PENDAHULUAN
dalamkehidupan. Hal ini berimplikasi pada pola konsumsi makanan yang juga
telahmelembaga sebagai alat untuk berhubungan dengan orang lain. Oleh karena
(Cahyono, 1995)
kondisi ayam yang sehat, tingkat mortalitas yang rendah dan padaakhirnya akan
menghasilkan ayam petelur dengan produksi telur yang tinggi. Bagaimana Cara
dimana ayam petelurnya tidak mampu berproduksi se!ara optimal. Kunci utama untuk
mencapai produksi yang optimal yaitu manajemen yang baik pada fase Starter, layer
(5) Bagaimana proses seleksi, culling dan program force molting pada layer.
(5) Menjelaskan proses seleksi, culling, dan program force molting pada layer.
(6) Menjelasakan tatalaksana pemanenan telur konsumsi.
PEMBAHASAN
Kandang memiliki fungsi yaitu untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran
dan kuantitas hasil peternakan. Pada luas sekitar 1 hektar atau 10.000 m² idealnya
diisi dengan 20.000-25.000 ekor. Kandang pembesaran yang ideal berukuran panjang
40 m dan lebar 5 m. Kandang yang tidak terlalu lebar sangat berguna untuk
kebutuhan ayam dalam hal ini kenyamanannya. Hal ini disebabkan semakin lebar
kandang maka ayam akan sulit mendapatkan udara segar karena sirkulasi atau
pergerakan udara yang lambat. Kandang pada ayam itu diantaranya yaitu kandang
postal dan kandang batteray. Kandang tipe postal dengan luas 200 m², (40 x 5 m)
cukup optimal untuk memelihara pullet sejumlah 1600 ekor hingga berumur 112 hari.
Sedangkan kandang batteray yang berukuran 200 m² bisa diisi dengan pullet sekitar
Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan
kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin
kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan
lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air
permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar
seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan
(1) Nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan;
(2) Kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang, dengan
perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas lantai
dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan dan 30% di kiri).
uji apus di lingkungan. Berikan masa istirahat minimal 2 minggu antara kelompok
unggas. Tempatkan anak ayam di kandang tingkat atas yang biasanya lebih hangat
dan lebih terang. Lakukan pemanasan awal kandang setidaknya 24 jam sebelum
atas kertas (cage paper) 0-3 hari untuk menambah konsumsi pakan. Tempatkan
pakan di depan tempat makan permanen untuk melatih anak ayam untuk bergerak
menuju tempat makan tersebut. Isi jalur tempat pakan otomatis sampai level
tertingginya dan sesuaikan pelindung anak ayam; biarkan anak ayam mengakses
tempat pakan otomatis dari hari pertama. Singkirkan kertas sebelum usia 14 hari
untuk menghindari penumpukan kotoran. Lantai kandang tidak boleh licin atau
miring. Gunakan vitamin dan elektrolit di dalam air minum anak ayam (hindari
(Zulfikar, 2010).
2.2 Starting Management
Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut,
antara lain ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya, pertumbuhan dan
perkembangan normal ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya,
ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken/ayam
umur sehari), anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat, bulu tampak halus
dan penuh serta baik pertumbuhannya, tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya, anak
ayam mempunyak nafsu makan yang baik, ukuran badan normal, ukuran berat badan
antara 35-40 gram, dan tidak ada letakan tinja diduburnya (Zulfikar, 2010).
pertumbuhan dan fase produksi. Pada jenis ayam petelur, yang di maksud dengan fase
starter yaitu dari umur satu hari sampai dengan umur 6 minggu, Cara-cara
pemeliharaan pada anak ayam broiler maupun anak ayam petelur dari umur satu hari
sampai bulunya tumbuh sempurna, umumnya sama. Untuk jelasnya dapat diuraikan
sebagai berikut :
(1) Kandang tempat pemeliharaan harus terpisah dari tempat pemeliharaan ayam
dewasa, agar tidak terjadi penularan penyakit yang mungkin pada ayam dewasa
tidak terlihat tetapi pada anak ayam bisa timbul, bahkan pegawainya juga harus
khusus.
(2) Ransum dan air minum harus tersedia dalam jumlah yang cukup, dijaga agar
tempat ransum/air minum jangan sampai kosong. Pada saat anak ayam
dimasukkan ke tempat pemeliharaan, air minum harus disediakan dan ransum
diberikan setelah tiga jam berikutnya). Ransum bisa ditaburkan diatas box bekas
(3) Temperatur udara sekeliling induk buatan yang sangat baik untuk pertumbuhan
anak-anak ayam adalah 95 0°F (35 0°C) dari mulai umur satu hari sampai dengan
(1) Setelah anak ayam berumur satu minggu, baik pembatas yang berbentuk
lingkaran (chickguard) maupun kertas penutup bahan dasar litter, sudah tidak
anak ayam dan tempat minum diletakkan setinggi leher anak ayam. Tempat
ransum sebaiknya diisi hanya 1/2 sampai 2/3 penuh agar tidak banyak yang
tercecer.
(2) Luas tempat pemeliharaan anak ayam jangan terlalu padat. Sebagai patokan
bertambahnya umur sampai mencapai luas maksimum dan biasanya sudah ada
Pada anak ayam jenis petelur, kalau diperlukan bisa dipotong paruhnya antara
umur 5–8 hari, yaitu untuk mencegah kanibalisme, mencegah pematukan bulu,
mencegah pematukan kloaka dan mengurangi ransum yang tercecer. Paruh yang
dipotong hanya 1/3 paruh bagian atas dan pisau pemotong harus pijar ( panasnya)
Periode grower adalah ayam yang berumur 7 sampai 13 minggu, pada fase ini
kontrol pertumbuhan dan keseragaman perlu dilakukan, hal ini berhubungan dengan
sistem reproduksi dan produksi ayam tersebut. Periode grower secara fisik tidak
mengalami perubahan yang berarti, perubahan hanya dari ukuran tubuhnya yang
semakin bertambah dan bulu yang semakin lengkap serta kelamin sekunder yang
Pada periode grower sistem produksi ayam mulai tumbuh dan sistem hormon
dengan melalui force molting. Fase developer merupakan fase pertumbuhan yang
sudah menurun, sedangkan konsumsi ransum terus bertambah. Sehingga jika ransum
yang diberikan adlibitum maka akan terjadi kegemukan dan pada saat akan
tidak efisien.
Pengelolaan Fase Grower Fase grower pada ayam petelur, terbagi ke dalam
dua kelompok umur yaitu 6 – 14 minggu dan umur 14 – 20 minggu sering disebut
Ayam dipelihara dalam kandang yang sama, sejak ayam dipelihara umur satu
hari sampai akhir bertelur. Kepadatan kandang dapat mempengaruhi
Luas tempat pakan, tempat air minum, luas lantai perelor dipengaruhi oleh tipe
lantai kandang, besar badan ayam, temperatur lingkungan, ventilasi kandang dan
perlengkapan kandang.
Tahap pemeliharaan lebih lanjut yang harus dilakukan untuk mempertahankan
populasi ayam ras petelur, yaitu: 1) pemberian pakan dan minum, bertambahny/a
pengendalian suhu kandang, ayam ras petelur memiliki kebutuhan suhu kandang
dihasilkan per ayam layer yang dipelihara akan semakin baik dan semakin menguntun
1. Pemberian Pakan
a) Jumlah pakan/ayam
jumlah pakan yang diberikan kurang akan berdampak buruk pada jumlah telur yang
dihasilkan.
b) Kandungan serat, proten dan lemak
Zat Makanan Periode Grower
Protein % 17-18
Lemak % 2-3
Serat kasar % 3-3,5
Garam % 0,25
Kalsium % 2-4
Phospor % 0,6
Kalori (Kcal/kg) 2800
ayam menjadi stress. Catatan penting yang harus diperhatikan adalah jangan
mengganti konsentrat secara langsung. Jika hal ini dilakukan akan terjadi penurunan
2. Pencahayaan
gelombang cahaya yang panjang lebih mudah penetrasi memalui kulit dan batok
menjadi lebih tenang, merah mengurangi kanibalisme dan pencabutan bulu oleh ayam
menstimulasi reproduksi.
b) Cahaya
watt tipe pijar (polos, bukan warna susu) adalah mencukupi untuk luasan kandang 16
m2. Penempatannya dengan mengatur jarak antar lampu sejauh4 m dengan ketinggian
2,5- 3 meter.
pembesaran.
produksi.Lama pencahayaan berhubungan dengan umur ayam dan tipe kandang yang
digunakan.
a. DOC memerlukan 21-23 jam penerangan secara terus menerus. Hal ini
Penerangan dapat diturunkan secara bertahap dan menjadi 15-16 jam perhari.
c. Bila berat badan sudah mencukupi atau ayam memasuki usia pre-layer
pencahayaan per hari dan setiap minggunya ditambah 30 menit sampai pencahayaan
3. Bentuk Kandang
Kandang untuk layer adalah kandang terbuka tanpa dinding.
Arah kandangadalah arah Utara ke Selatan agar kandang mendapatkan sinar matahari
pagi dansore. Kandang utama berukuran 5×15 meter dengan tinggi sekitar 3.5 m
kandang baterai adalah 110 cm yang dibagi menjadi 4 ruangan yang sama luas.
Masing-masing kandang baterai dapat memuat maksimal 2 ekor ayam layer yang siap
bertelur.
A. Seleksi
Seleksi dari segi genetik diartikan sebagai suatu tindakan untuk membiarkan
tetua pada generasi selanjutnya jika terdapat dua kekuatan. Kedua kekuatan itu
adalah seleksi alam dan seleksi buatan. Seleksi dalam pemuliaan ternak adalah
memilih ternak yang baik untuk digunakan sebagai bibit yang menghasilkan generasi
yang akan datang. Untuk bidang peternakan, yang diseleksi adalah sifat-sifat terukur
seperti kecepatan pertumbuhan, bobot lahir, produksi susu dan bobot sapih. Sifat-
heritabilitasnya.
Cara menyeleksi ayam petelur yang dilakukan oleh peternak yaitu sebagai
berikut :
1) Memilih ayam yang bermutu tinggi dari suatu kelompok dalam sehari-hari.
danmencari makan.
3) Nafsu makan baik, aktif mencari makan dan tembolok selalu penuh berisi.
beproduksisecara baik
B. Culling
dilihat dari ciri-ciri fisiknya, yang kemungkinan akan berpengaruh pada produksinya.
1) Pra Pemeliharaan
Saat pemilihan bibit sebelum proses pengadangan sebaiknya perlu disisihkan
2) Masa Pertumbuhan
Beberapa unggas yang tumbuh tidak memenuhi standar sesuai dengan umur
sebaiknya disisihkan.
ketika ia akan memasuki usia itu sebaiknya di culling juga. Dengan menyisihkan
ayam yang lambat dewasa kelamin, ayam jantan cenderung betina dan betina seperti
pejantan.
4) Masa Produksi
Proses culling dilakukan untuk memilih ternak tidak sehat. Demikian pula saat
umurnya 12 bulan. Tujuan dan manfaatn culling adalah sebagai berikut :
1) Mempermudah Pengawasan
Dengan adanya culling maka jumlah ternak akan berkurang sehingga ayam
Dengan menyisihkan hewan ternak yang sakit, maka resiko kematian ternak
4) Menyeragamkan Pertumbuhan
Jika proses culling sesuai tahapan maka akan didapat hewan ternak yang
standar dengan ukuran dan spesifikasi yang diinginkan.
berhenti bertelur. Ketika telur belum menetas, proses seleksi dan culling dilakukan
dengan memilih yang terbaik, dilihat dari bentuk, warna, berat tertentu sehingga
ayam yang dihasilkan berkualitas. Ternak yang dihasilkan melalui proses culling
diharapkan dapat menghasilkan ternak ayam yang memiliki kualitas telur sesuai
target. System culling dilakukan dalam rentang waktu satu tahun atau 365 hari secara
Molting merupakan proses alamiah yang biasa terjadi pada ayam petelur yang
bulan (North dan Bell, 1990). Meskipun demikian, proses molting bisa dipercepat
dengan menerapkan metode molting paksa atau force molting, yang hanya
membutuhkan waktu 6-8 minggu saja. Di lapangan sendiri, teknik force
molting inilah yang biasa diterapkan oleh peternak. Widhanarto (1996) menyatakan
bahwa force molting mempunyai hubungan erat dengan produksi telur, di mana
selama force molting akan terjadi penurunan produksi telur secara drastis atau ayam
berhenti bertelur sama sekali, serta terjadi penurunan bobot badan. Proses force
molting yang dilakukan pada ayam petelur yang sudah tua memang memiliki
1) Setelah force molting, yaitu ketika bulu baru sudah tumbuh, ayam akan
dialami ayam. Untuk gambaran saja, sebelum force molting selama satu
periode yaitu dari umur 20-80 minggu, satu ekor ayam rata-rata bisa
mingguan sampai afkir bisa berproduksi selama 50-60 minggu, tetapi setelah
proses force molting biasanya ayam hanya berproduksi sekitar 25-30 minggu,
kemudian diafkir. Proses force molting ini hanya dilakukan satu kali.
2) Setelah force molting, kualitas telur yang dihasilkan akan lebih baik, di mana
ukuran telur bisa lebih besar/berat dari normal dan warna kerabang lebih baik.
melalui proses peremajaan ayam. Hal ini disebabkan adanya perbaikan fungsi
ovarium (penghasil sel telur) oleh sel atau jaringan baru (Barua et al., 2001). Menurut
North dan Bell (1990), program force molting dalam kondisi tertentu dipandang lebih
menguntungkan dalam banyak hal, di antaranya lebih hemat biaya ransum, serta bisa
Force molting sebenarnya tidak selalu harus dilakukan, terutama untuk ayam
1) Ketersediaan DOC
Misalkan pada saat ayam tua akan diafkir, ternyata terjadi kelangkaan DOC di
molting hanya memerlukan waktu 6-8 minggu untuk ayam bisa berproduksi kembali.
Lain halnya jika harga DOC ayam petelur sedang murah, maka tidak perlu
dilakukan force molting. Peternak lebih baik melakukan afkir dan mengisi dengan
ayam yang baru. Tidak dipungkiri bahwa force molting itu lebih rumit dibandingkan
pengafkiran ayam yang sudah tua dan melakukan chick in DOC. Pasalnya
saat molting, tingkat stres pada ayam petelur akan lebih tinggi.
Misalnya pada akhir minggu ke-80, harga ayam afkir sedang jatuh dan diduga
untuk beberapa bulan ke depan harganya belum tentu baik. Di waktu yang bersamaan
ternyata saat itu harga telur sedang baik, bahkan sampai beberapa bulan ke depan.
Walaupun hasil dari program force molting cukup menjanjikan, dalam melakukan
program ini ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, antara lain:
1) Sebelum force molting, ayam harus dipastikan sehat. Jika ada ayam tidak
sehat, maka harus dipisahkan karena ayam bisa mati ketika force
molting dijalankan.
2) Standar bobot badan ayam yang akan di-force molting harus berkisar 1,9-2 kg
dengan usia berkisar 80 minggu. Saat molting biasanya ayam jadi sangat
Prinsip utama force molting adalah memberikan masa istirahat bertelur bagi
ayam tua. Agar ayam bisa beristirahat, maka kita perlu memberikan “cekaman” pada
ayam, barulah produksi telur terhenti dan alat-alat reproduksinya akan mengalami
“perbaikan”. Berbagai macam metode force molting telah dilakukan oleh beberapa
peneliti, namun keberhasilan peningkatan produksi telur belum ada yang baku,
jumlah ransum secara bertahap, memuasakan ayam tanpa diberi ransum sama sekali
selama beberapa waktu, atau merubah susunan formulasi ransum. Namun, dari
beberapa metode tersebut, yang paling sering dilakukan di lapangan adalah metode
molting dengan menggunakan metode puasa makan selama 10 hari (ayam tetap diberi
minum), kemudian dilanjutkan hari ke-11 sampai ke-30 ayam diberikan ransum
komplit 25% atau jagung saja 50% dari konsumsi normal, hasilnya cukup
memuaskan. Pada penelitian ini dicapai puncak produksi sampai 86% dengan rataan
produksi telur mencapai 68,20%.
hingga 50%, sehingga pemberian ransum untuk ayam yang sedang molting maksimal
50% dari kondisi normal. Bahkan pada beberapa farm, ada peternak yang hanya
memberi jagung saja selama molting. Selain itu, umumnya selama force molting akan
timbul kematian akibat proses pemuasaan yang diterapkan pada awal program,
terutama pada ayam-ayam yang kondisi awalnya kurang fit. Semakin berat program
yang diterapkan, akan semakin tinggi pula risiko terjadinya kematian. Akan tetapi
justru program yang berat ini akan menghasilkan angka produksi telur yang
meningkat tajam. Program force molting ini dapat juga dijadikan seleksi untuk ayam
petelur unggul.
Penurunan bobot badan selama force molting dapat terjadi sebesar 25-30%
tergantung pada bobot awal ayam saat diterapkan program tersebut. Penurunan bobot
badan ini sangat penting untuk melepaskan lemak di sekitar organ reproduksi.
Umumnya semakin berat progran force molting yang diterapkan, semakin besar pula
jumlah susut bobot tubuh ayam. Penurunan bobot badan ini tidak menjadi masalah
jika tingkat kematian tidak meningkat seiring dengan kehilangan bobot badannya.
Setelah program force molting berakhir (sudah lebih dari 30 hari), maka ayam bisa
diberi ransum komplit dengan porsi normal dan bobot badan secara bertahap akan
proses force molting, bisa diberikan supplement yang mengandung asam amino,
Pemberian Aminovit, Strong Egg atau Mineral Feed Supplement A sejak hari ke-
31 hingga ayam memasuki masa afkir ke-2 diketahui dapat mempercepat
pembentukan bulu, menekan efek stres yang dialami ayam dan mempercepat
keutuhan cangkang, bentuk dan tekstur cangkang, dan warna cangkang. Sedangkan
kualitas interior meliputi letak rongga udara, keadaan putih telur dan keadaan kuning
telur, untuk memilih telur segar yang baik, sekurang-kurangnya perlu memperhatikan
kualitas eksterior, meliputi cangkang harus bersih, tidak retak atau pecah, licin dan
mulus, warna cangkang sesuai dengan selera konsumen sedangkan kualitas interior
dikatakan baik jika rongga udara kecil, letak normal putih telur kelihatan cerah dan
menatap, kuning telur terpusat dan tidak terdapat noda serta batas bayangan kabur.
Kualitas telur utuh dapat dilakukan dengan cara candling, yaitu dengan meletakkan
telur dalam jalur sorotan sinar yang kuat sehingga memungkinkan pemeriksaan
Penanganan telur konsumsi mempunyai tiga tujuan pokok yaitu siap untuk
dipasarkan, terjaga kesegaran dan keawetannya, serta aman dan utuh selama
penyimpanan. Akibat langsung dengan adanya penyimpanan yang kurang baik ialah
terjadinya perubahan isi telur. Mengingat hal tersebut, perlu kiranya dilakukan suatu
perawatan dan penanganan, sehingga tetap diperoleh kualitas yang optimal. Menurut
Riczu (2008), beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perawatan dan penanganan
1) Menjaga kebersihan
Pada saat ditelurkan, pada umumnya telur masih bersih asalkan dipelihara
dengan baik. Pemeliharaan ini meliputi kebersihan alas kandangt atau tempat
pengumpul telur atau anyaman kawat. Selain itu, telur dimaasukkan ke dalam tempat
yang sejuk dengan maksud untuk menghindari kontaminasi dari telur dan penguapan
3). Pendinginan
Kualitas isi telur amat dipengaruhi oleh suhu sekitarnya, oleh karena itu
langkah yang harus dilakukan ialah mendingingkan telur secepat mungkin dengan
penyimpanan dalam ruangan dingin dengan cara ruangan tempat telur disemprotkan
gas CO2.
Kamar pendingin dan penyimpan telur harus dipelihara atau diatur suhunya
antara 10-130C. Penggunaan kamar pendingin sebaiknya untuk jumlah telur yang
banyak. Kamar pendingin harus memiliki persyaratan antara lain dapat membuat
banyak telur tanpa berdesakan dan lantai mudah dibersihkan, antara telur dengan
dinding dan atap kamar diberi penyekat, kamar penaruh telur harus bebas dari bau-
5). Pencucian
dijaga kesehatannya dengan alat pencuci mekanis. Sebaiknya telur harus segera
6). Penyimpanan
Telur yang diawetkan, disimpan dengan cara telur bersih ditaruh dalam tempat
telur dan juga bisa ditaruh dalam keranjang yang berlubang, penempatan telur dengan
jalan bagian yang tumpul terletak di atas, ruangan penyimpanan dihindarkan dari
segala macam bau-bauan dan keranjang atau susunan tray sebaiknya disimpan dalam
ruangan dingin (0-15) dan kelembaban 85%, dengan cara ini, daya simpan telur
mencapai 3 – 4 bulan.
makhluk hidup, misalnya limbah peternakan ayam petelur. Ada beberapa bentuk
limbah dalam peternakan ayam petelur, yaitu limbah padat dan limbah cair. Bentuk
limbah padat dari peternakan ayam adalah kotoran ayam, limbah krsital (kotoran
ayam di kandang postal yang tercampur dengan litter), kerabang telur, bangkai ayam,
dan DOC afkir di unit penetasan. Sementara itu, limbah cair dari peternakan ayam
adalah air bekas pencucian kandang dan peralatan, air bekas sanitasi, dan air minum
ayam.
dilakukan dengan membuat saluran pembuangan berbentuk saluran air atau selokan
untuk limbah cair. Cara penanganan limbah cair peternakan ayam yaitu dengan cara
membuang kotoran ayam ke unit pengolahan limbah atau unit cara penanganan
limbah peternakan ayam dengan cara ini menguntungkan kedua belah pihak, baik
petani maupun para peternak ayam. Para petani membeli limbah ini untuk digunakan
Kerabang telur masih bisa diolah lagi dan tidak diperlukan cara penanganan
limbah untuk kerabang ini. Namun, biaya pengolahan limbah penetasan berupa
kerabang telur ini lebih besar daripada nilai jual produk yang dihasilkan. Oleh sebab
itulah, cara penanganan limbah ini terpaksa dilakukan. Cara penanganan limbah
kerabang telur ini dilakukan dengan cara dibuang atau dijadikan campuran pakan itik.
Sementara itu, cara penanganan limbah DOC afkir dilakukan dengan cara
memusnahkannya atau dijual untuk pakan ikan lele.
peternakan ayam berupa pengolahan yang dilakukan dengan benar juga akan
meningkatkan kualitas dari limbah itu sendiri. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, cara penanganan limbah peternakan ayam bisa dengan cara pembuatan
kompos.
memerlukan sejumlah bahan baku. Bahan baku untuk pembuatan kompos, yaitu
limbah organik (kotoran ayam) sebanyak 83%, abu sebanyak 10%, serbuk gergaji
sebanyak 0,25%. Teknik dan cara penanganan limbah seperti ini dilakukan dengan
cara menyatukan kotoran ayam yang telah dicampur dengan serbuk gergaji serta
dicampur juga dengan bahan lainnya. Setelah itu, susunlah secara berlapis-lapis.
Susunan ini kemudian diaduk sampai homogen dan dibiarkan dengan tumpukan yang
tingginya minimal satu meter. Sementara itu, pembalikan dikerjakan sekali dalam
satu minggu dan kompos akan jadi setelah delapan kali pembalikan.
1) Sanitasi Lingkungan
Fadilah dan Polana (2007) menjelaskan, salah satu program sanitasi adalah
rumput yang tumbuh dapat menghalangi aliran air dan dapat menjadi sarang nyamuk
dan lalat karena rumput yang dibiarkan tumbuh tanpa dipotong. Nyamuk dan lalat
yang dilakukan dalam pembersihan peralatan ini dilakukan dengan menggunakan air
sumur. Peralatan makan dan minum dibersihkan pada bagian luar dengan
menggunakan lap khusus, sedangkan bagian dalam dibersihkan dengan soda api atau
coustic soda (NaOH) pada saat pengosongan kandang. Peralatan dilepas bagian-
dilakukan dengan mengalirkan air dari ujung pipa sampai air yang keluar tampak
bersih.
3) Pembersihan Limbah
Pembersihan kotoran di luar kandang atau di bawah kandang dilakukan setelah proses
untuk pengolahan pupuk selesai. Proses pengolahan pupuk ini dilakukan selama satu
minggu. Menurut Fadilah dan Polana (2005), limbah dapat membawa agen penyakit
dari periode sebelumnya. Bibit penyaki tmenular biasanya disebabkan oleh bakteri,
virus, fungi, protozoa, parasit, serangga, atau tikus. Menurut Mulyantini (2010),
metoda penanganan ayam mati di industry perunggasan yaitu dengan cara dikubur
dan dibakar.
4) Sanitasi Kandang
peralatan kandang yang kurang berfungsi dengan baik. Langkah selanjutnya yaitu
menyemprotkan air biasa bertekanan tinggi ke setiap sudut kandang yang bertujuan
untuk membersihkan sisa-sisa kotoran yang masih menempel pada bagian kandang.
bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa agen infeksi yang terdapat pada bagian
kandang. Nuroso (2010) menjelaskan, pencucian basah tidak harus memakai
5) Desinfeksi
gerbang yaitu penyemprotan dan bak celup untuk ban kendaraan, serta ruangan untuk
sprayer, mandi, celup kaki, dan ganti pakaian. Selain itu, di luar kawasan peternakan
juga dilengkapi tempat parker dan ruang tamu. Desinfektan yang digunakan bersifat
tahan terhadap bahan organik, tidak bersifat korosif, dan tahan terhadap panas.
Biosekuriti di pintu gerbang suatu kawasan peternakan unggas merupakan salah satu
2) Desinfeksi Kandang
Zulfikar. 2010. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur Ras. Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Pidie Jaya. Aceh.
Ahmadi, Abu. Dan Supriyono, Widodo. 2008. Psikologi Belajar. PT Rineka Cipta.
Jakarta
North and Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. New York.
Widiastra., Komang. 2015. Pengaruh Seleksi Bobot Badan Terhadap Produksi Ayam
Petelur.Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Bali
Yunusney., M. 2014. Makalah Manajemen Ternak Unggas Pada Ayam Layer.
Universitas Padjadjaran. Sumedang
Fadilah, R., Polana. 2007. Sukses Beternak Ayam Layer. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Harms, R.H., C.R. Douglas, dan D.R. Sloan. 1996. Midnight Feeding of Commercial
Laying Hens can Improve Eggshell Quality. Journal of Poultry Applied
Science Research 5 :1 -5.
Nuroso. 2010. Ayam Kampung Pedaging Hari Per Hari. Penebar Swadaya. Jakarta.
Riczu, C. 2008. Effects of Midnight Feeding on the Bone Density and Egg Quality of
Brown and White Table Egg Layers. Canadian Poultry Magazine (7): 35 – 38.
Soehadji, 1992. Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan Industri
Peternakan dan Penanganan Limbah Petemakan. Makalah Seminar.
Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.