Oleh :
KATA PENGANTAR
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................1
KATA PENGANTAR ..............................................................................................2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3. Tujuan .................................................................................................... 5
1.4. Manfaat................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Siklus Estrus pada Sapi .......................................................................... 7
2.2. Peranan Hormon dalam Siklus Estrus ....................................................10
2.3. Periode Siklus Estrus pada Sapi ..............................................................12
2.4. Perubahan-perubahan yang Terjadi Selama Siklus Estrus .....................12
BAB III PENUTUP ...................................................................................................14
3.1. Kesimpulan .............................................................................................14
3.2. Saran ........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................15
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, terdapat tujuan yang
akan dibahas yaitu :
1) Untuk mengetahui fase siklus estrus pada sapi.
2) Untuk mengetahui hormon yang berperan dalam siklus estrus.
6
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan paper ini adalah
supaya mahasiswa mampu memahami dan mengetahui perkembangan
teknologi reproduksi khususnya dalam siklus estrus pada sapi.
7
BAB II
PEMBAHASAN
a. Proestrus
Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode pada saat folikel
de graaf tumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah
estradiol yang semakin bertambah (Marawali, dkk, 2001). Pada
pemeriksaan perektal, sapi-sapi yang proestrus terlihat dengan ciri-ciri
tonus uteri meningkat, tegang, dan teraba melingkar. Servik mengalami
relaksasi gradual dan makin banyak mucus yang tebal. Vulva
membengkak, keluar leleran jernih transparan. Ovarium pada fase ini
akan teraba corpus albikan yang berasal dari korpus luteum yang
mengalami atropi, mengecil dan diganti oleh masa yang menyerupai
tenunan pengikat. Corpus albikan ini teraba sangat keras dan kecil. Pada
fase ini juga akan teraba folikel de graaf yang tumbuh cepat oleh
pengaruh FSH, mulai matang dan akan mencapai puncaknya pada fase
estrus dan akhirnya folikel tersebut akan mengovulasikan sebuah ovum
pada waktu 10-15 jam sesudah akhir estrus (Bearden,1984).
b. Estrus
Estrus adalah periode yang ditandai dengan penerimaan pejantan
oleh hewan betina untuk berkopulasi. Pada umumnya memperlihatkan
tanda-tanda gelisah, nafsu makan turun atau hilang sama sekali,
menghampiri pejantan dan tidak lari bila pejantan menungganginya.
Menurut Frandson (1992), fase estrus ditandai dengan sapi yang
berusaha dinaiki oleh sapi pejantan, keluarnya cairan bening dari vulva
dan peningkatan sirkulasi sehingga tampak merah. Pada saat itu,
keseimbangan hormon hipofisa bergeser dari FSH ke LH yang
mengakibatkan peningkatan LH, hormon ini akan membantu terjadinya
ovulasi dan pembentukan korpus luteum yang terlihat pada masa
sesudah estrus. Proses ovulasi akan diulang kembali secara teratur setiap
jangka waktu yang tetap yaitu satu siklus birahi. Pengamatan birahi pada
ternak sebaiknya dilakukan dua kali, yaitu pagi dan sore sehingga
adanya birahi dapat teramati dan tidak terlewatkan (Salisbury dan
Vandenmark, 1978).
9
c. Metestrus
Menjelang pertengahan sampai akhir metestrus, uterus menjadi agak
lunak karena pengendoran otot uterus. Kontraksi uterus intermitten.
Folikel sudah mengalami ovulasi. Ovarium akan teraba cekung karena
folikel mengalami ovulasi dan terbentuk korpus luteum baru dengan
konsitensi menyerupai jantung. Tiga ekor sapi dalam fase metestrus
awal, dimana korpus luteum belum terbentuk dan pada ovarium akan
teraba ada cekungan bekas ovum yang sudah diovulasikan dari folikel
yang sudah matang. Pada fase ini sekresi mukus vagina berkurang dan
epithel karunkula uterus hiperemis (Bearden, 1984).
d. Diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus berahi,
korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap
saluran reproduksi menjadi nyata (Marawali, dkk, 2001). Pada sapi
dimulai kira-kira hari ke-5 siklus, ketika suatu peningkatan konsentrasi
progesteron dalam dalam darah dan dapat dideteksi pertama kali, dan
berakhir dengan regresi corpus luteum pada hari 16 dan 17. Pada fase ini
ovarium didominasi oleh korpus luteum yang teraba dengan bentuk
permukaan yang tidak rata, menonjol keluar serta konsistensinya agak
keras dari korpus luteum pada fase metestrus. Uterus pada fase ini dalam
keadaan relak dan servik dalam kondisi mengalami kontriksi. Fase
diestrus biasanya diikuti pertumbuhan folikel pertama tapi akhirnya
mengalami atresia sedangkan pertumbuhan folikel kedua nantinya akan
mengalami ovulasi. (Bearden, 1984).
Keuntungan siklus estrus pada ternak adalah sebagai berikut (Ismaya,
1998):
1) Memudahkan dan efisiensi deteksi birahi.
2) Memudahkan dalam pelaksanaan kawin buatan.
3) Memudahkan tata laksana pemberian pakan ternak bunting.
4) Memudahkan tatalaksana kelahiran dan pemeliharaan anak.
5) Memudahkan tatalaksana penggemukan anak jantan.
6) Memudahkan tatalaksana pemibibitan.
10
setiap jenis hewan. Pada manusia ovulasi biasa terjadi sekitar pertengahan
siklus menstruasinya (Isnaeni, 2006).
LH selain berperan pada ovulasi juga merangsang pertumbuhan sel-
sel lutein (luteinasi) dari sel-sel folikel (granulosa) yang telah mengalami
ovulasi. Pertumbuhan sel-sel lutein akan menyebabkan terbentuknya corpus
luteum (Isnaeni, 2006).
Corpus luteum akan mensintesis dan mensekresikan hormon
progesteron. Pelepasan progesteron dipengaruhi oleh hormon luteotropin
(LTH/Prolaktin) yang dihasilkan oleh adenohipopisa. Salah satu pengaruh
dari progesteron adalah meningkatkan pengaruh negatif feedback estrogen
terhadap sekresi FSH oleh adenohipopisa. Apabila kebuntingan tidak
terjadi, corpus luteum akan mengalami regresi. Regresi CL tidak disebabkan
oleh berkurangnya sekresi luteotropic hormone dari pituitary (LH dan
prolaktin), tetapi oleh aktifitas faktor luteolitic yaitu prostaglandin F2 alpha
(PGF2 alpha). Pada hewan mamalia domestikasi, uterus memiliki peranan
penting dalam produksi PGF2 alpha. Kadar yang tinggi dari PGF2 alpha
pada vena uterin diketahui terjadi selama regresi sel-sel lutein berlangsung.
Dengan degenerasi dari corpus luteum, maka hambatan pada sekresi
gonadotropin FSH dan LH telah tiada sehingga hormon-hormon tersebut
kembali disekresikan dan mulailah siklus baru dimana peningkatan kadar
FSH dan LH menyebabkan perkembangan folikel lain. Degenerasi corpus
luteum juga bisa disebabkan oleh adanya penyuntikan prostaglandin (CL
pecah) (Bearden, 1984).
Perlu dicatat bahwa disamping negatif feedback terhadap hipopisa,
progesterone memiliki aksi positive feedback pada kelenjar uterus dan
mammae. Fungsi tersebut sebagai persiapan apabila terjadi kebuntingan.
Ketika kadar progesteron turun (bila konsepsi dan fertilisasi tidak
terjadi), dinding uterus yang telah rimbun oleh adanya perkembangan
endometrium akan mengalami keruntuhan dan kelenjar mammae mengecil
kembali. Dinding uterus yang runtuh, pada manusia ditandai oleh
keluarnya darah saat menstruasi (Isnaeni, 2006).
12
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
- Siklus estrus pada sapi dibagi menjadi beberapa fase yang dapat
dibedakan dengan jelas yang disebut proestrus, estrus, metestrus dan
diestrus.
- Jenis-jenis hormon yang berperan secara langsung dalam siklus
estrus adalah hormon-hormon gonadotropin (FSH, LH dan LTH),
estrogen dan progesteron.
- Periode siklus estrus pada sapi dimulai dari fase estrus sampai
proestrus berlangsung selama ± 21 hari.
- Selama siklus estrus, terjadi perubahan-perubahan baik yang tampak
dari luar maupun yang tidak tampak dari luar. Perubahan-perubahan
yang tampak dari luar biasanya digunakan untuk penentuan saat
terjadinya estrus. Perubahan yang tidak tampak dari luar karena
terjadi pada alat-alat reproduksi bagian dalam sehingga sukar
digunakan untuk penentuan ada tidak nya estrus.
4.2. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini sehingga di butuhkan saran yang membangun dari
pembaca agar makalah ini dapat di gunakan sebagai refrensi bagi pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
Macmillan, K.L. and Cr. Burke. 1996. Effect of estrous cycle control on
reproductive efficiency. J. Anim. Sci. 42:307-436.