Rinaldi Ramadhan
05041181722001
Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Untuk Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu untuk mengetahui hasil
gambaran diagnosa penyakit yang menyebabkan kematian ternak, dan mengetahui
runtutan cara bedah bangkai yang baik dan benar.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
2.2. Sistem Pencernaan
Secara garis besar alat pencernaan pada unggas dapat dibagi atas tractus
allimentarius dan Organa Accessorius. Tractus allimentarius yaitu saluran
pencernaan dapat dipandang sebagai tabung memanjang yang dimulai dari mulut
sampai anus dan pada bagian dalam dilapisi oleh mukosa. Dari cranial ke kaudal
tersusun atas: rongga mulut (Cavum oris), Pharynx, Oesophagus, Crop
(ingluvies), Ventriculus muscularis (Gizzard), Intestinum tinue (usus halus:
Duodenum, Jejunum, Ilium), Intestinum crassum (usus besar), Caeca dan
cloaca/anus. Panjang dari masing-masing bagian saluran pencernaan bervariasi
tergantung pada besar tubuh, tipe makanan dan berbagai faktor lainnya (Yasin,
2010).
sebagian serat kasar lewat dari organ pencernaan utama masuk ke organ
bagian akhir saluran pencernaan (sekum, rectum, kolon) pada bagian miles terjadi
pencernaan fermentasi. Pencernaan lemak, proses pencernaan lemak aktif dimulai
secara hidrolisis dibagian usus halus, oleh adanya aktivasi garam empedu sebagai
emulsifier yaitu mengemulsikan lewat dan selanjutnya lemak akan dipecah oleh
enzim lipase menjadi asam-asam lemak dan gliserol, sedangkan pencernaan
protein yang terjadi di dalam usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pencernaan
dengan hidrólisis menjadi peptida sederhanan dengan produk akhir asam-asam
amino. Kehadiran HCL akan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin sejak dari
proventrikulus sampai dengan usus halus. Dengan demikian pencernaan nutrisi
yang meliputi karbohidrat, lemak protein dan vitamin dapat diselesaikan oleh
ternak unggas dan langsung diabsorbsi ke dalam tubuh, sedangkan nutrisi yang
tidak dicerna yaitu serat kasar yang lewat organ penyerapan utama akan
didegradasi secara fermentatif terutama di sekum.
Universitas Sriwijaya
akhirnya dapat digunakan sebagai acuan dalam perawatan ternak dari bibit
penyakit yang menyerang (Retno, 2010).Pengendalian penyakit adalah usaha
untuk melindungi ternak dan manusia melalui sistem pencegahan dan pengobatan
terhadap gangguan penyakit baik yang bersifat menular maupun tidak menular.
Pengendalian penyakit hewan adalah upaya mengurangi hubungan antara
penyebab penyakit sampai pada tingkat dimana hanya sedikit hewan yang sakit,
karena jumlah penyebab penyakit telah dikurangi atau dimatikan. Hewan telah
dilindungi atau penyebab penyakit pada hewan tersebut dapat dicegah (Retno,
2010).Penyakit yang biasa diderita ternak adalah menceret, dengan tanda-tanda
mata sayu, lesu, menceret, dan kadang-kadang peningkatan secara abnormal dari
suhu dan meningkatnya pernafasan.Adapun bahan yang digunakan di dalam
sanitasi dan desinfeksi antara lain terdiri dari asam, basa, fenol, kresol,alkohol,
halogen, zat pewarna, senyawa ammmonium kuartener, sabun dan deterjen, dan
formaldehida. Semua zat ini sangat bermanfaat sekali di dalam membunuh kuman
penyakit yang terdapat disekitar kandang ternak (Soeparno 2010).
Kesehatan hewan adalah suatu status kondisi tubuh hewan dengan seluruh
sel yang menyusun dan cairan tubuh yang kandungannya secara fisiologis fungsi
normal. Kerusakan sel mungkin terjadi secara normal sebagai akibat proses
pertumbuhan yang dinamis demi kelangsungan hidup, sehingga terjadi pergantian
sel tubuh yang rusak atau mati bagi hewan yang sehat. Di lain pihak, keusakan
mungkin saja tidak mengalami pergantian bagi hewan yang mengalami gangguan
karena serangan penyakit atau gangguan lain yang rusak fungsi sel dan
jaringan.Suatu hewan ternak dapat dikatakan sehat apabila semua organ dan
sistem organ serta status faali tubuhnya berjalan normal sesuai keadaan
tertentu.Ternak yang sehat dapat dipilih dengan melakukan penilaian melalui
pandangan dari samping, belakang dan depan ternak tersebut. Status faali
ternak dapaat diamati dengan cara pengamatan pada organ-organ dalam seperti
detak jantung dan pernafasan ketika ternak dalam keadaan tenang atau istirahat
serta dalam kurun waktu tertentu (Wahyu, 2001).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
dan periksa secara seksama adanya lender, pendarahan atau abnormalitas lainnya
seperti masa mengkeju dan lainnya.
Setelah itu, periksa kerusakan atau kelainan paru-paru dan alat pernafasan
lainnya.Buka esophagus dan periksa kemungkinan adanya luka karena benda
asing atau adanya benjolan-benjolan kecil. Sayat tembolok dan amatilah dengan
seksama apakah tercium bau asam. Kemudian cuci dan periksalah kemungkinan
adanya gejala aspergilosis atau kelainan lain. Sayat proventrikulus lihatlah adanya
pendarahan dipermukaan lapisan putih.Buka ventrikulus, periksalah apakah kasar
da nada kerusakan. Amati usus dengan seksama amati pada bagian luar usus
apakah terdapat benjolan atau adakah terdapat pendarahan. Sayat memanjang usus
tersebut untuk melihat isinya. Lihatlah ada tidaknya cacing, gumpalan darah,
peradangan, tukak, lendir dan abnormalitas lainnya.Buka sekum dan periksa
isinya. Apabila terdapat darah maka cuci dan periksa lapisan permukaannya.
Adakah benda seperti keju, cacing dan luka parut.Kemudian amati bagian-bagian
seperti jantung, hati, limpa, thymus, ovarium dan salurannya, ginjal, bursa
fabricius serta kerusakan syaraf. Hasil-hasil yang telah ditemukan kemudian
dijadikan sebuah kesimpulan untuk menentukan infeksi apa yang menyerang
ayam yang kita pelihara. Kemudian setelah itu kita susun kesimpulan berdasarkan
pemeriksaan secara terpadu.
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 4.1 keadaan organ ayam
No Organ ayam Baik Tidak baik Keterangan
1. Bulu √ Bersih, putih
2. Kulit √ Kering
3. Bulu sekitar kloaka √ Bersih
4. Kepala √ Bersih
5. Paruh √ Normal
6. Kaki √ Normal
7. Hidung √ Tidak ada cairan
8. Laring √ Normal
9. Trakea √ Normal
10. Esophagus √ Normal
11. Paru-paru √ Normal
12. Tembolok √ Tidak ada bau asam
13. Proventrikulus √ Halus
14. Ventrikulus √ Normal
15. Usus √ Ada bercak darah
16 Sekum √ Ada cacing
17. Jantung √ Penggumpalan darah
18. Hati √ Tidak ada cacing
19. Limpa √ Normal
20. Thymus √ Normal
21. Ovarium √ Normal
22. Ginjal √ Normal
22. Bursa Fabricius √ Normal
23. Syaraf √ Tida ada kerusakan
4.2. Pembahasan
Berdasarkan Nekropsi adalah suatu upaya mengkoleksi data dari perubahan
organ dalam ayam untuk membuat sebuah diagnosa. Fungsi nekropsi adalah
mengamati beberapa organ dalam yang mengalami perubahan atau kelainan sehingga
dapat dijadikan sumber dugaan bahwa ayam tersebut terserang suatu penyakit dengan
melakukan pembedahan. Berdasarkan hasil praktikum bahwa permukaan kulit ayam
dalam kondisi mulus tidak terdapat koreng, berwarna cerah dan tidak ada memar.
Terdapat lendir pada bagian rongga hidung. Pemeriksaan permukaan kulit ayam
bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya penyakit yang diderita oleh ayam tersebut,
Universitas Sriwijaya
karena salah satu cirri ayam broiler yang sehat adalah mempunyai kulit licin dan tidak
terdapat luka atau memar. Hal ini sesuai dengan pendapat Salim, M. N. dan Dian M.
2010 yang menyatakan bahwa ciri-ciri ayam broiler yang bagus adalah daging lunak,
serat baik, berkulit licin tidak terdapat luka atau memar.
Menurut Damayanti (2012) adanya mukosa pada rongga hidung merupakan
cirri-ciri penyakit Swollen Head Syndrome (SHS). Berdasarkan hasil praktikum
bahwa pemeriksaan kondisi warna dan jaringan bawah kulit menunjukkan hasil
jaringan daging bersih dan berwarna cerah normal. Hal ini menunjukan bahwa ayam
sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Afrianti (2013) yang menyatakan bahwa daging
ayam sehat berwarna cerah putih kekuningan. Jaringan subkutan juga berwarna bersih
tidak terdapat bercak-bercak. Ini menandakan ayam sedang tidak terserang penyakit.
Menurut Tarmudji (2005) bahwa salah satu ciri ayam terkena penyakit AI (Avian
Influenza) yaitu terdapat ptekhiae subkutan pada kaki dan paha. Berdasarkan hasil
praktikum bahwa bahwa isi rongga dada dan rongga perut bersih, tidak terdapat
gumpalan lemak, kantung udara bersih tidak berdarah, jantung sehat berwarna merah
muda. Hal ini menandakan bahwa ayam tersebut tidak sakit. Hal ini sesuai pendapat
Tarmudji (2005) menyatakan bahwa ciri-ciri ayam sakit adalah organ hati, ginjal,
jantung, dan limpa bengkak, warna merah kehitaman, bintik-bintik hemoragi jelas
terlihat pada mukosa duodenum, hati, ginjal, jantung, paru-paru, dan limpa.
Berdasarkan hasil praktikum bahwa dinding saluran pencernaan tidak terdapat
kelainan, tidak kotor. Isi dalam saluran pencernaan normal, tidak terdapat cacing.
Dalam manajemen pemeliharaan ayam tersebut benar sehingga ayam tidak terkena
cacing. Hal ini sesuai dengan pendapat Ashenafi dan Eshetu (2004) menyatakan
bahwa penyebab ayam cacingan dikarenakan manajemen pemeliharaanya yang buruk.
Ciri-ciri ayam yang terkena cacing adalah mendadak lesu, diare,radang usus disertai
diare yang meluas jika terinfeksi berat, sehingga produksi menurun dibawah rata-rata,
termasuk berat badan, laju pertumbuhan turun, produksi daging maupun telur.
erdasarkan hasil praktikum bahwa trakea ayam berwarna putih, tidak terdapat isi.
Trakea ayam menunjukkan bahwa ayam dalam kondisi sehat. Trakea merupakan
saluran pernapasan yang memanjang dari pangkal rongga mulut sampai dengan
rongga dada.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pada praktikum bedah bangkai, dapat disimpulkan bahwa bulu dalam
keadaan bersih, kulit dalam keadaan kering, bulu sekitar kloaka bersih, kepala
bersih, paruh dan kaki dalam keadaan normal. Hidung tidak ada cairan. Laring,
trakea, esophagus, paru-paru dalam keadaan normal. Tembolok tidak ada bau
asam. Proventrikulus halus. Ventrikulus normal. Dibagian usu ada bercak darah.
Di sekum ada cacing. Dijantung ada penggumpalan darah. Hati tidak ada cacing.
Thymus, ovarium, ginjal, bursa fabricius dalam keadaan normal dan pada syaraf
tidak ada kerusakan. Dalam tubuh hewan terdapat tiga macam sistem syaraf yaitu
sistem syaraf pusat, sistem syaraf tepi, dan sistem syaraf simpatetik. Salah satu
penyakit yang disebabkan oleh kerusakan pada syaraf yaitu Marek. Pada usus
ditemukan bintik-bintik merah yang menunjukkan usus ayam mengalami indikasi
peradangan. Namun belum diketahui pasti penyakit apa yang diderita ayam. Hal
ini karena peradangan di usus agak relatif sulit dibedakan antara ND, AI ataupun
dengan penyakit bakterial lainya.
5.2. Saran
Pada praktikum bedah bangkai ayam ini sebaiknya praktikan melakukan
praktikum benar-benar teliti agar tidak salah dalam pengecekan penyakit pada
organ pencernaan ayam.
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Fadilah, R., dan Agustin P. 2011. Mengatasi 71 Penyakit pada Ayam. Agromedia,
Jakarta.
Gillespie, R. J. 2004. Modern Livestock and Poultry Produktion. 7th Edition. Inc.
Thomson Learning. United States.
Universitas Sriwijaya
panas dan diberi ekstrak kulit Batang Jaloh (Salix tetrasperma roxb).
Seminar Nasional. Teknologi Peternakan dan Veteriner Bogor: 728-734.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
Gambar 5. Keadaan ayam broiler
Gambar 6. Keadaan ayam pada saat
Setelah dipotong, dan untuk melakukan
digantung untuk mengeluarkan darah
pembedahan
Universitas Sriwijaya