Anda di halaman 1dari 8

MODUL PEMBIBITAN TERNAK AYAM

I. Pembibitan

Pembibitan ayam broiler dimulai dari Great grand parents stock, Grand parents

stock, Parents stok, dan Final stock. Great grand parents stock adalah jenis ayam hasil

persilangan dan seleksi dari berbagai kelas, bangsa, atau varietas yang dilakukan oleh

pembibit dan untuk membentuk Grand parents stock yang dihasilkan dari persilangan galur

murni (pure line). Grand parents stock adalah jenis ayam yang digunakan untuk

menghasilkan Parents stock. Parents stok adalah jenis ayam yang dipelihara untuk

menghasilkan Final stock. Final stock adalah ayam yang dipelihara khusus dengan tujuan

untuk menghasilkan telur melalui berbagai persilangan dan seleksi (Anggorodi, 1984).

Pembibitan merupakan suatu kegiatan pemeliharaan ternak untuk menghasilkan bibit induk

atau bibit sebar. Bibit ayam yang digunakan dalam pemeliharaan ayam pembibit biasanya

adalah bibit ayam ras niaga (Kuri/DOC) yaitu anak ayam umur 1 hari. Penyediaan bibit untuk

pembibitan baik dari dalam maupun luar negeri harus memenuhi syarat yang telah ditentukan

oleh pihak-pihak yang berwenang. Persyaratannya adalah ayam bibit harus berasal dari ayam

yang sehat, dibuktikan dengan keterangan asal DOC dari pejabat berwenang dan memenuhi

ketentuan kesehatan hewan dari dokter hewan yang berwenang serta bebas dari penyakit

unggas yang menular (Permentan, 2011). Persyaratan mutu DOC ayam pedaging yaitu (1)

memiliki berat minimal 35 gram/ekor; (2) kondisi fisik sehat, kaki normal, dan dapat berdiri

tegak tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, dubur kering tidak basah, tidak ada kelainan

bentuk dan tidak cacat fisik; (3) warna bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan

kondisi bulu kering; dan (4) jaminan kematian DOC maksimal 2% (Permentan, 2014).

                                                                              
II. Sistem Pemeliharaan Ayam Pembibit

            Managemen pemeliharaan ayam tipe petelur dibagi menjadi 3 periode berdasarkan

umurnya yaitu periode starter, grower dan layer. Ayam pada periode starter sampai grower

merupakan waktu yang signifikan pengaruhnya terhadap produksi telur. Masa awal atau

periode starter merupakan fase penting yang harus diperhatikan dalam menjamin

pertumbuhan seluruh organ vital dalam tubuh ayam, jika terhambat maka pertumbuhan pada

umur berikutnya akan terhambat (Nugroho et al., 2012). Sitem pemeliharaan ayam pembibit

fase starter yaitu dimulai dari umur 1 hari sampai umur 28 hari (4 minggu). Anak ayam

(DOC) pada fase ini membutuhkan kondisi yang hangat supaya ayam merasa nyaman

sehingga untuk mengatur temperatur yang nyaman untuk anak ayam tersebut digunakan alat

pemanas buatan (brooding system) (Permentan, 2011).

III. Pakan

Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran bahan pakan, baik yang diolah

maupun tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi,

dan berkembangbiak. Pakan diberikan sesuai dengan jumlah dan kebutuhan nutrisi ternak

berdasarkan umur atau periode pertumbuhan (Permentan, 2014). Asupan nutrisi yang yang

diberikan harus cukup dan memiliki kualitas pakan yang baik agar produksi telur yang

dihasilkan optimal dan sumber utamanya dari pakan yang diberikan. Penambahan feed

additive juga dapat melengkapi kandungan nutrisi mikro, seperti vitamin, mineral maupun

asam amino (Nugroho et al., 2012).

Konsumsi pakan dapat mempengaruhi peningkatan pertambahan bobot badan yaitu

semakin tinggi tingkat konsumsi pakan maka tinggi pula pertumbuhan bobot badannya,
karena salah satu fungsi pakan dalam tubuh ayam selain untuk kebutuhan hidup pokok juga

untuk pertumbuhan (Wijayanti et al., 2011).

Ransum untuk ayam pembibit yang diberikan biasanya ransum yang mengandung

protein 15% dan energi metabolis 2.900 kkal/kg. Cara pemberian ransum untuk ayam

pembibit tidak diberikan ad libitum tetapi dengan cara terbatas (restricted feeding) yaitu

pemberian pakan dengan sistem jatah dan disertai dengan puasa, tidak diberikan makan satu

atau dua hari dalam seminggu. Cara ini dilakukan dengan tujuan agar ayam pembibit yang

dipelihara tidak terlalu gemuk. Jika bobot ayam terlalu gemuk dapat menyebabkan banyak

kerugian yaitu produksi menurun, lebih peka terhadap penyakit, mudah terkena cekaman

panas dan mortalitasnya lebih tinggi (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). 

IV. Air Minum

Konsumsi air pada ayam petelur umumnya dipengaruhi oleh umur, temperatur

lingkungan, produksi, konsumsi ransum dan kesehatan ayam. Air minum yang diberikan pada

ayam harus cukup serta baik kualitasnya. Faktor yang mempengaruhi kualitas air minum

adalah bakteri Eschericia coli, pH air, kadar magnesium, kadar nitrat dan nitrit, kadar

sodium/klorida, serta mineral lainnya. Air minum yang baik diberikan pada ayam adalah air

yang bersih dan dingin terutama saat udara panas karena ayam memerlukan persediaan air

yang bersih dan dingin secara optimal untuk pertumbuhan optimum, produksi, dan efisiensi

penggunaan ransum (Risnajati, 2011). Pemberian air minum dilakukan ad libitum bertujuan

agar ayam tidak kekurangan air atau dehidrasi. Penambahan feed supplement yang berupa

obat-obatan dan vitamin serta antibiotik  dilakukan secara rutin. Penambahan vitamin

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mengatasi atau mencegah cekaman panas

serta stress yang diakibatkan oleh hujan lebat atau cuaca yang terlalu panas. Kebersihan

tempat air minum dapat mempengaruhi konsumsi pakan menjadi menurun serta dapat

menimbulkan bibit-bibit penyakit yang mengakibatkan gangguan kesehatan (Nurcholis et al.,


2009). Fungsi kaporit adalah untuk mengoksidasi zat besi atau mangan yang ada di dalam air,

serta untuk membunuh kuman atau bakteri coli (Idaman, 1999). Secara fisiologis, air

memiliki fungsi sebagai media proses kimiawi di dalam tubuh. Air berperan sebagai

pengangkut zat nutrisi dan sisa metabolisme, mempermudah proses pencernaan, pengaturan

suhu tubuh dan melindungi sistem saraf serta melumasi persendian (Tamalluddin, 2012). Bila

menggunakan tempat minum otomatis harus selalu mengecek sistem otomatisnya. Setelah

pemberian obat-obatan, lubang air minum juga harus dicek barangkali terjadi penyumbatan.

Tersumbatnya aliran air akan mengakibatkan macetnya aliran air dan mengakibatkan ayam

dehidrasi Sudaryani dan Santoso (2000).

V. Perkandangan

Kandang terbagi menjadi dua yaitu kandang terbuka (open house) dan kandang

tertutup (close house). Daya tampung kandang terbuka untuk ayam bibit pedaging dewasa 3-

4 ekor/m2 dengan sistem litter atau 4-5 ekor/m2 dengan sistem 2/3 slat. Daya tampung

kandang tertutup untuk ayam bibit pedaging dewasa 4-5 ekor/m 2 dengan sistem litter atau 5-6

ekor/m2 dengan sistem 2/3 slat. Bangunan kandang harus mempunyai ventilasi yang cukup

dan suhu pada siang hari berkisar 26-30ºC dengan kelembaban relatif 70-90%. Peralatan yang

digunakan di kandang umumnya terdiri dari rangkaian kipas (fan) dan atau kombinasi

rangkaian kipas dengan rangkaian sel pendingin (cooling pad). Atap kandang dapat dipasang

ventilator yang berfungsi menghisap udara kotor dari dalam kandang. Bahan bangunan dapat

memberikan kemudahan pemeliharaan, sanitasi dan disinfeksi kandang, serta berlantai kedap

air (Permetan, 2011). Kandang merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan dalam

manajemen pemeliharaan ayam, karena kenyamanan ayam dalam kandang dapat

mempengaruhi produktivitas ayam. Sitem kandang tertutup (closed house) adalah sistem

kandang yang dikontrol secara otomatis oleh sistem elektronika mulai dari sistem pemberian

pakan, pengaturan suhu dan kelembaban kandang. Kandang sistem tertutup atau closed house
memiliki kelebihan sanggup mengeluarkan kelebihan panas, kelebihan uap air, gas-gas yang

berbahaya seperti CO, CO2 dan NH3 yang ada dalam kandang, serta dapat menyediakan

berbagai kebutuhan oksigen bagi ayam. Kandang fase starter pada brooder terdapat heater

yang berfungsi sebagai penghangat atau penjaga suhu ruangan agar tetap nyaman untuk anak

ayam (DOC)  (Prihandanu et al., 2015). Kadar amonia yang  tinggi yang disebabkan karena

penumpukan feses  dalam kandang tidak baik bagi ayam pedaging (Sadarman et al., 2011).

Lantai kandang untuk ayam pembibit biasanya menggunakan sistem litter atau slat dan litter.

Ayam pedaging untuk pembibit jarang menggunakan kandang sistem litter karena dapat

menyebabkan fertilitas yang rendah dan hampir semua ayam yang bertelur di slat telurnya

pecah. Atap kandang dapat dibedakan berdasarkan konstruksinya yaitu atap bentuk jongkok,

atap bentuk A, atap gabungan bentuk A dan jongkok, atap bentuk monitor dan atap bentuk

semi monitor. Kepadatan dalam kandang juga harus diperhatikan dengan disesuaikan dengan

kapasitas kandang. Jumlah ayam yang terlalu padat mengakibatkan ayam mengalami

cekaman atau stress (Suprijatna et al., 2008). Kandang yang lantainya diberi alas (litter) yang

berfungsi untuk menyerap air, agar lantai kandang tidak basah oleh kotoran ayam, karena itu

bahan yang digunakan untuk litter harus mempunyai sifat mudah menyerap air, tidak berdebu

dan tidak basah. Bahan litter yang paling banyak digunakan adalah sekam karena mempunyai

sifat dapat menyerap air, kering, bebas debu dan mempunyai kepadatan yang baik (Muharlien

et al., 2011).  Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah arah kandang,

ukuran kandang, ventilasi kandang, dan sistem alas kandang. Arah kandang sebaiknya

mengarah ke timur atau arah terbitnya matahari. Kandang untuk ayam pembibit broiler

biasanya di dalam kandang diberi jalan di tengah kandang (David, 2013). Pencahayaan saat

fase starter berperan penting dalam proses pertumbuhan melalui pengaturan sekresi hormon

somatotropin. Cahaya yang cukup dan sesuai akan membantu memaksimalkan pertumbuhan

dan pendewasaan ayam. Fungsi cahaya dalam kandang antara lain untuk mengetahui letak
pakan, merangsang unggas untuk selalu dekat dengan sumber panas, mempengaruhi unggas

untuk mengkonsumsi, dan memberi kesempatan untuk makan pada malam hari sehingga feed

intake meningkat (Negara et al., 2013).

VI. Sanitasi dan Biosecurity

Pusat pembibitan ayam harus bebas dari penyakit menular agar dapat menghasilkan

telur tetas yang sehat. Penyakit yang sering menyerang adalah pullorum, mycoplasma

gallisepticum (MG) dan mycoplasma synoviae (MS) (Kartasudjana dan Suprijadna, 2006). 

Sanitasi adalah upaya yang dapat dilakukan  untuk menjaga kesehatan ternak dan manusia.

Desinfeksi adalah tindakan pensucihamaan dengan menggunakan bahan desinfektan yang

bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme. Biosecurity adalah upaya

untuk mencegah masuknya agen penyakit ke induk semang dan untuk menjaga agen penyakit

yang disimpan dan diisolasi dalam suatu laboratorium tidak mengkontaminasi atau tidak

disalahgunakan. Setiap karyawan atau tamu, kendaraan dan peralatan yang akan masuk dan 

keluar lokasi usaha pembibitan harus terlebih dahulu didesinfeksi. Sebelum masuk ke

unit/flock harus melalui ruang sanitasi dengan terlebih dahulu menanggalkan pakaian luar dan

alas kaki dan menempatkan di tempat penyimpanan, kemudian mandi keramas dan memakai

pakaian kerja khusus. Sebelum masuk dan atau keluar kandang harus melalui bak celup kaki

yang telah diberi didesinfektan (Permentan, 2011). Penerapan biosecurity pada seluruh sektor

peternakan bertujuan untuk mengurangi resiko penyebaran mikroorganisme penyebab

penyakit yang mengancam kesehatan ternak. Meskipun biosecurity bukan satu–satunya upaya

pencegahan terhadap serangan penyakit, namun biosecurity merupakan garis pertahanan

terhadap penyakit (Yatmiko, 2008). Setiap memasuki kandang harus melakukan proses

penyemprotan dengan desinfektan kemudian celup kaki dan tangan agar terhindar dari bakteri

Rusianto (2008).
VII. Vaksinasi

Vaksin merupakan mikroorganisme bibit penyakit yang telah dilemahkan atau

dimatikan yang diberikan pada ternak yang dapat merangsang pembentukan zat kebal sesuai

dengan jenis vaksinnya. Vaksinasi merupakan suatu tindakan memasukkan antigen berupa

virus yang telah dilemahkan ke dalam tubuh ayam untuk merangsang pembentukan

kekebalan agar ayam tahan terhadap serangan penyakit. Vaksinasi sebaiknya dilakukan

dengan vaksin aktif dimulai pada umur 1-2 minggu karena kondisi anak ayam (DOC)

memiliki tingkat antibodi yang rendah atau tidak konsisten. Aplikasi vaksinasi pada anak

ayam, biasanya dengan cara tetes mata atau tetes hidung, dan pemberiannya melalui injeksi

bila vaksin yang digunakan inaktif (Attikasari, 2009). Hasil vaksinasi yang protektif terhadap

suatu virus harus diterapkan dengan metode vaksinasi yang tepat. Indikasi vaksinasi yang

baik dievaluasi berdasarkan kemampuan vaksin merangsang pembentukan antibodi. Produksi

antibodi dapat dilakukan melalui teknik imunisasi dengan cara menginjeksikan antigen dan

adjuvant secara subkutan, intramuskular, atau secara oral dalam interval waktu tertentu.

Frekuensi vaksinasi dilakukan dua sampai tiga kali booster dalam interval waktu 4-8 minggu

sebelum masa ayam bertelur (Darmawi dan Hambal, 2011).

VIII. Bobot Badan

Ayam petelur saat masa starter (umur 1 bulan pertama) cukup sulit dalam pencapaian

bobot badan. Kesulitan dalam pencapaian bobot badan tersebut dapat berpengaruh terhadap

pertumbuhan pada periode pemeliharaan berikutnya, efeknya akan berpengaruh pada periode

produksi telur. Ayam yang mengalami masalah pencapaian bobot badan di umur 4-5 minggu

juga akan mengalami masalah yang sama pada umur 16 minggu sehingga mengakibatkan

kemunduran umur awal produksi. Pencapaian bobot badan sesuai standar menjadi salah satu

parameter utama produktivitas ayam. Pertumbuhan dan perkembangan ternak dapat ditunjang

dengan memberikan tambahan suplemen probiotik pada ayam petelur periode starter sampai
grower agar didapatkan performan produksi fase layer yang optimal sesuai standar

potensinya (Nugroho et al., 2012). Pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi oleh suhu

lingkungan atau cekaman panas yang mengakibatkan nafsu makan menurun yang berakibat

pada pertumbuhan bobot badan ayam. Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik

(strain), jenis kelamin, lingkungan, manajemen, kualitas dan kuantitas pakan yang

dikonsumsi. Peningkatan pertambahan bobot badan bebanding lurus dengan meningkatnya

konsumsi pakan yaitu semakin tinggi konsumsi pakan maka meningkat pula bobot badannya,

karena salah satu fungsi pakan dalam tubuh ayam selain untuk kebutuhan hidup pokok juga

untuk pertumbuhan (Wijayanti et al., 2011).

IX. Keseragaman (Uniformity)

Keseragaman ayam minimal yang harus tercapai ialah 80 %, jika tingkat

keseragaman yang dihasilkan rendah maka dapat dipastikan puncak produksi ayam akan sulit

tercapai. Pencapaian target bobot badan dan keseragaman yang baik harus dilakukan sejak

awal DOC (Day Old Chick). Keberhasilan produktivitas ayam petelur dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain: pertumbuhan bobot badan, dan keseragaman (uniformity), 

ukuran kerangka (frame size), nutrisi yang benar, vaksinasi dan pengobatan yang tepat serta

sistem pencahayaan yang sesuai (Nugroho et al., 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat keseragaman ayam dalam satu kandang adalah (1) Penyakit, terutama Coccidiosis dan

penyakit lain yang menyebabkan kerusakan saluran pencernaan; (2) Potong paruh yang

kurang baik, terlalu panjang paruh dipotong atau karena pisau debeaker terlalu panas; (3)

Program pemberian pakan yang kurang baik; (4) Suhu yang dingin (Sudhiana, 2002).

Anda mungkin juga menyukai