DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
KELAS 5A1
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
i
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat dan
karunia dan Izin-Nya sehingga Laporan Tetap Manajemen Ternak Unggas ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari semua pihak demi perbaikan laporan ini.
Demikian, semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak baik sebagai bahan
bacaan, referensi, dan sebagainya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................... v
BAB I : PENDAHULUAN
iv
4.2 Pembahasan....................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 22
5.2 Saran.................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
merah dan cerah, pertumbuhan yang normal selama pemeliharaan dan
sebagainya. Oleh karena itu adapun yang melatar belakangi praktikum ini yaitu
untuk mengetahui manajemen pemeliharaan ayam petelur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
lainnya. Sistem cage dapat berupa single bird cage (diisi satu ekor ayam, disebut
juga kandang tipe baterai), multiple bird cage (diisi 2 ekor ayam atau lebih, tidak
lebih dari 8 – 10 ekor), dan colony cage (diisi 20 – 30 ekor ayam). Lebar
bangunan kandang untuk ayam petelur saat fase layer sebaiknya sekitar 8 m
apabila tipe kandang terbuka, jika lebar kandang 12 m maka perlu dilengkapi
dengan ridge ventilation. Jika ventilasi kurang baik, amoniak dari ekskreta akan
mejadi racun bagi ayam, menimbulkan gangguan pernafasan, penurunan
produksi, dan penyakit cacing untuk ayam yang dipelihara di kandang litter.
Pemberian cahaya sebaiknya 14 jam per hari, yaitu kombinasi antara cahaya
matahari dan cahaya lampu sebagai tambahan, tujuannya untuk meningkatkan
produksi telur, mempercepat dewasa kelamin, mengurangi sifat mengeram, dan
memperlambat molting (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Intensitas cahaya sekitar 20 lux. Sistem kandang dapat berupa litter
(kepadatan maksimum 8 ekor/m2), slat (kepadatan maksimum 10 ekor/m2) atau
kombinasi litter-slat (kepadatan maksimum 9 ekor/m2). Sarang untuk bertelur
berbentuk boks, satu sarang dengan ukuran 30 x 40 x 50 cm dapat digunakan
maksimum untuk delapan ekor ayam. Sarang tidak diperlukan untuk kandang
sistem cage (Hy-Line International, 2010).
Cage dapat dibuat bertingkat hingga tiga deck atau lebih. Deck disusun
membentuk frame A agar ekskreta ayam dari deck atas langsung jatuh ke lantai
atau tempat penampungan ekskreta dan tidak jatuh ke deck di bawahnya. Partisi
untuk cage dapat berupa solid (tertutup) atau wire. Partisi yang
berbentuk wireberfungsi untuk mengoptimalkan pertukaran udara di
dalam cage. Cage untuk ayam petelur dapat terbuat dari berbagai bahan seperti
logam, plastik, kayu, atau bambu (Lelystad, 2004). Lantai cage dibuat agak
miring agar telur dapat menggelinding ke tepi tempat telur sehingga
memudahkan proses pengambilannya (Hy-Line International, 2010).
4
2.3 Manajemen Pakan
2.3.1 Gudang pakan
Penyimpanan pakan perlu diperhatikan agar pakan tidak lembab atau
rusak. Tempat penyimpanan pakan diusahakan bebas dari hama, baik
serangga maupun tikus. Gudang pakan harus didesinfeksi serta kondisi
ruangan harus kering (Rusman dan Siarah, 2005). Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada penyimpanan pakan di gudang antara lain: lokasi gudang
harus bebas dari genangan air, tidak boleh ada kebocoran atap, dan dilengkapi
ventilasi cukup untuk mencegah kelembaban terlalu tinggi; lantai dilengkapi
alas dari kayu atau bahan lainnya yang memiliki rongga agar tidak terjadi
kontak langsung antara lantai dan karung pakan. Pakan tidak boleh disimpan
lebih dari 1 minggu, dan pakan yang didatangkan lebih dulu ke gudang adalah
yang digunakan terlebih dahulu (CJ Feed Indonesia, 2008).
2.3.2 Ransum
Ransum diartikan sebagai satu atau campuran beberapa jenis bahan
pakan yang diberikan untuk seekor ternak selama sehari semalam (Manshur,
1998). Ransum adalah campuran berbagai macam bahan organik dan
anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat
makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi.
Agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat
makanan yang diperlukan ternak harus memadai (Suprijatna et al., 2005).
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan
oleh hewan. Secara umum, bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan
atauedible (Tillman et al., 1991). Bentuk fisik pakan ada beberapa macam,
yaitu mash and limited grains (campuran bentuk tepung dan butiran), all
mash (bentuk tepung), pellet (bentuk butiran dengan ukuran
sama), crumble (bentuk butiran halus dengan ukutan tidak sama). Di antara
keempat macam bentuk tersebut, bentuk pellet memiliki palatabilitas paling
tinggi dan lebih tahan lama disimpan. Bentuk all mash atau tepung digunakan
5
untuk tempat ransum otomatis, tetapi kurang disukai ayam, mudah tengik, dan
sering menyebabkan kanibalisme yang tinggi (Kartasudjana dan Suprijatna,
2006). Pakan untuk ayam petelur umur 0 – 6 minggu (fase starter) sebaiknya
menggunakan pakan jadi buatan pabrik yang memiliki komposisi pakan yang
tepat dan tekstur halus, sedangkan untuk fase grower dan layer dapat
digunakan pakan hasil formulasi sendiri (Ditjennak, 2001).
A. Jagung Giling
Berdasarkan kandungan zat-zat pakan, bahan pakan digolongkan
menjadi empat yaitu sumber energi, sumber protein, sumber mineral, dan
vitamin. Bahan pakan sumber energi mengandung karbohidrat tinggi sekitar
10%, contohnya jagung. Jagung kuning lebih baik daripada jagung putih
karena mengandung pro vitamin A berupa xantofil. Vitamin A memberikan
warna kuning pada kuning telur (Suprijatna et al., 2005). Jagung kuning
merupakan bahan pakan sumber energi yang mengandung 8,6% protein kasar
(PK); 3370 KKal/kg energi metabolisme (EM); 3,9 % lemak; 2% serat kasar
(SK); 0,02% Ca; 0,3% total P (NRC, 1994). Jagung kuning yang baik
mengandung 12 – 14% air, 0,14% Mg; 0,38% K; 1,03 mg/kg Co; 3 mg/kg Cu;
0,11 mg/kg I; 31 mg/kg Fe; 4 mg/kg Mn; 24 mg/kg Zn; 5,5 IU vitamin A; 29
IU vitamin D; 0,12 mg/kg biotin; 469 mg/kg kolin; 0,11 mg/kg asam folat; 29
mg/kg niasin; 4,1 mg/kg asam pantotenat; 3,4 mg/kg vitamin B6; 1,6 mg/kg
riboflavin; dan 5,7% thiamin (Kearl, 1982), serta 1,75% asam linoleat (Hy-
Line International, 2010).
B. Bekatul
Bekatul mengandung kulit ari beras tanpa sekam, berasal dari hasil samping
penggilingan padi. Bekatul merupakan bahan pakan sumber energi dan
vitamin B, dapat digunakan hingga 25% dari ransum ayam (FAO, 2009).
Penggunaan bekatul harus dibatasi karena mengandung pitat dalam ikatan
fosfor pitat sehingga daya cernanya rendah, mudah tengik, dan mengganggu
6
penyerapan kalsium (Suprijatna et al., 2005). Bekatul yang merupakan bahan
pakan mengandung 12% protein, 2860 kkal/kg EM, 12 % lemak, 3% SK,
0,04% Ca, 1,4% total P (NRC, 1994).
7
penurunan konsumsi (Harms et al., 2000). Kebutuhan PK dan EM pada fase
layer tidak sama, tergantung dari umur ayam, produksi telur, dan konsumsi
pakan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu makin sedikit jumlah pakan yang
dikonsumsi, kandungan PK dan EM harus ditingkatkan.
Protein pakan sebagian besar digunakan untuk produksi telur, hanya
sebagian kecil untuk hidup pokok. Semakin tinggi tingkat produksi maka
kebutuhan protein juga semakin tinggi (Suprijatna et al., 2005). Protein pakan
harus mencukupi kebutuhan asam-asam amino untuk menunjang produksi
yang optimal (Leeson, 2008).
Kalsium dan fosfor merupakan mineral utama yang diperlukan untuk
pembentukan cangkang telur. Pakan ayam petelur fase layer harus
mengandung kalsium sebanyak 3 – 4% (Harms et al., 1996). Defisiensi
kalsium akan menyebabkan cangkang telur menjadi tipis dan mudah retak.
Jika absorbsi kalsium pakan tidak memenuhi kebutuhan pembentukan
cangkang, kalsium diambil dari tulang medulair (Riczu dan Korver, 2009).
Imbangan Ca : P yang terlalu luas dapat menimbulkan ricketsia, yaitu tiap
unsur yang berlebihan menyebabkan mengendapnya unsur lain di dalam usus
sehingga tidak bisa dimanfaatkan tubuh. Imbangan Ca : P sebaiknya sebesar 9
: 1 saat puncak produksi, 11 : 1 saat produksi sebesar 89 – 93%, selanjutnya
13 : 1 hingga ayam diafkir (Hy- Line International, 2010).
Lemak merupakan sumber energi tinggi dalam pakan unggas. Asam
linoleat dan arakhidonat adalah asam lemak esensial karena tidak dapat
disintesis tetapi harus ada di dalam pakan. Pakan yang tidak mengandung
cukup asam linoleat menyebabkan pertumbuhan terhambat, terjadi akumulasi
lemak di hati, dan lebih rentan terhadap infeksi pernafasan. Defisiensi asam
arakhidonat pada ayam petelur menyebabkan ukuran telur kecil. Asam
arakhidonat dapat disintesis dari asam linoleat (Suprijatna et al., 2005).
Standar kebutuhan asam linoleat dalam pakan ayam petelur fase layer dari
umur 27 minggu hingga lebih dari 59 minggu adalah 1,00 g/hari (Hy-Line
International, 2010).
8
2.3.5 Tempat pakan dan minum
Tempat pakan dan minum yang dipelihara dalam sistem litter
umumnya berupa hanging feeder atau hanging waterer Hanging
feeder ditempatkan setinggi punggung ayam, sedangkan tempat minum
setinggi leher ayam. Perusahaan besar pada umumnya menggunakan tempat
pakan dan minum otomatis. Tempat pakan dan minum untuk kandang sistem
cage umumnya berbentuk trough (memanjang) (Kartasudjana dan Suprijatna,
2006). Tempat pakan berbentuk trough untuk pemeliharaan strain Hy-Line
Brown pada sistem cage sebaiknya sedalam 9 cm, tempat minum sedalam 2,5
cm. Satu trough dapat dibuat untuk 12 ekor ayam. Untuk kandang yang
menggunakan hanging feeder dan hanging waterer, satu tempat pakan
maksimum untuk 30 ekor ayam, sedangkan satu tempat minum
(berbentuk nipple drinker) maksimum untuk 10 ekor ayam (Hy-Line
International, 2010).
9
jamur. Air bersih untuk minum harus selalu tersedia atau ad libitum (Shirt,
2010).
Pemberian pakan saat tengah malam (midnight feeding) dapat dilakukan
apabila diberikan cahaya yang cukup, yaitu dari lampu. Tujuan night
feeding dan midnight feeding yaitu memberikan kesempatan bagi ayam untuk
meningkatkan suplai kalsium dari saluran pencernaan secara langsung untuk
pembentukan cangkang telur. Hal ini mencegah pengambilan kalsium dari
tulang yang meningkatkan risiko pengeroposan tulang saat ayam mulai tua.
Waktu pemberian pakan di pagi atau siang hari menyebabkan ayam
mengabsorbsi zat-zat pakan sebagian besar untuk hidup pokok dalam sehari,
regenerasi sel, mengatasi pengaruh lingkungan seperti cuaca sehingga tidak
semuanya dimaksimalkan untuk pembentukan telur.Midnight
feeding berlangsung saat telur sedang dibentuk sehingga materi
pembentuknya dapat ditambahkan dari zat-zat pakan yang diabsorbsi oleh
saluran pencernaan (Riczu dan Korver, 2009). Midnight feeding terbukti dapat
meningkatkan kualitas cangkang telur dari segi ketebalan, kekuatan,
persentase cangkang dari telur yang keluar pada pagi hari, yaitu sekitar jam
09.00 (Harms et al., 1996).
10
Beberapa jenis penyakit menyebar dengan luas dan sulit diberantas
sehingga harus dilakukan vaksinasi rutin. Program vaksinasi yang wajib untuk
ayam petelur antara lain untuk mencegah Newcastle Disease (ND), Infectious
Bronchitis (IB), Infectious Bursal Disease (IBD), dan Avian
Encephalomyelitis (AE) (Hy-Line International, 2010).
Teknik vaksinasi antara lain dengan metode tetes mata (ocular),
injeksi subcutan, air minum, maupun spray. Vaksin dengan metode tetes mata
misalnya vaksin ND – IB untuk anak ayam berumur 3 hari. Metode injeksi
intramuskuler misalnya vaksin ND untuk ayam usia 16-17, 30 dan 50 minggu.
Metode wing web injection (tusuk sayap) misalnya vaksin fowl pox dan AE untuk
ayam usia 18 minggu. Metode pemberian vaksin dengan air minum misalnya
vaksin IBD (Gumboro) untuk ayam usia 32 dan 52 minggu serta vaksin ND La
Sota. Metode pemberian vaksin melalui spray misalnya vaksin
coccidiosis live untuk DOC (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006; Spoolder, 2007).
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain fowl
cholerae dan infectious coryzae. Penyakit yang disebabkan oleh virus antara
lain fowl pox. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa antara lain leukosis.
Penyakit parasit internal terutama disebabkan oleh cacing. Penyakit parasit
eksternal disebabkan oleh kutu dan tungau (Blakely dan Bade, 1998). Fowl
cholerae merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella
multocida yang ditandai dengan gejala diare, dalam kondisi kronis menyebabkan
jengger dan pial bengkak, diare berwarna kuning hingga hijau, dan
pembengkakan sendi. Pengobatannya yaitu dengan injeksi sulfadoxin secara
intramuskuler. Infectious coryza disebabkan oleh bakteriHaemophilus
gallinarum dengan gejala kesulitan bernafas, keluar lendir dari nostril dan mata,
dalam kondisi kronis muka dan sekitar mata membengkak akibat penggumpalan
eksudat. Pengobatannya yaitu dengan injeksi sulfadimetoksin dan streptomisin
(Meerburg dan Kiljstra, 2007; Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Fowl pox ditandai dengan tonjolan kehitaman pada jengger dan pial,
disebabkan oleh virus Borreliota avium dan dapat dicegah dengan vaksinasi.
11
Leukosis ditandai dengan pembengkakan hati dan limpa yang disebabkan oleh
virus maupun protozoa seperti Plasmodium sp. yang ditularkan oleh
nyamuk Anopheles. Leukosis yang disebabkan oleh Plasmodium sp. dapat diobati
dengan injeksi sulfa, seperti sulfamonometoksin (Blakely dan Bade, 1998;
Bappenas, 2010). Cacing parasit misalnya Ascaridia galli pada usus
dan Heterakis gallinarum pada ceca, pengobatannya yaitu dengan Piperazine,
Albendazole, dan Flubendazole (Hy-Line International, 2010).
12
BAB III
13
BAB IV
No Macam Biaya Tetap Unit Penyusutan Harga/unit Total Harga Nilai Total Nilai
(tahun) (Rp) (Rp) Penyusutan/unit Penyusutan
(Rp) (Rp)
1 Kandang 3 10
A. Kandang Starter 1 10 70.000.000 70.000.000 7.000.000 7.000.000
B. Kandang Layer 2 10 120.000.000 240.000.000 24.000.000 24.000.000
2 Tempat Pakan
A. Starter 8 10 35.000 280.000 28.000 28.000
B. Layer 6 10 405.000 2.430.000 243.000 243.000
3 Tempat Air Minum
A. Starter 6 10 35.000 210.000 21.000 21.000
B. Layer 6 10 405.000 2.430.000 243.000 243.000
4 Tenaga Kerja 12 -
A. Teknisi/Manager 1 8.900.000 8.900.000 8.900.000 8.900.000
B. Security 2 600.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
C. Pekerja Gudang 4 900.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
D. Anak Kandang 5 1.400.000 7.000.000 7.000.000 7.000.000
5 Listrik - - 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Listrik + Oven 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
6 Bola Lampu 36 2 45.000 1.620.000 810.000 810.000
7 Pemanas Gasolek 8 10 1.080.000 8.640.000 864.000 864.000
8 Sapu Lidi 2 1 10.000 20.000 20.000 20.000
9 Alat Semprot 1 1 500.000 500.000 500.000 500.000
14
10 Argo 1 5 350.000 350.000 70.000 70.000
11 Pipa Saluran Air 1 10 351.000 351.000 35.100 35.100
12 Ember 2 2 15.000 30.000 15.000 15.000
13 Tabung Air 1 10 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
14 Cangkul 1 1 40.000 40.000 40.000 40.000
15 Sekop 1 1 40.000 40.000 40.000 40.000
16 Gudang Pakan 1 10 170.000.000 170.000.000 17.000.000 17.000.000
Total Biaya 80.129.100
15
Tabel 2. Rincian Biaya Variabel
= Rp 80.129.100 + Rp 68.590.488
= Rp 148.719.588
Pendapatan :
Harga jual telur/butir = Rp 1.200
Modal jual telur = Rp 700
16
Keuntungan dari satu butir telur adalah = Rp 1.200 – Rp 700 =
Rp 500
Maka Pendapatan dari harga jual telur per hari adalah = 9000 ekor
x Rp 500 = Rp 4.500.000
Pendapatan Jual telur per periode = Rp 4.500.000 x 434 hari = Rp
1.953.000.000
Pendapatan dari Ayam Afkir :
Jumlah ayam afkir dalam satu periode = 90/100 x 9000 ekor =
8100 ekor
Maka pendapatan dari jual ayam afkir = 8100 ekor x Rp 50.000 =
Rp 405.000.000
Total Pendapatan = Pendapatan Harga Jual Telur + Pendapatan Jual
Ayam Afkir
= Rp 1.953.000.000 + Rp 405.000.000
= Rp 2.358.000.000
Pendapatan Bersih = Total Pendapatan – Total Biaya Pengeluaran
= Rp 2.358.000.000 - Rp 148.719.588
= Rp 2.209.280.412
17
“Sabri Layer Farm” berlokasi jauh dari pemukiman warga, sehingga
menjadikan lingkungan ternaknya efektif dan efisien karena terhindar dari suara
bising pemukiman warga yang dapat membuat gangguan pada ternak. Peternakan
tersebut bertempat di desa Sedau Gunung Jae kec. Narmada Kabupaten Lombok
Barat. Adapun manajemen-manajemen yang di tangani yaitu:
4.2.1 Manajamen Perkandangan
Pada lahan peternakan tersebut dibangun kandang dengan sedemikian
rupa, kandang tersebut terdiri dari dua yaitu kandang starter dan kandang
layer. Kandang starter berisi ayam pada umur 1 hari - 5 minggu, sebelum
memasukkan ayam kembali, kandang dikosongkan selama satu hari,
keadaan ini disebut istirahat kandang, setelah kandang siap maka DOC
sudah dapat dimasukkan. Sedangkan pada saat fase grower ayam umur 5-
11 minggu tersebut dipindahkan pada kandang layer sampai dengan fase
bertelur hingga umur afkir. Kandang layer terdiri dari 2 kandang dengan
kapasitas masing-masing kandang yaitu 4500 ekor ayam. Sedangkan pada
kandang starter hanya terdiri dari 1 kandang dengan kapasitas kandang
yaitu 4500 ekor. Kandang starter yang digunakan yaitu kandang jenis
panggung. Adapun model kandang dari kandang layer adalah system open
house dengan kandang batrey monitor system stair step. Adapun ukuran
masing-masing bangunan kandang yaitu 54 x 8 m2.
4.2.2 Manajemen Pembibitan
Bibit berasal langsung dari Jawa dengan Strain Malindo sebanyak
4500 ekor. Bibit yang di terima berumur 1 hari dan langsung ditempatkan
pada kandang khusus (starter). Adapun harga beli bibit pada peternakan
ini tergantung pada pertukaran dolar. Jika pertukaran dolar tinggi bibit
yang dibeli harganya akan naik sekitar Rp 9.200 per ekor dan sebaliknya
jika pertukaran dolar rendah harga beli bibit sekitar Rp 6.000 per ekor.
18
Sumber pakan pada peternakan Sabri Layer Farm berasal dari pabrik
dan olahan sendiri. Semua jenis pakan ditempatkan pada Gudang khusus
pakan yang berada pada lingkungan peternakan tersebut.
Pemberian pakan pada periode starter umur 1 hari - 5 minggu
menggunakan pakan crumble secara ad libitum. Hal ini bertujuan untuk
memacu ayam mengkonsumsi pakan untuk menunjang perkembangan
organ-organ tubuhnya. Sedangkan pada periode grower hingga afkir
pakan diberikan secara bertahap dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali
dan sesuai dengan kebutuhan ternaknya. Pada periode grower umur 5-11
minggu ayam sudah dipindahkan di kandang Layer dann diberi pakan
sesuai dengan kebutuhannya yaitu 335 gr/ekor/hr. Pada saat pullet umur
11-16 minggu. Ayam diberikan pakan berupa Mash Fars yang diberikan
sesuai dengan kebutuhannya yaitu 367 gr/ekor/hari. Sedangkan pada
periode Prelayer umur 16 minggu-hingga afkir pakan yang diberikan
berupa pakan hasil olahan sendiri yang diberikan sesuai dengan
kebutuhannya. Adapun pakan olahan tersebut ialah :
19
tersebut juga membuat inovasi untuk membunuh lalat agar menciptakan
kondisi lingkungan kandang yang nyaman.
Adapun program pengendalian kesehatan ayam dengan cara program
vaksinasi. Program ini adalah program yang paling sering digunakan
dalam mencegah timbulnya penyakit di suatu kawasan peternakan.
Program vaksinasi dalam suatu peternakan tidak selalu bersifat statis tapi
dinamis. Artinya, tidak baku antara satu perternakan dengan peternakan
lainnya, tidak hanya jenis vaksin yang digunakan tetapi program
vaksinasinya pun beragam. Adapun beberapa vaksin yang digunakan
dalam peternakan ”Sabri Layer Farm” adalah sebagai berikut :
1. NBR + NGK (Caprivac)
2. Gamboro (IBD plus)
3. ND lasota (NDR)
4. ND-IB Live
5. Vaksin AI.K
6. Corisa
7. Corisa Tripalen
8. NBEK (Trifel)
9. ND-AIKIL (H5N1)
10. ND-AIKIL (H5N9)
4.2.5 Recording
Pada peternakan ”Sabri Layer Farm” kelebihannya adalah recording
tetap dijalankan sehingga peternakan berjalan dengan optimal. Recording
adalah catatan segala kejadian mengenai ternak yang dipelihara yang dapat
memberi informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang objektif
didasarkan atas fakta yang ada. Bagi peternak ayam skala besar, proses
recording yang berkaitan dengan pencatatan data produksi ayam sudah lazim
dilakukan. Beberapa komponen recording yang terdapat pada peternakan
“Sabri Layer Farm” meliputi :
20
1. Jumlah populasi ayam yang dipelihara
2. Jumlah desplesi (penyusutan) yang meliputi jumlah ayam yang mati,
calling, atau hilang. Data ini harus selalu dicatat karena setiap ada
penyusutan dalam jumlah tertentu, maka peternak harus menyesuaikan
jumlah pemberian ransum dengan jumlah populasi akhir. Jumlah
penyusutan juga bisa menjadi kontrol kesehatan, misalnya serangan
penyakit yang menyebabkan mortalitas ayam.
3. Program dan jumlah pemberian ransum, Data ini juga perlu mendapat
perhatian utama dalam recording untuk mengetahui jumlah ransum yang
dihabiskan, sisanya, serta menjaga ketersediaan stok ransum di gudang.
4. Jumlah air yang dikonsumsi sangat penting untuk mengevaluasi status
kesehatan ayam dan suhu udara kandang. Meski angka pasti dari
konsumsi air agak sulit dihitung, namun setidaknya peternak tetap perlu
menghitung frekuensi pengisian tempat minum dalam satu harinya.
5. Riwayat kesehatan ternak, Recording kesehatan termasuk vital dicatat
karena diperlukan untuk melakukan dengan tepat kapan melakukan
vaksinasi, pemberian obat, mengontrol sirkulasi obat (jadwal rolling obat),
dan barang penunjang kesehatan yang lainnya (vitamin, desinfektan, dll).
21
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Disarankan kepada praktikan agar lebih aktif lagi dalam mencari suatu informasi,
jadi tidak datang ke lokasi praktikum hanya untuk mewawancarai tetapi juga melihat
atau mengamati keadaan kandang pada saat itu.
22
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta (Diterjemahkan Oleh B. Srigandono).
Harms, R.H., C.R. Douglas, dan D.R. Sloan. 1996. Midnight feeding of commercial
laying hens can improve eggshell quality. Journal of Poultry Applied
Science Research 5 :1 -5.
23
Leeson, S. 2008. Production for commercial poultry nutrition. Journal Applied
Poultry Research (17): 315 – 322.
Riczu, C. dan D. Korver. 2008. Effects of midnight feeding on the bone density and
egg quality of brown and white table egg layers. Canadian Poultry Magazine
(7): 35 – 38.
Winarno, F.G dan B.S.L. Jennie. 1983. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Pencegahannya. Ghalia Indonesia, Jakarta.
24
LAMPIRAN
25
26
KUISIONER
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat
Dusun :
RT/RW :
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
No.Telepon :
4. Status : a. Kepala Keluarga
b. Anggota Rumah Tangga
5. Pendidikan : 1. Tidak Tamat SD 2. SD
3. SLTP 4.SLTA 5.
Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan Utama : 1. Petani 2. Peternak
3.Pegawai
4. Pensiunan 5. Pedagang
6…………….
7. Pengalaman Beternak : …………………………Tahun
27
6. Mortalitas
7. Hasil Panen
8. Tingkat Pendapatan
A. Lama Usaha
1. Sejak kapan memulai usaha peternakan ayam petelur ? Di daerah mana
memulainya ?
………………………………………………………………………………
…………..
………………………………………………………………………………
…………..
2. Sejak kapan memulai usaha peternakan ayam petelur Pola Kemitraan ? Di
daerah mana memulainya ?
………………………………………………………………………………
…………..
………………………………………………………………………………
…………..
3. Apa nama perusahaan kemitraan yang pernah diikuti ? Jenis Pola
Kemitraan yang pernah diikuti ?
………………………………………………………………………………
…………..
………………………………………………………………………………
…………..
B. Luas Lahan Usaha Peternakan Ayam Petelur Pola Kemitraan
1. Mohan Bapak/Ibu/Sdr/i menjelaskan Luas Lahan (Ha atau m2 ) yang
dipergunakan untuk Usaha Peternakan ayam petelur Pola Kemitraan
(termasuk Kandang, Gudang Pakan, Kantor, Mess Tenaga Kerja, dll)
28
4 Lainnya
JUMLAH
2. Mohan Bapak/Ibu/Sdr/i menjelaskan Luas Lahan (Ha atau m 2) yang
dipergunakan untuk Kandang Pemeliharaan ayam petelur Pola Kemitraan.
Total
Kandang Kandang
(m2)
Milik Sendiri (m2) Sewa (m2)
No Jenis Lahan
Kapasitas Jumlah Kapasitas Jumlah Kapasitas Jumlah
Lokal Lokal Lokal
1 Sawah
2 Tegal/lading
3 Pekarangan
4 Lainnya
JUMLAH
4. Mohon Bapak/Ibu/Sdr/i menjelaskan Biaya Pembangunan Kandang Milik
Sendiri dan Nilai Sewa kandang yang dipergunakan untuk kandang
Pemeliharaan ayam petelur Pola Kemitraan.
Total
Kandang Kandang
(m2)
Milik Sendiri (m2) Sewa (m2)
No Jenis Lahan
Kapasitas Jumlah Kapasitas Jumlah Kapasitas Jumlah
Lokal Lokal Lokal
1 Sawah
2 Tegal/lading
3 Pekarangan
29
4 Lainnya
JUMLAH
C. ASPEK PERMODALAN
1. Modal usaha diperoleh dari :
a. Modal sendiri
b. Pinjaman bank
c. Pinjaman teman/ saudara
d. Kerjasama dengan pihak lain
e. Lainnya.
2. Jumlah modal operasional usaha :
3. Hasil penjualan dalam setahun disbanding dengan modal yang ada, sudah
cukup/kurang’lebih?
4. Rencana penambahan modal :
a. Asalnya dari mana
b. Apabila tidak menggunakan kredit bank, apa sebabnya?
D. ASPEK PENGEMBANGAN
1. Bagaimana rencana pengembangan 3 tahun ke depan (bila mungkin mohon
dijelaskan(
2. Pihak mana saja yang diharapkan dapat mendukung/memfasilitasi terhadap
upaya pemgembangan tersebut. Misalnya pemerintah, perbankan,
produsen, pihak lainnya.
3. Faktor pendorong perkembangan usaha….
a. Produksi
b. Teknologi
c. Ketersediaan bahanbaku/ bibit
d. Ketersediaan sarana penunjang
e. Kebijakan pemerintah
4. Faktor penghambat perkembangan usaha……
5. Harapan kepada dinas terkait usaha…
30
1. Faktor Kekuatan :
2. Faktor Kelemahan :
3. Faktor Peluang :
4. Faktor Ancaman/kendala :
31
b. Harian : Rp…………………. /orang/hari
G. Skala Usaha
1. Berapakan jumlah ayam petelur yang Bapak/ibu/sdr/I pelihara dalam
satu siklus periode yang lalu?
2. Pernahkan jumlah ayam petelur yang dipelihara lebih besar dari satu
periode yang lalu dan telah panen ? kalau ada berapakan jumlahnya ?
3. Apakah jumlah ayam dipeliharasudah sesuai kapasitas kandang yang
dimiliki ?
4. Adakah keinginan untuk menambah skala usaha ?
H. Penyuluhan
1. Pernahkan bapak/ibu/Sdr/I mengikuti penyuluhan yang diselenggarakan
oleh instansi peternakan/Dinas/lainnya tentang usaha peternakan ayam
petelur ?
a. Pernah b. Tidak Pernah c. Bila pernah berapa kali dan
kapan?
2. Pernahkan bapak/ibu/sdr/i mengikuti penyuluhan formal dan atau non
formal (di rumah/di kandang/di kantor oleh TSP) yang diselenggarakan
oleh perusahaan kemitraan tentang usaha peternakan ayam petelur ? Jika
pernah sudah berapa kali……….dan waktu yang diperlukan dalam
penyuluhan berapa jam ?
3. Sebutkan kegiatan pelatihan yang pernah bapak/ibu/sdr/i diikuti tentang
materi usaha peternak ayam petelur.
32
1. Pada periode pemeliharaan yang lalu, berapa ekor jumlah awal
pemeliharaan (DOC masuk)……Jenis/strain ? ……
2. Selama pemeliharaan dari awal sampai dengan panen, ada berapa ekor
yang mati (ekor)….. (5)
3. Apa penyebab kematian tersebut ?
4. Berapa ekor jumlah telur yang dipanen (dijual dan termasuk juga yang
diberi ke orang lain)
J. Hasil Panen
1. Berapa jumlah yang dipanen pada periode yang lalu (termasuk yang
tidak disetor ke perusahaan, misalnya di berikan pada orang lain/
tetangga/tenaga kerja dll)
2. Berapakali pengambilan pada saat panen periode yang lalu……kali
3. Berapa banyak hasil panen pada periode yang lalu……Kg
(Termasuk yang disetor ke perusahaan, misalnya diberikan ke orang
lain/Tetangga/ tenaga kerja dll)
K. Tingkat Pendapatan
1. Berapakan harga jual per butir pada panen yang lalu ?
2. Berapakah niali uang yang diperoleh dari hasil panen periode yang lalu
3. Berapakah nilai uang bonus efisiensi produksi setra lainnya yang
diperoleh dari hasil panen periode yang lalu ?
4. Berapakah nilai uang yang diperoleh dari penjualan limbah ternak
periode yang lalu ?
5. Berapakah total penerimaan uang dari pemeliharaan usaha ayam petelur
periode yang lalu ?
6. Berapakah total biaya produksi pada pemeliharaan usaha petenakan
ayam petelur periode yang lalu ? (Komponen biaya produksi terdiri dari
bibit (DOC), pakan, obat/vaksin, tenaga kerja, sewa kandang atau
penyusutan kandang , bunga modal (bila ada), luran / pajak (bila ada),
Penyusutan peralatan (bila ada), pemanas dan bahan bakar, listrik, serta
biaya yang lain (bila ada)
33
7. Hasil panen periode yang lalu untung/rugi. Berapakan jumlah
keuntungan/kerugiannya. Bila untung berapakah keuntungan
bersihnya ?
34