MAKALAH
Oleh :
Kelas F
Kelompok 2
RISMAYANTI 200110170135
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena
Pasca Panen dapat diselesaikan oleh penyusun dengan baik. Tugas makalah ini
dibuat kemudian diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
ini, dari sisi sistematika penulisan maupun dari sisi isi makalah. Berdasarkan hal
tersebut penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan ke arah yang lebih baik pada masa yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Bab Halaman
DAFTAR ISI................................................................................. ii
I ......... PENDAHULUAN
II ....... PEMBAHASAN
LAMPIRAN.............................................................................................. 13
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
iii
1
PENDAHULUAN
Telur merupakan salah satu produk hasil dari unggas, yang bernilai gizi
tinggi karena mengandung zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Telur banyak diminati oleh masyarakat karena murah dan mudah
didapatkan oleh masyarakat. Telur merupakan salah satu bahan pangan dengan
nilai nutrisi yang tidak kalah baik dengan daging. Hal ini karena telur merupakan
sumber protein yang terdiri dari berbagai asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh
pada umumnya telur tersebut telah mengalami beberapa kali penyimpanan. Akibat
dengan adanya penyimpanan yang kurang baik tersebut ialah terjadinya perubahan
penanganan, sehingga tetap diperoleh kualitas yang optimal. Beberapa hal yang
penyimpanan.
2
II
PEMBAHASAN
Telur merupakan bahan makanan yang memiliki gizi yang sangat tinggi
karena kandungan zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh seperti
lemak, vitamin, mineral, dan mempunyai daya cerna yng tinggi (Sirait, 1986).
Penyakit yang terdapat pada ayam akan mempengaruhi kualitas pada putih
2) Suhu Lingkungan
Suhu yang terlalu panas akan mengurangi kualitas pada putih telur, karena
terjadi penurunan nafsu makan pada ayam yang akan menyebabkan penurunan
zat-zat gizi. Menurut Sudaryani (2003), suhu yang diperbolehkan adalah sekitar
290C
kontaminasi mikroba pada telur. Semakin lama penyimpanan telur maka kualitas
Telur adalah pangan yang mengandung gizi yang tinggi yang dibutuhkan
oleh tubuh karena merupakan sumber protein, asam lemak, vitamin, dan mineral.
Nilai gizi yang terkandung pada satu butir telur hampir setara dengan segelas
susu. Karena mengandung protein yang tinggi, telur menjadi mudah rusak apabila
tidak ditangani dengan baik. telur segar komersial baik dikonsumsi sampai
menyebabkan perubahan isi telur. Oleh sebab itu diperlukan penanganan yang
baik dan tidak merusak bentuk isi telur sehingga tetap diproleh kualitas yang
optimal.. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perawatan dan penanganan
Secara umum telur yang dikeluarkan dari induk masih bersih dan belum
yang baik. Pemeliharaan ini meliputi kebersihan alas kandang atau tempat
telur yang retak dengan telur yang utuh. Pengumpulan telur dilakukan dengan
Selain itu, telur dimasukkan ke dalam tempat yang sejuk dengan maksud untuk
menghindari kontaminasi dari telur dan penguapan CO2 yang berlebih sehingga
akan merusak telur. Kualitas isi telur sangat dipengaruhi oleh suhu sekitarnya,
oleh karena itu langkah yang harus dilakukan ialah mendinginkan telur dengan
5
jalan menyimpan dalam ruangan bersuhu 00C dan diatur kelembapannya (85%-
90%) atau penyimpanan dalam ruangan dingin dengan cara ruangan tempat telur
disemprotkan gas CO2. Kamar pendingin dan penyimpan telur harus dipelihara
untuk jumlah telur yang banyak. Dicuci dan dijaga kesehatannya dengan alat
Telur disimpan pada lemari pendingin dengan suhu 4-5 oC akan bertahan
sampai 20 hari (Andarwulan, 2007). Pada saat akan dilakukan pengolahan, harus
didiamkan pada suhu ruang agar mencegah terjadinya perbedaan suhu telur
dengan bahan lain sehingga reaksi kimia pembentukan gas dan perubahan struktur
gluten tidak terhambat. Menurut Hardianto dkk (2012) penyimpanan telur ayam
kampung pada suhu chilling (4oC) mempunyai angka total bakteri yang lebih
rendah dibandingkan penyimpanan pada suhu kamar. Hal ini terbukti pada
penyimpanan telur ayam kampung pada suhu kamar jumlah E Coli lebih banyak
dibandingkan dengan telur yang disimpan pada suhu chilling (Lubis HA 2012).
pendistribusian kepada konsumen. Suhu lingkungan telur yang baik adalah 15.5
o
C hingga 18,3 oC dan kelembaban udara 70-80% (Farel 1979). Apabila telur
dibiarkan pada suhu kamar 21-27 oC dengan kelembaban 67-68% maka mutu
telur semakin menurun, yang ditandai dengan perubahan pada putih telur yang
masuknya mikroba pada telur adalah dengan pelapisan minyak tipis. Cara ini
pengolahan secara komersil dengan penggunaan skala besar secara umum sebagai
3. pembilasan dengan menggunakan air pada suhu lebih tinggi 5.5oC dari
cairan pencucian
rongga udara kecil, pori-pori krabang kecil, tidak ada noda di kerbang
telur dan kuning telur berada di tengah dan tidak bebas bergerak
6. Pelapisan minyak
7. Pemilahan dan penyortiran telur dengan melihat bentuk luar telur yang
1) Perlakuan Awal
Pengawetan telur utuh biasa digunakan untuk menjamin mutu telur segar.
Prinsip pada pengawetan telur yaitu mencegah adanya penguapan air dan
hilangnya gas lain pada telur, serta mencegah masuknya mikroorganisme di dalam
telu. Hal ini dapat dilakukan dengan menutup pori-pori kulit telur dan mengatur
7
pori kulit telur dapat dilakukan dengan menggunakan larutan larutan seperti
kapur, parafin, minyak nabati (minyak sayur), air kaca (water glass),dan
keadaan bersih. Hal ini karena meskipun mutunya sangat baik, tetapi jika kulitnya
kotor, telur akan mendapatkan mutu rendahi. Pembersihan kulit telur dilakukan
a. Telur direndam dalam air yang bersih, diberi sedikit detergen. Lalu dicuci
2) Pengemasan Kering
memperlambat hilangnya unsur berupa CO2 dan air. Akn tetapi metode ini
memiliki kelemahan yaitu manambah vilume dan berat pada telur sehingga
Salah satu cara lain yang digunakan untuk adalh perendaman dengan
cairan, pengawetan telur yang dapat bertujuan mencegah adanya penguapan pada
sebanyak 100 g batu kapur (CaO) dalam 1,5 liter air, setelah itu larutan dibiarkan
pada telur.
Telur yang akan diawetkan mula mula direndam pada larutan minyak
parafin. Lalu telur ditiriskan hingga kering pada udara yang terbuka, sehingga
kental, tidak berbau ataupun berwarna dan jernih layaknya kaca. Air kaca ini bisa
dibuat dengan melarutkan sebanyak 100 g natrium silikat ke pada 900 ml aquades,
Setelah itu cairan bis untuk melakukan pengawetan pada telur, dengan
merendamnya. Ketika dilakukan perendaman ini, terjadi reaksi dimana air kaca
dapat mengendapkan silikatnya pada permukaan kulit telur, sehingga pori pada
kulit telurnya tertutup. Selain itu Air kaca ini juga memiliki antiseptik, dan dapat
terjadinya reaksi penyamakan yang terjadi pada bagian luar kulit telur olah zat
penyamak (tanin). Sehingga kulit telur menjadi impermeabel (tidak dapat bersatu
atau bercampur) terhadap air dan gas. Bahan nabati yang biasa digunakan untuk
pengawetan telur adalah daun akasia (Acasia decurrena) yang sudah dikeringkan,
lalu direbus, lalu air hasil rebusan digunakan untuk merendam Telur..
Adapun penutupan pori kulit telur ini bisa dilakukan dengan menggunakan agar-
agar, gelatin, sabun, minyak nabati, getah pada karet, ataupun getah kaktus. Bahan
4) Penyimpanan dingin
Telur dapat memiliki mutu yang lebih lama apabila disimpan pada ruangan dingin
pada kelembaban udara sekitar 80 sampai dengan 90%, selain itu juga dengan
menggunakn kecepatan aliran udara sekitar 1-1,5 m/detik. Telur disimpan pada
suhu - 2oC diman pada suhu tersebut dapat memperlambat hilangnya kadar CO2
5) Pembekuan Telur
Sama halnya dengan metode lain, sebelum di bekukan telur dicuci terlebih dahulu.
Prinsip dari pembekuan telur ini adalah untuk mengawetkan dan menjaga sifat
fisikokimia telur.
a. Memilih telur dengan cara candling dan dinginkan pada suhu 15oC.
c. Pemecakan lalu pisahkan antara putih telur dan kuning telur. Putih dan kuning
telur dapat dibekukan secara terpisah atau bersama-sama dengan proporsi seperti
telur utuh.
seperti gel pada saat kuning telur beku dicairkan (di thawing). Karena adanya gel
dapat mengganggu pembuatan dalam sebuah produk. Telur yang sudah beku
apabila akan digunakan mk dicairkan (thawing) terlebih dahulu dan harus segera
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
(2) Penangan telur ayam pasca panen bisa dilakukan dengan cara pencucian,
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hardianto, Suarjana IGK, Rudyanto MD. 2012. Pengaruh suhu dan lama
penyimpanan terhadap kualitas telur ayam kampung ditinjau dari angka
lempeng total bakteri. Indonesia Medicus Veteriner 1(1):71-84
Jazil N, Hintono A, Mulyani S. 2013. Penurunan kualitas telur ayam ras dengan
intensitas warna coklat kerabang berbeda selama penyimpanan.
Indonesian food Tecnologist Community. 2(1): 43-47
Lubis HA, Suarjana IGK, Rudyanto MD. 2012. Pengaruh suhu dan lama
penyimpanan telur ayam kampung terhadap jumlah Eschericia Coli.
Indonesia Medicus Veterinus 1(1): 144-159
LAMPIRAN
pembahsan