Anda di halaman 1dari 20

PENGAMATAN ESTRUS

(Laporan Praktikum Dasar Reproduksi)

Oleh

Kelompok V

Muhammad Rizky Dwi Putra

1854141015

LABORATORIUM PRODUKSI DAN REPRODUKSI TERNAK

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Pengamatan Estrus

Tempat Praktikum : Kandang Jurusan Peternakan

Tanggal Praktikum : 10 Oktober 2019 – 12 November 2019

Kelompok : V (Lima)

Nama : Muhammad Rizky Dwi Putra

NPM : 1854141015

Jurusan : Peternakan

Fakultas : Pertanian

Universitas : Universitas Lampung

Bandar Lampung, 16 November 2019

Mengetahui

Sri Suharyati, S.Pt, M.Si.

NIP 196807281994022002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ( YME ), karena berkat dan hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum dasar reproduksi ternak yang
berjudul “ Pengamatan Estrus ” dengan tepat waktu. Tak lupa penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada asisten dosen, teman-teman, serta semua pihak yang
telah mendukung dalam proses penyelesaian laporan praktikum ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berusaha
untuk menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan-perbaikan laporan berikutnya.

Bandar Lampung, 19 November 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………. i

KATA PENGANTAR………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………. iii

DAFTAR TABEL……………………………………………………… iv

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… v

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Tujuan Praktikum…………………………………………… 2
II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………. 3
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat………………………………………….
B. Alat dan Bahan………………………………………………
C. Cara Kerja…………………………………………………..
IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum……………………………………………..
B. Pembahasan………………………………………………….
V. KESIMPULAN…………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1.
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reproduksi merupakan faktor penting dalam kehidupan. Reproduksi pada mamalia
erat kaitannya dengan siklus estrus. Hormon progesteron merupakan salah satu
hormon yang berperan penting dalam siklus estrus. Kadar progesteron danestradiol
dalam tubuh dapat dijadikan parameter dalam penentuan fase pada siklusestrus.Siklus
estrus merupakan jarak antara estrus yang satu sampai pada estrusyang berikutnya.
Setiap hewan mempunyai siklus estrus yang berbeda-beda. Makadari itu, dilakukan
praktikum ini agar mengetahui secara spesifik siklus estrus dan bagaimana cara
mengetahuinya. Karena, siklus estrus ini berguna untukmengetahui kapan hewan
ternak siap untuk dibuahi dan bisa menghasilkan anakuntuk berkembang biak supaya
mengasilkan ternak yang baru.
Siklus estrus merupakan interval antara timbulnya satu periode estrus ke permulaan
periode estrus berikutnya. Interval-interval ini disertai oleh suatu seri perubahan-
perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina. Siklus estrus terbagi menjadi
empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Setiap fase estrus pada sapi
menunjukkan ciri-ciri yang berbeda. Hal tersebut dapat dijadikan pedoman dalam
pengamatan siklus estrus pada ternak tersebut. Pengamatan estrus merupakan salah
satu faktor penting dalam manajemen reproduksi sapi. Kegagalan dalam deteksi
estrus dapat menyebabkan kegagalan kebuntingan. Problem utama deteksi estrus
umumnya dijumpai sapi-sapi yang subestrus atau silent heat. Silent heat adalah estrus
yang tidak disertai munculnya gejala klinis yang nyata.

Pada saat estrus, hewan betina akan reseptif sebab di dalam ovarium sedang ovulasi
dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya
disebut dengan satu siklus estrus. Panjang siklus estrus pada tikus mencit adalah
4-5 hari, sedangkan pada babi, sapi ,dan kuda 21 hari , serta pada marmut 15 hari.

Deteksi estrus yang tepat merupakan faktor yang penting dalam program perkawinan
agar fertilisasi dapat dilakukan pada saat yang tepat. Siklus estrus yang normal pada
sapi berulang secara regular dan disertai munculnya gejala visual. Namun
kenyataannya sering dijumpai ternak sapi dengan siklus estrus yang tidak normal
(panjang) dan adanya ovulasiyang tidak disertai munculnya gejala visual. Siklus yang
tidak normal mengindikasikan terjadi gangguan proses reproduksi termasuk
gangguan hormonal yang menyertai proses reproduksi tersebut. Siklus yang tidak
normal dan yang tidak dapat terdeteksi secara visual juga akan menyulitkan baik
program inseminasi maupun perkawinan secara alami, dan mengakibatkan
keberhasilan yang rendah.

B. Adapun tujuan praktikum ini antara lain ;

1. Untuk mengetahui tanda-tanda estrus

2. Untuk mengetahui periode estrus

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi estrus.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Estrus adalah dimana hewan betina bersedia menerima pejantan untuk kopulasi,
sedangkan siklus estrus merupakan jarak atau interval antara estrus yang satu
sampai estrus berikutnya. siklus estrus ini dibagi menjadi empat periode menurut
perubahan-perubahan yang tampak maupun tidak tampak yang terjadi selama
siklus estrus tersebut, yaitu fase proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Pada
fase estrus yaitu periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan
pejantan oleh hewan betina untuk berkopulasi. Pada fase ini betina siap menerima
pejantan untuk berkopulasi dan juga memperlihatkan tanda-tanda khusus yaitu
hewan gelisa, nafsu makan berkurang, menghampiri pejantan, dan tidak lari bila
dinaiki pejantan.

Estrus ternyata bertepatan dengan perkembangan maksimum folikel-folikel


ovarium. Bahwa deteksi estrus umumnya dapat dilakukan dengan melihat tingkah
laku ternak dan keadaan vulva. Tanda-tanda sapi estrus antara lain vulva nampak
lebih merah dari biasanya, bibir vulva nampak agak membengkak dan hangat, sapi
nampak gelisah, ekornya seringkali diangkat bila sapi ada di padang rumput sapi
yang sedang estrus tidak suka merumput. Kunci untuk menentukan sapi-sapi yang
saling menaiki tersebut estrus adalah sapi betina yang tetap diam saja apabila
dinaiki dan apabila di dalam kandang nafsu makannya jelas berkurang (Siregar
dan Hamdan, 2007)

Siklus estrus merupakan interval antara timbulnya satu periode estrus ke


permulaan periode estrus berikutnya. Interval-interval ini disertai oleh suatu seri
perubahan-perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina. Siklus estrus
terbagi menjadi empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus
(Toelihere, 1993).

Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan


pertumbuhan folikel oleh Follicle Stimulating Hormone (FSH). Folikel yang
sedang tumbuh menghasilkan cairan folikel dan estradiol yang lebih banyak.
Penelitian yang dilakukan pada sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) dijelaskan
bahwa pada fase ini terjadi peningkatan dalam pertumbuhan sel sel dan lapisan
bacillia pada tuba fallopi dalam vaskularisasi mucosa uteri. Serviks mengalami
relaksasi gradual dan makin banyak mensekresikan mucus tebal dan berlendir dari
sel-sel goblet pada serviks dan vagina anterior. Mucus menjadi terang transparan
dan menggantung pada akhir proestrus (Suharto, 2003). Fase proestrus ini FSH
yang dikeluarkan oleh kelenjar adenohipofisa akan memicu perkembangan folikel
di dalam ovarium, bersama Luteinizing Hormone (LH) ovarium kemudian
meningkatkan produksi estrogen melalui peningkatan cairan folikel. Pada fase ini
juga terjadi perkembangan organ-organ reproduksi yaitu 5 oviduct, uterus, dan
vagina (Frandson, 1992).

Periode estrus adalah masa puncak keinginan untuk kawin ditandai dengan
manifestasi birahi secara fisik. Dalam serviks jumlah lendir maupun jumlah
sekresi lendir dalam tiap-tiap kelenjar lendir bertambah. Lendir ini bersifat
transparan/tembus pandang, bening, dan dapat mengalir ke vagina serta vulva
hingga secara nyata terlihat menggantung di ujung vulva. Pada fase estrus
keseimbangan hormon hipofisa bergeser dari FSH ke LH (Nurfitriani et al., 2015).

Fase metestrus ditandai dengan adanya perubahan sekresi lendir serviks oleh
kelenjar-kelenjar serviks dari cair menjadi kental, lendir serviks ini berfungsi
sebagai sumbat lumen serviks (Suharto, 2003). Metestrus merupakan fase mulai
tumbuhnya corpus luteum setelah terjadi ovulasi atau sering disebut dengan fase
luteal. Pada fase ini Luteotropic Hormone (LTH) akan disekresikan oleh 7
adenohipofisa guna mempertahankan corpus luteum. Terjadi peningkatan sekresi
progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum dan sekresi estrogen menurun.
Progesteron akan menekan keberadaan FSH untuk menghambat terjadinya
perkembangan folikel selanjutnya dan mencegah terjadinya estrus (Frandson,
1992). Metestrus terjadi setelah fase estrus berakhir, fase metestrus berlangsung
selama 2 - 3 hari (Lenira, 2009).

Diestrus merupakan fase yang berlangsung paling lama. Fase diestrus merupakan
fase pematangan corpus luteum dan progesteron secara nyata mempengaruhi
organ-organ reproduksi. Uterus mengalami penebalan pada endometrium dan
kelenjar-kelenjarnya berhipertrofi, serta otot-otot mengendor. Serviks menutup
dan lendir vagina menjadi keruh dan lengket. Fase diestrus berlangsung kurang
lebih selama 13 - 14 hari (Lenira, 2009).

Hafez (2000) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor-faktor yang


mempengaruhi pada siklus estrus di antaranya adalah keturunan, umur, musim
dan kehadiran ternak pejantan.
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Pengamatan Estrus dilakukan pada , 10 Oktober s/d 12 November


2019 pukul 17.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di Kandang Jurusan
Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Handphone,


sedangkan bahan yang digunakan adalah Kambing BoerKa

C. Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.merapikan rambut kambing menutupi bagian vulva kambing;

2.membuka vulva kambing untuk mengamati bagian dalam;

3.mengamati apakah terdapat lendir dalam vulva atau tidak.


IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Adapun hasil dari dilaksanakannya praktikum pengamtan estrus pada kambing


BoerKa yang diambil selama 5 minggu pengamatan yaitu pada tabel berikut,

Tabel 1. Hasil Pengamatan Estrus Kambing BoerKa.

No Waktu Keterangan

1 Minggu 1 Tidak Estrus

2 Minggu 2 Tidak Estrus

3 Minggu 3 Tidak Estrus

4 Minggu 4 Tidak Estrus

5 Minggu 5 Estrus

(Sumber : Hasil Praktikum ‘Pengamatan Estrus’ di Kandang Kambing, Jurusan


Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2019).

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini berjudul tentang pengamatan estrus. Seperti menurut
Prihatno(2006) pengamatan estrus merupakan salah satu faktor penting dalam
manajemen reproduksi sapi. Estrus adalah dimana hewan betina bersedia
menerima pejantan untuk kopulasi, sedangkan siklus estrus merupakan jarak atau
interval antara estrus yang satu sampai estrus berikutnya. siklus estrus ini dibagi
menjadi empat periode menurut perubahan-perubahan yang tampak maupun tidak
tampak yang terjadi selama siklus estrus tersebut, yaitu fase proestrus, estrus,
metestrus, dan diestrus.

Kelompok kami mengamati estrus selama 5 minggu, dikarenakan agar kami


mengetahui fase fase pada siklus estrus. Seperti menurut Toelihere(1993) Siklus
estrus merupakan interval antara timbulnya satu periode estrus ke permulaan
periode estrus berikutnya. Interval-interval ini disertai oleh suatu seri perubahan-
perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina. Siklus estrus terbagi
menjadi empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus

Dari hasil pengamatan yang di lakukan didapatkan pada minggu pertama


pengamatan yang di lakukan di dapat hasil kambing tidak mengalami estrus
menurut Suharto(2003) proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai
dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh Follicle Stimulating Hormone (FSH).
Folikel yang sedang tumbuh menghasilkan cairan folikel dan estradiol yang lebih
banyak. Penelitian yang dilakukan pada sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH)
dijelaskan bahwa pada fase ini terjadi peningkatan dalam pertumbuhan sel sel dan
lapisan bacillia pada tuba fallopi dalam vaskularisasi mucosa uteri. Serviks
mengalami relaksasi gradual dan makin banyak mensekresikan mucus tebal dan
berlendir dari sel-sel goblet pada serviks dan vagina anterior. Mucus menjadi
terang transparan dan menggantung pada akhir proestrus.

Hal ini sependapat dikarenakan folikel tumbuh dibawah pengaruh FSH dan
menghasilkan eksreadiol yang makin bertambah sedangkan pada pengamatan
kambing minggu pertama tidak ada tanda tanda tersebut dikarenakan folikel
belum tumbuh secara maksimal.
Pada pengamatan di minggu ke dua, tiga dan empat di dapatkan kambing belum
juga estrus ataupun belum terdapat tanda-tanda akan estrus pada kambing yang
terjadi di vulva hal ini sependapat dengan pernyataan yang di kemukakan Siregar
dan Hamdan(2007) yaitu Estrus ternyata bertepatan dengan perkembangan
maksimum folikel-folikel ovarium. bahwa deteksi estrus umumnya dapat
dilakukan dengan melihat tingkah laku ternak dan keadaan vulva. Tanda-tanda
sapi estrus antara lain vulva nampak lebih merah dari biasanya, bibir vulva
nampak agak bengkak dan hangat, sapi nampak gelisah, ekornya seringkali
diangkat bila sapi ada di padang rumput sapi yang sedang estrus tidak suka
merumput. Kunci untuk menentukan sapi-sapi yang saling menaiki tersebut estrus
adalah sapi betina yang tetap diam saja apabila dinaiki dan apabila di dalam
kandang nafsu makannya jelas berkurang.

Pada pengamatan kali ini kambing kami tidak terjadi estrus sampai minggu ke 4
dikarenakan faktor faktor seperti keturunan,umur,cuaca. Seperti menurut Hafez
(2000) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
pada siklus estrus di antaranya adalah keturunan, umur, musim dan kehadiran
ternak pejantan.

Pada pengamatan minggu ke lima kambing yang diamati memunculkan tanda


tanda estrus yang ditandai dengan manifestasi birahi secara fisik dan vulva
mengeluarkan cairan bening transparan. Seperti menurut Nur fitriani et al.(2015)
Periode estrus adalah masa puncak keinginan untuk kawin ditandai dengan
manifestasi birahi secara fisik. Dalam serviks jumlah lendir maupun jumlah
sekresi lendir dalam tiap-tiap kelenjar lendir bertambah. Lendir ini bersifat
transparan/tembus pandang, bening, dan dapat mengalir ke vagina serta vulva
hingga secara nyata terlihat menggantung di ujung vulva. Pada fase estrus
keseimbangan hormon hipofisa bergeser dari FSH ke LH.
Pada minggu selanjutnya masuk kedalam fase metestrus dan diestrus tetapi karna
pada praktikum ini terjadi keterbatasan waktu yang kami miliki maka pengamatan
untuk fase metestrus dan diestrus tidak terlaksanakan.
IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Tanda-tanda pada kambing betina yang sedang estrus adalah gelisah, ekor
diangkat dan digoyang-goyangkan, berusaha mendekati kambing jantan,
vulva bengkak dan berwarna kemerahan.
2. Siklus estrus yang normal pada kambing betina berlangsung selama 21
hari.
3. Siklus estrus dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
keturunan, umur, musim, bangsa, jenis ternak, lingkungan, dan kehadiran
kambing jantan.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar. Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Ismail. 2006. Biologi Edisi 5 Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Jainudeen. 2000. Fisiologi Reproduksi Pada Ruminansia Dan Unggas. Jakarta.


Erlangga.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai