Di susun oleh:
Sofyan Andriyono
2016340066
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 2
2.1 Pengamatan Fisik Telur Utuh .................................................. 2
2.2 Stuktur Fisik Telur.................................................................... 2
2.3 Pengamatan Kulit Telur............................................................ 2
2.4 Pembuatan Telur Asin.............................................................. 2
2.5 Pemindangan Telur................................................................... 3
BAB III PROSEDUR PENGAMATAN....................................................... 4
3.1 Pengamatan Fisik Telur Utuh .................................................. 4
3.2 Stuktur Fisik Telur.................................................................... 5
3.3 Pengamatan Kulit Telur............................................................ 5
3.4 Pembuatan Telur Asin.............................................................. 6
3.5 Pemindangan Telur................................................................... 7
Bab V PENUTUP…………………............................................................ 18
5.1 Kesimpulan……....................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Telur asin merupakan hasil olahan telur tradisional. Proses
pembuatan telur asin pada dasarnya adalah penggaraman telur uth. Proses
penggaraman dilkukan selama beberapa hari untuk memberi kesempatan
garam berdifusi ke dalam telur. Penggaraman telur merupakan salah satu
upaya untuk mengawetkan telur segar (memperpanjang masa simpan),
membuang bau amis telur (terutama telur itik) serta menciptakan rasa yang
khas. Telur yang biasa diolah menjadi telur asin adalah telur itik,
meskipun pada prinsipnya semua jenis telur dapat dijadikan telur
asin.Medium penggaraman yang digunakan biasanya abu gosok atau
semen bata merah yang dicampur dengan air dan garam dapur.Selain
menggunakan media padat penggaraman telur juga dilakukan dengan
menggunakan media cair, yaitu dengan larutan garam jenuh.
Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin 1 2 sekaligus sebagai
bahan pengawet karena garam mampu menyerap air dari dalam telur.
Garam akan masuk ke dalam telur melalui pori-pori kulit telur menuju ke
putih telur, lalu ke kuning telur. Garam akan menarik air yang dikandung
telur. Garam juga terdapat ion chlor yang berperan sebagai penghambat
pertumbuhan bakteri dalam telur, sehingga menyebabkan telur menjadi
awet karena bakteri yang terkandung dalam telur mati. Kualitas telur asin
dapat dilihat berdasarkan penilaian sifat organoleptik.
2.5. Pemindangan Telur
Pemindangan merupakan salah satu bentuk pengolahan dengan
kombinasi penggaraman dan perebusan. Pemindangan dapat dilakukan
dari telur. Telur pindang merupakan produk olahan telur tradisional yang
menggunakan bahan penyamak protein. Protein akan terdenaturasi
jika kontak dengan bahan penyamak, misalnya tannin.
Pemindangan telur dapat menyebabkan telur rebus tersebut seikit
lebih awet daripada perebusan telur dalam air biasa(Anonimus, 2010)
Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyamak telur, antara
lain kulit bawah merah, daun jambu biji, dan air teh.
3
BAB III
PROSEDUR PENGAMATAN
Bahan :
Telur bebek
Alat :
Prosedur
4
kemudian dilakukan pengukuran terhadap tinggi dan
diameternya.
Dimana :
h = tinggi putih telur tebal (mm)
w = Berat telur utuh (gram)
G = 32
Telur segar mempunyai kisaran nilai indeks kuning telur,
indeks putih telur dan unit Haugh masing-masing 0,33 - 0,50 ;
0,05 - 0,171 dan 75 - 100.
Prosedur
5
Telur ditimbang selanjutnya dipecahkan di atas cawan.Setelah
dilakukan pengamatan terhadap lapisan encer dan kenal pada putih telur,
blastoderm, membrane vitelina, dan kalaza.Kuning telur dipisahkan dari
putih telur.Kuning telur dan putih telur ditimbang dan dihitung
prosentasenya dari berat utuh. Membrane kulit telur dipisahkan dari
kulitnya dan diukur ketebelannya dengan micrometer sekrup. Tebal kulit
telur juga diukur dengan alat yang sama.
6
2. Buat adonan dari garam dapur dan abu gosok atau semen bata
merah dengan komposisi 4 – 6, aduk sampai rata, tambahkan air
sampai berbentuk adonan yang kental.
3. Lumuri telur dengan adonan garam sampai seluruh permukaannya
tertutup adonan atau rendam telur dalam adonan. 4. Simpan pada
suhu suhu ruang 1 – 2 minggu.
B. Media Cair
Pengamatan
Bahan : telur ayam, teh, kulit bawang merah, daun jambu biji
Prosedur
7
Pengamatan
BAB IV
PEMBAHASAN
8
dibanding telur ayam negri dan puyuh yang artinya lebih mudah retak
atau pecah.
9
tersebut. Kantung udara dimiliki oleh jenis telur serta untuk
kedalamannya tergantung dari jenis telur tersebut.
10
Penyebab putih telur yang encer karena kondisi protein putih telur
mudah berubah dibawah pengaruh suhu. Jadi, kemungkinan
penanganan telurnya yang kurang baik. Hal lain yang menyebabkan
bagian putih telur menjadi lebih encer menurut Sirait (1986)
disebabkan hilangnya sebagian protein ovomucin yang berfungsi
sebagai pembentuk struktur putih telur. Peningkatan pH akan tejadi
ikatan kompleks ovomucyn-lysozym yang akan mengeluarkan air
sehingga putih telur menjadi encer (Stadelman clan Cotterill, 1995).
Romanoff, dkk., (1963) menambahkan
perubahan nilai pH putih telur disebabkan oleh hllangnya CO2
dan aktifnya enzim proteolitik yang merusak membran vitellin
menjadi lemah dan akhirnya pecah sehingga menyebabkan putih telur
menjadi cair dan tipis.
11
telur merupakan salah satu jenis kerusakan yang dapat menyebabkan
kerusakan-kerusakan lainnya terjadi. Rusak cangkang telur
menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme akan lebih mudah
sehingga telur akan menjadi busuk (Shofiyanto, dkk, 2008).
12
A. Bahan Pengolahan Telur Asin
a. Telur Bebek
b. Garam
13
diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim
perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur.
c. Abu Gosok
` d. Air
14
osmotik yang menyebabkan plasmolisis sel mikroba yaitusel
mengalami dehidrasi atau keluarnya cairan dari sel dan plasmolisis sel
terhadap CO2. Penambahan garam juga akan mengurangi oksigen
terlarut, menghambat kerja enzim, dan menurunkan aktivitas air (aw
atau kandungan air bebas dalam bahan pangan). Proses pengasinan
yang berhasil dengan baik ditentukan oleh karakteristik telur asin yang
dihasilkan. Telur asin tersebut bersifat stabil, aroma dan rasa telurnya
terasa nyata, penampakan putih dan kuning telurnya
baik (Koswara, 1991).
15
simultan (countercurrent flows) antara keluarnya air dari bahan dan zat
terlarut berpindah dari larutan ke dalam bahan. Aplikasi dehidrasi
osmosis dalam proses pengasinan, terlihat dengan keluarnya air dari
dalam telur bersamaan dengan masuknya larutan garam ke dalam
telur. Setelah telur tersebut dimasukkan kedalam media pengasin maka
telur disimpan pada suhu ruang. Hal ini bertujuan agar terjadi penetrasi
garam ke dalam telur selama satu atau dua minggu. Setelah satu
minggu, telur asin pun diamati dan diuji organoleptik
16
Penambahan elektrolit seperti NaCl dan proses pemanasan
(perebusan telur asin) dapat mengganggu kesembangan antar fase,
yaitu fase polar (protein) dan fase non polar (lipid), akibatnya sifat
minyak dari fase non polar (lipid) muncul ke permukaan. Besaran
minyak yang keluar adalah salah satu criteria mutu telur asin yang
berhubungan dengan tingkat kemasiran putih telur. Semakin banyak
minyak yang keluar maka tingkat kemasiran telur semakin tinggi.
17
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Proses pengasinan telur bertujuan agar membuat telur menjadi
lebih awet.Pembuatan telur asin tidak sulit. Bahan – bahan yang
diperlukan juga mudah didapatkan. Selain rasanya enak juga
mengandung gizi yang sangat tinggi. Keberhasilan pembuatan telur
asin ini ditentukan oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi zat
terlarut, suhu, tekanan, dan bahan- bahan yang bercampur dengan air.
Konsep pembuatan telur asin rasa bawang ini merupakan sebuah
peluang yang bisa digunakan untuk usaha kecil menengah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Romanoff. 1963. The Avian Egg. New York: John wiley and Sonc,
Inc
19
Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
20