Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PENYAKIT DAN KESEHATAN TERNAK


BEDAH BANGKAI PADA AYAM

Rinaldi Ramadhan
05041181722001

JURUSAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PETERNAKAN


PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Unggas adalah jenis-jenis ayam yang dipelihara atau dibudidayakan untuk
tujuan penghasil pangan sumber protein hewani bagi masyarakat dan memiliki
nilai ekonomis yang tinggi bagi manusia yang memeliharanya. Beberapa jenis
unggas memberikan keuntungan bagi peternak antara lain adalah ayam, itik,
puyuh. Unggas merupakan spesies burung yang dapat memberikan keuntungan
bagi manusia yang memeliharanya. Teknik uji pemeriksaan klinik merpakan
serangkaian prosedur yang harus dikuasai pada saat menentukan diagnosa suatu
penyakit. Teknik uji pemeriksan klinik sering disebut dignosa klinik atau klinis
atau diagnosa fisik atau diagnosa. Penentuan diagnosa penyakit yang akurat pada
ternak tidak seratus persen dapat ditegakan tetapi memerlukan bantuan teknik
pemeriksaan atau uji kesehatan lain, sperti teknik pemeriksaaan nekropsi, teknik
pemeriksaan serologi dan sebagaimya.
Sebelum melakukan bedah bangkai, kita harus memperhatikan atau
melakuakan beberapa prosedur antara lain melakukan anamesa, melakukan
pemeriksaan klinis, dan mengumpulkan beberapa sample untuk pemeriksaan lebih
lanjut jika pemeriksaan bedah bangkai tidak meyakinkan. Jadi, bedah bangkai
adalah suatu teknik lanjutan dari diagnosa atau pemeriksaan klinik untuk
mengukuhkan dan meyakinkan hasil pemeriksaan klinik.
Kesehatan ayam sangat penting bagi peternak untuk mengetahui penyakit
yang diderita oleh ayam yang dipelihara dengan melakukan bedah bangkai.
Bedah bangkai sering dikenal dengan istilah lain seperti nekropsi, seksi, uji pasca
mati, uji patologi, anatomi, pemeriksaan makroskopis, dan uji post mortem, tetapi
istilah yang sering digunakan adalah nekropsi dan uji pasca mati.

1.2. Tujuan
Untuk Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu untuk mengetahui hasil
gambaran diagnosa penyakit yang menyebabkan kematian ternak, dan mengetahui
runtutan cara bedah bangkai yang baik dan benar.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Broiler


Berdasarkan dua kriteria utama, yaitu hasil utama dan pertumbuhannya, dari
semua jajaran bangsa ayam yang diseleksi, ternyata hanya ayam broiler yang
memenuhi kriteria. Ayam broiler sudah dapat dipanen pada umur 5-6 minggu
dengan bobot hidup 1,3-1,6 kg per ekor. Broiler pada saat sudah masuk masa
akhir mempunyai kemampuan mengkonsumsi lebih banyak, sehingga kebutuhan
protein harus dikurangi agar pemborosan dapat dihindari (Rukmana et. al ,
2013).Ayam broiler sangat dominan diternakkan di indonesia karena selain
pertumbuhannya yang sangat cepat. Bobot badannya yang semakin hari semakin
bertambah dan juga dapat menghasilkan keuntungan apabila diternakkan dalam
jumlah yag banyak.Ayam broiler sangat mudah sekali mengalami stress
disebabkan panas, berisik. Oleh sebab itu diperlukan pemeliharaan yang baik dan
efesien untuk menghambat stress pada ayam, karena stress dapat menyebabkan
pertumbuhannya terhambat dan dapat menyebaban kematian.Kandang ayam
broiler ini dibuat dengan perlakuan yang dilaksanakan dengan memakai
liret/serbuk kayu (Fadilah, 2004).
Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya di panen pada
umur 4-5 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,
nafsu makan dan minum lebih baik, dan pertumbuhan badan menjadi cepat
(Suprijatna et. al., 2005).Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran dan
pertambahan berat, dalam jaringan-jaringan tubuh seperti otak, jantung, tulang,
berat daging dan jaringan lainnya. Pertambahan bobot badan merupakan
manifestasi dari pertumbuhan yang dicapai selama penelitian. Proses pertumbuhan
membutuhkan energi dan substansi penyusun sel atau jaringan yang diperoleh
ternak melalui pakan yang dikonsumsinya. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi
sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan dan
terhenti sampai mencapai dewasa (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Universitas Sriwijaya
2.2. Sistem Pencernaan
Secara garis besar alat pencernaan pada unggas dapat dibagi atas tractus
allimentarius dan Organa Accessorius. Tractus allimentarius yaitu saluran
pencernaan dapat dipandang sebagai tabung memanjang yang dimulai dari mulut
sampai anus dan pada bagian dalam dilapisi oleh mukosa. Dari cranial ke kaudal
tersusun atas: rongga mulut (Cavum oris), Pharynx, Oesophagus, Crop
(ingluvies), Ventriculus muscularis (Gizzard), Intestinum tinue (usus halus:
Duodenum, Jejunum, Ilium), Intestinum crassum (usus besar), Caeca dan
cloaca/anus. Panjang dari masing-masing bagian saluran pencernaan bervariasi
tergantung pada besar tubuh, tipe makanan dan berbagai faktor lainnya (Yasin,
2010).
sebagian serat kasar lewat dari organ pencernaan utama masuk ke organ
bagian akhir saluran pencernaan (sekum, rectum, kolon) pada bagian miles terjadi
pencernaan fermentasi. Pencernaan lemak, proses pencernaan lemak aktif dimulai
secara hidrolisis dibagian usus halus, oleh adanya aktivasi garam empedu sebagai
emulsifier yaitu mengemulsikan lewat dan selanjutnya lemak akan dipecah oleh
enzim lipase menjadi asam-asam lemak dan gliserol, sedangkan pencernaan
protein yang terjadi di dalam usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pencernaan
dengan hidrólisis menjadi peptida sederhanan dengan produk akhir asam-asam
amino. Kehadiran HCL akan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin sejak dari
proventrikulus sampai dengan usus halus. Dengan demikian pencernaan nutrisi
yang meliputi karbohidrat, lemak protein dan vitamin dapat diselesaikan oleh
ternak unggas dan langsung diabsorbsi ke dalam tubuh, sedangkan nutrisi yang
tidak dicerna yaitu serat kasar yang lewat organ penyerapan utama akan
didegradasi secara fermentatif terutama di sekum.

2.3. Kesehatan Ternak


Deteksi penyakit hewan secara dini merupakan bagian terpenting dalam
upaya untuk mengantisipasi masuknya bakteri dan virus penyebab timbulnya
penyakit. Pendeteksian penyakit yang dilakukan secara dini terbukti cukup
efektif dalam mencegah timbulnya bibit penyakit yang merugikan ternak dan
peternak. Hasil yang didapatkan dari deteksi penyakit secara dini pada

Universitas Sriwijaya
akhirnya dapat digunakan sebagai acuan dalam perawatan ternak dari bibit
penyakit yang menyerang (Retno, 2010).Pengendalian penyakit adalah usaha
untuk melindungi ternak dan manusia melalui sistem pencegahan dan pengobatan
terhadap gangguan penyakit baik yang bersifat menular maupun tidak menular.
Pengendalian penyakit hewan adalah upaya mengurangi hubungan antara
penyebab penyakit sampai pada tingkat dimana hanya sedikit hewan yang sakit,
karena jumlah penyebab penyakit telah dikurangi atau dimatikan. Hewan telah
dilindungi atau penyebab penyakit pada hewan tersebut dapat dicegah (Retno,
2010).Penyakit yang biasa diderita ternak adalah menceret, dengan tanda-tanda
mata sayu, lesu, menceret, dan kadang-kadang peningkatan secara abnormal dari
suhu dan meningkatnya pernafasan.Adapun bahan yang digunakan di dalam
sanitasi dan desinfeksi antara lain terdiri dari asam, basa, fenol, kresol,alkohol,
halogen, zat pewarna, senyawa ammmonium kuartener, sabun dan deterjen, dan
formaldehida. Semua zat ini sangat bermanfaat sekali di dalam membunuh kuman
penyakit yang terdapat disekitar kandang ternak (Soeparno 2010).
Kesehatan hewan adalah suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh
sel yang menyusun dan cairan tubuh yang kandungannya secara fisiologis fungsi
normal. Kerusakan sel mungkin terjadi secara normal sebagai akibat proses
pertumbuhan yang dinamis demi kelangsungan hidup, sehingga terjadi pergantian
sel tubuh yang rusak atau mati bagi hewan yang sehat. Di lain pihak, keusakan
mungkin saja tidak mengalami pergantian bagi hewan yang mengalami gangguan
karena serangan penyakit atau gangguan lain yang rusak fungsi sel dan
jaringan.Suatu hewan ternak dapat dikatakan sehat apabila semua organ dan
sistem organ serta status faali tubuhnya berjalan normal sesuai keadaan
tertentu.Ternak yang sehat dapat dipilih dengan melakukan penilaian melalui
pandangan dari samping, belakang dan depan ternak tersebut. Status faali
ternak dapaat diamati dengan cara pengamatan pada organ-organ dalam seperti
detak jantung dan pernafasan ketika ternak dalam keadaan tenang atau istirahat
serta dalam kurun waktu tertentu (Wahyu, 2001).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ilmu kesehatan dan penyakit ternak ini dilaksanakan pada hari
Selasa, 19 November 2019 pada pukul 15.00 WIB s/d selesai. Praktikum ini
dilaksanakan di Kandang UnggasFakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum bedah bangkai ayam adalah
pisau, cutter, gunting, kantong plastik, karung, dan ayam.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja bedah bangkai sebagai berikut:Sebelum melakukan pembedahan
terlebih dahulu kita amati bagian luar tubuh ayam seperti keadaan bulu, pangkal
bulu, kulit, bulu sekitar kloaka, kepala, paruh, kaki, maupun abnormalitas lain
yang tampak mulai dari kepala sampai ujung jari kaki. Setelah melakukan
pengamatan secara menyeluruh, cobalah menekan bagian disekitar lubang hidung
dan amati apakah ada cairan yang keluar dari lubang hidung tersebut. Dalam
melakukan bedah bangkai sebaiknya yang digunakan adalah ayam yang telah mati
namun belum terlalu lama, sehingga reaksi pembusukan tidak mempengaruhi
hasil diagnosa.Jika ayam yang akan kita amati masih dalam keadaan hidup maka
harus dibunuh terlebih dahulu. Basahi seluruh tubuh ayam dengan air dan
sebaiknya air. Sayat bagian antara perut dan paha. Sayat sampai memudahkan
anda untuk mematahkan sendi pada pangkal paha (pertemuan os femur dan os
tibia) sehingga ayam seperti “ngangkang”. Sayat kulit pada sisi mulut. Amati
adanya kerusakan pada daerah ini karena cacar, aspergilosis atau penyakit lain.
Sayat dan kuakkan kulit di daerah perut dan daerah dada. Buka urat daging perut
dan lepaskan daerah dada dengan memotong tulang rusuk. Periksa kejernihan air
sac yang tampak. Air sac normalnya jernih namun jika tampak keruh maka ayam
terindikasi terinfeksi penyakit. Sayat laring dan trakea seperti memanjang. Lihat

Universitas Sriwijaya
dan periksa secara seksama adanya lender, pendarahan atau abnormalitas lainnya
seperti masa mengkeju dan lainnya.
Setelah itu, periksa kerusakan atau kelainan paru-paru dan alat pernafasan
lainnya.Buka esophagus dan periksa kemungkinan adanya luka karena benda
asing atau adanya benjolan-benjolan kecil. Sayat tembolok dan amatilah dengan
seksama apakah tercium bau asam. Kemudian cuci dan periksalah kemungkinan
adanya gejala aspergilosis atau kelainan lain. Sayat proventrikulus lihatlah adanya
pendarahan dipermukaan lapisan putih.Buka ventrikulus, periksalah apakah kasar
da nada kerusakan. Amati usus dengan seksama amati pada bagian luar usus
apakah terdapat benjolan atau adakah terdapat pendarahan. Sayat memanjang usus
tersebut untuk melihat isinya. Lihatlah ada tidaknya cacing, gumpalan darah,
peradangan, tukak, lendir dan abnormalitas lainnya.Buka sekum dan periksa
isinya. Apabila terdapat darah maka cuci dan periksa lapisan permukaannya.
Adakah benda seperti keju, cacing dan luka parut.Kemudian amati bagian-bagian
seperti jantung, hati, limpa, thymus, ovarium dan salurannya, ginjal, bursa
fabricius serta kerusakan syaraf. Hasil-hasil yang telah ditemukan kemudian
dijadikan sebuah kesimpulan untuk menentukan infeksi apa yang menyerang
ayam yang kita pelihara. Kemudian setelah itu kita susun kesimpulan berdasarkan
pemeriksaan secara terpadu.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 4.1 keadaan organ ayam
No Organ ayam Baik Tidak baik Keterangan
1. Bulu √ Bersih, putih
2. Kulit √ Kering
3. Bulu sekitar kloaka √ Bersih
4. Kepala √ Bersih
5. Paruh √ Normal
6. Kaki √ Normal
7. Hidung √ Tidak ada cairan
8. Laring √ Normal
9. Trakea √ Normal
10. Esophagus √ Normal
11. Paru-paru √ Normal
12. Tembolok √ Tidak ada bau asam
13. Proventrikulus √ Halus
14. Ventrikulus √ Normal
15. Usus √ Ada bercak darah
16 Sekum √ Ada cacing
17. Jantung √ Penggumpalan darah
18. Hati √ Tidak ada cacing
19. Limpa √ Normal
20. Thymus √ Normal
21. Ovarium √ Normal
22. Ginjal √ Normal
22. Bursa Fabricius √ Normal
23. Syaraf √ Tida ada kerusakan

4.2. Pembahasan
Berdasarkan Nekropsi adalah suatu upaya mengkoleksi data dari perubahan
organ dalam ayam untuk membuat sebuah diagnosa. Fungsi nekropsi adalah
mengamati beberapa organ dalam yang mengalami perubahan atau kelainan sehingga
dapat dijadikan sumber dugaan bahwa ayam tersebut terserang suatu penyakit dengan
melakukan pembedahan. Berdasarkan hasil praktikum bahwa permukaan kulit ayam
dalam kondisi mulus tidak terdapat koreng, berwarna cerah dan tidak ada memar.
Terdapat lendir pada bagian rongga hidung. Pemeriksaan permukaan kulit ayam
bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya penyakit yang diderita oleh ayam tersebut,

Universitas Sriwijaya
karena salah satu cirri ayam broiler yang sehat adalah mempunyai kulit licin dan tidak
terdapat luka atau memar. Hal ini sesuai dengan pendapat Salim, M. N. dan Dian M.
2010 yang menyatakan bahwa ciri-ciri ayam broiler yang bagus adalah daging lunak,
serat baik, berkulit licin tidak terdapat luka atau memar.
Menurut Damayanti (2012) adanya mukosa pada rongga hidung merupakan
cirri-ciri penyakit Swollen Head Syndrome (SHS). Berdasarkan hasil praktikum
bahwa pemeriksaan kondisi warna dan jaringan bawah kulit menunjukkan hasil
jaringan daging bersih dan berwarna cerah normal. Hal ini menunjukan bahwa ayam
sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Afrianti (2013) yang menyatakan bahwa daging
ayam sehat berwarna cerah putih kekuningan. Jaringan subkutan juga berwarna bersih
tidak terdapat bercak-bercak. Ini menandakan ayam sedang tidak terserang penyakit.
Menurut Tarmudji (2005) bahwa salah satu ciri ayam terkena penyakit AI (Avian
Influenza) yaitu terdapat ptekhiae subkutan pada kaki dan paha. Berdasarkan hasil
praktikum bahwa bahwa isi rongga dada dan rongga perut bersih, tidak terdapat
gumpalan lemak, kantung udara bersih tidak berdarah, jantung sehat berwarna merah
muda. Hal ini menandakan bahwa ayam tersebut tidak sakit. Hal ini sesuai pendapat
Tarmudji (2005) menyatakan bahwa ciri-ciri ayam sakit adalah organ hati, ginjal,
jantung, dan limpa bengkak, warna merah kehitaman, bintik-bintik hemoragi jelas
terlihat pada mukosa duodenum, hati, ginjal, jantung, paru-paru, dan limpa.
Berdasarkan hasil praktikum bahwa dinding saluran pencernaan tidak terdapat
kelainan, tidak kotor. Isi dalam saluran pencernaan normal, tidak terdapat cacing.
Dalam manajemen pemeliharaan ayam tersebut benar sehingga ayam tidak terkena
cacing. Hal ini sesuai dengan pendapat Ashenafi dan Eshetu (2004) menyatakan
bahwa penyebab ayam cacingan dikarenakan manajemen pemeliharaanya yang buruk.
Ciri-ciri ayam yang terkena cacing adalah mendadak lesu, diare,radang usus disertai
diare yang meluas jika terinfeksi berat, sehingga produksi menurun dibawah rata-rata,
termasuk berat badan, laju pertumbuhan turun, produksi daging maupun telur.
erdasarkan hasil praktikum bahwa trakea ayam berwarna putih, tidak terdapat isi.
Trakea ayam menunjukkan bahwa ayam dalam kondisi sehat. Trakea merupakan
saluran pernapasan yang memanjang dari pangkal rongga mulut sampai dengan
rongga dada.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Pada praktikum bedah bangkai, dapat disimpulkan bahwa bulu dalam
keadaan bersih, kulit dalam keadaan kering, bulu sekitar kloaka bersih, kepala
bersih, paruh dan kaki dalam keadaan normal. Hidung tidak ada cairan. Laring,
trakea, esophagus, paru-paru dalam keadaan normal. Tembolok tidak ada bau
asam. Proventrikulus halus. Ventrikulus normal. Dibagian usu ada bercak darah.
Di sekum ada cacing. Dijantung ada penggumpalan darah. Hati tidak ada cacing.
Thymus, ovarium, ginjal, bursa fabricius dalam keadaan normal dan pada syaraf
tidak ada kerusakan. Dalam tubuh hewan terdapat tiga macam sistem syaraf yaitu
sistem syaraf pusat, sistem syaraf tepi, dan sistem syaraf simpatetik. Salah satu
penyakit yang disebabkan oleh kerusakan pada syaraf yaitu Marek. Pada usus
ditemukan bintik-bintik merah yang menunjukkan usus ayam mengalami indikasi
peradangan. Namun belum diketahui pasti penyakit apa yang diderita ayam. Hal
ini karena peradangan di usus agak relatif sulit dibedakan antara ND, AI ataupun
dengan penyakit bakterial lainya.

5.2. Saran
Pada praktikum bedah bangkai ayam ini sebaiknya praktikan melakukan
praktikum benar-benar teliti agar tidak salah dalam pengecekan penyakit pada
organ pencernaan ayam.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B.T. 2000. Kesehatan Ternak. Kanisius, Yogyakarta.

Ardana, I. B. K. 2011. Strategi Pencegahan Penyakit Inefeksius pada Peternakan


Broiler Berbasis Laboratorium. Buletin Veteriner Udayana. 3 (1) : 51-59

Damayanti, R., dan A. Wibowo.2003. Gambaran Histopatologi kasus Marek


pada ayam pedaging di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis.8 (4) : 247-255

Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Fadilah, R., dan Agustin P. 2011. Mengatasi 71 Penyakit pada Ayam. Agromedia,
Jakarta.

Frandson, R.D. 2002. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4.


Terjemahan.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Gillespie, R. J. 2004. Modern Livestock and Poultry Produktion. 7th Edition. Inc.
Thomson Learning. United States.

Hermana, W., D.I. Puspitasari,.K.G. Wiryawan., dan S. Suharti. 2005. Pemberian


tepung daun salam (Syzgium polyanthum (weight) walp.) dalam ransum
sebagai bahan antibakteri Eschericia coli terhadap organ dalam ayam
broiler. Media Peternakan.31.(1): 63-70.

Huminto, H., B. P. Priosoeryanto, I. W. T. Wibawan, D. R. Agungpriyono, E.


Harlina, dan S. Fatimah. 2010. Kasus Diagnostik Penyakit Marek pada
Ayam. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Hal : 543-546.

Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Mc lelland, J. 1990. A. Colour Atlas of Avian Anatomy. Walfe Publishing Ltd.,


London, England.

Murtidjo, B.A. 2002. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius.

North, M. O. and D. D. Bell. 2010. Commercial Chicken Production Manual. 4


thEdition. Van Nostrand Rainhold. New York.
Retno. 2010. Penerapan Biosekuriti pada Peternakan Ayam Broiler di Kabupaten
Bogor. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 31: 150-154.

Soeparno. 2010. Kesehatan pada Ternak. Penebar Swadya. Jakarta.

Sugito., W. Manalu., D.A. Astuti., E. Handhrayani., dan Chairul. 2006.


Hitopatologi hati dan ginjal pada ayam broiler yang di papar cekaman

Universitas Sriwijaya
panas dan diberi ekstrak kulit Batang Jaloh (Salix tetrasperma roxb).
Seminar Nasional. Teknologi Peternakan dan Veteriner Bogor: 728-734.

Wahyuwardhani, S., Y.Sani., L. Parede., dan M. Poeloengan.2000. Sindroma


kekerdilan pada ayam pedaging dan gambaran patologinya. 5(2):125-131.

Yulistiani, R. 2010.Studi Daging Ayam Bangkai: Perubahan Organoleptik dan


Pola Pertumbuhan Bakteri. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 11 (1) : 27-36.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Gambar 1. Keadaan paruh ayam broiler Gambar 2. Kloaka ayam broiler

Gambar 4. Keadaan bulu ayam broiler


Gambar 3. Keadaan kaki ayam broiler

Universitas Sriwijaya
Gambar 5. Keadaan ayam broiler
Gambar 6. Keadaan ayam pada saat
Setelah dipotong, dan untuk melakukan
digantung untuk mengeluarkan darah
pembedahan

Gambar 7. Pada saat melakukan Gambar 8. Ada bercak darah pada


pengambilan jeroan dan system system pencernaan ayam broiler
pencernaan

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai