Oleh
Kelompok V
1854141015
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : V (Lima)
NPM : 1854141015
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Pertanian
Mengetahui
NIP 196807281994022002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ( YME ), karena berkat dan hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum dasar reproduksi ternak yang
berjudul “ Pengamatan Estrus ” dengan tepat waktu. Tak lupa penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada asisten dosen, teman-teman, serta semua pihak yang
telah mendukung dalam proses penyelesaian laporan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berusaha
untuk menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan-perbaikan laporan berikutnya.
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Tujuan Praktikum…………………………………………… 2
II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………. 3
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat………………………………………….
B. Alat dan Bahan………………………………………………
C. Cara Kerja…………………………………………………..
IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum……………………………………………..
B. Pembahasan………………………………………………….
V. KESIMPULAN…………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reproduksi merupakan faktor penting dalam kehidupan. Reproduksi pada mamalia
erat kaitannya dengan siklus estrus. Hormon progesteron merupakan salah satu
hormon yang berperan penting dalam siklus estrus. Kadar progesteron danestradiol
dalam tubuh dapat dijadikan parameter dalam penentuan fase pada siklusestrus.Siklus
estrus merupakan jarak antara estrus yang satu sampai pada estrusyang berikutnya.
Setiap hewan mempunyai siklus estrus yang berbeda-beda. Makadari itu, dilakukan
praktikum ini agar mengetahui secara spesifik siklus estrus dan bagaimana cara
mengetahuinya. Karena, siklus estrus ini berguna untukmengetahui kapan hewan
ternak siap untuk dibuahi dan bisa menghasilkan anakuntuk berkembang biak supaya
mengasilkan ternak yang baru.
Siklus estrus merupakan interval antara timbulnya satu periode estrus ke permulaan
periode estrus berikutnya. Interval-interval ini disertai oleh suatu seri perubahan-
perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina. Siklus estrus terbagi menjadi
empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Setiap fase estrus pada sapi
menunjukkan ciri-ciri yang berbeda. Hal tersebut dapat dijadikan pedoman dalam
pengamatan siklus estrus pada ternak tersebut. Pengamatan estrus merupakan salah
satu faktor penting dalam manajemen reproduksi sapi. Kegagalan dalam deteksi
estrus dapat menyebabkan kegagalan kebuntingan. Problem utama deteksi estrus
umumnya dijumpai sapi-sapi yang subestrus atau silent heat. Silent heat adalah estrus
yang tidak disertai munculnya gejala klinis yang nyata.
Pada saat estrus, hewan betina akan reseptif sebab di dalam ovarium sedang ovulasi
dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya
disebut dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit adalah
4-5 hari, sedangkan pada babi, sapi ,dan kuda 21 hari , serta pada marmut 15 hari.
Deteksi estrus yang tepat merupakan faktor yang penting dalam program perkawinan
agar fertilisasi dapat dilakukan pada saat yang tepat. Siklus estrus yang normal pada
sapi berulang secara regular dan disertai munculnya gejala visual. Namun
kenyataannya sering dijumpai ternak sapi dengan siklus estrus yang tidak normal
(panjang) dan adanya ovulasiyang tidak disertai munculnya gejala visual. Siklus yang
tidak normal mengindikasikan terjadi gangguan proses reproduksi termasuk
gangguan hormonal yang menyertai proses reproduksi tersebut. Siklus yang tidak
normal dan yang tidak dapat terdeteksi secara visual juga akan menyulitkan baik
program inseminasi maupun perkawinan secara alami, dan mengakibatkan
keberhasilan yang rendah.
Estrus adalah dimana hewan betina bersedia menerima pejantan untuk kopulasi,
sedangkan siklus estrus merupakan jarak atau interval antara estrus yang satu
sampai estrus berikutnya. siklus estrus ini dibagi menjadi empat periode menurut
perubahan-perubahan yang tampak maupun tidak tampak yang terjadi selama
siklus estrus tersebut, yaitu fase proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Pada
fase estrus yaitu periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan
pejantan oleh hewan betina untuk berkopulasi. Pada fase ini betina siap menerima
pejantan untuk berkopulasi dan juga memperlihatkan tanda-tanda khusus yaitu
hewan gelisa, nafsu makan berkurang, menghampiri pejantan, dan tidak lari bila
dinaiki pejantan.
Periode estrus adalah masa puncak keinginan untuk kawin ditandai dengan
manifestasi birahi secara fisik. Dalam serviks jumlah lendir maupun jumlah
sekresi lendir dalam tiap-tiap kelenjar lendir bertambah. Lendir ini bersifat
transparan/tembus pandang, bening, dan dapat mengalir ke vagina serta vulva
hingga secara nyata terlihat menggantung di ujung vulva. Pada fase estrus
keseimbangan hormon hipofisa bergeser dari FSH ke LH (Nurfitriani et al., 2015).
Fase metestrus ditandai dengan adanya perubahan sekresi lendir serviks oleh
kelenjar-kelenjar serviks dari cair menjadi kental, lendir serviks ini berfungsi
sebagai sumbat lumen serviks (Suharto, 2003). Metestrus merupakan fase mulai
tumbuhnya corpus luteum setelah terjadi ovulasi atau sering disebut dengan fase
luteal. Pada fase ini Luteotropic Hormone (LTH) akan disekresikan oleh 7
adenohipofisa guna mempertahankan corpus luteum. Terjadi peningkatan sekresi
progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum dan sekresi estrogen menurun.
Progesteron akan menekan keberadaan FSH untuk menghambat terjadinya
perkembangan folikel selanjutnya dan mencegah terjadinya estrus (Frandson,
1992). Metestrus terjadi setelah fase estrus berakhir, fase metestrus berlangsung
selama 2 - 3 hari (Lenira, 2009).
Diestrus merupakan fase yang berlangsung paling lama. Fase diestrus merupakan
fase pematangan corpus luteum dan progesteron secara nyata mempengaruhi
organ-organ reproduksi. Uterus mengalami penebalan pada endometrium dan
kelenjar-kelenjarnya berhipertrofi, serta otot-otot mengendor. Serviks menutup
dan lendir vagina menjadi keruh dan lengket. Fase diestrus berlangsung kurang
lebih selama 13 - 14 hari (Lenira, 2009).
C. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.merapikan rambut kambing menutupi bagian vulva kambing;
A. Hasil Praktikum
No Waktu Keterangan
5 Minggu 5 Estrus
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini berjudul tentang pengamatan estrus. Seperti menurut
Prihatno(2006) pengamatan estrus merupakan salah satu faktor penting dalam
manajemen reproduksi sapi. Estrus adalah dimana hewan betina bersedia
menerima pejantan untuk kopulasi, sedangkan siklus estrus merupakan jarak atau
interval antara estrus yang satu sampai estrus berikutnya. siklus estrus ini dibagi
menjadi empat periode menurut perubahan-perubahan yang tampak maupun tidak
tampak yang terjadi selama siklus estrus tersebut, yaitu fase proestrus, estrus,
metestrus, dan diestrus.
Hal ini sependapat dikarenakan folikel tumbuh dibawah pengaruh FSH dan
menghasilkan eksreadiol yang makin bertambah sedangkan pada pengamatan
kambing minggu pertama tidak ada tanda tanda tersebut dikarenakan folikel
belum tumbuh secara maksimal.
Pada pengamatan di minggu ke dua, tiga dan empat di dapatkan kambing belum
juga estrus ataupun belum terdapat tanda-tanda akan estrus pada kambing yang
terjadi di vulva hal ini sependapat dengan pernyataan yang di kemukakan Siregar
dan Hamdan(2007) yaitu Estrus ternyata bertepatan dengan perkembangan
maksimum folikel-folikel ovarium. bahwa deteksi estrus umumnya dapat
dilakukan dengan melihat tingkah laku ternak dan keadaan vulva. Tanda-tanda
sapi estrus antara lain vulva nampak lebih merah dari biasanya, bibir vulva
nampak agak bengkak dan hangat, sapi nampak gelisah, ekornya seringkali
diangkat bila sapi ada di padang rumput sapi yang sedang estrus tidak suka
merumput. Kunci untuk menentukan sapi-sapi yang saling menaiki tersebut estrus
adalah sapi betina yang tetap diam saja apabila dinaiki dan apabila di dalam
kandang nafsu makannya jelas berkurang.
Pada pengamatan kali ini kambing kami tidak terjadi estrus sampai minggu ke 4
dikarenakan faktor faktor seperti keturunan,umur,cuaca. Seperti menurut Hafez
(2000) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
pada siklus estrus di antaranya adalah keturunan, umur, musim dan kehadiran
ternak pejantan.
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Tanda-tanda pada kambing betina yang sedang estrus adalah gelisah, ekor
diangkat dan digoyang-goyangkan, berusaha mendekati kambing jantan,
vulva bengkak dan berwarna kemerahan.
2. Siklus estrus yang normal pada kambing betina berlangsung selama 21
hari.
3. Siklus estrus dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
keturunan, umur, musim, bangsa, jenis ternak, lingkungan, dan kehadiran
kambing jantan.
DAFTAR PUSTAKA