Post-strukturalisme adalah suatu paradigma yang mengemukakan tentang obyek yang
mengutamakan kualitas daripada kuantitasnya dan tidak hadir dengan realitasnya, tetapi sudah
bercampur dengan persepsi pembaca. Selain itu post-strukturalisme melibatkan kontekstual dan
strukturalnya. Misalnya kursi jika strukturalisme berpendapat bahwa kursi itu hanya untuk
tempat duduk tetapi, post-strukturalisme berpendapat bahwa kursi juga melambangkan sebuah
kekuasaan seseorang.
Ciri khas Postrukturalisme jika dilihat dari ketidakmantapan teksantara lain adalah bahwa
makna karya ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh teks, bukan apa yang dimaksudkan, terjadi
pergeseran dari estetika produksi ke estetika konsumsi, penerima menjadi pencipta, makna teks
tidak diproduksi melalui kontemplasi pasif, melainkan milik pembaca, karya sebagai anonimitas,
tidak ada karya pertama, semua intertekstual, dan makna teks tergantung pada konteks, interaksi
pada pembaca, teks tidak tertutup tapi terbuka karena ada interaksi terus menerus.
Tokoh utama yang paling berpengaruh pada era kritik sastra post-strukturalis adalah
seorang filsuf perancis Jacques Derrida. Selain itu, buah karya pemikiran psikoanalis Jacques
Lacan dan ahli teori kebudayaan Michael Foucault juga berperan penting dalam kemunculan post
strukturalisme tersebut.
Contoh penerapan teori
Postkolonialisme.
Teori postkolonialisme.
Secara umum teori postkolonialisme sangat relevan dalam kaitannya dengan kritik lintas
budaya sekaligus wacana yang ditimbulkannya. Tema-tema yang dikaji sangat luas dan beragam,
meliputi hampir seluruh aspek kebudayaan, diantaranya politik, ideologi, agama, pendidikan,
sejarah, antropologi, kesenian etnisitas, bahasa dan sastra, sekaligus dengan bentuk praktik di
lapangan, seperti perbudakan, pendudukan, pemindahan penduduk, pemaksaan bahasa, dan
berbagai bentuk invasi kultural yang lain. Oleh karena itu, teori postkolonialisme, khususnya
postkolonialisme Indonesia melibatkan tiga pengertian. Pertama, abad berakhirnya imperium
kolonial di seluruh dunia. Kedua, segala tulisan yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman
kolonial sejak abad ke-17 hingga sekarang. Ketiga, segala tulisan yang ada kaitannya dengan
paradigma superioritas Barat terhadap inferioritas Timur, baik sebagai orientalisme maupun
imperialisme dan kolonialisme. Pengertian pertama memiliki jangkauan paling sempit,
postkolonialisme semata-mata sebagai wakil masa postkolonial. Di Indonesia mulai pertengahan
abad ke-20, sejak proklamasi kemerdekaan tahun 1945 hingga sekarang. Pengertian kedua lebih
luas, meliputi semua tulisan sejak kedatangan bangsa-bangsa barat di Indonesia untuk pertama
kali, diawali dengan kedatangan bangsa Portugis dan Spayol awal abad ke-16 disusul oleh
bangsa Belanda awal abad ke-17. Pengertian ketiga paling luas, dimulai sebelum kehadiran
bangsa Barat secara fisik di Indonesia, tetapi telah memiliki citra tertentu terhadap bangsa timur.
Sebagai cara pandang baru, postkolonialisme telah mampu menjelaskan objek secara
berbeda, sehingga menghasilkan makna yang berbeda. Sebagai negara yang pernah menjadi
kolonisasi selama hampir tiga setengah abad, jelas dalam khazanah kultural Indonesia
terkandung berbagai masalah yang perlu dipahami sesuai dengan teori postkolonial.
Teori postkolonialisme memiliki arti sangat penting, dimana teori ini mampu
mengungkap masalah-masalah tersembunyi yang terkandung di balik kenyataan yang pernah
terjadi, dengan beberapa pertimbangan yaitu:
Tokoh postkolonialisme
Tiga tokoh postkolonialisme yang terkenal antara lain Franz Fanon, Edward Said, dan Homi
Bhabha.
Tokoh kedua, Edward Said, menitikberatkan pada perbedaan bangsa Barat dan bangsa
Timur. Dalam karyanya, Orientalisme, dikatakan bahwa bangsa Barat memiliki kendali terhadap
bangsa Timur, oleh sebab itu, bangsa Barat berhak menjajah bangsa Timur.
Contoh penerapan