


Keuntungan :
- Pengawetan tidak tergantung dengan sinar matahari
- Sedikit sekali terjadi kerusakan kulit
- Proses perendaman (soaking) dalam proses penyamakan kulit
-

membutuhkan waktu yang singkat


Pelaksanaan cepat dan tidak membutuhkan ruangan yang luas

Kerugian :
- Untuk daerah tropik seperti di Indonesia pengawetan dengan
menggunakan garam basah masih disangsikan keberhasilannya
mengingat temperatur ruangan yang sangat baik untuk pertumbuhan
bakteri khususnya bila penyimpanan dilakukan dalam jangka waktu
yang cukup lama.

Bakteri yang seringkali ditemukan pada kulit

garaman adalah jenis bakteri halapofilik yang diketahui relatif tahan


-

terhadap suasana garam.


Biaya pengawetan sedikit lebih mahal karena pemakaian garam yang
relatif lebih banyak serta membutuhkan penyimpanan dengan
temperatur yang rendah.

d.

Pengawetan dengan cara pengasaman (pickling)


Teknik pengawetan ini terutama dipakai untuk mengawetkan kulit domba

(terutama di New Zaeland, Australia, Amerika dan pabrik-pabrik kulit yang


berskala besar lainnya). Untuk keperluan ekspor kulit dipickle selama 2 bulan

atau lebih. Pengawetan kulit dengan cara dipickle dikerjakan untuk kulit-kulit
yang telah dikeluarkan bulunya melalui proses pengapuran (liming), buang kapur
(deliming) dan telah didegradasi sebagian protein penyusunnya yang disebut
bating (beitzing).
Dari keempat jenis pengawetan kulit tersebut, tentunya masing-masing
jenis pengawetan memiliki keuntungan dan kerugian, namun pada prinsipnya
proses pengawetan yang dilakukan tentunya mengarah kepada suatu upaya
bagaimana kulit mentah tersebut memiliki umur simpan yang maksimal hingga
memasuki tahap pengolahan.

Selama proses penyimpanan tersebut struktur

penyusun kulit sangat rentan sekali oleh pengaruh mikroorganisme. Selain itu
tentunya perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur penyusun diupayakan
dapat diminimalisir.
Tingginya kadar air dan protein pada kulit menyebabkan kulit merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Dengan fenomena ini
menunjukkan bahwa, produk kulit mentah merupakan produk hasil sampingan
pemotongan ternak yang memerlukan penanganan khusus setelah lepas dari tubuh
ternak.
Selain zat-zat kimia tersebut, di dalam kulit yang masih segar terdapat
pula beberapa jenis enzim yang dihasilkan oleh sel-sel di dalam kulit itu sendiri
yakni enzim cathepsin, collagenase, dan dopa oxidase.

Enzim

collagenase

disintesis oleh sel fibroblast. Selama hewan masih hidup enzim tersebut dalam
bentuk pro-collagenase yang tidak aktif, namun setelah hewan dipotong procollagenase tersebut akan menjadi aktif sebagai collagenase yang dapat mencerna
serabut kolagen. Selama kulit masih segar setelah lepas dari tubuh dan sebelum
mengalami pengawetan dalam kondisi lingkungan yang sesuai, enzim cathepsin
bersama-sama dengan enzim collagenase mencerna zat-zat dalam kulit.
2.2.2 Teknologi Penyamakan Kulit
Penyamakan kulit pada prinsipnya adalah suatu tehnik untuk mengubah
kulit mentah mentah. Kulit samak adalah kulit hewan yang dikerjakan sedemikian

rupa sehingga lebih bersifat permanen, tahan terhadap dekomposisi bila basah dan
bersifat lemas bila kering (Judoamidjojo, 1981)
Penyamakan kulit terdiri atas banyak proses panjang, dan garis besarnya
dibagi 3 proses utama yaitu proses awal (beam house atau proses rumah basah),
proses penyamakan, dan finishing. Proses awal terdiri atas perendaman (untuk
mengembalikan kadar air yang hilang selama proses pengeringan sebelumnya,
kulit basah lebih mudah bereaksi dengan bahan kimia penyamak, membersihkan
dari sisa kotoran, darah, garam yang masih melekat pada kulit), pengapuran
(membengkakan kulit untuk melepas sisa daging, menyabunkan lemak pada kulit,
pembuangan sisik, pembuangan daging, pembuangan kapur (deliming) (untuk
menghilangkan kapur dan menetralkan kulit dari suasana basa, menghindari
pengerutan kulit, menghindari timbulnya endapan kapur), pengikisan protein,
pengasaman (pickle) (untuk memberikan suasana asam pada kulit sehingga lebih
sesuai dengan senyawa penyamak dan kulit lebih tahan terhadap seranga bakteri
pembusuk).
Sesuai dengan jenis kulit, tahapan proses penyamakan bisa berbeda. Kulit
dibagi atas 2 golongan yaitu hide (untuk kulit berasal dari binatang besar seperti
kulit sapi, kerbau, kuda dll), dan skin (untuk kulit domba, kambing, reptil dll).
Jenis zat penyamak yang digunakan mempengaruhi hasil akhir yang diperoleh.
Penyamak nabati (tannin) memberikan warna coklat muda atau kemerahan,
bersifat agak kaku tetapi empuk, kurang tahan terhadap panas. Penyamak mineral
paling umum menggunakan krom. Penyamak krom menghasilkan kulit yang lebih
lemas, lebih tahan terhadap panas. Lewat proses penyamakan, dilakukan proses
pemeraman yaitu menumpuk atau menggantung kulit selama 1 malam dengan
tujuan untuk menyempurnakan reaksi antara molekul bahan penyamak dengan
kulit (Anonim, 2009).
Proses penyelesaian (finishing) menentukan kualitas hasil akhir (leather).
Terdiri atas beberapa tahapan proses yang bervariasi sesuai dengan jenis kulit,
bahan penyamak yang digunakan, dan kualitas akhir yang diinginkan. Proses
finishing akan membentuk sifat-sifat khas pada kulit seperti kelenturan,
kepadatan, dan warna kulit. Proses perataan (setting out) bertujuan untuk
menghilangkan lipatan-lipatan yang terbentuk selama proses sebelumnya dan

mengusahakan terciptanya luasan kulit yang maksimal. proses perataan sekaligus


juga akan mengurangi kadar air karena kandungan air dalam kulit akan terdorong
keluar (striking out). Beberapa proses lanjutan lainnya adalah pengeringan
(mengurangi kadar air kulit sampai batas standar biasanya 18 20 %),
pelembaban (menaikkan kandungan air bebas dalam kulit untuk persiapan
perlakuan fisik di proses selanjutnya), pelemasan (melemaskan kulit dan
mengembalikan kerutan-kerutan sehingga luasan kulit menjadi normal kembali),
pementangan

(untuk

menambah

luasnya

kulit),

pengampelasan

(untuk

menghaluskan permukaan kulit). Kulit samakan bisa dicat untuk memperindah


tampilan kulit
Penyamakan kulit merupakan suatu proses untuk mengubah kulit mentah
(hide/skin) yang bersifat labil (mudah rusak oleh pengaruh fisik, kimia dan
biologis) menjadi kulit yang stabil terhadap pengaruh tersebut yang biasa disebut
kulit tersamak (leather). Ada 4 jenis penyamakan yang dikenal yaitu:
a.

Penyamakan mineral
Jenis bahan penyamak yang sering digunakan dalam penyamakan ini

antara lain yang berasal dari golongan aluminium seperti tawas putih (K2SO4
Al2(SO4)3 24 H2O), golongan chrome seperti Cr2O3 (produk komersial dengan
merek Chromosal-B) dan Zirkonium. Produk kulit jadi (leather) yang biasa
dihasilkan melalui penyamakan ini antara lain : kulit untuk bahan jaket, tas
kantor, sepatu dan lap (chamois).
b.

Penyamakan nabati
Jenis bahan penyamak yang digunakan adalah bahan-bahan yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan seperti akar, batang dan daun. Prinsipnya bahwa semua
tumbuh-tumbuhan yang mengandung tannin dapat digunakan. Contoh tumbuhan
yang sering digunakan antara lain : mahoni, pisang, teh, akasia, bakau. Tumbuhan
yang mengandung tannin dicirikan oleh rasa yang sepat dan reaksi dengan besi
seperti pisau menghasilkan warna ungu kehitaman.

Produk kulit jadi yang

dihasilkan adalah sepatu sol (sepatu kerja/sepatu militer/polisi)


c.

Penyamakan sintetis

Penyamakan sintetis menggunakan bahan-bahan dari golongan fenol yang


telah dibesarkan molekulnya melalui proses sulfonasi dan kondensasi.

Produk

komersial dijual dengan merek Basyntan, Irgantan dan Tanigan. Tujuan yang
diharapkan dari penyamakan ini adalah memperoleh kulit jadi dengan
menampilkan kesan aslinya. Seperti kulit reptil (ular, buaya biawak) maupun
pada kulit kaki ayam. Melalui teknik penyamakan ini relief (rajah) khas yang
dimiliki masing-masing kulit tetap dipertahankan dan akan tetap tampak sebagai
suatu seni (art) tersendiri.
d.

Penyamakan minyak
Jenis bahan penyamak yang digunakan adalah berasal dari minyak ikan

salah satu contohnya adalah minyak ikan hiu. Dalam perdagangan biasa dikenal
dengan nama minyak ikan kasar. Minyak ikan yang digunakan memiliki ikatan C
rangkap atau bilangan yodium berkisar 80-120. Produk kulit jadi yang dihasilkan
misalnya kulit bulu (zemleer).

2.3 Pemanfaatan Kulit Sapi


Pemanfaatan kulit Sapi untuk kepentingan manusia itu berjalan searah
dengan perkembangan peradaban manusia. Dari keseluruhan produk sampingan
hasil pemotongan ternak, maka kulit merupakan produk yang memiliki nilai
ekonomis yang paling tinggi.

Berat kulit pada sapi, kambing

dan kerbau

memiliki kisaran 7-10% dari berat tubuh. Secara ekonomis kulit memiliki harga
berkisar 10-15% dari harga ternak.
Hasil-hasil Olahan Kulit untuk Pangan dan Non Pangan
a.

Hasil olahan kulit untuk pangan


Hasil olahan yang berasal dari kulit yang dapat dikonsumsi manusia dapat

berupa kerupuk kulit dan gelatin. Sampai saat ini produk kerupuk kulit sudah
banyak dikonsumsi oleh masyarakat baik yang berasal dari ternak besar maupun
yang berasal dari unggas (ayam).

Misalnya saja kerupuk kulit cakar ayam

maupun kerupuk kulit tubuh ayam. Di pulau Jawa sendiri, Jenis kerupuk ini telah
lama berkembang, begitu pula di Sulawesi Selatan jenis kerupuk ini sedikit demi
sedikit telah mulai dikenal oleh masyarakat.
Di Sumatra Barat sendiri telah diproduksi secara massal dengan nama
kerupuk jangat yang sebagian besar diproduksi dengan bahan dasar kulit kerbau
begitu pula di daerah Mataram kegiatan produksi kerupuk dari kulit telah
berkembang dengan pesat. Pemanfaatan lain dari kulit dalam dunia pangan adalah
dalam bentuk gelatin. Gelatin adalah produk hasil denaturasi dari kolagen. Kulit
yang secara kimiawi komposisi proteinnya terdiri atas 80-90% merupakan protein
kolagen. Protein kolagen ini secara ilmiah dapat ditangkap untuk dikonversi
menjadi gelatin.

Gelatin secara kimiawi diperoleh melalui rangkaian proses

hidrolisis kolagen yang terkandung dalam kulit. Reaksi yang terjadi adalah :
C102H149N31O38 + H2O Collagen C102H151N31O39 Gelatin
Beberapa negara maju maupun negara berkembang menggunakan banyak
produk gelatin dalam kehidupan sehari-hari. Gelatin banyak digunakan sebagai
bahan kosmetik (salep, cream rambut), makanan (pembuatan es krim, permen
karet, pengental, mayonnaise, maupun penjernih anggur buah), bidang teknik (rol
cetak, sablon dalam screen printing, perekat pentil korek api dan alas hektograf),
bidang fotografi (medium pengulas bahan film serta kertas potret),

bidang

farmasi dalam bentuk kapsul dan alas makanan dalam bidang mikrobiologi.
b.

Hasil olahan kulit untuk non pangan

Hasil olahan kulit dalam bentuk non pangan lebih banyak dalam bentuk kulit
tersamak (leather) melalui proses penyamakan. Beberapa jenis produk leather
yang kita kenal adalah sebagai berikut :
Kulit sol
Kulit sol biasanya berasal dari kulit tebal yang mempunyai struktur serat yang
kuat dan padat misalnya kulit sapi dan kerbau. Jenis kulit ini kaku dan sulit

dibengkokkan. Penggunaannya sebagai bahan sol sepatu untuk militer/polisi serta


pekerja pabrik. Kulit sol diolah dengan melalui penyamakan nabati.
Kulit vache
Kata vache berasal dari bahasa Perancis la vache yang berarti sapi. Kulit ini
lebih lemas dibanding sol dan banyak digunakan untuk sol dalam dan kap
pembuatan sepatu cara modern. Kulitnya berasal dari sapi.
Kulit raam
Kulit raam adalah jenis kulit vache digunakan untuk menyambung kulit atasan
dengan kulit bawahan dan diperdagangkan sebagai lajuran dengan lebar 12-18
mm dan tebal 1,8-2,2 mm. Warna biasanya disesuaikan dengan warna kulit sapi.
Kulit box
Kata box merupakan contoh dari kulit atasan yang berasal dari kulit sapi
melalui penyamakan chrome. Sifat kulit ini lemas, struktur kuat serta nerf tidak
mudah pecah dan lepas. Banyak digunakan sebagai bahan sepatu kantor atau
kerja.
Fahl
Kulit fahl merupakan bahan untuk kulit atasan berasal dari kulit sapi yang
disamak nabati dan diberi gemuk tidak berwarna atau berwarna kehitaman.
Sifatnya tahan air, lemas dan kekuatan tariknya tinggi. Banyak digunakan sebagai
bahan sepatu gunung, militer maupun sepatu lapangan.

Kulit tahan air


Kulit ini merupakan kulit atasan melalui proses penyamakan chrome,
kombinasi dan nabati. Kulit diberi gemuk agar tahan terhadap air dan banyak
digunakan sebagai bahan pembuatan sepatu berat, laras, sport dan ski. Kadar
gemuknya mencapai 15-21%. Jenis kulit ini berasal dari kulit sapi

Kulit nubuk dan velour


Kulit ini berasal dari kulit sapi yang disamak chrome dan pada bagian atas
(nerf) digosok sedikit sehingga bila diraba akan terasa seperti beludru.
Kulit chevrau
Kulit ini dibuat dari kulit kambing yang disamak chrome yang digunakan
sebagai bahan kulit atasan. Kulit ini biasa juga disebut kulit glase.
Kulit chevrette
Kulit ini berasal dari domba yang disamak chrome. Kekuatannya sedikit
berada dibawah kulit chevrau sehingga kebanyakan dibuat untuk jenis sepatu
rumah.
Kulit blank
Kulit ini kebanyakan diolah dengan samak nabati sifatnya elastis tidak mudah
dibengkokkan dan kuat.

Digunakan sebagai bahan untuk sadel, tas, ransel.

Bahannya berasal dari kulit sapi.


Kulit vachet
Kulit ini berbahan mentah kulit sapi dan digunakan sebagai bantal pada kursi
dan peralatan-peralatan rumah tangga lainnya.
Kulit mebel
Kulit ini mirip dengan kulit blank namun jumlah gemuk yang diberikan lebih
banyak, elastis dan kuat.

Kulit halus
Yang tergolong kulit ini adalah kulit sampul buku dan kulit tas.
mentahnya berasal dari kulit sapi, kambing dan domba yang disamak nabati

Bahan

Kulit reptil dan kulit ikan


Kulit reptil antara lain kulit ular, biawak dan buaya. Produk ini dipergunakan
untuk produksi sepatu, tas wanita, dompet maupun ikat pinggang.

Proses

penyamakannya melalui penyamakan nabati dan chrome. Untuk kulit ikan


diperoleh dari kulit anjing laut, ikan hiu dan pari.
Kulit ban mesin
Jenis kulit ini berasal dari kulit sapi yang diproses dengan penyamakan nabati
dan chrome. Sifatnya harus kuat, lemas dan sedikit mengalami kemuluran
Kulit manchet
Jenis kulit ini banyak dipergunakan untuk peralatan pompa, pipa air, pentil.
Kulit ini berasal dari kulit sapi dan kambing.
Kulit tekstil
Jenis kulit ini digunakan untuk keperluan alat-alat teknik antara lain bagianbagian dari alat tenun misalnya pecker, roda gigi (dapat berjalan tanpa berbunyi).
Bahannya berasal dari kulit sapi dan kerbau.
Kulit pelindung kerja
Jenis kulit ini banyak dipakai sebagai bahan untuk pembuatan barang-barang
yang berfungsi dalam perlindungan bagi tubuh seperti sarung tangan dan peci.
Bahan mentahnya berasal dari kulit sapi dengan konsistensi lemas
Kulit sarung tangan
Jenis kulit harus tipis, lemas dan lentur. Biasanya putih atau berwarna-warni.
Bahan mentahnya dapat berasal dari kulit kambing, domba rusa dan babi.
Prosesnya melalui penyamakan chrome, kombinasi chrome dengan minyak.
Kulit pakaian

Yang termasuk dalam produk ini adalah barang kulit berupa mantel ataupun
jaket. Bahan mentah berasal dari kulit domba, kambing, sapi dan kuda.
Kulit pengisap keringat
Kulit ini biasanya dipasang pada topi. Prosesnya dengan penyamakan
nabati. Bahan mentahnya berasal dari kulit domba, kambing, sapi dan babi.

III

KESIMPULAN
Berdasarkan isi makalah ini, dapat disimpulkan bahwa :

Kulit sapi merupakan bagian paling luar daging sapi dan merupakan organ

tunggal tubuh paling berat sekitar 6-8 %.


Penanganan pada kulit sapi meliputi pengawetan kulit dan teknologi

penyamakan kulit.
Pemanfaatan kulit sapi diantaranya dapat di buat hasil olahan pangan
maupun non-pangan. Pangan meliputi : kerupuk kulit dan gelatine ,
sedangkan non-pangan meliputi : kulit tersamak (leather) melalui proses
penyamakan.

DAFTAR PUSTAKA

http://kesmavet.ditjennak.pertanian.go.id/index.php/berita/tulisan-ilmiahpopuler/81-teknologi-pengolahan-dan-pemanfaatan-kulit-sapi (oleh Drh.


Dinal Rifki; Kepala Seksi Teknologi Pascapanen) diakses tanggal 19
November 2014 pukul 20:50
Judoamidjojo, R Muljono.1981. Teknik Penyamakan Kulit Untuk Pedesaan.
Angkasa, Bandung.
Rifki, Dinal. 2014. Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Kulit Sapi.
http://kesmavet.ditjennak.pertanian.go.id/index.php/berita/tulisan-ilmiahpopuler/81-teknologi-pengolahan-dan-pemanfaatan-kulit-sapi (Diakses pada
19 November 2014 pukul 21.00 WIB)
Sukarbowo, P dan Sudarjo, S. 1989. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan
Kulit. Akademi Teknologi Kulit, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai