DISUSUN
Oleh :
ELLA ARINI
(1305102010034)
HESTI RAHMASARI
(1305102010063)
MUNAWIR SAZALI
(1305102010008)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
0
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan NYA mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik. shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yakni nabi muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Budidaya
Domba Garut, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Kami ucapkan terimakasih kepada ibu Cut Aida Fitri selaku dosen budidaya
peternakan, teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN. ....................................................... 5
3.1 Lokasi Budidaya Domba Garut ............................................................. 5
3.2 Analisis Usaha Budidaya Domba Garut................................................. 5
3.3 Budidaya Domba Garut ......................................................................... 9
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 12
4.1 Kesimpulan............................................................................................ 12
4.2 Saran...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA. ..................................................................................... 13
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Domba Merinodari Asia Kecil. Yang dibentuk kira-kira pada pertengahan abad ke 19 (1854)
yang dirintis olehAdipati Limbangan Garut.Sekitar 70 tahun kemudian yaitu tahun 1926 Domba
Garut telah menunjukan suatukeseragaman, misalnya bentuk tanduk yang besar melingkar
diturunkandari Domba Merino.
Pada awalnya domba priangan atau domba garut ini berkembang di Priangan (Jawa Barat),
terutama di daerah Bandung, Garut, Sumedang,Ciamis, dan Tasikmalaya. Namun saat ini sudah
berkembang di seluruh pulau jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya.Domba ini
dipeliharaselain sebagai domba potong atau domba pedaging, juga dipeliharasebagai domba
aduan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah budidaya domba garut yaitu:
1.
2.
3.
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Informasi mengenai asal usul seleksi dan domestikasi domba hanya sedikit yang
diketahui dan dianggap keturunan dari beberapa jenis domba liar, domba-domba yang ada
sekarang ini diduga merupakan hasil persilangan beberapa leluhur bangsa domba (Mason,
1996).Keragaman wilayah menyebabkan begitu banyak bangsa domba yang tersebar di seluruh
dunia. Sampai saat ini tercatat 244 bangsa yang telah diidentifikasi dengan cukup baik, sehingga
dari performa fisik, dapat dibedakan antara satu bangsa dengan bangsa lainnya (Heriyadi, dkk.,
2001). Saat ini populasi domba di Indonesia mencapai 8.066.727 ekor, dari sejumlah itu 42,6
persen atau 3.438.352 ekor terdapat di Jawa Barat, sedangkan sisanya terdapat di provinsi lain di
Pulau Jawa dan kurang dari 10 % terdapat di luar Jawa (Makka, 2004).
Domba dapat diklasifikasikan pada sub famili caprinae dan semua jenisdomba
domestikasi termasuk genusOvis aries. Ada empat jenis spesies dombaliar yaitu : domba
Mouffon (O.musimon) terdapat di Eropa dan Asia Barat, dombaUrial (O. orientalis, O. Vignei)
terdapat di Asia tengah, dan Domba Bighorn (O.Canadensis ) terdapat di Asia Utara dan Amerika
Utara. Tiga jenis yang pertamadiatas merupakan domba yang membentuk genetik dari dombadomba modernsekarang (Williamson and Payne, 1993).
Asal-usul perkembangan Domba Garut diyakini berasal dari domba lokal asli Garut, yaitu
dari Daerah Cibuluh dan Cikeris di Kecamatan Cikajang serta Kecamatan Wanaraja.Keyakinan
tersebut dilandasi oleh teori bahwa seluruh bangsa domba yang ada di dunia dapat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok domba bermuka putih (white
face) dan domba bermuka hitam (black face). Domba-domba muka putih secara genetik
membawa warna yang lebih dominan dibandingkan warna pada domba muka hitam, sedangkan
domba-domba yang diimpor masuk ke Indonesia sejak Jaman Belanda sampai Jurnal Ilmu
Ternak, Desember 2005, Volume 5 Nomor 2 48 sekarang kebanyakan dari kelompok domba
muka putih (termasuk Domba Merino, Texel, dan Domba Ekor Gemuk), sehingga warna hitam
yang banyak terdapat pada Domba Garut dipercaya berasal dari domba lokal, khususnya domba
lokal dari daerah Cibuluh dan Wanaraja yang sejak dahulu dikenal dengan domba-dombanya
yang dominan berwarna hitam, termasuk dominan hitam pada tubuh secara keseluruhan, di
samping itu Domba Cibuluh memiliki ciri yang sangat spesifik, yaitu bertelinga rumpung
(rudimenter) dengan ukuran di bawah 4 cm atau ngadaun hiris dengan ukuran 4 - 8 cm (Heriyadi
dan Surya, 2004).
3
Domba Garut sebagai aset nutfah Jawa Barat, memiliki potensi yang baik untuk
dikembangkan sebagai sumber daging dan cukup tanggap terhadap manajemen pemeliharaan
yang baik, dibandingkan domba lokal dan bangsa domba lain yang ada di Indonesia, di samping
itu memiliki keunggulan unik yang dapat dijadikan daya tarik pariwisata daerah, khususnya
untuk Domba Garut tipe tangkas (Heriyadi, 2003). Namun demikian, standar mutu baku yang
menyangkut sifat-sifat kualitatif Domba Garut masih belum diluncurkan oleh Badan
Standardisasi Nasional (BSN).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi Peternakan Legiun Domba berada di Cibinong. Masuk dari Jalan Tegar Beriman,
jalan utama di Cibinong, dimana kantor Bupati dan lainnya disana. Kemudian masuk dari jalan
disebelah Kodim Kab Bogor.
Legiun Domba adalah peternakan domba garut yang berupaya memurnikan dan
memuliakan domba garut di daerah Cibinong, Bogor. Legiun Domba mempunya lebih dari 30
pejantan berkualifikasi domba tangkas, yang dikawinkan dengan domba betina unggulan, agar
dapat menciptakan generasi domba garut, baik untuk tangkas maupun pedaging, yang
berkualifikasi unggulan.
karkas (disembelih) Rp. 60.000, Harga jual hasil penggemukan rata-rata Rp. 2.400.000,-/ekor dihitung Rp. 60.000/Kg
Harga bibit/bakalan Rp. 9.500.000/ekor
Harga kotoran (pupuk) bernilai Rp. 200.000/ periode pemeliharaan/kandang
Umur ekonomis kandang dan peralatan selama 30 periode
1. Biaya
Berikut merupakan tabel biaya untuk analisis usaha domba garut..
Tabel 1. Biaya Tetap yang dikeluarkan.
Biaya Tetap
Jumlah (Rp)
165,000,000
Peralatan
30,000,000
5
5,500,000
1,000,000
201,500,000
Biaya Variabel
Jumlah (Rp)
1
2
3
4
5
475,000,000
49.000,000
17,150,000
2,500,000
5,705,000
Listrik
600,000
Air
300,000
Biaya Total
550,255,000
2. Penerimaan
Tabel 3. Penerimaan dalam bentuk utuh atau ekor.
No
Uraian
1 Harga jual 500 ekor x Rp 2.400.000,Kotoran/Pupuk kandang (33 kandang x Rp
2
200,000/periode)
Total
Jumlah
Rp 1,200,000,000
Rp 6,600,000
Rp 1,206,600,000
6
Jumlah
Rp 600,000,000
Rp 100,000,000
Rp 6,600,000
Rp 706,600,000
5. Efisiensi usaha
RC Ratio
= TR /TC
= Rp 1,206,600,000 / Rp 751,755,000
= 1.60504
R/C ratio adalah 1.60504 artinya usaha penggemukan ternak domba garut yang dilakukan dapat
dinilai layak untuk dilanjutkan.
Supaya tercapai BEP maka harga minimal domba garut adalah Rp 1,503,510 /ekor atau
Rp 37,588 / kg, sedangkan titik BEP dalam unit dicapai apabila domba garut terjual 313,231
ekor. Dengan demikian berdasarkan nilai BEP harga dan produksi menunjukkan bahwa usaha
penggemukan domba garut layak untuk dikembangkan, karena harga jual domba garut per ekor
adalah Rp 2,400,000 atau Rp 60,000/kg.
3.3 Budidaya Domba Garut
Tahap-tahap budidaya domba garut antara lain:
1. Bibit
Bibit domba harus sehat dan tidak cacat penampilan fisiknya harus baik, bulunya harus
tampak seperti basah, kakinya tegak dan besar, dan moncongnya tumpul.Sebaiknya dipilih
domba jantan untuk digemukkan karena pertumbuhannya lebih cepat dan pada yang
betina.Domba jantan itu harus dipilih yang baru lepas sapih (berumur 6-8 Bulan), giginya masih
rapat dan belum tanggal, dan berat rata-ratanya 20 kg. Misalnya yang umurnya 12 bulan atau
sedang tanggal gigi, biasanya mengaIami masa stress dan bobotnya juga turun, sehingga
menggangu proses penggemukan. Bibit domba jantan ini juga dipilih yang tidak bertanduk dan
sifatnya tenang, karena domba yang bertanduk mempunyai naluri berkelahi yang tinggi dan
pertumbuhannya cenderung lebih lambat. Pada akhir masa penggemukan, berat domba bertanduk
bisa berbeda 1-2 kg lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak bertanduk: Kerugian lain,
domba bertanduk sering merusak kandang. Domba yang akan digemukkan ukurannya besar atau
kecil tidak jadi masalah, yang penting harganya murah Pertimbangannya kalau dijual akan lebih
menguntungkan.
2. Perawatan
Domba harus juga dijaga dan dirawat kesehatannya sejak awal. Lingkungann juga
dihindarkan agar tidak sampai menimbulkan stress. Untuk itu pengobatan pencegahan perlu
dilakukan ketika bibit baru datang, sebelum dimasukkan kedalam kandang. Biasanya dengan
pengobatan sekali itu, bibit domba yang akan digemukkan tidak terkena penyakit ataupun stress
sampai masa penggemukan berakhir. Domba yang baru datang harus langsung dicukur bulunya,
Agar bibit penyakit, kutu, dan parasit.lain bisa segera terbasmi. Dengan pencukuran ini, hasil
dari penggemukanpun langsung terlihat mahal, bila setiap periode penggemukan hasil bulu
cukurannya banyak, bisa dijual untuk menambah penghasilan. Setelah dicukur, domba langsung
dimandikan sampai bersih dari semua kotoran yang melekat hilang. Untuk mencegah penyakit,
domba disuntik antibiotik dari obat cacing.Terakhir, untuk mencegah stress, bibit domba itu
diberi obat anti stress.
3. Pengaturan Pakan
Pada tahap awal penggemukan atau penyesuaian, yaitu sejak domba masuk kandang
sampai 7 minggu, pertama, setiap ekor domba per harinya diberi konsentrat 1,5-2 ons, ampas
tahu 7 ons dan rumput 3 kg. Caranya pada pukul 05.00 ampas tahu dan konsentrat diberi lebih
dahulu kalau pemberian keduanya dicampurkan dengan rumput domba akan kurang
meminatinya, karena ia lebih tertarik pada rumput. Rumput baru diberikan pada pukul 09.30 dan
diulangi dalam jumlah yang sama pada pukul 15.00.
Air diberikan setiap kali domba selesai diberi pakan rumput jumlahnya tak terbatas. Pada
hari-hari pertama tahap penyesuaian ini (2-3 hari), domba belum begitu bernafsu memakannya,
karena belum biasa. Akan tetapi, setelah lewat masa itu, jumlah pakan sebanyak itu akan
dihabiskannya. Sejak minggu ke-2 dan minggu selanjutnya sampai masa penggemukkan
berakhir, waktu dan jumlah pemberian pakannya sama. Hanya saja, jumlah konsentratnya
berubah. Untuk minggu ke-2, konsentrat yang diberikan 2,5-3 ons, minggu ke-3 (umur 15-25
hari) menjadi 4 ons, lulu bertambah menjadi 5 ons sampai panen.
4. Perkandangan
Kandang sistem baterei yang dipergunakan untuk penggemukan ini diisi seekor domba
perkandang. Panjang kandang dibuat 1 m, lebar 60 cm, tinggi 60 cm. Satu lokasi ( satu atap)
9
terdiri dari 2 baris kandang yang tidak saling berhadapan tiap barisnya. Agar domba mau makan
lebih bernafsu, setiap wadah pakan sebaiknya digunakan untuk 2 domba. Wadah pakan itu
diletakan disisi luar dan tidak saling berhadapan dengan barisan kandang lainnya. Wadah pakan
itu bisa dibuat dari bambu atau bahan lain yang mudah didapat serta harganya murah. Atapnya
dibuat dari alang-alang atau rumbia yang telah tua, dibuat berkemiringan 45. Dengan atap
rumbia, pada siang hari kandang tidak terlalu panas dan pada malam harinya menjadi hangat.
Kalau menggunakan atap seng, domba sering stress, karena siangnya terlalu panas dan
malamnya terlalu dingin.
5. Waktu panen
Hai lain yang ikut menentukan besarnya keuntungan menggemukan domba cara ini ialah
waktu pemeliharaan, Sekalipun pertumbuhannya cepat, namun pada suatu saat kecepatan
pertumbuhannya akan berkurang dan dari segi ekonomi tidak lagi menguntungkan. Karena
domba sering digemukan sejak lepas sapih, maka waktu penggemukan yang lebih tepat ialah 45
hari. Kalau masa penggemukkannya terlalu lama ( misalnya lebih dari 60 hari ), penggemukkan
ini akan melewati masa tanggal gigi yang bisa menurunkan bobot badannya. Selain itu, dengan
waktu penggemukkan hanya 45 hari perputaran uang menjadi lebih cepat. Domba yang
sebelumnya berat rata-ratanya 20 kg, setelah 45 hari penggemukkan bisa mencapai 32 kg. Bila
harga daging domba hidup Rp. 60.000 per kg, maka bisa dihitung berapa keuntungannya.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu:
1. Permintaan Domba Garut saat ini kian meningkat. Hal ini tentu menarik untuk
mengembangbiakkannya. Domba Garut memiliki potensi pasar yang luas. Potensi
pasar terbesar pertama adalah hewan ternak Domba Garut untuk memenuhi
kebutuhan tahunan ibadah kurban. Kemudian menyusul kebutuhan konsumsi daging
harian untuk rumah tangga, restoran dan warung sate. Selanjutnya adalah kebutuhan
aqiqah, dan terakhir adalah penghobi yang selalu mencari bibit Domba Garut jantan
unggulan.
11
2. Daging domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belum
memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat lain
dari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil.
4.2 Saran
Bahwa budidaya domba garut perlu di tingkatkan lagi, karna dalam system budidaya
maupun pemasarannya masih kalah sama domba-domba di luar garut,di samping itu kualitas dan
kuantitas domba garut kurang bersaing sehingga domba garut kalah sama domba-domba di luar
garut.
DAFTAR PUSTAKA
Heriyadi, D., A. Sarwestri, dan D.C Budinuryanto. 2001. Ngawangkong Peternak Domba
Tangkas. Laporan Penelitian. Kerjasama antara Fakultas Peternakan, IKA Fakultas
Peternakan, dan Pusat Dinamika Pembangunan Universitas Padjadjaran. Bandung
Heriyadi, D.dan B.S. Surya. 2004. Sertifikasi Bibit Domba Garut Tahap II. Laporan Penelitian.
Laporan Penelitian Kerjasama Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan Himpunan
Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Jawa Barat. Bandung.
Makka, D. 2004. Pengembangan Usaha Ternak Domba/Kambing Melalui Pola Integrasi TebuTernak (Crop Livestock System). Lokakarya Pengembangan Kawasan Integrasi Ternak
dengan Perkebunan Tebu PG Jati Tujuh Majalengka. Majalengka.
12
Mason, IL. 1996. A World Dictionary of Livestock Breeds, Types and Varieties. Fourth Edition.
CAB International. New Zealand.
Williamson, G. and W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis, Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
LAMPIRAN
13