Rice Alfani
J3J113085
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama
dalam memproduksi daging ayam. Pemeliharaan ayam broiler harus menggunakan ransum
yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan ternak tersebut.
Kebutuhan ayam sendiri dapat ditentukan oleh umur ternak dan fisiologis ternak.
Selain itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi performa ternak. Ayam broiler
menghasilkan produk pangan yang bergizi tinggi dan mempunyai niai ekonomis tinggi.
Seperti yang telah disebutkan diatas, usaha beternak ayam/unggas perlu memperhatikan
pakan, breeding, manajemen dan lingkungan. Keempat hal tersebut diperlukan dalam
peningkatan produksi dan kesemuanya itu saling berinteraksi antar satu dengan lainnya.
1.2.
dan
mahasiswa
nantinya
mampu
menerapkan
ilmu
bagaimana
cara
membudidayakan ayam broiler secara baik dan benar di dalam kehidupan yang nyata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Ayam Broiler
Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6
minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Ayam
broiler telah dikenal masyarakat dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu
sudah siap dipanen. Ayam yang dipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna
putih dan cepat tumbuh (Rasyaf, 2008). Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan,
kelebihannya adalah dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan
berisi, efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi
daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat sedangkan kelemahannya adalah
memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi
penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987). Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak
menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai
mencapai dewasa (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Ayam broiler adalah salah satu klasifikasi sebagai ayam pedaging atau ayam yang arah
kemampuan utamanya menghasilkan daging. Anatomi ayam hampir sama pada semua strain.
Perbedaan secara anatomi biasanya hanya ukuran tubuh. Ayam broiler yang masih kecil yang
baru dibeli sangat di identik dengan pengawasan dan ketelitian. Pada ayam broiler yang baru
datang sangat membutuhkan perlakuan yang baik dan pemanasan.
Periode pemanasan ( broading periode ) atau disebut juga dengan periode starter. Pada
prinsipnya, pemeliharaan ayam broiler breeder dan komersial pada periode pemanasan
dimulai sejak DOC diterima. Sampai umur 3-4 minggu periode pemanasan sangat penting
karena pada periode ini terjadi perkembangan fisiologi yang menentukan fisiologi yang
menentukan keberhasilan usaha pemeliharaan ayam, yaitu periode pembentukkan sistem
kekebalan tubuh, sistim kardiovaskuler, pembentukan tubuh, dan awal pembentukan
kerangka putih.
Ayam broiler sangat dominan diternakkan di indonesia karena selain pertumbuhannya
yang sangat cepat. Bobot badannya yang semakin hari semakin bertambah dan juga dapat
menghasilkan keuntungan apabila diternakkan dalam jumlah yag banyak.Ayam broiler sangat
mudah sekali mengalami stress. Oleh sebab itu diperlukan pemeliharaan yang baik dan
efesien, karena stress dapat menyebabkan pertumbuhannya terhambat dan dapat menyebaban
kematian.Kandang ayam broiler ini dibuat dengan perlakuan yang dilaksanakan dengan
memakai liret/serbuk kayu Fadilah (2006).
2.2.
Perkandangan
Kandang merupakan unsur penting dalam usaha peternakan ayam. Kandang dipergunakan
mulai dari awal hingga masa berproduksi. Pada prinsipnya, kandang yang baik adalah
kandang yang sederhana, biaya pembuatan murah, dan memenuhi persyaratan teknis
(Martono, 1996). Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah: bentuk
kandang dan kondisi tempat yang tersedia, keadaan tanah yang akan dipergunakan, biaya
yang tersedia dan bahannya. Sedangkan fungsi kandang antara lain: untuk berlindung dari
panas dan hujan, dan untuk mempermudah tata laksana dan untuk melindungi bahaya atau
gangguan dari luar (predator).
2.3.
Lokasi kandang
Kandang yang baik yang sesuai untuk peternakan ayam harus terletak di lokasi yang lebih
tinggi dari tempat sekitarnya, arah kandang menghadap ke barat-timur, dan dipisahkan dari
percampuran orang, predator maupun unggas lain. (Martono, 1996)
2.4.
Konstruksi kandang
Menurut Martono (1996) konstruksi kandang yang baik terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
2.4.1. Atap
Atap kandang diusahakan menggunakan genting, karena tidak mudah menyerap panas
yang bisa mengakibatkan temperatur di dalam kandang menjadi tinggi. Kemudian bentuk
atap yang biasa digunakanadalah atap muka dua dengan lubang angin (=sistem monitor)
dan atap tunggal dengan lubang udara (sistem semi monitor).
2.4.2. Dinding
Dinding kandang biasa dibuat dengan menggunakan bahan bambu, dan atau kawat.
Celah celah pada dinding kandang hendaknya tidak dapat diterobos binatang pengganggu
maupun predator.
2.4.3. Ventilasi
Ventilasi disin diusahakan dibuat sebaik mungkin, sehingga akan terjadi perputaran udara
di kandang, yaitu udara kotor didalam kandang akan keluar dengan mudah, dan
digantikan dengan udara segar dari luar kandang.
2.4.4. Cahaya matahari
Hal ini juga diusahakan, karena cahaya matahari dapat menghambat pertumbuhan
bibit penyakit, dan merupakan provitamin D.
2.5.
Tipe Kandang
Bentuk
kandang
sebenarnya
dapat
dibangun
sesuai
selera
dan
kebutuhan
adalah
bambu
yang
dipasang
secara
berderet
agar
ayam
tidak
Atap kandang merupakan komponen kandang yang penting,karena atap kandang akan
melindungiternak dari panas dan hujan.Tipe-tipe kandang menurut Martono (1996) antara
lain:
2.6.1. Monitor
Tipe monitor yaitu atap kandang yang terdiri dari sisi pada bagian puncaknya.
2.6.2. Shade
Atap kandang yang hanya memiliki satu sisi dan digunakan pada kandang sempit
2.6.3. Saw thoth
Atap kandang yang terdiri atas beberapa sisi yang terputus dan membentuk celah sebagai
ventilasi.
2.6.4. Gable
Atap yang terdiri atas dua sisi dan tidak terdapat lubang diatasnya.
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
3.1.
Materi Praktikum
3.1.1. Tempat: Kandang Kampus Gunung Gede, Jl. Gunung Gede Institut Pertanian
Bogor,Cilebende Kota Bogor
3.1.2. Lama Praktikum: Selama 1-4 Minggu ( Rabu, 17 September 2014 s.d. 8 Oktober
2014)
3.1.3. Alat dan Bahan:
- Alat:
No
Nama alat
1.
Tempat pakan
2.
Ukuran
Jumlah
Nampan
1 kg
Gantung
5 kg
Tempat minum
-
Gallon kecil
3 liter
Gallon besar
7 liter
3.
Tirai
15 x 2 m
4.
Chick guard
3,2 m
5.
Brooder
1m
6.
Sekat
6m
7.
Timbangan
-Duduk
5 kg
-Gantung
50 kg
8.
Tali Rafia
1 gulung
9.
Alat tulis
10.
Alat hitung
11.
Ember
10 liter
12.
Bak
30 liter
13.
Termometer
Bahan:
NO
NAMA BAHAN
1.
DOC
15 ekor
2.
Pakan
18 sak
3.
Sekam
1 sak
4.
Kapur
3 bungkus
5.
Gula pasir
1 kg
6.
Vaksin
8.
ND HB1
1 botol ( 15 ekor )
Gumboro
ND lasota
1 botol ( 15 ekor )
Vitamin
-vita chick
9.
3.2.
JUMLAH
Desinfektan
Metode Praktikum
3.2.1. Tahap Persiapan Kandang
2 bungkus
20 cc
Tahapan ini terdiri dari proses pencucian kandang, desinfeksi, dan persiapan tempat
pengahangatan DOC. Pencucian kandang dan desinfeksi bertujuan untuk membersihkan
kandang beserta lingkungannya dari kotoran dan bibit penyakit/mikroba patogen yang
bisa menyebabkan ayam terjangkit penyakit
Pembersihan dan pencucian kotoran ayam dalam kandang ternyata berpengaruh besar
terhadap kesehatan ayam karena proses ini mampu menghilangkan sekitar 90% mikroba
patogen. Sedangkan proses desinfeksi hanya menghilangkan 6-7% mikroba patogen dan
pada proses fumigasi hanya 1-2%. Tahap pelaksanaan pencucian dan pembersihan ini
pun harus benar-benar diikuti seluruhnya.
1. Pembersihan Kandang
Sebelum menjalankan peternakan, kandang dan semua peralatan kandang harus
dipastikan terlebih dahulu, baik kondisi fisik, kebersihan, maupun jumlahnya.
Membersihkan kandang dan peralatannya dapat dilakukan dengan tahapan berikut:
a. Merapikan dan memisahkan peralatan sesuai dengan fungsinya. Semua peralatan
kandang harus dibersihkan dan dicuci, kecuali alat pemanas. Kemudian, semua
peralatan kandang dibersihkan desinfektan. Caranya dengan menyemprot
menggunakan sprayer, menyelup, dan mengelap perlatan tersebut dengan air yang
telah dicampur desinfektan. Peralatan yang sudah bersih dan steril selanjutnya
disimpan di tempat yang bersih.
b. Membersihkan semua kotoran dan barang
3.2.2. Tahap
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Praktikum
4.1.1. Profil kandang
4.1.2. Lokasi kandang
Kandang ayam broiler ini terletak di Kampus Gunung Gede Institut Pertanian Bogor.
Posisi kandang ini memanjang dari timur ke barat, hal ini sesuai dengan teori yang telah
disampaikan dalam perkuliahan yaitu posisi kandang memanjang searah matahari untuk
menghindari terpaan matahari dari sisi kandang yang terbuka.
4.1.3. Bentuk dan tipe kandang
1. Berdasarkan konstruksi atap kandang ini ialah kandang panggung yang
mempunyai atap monitor, bahan atap yang digunakan ialah asbes dan juga
pada atap digunakan bahan atap yang bening atau transparan yang berfungsi
sebagai alat penerang.
2. Berdasarkan konstruksi dinding kandang ini ialah kandang dengan dinding
terbuka semua sisi.
3. Berdasarkan konstruksi lantai kandang ini ialah kandang tipe lantai rapat
(system litter, bahan litter yang digunakan yaitu sekam dengan tebal 10 cm
dan dijatuhkan pada umur 20 tahun).
4.1.4. Ukuran kandang
Kandang memanjang dari timur kebarat dengan ukuran
Panjang
= 51 m
Lebar
= 8m
Tinggi
=6m
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
4.2.
Pembahasan
4.2.1. Pemeliharaan Ayam Pedaging
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pemeliharaan ayam broiler dibagi
menjadi 2 fase yaitu fase starter dan fase finisher yang meliputi manajemen persiapan
kandang, pemberian pakan, vaksinasi, dan sanitasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rasyaf (1992) yaitu pemeliharaan ayam broiler dilakukan selama 35 hari atau 5 minggu.
Pemeliharaannya dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase starter, fase grower dan fase finisher.
Fadilah (2006) menambahkan bahwa kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan
manajemen pemeliharaan ayam broiler meliputi kegiatan persiapan kandang dan
peralatan yang digunakan, penggunaan dan pengaturan pergantian litter, perlakuan saat
DOC datang, sanitasi kandang, pemberian pakan dan air minum, seleksi, vaksinasi,
pemberian vitamin dan obat-obatan dan pemanenan.
4.2.2. Persiapan Prasarana
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa persiapan kandang meliputi pembersihan
kandang baik bagian luar maupun bagian dalam kandang, melakukan pengapuran dan
penyemprotan dengan desinfektan hal ini bertujuan untuk membunuh endoparasit dan
ekto parasit yang ada dalam kandang, pembuatan flock untuk memisahkan ayam,
pembuatan brooder untuk membuat ternak nyaman dengan lingkungannya, persiapan
tempat pakan dan minum untuk ayam, penaburan sekam pada alas kandang dan
persiapan koran untuk alas yang bertujuan agar anak ayam tidak memakan sekam karena
pada saat DOC belum bisa membedakan antara sekam dan pakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Priyatno (1999) yang menyatakan bahwa persiapan kandang adalah dengan
membersihkan kandang, pemberian desinfektan dan fumigasi. Tujuan dari pemberian
desinfektan, pengapuran dan fumigasi adalah untuk menghilangkan patogen yang dapat
menyebabkan ayam sakit. Rasyaf (1992) yang menambahkan bahwa persiapan
pemeliharaan dimulai dengan pencucian kandang dengan desinfektan, dilanjutkan
dengan membersihkan kandang, dan areal di sekitar kandang. Seluruh bagian kandang
disemprot dengan desinfektan.
4.2.3. Chick in
Berdasarkan hasil praktikum pada saat chick in yang dilakukan adalah menimbang bobot
ayam kemudian menghitung DOC sejumlah 15 ekor ayam. Pada saat DOC datang
langsung diberikan air gula. Dosis gula yang diderikan adalah sebesar 5%. Pemberian air
gula ini bertujuan untuk menggantikan cairan yang hilang saat pendistribusian. Hal ini
sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwa pertama kali yang
harus kita lakukan setelah DOC datang adalah pemberian air minum yang dicampur
dengan air gula 1-2 %. Pencampuran air gula tersebut dimaksudkan untuk menggantikan
cairan tubuh dan energi yang hilang selama dalam perjalanan. Fadilah (2006)
menambahkan bahwa saat DOC tiba, sebaiknya diberikan air gula aren 2-5%, hal ini
dilakukan untuk memberikan energi untuk DOC yang mana energinya telah habis saat di
perjalanan.
4.2.4. Pemeliharaan
Berdasarkan hasil praktikum pada saat pemeliharaan yang dilakukan adalah anak
ayam atau DOC (day old chick) dipelihara selama 32 hari sampai mendapatkan produksi
daging yang optimal. Pemberian pakan untuk DOC diberikan sesuai dengan kebutuhan
dan air minum diberikan secara ad libitum yaitu pakan diberikan secara terus menerus.
Pakan diberikan dengan menggunakan chick feeder tray yang diletakkan di lantai agar
memudahkan dalam mengkonsumsi pakan, sedangkan pada saat mencapai umur 1
minggu pakan diberikan dalam feeder tube. Peletakan tempat pakan dan minum pada
masa ini adalah dengan digantung setinggi bahu ayam. Hal ini dilakukan agar pakan dan
minum tidak mudah tumpah dan tidak tercampur dengan sekam. Sekam yang tercampur
dalam pakan atau minum akan membahayakan ternak jika memakannya, karena dapat
mengganggu saluran pencernaan. Sistem pemberian pakan yang dilakukan sudah baik,
karena meperhatikan cara untuk memberi pakan pada saat DOC (starter), finisher dan
ayam periode finisher meliputi tempat pakan yang digunakan, cara penempatan tempat
pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa pakan
untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua tahap yaitu pakan untuk periode starter dan
pakan untuk periode finisher. Fadilah et al. (2007) menambahkan bahwa pemberian
pakan pada saat starter diberikan di chick feeder tray dan pada saat finisher diberikan
pakan dalam feeder tube yang digantung.
Tirai ditutup pada fase starter bertujuan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan yang
dibutuhkan DOC. Setelah ayam berumur lebih dari 1 minggu tirai ditutup pada saat
malam hari atau pada saat suhu rendah, ketika ada angin kencang dan hujan. Hal ini
dilakukan agar suhu dalam kandang tetap nyaman dan sekam tidak basah. Tirai dibuka
pada saat siang hari atau ketika suhu tinggi dan berfungsi sebagai ventilasi udara
sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan lancar dan baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa pertukaran udara dalam kandang akan
sangat penting untuk membuang gas-gas amoniak yang dapat mengganggu pertumbuhan
ayam. Penggantian litter dengan menggunakan sekam dilakukan apabila sekam sudah
basah. Tujuan dari penggantian sekam adalah untuk menghindari peningkatan kandungan
amonia dan penyebaran bibit penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2006)
bahwa litter yang basah bisa meningkatkan kandungan amonia, menjadi tempat
berkembang biak berbagai penyakit, dan menyebabkan bulu ayam kotor.
Pengaturan suhu dalam kandang bagi ternak dilakukan dengan pengaturan tirai dan
brooder. Bahan yang digunakan sebagai tirai adalah plastik tebal. Brooder menggunakan
lampu bohlam yang apabila suhu tinggi maka bohlam dimatikan dan diangkat dijauhkan
dari DOC. Suhu rata-rata dalam kandang pada minggu pertama 31,85 oC, minggu kedua
30,65oC, minggu ketiga 29,91oC dan pada minggu keempat 29,65oC. Suhu tersebut bukan
merupakan comfort zone bagi ternak sehingga ternak sering melakukan panting. Suhu
yang baik untuk hidup ayam broiler adalah sekitar 320-350C. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suryana dan Hasbianto (2008) bahwa sistem perkandangan yang ideal untuk
usaha ternak ayam
kelembapan 60-70%. Awal DOC masuk tirai ditutup selama 1 minggu dan menggunakan
lampu brooder yang berfungsi sebagai pemanas atau penghangat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa alat pemanas merupakan suatu alat
yang digunakan untuk memberi rasa hangat serta berfungsi untuk menggantikan panas
tubuh yang biasa diberikan oleh induk ayam untuk menjaga tubuh anak ayam agar tetap
stabil.
Sanitasi dilakukan secara rutin setiap hari meliputi sanitasi kandang, peralatan dan
praktikan yang masuk kandang (biosecurity). Sanitasi kandang dilakukan dengan cara
membersihkan kandang setiap harinya dengan cara menyapu sekam yang tercecer, selain
itu juga membersihkan kandang luar dengan cara menyapu halaman luar kandang dan
membersihkan selokan air agar tidak timbul bibit penyakit. Sanitasi peralatan yaitu
dengan membersihkan tempat pakan dan air minum setiap hari supaya meminimalisir
ternak agar tidak terkena penyakit baik dari jamur, bakteri, protozoa, dan virus yang
dapat
menimbulkan
penyakit.
Sanitasi
praktikan
(biosecurity)
dengan
cara
menyemprotkan desinfektan ke tangan dan kaki supaya tidak membawa penyakit dari
luar kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwa
tujuan dari sanitasi secara menyeluruh adalah untuk menjaga kebersihan kandang baik
luar maupun dalam kandang agar ternak dapat menampilkan performans yang baik dan
ternak bebas dari penyakit. Rasyaf (1992) menambahkan bahwa penyebab dari kurang
perhatian sanitasi akan menimbulkan ternak rentan terhadap penyakit, sehingga ternak
banyak yang mati. Oleh karena itu sanitasi sangat diperlukan dalam manajemen usaha
peternakan.
4.2.5. Evaluasi Performance Ayam Pedaging
Berdasarkan praktikum, evaluasi performance didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Performance Ayam Broiler Flock 3
Parameter
Konsum
Minggu
Jumlah si
Ayam
Pakan
Ratarata
BB (g)
PBB
Efisiensi
FCR
(g/ekor)
1
15
146
180
134
91,78
1,09
340,3
2
15
410
230
67,59
1,47
544,3
3
15
740
330
60,63
1,65
799,3
4
15
1100
360
45,04
2,22
1829,9
Jumlah
1054
Sumber: Data Primer Praktikum Teknik Budidaya Peternakan, 204.
Mortalitas
(%)
0
0
0
0
0
Berdasarkan tabel diatas konsumsi pakan ayam broiler tertinggi adalah minggu ke 4
yaitu sebesar 360 g/ekor, dimana ayam broiler sudah masuk kedalam fase finisher
sehingga pakan yang dibutuhkan relatif lebih banyak. Jumlah konsumsi pakan sangat
mempengaruhi konversi pakan dan efisiensi pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suprijatna dan Kartasudjana (2006) yang menyatakan bahwa pada waktu pemeliharaan
ayam broiler selama 4 minggu dengan energi metabolis ransum 3000 kkal/kg dan protein
22%, konsumsi ransum sebesar 2,5 kg/ekor, bobot badan yang dihasilkan berkisar 1,21,3 kg/ekor. Pertambahan Bobot Badan ayam broiler yang paling tinggi berdasarkan
tabel diatas adalah pada minggu ke 4 yaitu 1088 g. Hal ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan bobot badan selalu meningkat dari minggu pertama sampai minggu ke 4.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasudjana (2006) bahwa pertumbuhan yang paling
cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan
dan terhenti sampai mencapai dewasa. Kecepatan pertumbuhan dapat diukur dengan
menimbang pertambahan berat badan secara berulang setiap hari atau setiap minggu.
Ditambahkan oleh Anggorodi (1985) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ternak
dimulai secara perlahan kemudian cepat hingga pada akhirnya terhenti sama sekali dan
jika digambarkan akan membentuk kurva sigmoidal.
Konversi pakan ayam broiler minggu ke 1 sebesar 1,09 sedangkan standarnya adalah
0,92. Minggu ke 2 sebesar 1,4 lebih tinggi dari standar yaitu 1,23; minggu ke 3 sebesar
1,64 lebih tinggi dari standar yaitu 1,39; dan minggu ke 4 sebesar 2,22 lebih tinggi dari
standar yaitu 1,74. Hal ini dapat disebabkan ayam mengalami stres dalam menghadapi
lingkungan baru, sehingga laju metaboliknya terganggu, lingkungan kandang yang tidak
bersih seperi sekam yang tidak diganti secara teratur dan kurangnya biosecurity atau
penjaga kandang yang tidak steril, lingkungan sekitar kandang yang tidak kondusif
seperti kegaduhan yang dibuat penjaga dan terjadinya perubahan pemberian pakan yang
mempengaruhi palatabilitas ayam tersebut sehingga mempengaruhi laju pertumbuhan
ayam. Kondisi lingkungan yang panas, kandang yang terlalu padat dan kotor juga
berpengaruh sehingga ayam menjadi stress. Menurut Suprijatna dan Kartasudjana
(2006) menyatakan bahwa konversi pakan rata-rata ayam broiler selama pemeliharaan
sebesar 1,053. Standar konversi ransum umur 3 minggu sebesar 1,39 dan pada umur 4
minggu yaitu 1,74. Konversi pakan merupakan acuan untuk menilai keberhasilan
peternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa
konversi pakan ini penting sekali dalam produksi unggas pedaging karena merupakan
acuan keberhasilan dalam beternak.
Berdasarkan tabel diatas nilai efesiensi yang paling tinggi adalah pada minggu ke 1
yaitu 91,78 %. Efisiensi yang sangat tinggi ini disebabkan oleh rendahnya FCR pada
minggu pertama yang hanya sebesar 1,09. Nilai konversi dan efisiensi pakan pada ternak
berbanding terbalik. Nilai efisiensi pakan semakin turun ketika ternak bertambah
umurnya. Hal ini disebabkan karena semakin tua ternak akan mengalami pertumbuhan
yang melambat. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) bahwa semakin rendah
angka konversi pakan berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan pakan dan semakin
banyak pakan yang digunakan untuk mengatakan bobot badan per satuan berat badan
ditambahkan oleh Rasyaf (2007) yang menyatakan bahwa efisiensi pakan berarti pakan
yang dikonsumsi dapat membentuk daging, dengan kata lain efisiensi pakan telah
tercapai.
Nilai mortalitas pada praktikum kali ini adalah 2% atau berjumlah 1 ekor dari total
ayam 50 ekor dan terjadi pada minggu ke 4. Penyebab mortalitas yaitu lalainya peternak
dalam pemberian pakan karena ayam tersebut tertindih tempat pakan. Menurut Fadilah
(2006) program pencegahan penyakit erat kaitannya dengan program sanitasi, vaksinasi
dan pengobatan dini pada umur-umur tertentu ketika gejala ayam sakit mulai tampak.
Hal-hal yang dilakukan dalam program sanitasi yaitu program biosecurity dengan cara
melakukan penyemprotan disinfektan di dalam dan di sekitar kandang secara rutin 2-3
hari sekali. Membatasi tamu keluar masuk lingkungan farm, jika masuk lokasi farm tamu
disemprot dengan disinfektan dan membasmi binatang pembawa penyakit.
4.2.6. Vaksinasi Ayam Pedaging
Berdasarkan praktikum vaksinasi yang diberikan selama pemeliharaan diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 2. Vaksinasi 1
No.
1
2
3
4
Parameter
Waktu pelaksanaan vaksinasi
Jenis vaksin
Dosis vaksin
Metode vaksinasi
Respon
vaksinsi
Dampak/penyakit ikutan
ternak
unggas
Keterangan
28 Maret 2013
ND1
900 cc
Diteteskan pada mata
post Lidah berwarna kebiru-biruan
ND
Tabel 3. Vaksinasi 2
No.
1
2
3
Parameter
Waktu pelaksanaan vaksinasi
Jenis vaksin
Dosis vaksin
Metode vaksinasi
5
6
Respon
ternak
Keterangan
2 April 2013
NDIB
500 cc
Dicampur dengan air minum+ susu
skim
unggas
vaksinsi
Dampak/penyakit ikutan
post
Stress
Tabel 4. Vaksinasi 3
No.
1
2
3
Parameter
Waktu pelaksanaan vaksinasi
Jenis vaksin
Dosis vaksin
Metode vaksinasi
Respon
ternak
Keterangan
9 April 2013
Gumboro 1
500 cc
Dicampur dengan air minum + susu
skim
unggas
post
vaksinsi
6
Dampak/penyakit ikutan
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Ternak Unggas, 2013.
Vaksinasi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pemberian vaksin NDB1, vaksin gumboro
dan vaksin ND Lasota. Pemberian vaksin NDB1 dilakukan pada saat ayam umur 4 hari
dan menggunakan vaksin aktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang berisi mikroorganisme
agen penyakit dalam keadaan hidup, tetapi sudah dilemahkan, yang akan tumbuh dan
berkembang baik dalam tubuh induk yang divaksin. Proses vaksinasi dilakukan dengan
tetes mata dimana vaksin dilarutkan dalam larutan dapar kemudian dikocok sampai rata.
Satu vaksin dapat digunakan untuk 100 ekor anak ayam dengan ketentuan satu ekor satu
tetes vaksin. Vaksinasi yang kedua adalah pemberian vaksin terhadap penyakit gumboro
yang dilakukan pada saat ayam berumur 10 hari melalui air minum dan sebelum
dilakukan vaksinasi ayam dipuasakan selama 2 jam dengan tujuan agar air minum yang
dicampur vaksin dapat habis dalam waktu yang singkat. Vaksinasi yang ketiga adalah
pemberian vaksin ND Lasota yang dilakukan pada saat ayam berumur 18 hari melalui air
minum dan sebelum dilakukan vaksinasi ayam dipuasakan selama 2 jam dengan tujuan
agar air minum yang dicampur vaksin dapat habis dalam waktu yang singkat. Vaksinasi
yang kedua dan ketiga ini menggunakan vaksin inaktif yaitu vaksin yang berisi
mikroorganisme agen penyakit dalam keadaan mati (dimatikan), biasanya didalamnya
dicampuri atau ditambahkan oil adjuvent Vaksin gumboro dan vaksin ND Lasota
dicampur dengan penambahan susu skim 15 gram dan air 7 liter. Penambahan susu skim
bertujuan memberikan energi/nutrisi untuk bakteri yang ada didalam vaksin. Karena
bakteri tersebut membutuhkan makanan untuk tetap hidup. Proses vaksinasi hanya
dilakukan apabila ayam dalam keadaan sehat dan kondisi lingkungan baik. Sesudah
proses vaksinasi ayam diberi air minum yang dicampur dengan multivitamin atau
antistress untuk mengatasi keadaan stress akibat perlakuan selama proses vaksinasi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) menyatakan bahwa vaksinasi dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain melalui tetes mata, hidung, mulut dan air minum.
Ditambahkan oleh Ensminger (1980) bahwa penyakit yang dapat dicegah dengan
vaksinasi antara lain NCD/ND, Invectious Laringo Trachacitis, Fowlok, Avian
Enchepalomielitis, Gumboro dan Marex.
4.2.7. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Lingkungan
Faktor cuaca juga mempengaruhi suhu dan kelembaban baik itu di dalam (mikroklimat)
maupun di luar kandang (makroklimat). Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992)
yang menyatakan bahwa pengaruh cuaca merupakan faktor luar yang sangat menentukan
dalam produksi peternakan. Pengukuran suhu dilaksanakan pada pukul 05.00 WIB, 13.00
WIB, dan 21.00 WIB, pada waktu tersebut mewakili kondisi suhu dan kelembaban pada
pagi, siang dan malam sehingga rata-rata suhu dalam satu hari dapat tergambarkan.
Berdasarkan praktikum manajemen ternak unggas ayam pedaging selama pemeliharaan
diperoleh hasil bahwa suhu dan kelembaban rata-rata pada jam tersebut dalam 28 hari
adalah sebesar 27,9o C, 32o C, 28o C dan kelembaban 76%, 61%, 74%. Hal ini tidak
sesuai dengan pendapat Fuad (1992) yang menyatakan bahwa temperatur yang ideal bagi
anak-anak ayam yang berumur 1 - 3 minggu yaitu 65 0F (36 0C). Fadilah (2004)
menambahkan bahwa temperatur yang ideal untuk masa finisher adalah 25-27 0C.
Temperatur dalam brooder pada fase starter tidak sesuai dengan kebutuhan ayam
sehingga ayam mengalami cekaman dingin yang dapat menghambat pertumbuhan dan
pada fase finisher ayam mengalami cekaman panas karena suhu sangat tinggi, suhu yang
tinggi ini mengakibatkan ayam terengah-engah (panting). Suprijatna dan Kartasudjana
(2008) menambahkan bahwa untuk daerah tropis, kondisi lingkungan yang
mempengaruhi ternak yaitu temperatur dan kelembaban.
4.2.8. Pengamatan Penilaian Ayam Pedaging Hidup
Tabel 6. Hasil Pengamatan, Penilaian, Keadaan Ayam Pedaging Hidup
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Faktor
Kondisi kesehatan
Bulu
Dada
Punggung
Kaki dan sayap
Keadaan
lemak
Klasifikasi
baik
baik
baik
baik
baik
baik
(dada)
Sumber : Data Primer Praktikum Teknik Budidaya Peternakan, 2014
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil bahwa kondisi kesehataan ayam baik
yang ditandai dengan pergerakan ayam yang aktif, mempunyai bulu putih, lebat dan
mengkilap, dada membungkuk, punggung tegap. Ayam tersebut mempunyai kaki dan
sayap yang tegap, kokoh dan kuat serta keadaan lemak yang tidak terlalu tebal. Hal ini
sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004) yang menyatakan bahwa ciri-ciri ayam yang
baik diantaranya bentuk badan, kaki, kepala, jari proposional, normal serta tidak cacat.
Bulu-bulu anus dan pusar kering tidak berair atau lengket, mata bulat, jernih dan
bercahaya. Kaki kuat dan mampu berdiri dengan tegak. Hal ini ditambahkan oleh
pendapat Suprijatna dan Kartasudjana (2006) yang menyatakan bahwa karakteristik
ayam produktif dapat diamati dari mata yang segar, bersinar dan bulat, bulu mengkilat,
besih dan merata, sayap tidak terkulai dan kuat, kaki tegap dan kuat, punggung lebar,
rata dan bagus, keadaan lemak dada penuh dan padat.
4.2.9. Cara Pemanenan
Umur panen 28 hari (tergantung pasar)
-
Tahap-tahap pemanenan:
1. Mengeluarkan peralatan kandang
2. Menyekat kandang
3. Menangkap ayam dengan benar/menghindari perlakuan kasar
4. Masukan ayam dalam kerat
5. Menimbang ayam
6. Mencatat dan menghitung total ayam dan berat keseluruhan
4.2.10. Persiapan Panen
Persiapan panen merupakan persiapan yang dilakukan sebelum ayam ditangkap, yaitu
sebagai berikut:
1. Sebelum penangkapan ayam : cek SPM yang dibawa sopir, STNK dan KTP supir,
kemudian tanyakan mulai muat ayam agar kita dapat mengira waktu untuk
mengantung pakan.
2. Cek timbangan salter 50 kg/timbangan duduk kap 150 kg; cross cek dengan
timbangan lain yang sudah ditera.
3. Siapkan layar/sekat untuk membatasi gerak ayam.
4. Siapkan tali pengikat kaki waktu ditimbang atau keranjang angkut.
4.2.11. Saat Panen
1. Untuk mendapat mutu karkas yang baik dan menghindari penyusutan bobot
badan, tembolok ayam harus kosong sebelum pelaksanaan penangkapan dengan
cara menggantung tempat pakan sebelum ayam ditangkap.
2. Untuk menghindari memar pada paha / ayam lemas/stress, jika pengangkutan ke
truk dengan dipikul maka dari itu jarak dari tempat penimbangan ke truk, idealnya
kurang dari 40 m.
3. Untuk menjaga sayap patah, memar dada/pahacara memasukkan ayam ke dalam
keranjang
badan.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Simpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari hasil praktikum tersebut adalah untuk
mendapatkan hasil pemeliharaan ayam yang bagus perlu dipersiapkan apa-apa yang
diperlukan sehingga kebutuhan akan terjamin. Dalam pemeliharaan ayam broiler
pemeliharaan ayam meliputi kegiatan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
5.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Hari
15
Rabu
Tanggal
24/09/201
4
Jam
10.00
14.00
18.00
22.00 +
02.00
16
Nama
Kegiatan
Semua
Fahma, Rendy,
Rice
Fahma, Rendy,
Rice
memberi pakan
Rice
memberi pakan
memberi pakan
memberi pakan
Kamis
25/09/201
4
06.00
Rendy
Kamis
25/09/201
4
10.00
Dini, Rani
14.00
18.00
22.00 +
02.00
Semua
Fahma
memberi pakan
memberi pakan + ganti
sekam
memberi pakan
Rice
memberi pakan
17
18
19
20
21
Jumat
26/09/201
4
Jumat
26/09/201
4
Sabtu
27/09/201
4
Sabtu
27/09/201
4
Minggu
28/09/201
4
Minggu
28/09/201
4
Senin
29/09/201
4
Senin
29/09/201
4
06.00
Rendy
10.00
14.00
18.00
22.00 +
02.00
Dini
Rani
Fahma
memberi pakan
memberi pakan
memberi pakan
Rice
memberi pakan
06.00
Rendy
10.00
14.00
18.00
22.00 +
02.00
Rani
Dini
Fahma
memberi pakan
memberi pakan
memberi pakan
Rice
memberi pakan
06.00
Rendy
10.00
14.00
18.00
22.00 +
02.00
Dini
Rendy
Fahma
memberi pakan
memberi pakan
memberi pakan
Rendy
memberi pakan
06.00
Rendy
10.00
14.00
18.00
22.00 +
02.00
Dini
Rani
Fahma
memberi pakan
memberi pakan
memberi pakan
Rice
memberi pakan
memberi pakan + minum
Selasa
30/09/201
4
06.00
Rendy
Selasa
30/09/201
4
10.00
Rani, Dini
Rani, Dini
Fahma
01/10/201
14.00
18.00
22.00 +
02.00
06.00
Rice
Rendy
memberi pakan
memberi pakan + minum
Rabu
Hari
22
Rabu
23
24
25
Tanggal
01/10/201
4
Kamis
02/10/201
4
Kamis
02/10/201
4
Jam
Nama
Kegiatan
10.00
14.00
18.00
22.00 +
02.00
Semua
Rani, Dini
Fahma
memberi pakan
memberi pakan
memberi pakan
Rice
memberi pakan
06.00
Rendy
10.00
14.00
Dini, Rani
Dini, Rani,
Rice, Rendy
18.00
22.00 +
02.00
Fahma
memberi pakan
memberi pakan + membuat
sekam + membersihkan
kandang + mengganti
sekam+ melebarkan chick
guard + menyekat yang
sakit
memberi pakan
Rice
memberi pakan
Jumat
03/10/201
4
07.00
Rani
Jumat
03/10/201
4
14.00
Rani
22.00
Fahma
memberi pakan +
mengecek ayam yang luka
(sayap berdarah)
memberi pakan
Sabtu
04/10/201
4
07.00
Dini
Sabtu
04/10/201
4
15.00
Dini
22.00
Rendy
memberi pakan +
menggantung hanging
feeder
memberi pakan
Mingg
u
05/10/201
4
08.00
Fahma
26
27
28
Mingg
u
05/10/201
4
20.00
Rendy
memberi pakan +
membersihkan kandang
Senin
06/10/201
4
07.00
Rendy
Senin
06/10/201
4
14.00
21.00
Dini, Rani
Rice
memberi pakan
memberi pakan
Selasa
07/10/201
4
09.00
Rice
Selasa
07/10/201
4
10.00
Rani, Dini
15.00
21.00
Rice
Rice
memberi pakan +
membersihkan kandang
memberi pakan
memberi pakan
07.00
Semua
Rabu
08/10/201
4
menimbang bobot +
memberi pakan + minum