KARDIOMIOPATI
1209005094
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
ABSTRAK
Gagal jantung kongestif telah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia dimana
merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskular yang terus meningkat insiden dan
prevalensinya. Peningkatannya sendiri seiring dengan bertambahnya
usia, dan mempengaruhi 6-10% individu lebih dari 65 tahun dimana jarang pada usia di
bawah 45 tahun, serta banyak ditemukan pada
laki-laki. Sedangkan dari berbagai macam penyebab gagal jantung kongestif, riwayat
hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama. Penelitian ini bertujuan mengetahui
hubungan umur, jenis kelamin dan riwayat hipertensi dengan angka kejadian gagal jantung
kongestif di Poli Jantung RSPAD Gatot Soebroto Periode 1 Juli 2010 – 31
Desember 2010. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional. Metode pengambilan sampel secara
purposivesampling. Sample berjumlah 33 diperoleh dari rekam medis. Hasil penelitian
diujidengan uji statistikchi square dengan kemaknaan (p<0.05). Distribusi sample dengan
NYHA I 12,1%, NYHA II 30,3%, NYHA III 33,3%,NYHA IV 24,2%.
Hasil uji statistic chi square menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara umur dengan
angka kejadian gagal jantung kongestif (p=0,716). Tidak ada perbedaan bermakna antara
jenis kelamin dengan angka kejadian gagal jantung kongestif (p=0,241). Ada perbedaan
bermakna antara riwayat hipertensi dengan angka kejadian gagal jantung kongestif (p=0,029).
Tidak terdapat perbedaan bermakna antara umur dan jenis kelamin dengan angka kejadian
gagal jantung kongestif. Ada perbedaan bermakna antara riwayat hipertensi dengan angka
kejadian gagal jantung kongestif. Dari hasil penelitian diharapkan agar lebih
mengontrol hipertensi secara dini supaya risiko terkena penyakit seperti gagal jantung
kongestif dapat ditekan
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kardiomiopati kongestif/Dilatasi adalah suatu penyakit miokard yang primer atau idiopatik
yang ditandai dengan dilatasi ruangan-ruangan jantung dan gagal jantung kongestif.
(FKUI,1996:1072)
Kardiomiopati kongestif adalah bentuk kardiomiopati yang ditandai adanya dilatasi atau
pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri,
dan statis darah dalam ventrikel. (Smeltzer and Bare,Alih bahasa Agung Waluyo,2001:833)
Kardiomiopati dilatasi (DCM) adalah kerusakan yang luas pada miofibril dan mengganggu
metabolisme jantung. (Ignatavicus et al,1995:918)
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kardiomiopati adalah penyakit miokard
yang primer atau idiopatik dengan adanya kerusakan yang luas pada miofibril jantung yang
ditandai dengan dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan
dinding otot, pembesaran antrium kiri, dan statis darah dalam ventrikel.
2.2 Klasifikasi
Bila kardiomiopati di klasifikasikan berdasarkan etiologi maka dikenal bentuk dasar yaitu :
1.Tipe primer, apabila terdapat penyakit pada jantung dengan penyebab yang tidak diketahui.
Termasuk didalamnya istilah idiopatik kardiomiopati, familial kardiomiopati dan fibrosis end
omiokardium.
Merupakan jenis kardiomiopati yang paling banyak ditemukan. Dengankelainan yang ditemu
kan: dilatasi ventrikel kanan dan atau ventrikel kiri,disfungsi kontraktilitas pada salah satu
atau kedua ventrikel, emboli dan seringkalidisertai gejala gagal jantung kongestif.Dulu
kelainan ini sering disebut dengan kardiomiopati
kongestif, tetapi kini terminology yang dipergunakan adalah kardiomiopati dilatasi karena
pada saat awal abnormalitas yang ditemukan adalah pembesaran ventrikel dan disfungsi
kontraktilitas sistolik, dengan tanda dan gejala gagal jantung kongestif yang timbul
kemudian. Apabila hanya ditemukandisfungsi kontraktilitas dengan dilatasi minimal dari
ventrikel kiri, maka variandari kardiomiopati dilatasi ini digolongkan ke dalam kelompok
kardiomiopatiyang tidak dapat diklasifikasikan (menurut klasifikasi WHO/ ISFC).
Tampaknya pada atlit sehat sering ditemukan. Klasifikasi penyakit
ini dapat mengenai segala usia,tetapi kebanyakan mengenai usia pertengahan dan lebih
sering ditemukan pada pria dibandingkan perempuan. Insiden kejadian dilaporkan 5-8 kasus
per 100.000 populasi per tahundan kejadian ini terus meningkat jumlahnya.Kejadian pada
pria dan kulit hitamdikatakan tiga kali lebih sering dibandingkan populasi kulit putih dan
perempuan.
Dan angka kelangsungan hidup pada kulit hitam dan pria lebih buruk dibandingkankulit putih
dan perempuan.
Kardiomiopati hipertrofi
Dalam kardiomiopati hipertrofi, massa jantung meningkat me- lebihi bagian peningkatan
dalam ruangan ventrikel. Sehingga rasio volume rongga ventrikelterhadap tebal dinding
ventrikel menurun. Kardiomiopati hipertrofi bisa dibagi lebih lanjut menurut pola distribusi
peningkatan massa ventrikel.
iologis primer adalah penurunan komplians ventrikel, yaitu ventrikel kaku. Tetapi berbeda da
rikardiomiopati hipertrofi, fungsi ventrikel normal atau tertekan. Rongga
ventrikelumumnya tidak berdilatasi dan dinding ventrikel bisa normal atau sedikitmeningkat t
ebalnya. Endokardium mural bisa menebal padat pada sejumlah bentuk lainan
(fibroelastosis endokardium) dengan restriksi endokardium yangmerupakan sebab utama
disfungsi ventrikel.
2.3 Etiologi
Kardiomiopati berdilatasi
1. Endokrin
2. Penyakit tiroid : hipotiroidisme khas ada dengan
kardiomiopatikongesti berdilatasi. Hipertiroidisme, (lebih khas) miokardiopati hipertr
ofihiperkinetik.
3. Diabetes:Kardiomiopati kongesti ber dilatasi.Pasien diabetes juga bisamenderita
kardio miopati berdilatasi iskemik yang sering karena penyakit arterikoronaria yang
tenang.
4. Akromegalid kalsinoid
1. Gizi : merupakan penyebab kardiomiopati tidak lazim di negara yang
telah berkembang. Bila ada, biasanya dalam bentuk kardiomiopati berdilatasi Contoh:
defisiensi tiamin (beri-beri); kwashiorkor;pellagra; defisiensi selenium.
1. Lain
2. Hipofosfatemia
3. Defisiensi karnitin
4. Urenia
5. Obesitas
Kehamilan dan pasca persalinan
Herediter a
1. Idiopatik
2. Penyakit penimbunan glikogen
3. Distrofi otot
Iskemik
Penyakit arteri koronaria beberapa pembuluh darah yang parah bisamenyebabkan kardiomio
pati berdilatasi tanpa infark miokardium yang terbuktisecara klinis atau kerusakan
miokardium yang bermakna. Dalam keadaan pen-yakit koronaria yang tenang, keadaan ini
bisa ada secara klinik sebagai kardiomiopatiidiopatik dan mempunyai masalah diagnostic.
• Kardiomiopati hipertrofi
1. Herediter
1. Hipertensi
1. Senilis
Jantung tua disertai dengan rongga ventrikel yang kecil, ventrikel tidak komplians bisa ada se
bagai penyakit hipertrofi. Amiloidosis, senilis atausbaliknya, bisa ada sebagai kardiomiopati
hipertrofi.
3 Fungsional
1. amiloid
2. sarkoidosis
3. hemokromatosis
5.penyakit whipple
7. sfingolipodosis
2.4 Patofisiologi
Peningkatan sedang dalam massa miokardium, tetapi rongga ventrikel berdilatasi parah.
Biasanya keempat kamar jantungmembesar dan sering mengandung trombi mural, yang
terakhir menyebabkan embolisme sistemik.2.Gangguan fungsi sistolik. Pengurangan fraksi
ejeksi (biasanyakurang dari 40%).3.Tidak ada gangguan pengisian ventrikel
kiri4.Dengan dilatasi parah rongga ventrikel, maka regurgitasi mitral bisa timbul dengan
katup normal secara anatomi.5.Bisa timbul berbagai aritmia atrium dan ventrikel.
Kardiomiopati hipertrofi
Gejala yang muncul sesuai dengan gejala gagal jantung kiri diikuti gejala gagal jantung
kanan. Dapat terjadi nyeri dada karena peningkatan kebutuhan oksigen
Kardiomiopati hipertrofi
Pasien mengeluh nyeri dada yang tak berhubungan dengan aktivitas. Sinkop dan dispnea
dapat terjadi setelah beraktivitas. Terdapat gejala-gejala gagal jantung kongestif
Kardiomiopati restriktif
Biasanya ditemukan gejala dan tanda gagal jantung kanan dan kiri.
a. Obat Digitalis
Cardiak Output seperti digitalis mempunyai efek isotropic positif dan digunakan untuk
meninngalkan miokardium contractility dan cardiac output. Kegiatan mereka dengan
peningkatan cardiac output berlanjut dengan waktu kondisi, dan peningkatan refractory
period . Permulaan obat-obat tersebut diberikan dalam digitalis dosis untuk memperoleh
efisiensi cardiac output yang maksimal. Jika efektivitas obat itu diperoleh sangat besar, dosis
lebih rendah digunakan untuk pemeliharaan. Efek samping obat ini adalah mual dan muntah.
b. Vasodilator
Vasodilator menyebabkan relaksasi otot secara halus oleh karena mempersatukan vena,
menurunkan resistensi peripheral, dan akhirnya menurunkan daya kerja jantung. Vasodilator
dalam dosis rendah adalah aktivitas penurunan kapiler pulmonary dan ventrikel kiri sudut
tekanan, dalam dosis tinggi, hal itu menurunkan kelebihan daya. Efek samping obat ini
diantaranya hipotensi, mual, muntah, sakit kepala atau compensatory.
c. Istirahat
Pasien harus diletakan pada posisi untuk menghindari ketidakperluan membuang energi. Jika
pasien dalam ortopneu harus didukung dalam posisi fowler yang tingi. Pasien harus
dimobilisasi secara teratur untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah robeknyajaringan
dikarenakan tekanan dari edema.
Penambahan oksigen digunakan untuk menjamin secara adekuat oksigen ke sel-sel. Selama
pemberian oksigen ini, harus diobservasi warna, respirasi dan tanda-tanda vital.
Bila payah jantung, hal itu menyulitkan sirkulasi darah, dan akumulasi cairan di dalam
jaringan. Volume darah dapat diturunkan dengan menggunakan diuretic, diet pembatasan
sodium. Bila perlu dilakukan paracentesisi untuk mengangkat kelebihan cairan di operut.
Perubahan CVP, berat badan dan tekanan artery pulmonary adalah kemajuan yangbaik dalam
indikasi mengurangi volume darah. Seperti volume darah diturunkan penguatan kardiak akan
meningkat dan oksigen ke sel-sel diperbaiki.
Diuretik digunakan untuk meningkatkan pengeluaran cairan secara cepat. Bila pasien diberi
diuretic, biasanya pasien menjadi lemah atau kebimbangan. Harus diobservasi kehilangan
elektrolit, ketika diuretic digunakan. Kehilangan tersebut dapat berupa kehilangan potassium,
klorida, sodium, dan calsium. Kehilangan pitasium dan klorida dapat menajdi asidosis
metabolic. Observasi juga tanda-tanda kehilangan elektrolit yaitu haus, kram, pada poerut,
lemah, banyak tidur, kejang otot.
Membatasi pemasukan sodium dalam cara lain, sehingga darah dapat diturunkan. Sodium
menyeabkan retensi air, sumber eliminasi diet dari sodium dapat mencegah dan mengontrol
rtensi cairan.
h. Rotating tourniquets
Memberikan tourniquet pada tungkai menurunkan kembalinya darah vena. Sirkulasi darah
vena di tungkai bawah dibatasi, dan muatan kerja dari jantung diperkecil/dikurangi.
Tourniquet biasanya digunakan selama dekompensasi dan edema pulmonary keras dan hanya
sampai kekuatan kardiak ditingkatkan. Beberapa ahli menentang penggunaan ini karena
menyebabkan darah berkumpul pada ekstremitas bagian bawah, tergantung pada posisi.
i. Pembedahan
Transplantasi jantung adalah pilihan pengobatan pada klien dengan kardiomiopati dilatasi
berat (DCM) Kriteria untuk seleksi dilakukannya transplantasi jantung adalah:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Miokarditis jarang didapat pada saat puncak penyakit infeksinya karena akan tertutup oleh
manifestasi sistemis penyakit infeksi tersebut dan baru jelas pada fase pemulihan. Bentuk ini
umumnya sembuh dengan sendirinya, tetapi sebagian berlanjut menjadi bentuk kardiomiopati
dan ada juga yang menjadi penyebab aritmia, gangguan konduksi atau payah jantung yang
secara struktural dianggap normal.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa lemah, berdebar-debar,
sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri dada biasanya ada bila disertai perikarditis.
Kadang-kadang didapatkan rasa nyeri yang menyerupai angina pektoris. Gejala yang paling
sering ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai dengan kenaikan suhu. Kadang-kadang
didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan gangguan pulsasi.
3.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit myocarditis karena akan
menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education
kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan myocarditis dan bagaimana
pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA