Anda di halaman 1dari 5

1.

Berikanlah dan jelaskan contoh penggunaan keempat fungsi bahasa menurut Karl Raimund
Poppe di daerah tempat tinggal saudara!
2. Jelaskanlah perkembangan bahasa Indonesia pada zaman Jepang dengan menggunakan
mind mapping!
3. Jelaskanlah empat fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara!

4. Bacalah artikel berikut untuk menerapkan teknik PQRST!


Sisi Positif Parenting Budaya Jepang Oleh:
Buyung Okita Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat untuk lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat
diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk membina rumah tangga di
kemudian hari. Secara sederhana terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter,
berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. berikut adalah sedikit penjelasan mengenai
keempat gaya asuh tersebut. Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana
orangtua memaksakan kehendaknya tanpa begitu memperhatikan atau mempedulikan
bagaimana perspektif sang anak. Gaya asuh orangtua berwibawa adalah gaya asuh di mana
orangtua menjadi panutan yang teladan, memberikan batasan yang cermat untuk putra-
putrinya, dan memberikan pujian untuk upaya yang telah putra-putrinya lakukan. Gaya asuh
permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan batasan kepada anakanaknya,
semisal tidak memberikan garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau tidak.
Memercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa yang ia inginkan, cenderung tidak
mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius. Gaya asuh overprotektif adalah
gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi putra-putrinya dari segala hal buruk, rasa
sakit, pengalaman yang buruk, dan lain-lain. Karena itu banyak membatasi putraputrinya di
berbagai aspek. Pernahkah Anda melihat di media seperti film atau kartun digambarkan
bahwa anak-anak di Jepang merupakan anak yang patuh? Walaupun di balik itu terdapat
unsur kompetitif yang muncul karena adanya harapan orangtua agar putra-putrinya dapat
lulus masuk ke sekolah atau kampus yang bergengsi. Tentunya unsur kompetitif di satu sisi
merupakan hal yang positif, tetapi karena tingkat kompetitif yang tinggi dari harapan
orangtua membuat putra-putri merasa tertekan. Bagaimanakah stereotip mengasuh ala
orangtua di Jepang yang dapat kita lihat sebagai hal yang positif?
1. Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat Ibu dan anak memiliki hubungan
yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak tidur bersama orangtuanya. Ibu juga
selalu menemani di manapun anaknya berada. Tidak jarang dapat dilihat bahwa ibu
menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah seperti menyapu, memasak,
berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang telah melahirkan dan
menjadi ibu rela untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya di rumah. Pada
usia antara 0-5 tahun, anak diperbolehkan melakukan apa saja. Mungkin budaya ini sedikit
berbeda dengan negara lain. Yang dimaksud diperbolehkan melakukan apa saja adalah
membiarkan MKWU4108-2 2 dari 4 anak berksplorasi dengan kegiatan yang ia lakukan.
Namun orangtua tetap menstimulus dengan hal yang positif dan menjadi role model yang
baik. Filosofi ini menunjukan, dengan anak dibiarkan aktif menandakan bahwa sang anak
tumbuh sehat. Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan
kerabat sehingga dapat lebih mengenal saudara dan sosial. Orangtua di Jepang juga
beranggapan bahwa sebisa mungkin menemani putra-putrinya sehingga anak merasakan
kasih sayang orangtuanya.
2. Orang tua adalah cerminan anak Studi di Amerika dan Jepang pernah dilakukan untuk
mengetahui bagaimana orangtua mengasuh anaknya. Orangtua di Amerika cenderung bersifat
netral dan menunjukan anak cara untuk membuat suatu piramida, sesudah itu membiarkan
anaknya untuk membuat piramida dengan apa yang telah diajarkan atau dengan caranya
sendiri. Sedangkan orangtua Jepang cenderung mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada
anaknya, sehingga orang tua sepenuhnya menjadi role model bagi anaknya. Setelah fase usia
5 tahun di mana anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun anak mulai
diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan
melakukan apa yang dilakukan oleh orangtua. Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat
berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun temurun. Fase ini
orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban, apa yang boleh
dilakukan atau tidak. Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai
diajarkan tidak hanya sebagai mata pelajaran dan diselipkan di mata pelajaran lain, tetapi juga
anak diberikan ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling melayani, kegiatan
makan siang di sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah
Indonesia. Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton
merupakan cara Jepang untuk menbuat anak-anak belajar untuk disiplin.
3. Orang tua dan anak adalah setara Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai
memberikan ruang untuk anak dapat lebih mandiri dengan mengurangi batasan yang
diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan tidak hanya sebagai orangtua dan anak, tetapi
juga sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat
berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis. Fase ini untuk
mempersiapkan anak melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan keluarga
serta belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak diajarkan
untuk mulai independen dan dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang dewasa. Setelah
usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya diadakan upacara hari
kedewasaan yang diselenggarakan di distrik/kota setempat yang diikuti oleh pemuda berusia
20 tahun.
4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi Selain mengajari dan mempersiapkan anak
untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat yang lebih luas, anak juga diberikan
semangat untuk dapat memahami dan menghormati perasaanya sendiri. Orangtua
mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak mempermalukannya. Contohnya tidak
menegur anaknya atau menasehati anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang dirasa
kurang pantas. Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk
menasehatinya. Anak diajarkan untuk dapat memiliki sikap empati dan saling menghormati
orang lain. Orangtua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang
terbaik. Begitu pula dewasa ini nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang
mendidik anaknya. Namun meskipun terjadi pergeseran dan perubahan, gaya asuh orangtua
di Jepang yang menyayangi putraputrinya tidak berubah. Setelah membaca sedikit stereotip
gaya asuh orangtua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuhnya merupakan perpaduan
antara sedikit gaya permisif, gaya authoritative (berwibawa).
Sumber:https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-
positif-parenting-budayajepang?page=all#section2 MKWU4108-2 3 dari 4
Setelah Saudara membaca artikel di atas, selesaikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Temukanlah informasi awal, identitas, dan topik artikel! (langkah preview)
2. Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
3. Temukanlah informasi-informasi penting dari artikel tersebut! (langkah read)
4. Buatlah ringkasan! (langkah summarize)
5. Jawablah pertanyaan yang telah disusun pada langkah ke-2! (langkah test) Jawaban
saudara dapat mengacu pada modul MKWU 4108 bahasa Indonesia pada halaman 3.31 s.d.
3.39

5. Bacalah artikel berikut! Sewindu Riset Pesisir, Data Karbon Biru Padang Lamun Indonesia
Tercapai Oleh: Dr. A’an Johan Wahyudi PADANG lamun merupakan ekosistem laut dangkal
yang didominasi oleh tumbuhan lamun, yaitu tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi
dengan air asin. Laut Indonesia tercatat memiliki 13 spesies lamun dari 60 spesies yang
tercatat di dunia. Tidak seperti ekosistem terumbu karang dan mangrove, padang lamun
mendapat perhatian yang relatif minim. Namun demikian, hasil riset di seluruh dunia
menyatakan berbagai nilai penting dari padang lamun terutama karena layanan ekosistemnya.
Layanan ekosistem yang dimaksud misalnya sebagai tempat pemijahan dan pembesaran
berbagai spesies ikan, penyaring material tersuspensi pada air laut, sumber makanan mamalia
laut dugong, dan layanan karbon biru untuk mitigasi perubahan iklim. Istilah karbon biru
(blue carbon) digunakan untuk karbon yang diserap, disimpan dan dilepaskan kembali oleh
ekosistem vegetasi laut (mangrove dan padang lamun). Karbon biru menjadi layanan
ekosistem yang penting terutama karena terkait aksi mitigasi perubahan iklim melalui
penurunan emisi karbon. Target penurunan emisi karbon Sesuai dengan inisiatif
Pembangunan Rendah Karbon (PRK), Indonesia memiliki target penurunan emisi karbon
sebesar 29% (atau 41% dengan bantuan luar negeri) relatif terhadap business as usual (BAU)
sampai tahun 2030. Target penurunan emisi ini salah satunya harus disumbangkan oleh
sektor laut dan perikanan, dengan terlebih dahulu menentukan beberapa prasyarat. Prasyarat
minimal antara lain penentuan faktor emisi alih lahan ekosistem pesisir, catatan perubahan
luas area, dan neraca karbon (cadangan dan serapan karbon) ekosistem vegetasi pesisir
termasuk padang lamun. Ketika pertama kali isu karbon biru mendapat perhatian peneliti
Indonesia satu dekade terakhir, langkah awal yang dilakukan adalah melakukan riset
mengenai cadangan dan serapan karbon ekosistem pesisir. Pengembangan metode riset di
Indonesia dilakukan dengan mengacu pada perkembangan terakhir riset karbon biru di dunia.
Namun demikian, berbagai panduan dan metode riset umumnya menitikberatkan pada
sampling lapangan dan analisis laboratorium dengan sarana yang canggih dan maju. Kendala
ini menjadi salah satu tantangan di Indonesia, terutama karena tidak banyak peneliti yang
mendapatkan kesempatan melakukan riset karbon biru dengan sarana memadai. Sementara
itu, wilayah cakupan nasional Indonesia sangat luas, apalagi jika ditargetkan untuk
memperoleh data yang representatif secara nasional untuk data faktor emisi dan neraca
karbon yang diperlukan dalam perhitungan penurunan emisi karbon pada konteks PRK. Riset
karbon biru padang lamun menemukan momentumnya sekitar awal tahun 2013 lalu, ketika
dimulainya riset untuk menentukan neraca karbon, di samping inventarisasi dan riset ekologis
ekosistem. Namun, terkendala oleh sarana laboratorium dan akses lapangan, wilayah
Indonesia yang luas tidak cukup terwakili. Tercatat hanya ada sembilan lokasi di Indonesia
yang telah diteliti dalam rangka riset karbon biru. Tentunya sebaran wilayah ini masih jauh
dari cukup. Meskipun demikian, terdapat data dan informasi terkait padang lamun (biomas,
kepadatan dan persentase tutupan) di sekitar 19 lokasi di Indonesia yang diperoleh dari
program COREMAP-CTI. Termotivasi oleh inisiatif PRK, pada tahun 2018 peneliti dari
berbagai lembaga tergerak untuk saling berbagi data dan informasi terkait riset karbon biru.
Data lengkap neraca karbon padang lamun dari sembilan lokasi kemudian dikombinasikan
dengan data dari 19 lokasi lainnya. Model statistik yaitu Robust Linear Mixed Models
(rLMMs) digunakan untuk menentukan korelasi antar parameter padang lamun terkait neraca
karbon, yaitu biomassa, kepadatan, persentase tutupan, cadangan karbon, dan serapan karbon.
Hanya ada 13 lokasi (dari 28 lokasi) yang cukup lengkap untuk MKWU4108-2 4 dari 4
digunakan datanya dalam penentuan formula model. Hasil kerja tim peneliti tersebut akhirnya
dapat dipublikasikan dalam majalah ilmiah internasional, Ocean Science Journal
(https://rdcu.be/b14ic) pada tahun 2020. Hasilnya, perhitungan neraca karbon padang lamun
di Indonesia dapat dilakukan dengan memanfaatkan formula yang telah dikembangkan. Data
dasar terkait padang lamun (biomassa, kepadatan, dan persentase tutupan) yang banyak
tersedia di lembaga penelitian daerah dan universitas dapat dikonversi ke nilai neraca karbon
dengan formula yang tersedia pada publikasi ilmiah tersebut. Hasil riset tersebut juga dapat
memperkirakan total cadangan karbon yang tersimpan di ekosistem padang lamun Indonesia
yaitu sekitar 1.005 kilo ton karbon dengan potensi penyerapan karbon sebesar 7,4 mega ton
karbon per tahun. Rata-rata cadangan karbon lamun di Indonesia tercatat maksimum sebesar
0,36 dan 0,79 ton karbon per hektar, masing-masing untuk cadangan karbon atas dan bawah
permukaan. Seagrass Carbon Converter (SCC), faktor emisi karbon, dan PRK Sebagai tindak
lanjut agar hasil riset dapat dengan mudah dipakai oleh pemangku kepentingan, maka
dikembangkanlah sebuah aplikasi berbasis web, yaitu Seagrass Carbon Converter
(http://scc.oseanografi.lipi.go.id/). SCC dibuat dengan mengacu pada formula untuk
mengkonversi nilai biomas, kepadatan dan persentase tutupan lamun menjadi nilai cadangan
dan serapan karbon. SCC diharapkan menjadi alternatif yang memudahkan bagi praktisi di
daerah dalam hal pelaporan potensi neraca karbon biru ekosistem padang lamun. Pelaporan-
pelaporan semacam ini biasanya secara rutin diminta oleh sekretariat PRK untuk dipantau
dan dievaluasi dalam kaitannya target penurunan emisi karbon. Berdasarkan nilai rata-rata
cadangan karbon padang lamun nasional, maka kita bisa menentukan faktor emisi aktivitas
antropogenik alih guna lahan padang lamun yaitu sebesar 0,05 ton karbon. Nilai ini adalah
4% dari rata-rata cadangan karbon (jumlah cadangan karbon atas dan bawah permukaan =
1,15 ton karbon). Konstanta 4% berdasarkan hasil riset sebelumnya bahwa, setiap hektar
padang lamun akan mulai melepas karbon ke udara secara bertahap sebesar 4% per tahun dari
total cadangan karbon tersimpan, dimulai sejak terjadinya kerusakan atau alih guna lahan.
SCC dalam konteks penentuan faktor emisi dan pelaporan PRK, dapat dimanfaatkan berbasis
data lokal sesuai dengan luasan area, kepadatan, biomassa maupun persentase tutupan padang
lamun. Sehingga faktor emisi juga dapat ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi riil di
daerah dimana padang lamun berada. Hal ini cukup relevan dengan fakta bahwa kondisi
padang lamun akan berbeda di satu tempat dengan tempat lainnya mengikuti skala mikro atau
meso ekosistem. Artinya, dengan demikian SCC dapat memenuhi target Tier 2 (atau bahkan
Tier 3) dalam konteks aksi mitigasi perubahan iklim. Dr. A’an Johan Wahyudi Diplomat
Sains ASEAN 2020; Peneliti Madya Bidang Biogeokimia Laut Pusat Penelitian Oseanografi
- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sumber:
https://www.kompas.com/sains/read/2020/09/28/190600323/sewindu-riset-pesisir-data-
karbon-birupadang-lamun-indonesia-tercapai?page=all#page2.
Jawablah pertanyaan berikut!
1. Apakah ide pokok paragraf ke-16?
2. Kata Konstanta 4% berdasarkan hasil riset sebelumnya. Kembali ke?
3. Apakah simpulan dari artikel tersebut?

Anda mungkin juga menyukai