Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSISA

KEBUTUHAN MINERAL, VITAMIN, DAN ZAT ADDITIF


PADA UNGGAS, KUDA DAN KELINCI

Disusun oleh :

Awit Alawiyah (24032116107)

Irwan Sanjaya (24032116114)

Hellen Anjani (24032116113)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ” Kebutuhan Mineral, Vitamin, Dan Zat
Additif Pada Unggas, Kuda Dan Kelinci”. Terselesainya makalah ini tidak
lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah memberikan kepada penulis
berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu, penulis bermaksud
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat saya
sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai
kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Garut, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................ i

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Mineral, Vitamin dan Zat Additif ............................................... 3

2.2 Kebutuhan Mineral pada Unggas, Kuda dan Kelinci .................. 7

2.3 Kebutuhan Vitamin pada Unggas, Kuda dan Kelinci ................. 11

2.3 Kebutuhan Zat Additif pada Unggas, Kuda dan Kelinci............. 12

Bab III Kesimpulan

5.1 Kesimpulan.................................................................................. 13

Daftar Pustaka ................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha peternakan yang ada di Indonesia terdapat beberapa kelompok ada
ternak ruminansia, unggas, dan non ruminansia. Adapun ternak ruminansia seperti
sapi, kerbau, domba, dan kambing. Ternak unggas sendiri seperti ayam, itik, dan
puyuh. Sementara non ruminansia seperti babi, kuda, unta dan kelinci. Hal
tersebut dapat dibedakan salah satunya karena system pencernaanya yang
berbeda. Menurut tipe alat pencernaannya hewan digolongkan ke dalam
monogastrik dan poligastrik. Monogastrik adalah hewan berperut tunggal dan
sederhana. Alat pencernaannya terdiri dari mulut, esophagus, perut, usus halus,
usus besar dan rektum. Sistem pencernaannya disebut Simple Monogastric
System. Poligastrik adalah hewan berperut ganda (kompleks) seperti ruminansia
sejati (hewan yang mempunyai rumen) yaitu sapi, kerbau, kambing, domba, rusa,
anoa, antelope dan pseudo-ruminant (onta, llama). Sistem pencernaannya disebut
Pollygastric System.
Pada kuda dan kelinci memiliki sistem pencernaan yang cukup unik sehingga
proses pencernaannya berbeda dari pada yang lain. Secara umum alat pencernaan
pada kuda meliputi organ-organ yang langsung berhubungan dengan penerimaan,
pencernaan bahan makanan dan pengeluaran sisa pencernaan. Sementara menurut
Gillespie (2004) kelinci merupakan hewan monogastrik yang memiliki perut
sederhana dan merupakan hewan herbivora. Kelinci memiliki sekum yang besar
oleh karena itu bisa mengkonsumsi lebih banyak hijauan dibandingkan dengan
ternak monogastrik lainnya seperti babi dan unggas. Ransum yang tidak
mencukupi akan memperlambat pertambahan bobot hidup harian dan
memperkecil efisiensi penggunaan ransum (Lebas et al., 1986).
Kebutuhan mineral dalam tubuh ternak umumnya tidak terlalu tinggi karena
biasanya mineral yang dibutuhkan selalu berdasarkan kebutuhan hidup pokoknya.
Konsentrasi mineral mikro dinyatakan dalam istilah ”parts per million” (ppm),
karena konsentrasinya sangat kecil dalam tumbuh-tumbuhan dan dalam tubuh.
Sedangkan mineral makro dinyatakan dalam istilah persentase. Setiap mineral
esensial mempunyai paling sedikit satu fungsi spesifik dalam tubuh atau mungkin

1
suatu mineral mempunyai peran khusus dalam suatu metabolisme. Mineral sendiri
tidak menghasilkan energi, meskipun mungkin mineral tertentu terlibat dalam
proses metabolisme. Unsur mineral yang telah diketahui kini esensial bagi tubuh
ataupun ternak, bila tubuh mengalami defisiensi akan berakibat buruk, namun bila
berlebihan sampai batas tertentu akan berakibat toksik bagi tubuh bahkan
mungkin mengakibatkan kematian pada ternak.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja fungsi dari mineral, vitamin, dan zat adiktif pada tubuh ternak
unggas, kuda, dan kelinci?
1.2.2 Berapa kebutuhan mineral, vitamin, dan zat adiktif pada tubuh ternak
unggas, kuda, dan kelinci?
1.2.3 Bagaimana manfaat dari mineral, vitamin, dan zat adiktif pada tubuh
ternak unggas, kuda, dan kelinci?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui fungsi dari mineral, vitamin, dan zat adiktif pada tubuh
ternak unggas, kuda, dan kelinci.
1.3.2 Untuk mengetahui kebutuhan mineral, vitamin, dan zat adiktif pada tubuh
ternak unggas, kuda, dan kelinci.
1.3.3 Untuk mengetahui manfaat dari mineral, vitamin, dan zat additif pada
tubuh ternak unggas, kuda, dan kelinci.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mineral, Vitamin dan Zat Additif
Vitamin dan mineral (mg) sangat berperanan sekali dalam proses
terbentuknya energi, tapi dia tidak menghasilkan energi. Beda unsur organik
dengan anorganik adalah ;
1. unsur organik menghasilkan energi dan mempunyai unsur CHO dan unsur
anorganik tidak menghasilkan energi.
2. Mineral dalam bentuk senyawa (NaOH) tidak bisa diserap tubuh dan
belum berfungsi dalam tubuh dan harus dipecah dulu, tapi mineral yang
sudah dalam bentuk ion (Na+)sudah siap diserap tubuh.
2.1.1 Mineral
Mineral merupakan unsur yang esensial dalam tubuh dan kadarnya dalam
tubuh ternak adalah :
Makro Persentase Mikro ( Mg/kg)
(%)
Kalsium ( Ca) 1,5 Besi (Fe) 20-80
Fosfor (P) 1,0 Seng (Zn) 10-50
Kalium (K) 0,2 Tembaga (Cu) 1,5
Natrium (Na) 0,16 Mangan (Mn) 0,2 – 0,5
Khlor (Cl) 0,11 Yodium (I) 0,3-0,6
Sulfur (S) 0,15 Kobalt (Co) 0,02 -0,1
Magnesium (Mg) 0,04 Molibdenum (Mo) 1,4
Selenium (Se) 1,7
Mineral (abu) dalam tubuh ternak 3-5 %
Fungsi umum mineral adalah :
1. Membentuk bagian dari kerangka gigi dan hemoglobin.
2. Mempertahankan keseimbangan asam basa yang tepat dalam cairan tubuh.
3. Mempertahankan tekanan osmotik seluler.
4. Mempertahankan keasaman yang tepat dari getah pencernaan (Mg,Zn, Ca).
5. Mencegah kekejangan.
6. Mempertahankan kontraksi yang tepat dari urat daging.

3
7. Ada hubungannya dengan fungsi vitamin dalam pembentukan tulang.
Mineral harus disediakan dalam jumlah yang cukup dan perbandingan yang tepat
agar sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut sehingga sanggat efektif dan efesien.
Sehingga ternak nantinya tidak mengalami defesiensi mineral. Oleh karena itu perlu
penghitungan kebutuhan yang tepat pada ternak.
2.1.2 Vitamin
Vitamin adalah substansi organik yang dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah
sangat sedikit berguna untuk mengatur berbagai proses dalam tubuh agar berjalan
normal termasuk kesehatan,pertumbuhan dan reproduksi. Secara umum yang
dimaksud vitamin dapat dinyatakan sebagai :
1. Senyawa organik yang terdapat dialam.
2. Komonen bahan makanan namun berbeda dengan Kh, lemak, protein dan air.
3. Terdapat dalam bahan pakan dalam jumlah sedikit
4. Merupakan nutrien esensial, oleh karena itu harus didapat dari pakan sebab
tubuh tidak bisa mensintesanya kecuali beberapa vitamin saja. Sebagai contoh
vitamin D bisa disintesa pada permukaan kulit oleh adanya sinar ultraviolet,
asam nikotenat bisa disintesa dari asam amino triptofan.Sebagian hewan
mampu mensintesa asam askorbat (vitamin C) bila dalam tubuhnya ada enzim
L gulanolactone oksidase. Sebagian hewan mempunyai kapasitas metabolik
untuk mensintesa kholin, walaupun beberapa anak ayam dan tikus tidak
sanggup menggunakan kapasitas ini bila didalam makanannya kekurangan
senyawa donor methil.
5. Berguna mengatur beberapa proses dalam tubuhnya agar berjalan normal
termasuk kesehatan, pertumbuhan, produksi dan reproduksi tetapi bukan
merupakan bagian dari struktur tubuh.
6. Bila sampai terjadi defisiensi akan terjadi penyakit defisiensi yang spesifik.
Penyakit defisiensi vitamin sering disebut hipovitaminosis.
Ada beberapa macam vitamin akan rusak oleh beberapa macam pengaruh
tertentu seperti: oksigen, sinar, panas dan mineral (Fe,Cu dll), oleh sebab itu dalam
penyimpanannya harus dihindari pengaruh itu dan kestabilan masing-masing vitamin

4
pengaruhnya tidak sama. Berdasarkan kestabilannya urutannya: B12, kholin, niasin,
asam pantotenat, vitamin D dan vitamin E dan vitamin A. Berdasarkan Kelarutannya
vitamin dibagi dua:
a. Vitamin larut dalam lemak ( A,D,E,K).
 Terdiri dari unsur C,H,O.
 Mempunyai bentuk provitamin(precusor vitamin) yang bisa diubah menjadi
vitamin dalam tubuh. Contoh : provitamin A dan provitamin D.
 Tidak terdapat disemua jaringan.Vitamin umumnya berasal dari jaringan
tanamankecuali vitamin C dan D yang terdapat dalam jaringan hewan.
 Menyusun struktur jaringan.
 Diserap bersama lemak.Vitamin larut dalam lemak diabsorbsi dari saluran
pencernaan bila ada lemak. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan
penyerapan lemak adalah ukuran partikel atau adanya empedu yang dapat
meningkatkan penyerapan vitamin yang larut dlm lemak
 Diserap bersama lemak, vitamin yang larut dalam lemak disimpan pada
deposit lemak dan penyimpanannya akan meningkat dengan meningkatnya
konsumsi vitamin larut dalam lemak.
 Dikeluarkan memlalui feses.Vitamin larut dalam lemak diekresikan lewat
feses.
 Kurang stabil, dapat dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dll.
 Secara fisiologis vitamin yang larut dalam lemak dibutuhkan dalam
pengaturan metabolisme
b. Vitamin larut dalam air (B, dan C)
 Tidak hanya tersusun oleh C,H,O,S,N atau Co.
 Tidak ada dalam bentuk provitamin contoh: triptofan bisa diubah menjadi
Niasin tetapi niasin tidak disebut provitamin.
 Terdapat disemua jaringan.
 Vitamin yang larut dalam air sebagian besar terlibat dalam transfer energi
karena vitamin ini ada disetiap jaringan hidup, tersedia dan dibutuhkan.
 Diserap dengan proses difusi biasa artinya penyerapannya sederhana seiring
dengan penyerapan air dari saluran pencernaaan masuk kedalam sel darah.
 Sebagai prekusor enzim (merangsang enzim)

5
 Tidak disimpan secara khusus dalam tubuh.Vitamin ini tidak disimpan
karena setiap sel hidup mengandung semua vitamin B.Gejala defisiensi tidak
terlihat segera tetapi mengikuti kekurangan nya dalam makanan.
 Dikeluarkan melalui urin,tapi kadang-kadang dieksresikan lewat feses
Relatif stabil
Sasaran vitamin yang larut dalam lemak adalah kulit, tulang, otot dan darah,
sedangkan golongan vitamin B mempunyai fungsi metabolik utamanya sebagai
katalisator dalam konversi zat nutrisi kedalam daging atau telur. Hampir semua reaksi
untuk perombakan zat nutrisi dan transformasi kedalam senyawa lain dikatalis oleg
vitamin B. Pengecualian vitamin C (asam askorbat) aneka ternak unggas
membutuhkan semua vitamin yang telah diketahui. Vitamin ditemukan pada
konsentrasi yang sangat bervariasi dalam bahan makanan, tetapi tidak satupun bahan
makanan mengandung semua vitamin dalam jumlah optimal untuk ternak. Sebagian
besar vitamin didapat dari makanan asal tanaman. Hewan mendapatkan vitamin bila
mengkonsumsi makanan tersebut.
2.1.3 Zat Additif
Additive adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan
tujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak maupun kualitas produksi. Zat
additive yang diberikan pada ternak digolongkan menjadi 4 yaitu: 1. Vitamin
tambahan, 2. Mineral tambahan, 3. Antibiotik, 4. Anabolik (hormonal), 5.
Agroindustri (Agustina 2006).
Feed additive atau imbuhan pakan adalah setiap pakan yang tidak lazim
dikonsumsi ternak sebagai pakan yang sengaja ditambahkan, memiliki atau tidak nilai
nutrisi, dapat mempengaruhi karakteristik pakan atau produk ternak. Bahan tersebut
memiliki mikroorganisme, enzim, pengatur keasaman, mineral, vitamin dan bahan
lain tergantung pada tujuan penggunaan dan cara penggunaannya (Zahid, 2012).
Feed additive merupakan bahan pakan tambahan yang diberikan kepada
ternak melalui pencampuran pakan ternak. Bahan tersebut merupakan pakan
pelengkap yang bukan zat makanan. Penambahan feed additive dalam pakan
bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan ternak yang optimal. Feed additive ada
dua jenis yaitu feed additive alami dan sintetis (Prayer. 2004).

6
Menurut Ravindran (2012), feed additive dapat digolongkan menjadi dua
macam, yaitu nutritive feed additive dan non nutritive feed additive. Nutritive feed
additive ditambahkan ke dalam ransum untuk melengkapi atau meningkatkan
kandungan nutrien ransum, misalnya suplemen vitamin, mineral, dan asam amino.
Non nutritive feed additive tidak mempengaruhi kandungan nutrien ransum,
kegunaannya tergantung pada jenisnya, antara lain untuk meningkatkan palatabilitas
(flavoring / pemberi rasa, colorant / pewarna), pengawet pakan (antioksidan),
penghambat mikroorganisme patogen dan meningkatkan kecernaan nutrien
(antibiotik, probiotik, prebiotik), anti jamur, membantu pencernaan sehingga
meningkatkan kecernaan nutrien (acidifier, enzim).
2.2 Kebutuhan Mineral pada Unggas, Kuda dan Kelinci
2.2.1 Kebutuhan Mineral pada Unggas
Unggas merupakan ternak monogastrik (berlambung tunggal), makanannya
sebagian besar berupa konsentrat. Bahan pakan penyusun ransum unggas umumnya
atau ransum unggas komersial yang beredar di pasaran, kurang lebih 90-95% tersusun
dari tanaman atau nabati. Dari jumlah tersebut, lebih kurang 40-65% tersusun dari
jagung kuning dan 20-40% bersumber dari bahan pakan nabati lainnya. Sebaliknya,
penggunaan bahan pakan asal hewan (hewani) berkisar antarar 3-6% dan pakan
pelengkap antara 0-3%. Adapun kebutuhan nutrisi pada unggas adalah sebagai
berikut:

7
Mineral merupakan unsur nutrisi yang sangat penting di dalam penyusunan
kerangka tubuh, bagian dari berbagai cairan dan sistem tubuh, untuk pertumbuhan
tulang, pembentukan kulit telur, dan fungsi fisiologis lainnya yang membutuhkan
mineral. Mineral yang dibutuhkan dalam jumlah besar atau makro mineral atau
mineral utama oleh ternak unggas adalah kalsium, fosfor, sodium, potasium,
magnesium, dan chlorine. Mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit atau
mineral pertama adalah : besi, mangan, copper, molebdenum, seng, dan seleneum.

8
Kekurangan mineral utama akan berpengaruh terhadap mineral lainnya, karena
kebutuhan akan mineral satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
2.2.2 Kebutuhan Mineral pada Kuda
Jumlah konsumsi pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan
banyaknya zat-zat makanan yang dikonsumsi. Church dan Pond (1988),
mengemukakan bahwa jumlah konsumsi pakan ditentukan oleh umur dan sifat fisik
pakan serta keadaan fisiologis ternak dan keadaan lingkungan sekitarnya. Harper dan
Ralph (2007) mengemukakan pada musim panas dengan intensitas kerja yang tinggi
membutuhkan asupan pakan, terutama energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kondisi lingkungan normal, demikian pula dengan peningkatan kinerja dari latihan
dimana latihan dengan jarak galloping 3 mil kebutuhan energi 22,5 Mkal per hari dan
meningkat menjadi 30 Mkal perhari pada jarak latihan galloping 6 mil per hari.
Adapun sumber pakan yang diberikan berasal dari jerami maupun biji-bijian, dengan
jumlah konsumsi jerami 1,75 kg dengan pemberian 3 kali sehari yang bertujuan untuk
menjaga kondisi kuda supaya tidak gemuk. Pilliner (1992) menyatakan, kuda yang
memiliki tinggi 152-162 cm dan bobot 500 kg dengan tingkat kerja cepat atau pacuan,
rasio hijauan:konsentrat yang diberikan adalah 30:70 atau dalam satuan kilogram
kira-kira 3,5 kg hijauan dan 8,5 kg konsentrat. Saastamoinen (1993) mengemukakan,
konsumsi pakan untuk kuda kerja dan induk bunting adalah 1,6-1,8 % dari bobot
badan dan untuk menyusui 2-3,5% dari bobot badan.

9
2.2.3 Kebutuhan Mineral pada Kelinci
Menurut Gillespie (2004) kelinci merupakan hewan monogastrik yang
memiliki perut sederhana dan merupakan hewan herbivora. Kelinci memiliki sekum
yang besar oleh karena itu bisa mengkonsumsi lebih banyak hijauan dibandingkan
dengan ternak monogastrik lainnya seperti babi dan unggas. Ransum yang tidak
mencukupi akan memperlambat pertambahan bobot hidup harian dan memperkecil
efisiensi penggunaan ransum (Lebas et al., 1986).
NRC (1977) menyatakan bahwa kebutuhan hidup pokok ternak kelinci
memerlukan bahan kering 3-4% dari bobot badan. Kebutuhan zat makanan untuk
kelinci pada periode laktasi berdasarkan NRC (1977) adalah 2500 kkal/kg DE, 10-
12% serat kasar, 15-17% protein kasar, 2% lemak, 0,75% kalsium, dan 0,5%
phosphor. Ransum yang kurang mengandung serat kasar atau kelebihan akan
mengakibatkan enteritis (Farrel and Raharjo, 1984).
Ensminger (1991) menyatakan bahwa kebutuhan zat makanan kelinci pada
saat laktasi adalah 24-26% protein kasar, 3-6% lemak, 12-16% serat kasar, sedangkan
Cheeke (1987) menyatakan untuk periode laktasi, kelinci bunting membutuhkan 2700

10
DE kkal/kg, 70% TDN, 18% protein kasar, 12% serat kasar, dan 5% lemak kasar.
Kebutuhan zat makanan kelinci pada berbagai fase dapat dilihat pada gambar.

2.3 Kebutuhan Vitamin pada Unggas, Kuda dan Kelinci


Hampir semua vitamin terdapat dalam bahan pakan dari sumber nabati
maupun hewani. Umumnya pakan limbah berlemak banyak mengandung vitamin
A, D, E, dan K, sedangkan pakan limbah yang bersumber dari biji-bijian dan
hijauan banyak mengandung vitamin yang larut dalam air. Vitamin digolongkan
menjadi dua, yaitu (1) vitamin yang larut dalam lemak dan (2) vitamin yang larut
dalam air. Yang pertama dapat diekstrak dari bahan pakan dengan larutan lemak
dan yang kedua dengan air. Vitamin yang larut dalam lemak termasuk vitamin A,
D, E, dan K serta mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen. Vitamin yang larut
dalam air terdiri atas : asam askorbat (vitamin C) dan B-kompleks (tiamin,
riboflavin, asam nikotin, asam folik, biotin, asam pantotenat, piridoxin, dan
vitamin B12). Zat tersebut mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen dan dapat
pula mengandung nitrogen, sulfur, atau kobalt.
Umunya vitamin dalam bahan pakan terdapat secara langsung dalam
bahan pakan tetapi dapat juga ditambahkan sebagai suplemen tambahan bila
ternak mengalami kekurangan vitamin. Vitamin diperlukan dalam jumlah yang
lebih kecil dibandingkan nutrient lainnya, namun kekurangan vitamin dalam
ransum menyebabkan gangguan metabolisme dan penyakit. Beberapa senyawa
yang berfungsi sebagai precursor vitamin atau provitamin seperti β-karoten atau
pro-vitamin A. Diketahui sedikitnya 15 vitamin dibutuhkan kuda. Sebagian besar

11
vitamin dapat diperoleh dari hijauan. Vitamin yang terdapat dalam pakan
bervariasi tergantung pada tipe tanah, iklim, pemanenan, dan penyimpanan.
Hijauan berkualitas yang diperoleh pada pagi hari biasanya banyak mengandung
vitamin. Defisiensi vitamin dapat terjadi jika kuda banyak mengkonsumsi hijauan
kualitas buruk atau pakan tanpa suplemen vitamin.
2.4 Kebutuhan Zat Additif pada Unggas, Kuda dan Kelinci
Feed additive atau imbuhan pakan adalah setiap pakan yang tidak lazim
dikonsumsi ternak sebagai pakan yang sengaja ditambahkan, memiliki atau tidak nilai
nutrisi, dapat mempengaruhi karakteristik pakan atau produk ternak. Bahan tersebut
memiliki mikroorganisme, enzim, pengatur keasaman, mineral, vitamin dan bahan
lain tergantung pada tujuan penggunaan dan cara penggunaannya (Zahid, 2012).
Umumnya zat additive yang ditambahkan dalam pakan ternak seperti probiotik,
antibotik, vitamin dan mineral tambahan. Maka dalam tubuh unggas, kuda dan
kelinci. Pemberian zat additive ada batasnya karena bisa menyebabkan kematian pada
ternak bila diberikan secara berlebih.

12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Mineral, vitamin, dan zat additive merupakan kebutuhan nutrisi yang
diperlukan oleh ternak tetapi jumlah yang digunakan tidak begitu banyak atau
berlebih tapi masih dalam tarap wajar. Karena bila diberikan berlebih dapat
mengakibatkan mineral, vitamin dan zat additive tersebut terbuang begitu saya
memalui urine sehingga tidak efesien dan ekonomis. Maka dalam penambahan
mineral, vitamin dan zat additive pada pakan ternak biasanya dalam jumlah yang
sangat kecil. Namun biasanya bila dalam masa pertumbuhan pemberian zat-zat
tersebut agak tinggi tapi tetap di ambang batas normal. Karena kebutuhan untuk
pertumbuhan memerlukan nutrisi yang cukup tinggi.

13
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi A. 1988. Pendugaan kebutuhan energi metabolis dan protein ayam broiler
berdasarkan hasil pemberian makanan cara kafetaria [disertasi]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Bailey SR, Rycroft A, Elliott J. 2002. Production of amines in equine cecal contents
in an in vitro model of carbohydrate overload. Journal of animal science
2002;80(10):2656-62.
Blakely J, Bade DH. 1991. Ilmu peternakan. Edisi ke-empat. Alih bahasa Bambang
Srigandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Parakkasi, A.. 1980. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Penerbit Angkasa,
Bandung.
Pilliang, W.G. 1995. Nutrisi Vitamin. Volume II. Penerbit IPB, Bogor.

14

Anda mungkin juga menyukai