Anda di halaman 1dari 31

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan jumlah penduduk yang selalu meningkat dari

tahun ke tahun terus diimbangi dengan kesadaran akan arti penting

peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal ini berimplikasi pada pola

konsumsi makanan yang juga akan terus meningkat. Disamping tujuan

utama penggunaan makanan sebagai pemberi zat gizi bagi tubuh yang

berguna untuk mempertahankan hidup, manusia juga menggunakannya

untuk nilai-nilai sosial, karena penggunaan makanan telah melembaga

sebagai alat untuk berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu

makanan dalam lingkungan masyarakat menyangkut gizi dan aspek

sosial. Secara ekonomi, pengembangan pengusahaan ternak ayam

petelur di Indonesia memiliki prospek bisnis menguntungkan, karena

permintaan selalu bertambah. Hal tersebut dapat berlangsung bila kondisi

perekonomian berjalan normal. Lain halnya bila secara makro terjadi

perubahan-perubahan secara ekonomi yang membuat berubahnya pasar

yang pada gilirannya akan mempengaruhi permodalan, produksi dan

pemasaran hasil ternak.

Dalam skala lokal, konsumsi protein hewani dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan, setelah pada tahun 1998 mengalami penurunan

yang tajam akibat dari krisis moneter. Besarnya peluang pasar ayam

petelur ini merupakan kesempatan yang sangat potensial untuk

1
mengembangkan peternakan ayam petelur. Bagi seorang peternak

kesalahan pemeliharaan ayam akan menghasilkan pertumbuhan ayam

yang buruk sehingga mengakibatkan hasil produksi menurun.

Ayam petelur dijadikan pilihan dalam beternak karena dirasa ayam

tersebut mampu untuk menghasilkan telur dalam jumlah yang cukup

dengan waktu yang cepat. Telur pertama dihasilkan pada saat berumur 6

bulan dan akan terus menghasilkan telur sampai umurnya mencapai 2

tahun. Dengan total produksi telurnya antara 250 sampai 280 butir per

tahun. Teknik manajemen pemeliharaan ayam ras petelur yang sesuai

sangat diperlukan untuk mencapai hasil produksi yang optimal.

Dalam beternak dan mendapatkan hasil yang sesuai, kita perlu

memperhatikan manajemen dalam pemeliharaan yaitu mulai dari pakan,

kandang, penyakit serta pengobatannya, sifat genetikanya, asal usulnya

ternak, vaksinasi dan sebagainya. Pemeliharaan ayam petelur

membutuhkan penanganan khusus dan sangat penting untuk diperhatian.

Kunci utama untuk mencapai produksi yang optimal yaitu manajemen

yang baik, yaitu persiapan awal, terutama pada fase persiapan kandang,

fase starter, grower dan layer serta didukung dengan manajemen sistem

recording baik.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Adapun tujuan dilaksanakannya praktek kerja lapangan, yaitu :

1. Agar mahasiswa bisa terjun langsung ke masyarakat untuk

mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan.

2
2. Untuk mengetahui salah satu subsistem agribisnis yaitu budidaya

ternak ayam ras petelur.

3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang manajemen

perkandangan ayam petelur di Peternakan Ayam Petelur Dinamika

C. Manfaat

1. Mahasiswa mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman

tentang manajamen perkandangan ayam petelur yang ada di

Peternakan yam petelur Dinamika

2. Mahasiswa dapat memperaktekkan secara langsung kegiatan-

kegiatan budidaya ayam petelur.

3. Mahasiswa dapat menyingkronkan antara teori dan praktik secara

langsung di lapangan mengenai manajamen pemeliharaan ayam

petelur

3
II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Ayam Petelur

Ayam peliharaan yang ada dewasa ini (Gallus Domesticus)

merupakan keturunan ayam hutan. Manusia telah memlihara ayam sejak

5000 tahun yang lalu. Ayam dipelihara oleh bangsa Mesir 3000 tahun

sebelum masehi dan bangsa China 1.500 tahun sebelum masehi. Jadi,

proses penjinakannya telah berlangsung lama. Oleh karena itu saat ini

jenis-jenis ayam banyak mengalami perubahan fisik dan genetis.

Ayam petelur memiliki sifat nervous atau mudah terkejut, bentuk

tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih, dan kerabang telur

berwarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200

butir/ekor/tahun), efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk

telur, dan tidak memiliki sifat mengeram (Suprijatna dkk, 2005)

Produksi ayam dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain bangsa

dan strain ayam yang digunakan, kondisi lingkungan dan manajemen

pakan (Bell dan Beaver, 2002; dikutip dalam Al Nasser et al., 2005).

Macam-macam strain ayam petelur yang dikembangkan antara lain

Lohmann, Hy-Line W-36 dan W-98, Hy-Line Brown, ISA White dan ISA

4
Brown. Strain ayam petelur  berwarna coklat memiliki performa yang lebih

unggul daripada strain ayam petelur berwarna putih. Persentase

cangkang pada ISA Brown lebih besar daripada ISA White, selain itu

bobot telur, egg mass dan efisiensi pakannya juga lebih baik (Grobas et

al., 2001; dikutip dalam Al Nasser et al., 2005).

B. Manajemen Perkandangan

Kandang adalah tempat ternak beristirahat dan berteduh dari panas

dan hujan. Kandang merupakan salah satu sarana dan modal tetap yang

utama di dalam pemeliharaan ayam secara modern. Kandang merupakan

unsur penting dalam usaha peternakan ayam. Kandang digunakan mulai

dari awal hingga masa berproduksi.

Kandang yang dibangun harus memperhatikan beberapa aspek,

diantaranya yaitu jarak kandang dengan pemukiman warga, struktur atau

desain kandang yang ideal, luas kandang dengan kapasitas yang ideal,

adanya sirkulasi yang baik, suhu yang sesuai, adanya sanitasi yang baik

untuk ternaknya, jarak dengan sumber air, pakan pemasaran, dan bahan

kandang yang dipakai sesuai dengan keamanan ternak tersebut

(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Sistem perkandangan ayam petelur dapat berupa litter dan cage.

Sistem litter menggunakan alas berupa sekam, serbuk gergaji, atau bahan

lainnya. Sistem cage dapat berupa single bird cage (diisi satu ekor ayam,

5
disebut juga kandang tipe baterai), multiple bird cage (diisi 2 ekor ayam

atau lebih, tidak lebih dari 8 – 10 ekor), dan colony cage (diisi 20 – 30 ekor

ayam). Lebar bangunan kandang untuk ayam petelur saat fase layer

sebaiknya sekitar 8 m apabila tipe kandang terbuka, jika lebar kandang

12m maka perlu dilengkapi dengan ridge ventilation. Jika ventilasi kurang

baik, amoniak dari ekskreta akan mejadi racun bagi ayam, menimbulkan

gangguan pernafasan, penurunan produksi, dan penyakit cacing untuk

ayam yang dipelihara di kandang litter. Pemberian cahaya sebaiknya 14

jam per hari, yaitu kombinasi antara cahaya matahari dan cahaya lampu

sebagai tambahan, tujuannya untuk meningkatkan produksi telur,

mempercepat dewasa kelamin, mengurangi sifat mengeram, dan

memperlambat molting (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Suhu optimal

untuk pemeliharaan ayam petelur strain Hy-Line Brown fase layer yaitu 18

– 27%, dengan batas kelembaban 40 – 60%. Intensitas cahaya sekitar 20

lux. Sistem kandang dapat berupa litter (kepadatan maksimum 8 ekor/m 2),

slat (kepadatan maksimum 10 ekor/m 2) atau kombinasi litter-slat

(kepadatan maksimum 9 ekor/m 2). Sarang untuk bertelur berbentuk boks,

satu sarang dengan ukuran 30 x 40 x 50 cm dapat digunakan maksimum

6
untuk delapan ekor ayam. Sarang tidak diperlukan untuk kandang

sistem cage (Hy-Line International, 2010).

Cage dapat dibuat bertingkat hingga tiga deck atau

lebih. Deck disusun membentuk frame A agar ekskreta ayam

dari deck atas langsung jatuh ke lantai atau tempat penampungan

ekskreta dan tidak jatuh ke deck di bawahnya. Partisi untuk cage dapat

berupa solid (tertutup) atau wire. Partisi yang berbentuk wire berfungsi

untuk mengoptimalkan pertukaran udara di dalam cage. Cage untuk ayam

petelur dapat terbuat dari berbagai bahan seperti logam, plastik, kayu,

atau bambu (Lelystad, 2004). Lantai cage dibuat agak miring agar telur

dapat menggelinding ke tepi tempat telur sehingga memudahkan proses

pengambilannya (Hy-Line International, 2010).

Atap kandang hendaknya tidak terbuat dari seng atau bahan lain yang

dapat menimbulkan panas dalam ruangan, lebih praktis jika atap terbuat

dari genting dan tidak dianjurkan pembuatan kandang terlalu pendek

karena dapat menyebabkan panas dalam ruangan (Malik, 2001). Ada

beberapa bentuk model atap pada kandang yaitu:

1. Bentuk atap monitor

Bentuk atap monitor memungkinkan terjadinya pertukaran

udara lebih banyak antara luar kandang dan di dalam kandang,

7
sehingga kesegaran di dalam kandang tetap terjaga karena

terdapat dua ventilasi yang terletak di samping kiri dan kanan di

atas atap. Atap jenis ini dipergunakan apabila ukuran kandang

cukup luas atau lebar kandang lebih dari 3,5 meter dan jumlah

unggas yang dipelihara banyak. Jenis ini sangat bagus terutama

bila dikaitkan dengan fungsinya membantu sirkulasi udara

kandang.

2. Bentuk atap semi monitor

Bentuk atap semi monitor memungkinkan terjadinya sirkulasi

udara secara lancar dan atap semi monitor hanya terdapat satu

ventilasi dan satu baris atap. Atap semi monitor merupakan

gabungan dari jenis atap monitor dan gable, umumnya di

pergunakan untuk memelihara unggas dalam jumlah sedikit.

3. Bentuk atap gable

Bentuk atap gable ini dipergunakan untuk ukuran kandang

yang kecil dan jumlah pemeliharaan unggas yang sedikit. Kandang

dengan ukuran lebar lebih dari 4 meter tidak cocok menggunakan

atap jenis ini.

C. Manajemen Pakan

Pakan merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan, hewan, taupun bahan lain yang diberikan kepada ternak.

Pakan tersebut diberikan kepada ayam dalam bentuk ransum. Ransum

dibuat dari beberapa bahan baku makanan dari berbagai sumber, yang

8
disusun dengan cara tertentu, kandungan nutrisinya dusesuaikan dengan

kebutuhan ayam. Kandungan nutrisi ayam starter misalnya, berbeda

dengan kandungan nutrisi ransum ayam remaja, demikian pula ransum

ayam remaja berbeda dengan ransum ayam dewasa yang tengah

berproduksi (Sudarmono, 2003)

Ayam petelur membutuhkan sejumlah unsur gizi untuk hidupnya,

misalnya bernapas, peredaran darah, dan bergerak. Di samping itu, unsur

gizi juga dibutuhkan untuk produksi telur. Kebutuhan yang pertama

disebut kebutuhan pokok yang kedua untuk produksi. Untuk hidup pokok

dan produksi, ayam membutuhkan protein, energi, vitamin, dan mineral.

Bila diperici lagi, sejumlah asam amino juga dibutuhkan yang terkait

dengan protein, juga air yang terkait dalam mineral. Semuanya itu harus

ada dalam ransum dan dalam jumlah yang proporsional, tidak lebih dan

tidak kurang (Rasyaf, 2007). Persyaratan mutu konsentrat ayam ras

petelur sesuai dengan Tabel 1.

9
Tabel 1. Persyaratan mutu konsentrat ayam ras petelur

Parameter Persyaratan
Kadar air (maks) % 14,0
Protein kasar (min) % 30,0
Lemak kasar (maks) % 5,0
Serat kasar (maks) % 8,0
Abu (maks) % 35,0
Kalsium % 9,0 – 12,0
Fosfor (P) total % 1,0 – 2,0
Fosfor (P) tersedia (min) % 0,60
Aflatoksin (maks) µg/kg 50,0
Energi metabolis (min) Kkal/kg 1800
Asam amino:
          Lisin (min) % 1,7
          Mrtionin (min) % 0,8
          Metionin + sistin (min) % 1,1
          Triptofan (min) % 0,29

(Sumber: SNI, 2009)

Bentuk pakan seperti campuran crumble dan mash umum

digunakan dalam ransum hasil formulasi sendiri dan relatif lebih ekonomis.

Ayam harus distimulasi untuk mengonsumsi pakan, salah satunya dengan

memberikan biji-bijian setengah hancur, misalnya jagung. Pakan di dalam

tempat pakan diusahakan selalu kering dan diganti dengan yang baru

setiap hari untuk mencegah timbulnya jamur (Shirt, 2010).

D. Biosekuriti

Biosekuriti adalah suatu tindakan untuk menghindari kontak antara

hewan dan mikroorganisme dan merupakan pintu pertahanan pertama

dalam upaya pengendalian penyebaran suatu penyakit. Penerapan

10
biosekuriti sangat diperlukan mulai pada awal pemeliharaan unggas di

kandang sampai pada saat penjualan di pasar.

Beberapa hal yang harus dipedomani terhadap prinsip biosekuriti

yang tepat adalah sebagai berikut:

1. Setiap kendaraan pengangkut unggas yang masuk dan keluar

kandang atau tempat penampungan unggas harus di desinfektan

2. Setiap unggas yang datang harus dilengkapi dengan surat

keterangan kesehatan hewan (SKKH) yang dibuat oleh dokter

hewan berwenang di daerah asal unggas

3. Setiap unggas yang datang harus mendapat pemeriksaan

antemortem oleh petugas di bawah pengawasan dokter hewan

yang berwenang

4. Hasil pemeriksaan kesehatan unggas yang datang wajib

didokumentasikan dan dilaporkan secara berkala setiap bulan

kepada dokter hewan berwenang

5. Setiap kandang dilengkapi dengan peralatan makan dan minum

khusus

6. Tidak mencampurkan unggas yang baru datang dengan yang

lama;

7. Membersihkan kandang atau penampungan unggas dari limbah

padat unggas

11
8. Melakukan pengosongan kandang atau penampungan unggas

satu hari dalam dua minggu untuk proses pembersihan dan

desinfektan

9. Mencegah masuknya kucing, anjing, burung liar dan hewan

pengganggu lainnya dalam kandang atau penampungan unggas

10. Menempatkan unggas yang sakit di dalam kandang tersendiri

11. Setiap unggas yang mati harus segera dimusnahkan dengan cara

membakar (Akhirany, 2010).

Program biosekuriti yaitu upaya untuk menjadikan suatu kawasan

peternakan terbebas dari bibit penyakit (mikroorganisme pathogen) dari

reservoir atau vektor pembawanya. Pintu gerbang suatu peternakan

adalah tempat pertama bagi orang yang mau masuk ke areal atau

komplek peternakan dan merupakan titik awal keberhasilan suatu

peternakan terbebas dari wabah atau serangan penyakit. Biosekuriti

mengkondisikan setiap orang maupun kendaraan tidak sembarangan

keluar masuk farm dan pintu selalu dijaga ketat oleh petugas. Program ini

adalah program yang paling sering digunakan dalam mencegah timbulnya

penyakit di suatu kawasan peternakan.

Menjaga kebersihan kandang merupakan satu langkah strategis

mengurangi populasi bibit penyakit di sekitar ayam, karakteristik yang

paling menonjol dari bibit penyakit adalah menyukai tempat-tempat yang

kotor, sehingga jika peternak berkeinginan memberantas bibit penyakit,

harus menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar, dapat

12
dilakukan dengan program sanitasi secara rutin dan pembersihan pakan

dan minum setiap hari untuk mencegah penyakit (Abidin, 2004).

Program sanitasi merupakan tindakan pembersihan dan pencucian

kandang dan peralatan secara teratur. Pencucian ini menggunakan

desinfektandengan cara penyemprotan keseluruh kandang dan peralatan.

Penyakit pada ayam dapat mengakibatkan penurunan produksi telur

(Abidin, 2004).

Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan dua cara, cara

pertama adalah melalui tata laksana harian dan yang kedua melalui

vaksin. Keduannya digunakan bersama dan saling mendukung satu sama

yang lain. Pencegahan dengan tata laksana harian pada prinsipnya

adalah menciptakan suasana yang bersih dan nyaman di peternakan.

Pencegahan penyakit virus dilakukan dengan cara vaksinasi (Rasyaf,

2007).

Penyakit yang sering menyerang ayam petelur berdasarkan

penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi 6 yaitu penyakit yang

disebabkan oleh bakteri seperti kolera, coryza, types, pullorum. Penyakit

yang disebabkan oleh virus, seperti HCD, bronchitis, cacar, leukosis,

CRD. Penyakit yang disebabkan oleh jamur, seperti aspergillos, favus,

mycosis. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa, seperti coccidiosis.

Penyakit yang disebabkan oleh parasit, seperti kuku dan cacing. Penyakit

13
yang disebabkan oleh kekurangan salah satu unsur makanan (defisiensi)

seperti penyakit dermatitis, perosis dan lain-lain (Rasyaf, 2007).

E. Manajemen Penanganan Telur

Penanganan telur meliputi pengamilan telur, seleksi telur,

pengumpulan, fumigasi telur. Pengambilan telur merupakan fungsi

produksi telur, semakin tinggi produksi  telur maka semakin tinggi pula

frekuensi pengambialan telur (Rasyaf, 2007). Telur di dalam kandang

hendaknya segera diambil dari kandang,  karena dikawatirkan akan

dipatuk oleh ayam sehingga telur akan retak dan bila dibiarkan terlalu

lama ada kemungkinan mikroba akan mudah masuk kedalam telur

sehingga telur akan mudah busuk (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Untuk mengurangi kerusakan isi telur oleh ulah bakteri dari mikroba

lainnya, telur harus cepat-cepat dikeluarkan dari kandang. Dalam satu hari

harus dilakukan pengumpulan telur paling sedikit 3 kali. Ayam umumnya

bertelur pada pagi hari dan bila terlambat hanya sedikit dalam banyak

kasus sekitar tengah hari. Dalam kasus ini, pengambilan terbanyak dan

memerlukan banyak tenaga. Bila ayam sedang mencapai puncak

produksi, telur diambil 4 kali sehari dimulai pukul 09.00-10.00 pagi.

Semakin cepat telur dikeluarkan dari kandang akan semakin baik

pengaruhnya untuk mencegah pencemaran bakteri (Rasyaf, 2007).

Telur abnormal tetapi bersih masih dapat dimanfaatkan, tetapi

jangan dijual ke luar peternakan. Telur yang abnormmal ini masih dapat

14
dimanfaatkan untuk pegawai kandang. Telur yang abnormal dan kotor ini

umumnya sedikit, batas toleransinya 2% dari produksi total. Telur yang

normal dapat langsung dikirimkan. Fumigasi juga tidak diperlukan. Dalam

temperatur ruang, telur segar ini dapat bertahan 2-3 minggu sejak

dikeluarkan dari kandang. Di dalam lemari es, telur dapat bertahan selama

2 bulan (Rasyaf, 2007).

F. Evaluasi Produksi Ayam Petelur

Memproduksi telur adalah upaya memadukan sumber daya terpilih

agar menghasilkan telur melalui suatu teknik berternak yang telah

ditentukan (Rasyaf, 2007). Faktor yang memengaruhi produksi telur

antara lain bibit, konsumsi pakan, lama pencahayaan, penyakit,

lingkungan dan manajemen pemeliharaan (Sudaryani dan Santoso, 2002).

Nilai standar produktivitas ayam telah ditentukan oleh perusahaan

pembibit (breeder). Standar tersebut meliputi Hen Day Production (HDP),

berat telur, lama produksi, konversi ransum, kekebalan dan daya hidup

serta pertumbuhan. Pencapaian performa tersebut tergantung dari

manajemen pemeliharaan yang diterapkan oleh masing-masing peternak.

Hen housed production merupakan ukuran produksi telur yang

didasarkan pada jumlah ayam mula-mula yang dimasukkan ke dalam

kandang (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Hen day production (HDP)

dihitung dari jumlah produksi telur hari itu dibagi dengan jumlah ayam

produktif hari itu dikalikan 100% (North, 1984; dikutip dalam Kabir dan

15
Haque, 2010). Semakin lama periode bertelur, semakin rendah HDP

(Mussawar et al., 2004).

Feed Convertion Ratio (FCR) atau konversi pakan merupakan

perbandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan

sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram

telur. Ayam petelur yang baik akan makan sejumlah ransum dan

menghasilkan telur yang lebih banyak daripada sejumlah ransum yang

dimakannya (Bappenas, 2010). Feed Convertion Ratio ayam layer

umumnya sebesar 2,33 ± 0,04 (Mussawar et al., 2004).

Massa telur merupakan hasil perkalian antara persentase produksi

telur harian dengan berat telur yang menunjukan tingkat efesiensi dari

produksi untuk tiap hari.  Nilai massa telur tergantung dari persentase

HDP dan berat telur.

Apabila produksi telur meningkat maka massa telur meningkat pula

sebaliknya produksi telur turun maka massa telur juga turun menurut

(Kartasudjana, 2006 ; Rasyaf, 2008). Amrullah (2004) yang menjelaskan

bahwa penggunaan massa telur dibandingkan jumlah telur merupakan

cara menyatakan perbandingan kemampuan produksi antar kelompok

atau galur unggas oleh akibat pemberian makanan dan program

pengelolaan yang lebih baik.

16
III. METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat

Waktu kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I mahasiswa jurusan

penyuluhan peternakan dan kesejahteraan hewan Semester IV Tahun

2019 dimulai pada bulan Juni sampai bulan Juli 2019 di Peternakan Ayam

Petelur Dinamika, Kecamatan Panjarijang, Kabupaten Sidrap, Provinsi

Sulawesi Selatan.

B. Materi Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan mencakup kegiatan pemeliharaan ayam

petelur dari fase starter, grower, dan layer dilaksanakan di lokasi PKL I,

antara lain:

1. Persiapan Kandang
2. Pemberian pakan
3. Pemberian air minum
4. Sanitasi kandang
5. Pengambilan telur
6. Recording
7. Pemberian vaksin dan vitamin

Laporan ini akan membahas tentang manajemen perkandangan

yang ada di Peternakan Ayam Petelur Dinamika. Manajemen

perkandangan meliputi persiapan kandang, tipe kandang berdasarkan

kegunaan, tipe kandang berdasarkan lantai dan tipe kandang berdasarkan

atap.

17
C. Prosedur Pelaksanaan

Mahasiswa semester IV, bertugas sebagai peserta Praktik Kerja

Lapangan (PKL) I meliputi:

1. Sebelum ke lapangan, mahasiswa terlebih dahulu diwajibkan

mengikuti kegiatan pembekalan yang dilaksanakan oleh panitia di

Polbangtan Gowa

2. Menyusun rencana kegiatan dalam bentuk proposal secara individu

dan dikonsultasikan bersama pembimbing.

3. Menetap disekitar lokasi PKL

4. Selama melaksanakan kegiatan PKL I, mahasiswa wajib membuat

jurnal harian, melengkapi bukti fisik kegiatan dan dokumentasi

seluruh kegiatan PKL I

5. Melakukan konsultasi dengan pembimbing

6. Membuat laporan PKL secara individu

7. Melaporkan kegiatan kepada pembimbing internal dan eksternal

8. Mengikuti ujian PKL I di lokasi

18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Praktek kerja lapangan (PKL) I pada tanggal 13 Juni-20 Juli 2019

dilaksanakan di Peternakan Ayam Petelur Dinamika Kecamatan Panca

Rijang, Kabupaten Sidrap. Kegiatan yang dilakukan adalah mengenai

manajemen perkandangan.

Manajemen perkandangan di Peternakan Ayam Petelur Dinamika

meliputi persiapan kandang brooder (indukan), tipe kandang berdasarkan

kegunaan, tipe kandang berdasarkan lantai, dan tipe kandang

berdasarkan atap. Tipe kandang berdasarkan kegunaan dibagi menjadi 3

yaitu kandang brooder (indukan), kandang grower, dan kandang layer.

Tipe kandang berdasarkan lantai terbagi menjadi lantai renggang dan

lantai rapat.

B. Pembahasan

1. Persiapan Kandang

Persiapan kandang bertujuan untuk menyiapkan kandang sebagai

tempat tinggal ternak agar ternak dapat hidup dengan nyaman, bebas

dari gangguan predator dan patogen yang dapat menyebabkan ternak

sakit. Persiapan kandang meliput kegiatan sanitasi kandang, tempat

makan dan minum dan lingkungan sekitar kandang. Kegiatan yang lain

19
adalah menaburkan sekam dibawah sarang ayam petelur setelah

pembersihan kandang dilakukan.

Gambar 1. Pembuatan brooder

2. Tipe Kandang Berdasarkan Fungsi

Jenis kandang yang digunakan di peternakan ayam petelur

dinamika dibagi menjadi tiga macam yaitu:

1. Kandang indukan (brooder) digunakan untuk memelihara ayam umur

0-3 minggu. Kandang dilengkapi dengan alat pemanas sebagai

penghangat menggantikan fungsi indukan ayam.

Gambar 2. Kandang Brooder

2. Kandang grower/pullet digunakan untuk membesarkan ayam umur 4-

18 minggu. Biasanya berbentuk kandang lantai litter. Perbedaan

20
kandang grower dan kandang layer di Peternakan Ayam Petelur

Dinamika adalah tidak terdapat tempat penampungan telur pada

kandang grower.

Gambar 3. Kandang grower

3. Kandang layer digunakan untuk memelihara ayam petelur umur 18

minggu sampai afkir biasanya menggunakan kandang sangkar, cage

atau baterai. Kandang layer ini dilengkapi tempat pakan dan tempat

minum, tempat penampungan telur serta penerangan seperlunya.

Kandang baterai adalah sangkar segi tempat yang disusun secara

berderet memanjang dan bertingkat dua atau lebih yang

menggunakan alas berlubang atau kawat. Kandang baterai berbentuk

kotak yang bersambung dengan satu yang lain terbuat dari kayu,

bambu dan kawat. Masing- masing kotak berukuran lebar 40 sampai

45 cm, panjang 40 cm, dan tinggi 40 cm, berisi 2 ekor ayam. Lantai

kandang baterai letaknya agak miring ke salah satu sisi sekitar 6-7

cm.

21
Gambar 4. Kandang layer

3. Tipe Kandang Berdasarkan Lantai

Tipe lantai kandang yang digunakan di Peternakan Ayam Petelur

Dinamika adalah kandang sistem litter dan slatt floor system. Kandang

sistem litter, yaitu kandang yang menggunakan alas penutup lantai

untuk menyerap kotoran agar lantai tidak lembab dan basah serta

proses dekomposisi kotoran ayam berlangsung sempurna. Untuk litter,

dapat menggunakan bahan organik yang bersifat menyerap air.

Contohnya, serbuk gergaji, sekam padi potongan jerami kering,

potongan rumput kering, atau tongkol jagung yang dihaluskan. Bahan

tersebut dapat dicampur dengan bahan lain, seperti kapur dan super

fosfat. Ketebalan litter pada pemeliharaan anak ayam awalnya hanya

sekitar 5-8 cm. Secara bertahap, litter ditambah sampai mencapai

maksimal 10-13 cm. Untuk ayam dewasa, ketebalan awal 10-13 cm

dan secara bertahap ditambah sampai ketebalan 20-23 cm. Di

Peternakan Ayam Petelur Dinamika lantai tipe ini digunakan untuk

ayam DOC. Alas nya menggunakan sekam padi dan rutin diganti jika

sekam sudah basah dan mengandung banyak feses.

22
Slatt floor system adalah lantai kandang yang menggunakan

bahan berupa bilah-bilah yang disusun memanjang sehingga lantai

kandang bercelah-celah. Bahan yang digunakan berupa bilah kayu,

logam bambu, atau plastik. Lebar celah adalah 2,5 cm dan lebar bilah

2,5 cm dengan ketebalan 2,5 cm. Panjangnya disesuaikan dengan

kebutuhan (Suprijatna dkk, 2005).

4. Tipe Kandang Berdasarkan Atap

Atap kandang hendaknya tidak terbuat dari seng atau bahan lain

yang dapat menimbulkan panas dalam ruangan, lebih praktis jika atap

terbuat dari genting dan tidak dianjurkan pembuatan kandang terlalu

pendek karena dapat menyebabkan panas dalam ruangan (Malik,

2001). Ada beberapa bentuk model atap pada kandang yaitu: model

atap monitor, model atap semi monitor, model atap shade, model atap

gable.

Tipe atap kandang yang ada di Peternakan Ayam Petelur

Dinamika adalah bentuk atap monitor. Bentuk atap monitor

memungkinkan terjadinya pertukaran udara lebih banyak antara luar

kandang dan di dalam kandang, sehingga kesegaran di dalam kandang

tetap terjaga karena terdapat dua ventilasi yang terletak di samping kiri

dan kanan di atas atap. Atap jenis ini dipergunakan apabila ukuran

kandang cukup luas atau lebar kandang lebih dari 3,5 meter dan jumlah

unggas yang dipelihara banyak. Jenis ini sangat bagus terutama bila

dikaitkan dengan fungsinya membantu sirkulasi udara kandang.

23
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Melalui kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) saya dapat

mengetahui berbagai macam pengetahuan tentang manajemen

perkandangan ayam petelur terkhusus di Peternakan Ayam Petelur

Dinamika. Manajemen perkandangan di Peternakan Ayam Petelur

Dinamika meliputi persiapan kandang brooder (indukan). Tipe kandang

yang digunakan di Peternakan Ayam Petelur Dinamika adalah Tipe

kandang brooder, tipe kandang grower, dan tipe kandang layer. Tipe lantai

kandang yang digunakan adalah tipe kandang renggang dengan sistem

slat flor system. Tipe atap kandang yangdigunakan adalah tipe atap

monitor.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat disarankan kepada

peternakan dinamika

a. Setiap pekerja harus mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi

sehingga setiap pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik.

b. Terus tingkatkan cara pembimbingan dan pemberian materi kepada

setiap peserta PKL agar penerimaan materi dan praktek dapat diserap

dan dilakukan oleh peserta PKL

24
c. Membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) perusahaan agar

dapat dijadikan pedoman bagi karyawan dan peserta PKL dalam

melaksanakan kegiatan.

d. Lengkapi peternakan dengan program sanitasi yang baik agar resiko

munculnya penyakit dapat ditekan.

e. Manfaatkan limbah hasil peternakan untuk menambah penghasilan

perusahaan.

f. Melakukan pembaharuan terhadap kandang dan alat-alat peternakan

yang mulai rusak

g. Perhatikan fasilitas penunjang bagi karyawan dan peserta PKL

h. Jadikan perusahaan peternakan dinamika sebagai peternakan yang

bersih, indah dan jauh dari kata jorok

25
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2004. Meningkatkan Produksi Ayam Ras Petelur. Agromedia


Pustaka, Jakarta.
Akhirany, Nunung. 2010. Pedoman Pengawasan Biosecurity dan Higiene
Terhadap Produk Unggas. http://disnaksulsel.info/Pedoman-
Pengawasan-Biosecurity-dan-Higiene-Terhadap-Produk-Unggas
diakses : 2 Juni 2012.
Al Nasser, A., A. Al Saffar, M. Mashaly, H. Al Khalaifa, F. Khalil, M. Al
Baho, dan A. Al Haddad. 2005. A comparative study on production
efficiency of brown and white pullet. Bulletin of Kuwait Institute for
Scientific Research 
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Penerbit Lembaga Satu
Gunungbudi, Bogor.
Bappenas. 2010. Beternak Ayam Petelur. http://www.ristek.go.id. Diakses
tanggal 5 Mei 2010.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2001. Peraturan Menteri Pertanian
tentang Peternakan Ayam Broiler dan Petelur. http://deptan.go.id.
[Diakses tanggal 29 Juni 2019].
Hy-Line International. 2010. Hy-Line Brown Intensive Systems
Performance Standar. http://www.Hyline.com/redbook/performance.
[Diakses tanggal 6 Mei 2019].
Kabir, F. dan M.T. Haque. 2010. Study on production performance of ISA
Brown strain at Krishibid Firm, Ltd., Trishal, Mymensingh.
BangladeshResearch Publications Journal 3 
Kartasudjana, R. Atmomarsono, U. dan E. Suprijatna. 2005. Ilmu Dasar
Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Lelystad, P.V. 2004. Welfare aspects of various systems for keeping
laying hens. The EFSA Journal
Malik, A. 2001. Buku Ajar Manajemen Ternak Unggas. UMM, Malang.

26
Mussawar, S., T.M. Durrani, K. Munir, Z. ul-Haq, M.T. Rahman and K.
Sarbiland. 2004. Status of layer farms in Peshawardivision,
Pakistan. Livestock Research for Rural Development   
Rasyaf, Muhammad. 2007. Beternak Ayam Petelur. Cetakan XXI.
Penebar Swadaya, Jakarta
Shirt,  V.  2010.  How to Feed Chickens Part 2. http://www.poultry.allot
reatment.org.uk/keepingchickens/feeding-chickens_2.php.
[Diakses tanggal 4 Juni 2019]
Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta
Sudaryani, T dan H. Santosa. 2000. Pembibitan Ayam Ras. Cetakan V.
Penebar Swadaya, Jakarta.

27
LAMPIRAN

Lampiran 1. Format Jurnal Harian Kegiatan PKL I


JURNAL HARIAN KEGIATAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA

Nama : Aulya Mushannifina


NIRM : 10.2.5.17.1366
Lokasi PKL : Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten Sidrap, Provinsi
Sulawesi Selatan

Paraf
No. Hari/Tanggal Uraian Kegiatan Pembimbing
Eksternal

28
Lampiran 2. Format Lembar Konsultasi

LEMBAR KONSULTASI
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA
TAHUN2019

NAMA : Aulya Mushannifina


NIRM : 10.2.5.17.1366
LOKASI PKL : Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten
Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan.
PEMBIMBING INTERNAL : 1. Dr. Mufidah Muis, SP., M,Si
2. Drs. Aminuddin Saade, M.Si
PEMBIMBING EKSTERNAL :

No. Tanggal Materi Saran Paraf


Pembimbing Pembimbing
Bimbingan

Lampiran 3. Surat Keterangan Pelaksanaan Kegiatan

29
SURAT KETERANGAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I
MAHASISWA JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN) GOWA

Penyelenggara kegiatan .............................................................


Menerangkan bahwa mahasiswa Polbangtan Gowa di bawah ini :

Nama : Aulya Mushannifina


NIRM : 10.2.5.17.1366
Jurusan : Penyuluhan Peternakan

Telah melaksanakan kegiatan .....................................................................


Selama ........................... jam, pada tanggal .............................. bertempat
di ..............................................

…………….Tanggal …………….. 2019

Mengetahui,

Pembimbing Ekstern, Penyelenggara Kegiatan,

(……………………………) (………………………………)

Lampiran 4. Jadwal Pelaksanaan PKL I

30
Waktu

No Kegiatan April Mei Juni Juli

IV I II III IV I II III IV I II III IV

Pembekalan dan Penyusunan


1.
Proposal

2. Pelepasan Mahasiswa PKL I

3. Identifikasi Wilayah PKL I

4. Pelaksaan PKL I

5. Pengakhiran kegiatan PKL I

6. Konsultasi dan Perbaikan Laporan

7. Ujian PKL I

8. Penyerahan Laporan ke Jurusan

31

Anda mungkin juga menyukai