Anda di halaman 1dari 40

PENYAKIT SALURAN

RESPIRASI ATAS
1. RHINITIS DAN SINUSITIS
2. RHINITIS ALERGI
3. FARINGITIS
4. LARINGITIS
1.RHINITIS DAN SINUSITIS
Definisi:
Rhinitis adalah peradangan pada membran mukosa hidung, sedang
sinusitis adalah peradangan pada sinus.
Etiologi
• infeksi virus : distemper(anjing); Panleukopenia (kucing)
• Infeksi bakteri (skunder),
• jamur aspergilus fumigatus,
• tumor,
• trauma,
• benda asing.
• perluasan infeksi pada mulut yang menyebar ke nasofaring,
• kelainan bawaan palatum,
• nutrisi buruk,
• alergi.
Karakter dan tipe leleran hidung
• Unilateral (satu lubang hidung) sering
berhubungan dengan tumor nasal, jamur, benda
asing, dan penyakit gigi.
• Leleran yang terjadi bilateral (kedua lubang
hidung) : penyakit terjadi secara sistemik.
• Leleran hidung serous ditemukan pada awal
kasus penyakit, kemudian leleran serous akan
cepat berubah menjadi mukopurulen jika
penyakit berkembang sangat progresif dan ada
infeksi skunder dari bakteri.
• Leleran mukopurulen dan serous dengan
bercak-bercak darah : penyakit yang
mengakibatkan erosi mukosa hidung.
• Epistaksis diakibatkan oleh gangguan
pada hidung yang menyebabkan erosi
buluh darah besar,
• Epistaksis : penyakit sistemik seperti
coagulopati, hipertensi, vasculitis, atau
sindrom hiperviscositi.
Gejala klinis
• Pada awal kasus:
– mukosa hidung kering dan hiperemia,
– bersin, batuk ringan, epistaksis, dan adanya leleran hidung.
– Leleran hidung dapat bersifat serous, mukoid, ada bercak darah,
dan mukopurulen tergantung atas penyebab penyakit.
– Warna leleran hidung karena infeksi jamur adalah kehijauan dan
kental.
– ulser di mukosa hidung.
• Leleran hidung dapat menjadi kental dan mengering
disekitar lubang hidung, sehingga anjing menjadi sulit
bernafas.
Diagnosis
• Pendekatan sistemik : kurang tepat digunakan untuk
diagnosis rhinitis, Hal itu disebabkan oleh penyebab
rhinitis yang bermacam-macam seperti infeksi, radang,
tumor, traumatik, penyakit gigi, dan infeksi parasit.
• Teknik diagnosis :
– mencatat sejarah penyakit secara lengkap,
– melakukan pengamatan fisik dan rongga mulut,
– mengevaluasi pembekuan darah,
– sitologi, kultur bakteri dari eksudat,
– radiografi nasal dan rhinoscopi.
– Biopsi mukosa nasal diperlukan untuk menyingkirkan penyebab
primer pemicu leleran hidung.
• Pada pemeriksaan rhinitis kronis harus hati-hati
dalam menyingkirkan penyakit gigi, karena
gangguan pada gigi seperti fistula oronasal dan
oroantral sering menyebabkan rhinitis.
Pemeriksaan gigi harus dilakukan dengan
cermat dan anjing dalam kondisi terbius total.
• Uji laboratorium rutin (hitung darah lengkap,
kimia serum, urinalisis), profil coaglutinasi,
tekanan darah , dan radiografi dada akan sangat
berguna dalam menyingkirkan penyebab
sistemik atau ekstranasal munculnya leleran
hidung.
• Kultur jamur dan bakteri dari leleran
hidung tidak direkomendasikan karena
hasilnya tidak spesifik dan sering secara
normal dapat diidentifikasi jamur dan
bakteri dari hidung.
• Tes serologi untuk aspergilosis dan
peniciliosis perlu dipertimbangkan dengan
cermat, karena anjing dengan tumor
hidung akan memberikan hasil positif.
Terapi Standar
• Keberhasilan bergantung atas keberhasilan
mengidentifikasi penyebab penyakit. Terapi dengan
antibiotik spektrum luas direkomendasikan untuk
diberikan dan dilanjutkan selama 1 (satu) minggu
setelah gejala klinis hilang.
• Antibiotik yang dianjurkan adalah ampisilin, amoksisilin,
sepalosporin oral, dan klorampenikol.
• Efek samping penggunaan klorampenikol pada kucing
adalah anoreksia.
• Jika infeksi karena chlamidya pada kucing dianjurkan
menggunakan tetrasiklin parenteral dikombinasikan
dengan pemberian salep mata tetrasiklin.
• Pengobatan untuk tungau hidung
pneumonyssus caninum adalah ivermectin 0.2
mg/kg, PO dan obat diberikan selama 2 – 3
minggu.
• Obat antihistamin seperti diphenhydramine,
chlorpheniramine, atau trimeprazise-prednisone
diberikan untuk mengontrol simtom penyakit
yang muncul.
• Pada beberapa kasus rhinitis, juga disebabkan
oleh Bordetella bronchosepticum, dapat diobati
dengan doxycycline 5 – 10 mg/kg setiap 12 jam
selama dua minggu.
• Terapi suportif, cairan dan nutrisi yang
seimbang akan mempercepat pemulihan kondisi
pasien.
• Decongesta intranasal akan membantu
mengurangi leleran hidung.
• Obat yang sering dipakai adalah Phenylephrine
HCl 0.25% diberikan setiap 4 – 6 jam,
oxymethazoline 0.25% diberikan setiap 24 jam.
Obat diteteskan 1 – 2 tetes setiap hidung.
• Obat harus dihentikan setelah 3 hari, meskipun
gejala masih ada, dan diulangi setelah
dihentikan selama 3 hari.
2. RHINITIS ALERGI
• Definisi:
Kondisi pada anjing dengan gejala :
bersin, ingusan, kegatalan hidung, dan
obstruksi hidung akibat respon
hipersensitif pada hidung terhadap
material yang disebut alergen.
ETIOLOGI
• Allergens : pollen (serbuk sari), debu,
tungau debu rumah, dan jamur.
• Kadang-kadang perubahan lingkungan
seperti: temperatur, kelembaban
• Kandungan zat tertentu pada pakan
(sangat sulit dibuktikan)
Diagnosis
• Test alergi : telinga, hidung dan
tenggorokan
• Sejarah penyakit dan pengamatan fisik
• Uji darah : IgE yang spesifik alergen
TREATMENT
• Hindari alergen
• Obat-obat
Hindari Alergen
• Jangan pakai karpet pada alas kandang.
• Mengganti alas kandang lebih sering
• Pertahankan kandang kering, bersih, dan
cukup ventilasi.
• Lebih sering membersihkan kandang
• Hindari terlalu lama berada pada daerah
berdebu atau daerah dengan polutan.
Obat-obatan
1. Antihistamin:
• Mengurangi nasal discharge, kegatalan
dan sneezing.
• Efek samping : mengantuk dan mulut
kering.
• Gangguan denyut jantung jika dikombinasi
dengan erythromycin.
• Sediaan topikal : nasal spray.
Obat-obatan
2. Decongestan:
• Mengurangi kebengkakan mukosa nasal
dengan cara konstriksi buluh darah
sehingga mampu mengurangi obstruksi
• Tersedia dalam bentuk :Oral dan topical.
• Bentuk topikal kerja lebih cepat.
• Penggunaan lama (bbrp minggu) : a
'rebound phenomenon'- : nasal mucosa
akan bengkak dengan cepat jika obat
dihentikan.
• Disarankan penghentian sehari setelah
digunakan dua hari berturut-turut.
Obat-obatan
3. Corticosteroids:
• Lebih efektif dari antihistamin untuk
mengurangj gejala klinis.
• Pemberian oral lama (lebih dari 3-4 mg)
tidak dianjurkan.
• Bentuk topikal kerjanya lebih lambat dari
antihistamin dan decongestan.
3. FARINGITIS
• Faringitis adalah inflamasi atau
perbarahan pada faring akibat infeksi
kuman seperti virus influensa, virus
herpes, bakteri streptokokus sp.
• Radang faring dapat meluas sampai ke
daerah tonsil, atau menyebabkan abses
faringeal lateral, abses retropharyngeal
atau abses peritonsillar.
• Pada infeksi karena bakteri streptococcus
Grup A sering menyebabkan komplikasi
yang disebut penyakit heart rheumatic
fever, yang dapat mengakibatkan
kerusakan permanen pada jantung.
• Faringitis dikelompokkan menjadi tiga
bentuk :
– noneksudative yang disebabkan oleh infeksi
virus,
– eksudative disebabkan oleh infeksi bakteri
streptokokus grup A, grup B, dan C,
– ulcerative disebabkan oleh virus herpes.
ETIOLOGI
• Penyebab faringitis dapat bervariasi
• virus : influenza, adenovirus,
• bakteri Streptococcus beta hemolyticus,
Streptococcus viridans, dan Streptococcus
pyogenes.
• Penyebab lainnya adalah polusi udara,
Alergi musim, dan Tumor.
GEJALA KLINIS
• Pada gejala awal :penderita merasakan
gatal pada faring.
• Suhu tubuh naik, lesu, sulit menelan, dan
anoreksia.
• Eksudat pada faring menebal dan sulit
untuk dikeluarkan.
• Suara anjing menjadi parau,
• anjing berusaha mengeluarkan dahak dari
faring dan anjing batuk.
GEJALA KLINIS
• Keparauan suara anjing terjadi jika proses
peradangan sampai mengenai laring.
• Mukosa faring terlihat gambaran seperti
kaca karena dilapaisi sekresi mukus yang
mengering.
• Jaringan limfoid disekitar faring tampak
merah dan bengkak.
DIAGNOSIS
• Diagnosis dibuat berdasarkan gejala dan
tanda klinis yang teramati.
• Biakan kuman dari faring sangat
membantu dalam menentukan organisme
penyebab.
TREATMEN
• Pengobatan Gejala klinis seperti kemerahan
atau demam dapat diberikan obat seperti
aspirin, ibupropen, dan acetaminopen.
• Untuk melegakan laring dapat diberikan
setengah sendok teh garam dicampur dengan
segelas air hangat.
• Antibiotik diberikan untuk mengatasi faringitis
yang disebabkan oleh bakteri.
• Antibiotik pilihan yaitu penicillin dan
Erythromycin.
4. LARYNGITIS
Laringitis adalah peradangan atau
gangguan pada laring atau pangkal
tenggorokan yang menyebabkan hewan
kesulitan dalam mengeluarkan suara.
Etiologi
• infeksi bakteri,
• makanan terlalu panas atau dingin,
• anjing terlalu gembira, mengonggong atau
menyalak secara berlebihan,
• perluasan infeksi/peradangan dari saluran
pernapasan sebelah atas,
• iritasi dari debu, asap, atau iritasi gas yang
terhirup;
• benda asing; trauma intubasi, dan luka
akibat dari alat-alat penjeratan atau
pengekangan.
• Radang tenggorokan dapat juga karena
perluasan infeksi dari tracheobronchitis.
• Pada kucing akibat infeksi dari virus kalici;
dipteri rhinotracheitis dan herpesvirus.
Gejala klinis
• Tanda-tanda klinis yang teramati :
• perubahan suara (parau),
• batuk,
• rasa sakit dan terganggu saat menelan,
• gangguan dalam bernafas,
• suara gurgling saat auskultasi.
Batuk adalah gejala utama dari radang
laring, terutama jika edema meluas pada
jaringan yang lebih dalam.
Anjing akan merasa kesakitan ketika udara
lingkungan dingin atau berdebu, pada saat
menelan makanan dan minuman.
Perubahan suara jelas terlihat terutama
pada anjing kecil.
Suara stridor dapat terdengar karena
bengkak dan berkurangnya gerakan
tulang rawan aritenoid.
• Gangguan pernafasan yang teramati yaitu
kesulitan bernafas
• nafas anjing menjadi berbau,
• timbulnya suara abnormal (ribut) saat bernafas,
• perubahan tingkah laku yaitu saat anjing dalam
posisi berdiri kepala tertunduk/lebih rendah dari
badan dan mulut terbuka.
• Anjing akan berusaha menarik nafas dengan
sekuat tenaga.
• Laju pernapasan anjing lambat/turun.
• Selaput mukosa teramati kebiruan (cyanotic),
• denyut nadi meningkat, dan suhu tubuh naik.
• Kematian lebih banyak akibat keracunan CO2.
Diagnosis
• Hasil diagnosis didasarkan pada sejarah dan
tanda-tanda klinis.
• Hasil diagnosis sementara didasarkan pada
tanda-tanda klinis, auskultasi daerah laring, dan
eksaserbasi stridor saat palpasi laring.
• Untuk mendapatkan hasil diagnosis yang pasti
diperlukan pemeriksaan laringoscopi.
• Pada saat laringoscopi anjing dan kucing harus
dalam kondisi teranesthesi.
• Sejarah penyakit akan memberikan gambaran
perkembangan dari awal kejadian sampai
teramati gejala yang muncul.
• Informasi ini sangat diperlukan untuk
menentukan penyebab primer penyakit dan
pengobatan yang lebih akurat.
• Penyakit yang menimbulkan gejala yang mirip
adalah Kelumpuhan laring, abses Laring, trauma
dan selulitis laring, dan abses retrofaringeal.
Pengobatan
• Kebanyakan anjing yang menderita radang
laring dengan kebiasaan suka menggonggong,
penyakitnya kerap kambuh.
• Obat-obatan yang dapat diberikan adalah
kortison, pereda batuk, analgesic dan obat
penenang.
• Antibiotik diperlukan jika terjadi
infeksi/peradangan karena bakteri.
• Pada kasus obstruksi, perlu dilakukan
pemasangan tabung tracheotomy.
• Obat golongan Kortikosteroid
pemberiannya harus diawasi dengan
ketat, karena obat golongan kortikosteroid
mempengaruhi dalam penyembuhan
radang.
• Terapi NSAID dikombinasikan dengan
antibiotik sistemik akan mempercepat
proses kesembuhan dan efek samping
lebih kecil.
• Penggunaan diuretik, misalnya
furosemide, dapat diberikan jika telah
meluas ke paru-paru.
• Perawatan yang telaten dan suasana yang
nyaman disekitar anjing akan
mempercepat proses kesembuhan.
• Kondisi sekitar anjing tidak boleh lembab,
kandang selalu hangat, lingkungan bersih;
pemberian makanan yang lembut atau
cairan; dan anjing terhindar dari debu.
QUIS
SEBUTKAN PERUBAHAN TINGKAH LAKU
PADA KASUS RHINITIS DAN
LARINGITIS

Anda mungkin juga menyukai